Latar Belakang

29
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang hilang dapat diganti dengan pembuatan gigi tiruan. Terdapat berbagai jenis gigi tiruan yang dapat digunakan. Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih tipe protesa yang tepat. Faktor yang penting adalah faktor biomekanis, keadaan periodontal,estetis, faktor finansial, serta keinginan dari pasien. Contohnya adalah gigi tiruan lepasan, gigi tiruan ccekat, dan dental implan. Gigi tiruan cekat adalah protesa yang secara permanen dilekatkan pada gigi asli yang dipersiapkan, yang berungsi untuk menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang. Pada saat melakukan perawatan gigi tiruan cekat, terdapat beberapa kegagalan yang mungkin terjadi. Seperti, gigi tiruan Cekat yang merupakan gigi tiruan cekat yang dilekatkan secara peermanen dengan semen ke gigi-gigi asli, akar-akar gigi, atau penyangga yang melengkapi pendukung utama dari gigi tiruan dapat terjadi kegagalan saat perawatan. Kegagalan yang mungkin terjadi pada saat perawatan gigi tiruan Cekat antara lain rasa tidak nyaman saat menggunakan GTC, karies pada gigi 1

description

latbak 2

Transcript of Latar Belakang

Page 1: Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi yang hilang dapat diganti dengan pembuatan gigi tiruan. Terdapat

berbagai jenis gigi tiruan yang dapat digunakan. Terdapat beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan dalam memilih tipe protesa yang tepat. Faktor yang penting adalah

faktor biomekanis, keadaan periodontal,estetis, faktor finansial, serta keinginan dari

pasien. Contohnya adalah gigi tiruan lepasan, gigi tiruan ccekat, dan dental implan.

Gigi tiruan cekat adalah protesa yang secara permanen dilekatkan pada gigi asli yang

dipersiapkan, yang berungsi untuk menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang.

Pada saat melakukan perawatan gigi tiruan cekat, terdapat beberapa kegagalan

yang mungkin terjadi. Seperti, gigi tiruan Cekat yang merupakan gigi tiruan cekat

yang dilekatkan secara peermanen dengan semen ke gigi-gigi asli, akar-akar gigi, atau

penyangga yang melengkapi pendukung utama dari gigi tiruan dapat terjadi

kegagalan saat perawatan. Kegagalan yang mungkin terjadi pada saat perawatan gigi

tiruan Cekat antara lain rasa tidak nyaman saat menggunakan GTC, karies pada gigi

penyangga, konektor patah, dan lain-lain. Oleh sebab itu, dilakukan evaluasi serta

perawatan apabila terjadi suatu kegagalan dalam perawatan gigi tiruan cekat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja macam-macam kegagalan Gigi Tiruan Cekat?

2. Apa penyebab kegagalan Gigi Tiruan Cekat?

3. Apa saja perawatan pendahuluan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat?

4. Bagaimana pelatanaksanaan terhadap kegagalan Gigi Tiruan Cekat?

5. Bagaimana upaya pencegahan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat?

1

Page 2: Latar Belakang

1.3 Tujuan

1. Mengetahui macam-macam kegagalan Gigi Tiruan Cekat

2. Mengetahui penyebab kegagalan Gigi Tiruan Cekat

3. Mengetahui perawatan pendahuluan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat

4. Mengetahui pelatanaksanaan terhadap kegagalan Gigi Tiruan Cekat

5. Bagaimana upaya pencegahan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat?

2

Page 3: Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi yang tidak dapat dilepas sendiri oleh

pasien maupun dokter gigi karena dilekatkan secara permanen pada gigi asli atau akar

gigi yang merupakan pendukung utama dari alat tersebut. Gigi tiruan cekat disebut

juga fixed bridge prosthesis atau fixed partial denture (Ewing, 1959).

