Latar Belakang

3
Latar Belakang Pemikiran mengenai pentingnya mewujudkan ekonomi industri baru di Asia Timur East Asia Economic Group (EAEG) disampaikan pertama kalinya oleh mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad pada tahun 1990-an. Usulan tersebut ingin menyaingi ide Australia mengenai pembentukan APEC yang diperkirakan akan didominasi kekuatan barat sehingga Mahathir menginginkan untuk membentuk grup Asia di luar negara-negara barat. Alasan lainnya adalah keinginan untuk mengimbangi terbentuknya kerja sama regional di kawasan lain seperti di Amerika Utara dengan NAFTA dan Eropa dengan Uni Eropa. Namu pada waktu itu, ide EAEG tidak mendapat dukungan dari negara-negara Asia Timur termasuk Asean. Ide EAEG tersebut kemudian diganti dengan konsep pembentukan sebuah Mayarakat Asia Timur (East Asian Economic Causus). Namun ide ini pun tidak mendapat sambutan dari negara-negara Asia Timur. Sejak krisis ekonomi 1997 di kawasan Asia, negara-negara ASEAN telah menunjukka ketidakmampuan untuk mengatasi krisis tersebut. Situasi ini memicu mereka untuk berpaling kepada negara tetangga terdekatnya di kawasan Asian Timur, yaitu Jepang, Cina dan Korea Selatan. Hal ini karena pada keyataannya mereka tidak dapat mengandalkan bantuan dari lembaga-lembaga moeter dunia seperti IMF, Bank Dunia, dan sebagainya yang menerapkan persyaratan yang ketat, bahkan kadag-kandang memberatkan bagi negara penerima bantuan. Kenyataan ini mendorong terbentuknya kerja sama di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur melalui forum ASEAN+3. Krisis ekonomi g dimulai dari Thailand dengan merosotnya Baht merambat ke seluruh Asia Tenggara dan Asia Timur menunjukkan suatu realitas adanya interdependensi di antara perekonomian negara-negara tersebut. Dua hal yang menjadi landasan kerja sama di kawasan Asia Timur ini adalah prinsip saling ketegantungan dan saling melangkapi. Dalam perkembangannya, gagasan komunitas kerja sama Asia Timur kembali dalam dua dokumen, yaitu East Asia

description

sejarah SMA

Transcript of Latar Belakang

Page 1: Latar Belakang

Latar Belakang

Pemikiran mengenai pentingnya mewujudkan ekonomi industri baru di Asia Timur East Asia Economic Group (EAEG) disampaikan pertama kalinya oleh mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad pada tahun 1990-an. Usulan tersebut ingin menyaingi ide Australia mengenai pembentukan APEC yang diperkirakan akan didominasi kekuatan barat sehingga Mahathir menginginkan untuk membentuk grup Asia di luar negara-negara barat. Alasan lainnya adalah keinginan untuk mengimbangi terbentuknya kerja sama regional di kawasan lain seperti di Amerika Utara dengan NAFTA dan Eropa dengan Uni Eropa. Namu pada waktu itu, ide EAEG tidak mendapat dukungan dari negara-negara Asia Timur termasuk Asean. Ide EAEG tersebut kemudian diganti dengan konsep pembentukan sebuah Mayarakat Asia Timur (East Asian Economic Causus). Namun ide ini pun tidak mendapat sambutan dari negara-negara Asia Timur.

Sejak krisis ekonomi 1997 di kawasan Asia, negara-negara ASEAN telah menunjukka ketidakmampuan untuk mengatasi krisis tersebut. Situasi ini memicu mereka untuk berpaling kepada negara tetangga terdekatnya di kawasan Asian Timur, yaitu Jepang, Cina dan Korea Selatan. Hal ini karena pada keyataannya mereka tidak dapat mengandalkan bantuan dari lembaga-lembaga moeter dunia seperti IMF, Bank Dunia, dan sebagainya yang menerapkan persyaratan yang ketat, bahkan kadag-kandang memberatkan bagi negara penerima bantuan. Kenyataan ini mendorong terbentuknya kerja sama di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur melalui forum ASEAN+3. Krisis ekonomi g dimulai dari Thailand dengan merosotnya Baht merambat ke seluruh Asia Tenggara dan Asia Timur menunjukkan suatu realitas adanya interdependensi di antara perekonomian negara-negara tersebut.

Dua hal yang menjadi landasan kerja sama di kawasan Asia Timur ini adalah prinsip saling ketegantungan dan saling melangkapi. Dalam perkembangannya, gagasan komunitas kerja sama Asia Timur kembali dalam dua dokumen, yaitu East Asia Vision Group (EAVG) yang diterbitkan tahun 2001 dengan judul Towards An East Asia Community dan lapora East Asia Study Group (EASG) tahun 2002 dengan judul Final Report of The East Asia Study Group. Kedua dokumen ini adalah hasil dari pertemuan KTT informal ASEAN+3 pada tahun 1997 di Kuala Lumpur Malaysia.

Tugas utama EAVG adalah memenuhi visi untuk mendukung terbentuknya East Asia Community (EAC). Rekomendasi EAVG untuk pembentukan EAC adalah evolusi dari pertemuan ASEAN+3 ke arah East Asia Summit. Berdasarkan rekomendasi tersebut, EASG dibentuk dengan tugas utama mengevaluasi semua rekomendasi AEVG dengan fokus mengidentifikasi kerja sama konkret yang mendukung tercapainya visi Asia Timur. EAS adalah program jangka menegah dan panjang yang dilaksanakan secara betahap. EAS digambarkan sebagai kelanjutan dari proses kerja sama ASEAN+3 dengan melibatkan negara-negara yang sama dan dilaksanakan saat proses ASEAN+# sudah solid.

Page 2: Latar Belakang

Pada KTT ASEAN dan pertemuan ASEAN+3 di Vientiane pada bulan November 2004, rekomendasi EASG secara bertahap menuju EAS telah dibuyarkan ketika para kepala pemerintahan negara-negara ASEAN+3 memutuskan untuk menyelenggarakan EAS pertama di Malaysia tahun 2005. Pada saat itu, Menteri Luar Negeri ASEAN ditugaskan untuk mempelajari lebih jauh ide EAS, termasuk prosedur dan seleksi anggota peserta East Asia Summit. Dengan demikian, rekomendasi EASG dengan tujuan jangka menegah-panjang seperti diuraikan di atas, dipersingkat dalam waktu satu tahun. ASEAN+3 mengalami transformasi yang semula sebagai perjalanan ke arah EAC menjadi ASEAN+3 Summit yang penyelenggaraaannya berdampingan dengan East Asia Summit

Proses keja sama ASEAN+3 tampakya masih aka terus memperluas cakupan bidang kerjasamanya dan bahkan terbuka kemungkinan memperluas keanggotaan sekaligus wilayahnya. Jika kerja sama ekonomi merupakan kerja sama yang utama maka India, Australia dan Selandia Baru tidak dapat ditinggalkan, megingat bagaimana agar kerja sama regional baru ini dapat mengimbangi APEC dan organisasi linnya yang jauh lebih berpengalaman.

Gagasan ini memerlukan pembahasan lebih lanjut, khususna bagi anggota SEAN yang harus konsisten dengan niat awal bahwa perluasan ASEAN menjadi ASEAN+3 adalah sebagai driving force serta wahana untuk memperoleh kemakmuran dan kemajuan bersama. Selanjutnya, ASEAN masih harus merealisasikan cita-cita pembentukan ASEAN Economic Comunity (salah satu pilar ASEAN Comunity) setelah AFTA berjalan sesuai dengan rencana.