LATAR BELAKANG

21
LATAR BELAKANG PERUBAHAN LINGKUNGAN EKSTERNAL MELALUI PROSES GLOBALISASI Setiap negara dituntut untuk meningkatkan daya saingnya, sehingga mampu berkompetisi secara global PERUBAHAN LINGKUNGAN INTERNAL/NASIONAL YAITU OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI FISKAL Mendorong kemandirian daerah dalam menciptakan kondisi perekonomian yang lebih baik, berdasarkan preferensi dan kebutuhan masyarakatnya Daya saing negara harus ditumpukan pada daya saing daerah sehingga daerah-daerah di Indonesia perlu mengembangkan kompetensi khas (inti) daerah Kompetensi Inti daerah haruslah dengan memungkinkan berkembangnya kemitraan antar-daerah dan menghindari persaingan tidak sehat antar-daerah, artinya, pengembangan kompetensi inti daerah haruslah berada dalam kerangka NKRI

description

LATAR BELAKANG. PERUBAHAN LINGKUNGAN EKSTERNAL MELALUI PROSES GLOBALISASI Setiap negara dituntut untuk meningkatkan daya saingnya, sehingga mampu berkompetisi secara global PERUBAHAN LINGKUNGAN INTERNAL /NASIONAL YAITU OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI FISKAL - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of LATAR BELAKANG

Page 1: LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

PERUBAHAN LINGKUNGAN EKSTERNAL MELALUI PROSES GLOBALISASI Setiap negara dituntut untuk meningkatkan daya saingnya,

sehingga mampu berkompetisi secara global

PERUBAHAN LINGKUNGAN INTERNAL/NASIONAL YAITU OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI FISKAL Mendorong kemandirian daerah dalam menciptakan kondisi

perekonomian yang lebih baik, berdasarkan preferensi dan kebutuhan masyarakatnya

Daya saing negara harus ditumpukan pada daya saing daerah sehingga daerah-daerah di Indonesia perlu mengembangkan kompetensi khas (inti) daerah

Kompetensi Inti daerah haruslah dengan memungkinkan berkembangnya kemitraan antar-daerah dan menghindari persaingan tidak sehat antar-daerah, artinya, pengembangan kompetensi inti daerah haruslah berada dalam kerangka NKRI

Page 2: LATAR BELAKANG

STRATEGI UNTUK MEMENANGKAN PERSAINGAN

Competitive Strategy Competitive Strategy

Competitive Advantage Competitive Advantage

Distinctive Competencies Generic Strategy

Organizational Capabilities

Competitive Position

Resource Available: Tangibles, Intangibles, HR

Market Attractiveness

Resource Based Strategy Market Based Strategy

Page 3: LATAR BELAKANG

KOMPETENSI INTI & DAYA SAING DAERAH

Kompetensi Inti dapat menjadi kunci keberhasilan kabupaten/kota dalam menentukan arah pembangunan masa depan, sesuai keunggulan daya saing yang dimiliki.

Didasarkan pada berbagai indikator ekonomi dan sosial, serta perangkat kebijakan pendukung : Kompetensi Inti dapat menjadi pertimbangan utama

dalam penyusunan kebijakan kabupaten/kota mengenai industri yang akan dikembangkan

Kompetensi Inti dapat menjadi sumber keunggulan kabupaten/kota dalam menghadapi persaingan global, serta mendorong kemandirian pembangunan.

Page 4: LATAR BELAKANG

KUMPULAN KEAHLIAN,

PENGETAHUAN, DAN

TEKNOLOGI YANG VITAL BAGI

BISNIS.

KOMPETENSI INTI

Page 5: LATAR BELAKANG

KARAKTERISTIK KOMPETENSI INTI

• Merupakan sumber keunggulan bersaing (mempunyai kontribusi besar dalam memberi manfaat bagi pasar)

• Berpotensi untuk diaplikasikan di beragam pasar (dapat menghasilkan beragam produk yang bernilai bagi pasar)

• Sulit ditiru pesaing

Page 6: LATAR BELAKANG

KONSEP SAKA-SAKTI(SATU KABUPATEN-SATU KOMPETENSI

INTI)

Memberdayakan para pelaku ekonomi di daerah dengan menggali potensi dasar sumber daya saing (kompetensi inti), baik yang bersifat tangibles, intangibles, maupun very intangibles.

