latar belakang

download latar belakang

of 49

description

dssssssssssssssssssssgjvj

Transcript of latar belakang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi vitamin secara umum berhubungan erat dengan fungsi enzim. Vitamin merupakan bahan makanan organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Penelitian telah membuktikan bahwa beberapa vitamin merupakan bahan esensial pada sistem oksidasi karbohidrat, protein, dan lemak. Vitamin diperkirakan berperan sebagai katalisator dalam reaksi biokimia tubuh. Vitamin ini terbagi dua golongan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E dan K) dan vitamin larut air (vitamin B komplek). Seperti diketahui, vitamin K diberikan guna mencegah terjadinya Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (Kosim, 2003).Kekurangan vitamin K bisa mengakibatkan komplikasi perdarahan dalam otak sang bayi. Gejala yang sering ditemukan pada bayi-bayi yang menderita kekurangan vitamin K, adalah perdarahan dalam otak, sakit kepala, muntah, ubun-ubun menonjol, pucat hingga kejang, dan pembesaran liver ringan, Perdarahan bisa terjadi spontan akibat trauma proses kelahiran, (Utami, 2006).Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) dilaporkan antara 0,25 sampai 1,7 %, di Inggris 10 kasus dari 27 penderita atau sebesar 37 %, dan di beberapa Negara Asia angka kesakitan bayi karena Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K berkisar 1:1.200 sampai 1:1.400 kelahiran hidup. Sedangkan di Thailand dilaporkan sebanyak 82 % atau 524 kasus dari 641 penderita PDVK, dan di Jepang menemukan kasus ini pada 1:4.500 bayi 81 % di antaranya ditemukan komplikasi perdarahan dalam otak. Kejadian pada dua negara ini menurun setelah diperkenalkannya pemberian vitamin K profilaksis pada semua bayi baru lahir untuk mencegah perdarahan dalam otak, di India angka kejadian PDVK dilaporkan sebanyak 1 kasus tiap 14.000 bayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis saat lahir, Angka kejadian Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) ditemukan lebih tinggi pada daerah-daerah yang tidak memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi baru lahir. Angka kematian penderita akibat perdarahan dalam otak, sekitar 10 sampai 50 %. umumnya terjadi pada bayi dalam rentang usia 2 minggu sampai 6 bulan. Sedangkan angka kecacatan sekitar 30 sampai 50 %. Data dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (tahun 1990 sampai 2000) terdapat 21 kasus (81%) diantaranya mengalami komplikasi perdarahan intrakranial (catatan medik RSCM, 2000).Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategi terutama dalam menurunkan angka kematian bayi. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian bayi adalah penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan pencegahan timbulnya permasalahan dengan mengatasinya lebih dini, dan penyediyaan pelayanan maternal dan neonatal yang berkualitas, setiap persalinan di tolong oleh bidan terlatih atau tenaga kesehatan terlatih. Sehingga komplikasi neonatal mendapat pelayanan yang adekuat oleh sebab itu, bidan harus terampil dangan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai (Ikatan Bidan Indonesia, 2007).

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan UmumMahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan tujuh langkah varney secara komprehensif dengan menggunakan managemen kebidanan yang tepat pada bayi dengan Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK).

1.2.2 Tujuan Khususa. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada bayi dengan Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK).

b. Menganalisa data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis potensial yang mungkin timbul pada bayi dengan Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK).

c. Menganalisa masalah dan kebutuhan pada bayi dengan Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK).

d. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera.

e. Merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan bayi dengan Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK).

f. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

g. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan.

h. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan.1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi penulisMemberikan kesempatan pada penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan yang berkaitan dengan Asuhan Kebidanan pada bayi dengan Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K.1.3.2 Bagi profesiMampu memberikan pengetahuan bagi profesi kebidanan tentang pelayanan Asuhan Kebidanan pada bayi dengan Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K.1.3.3 Bagi rumah sakitUntuk meningkatkan kualitas pelayanan Asuhan Kebidanan pada bayi dengan Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K.1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penulisan laporan pendahuluan ini mencakup asuhan kebidanan bayi dengan Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK).1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PendahuluanMenguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, pelaksanaan, manfaat dan sistematika penulisan.BAB IILandaan Teori

Menjelaskan teori Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK).BAB IIIKerangka konsep asuhan kebidanan

Pola pikir sebagai bidan dalam memberikan asuhan kebidanan bayi dengan Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK)..BAB IVAsuhan Kebidanan Kasus

Merupakan asuhan kebidanan pada bayi dengan Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK).BAB VPembahasan

Membahas hasil pengelolaan kasus dibandingkan dengan analisa tinjauan teoritis.

Bab VPenutup

Berisi kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Bayi Baru Lahir

2.1.1 Pengertian

Bayi baru lahir adalah bayi dari kelahiran cukup bulan yaitu dari kehamilan 37 - 42 minggu dengan berat badan pada saat lahir antara 2500 - 4000 gram (Depkes RI BBL, Jakarta 2001).

Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama selama setelah melahirkan (Saifuddin, 2002).

2.1.2 Klasifikasi

Bayi baru lahir dibagi menjadi 2 :

a. Bayi normal memerlukan perawatan biasa

b. Bayi gawat memerlukan penanggulangan khusus

2.1.3 Adaptasi Fisiologis

a. Perubahan metabolisme karbohidrat

Dalam 2 jam setelah lahir terjadi penurunan kadar gula darah. Untuk menambah energi pada jam-jam pertama diambil dari hasil metabolisme asam lemak. Karena suatu hal perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar bayi akan menderita hipogikemia.

b. Penurunan suhu tubuh

Suhu normal pada bayi yaitu 36,5-37,5C ketika bayi baru lahir,bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari pada suhu rahim ibu.