2.2 Tujuan

Tujuan pembuatan gigi tiruan adalah:

1. Mengembalikan fungsi pengunyahan

2. Mengembalikan fungsi estetik

3. Mengembalikan fungsi fonetik (pengucapan)

4. Mencegah terjadinya pemindahan tempat dari gigi-gigi sekitar ruangan yang

kosong (sudah hilang giginya). Pemindahan tempat tersebut dapat berupa

migrasi, rotasi, miring, atau ekstrusi.

5. Untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan gingiva

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi

2.3.1 Indikasi gigi tiruan cekat:

1. Usia 20 – 50 tahun

2. Struktur gigi sehat

3. Kesehatan mulut (oral hygiene) baik

4. Penggantian gigi terbatas

5. Kondisi ridge dalam batas normal (tidak resorbsi berlebihan)

3

Page 4: Latar Belakang

6. Jaringan pendukung alveolar baik (pembentukan akar baik, tebal, lebar, dan

divergen)

7. Gigi abutment baik dan penempatannya seimbang dengan jumlah gigi yang akan

diganti. Desain ideal adalah 2 gigi abutment untuk mendukung 1 gigi. Pada

bagian posterior, dapat digunakan 2 gigi abutment untuk 2 gigi jika posisinya

dalam satu garis lurus. Pemilihan gigi abutment hendaknya mempertimbangkan

beberapa hal sebagai berikut:

a. Vitalitas gigi

b. Status periodontal

c. Ratio mahkota-akar

d. Konfigurasi akar

e. Luas area permukaan jaringan periodontal (Hukum Ante)

f. Panjang mahkota klinis

g. Hubungan antara aksis gigi dengan arah insersi

8. Oklusi dan jaringan periodonsium baik (membran periodontal sama rata tebalnya)

9. Untuk pasien yang menuntut penampilan

10. Kesehatan umum dan sosial indikasi baik

11. Tidak mempunyai bad habit.

2.3.2 Kontraindikasi gigi tiruan cekat:

1. Pasien terlalu muda atau tua

2. Struktur gigi lemah

3. Hygiene mulut jelek

4. Gigi yang harus diganti banyak

5. Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi berlebih

6. Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi (akar tipis dan

berbentuk taper)

7. Gigi abutment abnormal (malformasi dan aksis gigi tidak paralel)

4

Page 5: Latar Belakang

8. jaringan periodonsium tidak sehat

9. Oklusi abnormal

10. Kesehatan umum jelek

11. Tidak terjalin kooperatif dari pasien dan operator.

12. Mempunyai bad habit

13. Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestesi

2.4 Komponen Gigi Tiruan Cekat

Gigitiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer, konektor,

abutment, dan sadel, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pontik, adalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang

hilang. Dapat dibuat dari porselen, akrilik atau logam, atau gabungan dari

bahan-bahan ini. Beberapa macam bentuk pontik adalah :

a. Hygiene / sanitary pontic

Pontik ini sama sekali tidak menempel pada edentulous ridge

(menggantung) sehingga self clensing sangat terjamin. Biasanya untuk

gigi posterior bawah.

b. Ridge lap pontic

Pontik ini tidak menempel pada permukaan palatinal/lingual,

sedangkan permukaan bukal/labialnya menempel. Keadaan ini untuk

memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi makanan, tetapi tidak

mengabaikan factor estetis. Ridge lap pontic digunakan pada gigi

molar atas dan bawah, tetapi lebih banyak digunakan untuk region

anterior.

c. Saddle pontic

Pontik ini menutup seluruh edentulous ridge dan merupakan bentuk

pontik yang konturnya paling mirip dengan gigi asli. Dasar dari pontic

berbentuk konkaf sehingga akan sulit melakukan pembersihan.

5

Page 6: Latar Belakang

2. Retainer, adalah restorasi tempat pontik dicekatkan.

Klasifikasi retainer:

a. Tipe dalam dentin (intra coronal retainer )

preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin

atau di dalam mahkota gigi. Contoh : tumpatan MOD inlay

b. Tipe luar dentin (ekstra coronal retainer )

Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar dentin atau

di luar badan mahkota gigi. Contoh : preparasi full cast crown

c. Tipe dalam akar (intra radikuler retainer)

Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di dalam saluran

akar. Contoh: mahkota pasak inti.

