Latar Belakang

5
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia secara fisik mengalami kemajuan dalam beberapa decade ini. Sebagai ibukota Negara dan sebagai pusat perekonomian Negara, kota metropolis DKI Jakarta mengalami pembangunan yang paling pesat dibanding wilayah lain di Indonesia. Pesatnya pembangunan di Jakarta merupakan daya tarik tersendiri dan hal tersebut berpengaruh bagi berbagai wilayah di Indonesia, terutama wilayah-wilayah di sekitarnya. Tingginya aktifitas ekonomi berbagai sektor yang berlangsung di Jakarta, menuntut pemenuhan kebutuhan akan tenaga kerja di sektor-sektor tersebut hal ini tidak selalu dapat dipenuhi oleh sumberdaya manusia yang berada di Jakarta saja. Tenaga kerja dari wilayah sekitar Jakarta, berbagai penjuru nusantara, maupun dari luar Indonesia, dating untuk menjadi pekerja di Jakarta. Luas lahan yang tersedia tidak sebanding dengan tingginya aktifitas ekonomi di Jakarta, sehingga tidak tersedia cukup ruang bagi para pekerja tersebut untuk tinggal disana. Kalaupun tersedia harganya tinggi. Wilayah di sekitar Jakarta memiliki kepadatan dan harga yang relative lebih rendah, sehingga dipilih sebagai tempat bermukim oleh sebagian pekerja yang bekerja di Jakarta. Hal

Transcript of Latar Belakang

Page 1: Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia secara fisik mengalami kemajuan dalam beberapa

decade ini. Sebagai ibukota Negara dan sebagai pusat perekonomian Negara, kota

metropolis DKI Jakarta mengalami pembangunan yang paling pesat dibanding wilayah

lain di Indonesia.

Pesatnya pembangunan di Jakarta merupakan daya tarik tersendiri dan hal

tersebut berpengaruh bagi berbagai wilayah di Indonesia, terutama wilayah-wilayah di

sekitarnya. Tingginya aktifitas ekonomi berbagai sektor yang berlangsung di Jakarta,

menuntut pemenuhan kebutuhan akan tenaga kerja di sektor-sektor tersebut hal ini

tidak selalu dapat dipenuhi oleh sumberdaya manusia yang berada di Jakarta saja.

Tenaga kerja dari wilayah sekitar Jakarta, berbagai penjuru nusantara, maupun dari luar

Indonesia, dating untuk menjadi pekerja di Jakarta.

Luas lahan yang tersedia tidak sebanding dengan tingginya aktifitas ekonomi di

Jakarta, sehingga tidak tersedia cukup ruang bagi para pekerja tersebut untuk tinggal

disana. Kalaupun tersedia harganya tinggi.

Wilayah di sekitar Jakarta memiliki kepadatan dan harga yang relative lebih

rendah, sehingga dipilih sebagai tempat bermukim oleh sebagian pekerja yang bekerja

di Jakarta. Hal ini menimbulkan fenomena komuter atau penglaju, dimana seorang

penglaju yang tinggal di luar Jakarta, setiap harinya menempuh perjalanan antar kota

menuju Jakarta untuk pergi bekerja. Fenomena penglaju menambah beban transportasi,

baik transportasi antar kota sekitar Jakarta sebagai kota-kota penyangga dengan kota

Jakarta, maupun beban transportasi di dalam kota-kota penyangga itu sendiri.

Kota Jakarta disangga oleh beberapa kota disekitarnya, seperti Bogor, Depok,

Tangerang, dan Bekasi, atau bias disingkat Bodetabek. Dalam konteks kota penyangga,

selain menimbulkan beban transportasi antar dan intern kota, pesatnya pembangunan

di Jakarta pun meningkatkan intensitas perubahan tata guna lahan sebuah kota

Page 2: Latar Belakang

penyangga. Kedekatan hubungan geografis wilayah Bodetabek dengan Jakarta dan gaya

hidup para penglaju yang pada saat bekerja di Jakarta terbiasa menikmati keragaman

pilihan barang konsumsi, menuntut pembangunan di wilayah Bodetabek untuk

beradaptasi dengan kota Jakarta. Adaptasi ini menambah intensitas perubahan tata

guna lahan di wilayah bodetabek. Termasuk kota Bogor.

Gambar 1.Peta Struktur dan Pola Ruang

Sumber : Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur

Transportasi merupakan turunan dari kombinasi tata guna lahan yang saling

membutuhkan yang kemudian membentuk suatu pergerakan dari gunalahan satu ke

gunalahan yang lain. [eningkatan intensitas perubahan tataguna lahan menambah

beban transportasi di sebuah kota. Beban transportasi bila tidak di imbangi dengan

penyediaan prasarana yang memadai akan menimbulkan permasalahan. Salah satu

bentuk permasalahan tersebut adalah kemacetan.

Page 3: Latar Belakang

Sistem transportasi meliputi komponen angkutan; prasarana meliputi terminal,

stasiun, dan perhentian; juga sistem pengoprasian sarana dan prasarana transportasi

(Miro, 1997). Kajian ini akan menyorotkan pengelolaan sarana dan prasarana dari sistem

transportasi dalam kontribusinya terhadap kemacetan kota Bogor.

1.2. Rumusan Masalah

Penyelesaian masalah kemacetan di Kota bogor, tidak akan dapat berjalan

dengan lancer tanpa pembenahan yang komperehensip dan menyelsaikan setiap

masalah pada masimg-masing komponen dari sistem transportasi kota, yaitu pada

permasalahan sarananya, permasalahan prasarananya, terlebih lagi pada permasalahan

sistem pengoprasiannya.

1.3. Tujuan Pembahasan

Tujuan kajian ini adalah untuk menemukan garis besar usulan kebijakan bagi

pembenahan sistem transportasi di dalam kota, sehingga dapat berfungsi sebagai mana

mestinya, mengurangi kemacetan, dan mendukung jalannya aktifitas warga kota Bogor

secara optimal.

Page 4: Latar Belakang

B A B I I