Latar Belakang
-
Upload
qudri-saufi -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
Transcript of Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia secara fisik mengalami kemajuan dalam beberapa
decade ini. Sebagai ibukota Negara dan sebagai pusat perekonomian Negara, kota
metropolis DKI Jakarta mengalami pembangunan yang paling pesat dibanding wilayah
lain di Indonesia.
Pesatnya pembangunan di Jakarta merupakan daya tarik tersendiri dan hal
tersebut berpengaruh bagi berbagai wilayah di Indonesia, terutama wilayah-wilayah di
sekitarnya. Tingginya aktifitas ekonomi berbagai sektor yang berlangsung di Jakarta,
menuntut pemenuhan kebutuhan akan tenaga kerja di sektor-sektor tersebut hal ini
tidak selalu dapat dipenuhi oleh sumberdaya manusia yang berada di Jakarta saja.
Tenaga kerja dari wilayah sekitar Jakarta, berbagai penjuru nusantara, maupun dari luar
Indonesia, dating untuk menjadi pekerja di Jakarta.
Luas lahan yang tersedia tidak sebanding dengan tingginya aktifitas ekonomi di
Jakarta, sehingga tidak tersedia cukup ruang bagi para pekerja tersebut untuk tinggal
disana. Kalaupun tersedia harganya tinggi.
Wilayah di sekitar Jakarta memiliki kepadatan dan harga yang relative lebih
rendah, sehingga dipilih sebagai tempat bermukim oleh sebagian pekerja yang bekerja
di Jakarta. Hal ini menimbulkan fenomena komuter atau penglaju, dimana seorang
penglaju yang tinggal di luar Jakarta, setiap harinya menempuh perjalanan antar kota
menuju Jakarta untuk pergi bekerja. Fenomena penglaju menambah beban transportasi,
baik transportasi antar kota sekitar Jakarta sebagai kota-kota penyangga dengan kota
Jakarta, maupun beban transportasi di dalam kota-kota penyangga itu sendiri.
Kota Jakarta disangga oleh beberapa kota disekitarnya, seperti Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi, atau bias disingkat Bodetabek. Dalam konteks kota penyangga,
selain menimbulkan beban transportasi antar dan intern kota, pesatnya pembangunan
di Jakarta pun meningkatkan intensitas perubahan tata guna lahan sebuah kota
penyangga. Kedekatan hubungan geografis wilayah Bodetabek dengan Jakarta dan gaya
hidup para penglaju yang pada saat bekerja di Jakarta terbiasa menikmati keragaman
pilihan barang konsumsi, menuntut pembangunan di wilayah Bodetabek untuk
beradaptasi dengan kota Jakarta. Adaptasi ini menambah intensitas perubahan tata
guna lahan di wilayah bodetabek. Termasuk kota Bogor.
Gambar 1.Peta Struktur dan Pola Ruang
Sumber : Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur
Transportasi merupakan turunan dari kombinasi tata guna lahan yang saling
membutuhkan yang kemudian membentuk suatu pergerakan dari gunalahan satu ke
gunalahan yang lain. [eningkatan intensitas perubahan tataguna lahan menambah
beban transportasi di sebuah kota. Beban transportasi bila tidak di imbangi dengan
penyediaan prasarana yang memadai akan menimbulkan permasalahan. Salah satu
bentuk permasalahan tersebut adalah kemacetan.
Sistem transportasi meliputi komponen angkutan; prasarana meliputi terminal,
stasiun, dan perhentian; juga sistem pengoprasian sarana dan prasarana transportasi
(Miro, 1997). Kajian ini akan menyorotkan pengelolaan sarana dan prasarana dari sistem
transportasi dalam kontribusinya terhadap kemacetan kota Bogor.
1.2. Rumusan Masalah
Penyelesaian masalah kemacetan di Kota bogor, tidak akan dapat berjalan
dengan lancer tanpa pembenahan yang komperehensip dan menyelsaikan setiap
masalah pada masimg-masing komponen dari sistem transportasi kota, yaitu pada
permasalahan sarananya, permasalahan prasarananya, terlebih lagi pada permasalahan
sistem pengoprasiannya.
1.3. Tujuan Pembahasan
Tujuan kajian ini adalah untuk menemukan garis besar usulan kebijakan bagi
pembenahan sistem transportasi di dalam kota, sehingga dapat berfungsi sebagai mana
mestinya, mengurangi kemacetan, dan mendukung jalannya aktifitas warga kota Bogor
secara optimal.
B A B I I