Beberapa bentuk retainer :

a. full veneer crown/mahkota penuh : merupakan suatu restorasi yang

menutupi seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi.

Keuntungannya, preparasi mudah, memberikan area kontak yang luas,

dan merupakan bentuk yang paling retentif.

Indikasi mahkota penuh pada gigi anterior : mempunyai permukaan

labial yang berkaries, yang mengalami erosi, perubahan warna, atau

ada stain.

Indikasi mahkota penuh pada gigi posterior : gigi dengan indeks

karies tinggi, terdapat kerusakan akibat karies atau fraktur sehingga

tidak dapat dibuatkan bentuk retainer lain

b. partial veneer crown/mahkota sebagian : restorasi yang menutupi

sebagian permukaan gigi. Bagian yang tidak tertutup mahkota adalah

bagian labial atau bukal.

6

Page 7: Latar Belakang

Indikasi: bagian labial atau bukal dalam keadaan baik, histologis

anatomis, maupun estetis, cukup tebal untuk membuat pari-parit

proksimal yang cukup dalam memberi retensi, mempunyai mahkota

klinis yang cukup panjang, besar, dan tidak ada karies proksimal, serta

kedudukannya normal (tidak malposisi). Gigi yang cocok dibuatkan

mahkota sebagian adalah gigi incisivus sentral, premolar maksila,

kaninus dan premolar kedua mandibula. Mahkota sebagian pada gigi

molar tidak dianjurkan oleh karena batas logam dengan gigi menjadi

terlampau panjang sehingga mudah terjadi karies.

c. Inlay

Kita menggunakan inlay sebagai retainer untuk GTC yang pendek,

mengganti tidak lebih dari satu gigi pada pasien yang indeks kariesnya

rendah. Gigi abutment untuk inlay harus besar dan mempunyai

mahkota cukup panjang, masih vital, dan tidak ada karies atau

tambalan di bagian servikal.

3. Konektor, adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor

dapat berupa sambungan yang disolder, struktur cor (alumina derajat

tinggi, jika terbuat dari porselen seluruhnya).

Terdapat 2 macam konektor, yakni:

a. Rigid connector

Konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada

komponen GTJ. Merupakan konektor yang paling sering digunakan

untuk GTJ. Konektor rigid dapat dibuat dengan cara:

a) pengecoran (casting): penyatuan dua komponen GTJ dengan

satu kali proses tuangan

b) penyolderan (soldering): penyatuan dua komponen GTJ dengan

penambahan logam campur (mettal alloy) yang dipanaskan

7

Page 8: Latar Belakang

c) pengelasan (welding): penyatuan komponen GTJ dengan

pemanasan dan/atau tekanan

b. Non Rigid Connnector

Konektor yang memungkinkan terjadinya pergerkan terbatas

pada komponen GTJ. Diindikasikan bila terdapat pir/intermediate

abutmet untuk penggantian beberapa gigi hilang. Konektornon rigid

bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan perbaikan (repair)

Ada beberapa tipe GTC menurut konektornya, antara lain:

a. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid. Dapat

digunakan untuk gigi posterior dan anterior.

b. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan

konektor lain bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi

posterior dan anterior.

c. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan

palatal bar. Digunakan pada kasus diastema/space yang

mengutamakan estetis.

d. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada

retainer sedang ujung lainnya bebas/menggantung.

e. Compound bridge : adalah kombinasi dua atau lebih dari tipe

bridge.