Kabupaten/kota dikembangkan bukan berdasarkan komoditas/produk unggulan melainkan berdasarkan kompetensi inti.

Pengembangan kompetensi inti didasarkan pada pembelajaran kolektif dari SDM.

Kerjasama/kemitraan antar-daerah dimungkinkan melalui penguasaan kompetensi inti yang berbeda (melalui kebijakan Rantai-Nilai Lintas-Batas dan Analisis Skala dan Cakupan Ekonomis).

Page 7: LATAR BELAKANG

KOMPETENSI INTI VS PRODUK UNGGULAN

MENGUBAH SUDUT PANDANG YANG TERFOKUS PADA PRODUK UNGGULAN

MENJADI SUDUT PANDANG YANG TERFOKUS PADA KOMPETENSI INTI

MENUNTUT KESEDIAAN DAN KEMAMPUAN MENEMUKAN/ MENGEMBANGKAN MASA DEPAN

Page 8: LATAR BELAKANG

UNTUK MENEMUKAN MASA DEPAN

Organisasi Harus:

Tidak Saja

Menjalani Proses Pembelajaran (Learning)

Melainkan Juga

Menjalani Proses Penanggalan (Unlearning)

Page 9: LATAR BELAKANG

Melepaskan Diri Dari MIOPIA

Pasar Yang Dilayani

Melepaskan Diri Dari MIOPIA

Konsep Produk Yang Ada

Menantang Korelasi Terbalik

Biaya – Kinerja

Menjadi “Pelanggar Aturan”

LANDASAN MENGEMBANGKAN WAWASAN KE DEPAN

Page 10: LATAR BELAKANG

KAWASAN INDUSTRI TERINTEGRASI

Industrialisasi dilakukan secara terintegrasi dengan sektor ekonomi lain sehingga diperlukan adanya:-Konsentrasi lokasi industri, diprioritaskan pada

“cabang industri yang memiliki keunggulan komparatif”-Meningkatkan kemampuan masyarakat sektor industri untuk menguasai dan mengembangkan teknologi industriInvestasi untuk pendidikanSuasana kondusif di industri untuk kreatifitas dan inovasiKebijakan riset dan inovasi yang mendorong perusahaan untuk mengembangkan kemampuan teknologi di Indonesia.

Proses industrialisasi perlu didukung dengan adanya:-Peningkatkan infrastruktur penunjang oleh pemerintah dan swasta-Meningkatkan penguasaan pasar internasional, dapat dilakukan melaluiPromosi dan misi dagangMembangun aliansi di negara tujuan ekspor.- Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN)

Reindustrialisasi(transformasi

Industri)

Pusat Pertumbuhan

Industri

Perkembangan Industri

KawasanIndustri

Terintegrasi

Page 11: LATAR BELAKANG

PERKEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI

Pendekatan untuk mempercepat pembangunan industri :“Kombinasi pendekatan sektoral dengan mengembangkan klaster

industri dan pendekatan regional yang berlandaskan pada keunggulan komparatif yang dimiliki oleh daerah.”Pendekatan Sektoral :

Pengembangan klaster-klaster industri di daerah yang menunjang pengembangan industri terintegrasi dari hulu ke hilir

Pendekatan Sektoral :Pengembangan klaster-klaster industri di daerah yang menunjang pengembangan industri terintegrasi dari hulu ke hilir

Pendekatan Regional:Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri.

Pendekatan Regional:Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri.

Perkembangan kawasan industri di Indonesia telah melalui dua tahapan perkembangan berdasarkan karakteristik dan pola pengelolaan.

1. Tahapan pertama (Generasi I) : ditandai dengan pembangunan kawasan industri yang dilakukan dan dikelola serta dikendalikan pengembangannya oleh Pemerintah.

