LATAR BELAKANG

10
LATAR BELAKANG Timbulnya berbagai variasi di dalam suatu kelas fenotip disebabkan karena pengaruh gen ganda ( poligen atau multiple gen), misalnya poligen pada manusia antara lain perbedaan pigmentasi kulit, perbedaan tinggi tubuh, sidik jari, bibir sumbing dan celah langit –langit. Sidik jari merupakan identitas pribadi yang tak mungkin ada yang menyamainya. Sidik jari merupakan struktur genetika berbentuk rangka yang sangat detail pada diri manusia dan tidak dapat dihapus atau diubah sampai kapan pun. Jika di dunia ini hidup 6 miliar orang, maka ada 6 miliar pola sidik jari yang ada dan belum ditemukan seseorang yang memiliki sidik jari yang sama dengan lainnya. Sudah sejak lama sidik jari menjadi objek penelitian dan berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu yang dinamai dengan dermatoglyphics. Dermatoglyphics berarti ilmu yang mempelajari pola guratan kulit (sidik jari) pada telapak tangan dan kaki. Ketertarikan para ilmuan untuk melakukan penelitian terhadap sidik jari bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan sidik jari manusia memiliki keunikan dan karakteristik tertentu. (Anonim.2012:1) Pola sidik jari dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang dengan predisposisi genetik untuk perkembangan penyakit tertentu. Karena sidik jari diturunkan secara genetik dan tidak dipengaruhi lingkungan eksternal setelah lahir seperti geografi, ekonomi, dan lain-lain, sidik jari memiliki ciri yang

description

erwe

Transcript of LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANGTimbulnya berbagai variasi di dalam suatu kelas fenotip disebabkan karena pengaruh gen ganda ( poligen atau multiple gen), misalnya poligen pada manusia antara lain perbedaan pigmentasi kulit, perbedaan tinggi tubuh, sidik jari, bibir sumbing dan celah langit langit.Sidik jari merupakan identitas pribadi yang tak mungkin ada yang menyamainya. Sidik jari merupakan struktur genetika berbentuk rangka yang sangat detail pada diri manusia dan tidak dapat dihapus atau diubah sampai kapan pun. Jika di dunia ini hidup 6 miliar orang, maka ada 6 miliar pola sidik jari yang ada dan belum ditemukan seseorang yang memiliki sidik jari yang sama dengan lainnya.

Sudah sejak lama sidik jari menjadi objek penelitian dan berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu yang dinamai dengandermatoglyphics.Dermatoglyphicsberarti ilmu yang mempelajari pola guratan kulit (sidik jari) pada telapak tangan dan kaki. Ketertarikan para ilmuan untuk melakukan penelitian terhadap sidik jari bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan sidik jari manusia memiliki keunikan dan karakteristik tertentu.(Anonim.2012:1)Pola sidik jari dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang dengan predisposisi genetik untuk perkembangan penyakit tertentu. Karena sidik jari diturunkan secara genetik dan tidak dipengaruhi lingkungan eksternal setelah lahir seperti geografi, ekonomi, dan lain-lain, sidik jari memiliki ciri yang paling bermanfaat untuk menentukan hubungan mendasar dalam kehidupan.Untuk mengetahui bagaimana pola-pola hereditas yang diwariskan kepada seseorang serta mengetahui sifat-sifat yang dominan dan resesif yang ada pada manusia, penting dilakukan sebuah praktikum yang berhubungan dengan variasi genetik dan dermatoglifi. Pola sidik jari yang terdapat pada manusia dapat mengidentifikasi penyakit tertentu dan kelainan kromosom.