Bayi bisa kehilangan panas melalui :

Konveksi: proses kehilangan panas tubuh melalui kontak dengan udara dingin disekitarnya

Konduksi:proses kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda-benda yang bersuhu lebih rendah

Radiasi:proses hilangnya panas tubuh bayi bila diletakkan dekat dengan benda yang lebih rendah dari suhu tubuhnya

Evaporasi: proses hilangnya panas tubuh bila bayi dalam keadaan basah

c. Perubahan sistem respirasi

Pernafasan pertama pada bayi normal dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan paru-paru pada janin normal cukup bulan menimbulkan tekanan negatif intra thorax sehingga memberi kesempatan masuknya udara ke dalam paru kurang lebih sebanyak 40 cc menggantikan cairan amnion yang ada di dalam paru. Hal tersebut menyebabkan paru kehilangan sebanyak 80-100 ml cairan (1/3 dari jumlah total cairan amnion dalam alveolus). Sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang sehingga rongga dada kembali kebentuk semula.

d. Perubahan sistem kardiovaskulerDengan berkembangnya paru-paru, oksigen dalam alveoli meningkat, sebaliknya tekanan karbondioksida menurun. Hal ini mengakibatkan menurunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran darah kealat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-pru dan duktus arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilikalis dan kemudian dipotongnya tali pusat,aliran darah dari plasenta melalui vena kava inferior dan foramen ovale ke atrium kiri berhenti. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.

Sehingga setelah bayi lahir, perubahan yang tampak sistem kardio vaskuler bayi adalah foramen ovale menutup. Duktus arteriosus dan duktus venosus menutup menjadi ligamen. Arteri dan vena umbilikalis serta arteri hepatika menutup menjadi ligamen.e. Perubahan alat pencernaan, hati, ginjal dan alat lainnya mulai berfungsi

1. Tinja yang berbentuk meconium berwarna hijau kehitaman yang sudah berada disaluran cerna. Sejak janin berumur 16 minggu mulai keluar 24 jam pertama lahir sampai 2-3, pada hari 4-5 warna tinja menjadi coklat kehijauan, selanjutnya warna tinja tergantung dari jenis susu yang diminumnya.

2. Air kencing

Air kencing akan keluar dalam 24 jam yang harus dicatat adalah kencing pertama, frekuensi kencing berikutnya serta warnanya bila tidak kencing akan menetes.

f. Perubahan Berat Badan

Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran meconium, feces, keringat, urine dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10% berat badan akan naik lagi pada hari ke 4 sampai ke 10. Pada umumnya cairan yang diberikan pada hari pertama sebanyak 60 ml/kg BB dan setiap hari ditambah sehingga pada hari ke 14 menjadi 200 ml/kg BB sehari setelah 10-14 hari berat badan akan kembali normal. Bayi mengalami 4 penyesuaian utama yang dilakukan sebelum dapat memperoleh kemajuan dalam perkembangan : perubahan suhu, pernapasan, menghisap, menelan dan cara pembuangan melalui organ-organ sekresi.2.2 Hemostasis pada Neonatus

Sistem hemostasis pada bayi tidak sama dengan anak dewasa. Hal ini karena secara fisiologis sistem hemostasis bayi belum matur. Maturitas system ini terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan (Manco, 2008). Beberapa perbedaan itu diantaranya, pertama; protein yang dibutuhkan untuk pembentukan fibrin dan fibrinolysis jumlahnya sedikit dibandingkan dengan anak yang lebih besar, kedua; pada fase plasma dari pembekuan dan fibrinolysis neonates kadar beberapa faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K rendah, ketiga; plasma neonates resisten terhadap activator plasminogen eksogen, keempat; dalam 24 jam pertama neonates mengalami reduksi mekanisme fibrinolysis karena kurangnya kadar proenzim plasminogen dan meningkatnya jumlah inhibitor (Chalmers, 2000).

Diantara beberapa perbedaan ini, kadar faktor pembekuan yang tergantung vitamin K yang rendah lebih menjadi perhatian karena bisa menyebabkan perdarahan hebat dan berakibat fatal tetapi dapat dicegah dengan pemberian vitamin K profilaksis (Manco, 2008).

2.2.1 Peran Vitamin K dalam Fisiologi Pembekuan Darah

Vitamin K diperlukan untuk sintesis enam faktor pembekuan yaitu; protrombin, faktor VII, IX, X protein C dan S. Molekul-molekul faktor II, VII, IX, dan X disintesis dalam sel hati dan disimpan dalam bentuk prekusor tidak aktif. Molekul yang dikenal sebagai descarboxy proteins ini disebut PIVKA (proteinsinduced by vitamin K absence or antagonism). Vitamin K dibutuhkan untuk konversi prekusor tidak aktif menjadi faktor pembekuan yang aktif (Bithell, 1993).

Peran vitamin K dalam proses biokimia tersebut adalah dalam reaksi karboksilasi atom C pada gamma-metilen senyawa asam glutamate tertentu yang terdapat pada bahan prekusor protein pembekuan. Sebagai hasil reaksi karboksilasi ini akan terbentuk senyawa gamakarboksiglutamat yang mampu mengikat Ca2+. Faktor pembekuan (faktor II, VII, IX X) yang memiliki kemampuan mengikat Ca2+ memegang peranan dalam mekanisme hemostasis fase plasma (Sugiura, 1997). 2.2.2 Jenis Vitamin K

Vitamin K bersifat larut dalam lemak, sehingga absorbsinya sangat tergantung pada garam empedu. Diidentifikasi pertama kali oleh ahli biokimia Denmark tahun 1939, hal ini berawal dari penemuan adanya perdarahan yang terjadi pada ayam yang diberikan diet tanpa lemak (Chalmers, 2000).