4. Abutment, adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan

untuk menahan gigitiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti

daerah membran periodontal, panjang serta jumlah akar. Sesuai dgn

jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:

a. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga

b. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga

c. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga

8

Page 9: Latar Belakang

d. Terminal abutment

e. Intermediate/pier abutment

f. Splinted abutment

g. Double splinted

2.5 Kegagalan

Adapun beberapa bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan jembatan yang

dapat ditemukan antara lain :

a. Intrusi gigi pendukung, perubahan yang terjadi dimana posisi gigi pendukung,

menjauhi bidang oklusal.

b. Karies gigi pendukung, umumnya disebabkan karena pinggiran restorasi

rtetainer yang terlampau panjan,kurang panjang atau tidak lengkap serta

terbuka. Sebab lain, yaitu terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang

lepas, embrasure yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta

mahkota sementara yang merusak atau ,mendorong gingival terlalu lama.

c. Periodontitis jaringan pendukung

d. Konektor patah.

e. Penderita mengeluh akan adanya perasaan yang tidak enak. Hal yang dapat

menyebabkan gangguan ini adalah kontak prematur atau oklusi yang tidak

sesuai, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan sisa makanan

antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. Daerah

servikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa.

f. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu jembatan

yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari

lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jika tidak semua

retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan

kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan kondisi memungkinkan

9

Page 10: Latar Belakang

g. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan, luas

permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi

penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan.

h. Terjadi perubahan pada pulpa, dapat disebabkan oleh cara preparasi, preparasi

yan g tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies yang tersembunyi,

rangsangan dari semen serta terjadinya perforasi.

i. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu

yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.

j. Kehilangan lapisan estetik

k. Sebab-sebab lain yang menyebabkan jembatan tidak berfungsi

10

Page 11: Latar Belakang

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Macam-macam kegagalan Gigi Tiruan Cekat

1. Biologikal

a. Rasa tidak nyaman

b. Karies

c. Perforasi pulpa

d. Kerusakan periodontal

e. Masalah oklusal

f. Fraktur gigi penyangga

2. Mekanikal

a. Fraktur gigi tiruan

b. Keausan oklusal gigi tiruan

3. Estetik

a. Perubahan warna gigi tiruan

b. Kontur yang tidak sesuai

3.2 Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

a. Pinggiran restorasi retainer yang terlampau panjang, kurang panjang atau

tidak lengkap serta terbuka.

b. Terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure yang

terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara yang

merusajk atau ,mendorong gingival terlalu lama.

c. Inadekuat gigi abutment

d. OH buruk

e. Bidang oklusi yang terlalu luas dan atau

11

Page 12: Latar Belakang

f. penimbunan sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih

pada gingiva. Daerah servikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien

belum terbiasa.

g. Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu jembatan

yang lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari

lepasnya restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jika tidak semua

retainer lepas maka jembatan dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan

kembali jembatan yang baru, jika sesuatu dan kondisi memungkinkan

h. Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan, luas

permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi

penyangga, trauma pada periodontium dan teknik pencetakan.

i. Kesalahan cara preparasi, preparasi yang tidak dilindungi dengan mahkota

sementara, karies yang tersembunyi, rangsangan dari semen serta terjadinya

perforasi.

j. Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu

yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.

k. Kehilangan lapisan estetik

l. Trauma oklusal

m. Beban kunyak yang berlebihan

n. Tekanan yang berlebihan pada jaringan lunak

3.3 Perawatan Pendahuluan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat

Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi,

jaringan lunak maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk

menerima gigitiruan. Keberhasilan atau gagalnya gigitiruan sebagian lepasan

tergantung pada beberapa faktor diantarnya meliputi:

1. Kondisi mulut pasien

2. Keadaan periodontal gigi yang dipilih

3. Prognosa gigi tersebut.

12

Page 13: Latar Belakang

Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga

untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan

jaringan pendukungnya.

Usaha mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan ada 2 (dua) hal penting yang

harus diperhatikan, yaitu:

1. Pemeriksaan mulut, gigi geligi dan jaringan mulut lainnya.

2. Usaha mempersiapkan gigi dan mulut dalam menerima gigitiruan.

Perawatan pendahuluan meliputi:

1. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah

Umumnya pembedahan mencakup jaringan keras dan jaringan lunak yang

memerlukan waktu penyembuhan yang cukup sebelum pembuatan gigi tiruan.

