LATAR BELAKANG

4
LATAR BELAKANG Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota salah satunya dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk baik karena faktor alami melalui peningkatan jumlah kelahiran maupun karena adanya proses urbanisasi yang tinggi. Salah satu kota yang mengalami peningkatan laju pertumbuhan penduduk tiap tahunnya adalah Kota Semarang. Sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah perkembangan Kota Semarang cukup pesat dibandingkan daerah sekitarnya. Hal inilah yang mengakibatkan tingkat urbanisasi di Kota Semarang cukup tinggi sehingga memicu terjadinya urban sprawl. Urban Sprawl atau dikenal dengan pemekaran kota merupakan bentuk bertambah luasnya kota secara fisik. Perluasan kota disebabkan oleh semakin berkembangnya penduduk dan semakin tingginya arus urbanisasi. Semakin bertambahnya penduduk kota menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap perumahan, perkantoran, dan fasilitas sosial ekonomi lain. Urban sprawl terjadi dengan ditandai adanya alih fungsi lahan yang ada di sekitar kota (urban periphery) mengingat terbatasnya lahan yang ada di pusat kota. Hal ini terjadi di salah satu Kecamatan di pinggiran Kota Semarang yaitu Kecamatan Genuk dimana terjadi perubahan alih fungsi lahan dengan ditandai semakin meningkatnya penggunaan lahan untuk permukiman dan industri. Berdasarkan penelitian dalam jurnal ilmiah pendidikan geografi tahun 2014, penggunaan lahan untuk permukiman meningkat 21,8% dalam kurun waktu empat tahun (tahun 2009-2013), sedangkan untuk penggunaan lahan industri meningkat 7,33% dalam kurun waktu yang sama. Berdasarkan RDTRK Kota Semarang tahun 2000-2010, Kecamatan Genuk termasuk dalam BWK IV yang fungsi wilayahnya sebagai kawasan industri, pusat transportasi, budidaya perikanan dan permukiman. Tingkat urbanisasi di Kecamatan Genuk tergolong cukup tinggi karena adanya kawasan industri besar Terboyo. Berdasarkan data Kecamatan Genuk Dalam

description

latar belakang

Transcript of LATAR BELAKANG

Page 1: LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota salah satunya dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk

baik karena faktor alami melalui peningkatan jumlah kelahiran maupun karena adanya proses urbanisasi yang tinggi.

Salah satu kota yang mengalami peningkatan laju pertumbuhan penduduk tiap tahunnya adalah Kota Semarang.

Sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah perkembangan Kota Semarang cukup pesat dibandingkan daerah sekitarnya.

Hal inilah yang mengakibatkan tingkat urbanisasi di Kota Semarang cukup tinggi sehingga memicu terjadinya urban

sprawl. Urban Sprawl atau dikenal dengan pemekaran kota merupakan bentuk bertambah luasnya kota secara fisik.

Perluasan kota disebabkan oleh semakin berkembangnya penduduk dan semakin tingginya arus urbanisasi.

Semakin bertambahnya penduduk kota menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap

perumahan, perkantoran, dan fasilitas sosial ekonomi lain. Urban sprawl terjadi dengan ditandai adanya alih fungsi

lahan yang ada di sekitar kota (urban periphery) mengingat terbatasnya lahan yang ada di pusat kota. Hal ini terjadi

di salah satu Kecamatan di pinggiran Kota Semarang yaitu Kecamatan Genuk dimana terjadi perubahan alih fungsi

lahan dengan ditandai semakin meningkatnya penggunaan lahan untuk permukiman dan industri. Berdasarkan

penelitian dalam jurnal ilmiah pendidikan geografi tahun 2014, penggunaan lahan untuk permukiman meningkat

21,8% dalam kurun waktu empat tahun (tahun 2009-2013), sedangkan untuk penggunaan lahan industri meningkat

7,33% dalam kurun waktu yang sama.

Berdasarkan RDTRK Kota Semarang tahun 2000-2010, Kecamatan Genuk termasuk dalam BWK IV yang

fungsi wilayahnya sebagai kawasan industri, pusat transportasi, budidaya perikanan dan permukiman. Tingkat

urbanisasi di Kecamatan Genuk tergolong cukup tinggi karena adanya kawasan industri besar Terboyo. Berdasarkan

data Kecamatan Genuk Dalam Angka, banyaknya penduduk yang datang di tahun 2012 mencapai 3.624 jiwa, angka

ini mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang mencapai 3.215 jiwa atau meningkat sebesar 12,7% dalam kurun

waktu satu tahun. Mayoritas pendatang di Kecamatan Genuk bekerja sebagai buruh industri dengan penghasilan

rendah. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri karena seiring meningkatnya jumlah penduduk di suatu daerah

maka kebutuhan penyediaan akan sarana dan prasarana permukiman semakin meningkat pula. Perumahan dan

permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga mempunyai fungsi yang sangat strategis

dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang

akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan

meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya.

Namun disisi lain, pemenuhan akan kebutuhan prasarana dan sarana perumahan maupun permukiman

yang terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat disediakan, baik oleh masyarakat sendiri maupun

pemerintah, sehingga kapasitas daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang ada mulai

menurun yang pada gilirannya memberikan konstribusi terjadinya lingkungan permukiman kumuh.

Menurut UU No. 4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, permukiman kumuh adalah

permukiman yang tidak layak huni antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkan atau

tata ruang, kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan

penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai,

Page 2: LATAR BELAKANG

membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghuninya. Banyak faktor yang “memaksa” masyarakat kurang

mampu untuk bertempat tinggal di permukiman kumuh: pertama, faktor tingkat kemampuan ekonomi masyarakat

yang tergolong rendah atau yang disebut masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), kedua, faktor ketersediaan unit

rumah tinggal (housing stock) yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (low income people) yang

terbatas di pasar perumahan.

Berdasarkan kondisi tersebut maka diperlukan suatu perumusan strategi inovatif dan kreatif untuk

mengatasi permasalahan perumahan yang telah dijelaskan di atas. Salah satunya melalui redevelopment atau yang

biasa dikenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

mengganti sebagian dari, atau seluruh, unsur-unsur lama dari kawasan kota tersebut dengan unsur-unsur kota yang

lebih baru dengan yang bertujuan untuk meningkatkan vitalitas serta kualitas dari lingkungan suatu kawasan

tersebut. Penanganan peremajaan lingkungan permukiman kumuh yang diatur dalam Inpres No. 5 tahun 1990,

dinyatakan bahwa pertimbangan peremajaan permukiman kumuh adalah dalam rangka mempercepat peningkatan

mutu kehidupan masyarakat terutama bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang bertempat tinggal di

kawasan permukiman kumuh yang berada di atas tanah negara. Peremajaan permukiman kumuh dalam Inpres 5/90

tersebut adalah meliputi pembongkaran sebagian atau seluruh permukiman kumuh yang sebagian besar atau

seluruhnya berada di atas tanah negara dan kemudian di tempat yang sama dibangun prasarana dan fasilitas rumah

susun serta bangunan-bangunan lain sesuai dengan rencana tata ruang kota yang bersangkutan.

Selain pengaturan aspek spasial penataan permukiman, hal lain yang cukup penting dan perlu diperhatikan

adalah terjalinnya kemitraan dari para stakeholder yang terlibat dalam pembangunan perumahan yang dapat ditinjau

baik secara sektoral seperti pembiayaan, pembangunan, sarana dan prasarana, pertanahan, perijinan dan

sebagainya dari perspektif karakteristik organisasi dan kelembagaannya seperti pemerintah pusat dan daerah, dunia

usaha, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Sehingga dengan adanya strategi perencanaan

yang matang serta keterlibatan berbagai stakeholder sesuai perannya masing-masing maka diharapkan

permasalahan permukiman kumuh yang ada di Kecamatan Genuk dapat teratasi.

https://www.pu.go.id/uploads/services/2011-12-01-11-57-14.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31741/4/Chapter%20II.pdf

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01219-AR%20Bab2001.pdf

http://eprints.undip.ac.id/15530/1/Eni_Surtiani.pdf

RDTRK Kota Semarang tahun 2000-2010

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27030/4/Chapter%20II.pdf