LANDASAN TEORI Dermatoglifi adalah gambaran sulur-sulur dermal yang paralel pada jari-jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan telapak kaki (Syahrum, et al., 1993). Dermatoglifi pada setiap orang tidak mungkin persis sama, tetapi bersifat sangat stabil dan tidak berubah sepanjang hidup kecuali bila terjadi kerusakan yang sangat parah hingga lapisan sub dermis (Ramelan, 1999; Hidayati, et al., 1980). Dermatoglifik juga merupakan istilah yang dipakai untuk menyatakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk rigi epidermis itu sendiri. Dermatoglifik sudah sejak lama digunakan di kepolisian dan kedokteran kehakiman sebagai alat identifikasi. Masyarakat pada umumnya lebih banyak mengenal dermatoglifik sebagai alat identifikasi. Padahal dermatoglifik bukan hanya alat identifikasi semata. Dermatoglifik diturunkan secara poligenik. Dermatoglifik sangat kuat ditentukan secara genetik. Para ilmuwan mencoba mengembangkan dermatoglifik sebagai alat dalam mendiagnosis penyakit genetik .Sekali suatu pola dermatoglifik telah terbentuk, maka pola itu akan tetap selamanya, tidak dipengaruhi oleh umur, pertumbuhan dan perubahan lingkungan). Menurut Slatis et al. (1976), pola dasar dermatoglifik manusia semuanya berpola loop ulnar. Namun ada tujuh gen lain yang turut berperan, sehingga terjadi variasi pola dermatoglifik. Walaupun dermatoglifik sangat kuat ditentukan secara genetik tapi selama periode kritis, dermatoglifik dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan prenatal.

Gambaran sulur-sulur dermal ditentukan oleh banyak gen yang saling berpengaruh dan mungkin beberapa diantaranya bersifat dominan dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar sesudah lahir, misalnya geografik, ekonomi, dan lain-lain (Rafiah, et al, 1980). Sidik jari merupakan objek yang menarik untuk diselidiki dan telah digunakan baik untuk keperluan identifikasi, hubungan keturunan, maupun membantu diagnosis (Suryadi, 1999).Dermatoglifik terbentuk pada tonjolan-tonjolan (volar pad) kulit telapak tangan, telapak kaki, jari tangan, dan jari kaki. Pembentukan dermatoglifik dimulai dengan proliferasi sel epitel basal epidermis volar pad sekitar minggu ke-10 sampai minggu ke-11 kehamilan. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini kemudian membentuk lipatan-lipatan. Lipatan-lipatan ini kemudian menjadi rigi epidermis (epidermal ridge). Periode kritis pembentukan rigi epidermis ini terjadi pada kehamilan berumur tiga bulan. Pada bulan ke-enam kehamilan pembentukan dermatoglifik berakhir sepenuhnya. Proses pembentukan dermatoglifik pada kaki terjadi dua sampai tiga minggu setelah proses pembentukan dermatoglifik pada tangan dimulai.

Sidik jari ditemukan pada manusia dan beberapa hewan dan sangat unik untuk tiap individu karena tidak ada dua jari yang memiliki pola yang persis sama, tidak ada dua orang yang memiliki pola yang sama, tidak berubah seumur hidup. Bentuk menetap sejak fetus berusia 4 bulan dalam kandungan dan hanya bertambah dalam ukuran saja sesuai pertambahan usia. Beberapa peneliti berpendapat bahwa konfigurasi sidik jari kemungkinan dibentuk oleh multiple gen pada multiple kromosom sehingga menarik untuk diteliti dibandingkan dengan kelainan genetik yang bersifat monogenik. Sidik jari bisa tetap diamati dengan cara menggulirkan jari ke permukaan kertas dengan memberi cat atau tinta ke permukaan jari dan dicetak ke permukaan kertas.

Sampai saat ini ditemukan 4 tipe pokok sidik jari pada masyarakat yang distribusinya sangat bervariasi tergantung dengan ras dan jari-jari yang berbeda. Tipe itu adalah loop urnal dan radial, whorl, arch dan tented arch. Tipe arch, garis dimulai dari satu sisi jari ditengah sedikit meninggi dan dan keluar pada sisi yang berlawanan. Tented arch didapati paling tidak ada satu atau lebih garis lengkung yang membentuk sudut 45^. Pola whorl minimal ditemukan satu garis melingkar 360^ dibagian tengah pola sidik jari. Untuk pola loop terlihat satu atau lebih garis yang membentuk garis lengkung yang berawal dan berakhir pada sisi yang sama. Pada pola sidik jari dapat kita temukan adanya gambaran triradius. Adapun yang dimaksud dengan triradius adalah titik pertemuan tiga garis dari asal yang berbeda. Pada pola arch tidak ditemukan adanya pola melainkan hanya garis lengkung sehingga tidak ada titik triradius dan bila mau dilakukan penghitungan garis-garis jumlahnya adalah nol. Tipe loop hanya mempunyai satu triradius, dekat titik pusat, untuk menghitung jumlah garis yang dibentuk oleh pola tertentu dengan menghubungkan pada triradius. Pola whorl ada dua triradius dan penghitungan jumlah garis bisa dilakukan dua arah dimana biasanya jumlah garis berbeda pada masing-masing sisi (Washington, 2003).Tahun 1686, Marcello Malphigi, professor anatomi di Universitas Barcelona pertama kali dalam sejarah meneliti sidik jari dibawah mikroskop (Campbell, 1998; Washington, 2003). Ditemukan perbedaan antara loop ulnar dan radial, sedangkan pada whorl ada perbedaan bentuk whorl dengan lingkaran konsentris dan bentuk seperti spiral. Ada juga pola peacock eye yang merupakan gabungan pola loop dan whorl (gambaran pola loop dengan bentuk mata ditengahnya. Bentuk composite dikenal didalam textbook FBI sebagai double loop whorl. Sedangkan bentuk compound atau peacocks eye dikenal juga sebagai a central pocket loop whorl (Barret, 1998; Campbell, 1998). Menurut Penrose (1971), rata-rata jumlah semua sulur pada jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan. Distribusi dermatoglifi berbeda oleh jenis kelamin maupun ras. Pria memiliki lebih banyak pola whorl daripada wanita dan wanita memiliki pola arch yang lebih sederhana dari pria (Jones, 1993). Pola guratan-guratan sidik jari tidak hanya bermanfaat untuk identifikasi tetapi juga bisa bermanfaat untuk menemukan adanya abnormalitas dermatoglifi yang khas yang seringkali berhubungan dengan banyak kelainan kromosom (Graham dan Brown, 2005).Memeriksa sidik jari dan gurat telapak tangan serta telapak kaki. Sidik jari dan gurat telapak ada standarnya bagi orang normal. Penderita kelainan keturunan, terutama karena aberasi kromosom, memiliki dermatoglifi yang khas. Dengan pemeriksaan dermatoglifi ini, banyak dapat didiagnosa berbagai penyakit atau cacat keturunan, seperti sindrom down, klinefelter, edward, parau dan turner. Bahkan seorang ibu yang anaknya menderita down, sedang ia sendiri normal akan ada memperlihatkan sidik dan gurat yang khas, sehingga dapat dipakai sebagai bahan untuk genetic counseling (Yatim, 1980).Dermatoglifik dengan detailnya (minutiae) bersifat khas dan berbeda pada tiap individu banyak digunakan sebagai alat identifikasi. Variasi pola dermatoglifik suatu spesies berbeda dengan spesies yang lain dan menunjukkan kekhasan pada spesies tersebut.Maka dari itu dalam bidang antropologi, dermatoglifik banyak digunakan untuk melihat hubungan kekerabatan antar kelompok masyarakat yang terisolasi baik secara geografis maupun budaya. Orang-orang yang menderita kelainan genetik mempunyai karakter dermatoglifik yang khas dan berbeda dengan orang lain. Kekhasan karakter dermatoglifik pada kelainan tertentu dalam bidang kedokteran dapat dipakai sebagai penanda dalam membantu mendiagnosis.(Veteriner.2002)DAFTAR PUSTAKA

Bridges, C.H. 1963. Practical Finger Prints. Illionis University: Illionis.Campbell, Neil A., Jane B.Reece, Lawrene G. Mitchell. 2005. Biologi, Edisi Kelima, Jilid 1. Erlangga. Jakarta.Campbell. 1998. Fingerprints and Palmar Dermatoglyphics. http://www.dermatoglyphic.com. Diakses 10 September 2014.

Dwijosaputro, D. 1997. Pengantar Genetika. Bharatara: JakartaElvita, A., Peldi, W., et al. 2008. Genetika Dasar. University of Riau: Pekanbaru.

Freeman. 1860. Principle of Human Genetics Wh.Freeman and Company: San Fransisco

Fuller C. 1973. A Diagnostic Aid. Journal of Medical Genetic Dermatoglyphic.Goodenough, V. 1988. Genetika. Soemartono Adisoemarto (penerjemah). Erlangga. Jakarta.Graham R dan Brown B.T. 2005. Lecture Notes Dermatology. Ed VIII. Jakarta : Erlangga Medical Series, pp : 1-9.

Hidayati RS, Rafiah RtSt, Kamajaya, Satmoko, Suryadi R, dan Sidiarto Lily, 1980. Dermatoglifi Penderita Sindrom Down : Penelitian Pola Triradius Garis Simian pada Telapak Tangan Anak-anak Penderita Sindrom Down di Sumber Asih Jakarta. Maj Kedokt Indon, 30 : 202-206.

Jones dan Christopher. 1993. Fingerprint Patterns Probably Inherited. Osney, Oxford OX2 0BA : Cheirological Society.

Kimball, J.W. 1993. Biologi Jilid I. Erlangga: Jakarta.

Lewis,R. 2001. Human Genetic Concept and Application Second Edition. The University et Ebony Careflet Medical Group. Secret Body: New York.

Naffah J. 1977. Dermatoglyphic analysis : anthropological and medical aspects. Bulletin of The New York Academy of Medicine

Pai, A.C. 1987. Dasar-Dasar Genetika. Ilmu Untuk Masyarakat Edisi Ke-2. ITB: Erlangga.Penrose LS, 1971. Finger-Prints, Palm and Chromosome. In : Levine L (ed). Papers On Genetics, A book of Reading. St. Louis : The CV Mosby comp, pp. 208-209.

Rafiah Rt. St, Satmoko, Suryadi R., Ramelan W., Yusuf, Yuniar, Lutfiah SN, Tajuddin MK, dan Syahrum MH. 1980. Pola TRC dan TTC jari-jari kelompok khusus sarjana dan kelompok umum. Majalah Kedokteran Indonesia. 8 : 198-201.

Ramelan W, 1999. Perkembangan Genetika Manusia dalam Hubungan dengan Reproduksi. Maj Kedokt Indon, 49(6) : 228-239.

Safro,A.S. 1994. Keanekaragaman Genetika. Andi Offset: Yogyakarta.

Suryadi R, 1999. Pola Sidik Jari dan Jumlah Jalur Total Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Maj Kedokt Indon, 43(12) : 751-754.

Suryo. 1998. Genetika. Gadjah Mada University press: Yogyakarta.

Suryo. 2001. Genetika Manusia. Gadjah Mada Univeristy Press. Yogyakarta.Syahrum MH, Suhana, Warrouw ED, 1993. Dermatoglifi Telapak Tangan pada penderita Diabetes Mellitus. Maj Kedokt Indon, 9 : 501-505.

University et Ebony Careflet Medical Group. Secret Body: New York.

Washington, A.J., 2003. Do Family Members Have a Similar Fingerprints?. http://www.dermatogltphic.com. Diakses pada 10 September 2014.

Yatim, W. 1980. Genetika. Torsito: Bandung.