Secara alamiah ada dua bentuk Vitamin K: vitamin K1 (phtonadione/phylloquinone) berasal daridiet sayuran berwarna hijau dan K2 (manequionone/menatetrenone) yang berasal dari sintesis flora intestinal. Vitamin K1 dan K2 bersifat larut lemak. Vitamin K3 (menadione/menadiol/menadioldiacetate) yang dikonversi menjadi menaquinone di hati merupakan bentuk sintetis dari vitamin K yang bersifat larut air, tetapi sudah tidak direkomendasikan lagi untuk diberikan karena menyebabkan anemia hemolitik dan ikterus (Pucket, 2008).

2.3 Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK)

2.3.1 Definisi

Vitamin K merupakan salah satu vitamin larut dalam lemak, yang diperlukan dalam sintesis protein tergantung vitamin K (Vitamin Kdependent protein) atau GIa. Vitamin K diperlukan sintesis prokoagulan faktor II, VII, IX dan X (kompleks protrombin) serta protein C dan S yang berperan sebagai antikoagulan (menghambat proses pembekuan). Molekul-molekul faktor II, VII, IX dan X pertama kali disintesis dalam sel hati dan disimpan dalam bentuk prekursor tidak aktif. Vitamin K diperlukan untuk konversi prekursor tidak aktif menjadi faktor pembekuan yang aktif.Kekurangan vitamin K dapat menimbulkan gangguan dari proses koagulasi sehingga menyebabkan kecenderungan terjadinya perdarahan atau dikenal dengan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB).Gambar 2.1 menunjukkan terjadinya fase karbosilaksi dalam siklus metabolisme vitamin K. Pada kondisi defisiensi vitamin K, rantai polipeptida dari faktor koagulasi tergantung vitamin K tetap terbentuk normal, namun fase karboksilasi (proses gamma karboksilasi dari amino terminal glutamic acid) tidak terjadi. Sehingga bentuk akarboksi dari faktor II, VII, IX dan X tidak mampu berikatan dengan ion kalsium dan tidak dapat berubah menjadi bentuk aktif yang diperlukan dalam proses koagulasi.

Gambar 2.1 Siklus vitamin K dan reaksi karboksilasi.Kadar vitamin K pada ASI < 5 mg/ml, jauh lebih rendah dibandingkan dengan susu formula yaitu sekitar 50 - 60 mg/ml. Selain itu pada usus bayi yang mendapat susu formula, mengandung bakteri bacteriodes fragilis yang mampu memproduksi vitamin K. Sedangkan pada bayi dengan ASI eksklusif, ususnya mengandung bakteri Lactobacillus yang tidak dapat memproduksi vitamin K (Pansatiankul, 2008).2.3.2 EtiologiProses hemostasis merupakan mekanisme yang kompleks, terdiri dari empat fase yaitu fase vaskular (terjadi reaksi lokal pembuluh darah), fase trombosit (timbul aktifitas trombosit), fase plasma (terjadi interaksi beberapa faktor koagulasi spesifik yang beredar di dalam darah) dan fase fibrinolisis (proses lisis bekuan darah). Bila salah satu dari keempat proses ini terganggu, maka akan timbul gangguan pada proses hemostasis yang manifestasi klinisnya adalah perdarahan.Secara umum gangguan pembekuan darah maa anak disebabkan oleh beberapa keadaan seperti pada table 2.1

1. Kekurangan faktor pembekuan darah yang tergantung vitamin K

2. Penyakit hati

3. Percepatan penghancuran faktor koagulasi

a. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

b. Fibrinolisis (penyakit hati, agen trombolitik, pasca pembedahan)

4. Inhibitor terhadap faktor koagulasi

a. Inhibitor spesifik

b. Antibodi antifosfolipid

c. Lain-lain : antitrombin, paraproteinemia

5. Lain-lain

a. Setelah transfusi masif

b. Setelah mendapatkan sirkulasi ekstrakorporal

c. Penyakit jantung bawaan, amiloidosis, sindroma nefrotik

Tabel 2.1 Etiologi gangguan pembekuan darah masa anak2.3.3 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, frekuensi PDVK yang dilaporkan bervariasi antara 0,25-1,7%. Angka kejadian PDVK ditemukan lebih tinggi pada daerah-daerah yang tidak memberikan profilaksis vitamin K secara rutin pada bayi baru lahir.9 Survei di Jepang menemukan kasus ini pada 1:4.500 bayi, 81% di antaranya ditemukan komplikasi perdarahan intrakranial, sedangkan di Thailand angka PDVK adalah 1:1.200 bayi.10 Angka kejadian pada kedua negara ini menurun setelah diperkenalkannya pemberian vitamin K profilaksis pada semua bayi baru lahir.1,2 Angka kejadian perdarahan intrakranial karena PDVK di Thailand dilaporkan sebanyak 82% atau 524 kasus dari 641 penderita PDVK, sedangkan di Inggris 10 kasus dari 27 penderita atau sebesar 37%. Sedangkan di India angka kejadian PDVK dilaporkan sebanyak 1 kasus tiap 14.000 bayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis saat lahir.11 Berikut ini adalah hasil penelitian di beberapa negara mengenai insidens PDVK lambat pada bayi baru lahir baik yang telah mendapat profilaksis vitamin K atau belum .

