Latar Belakang

8
Latar Belakang Indonesia merupakan negara pengimpor beras terbesar namun, pada tahun 1984 menjadi negara yang mampu swasembada pangan terutama beras. Keberhasilan tersebut tidak terlepas oleh dukungan teknologi dengan penggunaan bahan kimia baik untuk pupuk dan pestisida. Bahkan sampai saat ini para petani dalam usaha taninya masih sangat tergantung pada pupuk dan pestisida kimia (An – Organik. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian pupuk dan pesetisida kimia pada tanaman akan berakibat sangat buruk terhadap lingkungan hidup, tanah mengalami kelelahan, hama tanaman semakin semarak dan beraneka ragam karena musuh alami yang ada ikut terbunuh oleh bahan kimia melalui pupuk dan pestisida itu sendiri serta kualitas produk semakin tidak sesuai dengan harapan konsumen karena kandungan residu zat kimia semakin tinggi. Dalam rangka menghadapi persaingan pasar yang semakin terbuka secara Nasional dan Internasional di era saat ini, dimana konsumen mengharapkan adanya produk pertanian yang kandungan residu bahan kimianya rendah bahkan nol, maka petani dituntut untuk merubah pola pertaniannya. Pola pertanian yang dapat diterapkan adalah Pertanian Berkelanjutan dengan sistem pertanian Organik. Lahan pertanian saat ini secara umum sudah pada tingkat yang sangat serius, sehingga upaya pemulihan tingkat kesuburan tanah dengan pemakaian bahan organik adalah mutlak harus dilaksanakan secara serentak dalam bentuk Gerakan Massal.

description

latar belakang ekologi pertanian

Transcript of Latar Belakang

Page 1: Latar Belakang

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pengimpor beras terbesar namun, pada tahun 1984 menjadi negara

yang mampu swasembada pangan terutama beras. Keberhasilan tersebut tidak terlepas oleh

dukungan teknologi dengan penggunaan bahan kimia baik untuk pupuk dan pestisida. Bahkan

sampai saat ini para petani dalam usaha taninya masih sangat tergantung pada pupuk dan

pestisida kimia (An – Organik. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian pupuk dan pesetisida

kimia pada tanaman akan berakibat sangat buruk terhadap lingkungan hidup, tanah mengalami

kelelahan, hama tanaman semakin semarak dan beraneka ragam karena musuh alami yang ada

ikut terbunuh oleh bahan kimia melalui pupuk dan pestisida itu sendiri serta kualitas produk

semakin tidak sesuai dengan harapan konsumen karena kandungan residu zat kimia semakin

tinggi.

     Dalam rangka menghadapi persaingan pasar yang semakin terbuka secara Nasional dan

Internasional di era saat ini, dimana konsumen mengharapkan adanya produk pertanian yang

kandungan residu bahan kimianya rendah bahkan nol, maka petani dituntut untuk merubah pola

pertaniannya. Pola pertanian yang dapat diterapkan adalah Pertanian Berkelanjutan dengan

sistem pertanian Organik. Lahan pertanian saat ini secara umum sudah pada tingkat yang sangat

serius, sehingga upaya pemulihan tingkat kesuburan tanah dengan pemakaian bahan organik

adalah mutlak harus dilaksanakan secara serentak dalam bentuk Gerakan Massal.

           Trend pertanian organik di Indonesia, mulai dikenalkan oleh beberapa petani yang sudah

mampu dan memahami keunggulan sistim pertanian organik tersebut. Beberapa ekspatriat yang

sudah lama hidup di Indonesia, memilki lahan yang luas dan ikut membantu mengembangkan

aliran petani organik tersebut ke penduduk sekitarnya  pertanian organik di Indonesia baru

dimulai sejak 4-5 tahun yang lalu, jauh tertinggal dibandingkan dengan berkembang lainnya.

Namun petani di Indonesia Juga semakin termotivasi juga untuk mengembangkan system

pertanian terpadu yang di dalamnya menerapkan sistem pertanian organik.

      Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan potensi energi sehingga dapat

dipanen secara seimbang.pertanian melibatkan makhluk hidup dalam suatu atau beberapa

tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses

produksi. Dengan pertanian terpadu ada peningkatan bahan organik dalam tanah, penyerapan

karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang menggunakan pupuk nitrogen dan

Page 2: Latar Belakang

sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka

sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan tersebut

sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupn perikanaan.

    Keberadaan sektor- sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang

lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah dan penekanan biaya

produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai. Selain hemat energi,

keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani akan memiliki beragam sumber

penghasilan.Sistem pertanian terpadu memperhatikan diversifikasi tanaman dan

polikultur.seorang petani bisa menanaman padi dan bisa juga beternak kambing atau ayam dan

juga menanam sayuran. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk

sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Bagaimanakah system integrasi antara padi dan ternak sapi ?

2.      Bagaimanakah Keunggulan Dan Kekurangan System Integrasi Padi Dan Ternak Sapi ?

Masalah

Persaingan penggunaan lahan untuk tanaman pakan, tanaman pangan, perumahan, dan

kebutuhan manusia seperti jalan dan sarana yang lain dewasa ini telah mempengaruhi

pembangunan sektor pertanian di Indonesia. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan produksi

tanaman pangan dan populasi ternak. Di daerah padat penduduk dan padat ternak misalnya,

hijauan pakan ternak berasal dari rumput alam dan limbah hasil pertanian yang berkualitas

rendah dan tidak mencukupi sepanjang tahun. Mengingat semakin sempitnya lahan yang dimiliki

petani, maka usaha peningkatan produksi ternak disarankan agar dititikberatkan pada usaha tani

intensifikasi. Sejalan dengan ini para petani juga dituntut untuk memanfaatkan lahan yang sempit

seoptimal mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

Page 3: Latar Belakang

Pola integrasi antara tanaman pangan dan ternak atau yang sering kita sebut dengan

pertanian terpadu, adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian. Pola ini

sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian, sehingga pola ini

sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk,

dan limbah pertanian untuk makan ternak. Selain itu, memanfaatkan lahan-lahan kosong di

sekitar tanaman pangan untuk hijauan pakan dapat meningkatkan suplai pakan dan efisiensi

penggunaan lahan. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil

usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah. Interaksi antara

ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung, dan saling menguntungkan,

sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil

usaha taninya.

Sasaran pengembangan sistem integrasi tanaman pangan dengan peternakan, terutama

adalah pada kawasan sawah beririgasi, dengan skala cukup luas sehingga cakupan petani cukup

besar dan mampu meningkatkan produktivitas tanaman pangan serta populasi ternak sapi melalui

pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal.

Integrasi hijauan pakan di sekitar daerah tanaman pangan khususnya padi sawah irigasi

yaitu dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong pada daerah pematang, batas lahan, dan lahan

sepanjang saluran irigasi sawah. Integrasi ternak dilakukan dengan menyediakan petakan lahan

di sekitar persawahan untuk kandang pemeliharaan sapi dan bangunan-bangunan lain yang

mendukung misalnya tempat penampungan jerami, instalasi biogas, dan yang lainnya. Pola

integrasi diarahkan pada pembentukan kelompok petani-ternak, dengan memanfaatkan sepetak

lahan untuk dijadikan sebagai kandang kelompok dan bangunan-bangunan lain yang menunjang

pola integrasi. Pemeliharaan kelompok diharapkan dapat mempermudah dan mengefisienkan

pengeluaran pada sarana-sarana yang dibutuhkan dalam integrasi, misalnya pembangunan tempat

amoniase jerami, pembangunan instalasi biogas, pengeluaran pembangunan kandang, efisiensi

penggunaan lahan untuk perkandangan, dan lain sebagainya.

Potensi Jerami Padi sebagai Pakan Ternak

Page 4: Latar Belakang

Pengembangan ternak ruminansia sangat tergantung pada ketersediaan pakan hijauan. Pakan

hijauan dapat diperoleh dari berbagai sumber di antaranya padang penggembalaan, penanaman

hijauan makanan ternak di lahan khusus, dan pemanfaatan limbah pertanian berupa jerami padi.

