LATAR BELAKANG
-
Upload
bayu-wicaksono -
Category
Documents
-
view
23 -
download
2
Transcript of LATAR BELAKANG
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang besar. Besar dalam arti Indonsia memiliki
segala potensi untuk menjadi negara adidaya setara dengan Amerika. Indonesia
memiliki wilayah yang luas yaitu 1.922.570 km² untuk luas daratan dan luas
perairannya 3.257.483 km² yang terdiri dari 13.466 pulau yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia, (id.wikipedia.org). Indonesia dikaruniai sumber daya alam
yang melimpah ruah yang terkandung di dalam bumi seperti minyak, gas, batu
bara, aspal, emas, nikel, timah, dan barang tambang lainnya yang bernilai tinggi.
Dan juga di permukaan buminya seperti perkebunan sawit, rempah-rempah,
sayur-sayuran, dan lain sebagainya. Serta kekayaan yang berasal dari perarian
Indonesia yang tidak kalah melimpahnya. Dengan segala yang dimiliki Indonesia
maka pantaslah jika Indonesia dikatakan sebagai negara yang kaya raya.
Jika dipikir secara logika, masyarakat yang tinggal di negara yang kaya
raya seharusnya kehidupan mereka sejahtera, berkecukupan, dan segala yang
dibutuhkan tersedia. Tetapi pada kenyataannya mengatakan sebaliknya dimana
kondisi masyarakat Indonesia jauh dibawah garis kelayakan, atau dengan kata lain
belum sejahtera. Kenyataan yang demikian memunculkan pertanyaan mengapa
hal ini bisa terjadi di negara yang kaya raya? Setelah dilakukan pengkajian lebih
mendalam barulah didapat keterangan tentang berbagai masalah yang ada di
1
Indonesia yang menyebabkan masyarakat Indonesia sampai sekarang belum
sejahtera.
Berbagai masalah tersebut antara lain adalah:
1. Tingginya angka pengangguran.
2. Rendahnya kualitas SDM menurut tingkat pendidikan.
3. Kemiskinan.
4. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.
Beberapa masalah di atas saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama
lain. Rendahnya kualitas sumber daya manusia menurut tingkat pendidikan
disebabkan karena kemiskinan. Karena masyarakat miskin (tidak punya uang)
maka mereka tidak bisa menyekolahkan anaknya. Rendahnya kualitas sumber
daya manusia juga mengakibatkan pengangguran meningkat karena di jaman
sekarang ini dibutuhkan minimal lulusan SLTA atau sederajad untuk
mendapatkan suatu pekerjaan. Karena banyak orang menjadi pengguran dan tidak
memiliki penghasilan maka mengakibatkan kemiskinan. Masalah pertumbuhan
penduduk yang tidak terkendali menjadi awal mula munculnya masalah-masalah
lain.
Pertumbuhan penduduk memang secara logika merupakan kabar baik
karena semakin banyak penduduk maka barang dan jasa yang dihasilkan akan
semakin banyak pula. Tetapi ternyata penyataan tersebut salah. Pertumbuhan
penduduk akan berdampak negatif bagi negara apabila menimbulkan kemerosotan
pada Real GDP (Gross Domestik Bruto). Jadi barang dan jasa yang dihasilkan
2
oleh suatu negara tidak semata-mata tergantung pada jumlah penduduknya,
melainkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas dari penduduk tersebut. Untuk
apa suatu negara mempunyai banyak penduduk tetapi penduduk tersebut tidak
menghasilkan apa-apa? Karena penduduk yang demikian hanya akan menambah
berat beban yang harus dipikul negara yang mempunyai kewajiban untuk
menjamin kehidupan yang layak dan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Mengetahui jumlah penduduk di suatu wilayah sangatlah penting, karena
menyangkut pertimbangan pemerintah dalam membuat kebijakan dan
perencanaan pembangunan yang akan dilakukan. Masalah kependudukan,
khususnya masalah ledakan penduduk, adalah masalah yang kompleks, yang juga
berpeluang memunculkan masalah-masalah lain yang diakibatkan karena ledakan
penduduk, antara lain: peningkatan jumlah pengangguran karena lapangan
pekerjaan yang ada tidak mencukupi untuk mempekerjakan orang yang begitu
banyak, terganggunya keseimbangan ekosistem karena kebutuhan untuk lahan
tempat tinggal, sumber daya alam dan mineral yang semakin menipis karena
eksploitasi besar-besaran, kemiskian, kualitas sumber daya manusia yang rendah
dan lain sebagainya. Mencermati beberapa masalah yang timbul akibat ledakan
penduduk maka dapat diambil kesimpulan bahwa semakin banyak jumlah
penduduk maka semakin banyak pula mulut-mulut yang perlu diberi makan,
dalam artian makin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi, makin banyak
pula beban tanggungan pemerintah untuk menghidupi rakyat yang begitu
banyaknya.