2. Tahapan kedua (Generasi II) : melibatkan keikutsertaan pihak swasta dalam pengelolaannya dimana Pemerintah berperan dalam pengawasan dan pengendalian.

Pembangunan Industri

Page 12: LATAR BELAKANG

KAWASAN INDUSTRI MODERN GENERASI III

Dampak Negatif Kawasan Industri Generasi I dan II

Selain dampak positif atau keuntungan yang didapat dari pengembangan industri, juga terdapat resiko yang biasanya berdampak pada aspek lingkungan. Misalnya pencemaran lingkungan akibat polusi dan limbah yang dihasilkan oleh industri.

Kawasan Industri Modern Generasi III

“Menjawab kekurangan dari kawasan industri generasi sebelumnya. “

Konsep Kawasan Industri Modern antara lain dengan ciri-ciri : Berbasis pada sumber daya industri daerah Didukung oleh sistem infrastruktur terpadu Berwawasan lingkungan Inovatif dengan kegiatan penelitian dan pengembangan industri Didukung oleh sistem pendidikan untuk pengembangan sumber daya

manusia Dilengkapi dengan fasilitas pengembangan masyarakat seperti perumahan,

pusat perbelanjaan, rekreasi, pergudangan dan lain-lain.

Page 13: LATAR BELAKANG

Karakteristik

Kawasan Industri Generasi Pertama

(1970-1989)

Kawasan Industri Generasi Kedua(1989-Sekarang)

Kawasan Industri Generasi Ketiga(kedepannya)

Produk Beraneka ragam, belum terfokus

Tidak spesifik Berbasis kompetensi inti industri daerah/ memiliki pohon industri yang akan dikembangkan

Infrastruktur Tidak terintegrasi dengan dukungan sarana lain (listrik, air, dsb)

Mengarah pada integrasi sarana dan prasarana penunjang kawasan industri (sekolah, R&D, permukiman, dsb)

Terintegrasi dengan seluruh dukungan sarana (area komersial, R&D, pendidikan, perumahan, listrik, air, dll)

Lingkungan Kurang intensifnya pengelolaan limbah

Memperhatikan lingkungan Memperhatikan lingkungan (misal: hutan )

Arahan pengembangan

Mendorong pertumbuhan kawasan industri

Menarik investor dan secara bertahap mengarah saling menunjang

Mengarah pada pengembangan kota baru dan kawasan industri modern

Research & Development

Belum terdapat pusat-pusat R&D

R&D dilakukan tersendiri oleh masing-masing perusahaan

Didirikannya pusat-pusat R&D di setiap KI

Regulasi Belum terintegrasi dengan peraturan terkait lainnya

Peraturan sudah mulai terkoordinasi dengan peraturan lainnya (tata ruang, lingkungan, dll)

Regulasi yang sinergis dan efisien antar sektor industri dengan sektor lainnya

Penataan Lokasi/Tata Ruang

Berada di dalam zona industri

Berada di dalam kawasan peruntukan industri (sejak UUPR 26/2007 dan PP 24/2009)

Berada di dalam kawasan peruntukan industri

TAHAPAN KAWASAN INDUSTRI

Page 14: LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang kaya dengan potensi sumber daya alam, baik yang terbarukan (hasil bumi) maupun yang tidak terbarukan (hasil tambang dan mineral). Kekayaan sumber daya alam tersebut tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Indonesia menjadi salah satu produsen besar di dunia untuk berbagai komiditas. Beberapa diantaranya adalah: Cengkeh (produsen terbesar dunia), Kelapa Sawit (produsen dan eksportir terbesar dunia), Karet Alam (produsen terbesar kedua dunia), Kakao (produsen terbesar kedua dunia), dan bermacam2 hasil bumi lainnya.

Kekayaan sumber daya alam ini harus dapat dikelola seoptimal mungkin, dengan pengertian kecenderungan untuk mengekspor dalam bentuk bahan mentah harus diubah menjadi bahan olahan yang bernilai tambah jauh lebih tinggi.