(Tabel 1)

TABEL 1. INSIDENS PDVK LAMBAT DI BERBAGAI NEGARA No Nama Tahun penelitian Negara Pemberian profilaksis vitamin K Insidens per 100.000 kelahiran

1 Ungchusak K. 1983 Thailand Tidak 35

2 Khanjanathiti P 1977-78 Thailand Tidak 80

3 Chuansumrit A 1977-87 Thailand Tidak 80

4 Isarangkura P 1988-95 Thailand Sebagian besar 4,2-7,8

5 Nakayama K 1978-80 Jepang - (tidak diketahui) 25

6 Hanawa Y 1981-85 Jepang Sebagian 20

7 Hanawa Y 1985-88 Jepang Ya 6

8 Von Kries R 1998 Eropa Tidak 4-10

9 Victora CG 1998 AS Ya dan tidak 4,4-7,2

(Dikutip dari Isarangkura PB, Chuansumrit A. Vitamin K deficiency in infants. Hematology 1999 Educational Program and Scientific Supplement of the IX Congress of the International Society of Haematology, Asian-Pacific Division. Bangkok, Thailand. 1999) Data dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 1990-2000 terdapat 21 kasus PDVK. Tujuh belas kasus (81%) mengalami komplikasi perdarahan intrakranial dengan angka kematian 19% (Catatan Medik IKA-RSCM tahun 2000).2.3.4 Faktor Risiko

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya PDVK antara lain ibu yang selama kehamilan mengkonsumsi obat-obatan yang mengganggu metabolisme vitamin K seperti, obat antikoagulan oral (warfarin); obat-obat antikonvulsan (fenobarbital, fenitoin, karbamazepin); obat-obat antituberkulosis (INH, rifampicin); sintesis vitamin K yang kurang oleh bakteri usus (pemakaian antibiotik, khususnya pada bayi kurang bulan); gangguan fungsi hati (kolestasis); kurangnya asupan vitamin K dapat terjadi pada bayi yang mendapat ASI eksklusif, karena ASI memiliki kandungan vitamin K yang rendah yaitu 7:Distres Napas Berat; Ancaman Gagal Napas; membutuhkan Intubasi(perlu diperiksa Analisa Gas Darah/AGD)

2. Pemeriksaan fisik

a. Kulit

untuk menngetahui warna, temperature, kelembaban dan turgor (Bickley, 2008). Pada PDVK sering terjadi perdarahan kulit yang berupa purpura, ekimosis atau perdarahan melalui bekas tusukan jarum suntik.b. Kepala

Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil,sutura,moulase,caput succedaneum, cephal haematoma, hidrosefalus, rambut meliputi: jumlah,warna,dan adanya lanugo pada bahu dan punggung (Wong, 2004). Pada PDVK UUB menonjol, perdarahan intracranial.c. Wajah

Tanda-tanda paralitis, Ukuran, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran. Pada PDVK wajah terlihat pucat.

d. Mata

Ukuran, bentuk, posisi,(strabismus, pelebaran epicanthus) dan kesimetrisan, kekeruhan kornea, katarak congenital, trauma, keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, pendarahan subkonjungtiva.e. Hidung

Bentuk dan lebar hidung, pola pernapasan , kebersihan.f. Telinga

Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran.g. Mulut

Menilai ada tidaknya bibir sumbing, trismus (kesukaran membuka mulut) serta kelainan pada gusi, lidah dan gigi (Hidayat, 2006).

h. Leher

Adakah pembesaran kelenjar thyroid, adakah keretakan pada clavicula (normal rata atau tanpa gumpalan di sepanjang tulang simetris) (Varney, 2007).

i. Dada

Tampak retraksi dinding dada/tidak, payudara pada bayi laki-laki maupun perempuan mungkin terlihat membesar karena banyaknya hormon estrogen dari darah ibu.

j. Tali pusat dan Abdomen

Adakah pembesaran hati dan limfe ,adakah tanda-tanda infeksi pada tali pusat. PDVK dapat menyebabkan perdarahan pada tali pusat, dan terjadi hepatomegali ringan.k. Genetalia

Untuk mengetahui apabila laki-laki testis sudah turun, dan bila perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora (Nursalam, 2005).

l. Ekstremitas

Untuk mengetahui ada tidaknya oedem yang merupakan tanda sianosis (Nursalam, 2005).

m. AnogenitalMengetahui apabila laki-laki testis sudah turun, dan bila perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora (Nursalam, 2005).

3. Refleks

a) Moro reflekReflek yang timbul akibat rangsangan yang diberikan tiba-tiba yaitu dengan cara menepuk tempat tidur bayi atau dengan suara keras.b) Rooting reflek

Reflek memutar bila diberi rangsangan pada pipi bawah kanan atau kiri bayi akan mencari asal rangsangan.c) Sucking reflek

Menghisap, bila bayi diberi rangsangan pada mulutnya dengan menempelkan sesuatu, maka bayi akan menghisap rangsangan tersebut.

d) Graphs/ plantar reflek

Rangsangan yang diberikan pada telapak tangan dan kaki bayi dengan menyentuhkan jari pada posisi luar menuju ke telapak tangan dengan hati-hati maka bayi akan memegang jari pemeriksa.e) Walking Reflek

Disebut juga reflek berjalan hal ini dilakukan dengan cara menyentuh kaki bayi pada meja pemeriksaan kemudian akan tampak salah satu kakinya akan berjingkat (seperti orang berjalan).