Makin lama jarak waktu pembedahan dengan pencetakan makin sempurna

penyembuhan sehingga gigi tiruan lebih stabil.

a. Pencabutan.

Gigi yang akan dicabut harus ditentukan dengan teliti. Setiap gigi

diperiksa apakah cukup penting dan masih dapat dipertahankan untuk

keberhasilan gigitiruan yang akan dibuat atau harus dicabut. Gigi yang

cukup kuat yang akan dijadikan sandaran dapat dipertahankan sebaliknya

gigi yang dapat menimbulkan kesulitan dalam pembuatan gigitiruan

sebaiknya dicabut.

b. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi

Pengambilan sisa akar yang terpenting dapat dilakukan dari permukaan

labial/bukal, atau palatal tanpa mengurangi tinggi alveolar ridge.

Pengambilan gigi yang impaksi dilakukan sedini mungkin agar dapat

mencegah infeksi akut dan kronis.

c. Kista dan tumor odontogenik

Semua gambaran radiolusen dan radiopak harus diselidiki. Penderita

harus diyakinkan tentang keadaan mulutnya yang mempunyai kelainan

berdasarkan laporan akhir patologis.

13

Page 14: Latar Belakang

d. Penonjolan tulang

Penonjolan tulang yang menghalangi pemasangan gigitiruan harus

disingkirkan. Misalnya torus palatinus yang meluas sampai pada

pertemuan palatum mole sehingga menghalangi adanya posteror palatal

seal, torus palatinus yang sangat besar sehingga memenuhi palatum dan

akan menyebabkan ketidakstabilan gigitiruan, torus palatinus yang

menyebabkan penumpukan debris.

e. Bedah periodontal

Bedah periodontal dilakukan untuk mendapatkan keadaan jaringan

yang sehat sebagai pendukung gigitiruan. Penyingkiran saku gusi dapat

dilakukan dengan cara kuretase dan eksisi surgical. Misalnya

gingivectomy, reposisi flap.

2. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung.

Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi

yang ada sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk

gigitiruan, antara lain:

a. Menghilangkan kalkulus

b. Menghilangkan pocket periodontal

c. Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti

d. Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan

menggantung.

e. Menghilangkan gangguan oklusal

f. Tindakan Konservasi

Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat

terhadap gigi-gigi yang ada, antara lain :

a. Penambalan

b. Pembuatan inlay, dsb

c. Kedudukan rest

14

Page 15: Latar Belakang

3. Tindakan-tindakan ortodonti

Tindakan ini misalnya ada kasus diastema sentralis, sebaiknya dilakukan

perawatan ortodonti terlebih dahulu sebelum pembuatan gigitiruan.

3.4 Penatalaksanaan Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

Kasus pada skenario disebutkan bahwa, berdasarkan pemeriksaan klinis

diketahui gigi 35 dan 37 menggunakan retainer dengtan desain extracoronal

retainer berupa porcelain fused to metal. Pontic pada gigi 36 dengan tipe ridge

lap pontic. Pada retainer gigi 37 menunjukkan lapisan porcelain bagian

oklusalnya telah hilang. Pada gigi penyangga 35 terdapat fraktur gigi tiruan dan

adanya karies pada bagian servical gigi tersebut. Pada gigi tersebut diindikasikan

tidak dapat dilakukan perawatan restorasi.

Penatalaksanaan pada gigi 35:

1. Menghilangkan karies

2. Perawatan saluran akar

3. Pembuatan dowel retainer

Dowel retainer adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan

sedikit atau tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer

yang berdiri sendiri.

