Latar belakang
-
Upload
taa-mutiara-ismet -
Category
Documents
-
view
146 -
download
1
description
Transcript of Latar belakang
SINOPSIS
PENGEMBANGAN THREE TIER TEST SEBAGAI INSTRUMEN
PENDETEKSI MISKONSEPSI KIMIA PADA MATERI IKATAN KIMIA
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
perkembangan manusia. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia
yang berkualitas pula. Pendidikan sains yang berkualitas dipengaruhi oleh lima
ranah yaitu pemahaman konsep, keterampilan proses, kreativitas, pengembangan
sikap dan penggunaan konsep dalam kehidupan sehari-hari.1
Ilmu kimia memiliki konsep yang sangat luas. Konsep-konsep tersebut ada
yang bersifat abstrak dam konkrit. Menurut Middlecamp & Kean ,belajar kimia
adalah belajar konsep kimia yang selalu bersifat abstrak. Hal inilah yang
seringkali juga menyebabkan peserta didik sulit untuk memahami konsep-konsep
kimia. Sejalan dengan hal tersebut, Johnstone & MacGuire menyatakan bahwa
konsep-konsep sains yang sifatnya abstrak telah terbukti sulit dipahami oleh
sebagian besar peserta didik. Lebih lanjut Mulyati Arifin mengemukakan sumber
kesalahan yang dilakukan peserta didik ketika mempelajari kimia antara lain
membaca kalimat dan istilah, memahami konsep, dan operasi matematika.2
1 Noly Pramu Iriyanti Sri Mulyani, daan Sri Retno Dwi Ariani, Identifikasi Miskonsepsi pada Materi Pokok Wujud Zat Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Bawang Tahun Ajaran 2009/2010, (Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret,2012),hlm. 8
2 Das Salirawati,Laporan Hibah Disertasi,Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132001805/Laporan%20Hibah%20Disertasi.doc pada 23 Januari 2014
Salah satu materi kimia yang bersifat abstrak adalah ikatan kimia. Karena
dalam materi tersebut banyak mempelajari tentang suatu konsep yang sulit
dibayangkan oleh peserta didik. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap
seorang guru kimia SMA, ikatan kimia merupakan materi yang menuntut peserta
didik untuk memahami bukan menghapal materi tersebut. Selama ini instrumen
penilaian yang digunakan tidak dapat mengidentifikasi siswa yang mengalami
miskonsepsi. Oleh karenanya, dibutuhkan instrumen yang dapat mendeteksi
miskonsepsi3.
Selain itu, berdasarkan tes yang diberikan kepada peserta didik SMA kelas
X diketahui bahwa peserta didik mengalami miskonsepsi pada materi ikatan
kimia. Miskonsepsi terjadi pada pemahaman tentang pembentukan ikatan,
kepolaran senyawa, gaya intermolekul, dan struktur NaCl. Miskonsepsi yang
dialamu peserta didik dapat dijelaskan dengan teori pembelajaran kontruktivisme4.
Menurut teori konstruktivisme, pemahaman konsep seseorang diperoleh dengan
mengkonstruksi pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya. Dalam upaya
membangun pemahaman itulah miskonsepsi dapat dialami peserta didik5.
Adanya miskonsepsi ini tentu akan sangat menghambat pada proses
penerimaan dan asimilasi pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri peserta didik,
sehingga akan menghalangi keberhasilan peserta didik dalam proses belajar lebih
lanjut. Ini merupakan masalah besar dalam pengajaran kimia yang tidak bisa
3 Hasil wawancara dengan Khairul Akmal S.Pd, M.Pd, M.Si di SMA Negeri 9 Pekanbaru pada 30 Mei 2014
4 Hasil tes yang diberikan kepada 12 orang peserta didik kelas X.2 SMA Negeri 9 Pekanbaru pada 30 Mei 2014
5 Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalan Pendidikan Fisika, (Jakarta : Gramedia, 2013), hlm. 30
dibiarkan. Seiring dengan tumbuhnya kesadaran akan hal tersebut, maka berbagai
upaya untuk menanggulangi masalah miskonsepsi ini terus dikembangkan. Akan
tetapi, sebelum bicara jauh mengenai penanggulangan miskonsepsi. Hal yang
paling penting untuk dilakukan terlebih dahulu adalah mengidentifikasi
miskonsepsi materi kimia yang terjadi pada peserta didik. Karena tanpa
mengetahuinya, maka tidak dapat ditentukan cara untuk penenggulangannya.