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan untuk menunjang diagnosis penyakit, guna mendukung atau menyingkirkan diagnosis lainnya (Nurmalasari, 2010).

Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk mendeteksi defisiensi vitamin K termasuk skrining perdarahan, pemeriksaan kadar vitamin K secara direk atau indirek, dan pemeriksaan PIVKA II (protein induced by vitamin K antagonism or absence. Pada skrining perdarahan dijumpai masa protrombin (PT) dan activated partial thromboplastin time (aPTT) memanjang dengan kadar trombosit dan fibrinogen normal. Pemeriksaan konsentrasi vitamin K dalam plasma dengan teknik Fluorometric Detection dimana kadar normal pada orang dewasa 0,55 g/L. Pemeriksaan status vitamin K total juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan metabolit aglycone dalam urine dengan teknik HPLC (High Performance Liquid Chromatography) (Harrington, 2005).

II. Interpretasi Diagnosa / Masalah

Mengidentifikasi masalah dari data yang ada untuk menentukan diagnosa yang akurat, yang terdiri dari diagnosa, masalah dan kebutuhan Varney (2007). Interpretasi data diperoleh dari pengkajian data dasar pasien.

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007).

Dx:Neonatus usia .. (hari, minggu, bulan) dengan PDVK

Masalah : Masalah-masalah yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai data objektif (Varney, 2004).Masalah yang sering timbul pada bayi baru lahir dengan PDVK adalah terjadinya perdarahan pada GIT, tali pusat, ruam kemerahan pada bekas suntikan.Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam data objektif dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data (Varney, 2004)Kebutuhan pada kasus PDVK adalah pemberian vitamin K per oral atau per intravena.

III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial

Mengidentifikasi dengan hati-hati gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi dan mencegah masalah-masalah spesifik (Varney, 2004). IV. Identifikasi Kebutuhan Segera / Kolaborasi

Langkah ini ada bila langkah III ada, Langkah IV ini mengidentifikasi situasi yang gawat, agar diambil tindakan untuk kepentingan keselamatan jiwa (Varney, 2004).V. Rencana Asuhan / Intervensi

Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau dilakukan tindakan segera dan juga merupakan pengembangan perencanaan Asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya setiap rencana asuhan haruslah mencerminkan rasional yang valid berdasarkan pengetahuan (Varney, 2004).

1. Bayi dirawat dalam incubatorR/ untuk mencegah hipotermi

2. Observasi TTV dan diuresis

R/ untuk memantau kondisi bayi apakah dalam keadaan baik/tidak.

3. Menjaga jalan napas tetap bebas

R/ untuk mencegah hipoksia dan sianosis.

4. Bayi diletakkan dalam posisi miring dan kepala agak ditinggikanR/ Mencegah aspirasi serta penyumbatang laring oleh lidah dan untuk mengurangi tekanan vena serebral5. Pemberian vitamin K serta transfuse darah dapat ditimbangkan

R/ untuk menghentikan perdarahan dan mendapat tambahan komponen darah yang diperlukan.

6. Pemberian cairan melalui infus

R/ Pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat7. Pemberian obat-obatan valium/luminal bila ada kejang, kortikosteroid, antibiotika, pungsi lumbal.R/ untuk mencegah terjadinya kejang berulang.8. Tindakan bedah bila terjadi hematoma

R/ untuk menghilangkan hematoma.VI. Implementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah V secara efisien dan aman. Pelaksanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab dalam pelaksanaannya.

Pada manajemen asuhan kebidanan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksanannya asuhan yang menyeluruh. Pelaksanaan asuhan pada bayi dengan PDVK disesuaikan dengan rencana tindakan (Varney, 2004).1. Merawat bayi dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan pemberian O22. Perlu diobservasi secara cermat: suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan reaksi pupil, aktivitas motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi jantung (bradikardi/takikardi), denyut nadi dan diuresis. Diuresis kurang dari 1 ml/kgBB/jam berarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis lebih dari 1 ml/kgBB/jam menunjukkan fungsi ginjal baik.

3. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan 02.

4. Meletakkan bayi letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan larings oleh lidah dan kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena serebral.

5. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertimbangkan.

a. Bayi dengan PDVK harus di berikan vitamin K1 subkutan atau iv (0,5 -1 mg) dan 2 mg (pada kasus berat) dua atau tiga dosis dengan interval 4-8 jam , dengan kecepatan suntikan kurang dari 1 mg/menit b. Respons yang cepat terjadi dalam 4-6 jam dengan berhentinya perdarah an dan membaiknya masa protrombin. c. Bayi yang mengalami perdarahan luas juga harus mendapatkan fresh frozen plasma (FFP) 10 sampai 15 ml/kg. perdarahan yang hebat yang menyebabkan Hb turun (12 mg/dL ) diberikan packed red cells (P6. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa (5-10%) dan NaCl 0,9% dengan perbandingan 4:1 atau glukosa 5--10% dan Nabik 1,5% dengan perbandingan 4:1.

7. Pemberian obat-obatan :

a. valium/luminal bila ada kejang. Dosis valium 0,3-0,5 mg/kgBB, tunggu 15 menit, jika belum berhenti diulangi dosis yang sama. Bila berhenti diberikan luminal 10 mg/kgBB (neonatus 30 mg), 4 jam kemudian luminal per os 8 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari, selanjutnya 4 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan umum seterusnya.

b. kortikosteroid berupa deksametason 0,5-1 mg/kgBB/24 jam yang mempunyai efek baik terhadap hipoksia dan edema otak.

c. antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila ada manipulasi yang berlebihan.