Indikasi:

a. Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf

b. Gigi tiruan pendek

c. Tekanan kunyah ringan

d. Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi

Keuntungan:

a. Estetis baik

b. Posisi dapat disesuaikan

Kerugian:

Sering terjadi fraktur akar

15

Page 16: Latar Belakang

Penatalaksanaan Pada gigi 37:

Perawatan prostetik dengan pembuatan retainer yang baru

3.5 Pencegahan Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah berbagai

kegagalan tersebut dapat berupa pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung,

aplikasi bahan pelapis lunak, pemakaian stres absorbing elemen dan pemakaian

konektor non rigid.. Usaha yang paling penting untuk diperhatikan dalam mencegah

berbagai bentuk kegagalan tersebut adalah dengan mencegah terjadinya tekanan

berlebihan pada pendukung gigi tiruan cekat yang timbul akibat perbedaan

pergerakan tersebut.

16

Page 17: Latar Belakang

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Macam-macam kegagalan Gigi Tiruan Cekat yaitu:

a. Biological : karies, perawatan endodontik, perawatan ulang endodontik,

periodontal, oklusi, alergi logam

b. Mekanik : kegagalan penyemenan, kebocoran tepi, kegagalan inti dan

pengisian crown, patahnya perlekatan (konektor), fraktur facing porselen

c. Estetik : warna, kontur

2. Beberapa penyebab kegagalan Gigi Tiruan Cekat adalah pinggiran restorasi

retainer yang terlampau panjang, kurang panjang atau tidak lengkap serta

terbuka.Terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure

yang terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara

yang merusajk atau ,mendorong gingival terlalu lama, Inadekuat gigi

abutment, OH buruk, bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan

sisa makanan antara pontik dan retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva.

daerah servikal yang sakit, shok termis oleh karena pasien belum terbiasa,

kesalahan cara preparasi, trauma oklusal

3. Perawatan pendahuluan pada kegagalan Gigi Tiruan Cekat meliputi: tidakan

bedah, perawatan jaringan pendukung, perawatan konservatif dan perawatan

prthodontic

4. Penatalaksanaan pada gigi penyangga yang terkena karies adalah

a. Menghilangkan karies

b. Perawatan saluran akar

c. Pembuatan dowel retainer

Sedangkan perawatan untuk lapisan facing yang hilang pada retainer adalah

membuatkan retainer yang baru

17

Page 18: Latar Belakang

5. Upaya pencegahan kegagalan Gigi Tiruan Cekat meliputi pemilihan jumlah

dan distribusi gigi pendukung, aplikasi bahan pelapis lunak, pemakaian stres

absorbing elemen dan pemakaian konektor non rigid, mencegah terjadinya

tekanan berlebihan pada pendukung gigi tiruan cekat

18

Page 19: Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA

Barclay, C.W; Walmsley, A.D. 1998. Fixed and Removable

Prosthodontics.Birmingham: Churcill Livingstone, hal 115.

Smith,Bernard G N;Howe, Leslie C. 2007. Planning and Making Crown and Bridges,

4th ed. New York: Informa Healthcare.

Ewing JE. Fixed Partial Prosthesis. 2nd ed. Philadelphia: Lea & Febinger, 1959: 169-

77.

Martanto, P.1985.Teori dan praktek ilmu mahkota dan jembatan.Jilid 1 Edisi

2.Bandung:Penerbit Alumni.

Martanto, P., 1985, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan, edisi 2,

Penerbit Alumni, Bandung.

Myers, G.E. 1969. Textbook of Crown and Bridge Prosthodontics. The C.V.Mosby

Company, Saint Louis

Tylman SD. Construction of Pontics For Fixed Partial Dentures: Indications, Types,

and Materials. In Theory and Practice of Crown and Fixed Partial

Prosthodontics. 6th ed. Saint Louis: CV Mosby 1970: 26, 165, 650-81.

Prajitno, H.R. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan Dasar dan

Rancangan Pembuatan. Jakarta : EGC.

Shillingburg, H.T., 1981, Fundamental of Fixed Prosthodontics, 2nd ed,

Quintessence Publishing Co., Inc. Chicago.

19