Selain itu, teknik yang digunakan dalam mengidentfikasi sangat menentukan agar
kita dapat membedakan antara peserta didik yang paham konsep, salah konsep
(miskonsepsi) atau tidak tahu konsep. Kesalahan dalam pengidentifikasian akan
berujung pada kesalahan dalam penanggulangan. Akhirnya, miskonsepsi yang
dialami peserta didik bersifat resistan dan tidak kunjung dapat diperbaiki.
Miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan melakukan penilaian terhadap
peserta didik. Berdasarkan pada beberapa hasil penetilitian, miskonsepsi peserta
didik dapat diidentifikan melalui beberapa teknik, diantaranya meliputi instrumen
peta konsep, tes multiple choice dengan reasoning terbuka, tes esai tertulis,
wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, praktikum dengan tanya jawab, two
tier test, dan three tier test.
Berdasarkan studi literatur, three tier test merupakan salah satu bentuk
instrumen yang dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi pada
pembelajaran kimia. Abayneh Lemma dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwan instrumen three tier test lebih reliabel dan valid dibandingkan two tier
test. Selain itu, dapat pula dibedakan antara peserta didik yang menjawab salah
karena mengalami miskonsepsi atau kurang pengetahuan6.
Pada kurikulum 2013, mata ikatan kimia disajikan pada SMA kelas X. Materi
ikatan kimia merupakan materi yang essensial. Karena materi ini merupakan
materi dasar untuk penerimaan konsep kimia selanjutnya, misalnya hidrokarbon,
senyawa turunan alkana, dan makromolekul. Oleh karena itu, penelitian ini akan
mengembangkan three tier test sebagai instrumen yang mudah digunakan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik pada materi ikatan kimia.
6 Abayneh Lemma, Diagnosing The Diagnostics: Misconceptions Of Twelfth Grade Students on Selected Chemistry Concepts in Two Preparatory Schools in Eastern Ethiopia, AJCE, 2012, 2(2), hlm. 16-31
B. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian ini,
maka penulis menegaskan makna dari setiap istilah yang terdapat pada judul.
1. Penelitian pengembangan merupakan suatu jenis penelitian yang bertujuan
untuk mengembangkan suatu produk/model dan menilai produk/model
yang dikembangkan.
2. Pengembangan instrumen adalah pembuatan instrumen dengan
mengembangkan bentuk instrumen tersebut sehingga ada pembaharuan
terhadap instrumen-instrumen yang telah dibuat sebelumnya
3. Miskonsepsi atau salah konsep merujuk pada suatu konsep yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar
dalam bidang itu.7
4. Instrumen adalah alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan penilaian
atau evaluasi.
5. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menilai kesulitan belajar
dan miskonsepsi pada peserta didik terhadap suatu materi pembelajaran.
6. Three tier test merupakan tes untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang
terdiri dari tiga tingkatan pertanyaan, meliputi soal pilihan ganda biasa,
pilihan alasan dan pertanyaan akan keyakinan jawaban pada dua tahap
sebelumnya.
7 Paul Suparno,Op.Cit.,hlm.4
7. Ikatan Kimia merupakan salah satu materi kimia di kelas X SMA/MA.
Materi pokok ikatan kimia mencakup ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan
logam, kepolaran senyawa, bentuk molekul, dan gaya antarmolekul.
C. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan gejala yang penulis paparkan, maka penulis
dapat mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Peserta didik sulit memahami konsep ikatan kimia yang bersifat abstrak
b. Peserta didik membentuk pengetahuannya sendiri dalam kontak dengan
lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari yang dapat menyebabkan
miskpnsepsi.
c. Miskonsepsi peserta didik harus harus diidentifikasi sejak dini. Jika tidak,
maka akan bersifat resistan dan semakin sulit untuk diperbaiki.
d. Miskonsepsi dapat dideteksi dengan instrumen pendeteksi miskonsepsi
yang berbeda dengan instrumen penilaian hasil belajar.
2. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian pengembangan ini meliputi:
a. Instrumen penelitian yang dikembangkan adalah tes diagnostik
miskonsepsi kimia berupa three tier test pada materi karakterisitik zat
yang memenuhi kualitas instrumen yang baik melalui validasi yang
dilakukan oleh ahli materi dan ahli evaluasi.
b. Untuk lebih memfokuskan letak miskonsepsi yang dialami peserta didik,
peneliti membatasi konsep ikatan kimia pada konsep-konsep, yakni ikatan
ion, ikatan kovalen, ikatan logam, kepolaran senyawa dan gaya
antarmolekul.
c. Kelayakan instrumen diperoleh dari penilaian 5 guru Kimia SMA/MA.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana ciri proses dan produk pada pengembangan instrumen bentuk
three tier test untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada materi ikatan?