3
Jumlah penduduk Indonesia yang sangat tinggi yang saat ini telah
mencapai angka 237.641.326 jiwa perlu mendapat perhatian lebih baik dari
pemerintah maupun dari seluruh lapisan masyarakat bahwa meningkatnya jumlah
penduduk haruslah dibarengi dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan
peningkatan di bidang ekonomi. Semakin bertambahnya jumlah penduduk berarti
kebutuhan yang harus dipenuhi juga ikut bertambah. Maka dari itu untuk
menciptakan generasi yang tidak hanya meningkat dalam hal kuantitasnya tetapi
juga berkualitas, masyarakat harus benar-benar sadar akan efek negatif yang akan
timbul karena beban hidup yang ikut meningkat. Meningkatnya jumlah penduduk
dari tahun ke tahun bisa saja mengandung arti positif dan negatif dalam masalah
kependudukan. Positifnya bahwa terjadinya pertumbuhan berarti angka kematian
ibu dan angka kematian bayi mengalami penurunan. Tetapi pada sisi negatifnya,
peningkatan jumlah penduduk ini bisa saja menjadi bom waktu yang akan
meledak sewaktu-waktu apa bila pertumbuhan penduduk tidak dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.
Dari ulasan beberapa masalah yang ditimbulkan didapati inti masalahnya
yaitu masalah kependudukan, terutama ledakan penduduk. Pemerintah telah
mengambil langkah antisipasi atau bisa disebut sebagai solusi dari permasalahan
yang ada yang berguna paling tidak menekan laju pertumbuhan penduduk sedikit
demi sedikit yaitu membuat program Keluarga Berencana.
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
4
mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Makna lain dari Keluarga
Berencana (KB) adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang
bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan
kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Tujuan dari program
Keluarga Berencana (KB) tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan ibu, anak
dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)
yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk.
Setiap keluarga pasti menginginkan kehidupan yang sejahtera. Sejahtera
dalam hal ini berarti segala sesuatu yang dibutuhkan tersedia atau bisa didapatkan.
Namun permasalahan yang sekarang terjadi adalah permintaan atau kebutuhan
(demand) dan alat pemuas kebutuhan tidak seimbang dimana ketersediaan alat
pemuas kebutuhan tidak mampu mencukupi kebutuhan. Sebagai gambaran sebuah
keluarga memiliki 4 orang anak tetapi hanya memiliki penghasilan 1 juta rupiah
per bulan, maka yang terjadi penghasilan tersebut tidak akan bisa mencukupi
kebutuhan dari 4 orang anak tersebut. Oleh karena itu yang perlu dilakukan saat
ini adalah merencanakan jumlah keluarga (anak). Dengan perencanaan ini maka
terjadi penyesuaian antara kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
dengan jumlah anggota keluarga yang membutuhkannya.
Beberapa kebutuhan yang terbilang penting yang harus dipenuhi antara
lain adalah tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. Jumlah anggota sangat
mempengaruhi suatu keluarga dalam menghimpun dana, sehingga kebutuhan
5
mereka akan terpenuhi dengan lebih mudah. Sebagai contoh untuk membeli
rumah yang sehat dan layak membutuhkan dana yang cukup besar di jaman
sekarang. Data yang diperoleh dari BPS tahun 2011 mengatakan bahwa 54,99%
rumah di Indonesia memiliki akses sanitasi yang baik. Dengan kata lain bahwa
45,01% rumah di Indonesia memiliki akses sanitasi yang buruk atau tidak layak.
Hal ini jelas berpengaruh pada kesehatan mereka. Demikian pula pada kebutuhan
akan pendidikan yang kita ketahui bersama bahwa biaya pendidikan di Indonesia
tidaklah murah. Sekali lagi jumlah anggota keluarga sangat berpengaruh dalam
kasus ini dimana keluarga dengan jumlah anak yang sedikit akan lebih mudah
dalam menghimpun dana untuk memenuhi kebutuhannya. Fakta yang terungkap
melalui data dari BPS tahun 2010 yaitu bahwa jumlah anggota keluarga rata-rata
di Indonesia adalah 4 orang (ideal). Fakta selanjutnya tahun 2011 BPS mencatat
bahwa 20,56 juta (8,42%) penduduk Indonesia tidak pernah sekolah. Ini adalah
bukti bahwa sebagian besar keluarga di Indonesia tidak mampu menyekolahkan
anaknya.
Rendahnya SDM berpengaruh pada kesempatan setiap orang untuk
mendapatkan pekerjaan karena pendidikan sangat diperlukan untuk bersaing
mendapatkan pekerjaan. Hal ini akan menyebabkan angka pengangguran yang
terus meningkat dan masyarakat menjadi miskin karena tidak mempunyai
penghasilan. Kemiskinan sendiri akan menimbulkan berbagai masalah sosial yaitu
masyarakat yang stres, frustasi, dan depresi menghadapi tekanan kehidupan dan
menyebabkan tindak kejahatan (kriminal) yang terjadi dimana-mana.
6
Dalam rangka melaksanakan program Keluarga Berencana, pemerintah
membentuk suatu lembaga non departemen yang bertugas sebagai pelaksana
program Keluarga Berencana yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) dengan nama programnya yaitu Program Keluarga Berencana
Nasional. Program dan kelembagaannya selanjutnya disempurnakan melalui
Kepres Nomor 33 tahun 1972, Kepres Nomor 38 tahun 1978, serta Kepres Nomor
109 1993 tentang Pembentukan Kementerian Kependudukan dan BKKBN.
Sebenarnya upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk sudah
mulai dilakukan sejak tahun 1957, dan masih berlanjut hingga sekarang dan akan
terus berlanjut entah sampai kapan. Dari awal digagasnya upaya penekanan laju
pertumbuhan penduduk (tahun 1970 sampai 1980) Indonesia telah dapat menekan
laju pertumbuhan penduduk menjadi 2,34 % dari 2.8 % lebih pada dasa warsa
sebelumnya, kemudian pada 10 tahun berikutnya (1980-1990) laju pertumbuhan
penduduk dapat ditekan lagi menjadi 1,98 % dan pada dekade berikutnya (1990-
2000) tingkat pertumbuhannya menjadi 1,49 %. (Haryono Suyono; 2005:29,dalam
tesis Akhmad Zaini).
Walaupun demikian laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih
terbilang cukup tinggi yaitu sekitar 4 juta jiwa per tahun mengingat jumlah
penduduk Indonesia terkini berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 adalah
237,641,326 jiwa. Perlu diketahui bahwa jumlah penduduk Singapura adalah
sekitar 4 juta jiwa. Itu berarti setiap tahun di Indonesia bisa menciptakan negara
Singapura baru. Dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia
mencapai 289 juta jiwa. Oleh karena itu program keluarga berencana ini sangat
7
dibutuhkan dan harus digalakkan demi terciptanya kestabilan laju pertumbuhan
penduduk, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga daya dukung
lingkungan terhadap kehidupan masyarakat Indonesia.
Kinerja BKKBN dalam melaksanakan program Keluarga Berencana
didukung dengan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan yaitu Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera yang selanjutnya diganti dengan Undang-
undang Republik Indonesia nomor 52 tahun 2009 yang mengatur tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Kota Semarang adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan
Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang memiliki luas wilayah 373,70
km2 dan memiliki penduduk berjumlah 1.544.358 jiwa di tahun 2011. Hal ini
berarti bahwa kepadatan penduduk Kota Semarang mencapai 4.140 jiwa per km2
yang terus mengalami kenaikan kepadatan penduduk dalam kurun waktu 5 tahun
dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,11%. Salah satu kecamatan di Kota
Semarang yang merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah
kecamatan Pedurungan. Kecamatan Pedurungan memiliki jumlah penduduk
174.133 jiwa, naik 1,48 % dari tahun lalu. Ini berarti pada tahun 2011 setidaknya
ada pertambahan penduduk sebanyak 2.534 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang
begitu banyaknya berdampak pada kepadatan penduduk di kecamatan Pedurungan
yang mencapai 8.404 jiwa per km2.
Banyaknya jumlah penduduk yang disebabkan oleh pertumbuhan
penduduk yang tinggi ini memberikan dampak yang bersifat negatif bagi
8
lingkungan dan bagi masyarakat kecamatan Pedurungan sendiri. Masalah yang
ditimbulkan antara lain adalah permintaan pekerjaan yang melambung tinggi
tetapi lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas, hal ini menyebabkan tingkat
pengangguran menjadi tinggi dan berdampak pada masalah kemiskinan karena
mereka tidak mempunyai pekerjaan dan penghasilan. Akibatnya banyak
masyarakat yang hidupnya berada di bawah garis kemiskinan atau dengan kata
lain kurang sejahtera. Hal ini dibuktikan dengan data dari Bappeda Kota
Semarang seperti di bawah ini.
Tabel 1Banyaknya Keluarga Menurut Tahapan Keuarga Sejahtera di Kecamatan
Pedurungan
TAHUN
KELUARGA PRA
SEJAHTERA
KELUARGA SEJAHTERA
1
JUMLAH KPS + KS
1
JUMLAH KELUARGA
%
2011 2.683 6.120 8.803 43.138 20,42010 2.668 6.002 8.670 40.316 21,5
Dari tabel di atas diketahui bahwa di kecamatan Pedurungan masih
terdapat banyak sekali masyarakat yang hidupnya masih di bawah garis
kemiskinan. Yaitu 20,4 % dari seluruh jumlah keluarga di kecamatan Pedurungan.
Keluarga sejahtera di sini sangat erat kaitannya dengan kemampuan ekonomi
yang mereka miliki. Keluarga yang kurang sejatera, atau dalam artian keluarga
yang memiliki jumlah anggota keluarga banyak, akan semakin berat beban
tanggungan yang harus dipikul, karena semakin banyak jumlah anggota keluarga
maka semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Salah satu kebutuhan
yang harus dipenuhi adalah pendidikan. Bagi keluarga sejahtera, atau keluarga
yang memiliki sedikit anggota keluarga, maka peluang mereka untuk memenuhi
9
kebutuhannya, termasuk untuk biaya pendidikan, akan lebih memungkinkan
dibandingkan dengan keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga. Hal ini
dibuktikan oleh data dari Bappeda Kota Semarang seperti di bawah ini.
Tabel 2Jumlah Penduduk yang Tidak Sekolah dan Tidak Tamat SD di Kecamatan
Pedurungan
TAHUN TIDAK SEKOLAH
TIDAK TAMAT SD
JUMLAH
2011 10.504 18.084 28.5882010 10.266 14.289 24.5552009 10.350 14.437 24.7872008 10.350 14.437 24.7872007 10.160 14.174 24.355
Dari data di atas diketahui bahwa jumlah orang yang tidak sekolah dan
tidak tamat SD sangat banyak. Ironisnya, semakin modern jaman sekarang justru
semakin bertambah jumlah orang di kecamatan Pedurungan yang tidak pernah
sekolah dan yang tidak tamat SD. Hal ini akan menjadi lingkaran setan yang terus
berputar antara tingkat pendidikan yang rendah, pengangguran meningkat, dan
rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Dan apabila tidak segera diatasi
masalah ini akan menimbulkan masalah-masalah lain seperti kriminalitas,
gelandangan dan pengemis, menurunnya kualitas dan kuantitas lingkungan hidup,
dan lain sebagainya. Apabila dipahami lebih mendalam, semua masalah tersebut
berakar pada masalah kependudukan khususnya laju pertumbuhan penduduk yang
masih tinggi.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, pemerintah berupaya
mengatasinya dengan mengeluarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor
52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
10
Keluarga. Dengan dikeluarkannya undang-undang ini diharapkan agar seluruh
masyarakat, termasuk di kecamatan Pedurungan Kota Semarang, dapat terwujud
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan
persebaran penduduk dengan lingkungan hidup. Serta pembangunan keluarga
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa
aman, tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan
kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
Program Keluarga Berencana ini memang sudah tidak asing lagi di
Indonesia dan bukanlah program yang baru dari pemerintah melainkan sudah dari
sejak masa pemerintahan Orde Baru. Tetapi melihat dan memahami dari hasilnya,
masih terdapat rasa ketidakpuasan akan hasil yang dirasa kurang maksimal.
Sebagai bukti dari pernyataan tadi adalah data yang menunjukan bahwa
prosentase jumlah akseptor KB mengalami penurunan, sedangkan Pasangan Usia
Subur (PUS) terus bertambah dari tahun ke tahun.
Tabel 3
Banyaknya Akseptor KB Kecamatan Pedurungan
TAHUN PESERTA PUS % TERHADAP PUS
2011 23.753 31.397 75,652010 23.181 29.566 78,402009 23.808 29.566 80,52
11
Setelah melihat, mencermati, dan memahami lebih mendalam dari uraian
penjelasan mengenai fokus dan lokus di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA
BERENCANA DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG”
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Implementasi UU RI nomor 52 Tahun 2009 tentang
Kebijakan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Pedurungan ?
2. Apa saja faktor yang memengaruhi implementasi program keluarga
berencana di Kecamatan Pedurungan ?
3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mengenai implementasi UU RI nomor 52 Tahun 2009
tentang Kebijakan Program Keluarga Berencana di Kecamatan
Pedurungan, Kota Semarang.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
implementasi program Keluarga Berencana di Kecamatan Pedurungan,
Kota Semarang.
4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan teoritis
Memperkaya khasanah dalam mengembangkan teori-teori sosial terutama
yang berkenaan dengan implementasi kebijakan publik serta diharapkan
12
dapat memberikan informasi bagi para pembaca tentang topik masalah
yang menjadi pusat kajian penelitian.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Penulis
Dalam penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang implementasi Program Keluarga Berencana di
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
b. Bagi Instansi Terkait
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan
pertimbangan dalam menghadapi kendala dan memecahkan masalah
yang dihadapi berhubungan dengan implementasi Program Keluarga
Berencana yang sedang berjalan serta mengukur seberapa jauh dampak
dari adanya implementasi Program Keluarga Berencana di Kota
Semarang khususnya di Kecamatan Pedurungan.
c. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai implementasi
Program Keluarga Berencana yang sedang berlangsung di lingkungan
mereka, agar masyarakat dapat memahami dan ikut beperan aktif.
13