SUMBER DAYA ALAM INDONESIA

Page 15: LATAR BELAKANG

Sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia, dalam kurun waktu 20 tahun mendatang Indonesia akan memasuki periode “bonus demografi”, yaitu periode di mana angka dependency ratio (indeks perbandingan antara usia tidak produktif dibagi usia produktif) mencapai angka minimal (di bawah 50%) sehingga dalam periode ini akan terdapat lebih banyak tenaga kerja produktif yang dapat diberdayakan untuk mendorong peningkatan produktivitas nasional yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi.

Periode “Bonus Demografi”

India mempunyai poten-si yang sama, di mana penduduk usia kerja ma-sih meningkat tinggi se-mentara Rusia dan Je-pang menurun,

Bonus Demografi ini harus dimanfaatkan secara maksimal di saat negara lain menghadapi situasi

“aging population”

Bonus Demografi ini harus dimanfaatkan secara maksimal di saat negara lain menghadapi situasi

“aging population”

BONUS DEMOGRAFI

Page 16: LATAR BELAKANG

PENDEKATAN DAYA SAING

KEUNGGULAN KOMPARATIF YANG SANGAT SIGNIFIKAN (DAVID RICARDO, 1817).

PERLU KONVERSI KEUNGGULAN KOMPARATIF MENJADI KEUNGGULAN KOMPARATIF

PERSAINGAN SEPANJANG RANTAI NILAI (PETER F. DRUCKER, 1999)

PERSAINGAN DI FIXED COST (FAISAL BASRI, 2006)

KONSEP KLASTER (MICHAEL E. PORTER, 1990)

Page 17: LATAR BELAKANG

KUANTAN PORT CITY

KETERSEDIAAN BAHAN BAKU: SUPLAI CPO DARI SEKITARNYA SEBESAR 2 JUTA TON/THN

INFRASTRUKTUR UNTUK PENGANGKUTAN BARANG CAIR, CURAH DAN KONTAINER SANGAT BAIK

INSENTIF PELATIHANINSENTIF R&D DAN PENGEMBANGAN

TEKNOLOGIDUKUNGAN LEMBAGA LITBANG

Page 18: LATAR BELAKANG

MASALAH KALIMANTAN BARAT

KETERSEDIAAN SUPLAI CPO, PRODUKSI SEKITAR 1 JUTA TON/TAHUN, SIAPA PEMILIKNYA?

ENERGIINFRASTRUKTUR PENDUKUNG UNTUK

PASOKAN BAHAN BAKU, SEPERTI JALAN RAYA DAN/ATAU KERETA API

INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PEMASARAN HASIL PRODUKSI, SEPERTI PELABUHAN

Page 19: LATAR BELAKANG

POTENSI

KETERSEDIAAN BAUKSIT, JANGAN SAMPAI PENGALAMAN KAYU TERULANG

KARAKTERISTI DARI INDUSTRI ALUMINIUM, SANGAT PADAT ENERGI; ALUMINIUM SERING DISEBUT SEBAGAI ‘SOLID ENERGY’, JADI DIPERLUKAN ENERGI YANG BESAR DENGAN HARGA YANG RELATIF MURAH

SDM UNTUK MENGOLAH, BERSIFAT ATRIBUTIF

Page 20: LATAR BELAKANG

LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DITEMPUH

BERBASISKAN ALUMINIUMPENGADAAN ENERGI MURAH (PLTN, PLTG)PEMBANGUNAN SMELTER UNTUK

MENGHASILKAN ALUMINIUMMENGUNDANG INVESTOR INDUSTRI HILIR

ALUMINIUMBERBASISKAN GAS ALAMPEMBANGUNAN INDUSTRI PETROKIMIA (JIKA GAS

TERSEDIA)PENGEMBANGAN INDUSTRI HILIR CPO, ALUMINA

CHEMICAL GRADEMEMERLUKAN PELABUHAN DENGAN

KEDALAMAN SEKITAR 16 M (MINIMUM).

Page 21: LATAR BELAKANG

KALAU ADA JARUM YANG PATAHJANGAN DISIMPAN DIDALAM PETIKALAU ADA KATA YANG SALAHJANGAN DISIMPAN DIDALAM HATI

TERIMA KASIH