8. Fungsi lumbal untuk menurunkan tekanan intrakranial, mengeluarkan darah, mencegah terjadinya obstruksi aliran likuor dan mengurangi efek iritasi pada permukaan korteks.9. Tindakan bedah darurat bila terjadi perdarahan/hematoma epidural walaupun jarang dilakukan explorative burrhole dan bila positif dilanjutkan dengan kraniotomi, evakuasi hematoma dan hemostasis yang cermat. Pada perdarahan/hematoma subdural, tindakan explorative burrhole dilanjutkan dengan kraniotomi, pembukaan duramater, evakuasi hematoma dengan irigasi menggunakan cairan garam fisiologik. Pada perdarahan intraventrikuler karena sering terdapat obstruksi aliran likuor, dilakukan shunt antara ventrikel lateral dan atrium kanan.

VII. Evaluasi

Menurut Varney (2007), evaluasi merupakan tindakan pengukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan tindakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai kriteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau tidak.Pendokumentasian menggunakan SOAP.

S: Data diperoleh dari keterangan/keluhan Ibu jika ada

O: Data diperoleh dari hasil pemeriksaan yang didapat secara keseluruhan.

A: Diagnosa yang ditetapkan dari data subyektif dan obyektif.

P: Perencanaan yang dilakukan sesuai diagnosa

BAB IV

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. A Usia 5 hari dengan Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK) di Ruang Perinatologi RSUD. Dr. Soedarsono Pasuruan

No. Register

: 7187/15010397

Tanggal

: 18 Mei 2015

Jam

: 24.00 WIB

Tempat Pengkajian: Ruang Perinatologi RSUD dr. Soedarsono Pasuruan

I Pengkajian Data Dasar

A. Subyektif

1. Biodata bayi

Nama bayi: Bayi Ny. A

Tanggal lahir: 14 Mei 2015

Usia bayi: 2 hariJenis Kelamin : Perempuan2. Biodata orang tua

Nama ibu: Ny. A

Nama Ayah: Tn. AU

Usia

: 30 th

Usia

: 31 th

Agama: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan: SMA

Pendidikan: SMA

Pekerjaan: Swasta

Pekerjaan: Swasta

Alamat: Ds. Tembero, Kejayan, Pasuruan

3. Alasan MRS

Rujukan dari RB Bertha atas indikasi muntah coklat.

4. Keluhan utama

Bidan yang merujuk mengatakan bayi muntah coklat.

5. Riwayat kesehaatan keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit DM, hipertensi, jantung, ginjal, asma, hepatitis maupun TBC.

6. Riwayat prenatal

Anak ke: 2

ANC

: rutin, di dokter

Keluhan: tidak terkaji

Riwayat keguguran: tidak pernah

7. Riwayat intranatal

Waktu persalinan: 14 Mei 2015, jam 15.38 WIB

Usia kehamilan: 40-41 minggu

Jenis persalinan: Spontan B

Penolong

: bidan

Tempat

: RB Bertha

Warna cairan ketuban : keruh

8. Riwayat neonatal

Keadaan umum: lemah

Jenis kelamin: laki-laki

BBL: 2900 gram

PB: 48 cm

Apgar Score : 7-8

9. Kebutuhan dasar

a. Nutrisi

Bayi minum ASI

b. Eliminasi

BAK : tidak terkaji banyaknya dikarenakan menggunakan diapers.

BAB : 2-3x/hari.

c. Istirahat

Bayi tidur pulas, bangun ketika BAB dan haus

d. Personal hygiene

Bayi dimandikan 1x/hari, ganti popok tiap BAB.

B. Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : cukup, menangis keras

Skor Down = 0

2. Antropometri

BBL : 2900 gram

BB sekarang : 2800 gram

PB: 48 cm

LK: 35 cm

LD: 33 cm

3. TTV:

SpO2 : 97%

HR: 127x/menit

RR: 48x/menit

S: 376 oC

4. Pemeriksaan fisik

a. Kulit

Terdapat bercak kemerahan pada wajah

b. Kepala

Simetris, bersih, tidak ada cephal hematoma, tidak ada caput succedaneum, tidak ada molase, ubun-ubun besar tidak menonjol, rambut hitam menyebar merata.

c. Wajah

Pucat, terdapat bintik-bintik kemerahan.

d. Mata

Simetris, sclera putih, conjungtiva pucat.e. Hidung

Simetris, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung

f. Telinga

Bersih, tidak ada serumen.

g. Mulut

Bibir kering, tidak ada labioskizis, palatoskizis, maupun labiopalatoskizis.h. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, limfa, bendungan vena jugularis.i. Klavikula

Tidak terdengar bunyi krepitus.

j. Dada

Tidak ada retraksi dada, payudara membesark. Tali pusat dan Abdomen

Tali pusat bersih, tidak ada perdarahan tali pusat, tali pusat masih basah.

l. Genetalia

Testis sudah turun.

m. Ekstremitas

Atas : gerakan normal, simetris kanan-kiri, tidak ada polidaktili maupun sindaktili.

Bawah: gerakan normal, simetris kanan-kiri, tidak ada polidaktili maupun sindaktili.