2. Apakah three tier test yang dikembangkan layak digunakan sebagai
instrumen dalam identifikasi miskonsepsi pada materi ikatan kimia?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk:
a. Mengetahui ciri proses dan produk pada pengembangan instrumen bentuk
three tier test untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada materi ikatan
kimia.
b. Mengetahui kelayakan three tier test yang dikembangkan sebagai
instrumen dalam identifikasi miskonsepsi pada materi ikatan kimia.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Bagi pendidik
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan acuan oleh pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga apabila terjadi miskonsepsi dapat ditangani
lebih dini.
b. Bagi peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan, dan keilmuwan khususnya tentang hal-hal
yang memungkinkan terjadinya miskonsepsi sehingga dapat menjadi acuan saat
menjadi guru, agar tidak mengajarkan konsep yang salah.
c. Bagi sekolah
Sebagai bahan acuan dalam melakukan kontrol dalam proses pembelajaran
dan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kurikulum dan program
pengajaran.
d. Bagi peserta didik
Perbaikan pemahaman peserta didik terhadap konsep kimia dan setidaknya
dapat mengurangi tingkat miskonsepsi peserta didik.
E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen yang dikembangkan mampu mendeteksi terjadi tidaknya
miskonsepsi kimia pada materi ikatan kimia.
2. Instrumen yang dikembangkan berupa tes diagnostik bentuk three tier test.
3. Setiap butir soal three tier terdiri atas tiga rangkaian soal bertingkat. Soal
pada tingkat pertama berupa soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban.
Soal pada tingkat kedua menyediakan 4 pilihan jawaban alasan untuk soal
tingkat pertama dan satu tempat kosong untuk mengisi alasan secara
bebas. Pada tingkat ketiga, terdapat pertanyaan penegasan, apakah peserta
didik yakin atau tidak akan jawaban yang diberikan pada tingkat
sebelumnya.
4. Instrumen disusun berdasarkan kompetensi inti, kompetensi dasar, dan
pernyataan miskonsepsi yang terdapat pada materi ikatan kimia yang
sudah ditemukan.
D. Metodologi Penelitian
1. Model Pengembangan
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan, yaitu penelitian yang
bertujuan menghasilkan suatu produk dan meneliti kualitas produk tersebut.
Produk yang akan dihasilkan adalah tes diagnostik bentuk three tier test sebagai
instrumen pendeteksi miskonsepsi kimia pada materi ikatan kimia. Model
pengembangan dalam penelitian ini adalah prosedural. Model prosedural
merupakan model yang bersifat deskriptif, menggariskan tahap-tahap yang harus
diikuti untuk menghasilkan produk. Langkah-langkah penelitian pengembangan
tersebut memiliki beberapa tahap penelitian yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian produk.
2. Prosedur Pengembangan
Prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan
utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, dan (2) menguji keefektifan produk
dalam mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembangan
sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validasi. Dengan demikian, konsep
penelitian pengembangan lebih tepat diartikan sebagai upaya pengembangan yang
sekaligus disertai dengan upaya validasinya. Prosedur pengembangan penelitian
ini mengadaptasi dari model Educational Research & Development (R & D) yang
dikemukakan Borg & Gall yang dirujuk dari penelitian. Desain R & D dari Borg
& Gall yang terdiri dari 10 (sepuluh) langkah8, diadaptasi secara operasional ke
dalam aksi kegiatan penelitian ini menjadi 5 (lima) langkah dan modifikasi pada
langkah keempat, yaitu:
a. Penelitian dan pengumpulan informasi awal
Sebagai langkah awal adalah melakukan analisis kebutuhan (need
assessment) yang dilakukan dengan menjaring pendapat dari guru kimia SMA di
Pekanbaru. Berdasarkan analisis kebutuhan ini, maka dipandang penting
penelitian pengembangan instrumen miskonsepsi ini dilakukan..
Langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk produk yang akan dihasilkan
melalui kajian pustaka. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari setiap
instrumen pendeteksi yang ada, maka penelitian ini memilih tes diagnostik bentuk
three tier test sebagai instrumen pendeteksi miskonsepsi peserta didik pada materi
ikatan kimia.
b. Pengembangan Produk Awal
Langkah awal pengembangan produk dilakukan dengan membuat kisi-kisi tes
agar butir-butir tes yang dibuat memenuhi validitas isi. Langkah berikutnya
adalah menyusun tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Setiap butir tes dibuat
8 Punaji Setyosari,Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan,(Jakarta : Kencana, 2013), hlm. 237-238
dengan mendasarkan pada prediksi kemungkinan konsep tersebut dapat
menimbulkan miskonsepsi pada peserta didik. Setiap butir soal three tier terdiri
atas tiga rangkaian soal bertingkat. Soal pada tingkat pertama berupa soal pilihan
ganda dengan 4 pilihan jawaban. Soal pada tingkat kedua menyediakan 4 pilihan
jawaban alasan untuk soal tingkat pertama dan satu tempat kosong untuk mengisi
alasan secara bebas. Pada tingkat ketiga, terdapat pertanyaan penegasan, apakah
peserta didik yakin atau tidak akan jawaban yang diberikan pada tingkat
sebelumnya
c. Validasi Produk
Butir tes dalam instrumen yang dikembangkan dibuat berdasarkan kisi-kisi
tes yang terdistribusi proporsional sesuai uraian materi pokok ikatan kimia yang
tercantum dalam kurikulum dan konsep-konsep yang diprediksikan sering
menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada peserta didik, sehingga secara validitas
isi atau validitas teoretis telah memenuhi syarat. Validasi isi juga dilakukan
dengan cara melakukan penilaian terhadap instrumen oleh ahli validasi materi dan
evaluasi. Selain itu pengembangan three tier test mendapat masukan dari 5 orang
peer reviewer.
d. Uji Coba Lapangan
Butir tes yang baik hasil validasi selanjutnya digunakan untuk uji coba
terhadap sejumlah peserta didik SMA kelas X di Pekanbaru sebagai uji visibilitas
instrumen yang dikembangkan. Uji visibilitas dilakukan untuk mengetahui mudah
tidaknya instrumen yang dikembangkan diterapkan dan dianalisis oleh guru kimia
SMA, serta mudah tidaknya dalam mendeteksi terjadinya miskonsepsi.
Penilaian kualitas instrumen pendeteksi miskonsepsi dilakukan oleh 5 orang
reviewer yang merupakan guru kimia SMA/MA kelas X yang berada di
Pekanbaru. Penilaian dilakukan terhadap instrumen pendeteksi miskonsepsi
dilakuksn dengan mengisi lembar penilaian yang terdiri atas aspek materi,
konstruksi soal, bahasa, dan tampilan.
e. Revisi Akhir
Berdasarkan hasil uji coba lapangan, kemungkinan masih ada hal-hal yang
perlu diperhatikan yang dapat menjadi masukan akhir bagi penyempurnaan
instrumen pendeteksi miskonsepsi yang dikembangkan Secara garis langkah-
langkah tersebut dapat digambarkan :
Gambar 1. Diagram Alir Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Three Tier Test
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang
dikembangkan yaitu tes diagnostik bentuk three tier test sebagai instrumen
pendeteksi miskonsepsi kimia pada materi ikatan kimia. Objek pada penelitian ini
yaitu kualitas instrumen pendeteksi miskonsepsi. Penilaian instrumen pendeteksi
miskonsepsi dilakukan oleh 5 orang reviewer yang merupakan guru kimia
SMA/MA kelas X di Pekanbaru.
Penelitian dan pengumpulan informasi awal
Pengembangan Produk Awal
Validasi Produk
Penilaian
Uji Coba Lapangan
Instrumen Three tier Test
4. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Tes
3. Angket Penilaian Produk
DAFTAR PUSTAKA
Iriyanti, Noly Pramu ,dkk. 2012.Identifikasi Miskonsepsi pada Materi Pokok Wujud Zat Peserta didik Kelas Vii Smp Negeri 1 Bawang Tahun Ajaran 2009/2010.Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret.
Lemma, Abayneh Diagnosing The Diagnostics: Misconceptions Of Twelfth Grade Students on Selected Chemistry Concepts in Two Preparatory Schools in Eastern Ethiopia, AJCE, 2012, 2(2).
Salirawati, Das. 2010. Laporan Hibah Disertasi,Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132001805/Laporan%20Hibah%20Disertasi.doc pada 23 Januari 2014
Setyosari,Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana.
Suparno,Paul. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo