LATAR BELAKANG

21
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang besar. Besar dalam arti Indonsia memiliki segala potensi untuk menjadi negara adidaya setara dengan Amerika. Indonesia memiliki wilayah yang luas yaitu 1.922.570 km² untuk luas daratan dan luas perairannya 3.257.483 km² yang terdiri dari 13.466 pulau yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, (id.wikipedia.org). Indonesia dikaruniai sumber daya alam yang melimpah ruah yang terkandung di dalam bumi seperti minyak, gas, batu bara, aspal, emas, nikel, timah, dan barang tambang lainnya yang bernilai tinggi. Dan juga di permukaan buminya seperti perkebunan sawit, rempah-rempah, sayur- sayuran, dan lain sebagainya. Serta kekayaan yang berasal dari perarian Indonesia yang tidak kalah melimpahnya. Dengan segala yang dimiliki Indonesia maka 1

Transcript of LATAR BELAKANG

Page 1: LATAR BELAKANG

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang besar. Besar dalam arti Indonsia memiliki

segala potensi untuk menjadi negara adidaya setara dengan Amerika. Indonesia

memiliki wilayah yang luas yaitu 1.922.570 km² untuk luas daratan dan luas

perairannya 3.257.483 km² yang terdiri dari 13.466 pulau yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia, (id.wikipedia.org). Indonesia dikaruniai sumber daya alam

yang melimpah ruah yang terkandung di dalam bumi seperti minyak, gas, batu

bara, aspal, emas, nikel, timah, dan barang tambang lainnya yang bernilai tinggi.

Dan juga di permukaan buminya seperti perkebunan sawit, rempah-rempah,

sayur-sayuran, dan lain sebagainya. Serta kekayaan yang berasal dari perarian

Indonesia yang tidak kalah melimpahnya. Dengan segala yang dimiliki Indonesia

maka pantaslah jika Indonesia dikatakan sebagai negara yang kaya raya.

Jika dipikir secara logika, masyarakat yang tinggal di negara yang kaya

raya seharusnya kehidupan mereka sejahtera, berkecukupan, dan segala yang

dibutuhkan tersedia. Tetapi pada kenyataannya mengatakan sebaliknya dimana

kondisi masyarakat Indonesia jauh dibawah garis kelayakan, atau dengan kata lain

belum sejahtera. Kenyataan yang demikian memunculkan pertanyaan mengapa

hal ini bisa terjadi di negara yang kaya raya? Setelah dilakukan pengkajian lebih

mendalam barulah didapat keterangan tentang berbagai masalah yang ada di

1

Page 2: LATAR BELAKANG

Indonesia yang menyebabkan masyarakat Indonesia sampai sekarang belum

sejahtera.

Berbagai masalah tersebut antara lain adalah:

1. Tingginya angka pengangguran.

2. Rendahnya kualitas SDM menurut tingkat pendidikan.

3. Kemiskinan.

4. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.

Beberapa masalah di atas saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama

lain. Rendahnya kualitas sumber daya manusia menurut tingkat pendidikan

disebabkan karena kemiskinan. Karena masyarakat miskin (tidak punya uang)

maka mereka tidak bisa menyekolahkan anaknya. Rendahnya kualitas sumber

daya manusia juga mengakibatkan pengangguran meningkat karena di jaman

sekarang ini dibutuhkan minimal lulusan SLTA atau sederajad untuk

mendapatkan suatu pekerjaan. Karena banyak orang menjadi pengguran dan tidak

memiliki penghasilan maka mengakibatkan kemiskinan. Masalah pertumbuhan

penduduk yang tidak terkendali menjadi awal mula munculnya masalah-masalah

lain.

Pertumbuhan penduduk memang secara logika merupakan kabar baik

karena semakin banyak penduduk maka barang dan jasa yang dihasilkan akan

semakin banyak pula. Tetapi ternyata penyataan tersebut salah. Pertumbuhan

penduduk akan berdampak negatif bagi negara apabila menimbulkan kemerosotan

pada Real GDP (Gross Domestik Bruto). Jadi barang dan jasa yang dihasilkan

2

Page 3: LATAR BELAKANG

oleh suatu negara tidak semata-mata tergantung pada jumlah penduduknya,

melainkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas dari penduduk tersebut. Untuk

apa suatu negara mempunyai banyak penduduk tetapi penduduk tersebut tidak

menghasilkan apa-apa? Karena penduduk yang demikian hanya akan menambah

berat beban yang harus dipikul negara yang mempunyai kewajiban untuk

menjamin kehidupan yang layak dan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Mengetahui jumlah penduduk di suatu wilayah sangatlah penting, karena

menyangkut pertimbangan pemerintah dalam membuat kebijakan dan

perencanaan pembangunan yang akan dilakukan. Masalah kependudukan,

khususnya masalah ledakan penduduk, adalah masalah yang kompleks, yang juga

berpeluang memunculkan masalah-masalah lain yang diakibatkan karena ledakan

penduduk, antara lain: peningkatan jumlah pengangguran karena lapangan

pekerjaan yang ada tidak mencukupi untuk mempekerjakan orang yang begitu

banyak, terganggunya keseimbangan ekosistem karena kebutuhan untuk lahan

tempat tinggal, sumber daya alam dan mineral yang semakin menipis karena

eksploitasi besar-besaran, kemiskian, kualitas sumber daya manusia yang rendah

dan lain sebagainya. Mencermati beberapa masalah yang timbul akibat ledakan

penduduk maka dapat diambil kesimpulan bahwa semakin banyak jumlah

penduduk maka semakin banyak pula mulut-mulut yang perlu diberi makan,

dalam artian makin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi, makin banyak

pula beban tanggungan pemerintah untuk menghidupi rakyat yang begitu

banyaknya.

3

Page 4: LATAR BELAKANG

Jumlah penduduk Indonesia yang sangat tinggi yang saat ini telah

mencapai angka 237.641.326 jiwa perlu mendapat perhatian lebih baik dari

pemerintah maupun dari seluruh lapisan masyarakat bahwa meningkatnya jumlah

penduduk haruslah dibarengi dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan

peningkatan di bidang ekonomi. Semakin bertambahnya jumlah penduduk berarti

kebutuhan yang harus dipenuhi juga ikut bertambah. Maka dari itu untuk

menciptakan generasi yang tidak hanya meningkat dalam hal kuantitasnya tetapi

juga berkualitas, masyarakat harus benar-benar sadar akan efek negatif yang akan

timbul karena beban hidup yang ikut meningkat. Meningkatnya jumlah penduduk

dari tahun ke tahun bisa saja mengandung arti positif dan negatif dalam masalah

kependudukan. Positifnya bahwa terjadinya pertumbuhan berarti angka kematian

ibu dan angka kematian bayi mengalami penurunan. Tetapi pada sisi negatifnya,

peningkatan jumlah penduduk ini bisa saja menjadi bom waktu yang akan

meledak sewaktu-waktu apa bila pertumbuhan penduduk tidak dibarengi dengan

peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.

Dari ulasan beberapa masalah yang ditimbulkan didapati inti masalahnya

yaitu masalah kependudukan, terutama ledakan penduduk. Pemerintah telah

mengambil langkah antisipasi atau bisa disebut sebagai solusi dari permasalahan

yang ada yang berguna paling tidak menekan laju pertumbuhan penduduk sedikit

demi sedikit yaitu membuat program Keluarga Berencana.

Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,

pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk

4

Page 5: LATAR BELAKANG

mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Makna lain dari Keluarga

Berencana (KB) adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang

bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan

kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Tujuan dari program

Keluarga Berencana (KB) tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan ibu, anak

dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)

yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan

mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan

penduduk.

Setiap keluarga pasti menginginkan kehidupan yang sejahtera. Sejahtera

dalam hal ini berarti segala sesuatu yang dibutuhkan tersedia atau bisa didapatkan.

Namun permasalahan yang sekarang terjadi adalah permintaan atau kebutuhan

(demand) dan alat pemuas kebutuhan tidak seimbang dimana ketersediaan alat

pemuas kebutuhan tidak mampu mencukupi kebutuhan. Sebagai gambaran sebuah

keluarga memiliki 4 orang anak tetapi hanya memiliki penghasilan 1 juta rupiah

per bulan, maka yang terjadi penghasilan tersebut tidak akan bisa mencukupi

kebutuhan dari 4 orang anak tersebut. Oleh karena itu yang perlu dilakukan saat

ini adalah merencanakan jumlah keluarga (anak). Dengan perencanaan ini maka

terjadi penyesuaian antara kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan

dengan jumlah anggota keluarga yang membutuhkannya.

Beberapa kebutuhan yang terbilang penting yang harus dipenuhi antara

lain adalah tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. Jumlah anggota sangat

mempengaruhi suatu keluarga dalam menghimpun dana, sehingga kebutuhan

5

Page 6: LATAR BELAKANG

mereka akan terpenuhi dengan lebih mudah. Sebagai contoh untuk membeli

rumah yang sehat dan layak membutuhkan dana yang cukup besar di jaman

sekarang. Data yang diperoleh dari BPS tahun 2011 mengatakan bahwa 54,99%

rumah di Indonesia memiliki akses sanitasi yang baik. Dengan kata lain bahwa

45,01% rumah di Indonesia memiliki akses sanitasi yang buruk atau tidak layak.

Hal ini jelas berpengaruh pada kesehatan mereka. Demikian pula pada kebutuhan

akan pendidikan yang kita ketahui bersama bahwa biaya pendidikan di Indonesia

tidaklah murah. Sekali lagi jumlah anggota keluarga sangat berpengaruh dalam

kasus ini dimana keluarga dengan jumlah anak yang sedikit akan lebih mudah

dalam menghimpun dana untuk memenuhi kebutuhannya. Fakta yang terungkap

melalui data dari BPS tahun 2010 yaitu bahwa jumlah anggota keluarga rata-rata

di Indonesia adalah 4 orang (ideal). Fakta selanjutnya tahun 2011 BPS mencatat

bahwa 20,56 juta (8,42%) penduduk Indonesia tidak pernah sekolah. Ini adalah

bukti bahwa sebagian besar keluarga di Indonesia tidak mampu menyekolahkan

anaknya.

Rendahnya SDM berpengaruh pada kesempatan setiap orang untuk

mendapatkan pekerjaan karena pendidikan sangat diperlukan untuk bersaing

mendapatkan pekerjaan. Hal ini akan menyebabkan angka pengangguran yang

terus meningkat dan masyarakat menjadi miskin karena tidak mempunyai

penghasilan. Kemiskinan sendiri akan menimbulkan berbagai masalah sosial yaitu

masyarakat yang stres, frustasi, dan depresi menghadapi tekanan kehidupan dan

menyebabkan tindak kejahatan (kriminal) yang terjadi dimana-mana.

6

Page 7: LATAR BELAKANG

Dalam rangka melaksanakan program Keluarga Berencana, pemerintah

membentuk suatu lembaga non departemen yang bertugas sebagai pelaksana

program Keluarga Berencana yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) dengan nama programnya yaitu Program Keluarga Berencana

Nasional. Program dan kelembagaannya selanjutnya disempurnakan melalui

Kepres Nomor 33 tahun 1972, Kepres Nomor 38 tahun 1978, serta Kepres Nomor

109 1993 tentang Pembentukan Kementerian Kependudukan dan BKKBN.

Sebenarnya upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk sudah

mulai dilakukan sejak tahun 1957, dan masih berlanjut hingga sekarang dan akan

terus berlanjut entah sampai kapan. Dari awal digagasnya upaya penekanan laju

pertumbuhan penduduk (tahun 1970 sampai 1980) Indonesia telah dapat menekan

laju pertumbuhan penduduk menjadi 2,34 % dari 2.8 % lebih pada dasa warsa

sebelumnya, kemudian pada 10 tahun berikutnya (1980-1990) laju pertumbuhan

penduduk dapat ditekan lagi menjadi 1,98 % dan pada dekade berikutnya (1990-

2000) tingkat pertumbuhannya menjadi 1,49 %. (Haryono Suyono; 2005:29,dalam

tesis Akhmad Zaini).

Walaupun demikian laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih

terbilang cukup tinggi yaitu sekitar 4 juta jiwa per tahun mengingat jumlah

penduduk Indonesia terkini berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 adalah

237,641,326 jiwa. Perlu diketahui bahwa jumlah penduduk Singapura adalah

sekitar 4 juta jiwa. Itu berarti setiap tahun di Indonesia bisa menciptakan negara

Singapura baru. Dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia

mencapai 289 juta jiwa. Oleh karena itu program keluarga berencana ini sangat

7

Page 8: LATAR BELAKANG

dibutuhkan dan harus digalakkan demi terciptanya kestabilan laju pertumbuhan

penduduk, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga daya dukung

lingkungan terhadap kehidupan masyarakat Indonesia.

Kinerja BKKBN dalam melaksanakan program Keluarga Berencana

didukung dengan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan yaitu Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga Sejahtera yang selanjutnya diganti dengan Undang-

undang Republik Indonesia nomor 52 tahun 2009 yang mengatur tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Kota Semarang adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan

Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang memiliki luas wilayah 373,70

km2 dan memiliki penduduk berjumlah 1.544.358 jiwa di tahun 2011. Hal ini

berarti bahwa kepadatan penduduk Kota Semarang mencapai 4.140 jiwa per km2

yang terus mengalami kenaikan kepadatan penduduk dalam kurun waktu 5 tahun

dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,11%. Salah satu kecamatan di Kota

Semarang yang merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah

kecamatan Pedurungan. Kecamatan Pedurungan memiliki jumlah penduduk

174.133 jiwa, naik 1,48 % dari tahun lalu. Ini berarti pada tahun 2011 setidaknya

ada pertambahan penduduk sebanyak 2.534 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang

begitu banyaknya berdampak pada kepadatan penduduk di kecamatan Pedurungan

yang mencapai 8.404 jiwa per km2.

Banyaknya jumlah penduduk yang disebabkan oleh pertumbuhan

penduduk yang tinggi ini memberikan dampak yang bersifat negatif bagi

8

Page 9: LATAR BELAKANG

lingkungan dan bagi masyarakat kecamatan Pedurungan sendiri. Masalah yang

ditimbulkan antara lain adalah permintaan pekerjaan yang melambung tinggi

tetapi lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas, hal ini menyebabkan tingkat

pengangguran menjadi tinggi dan berdampak pada masalah kemiskinan karena

mereka tidak mempunyai pekerjaan dan penghasilan. Akibatnya banyak

masyarakat yang hidupnya berada di bawah garis kemiskinan atau dengan kata

lain kurang sejahtera. Hal ini dibuktikan dengan data dari Bappeda Kota

Semarang seperti di bawah ini.

Tabel 1Banyaknya Keluarga Menurut Tahapan Keuarga Sejahtera di Kecamatan

Pedurungan

TAHUN

KELUARGA PRA

SEJAHTERA

KELUARGA SEJAHTERA

1

JUMLAH KPS + KS

1

JUMLAH KELUARGA

%

2011 2.683 6.120 8.803 43.138 20,42010 2.668 6.002 8.670 40.316 21,5

Dari tabel di atas diketahui bahwa di kecamatan Pedurungan masih

terdapat banyak sekali masyarakat yang hidupnya masih di bawah garis

kemiskinan. Yaitu 20,4 % dari seluruh jumlah keluarga di kecamatan Pedurungan.

Keluarga sejahtera di sini sangat erat kaitannya dengan kemampuan ekonomi

yang mereka miliki. Keluarga yang kurang sejatera, atau dalam artian keluarga

yang memiliki jumlah anggota keluarga banyak, akan semakin berat beban

tanggungan yang harus dipikul, karena semakin banyak jumlah anggota keluarga

maka semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Salah satu kebutuhan

yang harus dipenuhi adalah pendidikan. Bagi keluarga sejahtera, atau keluarga

yang memiliki sedikit anggota keluarga, maka peluang mereka untuk memenuhi

9

Page 10: LATAR BELAKANG

kebutuhannya, termasuk untuk biaya pendidikan, akan lebih memungkinkan

dibandingkan dengan keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga. Hal ini

dibuktikan oleh data dari Bappeda Kota Semarang seperti di bawah ini.

Tabel 2Jumlah Penduduk yang Tidak Sekolah dan Tidak Tamat SD di Kecamatan

Pedurungan

TAHUN TIDAK SEKOLAH

TIDAK TAMAT SD

JUMLAH

2011 10.504 18.084 28.5882010 10.266 14.289 24.5552009 10.350 14.437 24.7872008 10.350 14.437 24.7872007 10.160 14.174 24.355

Dari data di atas diketahui bahwa jumlah orang yang tidak sekolah dan

tidak tamat SD sangat banyak. Ironisnya, semakin modern jaman sekarang justru

semakin bertambah jumlah orang di kecamatan Pedurungan yang tidak pernah

sekolah dan yang tidak tamat SD. Hal ini akan menjadi lingkaran setan yang terus

berputar antara tingkat pendidikan yang rendah, pengangguran meningkat, dan

rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Dan apabila tidak segera diatasi

masalah ini akan menimbulkan masalah-masalah lain seperti kriminalitas,

gelandangan dan pengemis, menurunnya kualitas dan kuantitas lingkungan hidup,

dan lain sebagainya. Apabila dipahami lebih mendalam, semua masalah tersebut

berakar pada masalah kependudukan khususnya laju pertumbuhan penduduk yang

masih tinggi.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pemerintah berupaya

mengatasinya dengan mengeluarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor

52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

10

Page 11: LATAR BELAKANG

Keluarga. Dengan dikeluarkannya undang-undang ini diharapkan agar seluruh

masyarakat, termasuk di kecamatan Pedurungan Kota Semarang, dapat terwujud

keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan

persebaran penduduk dengan lingkungan hidup. Serta pembangunan keluarga

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa

aman, tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan

kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Program Keluarga Berencana ini memang sudah tidak asing lagi di

Indonesia dan bukanlah program yang baru dari pemerintah melainkan sudah dari

sejak masa pemerintahan Orde Baru. Tetapi melihat dan memahami dari hasilnya,

masih terdapat rasa ketidakpuasan akan hasil yang dirasa kurang maksimal.

Sebagai bukti dari pernyataan tadi adalah data yang menunjukan bahwa

prosentase jumlah akseptor KB mengalami penurunan, sedangkan Pasangan Usia

Subur (PUS) terus bertambah dari tahun ke tahun.

Tabel 3

Banyaknya Akseptor KB Kecamatan Pedurungan

TAHUN PESERTA PUS % TERHADAP PUS

2011 23.753 31.397 75,652010 23.181 29.566 78,402009 23.808 29.566 80,52

11

Page 12: LATAR BELAKANG

Setelah melihat, mencermati, dan memahami lebih mendalam dari uraian

penjelasan mengenai fokus dan lokus di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA

BERENCANA DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG”

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Implementasi UU RI nomor 52 Tahun 2009 tentang

Kebijakan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Pedurungan ?

2. Apa saja faktor yang memengaruhi implementasi program keluarga

berencana di Kecamatan Pedurungan ?

3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui mengenai implementasi UU RI nomor 52 Tahun 2009

tentang Kebijakan Program Keluarga Berencana di Kecamatan

Pedurungan, Kota Semarang.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi

implementasi program Keluarga Berencana di Kecamatan Pedurungan,

Kota Semarang.

4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis

Memperkaya khasanah dalam mengembangkan teori-teori sosial terutama

yang berkenaan dengan implementasi kebijakan publik serta diharapkan

12

Page 13: LATAR BELAKANG

dapat memberikan informasi bagi para pembaca tentang topik masalah

yang menjadi pusat kajian penelitian.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Penulis

Dalam penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan dan

pemahaman tentang implementasi Program Keluarga Berencana di

Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

b. Bagi Instansi Terkait

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan

pertimbangan dalam menghadapi kendala dan memecahkan masalah

yang dihadapi berhubungan dengan implementasi Program Keluarga

Berencana yang sedang berjalan serta mengukur seberapa jauh dampak

dari adanya implementasi Program Keluarga Berencana di Kota

Semarang khususnya di Kecamatan Pedurungan.

c. Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai implementasi

Program Keluarga Berencana yang sedang berlangsung di lingkungan

mereka, agar masyarakat dapat memahami dan ikut beperan aktif.

13