5. Pemeriksaan penunjang DL

Hasil :

WBC : 6,4 103/uL

HGB : 10.00g/dlHCT : 27,6%

PLT : 5 103/uL CRP

Hasil : (+) 24mg/dl

Albumin

Hasil : 3,8 mg/dl6. Riwayat PerawatanSebelum di rujuk ke RSUD dr. Soedarsono, di RB Bertha bayi mendapat terapi paracetamol puyer.II Interpretasi Data Dasar

Neonatus usia 2 hari dengan perdarahan akibat defisiensi vitamin K onset klasik.

Masalah : muntah coklat Kebutuhan : pasang OGT, cek retensi cairan, infus D10, injeksi vitamin K 1mg.III Diagnosa dan Masalah Potensial

-IV Kebutuhan Segera

Kolaborasi dengan dokter SpA terkait terapi obat, kebutuhan nutrisi dan pemeriksaan darah.V Perencanaan

Tanggal : 19 Mei 2015

Jam : 00.20 WIB1. Jaga kehangatan bayi

R/ untuk mencegah hipotermi 2. Lakukan perawatan tali pusat

R/ Mencegah terjadinya infeksi pada bayi

3. Pasang OGT

R/ mengetahui seberapa banyak retensi cairan

4. Pantau TTV setiap 2 jam

R/ untuk memantau kondisi bayi5. Lakukan Observasi kenaikan berat badan dengan menimbang bayi setiap pagi

R/ untuk memantau pertumbuhan bayi.

6. Memantau intake dan output bayi

R/ Deteksi adanya kelainan pada system pencernaan bayi.7. Melanjutkan terapi sesuai advice dokter SpA yaitu pemberian infus D10% 145cc/24 jam, Injeksi Ca gluconas 6cc/24 jam, Benutrion 60cc/24 jam. Injeksi ampisilin sx 2x300mg, Ranitidin 2x3mg, Gentamicin 1x15 mg, vitamin K 1 mg (3x), per oral : profat, dan bayi dipuasakan terlebih dahulu.VI Pelaksanaan

Tanggal : 19 Mei 2015

Jam : 00.25 WIB

1. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan baju, dibedong dan meletakkan pada box hangat.2. Melakukan perawatan tali pusat dan menjaga kebersihan bayi

3. Melakukan pemasangan OGT, retensi cairan 0,5 cc keruh bitnik coklat4. Melakukan observasi TTV pada bayi setiap 2 jam.5. Melakukan observasi penimbangan berat badan untuk mengetahui pertumbuhan anak.

6. Melakukan observasi intake dan output bayi.

7. Melanjutkan terapi sesuai advice dokter: Memasukkan Ca gluconas 6cc/24 jam, Benutrion 60cc/24 jam.

Mengatur tetesan infus D10% 145cc/24 jam 9 tpm sampai jam 08.00

Injeksi IV ampisilin sx 2x300mg, Ranitidin 2x3mg, Gentamicin 1x15 mg, vitamin K 1 mg

per oral : profatVII Evaluasi

Tanggal : 19 Mei 2015

Pukul : 00.30 WIB

S : -

O : Ku : cukup, menangis keras

TTV

SPO2 : 100%

HR : 136x/menit

RR : 48x/menit

S : 37oC

Kulit bayi bercak kemerahan, masih agak pucat, tali pusat bersih.

Bayi sudah BAK tetapi belum BAB Sudah terpasang OGT Ca gluconas 6cc/24 jam, Benutrion 60cc/24 jam sudah masuk

Tetesan infus D10% 145cc/24 jam 9 tpm sampai jam 08.00

Sudah dilakukan Injeksi IV ampisilin sx 2x300mg, Ranitidin 2x3mg, Gentamicin 1x15 mg, vitamin K 1 mg

Sudah diberikan profat per oral

A : Neonatus usia 2 hari dengan perdarahan akibat defisiensi

vitamin K

P : 1. Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan dibedong dan dimasukkan ke dalam box penghangat.2. Melanjutkan observasi TTV setiap 2 jam meliputi suhu, pernafasan, detak jantung, dan SPO2.

3. Menjelaskan kepada keluarga bahwa bayi sudah terpasang OGT dan infus, serta menjelaskan kondisi bayi saat ini bahwa keadaannya mulai membaik, muntah coklat berkurang.dan bayi masih dipuasakan namun keluarga tidak perlu kuatir karena sudah diberikan infus sebagai nutrisi bayi.

Catatan PerkembanganTanggal 19 Mei 2015

Pukul : 02.00 WIB

S : -

O : TTV :

SPO2 : 100%

HR: 146x/menit

RR: 46x/menit

S: 37, 2oC

Eliminasi : BAB +. Lembut, warna kuning

BAK + tidak terkaji jumlahnya

A : Neonatus usia 2 hari dengan perdarahan akibat defisiensi

vitamin K

P : 1. Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan dibedong dan dimasukkan ke dalam box penghangat.

2. Melanjutkan TTV setiap 2 jam.

4. Kaji pola eliminasi yaitu BAB dan BAK

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan praktek tentang asuhan kebidanan pada Bayi Ny. A dengan perdarahan akibat defisiensi vitamin K dengan menggunakan manajemen asuhan kebidanan menurut Varney, yang terdiri dari tujuh langkah yaitu: pengkajian, interpretasi data, diagnose potensial, kebutuhan segera, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian dengan mengumpulkan data dasar yang merupakan tahap awal dari manajemen kebidanan dilaksanakan dengan cara wawancara dan observasi langsung. Hasil pengkajian pada tanggal 18 Mei 2015 diperoleh bayi rujukan dari RB Bertha lahir spontan pada tanggal 16 Mei 2015 pukul 15.30 WIB, BB : 2800 gram, PB 48 cm, LK 35 cm, LD 33 cm, mengalami muntah coklat, pemeriksaan fisik yaitu terdapat bintik kemerahan pada muka bayi, bayi pucat, muntah coklat (gangguan pada GIT), TTV dalam batas normal. Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.