Pemanfaatan limbah jerami padi sebagai salah satu alternatif sumber hijauan merupakan salah

langkah yang dapat ditempuh. Hal ini didasarkan pada potensi yang dimiliki, yakni produksinya

yang sangat besar setiap tahun dan pemanfaatan yang masih kurang. Berdasarkan luasan panen

tanaman pangan di Indonesia terutama padi yang mencapai lebih dari 10 juta hektar per tahun

menunjukkan bahwa limbah padi dalam bentuk jerami padi sangat besar yang pada saat ini

belum dimanfaatkan secara optimal.

Rumput Gajah dan Rumput Bede Sebagai Hijauan Integrasi

Rumput gajah dan rumput bede sebagai hijauan integrasi merupakan rumput unggul yang disukai

ternak dengan produksi tinggi dan telah dikenal petani. Hijauan rumput gajah dan rumput bede

dapat ditanam di sepanjang pematang persawahan, lahan sepanjang saluran irigasi dan di

sepanjang lahan batas persawahan yang sekaligus berfungsi sebagai pagar pembatas. Selain

masalah kualitas hijauan yang tinggi, rumput gajah dan rumput bede juga tidak memberikan

naungan terhadap tanaman padi.

Potensi Kotoran Sapi sebagai Pupuk Organik

Hasil sampingan pemeliharaan ternak sapi atau sering juga disebut sebagai kotoran sapi tersusun

dari feses, urine dan sisa pakan yang diberikan (terutama untuk ternak yang dikandangkan).

Hasil sampingan ini merupakan bahan utama pembuatan kompos yang sangat baik dan cukup

berpotensi untuk dijadikan pupuk organik serta memiliki nilai hara yang cukup baik.

Pemeliharaan ternak sapi yang dilakukan secara intensif dengan cara dikandangkan dan

penyediaan pakan dilakukan dengan sistem "potong angkut". Dengan sistem demikian maka

hasil sampingan tersedia di sekitar kandang dan sangat mudah dalam pengumpulannya. Pupuk

organik yang berasal dari kotoran ternak dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat

dibutuhkan tanaman, sehingga menjadi pupuk alternatif untuk mempertahankan produksi

tanaman.

Biogas sebagai Sumber Energi Alternatif dan Solusi Pelestarian Alam

Page 5: Latar Belakang

Selain sebagai pupuk organik, kotoran sapi juga dapat dijadikan sebagai pembentukan biogas.

Biogas memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi dengan murah dan tidak

mencemari lingkungan. Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan karbon dioksida (CO2)

yang ikut memberikan kontribusi bagi efek rumah kaca (green house effect) yang bermuara pada

pemanasan global (global warming). Biogas memberikan perlawanan terhadap efek rumah kaca

melalui 3 cara. Pertama, Biogas memberikan substitusi atau pengganti dari bahan bakar fosil

untuk penerangan, kelistrikan, memasak, dan pemanasan. Kedua, metana (CH4) yang dihasilkan

secara alami oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek

rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan CO2. Pembakaran metana pada Biogas

mengubahnya menjadi CO2 sehingga mengurangi jumlah metana di udara. Ketiga, dengan

lestarinya hutan, maka akan CO2 yang ada di udara akan diserap oleh hutan yang menghasilkan

oksigen yang melawan efek rumah kaca.

Nilai Tambah Bagi masyarakat Petani-Peternak

Penerapan model integrasi ini, dapat menambah sumber-sumber pendapatan baru bagi para

petani. Sumber pendapatan tersebut meliputi: penjualan ternak, penjualan kelebihan pupuk

organik, penjualan penghasilan padi, efisiensi pengeluaran untuk energi baik untuk proses

memasak maupun untuk penerangan, dan efisiensi pengeluaran pembelian pupuk. Penggunaan

biogas dan pupuk organik selain memberi manfaat kepada peternak, juga dapat mengurangi

beban subsidi pemerintah mengenai penyediaan sumber energi dan pupuk untuk pertanian.

Seng tak warna abang iso mok gae pembahasan !

Woconen sek kabeh .