2. Interpretasi data

Interpretasi data dalam asuhan kebidanan pada Bayi. Ny. A dengan perdarahan akibat defisiensi vitamin K menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney. Dalam teori dengan PDVK segera diberikan vitamin K1 secara subkutan atau intravena dengan dosis 0,5-1 mg, untuk kasus yang berat dapat diberikan 2 mg dua atau tiga dosis dengan interval 4-8 jam (Lubis, 2005).

Dalam kasus ini diagnose kebidanannya adalah Neonatus usia 2 hari dengan perdarahan akibat defisiensi vitamin K, Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek yaitu menurut teori bayi dengan defisiensi vitamin K dilakukan pemberian vitamin K 1 mg selama 3 hari.

3. Diagnosa potensialDiagnosa potensial ini muncul karena adanya permasalahan atau diagnose yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Pada teori menurut Varney (2004).

Diagnosa potensial pada kasus ini tidak ada sedangkan diagnose potensial sesuai teori adalah jika perdarahan pada GIT tidak tertangani dengan baik maka akan terjadi perdarahan intrakranial. Hal ini tidak sesuai dengan teori.4. Kebutuhan Segera5. Perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang telah ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Dalam langkah perencanaan menurut rekomendasi yang diajukan HTA sebagai berikut (Health Technology Assesment Indonesia, 2003):

a. Semua bayi baru lahir mendapat profilaksis vitamin K1.

b. Dosis yang diberikan 1 mg dosis tunggal IM atau oral 3 kali masing-masing 2 mg pada waktu lahir, umur 3-7 hari, dan saat bayi berumur 1-2 bulan.

c. Untuk bayi yang lahir ditolong dukun diwajibkan pemberian vitamin K1 secara oral.

d. Ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat vitamin K 5 mg sehari selama trimester ketiga atau 24 jam sebelum melahirkan diberikan vitamin K 10 mg/IM, kepada bayinya diberikan vitamin K 1 mg IM dan diulang 24 jam kemudian.

Jadi dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

6. Pelaksanaan

Pada langkah evaluasi ini merupakan langkah terakhir dari asuhan kebidanan yang bertujuan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dalam pemberian asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi Ny. A dengan PDVK. Setelah dilakukan asuhan kebidanan semua perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada bayi Ny. A dengan PDVK serta adanya kerja sama yang baik antara keluarga pasien dan tenaga medis, hasil yang diperoleh dari evaluasi adalah tidak ada komplikasi dan keadaan umum anak baik, tidak rewel, suhu stabil, retensi cairan jernih. Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus.

7. Evaluasi

Pada langkah evaluasi ini merupakan langkah terakhir dari asuhan kebidanan yang bertujuan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dalam pemberian asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi.Ny. A dengan PDVK. Setelah dilakukan asuhan kebidanan semua perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada bayi Ny. A dengan febris serta adanya kerja sama yang baik antara keluarga pasien dan tenaga medis yang lain, hasil yang diperoleh dari evaluasi adalah tidak ada komplikasi dan keadaan umum anak baik, tidak rewel, suhu terjaga tetap normal. Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus.

BAB VI

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan pada asuhan kebidanan pada bayi Ny. A dengan PDVK di RSD dr. Soedarsono Pasuruan maka penulis mengambil kesimpulan

1. Pengkajian pasien dengan melibatkan ibu dan keluarga serta diperlukan pengkajian yang teliti dengan lengkap agar dapat menegakkan diagnose dengan tepat.

2. Pada langkah interpretasi data untuk menentukan diagnosa, masalah kebutuhan dan diperlukan data yang cukup mendukung yaitu data dasar yang terdiri dari data subjektif dan data objektif. Sehingga diagnosis kebidanan yang didapatkan bayi Ny. A usia 5 dengan PDVK

3. Perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi sudah sesuai dengan teori.

1.2 Saran

1.2.1 Bagi penulisa. Perlu peningkatan pemahaman tentang bahaya muntah coklat pada bayi baru lahir dan segera memberikan asuhan pada bayi baru lahir dengan PDVK b. Dapat mengetahui tentang pentingnya pemberian vitamin K pada bayi baru lahir

1.2.2 Bagi ProfesiMemberikan referensi secara konseptual sesuai hasil asuhan kebidanan pada bayi dengan PDVK1.2.3 Bagi Rumah SakitDapat meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD dr. R. Soedarsono Pasuruan pada bayi dengan defisiensi vitamin K.VKDB diniVKDB klasikVKDB lambat

(APCD

)Secondary PC

deficiencyUmur< 24 jam1-7 hari (terbanyak 3-5

hari)2 minggu 6

bulan (terutama

2-8 minggu)Segala usiaPenyebab &

Faktor resikoObat yang

diminum

selama

kehamilan-Pemberian makanan

terlambat

-Intake Vit K inadekuat

-Kadar vit K rendah pada ASI

-Tidak dapat profilaksis

vit K-Intake Vit K inadekuat

-Kadar vit K rendah pada ASI

-Tidak dapat profilaksis vit K-obstruksi bilier

-penyakit hati

-malabsorbsi

-intake kurang

(nutrisi

parenteral)Frekuensi