Latar Belakang

55
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (Word Health Organitation) sekitar 5,8 juta orang telah meninggal dunia karena Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak-anak. AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemik AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi separuhnya atau 33 tahun, di Zimbawe akan menurun dari 70 tahun menjadi 40 tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2013 (UNAIDS,2013). Di Indonesia Kasus AIDS peringkat ke 3 dari Negara Asia, berdasarkan data statistik dari bulan Juli sampai September tahun 2014 adalah 206.095 kasus terdiri atas 150.296 kasus HIV dan 55.799 kasus AIDS. Kasus AIDS ini dari tahun ke tahun semakin meningkat, peningkatan kasus HIV &AIDS

description

teryeye

Transcript of Latar Belakang

12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (Word Health Organitation) sekitar 5,8 juta orang telah meninggal dunia karena Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak-anak. AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemik AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi separuhnya atau 33 tahun, di Zimbawe akan menurun dari 70 tahun menjadi 40 tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2013 (UNAIDS,2013).

Di Indonesia Kasus AIDS peringkat ke 3 dari Negara Asia, berdasarkan data statistik dari bulan Juli sampai September tahun 2014 adalah 206.095 kasus terdiri atas 150.296 kasus HIV dan 55.799 kasus AIDS. Kasus AIDS ini dari tahun ke tahun semakin meningkat, peningkatan kasus HIV &AIDS terbanyak ditemukan pada kelompok usia 20 sampai 29 tahun yaitu remaja akhir atau dewasa, yang disebabkan oleh heteroseksual sebanyak AIDS 34.305 orang, homo-biseksual sebanyak AIDS 1.366 orang, penggunaan jarum suntik sebanyak AIDS 8.462 orang transfusi darah sebanyak AIDS 130 orang, transmisi perinatal sebanyak AIDS 1.506 orang (Dinkes RI, 2014).

Faktor penyebab meningkatnya angka penderita HIV/AIDS di Indonesia adalah faktor kemiskinan dan terbatasnya lapangan kerja. Hal ini dapat mengakibatkan meluasnya pelacuran, narkotik, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Disamping itu prevalensi penyakit infeksi menular seksual (IMS) disebabkan oleh kurangnya pengawasan anak oleh orang tua, kurangnya pengetahuan remaja tentang penyakit HIV/AIDS itu sendiri, serta sikap remaja yang kurang peduli terhadap bahaya penyakit HIV/AIDS (Kemenkes, 2014).

Selain itu kurangnya sosialisasi masalah kesehatan terutama kesehatan reproduksi, tingkat pendidikan yang rendah, urbanisasi dan mobilitas penduduk yang tinggi juga dapat mempercepat penyebaran HIV & AIDS di Indonesia. HIV & AIDS telah menyabar ke 33 propinsi, kementerian kesehatan tahun 2014 menunjukkann propinsi Riau menempati urutan ke 11 dari 33 propinsi yang ada di Indonesia dengan jumlah penderita sebesar 2.050 untuk HIV dan AIDS berjumlah 1.042 kasus (Kemenkes, 2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Riau dalam menyambut hari AIDS sedunia, pada 1 Desember 2014 penderita HIV/AIDS di Riau tersebar di 12 kabupaten/kota, terdapat 1.442 orang penderita HIV dan 1.168 penderita AIDS. Angka penderita HIV/AIDS setiap tahunnya terus tumbuh pesat di berbagai wilayah. Di Provinsi Riau, selama 2014 saja hingga September lalu terdapat 2.610 penderita penyakit berbahaya tersebut naik dari tahun sebelumnya yang hanya 2.138 penderita. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Riau, data tersebut ditemukan selama pendataan dan perealisasian pencegahan kasus HIV/AIDS di seluruh kabupaten/kota se-Provinsi Riau sampai September 2014 lalu (DinKes Riau, 2014 ).

Tingginya angka penularan dan pengidap HIV/AIDS itu akibat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit tersebut. Mengacu pada data yang ada, penularan didominasi melalui hubungan seks (DinKes, 2014). Hal ini disebabkan karena banyaknya tempat prostitusi yang berkembang di tengah masyarakat , dan perilaku berpacaran anak remaja yang terlalu bebas mengakibatkan tingginya penularan virus HIV itu sendiri.

Berdasarkan laporan dari Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Riau tahun 2014 data kasus penderita HIV & AIDS dari tahun 1997 sampai tahun 2014 cenderung mengalami peningkatan. sesuai dengan data yang tercatat di Dinas Kesehatan Provinsi Riau per September 2014, sebanyak 2050 kasus HIV dan 1042 kasus AIDS yang kumulatif berdasarkan laporan jumlah kasus yang terjadi di Kota/Kabupaten. (Dinkes Riau 2014)

Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 21 November 2014 dengan wawancara terhadap siswa kelas X dan XI yang diwakili oleh 30 siswa di SMAN 8 Siak didapatkan hasil 18 siswa mengetahui HIV merupakan penyakit menular seksual. Siswa mengetahui informasi HIV dari televisi 15 siswa, dan 9 siswa mengatakan mengetahui HIV dari dinas kesehatan melalui kegiatan yang diikuti, 14 siswa mengetahui bahwa HIV virus yang melemahkan system kekebalan tubuh, 6 siswa yang mengetahui bahwa HIV dapat menular melalui Tranfusi darah, 6 mengetahui bahwa AIDS merupakan kumpulan penyakit, dan hanya 6 siswa yang mengetahui bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik meneliti Efektifitas Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Dalam Pencegahan HIV/AIDS Di SMAN 08 Siak.

1.2 Rumusan Masalah

Efektifitas pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan HIV/AIDS di SMAN 8 Siak.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan HIV/AIDS dikalangan remaja khususnya siswa SMAN 8 Siak .

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen.

2. Untuk mengetahui sikap siswa tentang HIV/AIDS sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen .

3. Untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen.

4. Untuk mengetahui sikap siswa tentang HIV/AIDS setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen.

5. Untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS pada kelompok kontrol

6. Untuk mengetahui sikap siswa tentang HIV/AIDS pada kelompok kontrol.

7. Untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS pada kelompok kontrol setelah melakukan pendidikan kesehatan.

8. Untuk mengetahui sikap siswa tentang HIV/AIDS pada kelompok control setelah memberikan pendidikan kesehatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana belajar dalam rangka menambah ilmu pengetahuan, wawasan serta pengalaman juga sebagai bentuk kepedulian terhadap penularan HIV/AIDS.

1.4.2 Bagi Siswa SMAN 8 Siak

Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS dikalangan siswa dan dapat menjadi sumber informasi bagi siswa untuk peningkatan pengetahuan dan wawasan terhadap HIV/AIDS di SMA 8 Siak.

1.4.3 Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan sumber tambahan informasi dan pengetahuan mahasiswa .

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Mustofa, 2008)

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu

1) Awareness (kesadaran)

Orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2) Interest (tertarik)

Subyek sudah mulai tertarik terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.

3) Evaluation (menimbang-nimbang)

Pada tahap ini klien sudah mulai menimbang-nimbang baik dan tidak baiknya stimulus tersebut pada dirinya. Hal ini berarti responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial

Subjek sudah mulai menciba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adoption

Subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (Notoatmojo, 2003)

Menurut Bloom dalam Ngatimin ( 2003 ) bahwa pengetahuan merupakan bagian dari cognitive domain yang secara terinci dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Knowledge, bila seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah dipelajarinya.

2) Comprehension, bila seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar dan dapat menerangkan kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya.

3) Application, bila seseorang telah mampu menggunakan apa yang telah dipelajarinya dari suatu situasi untuk diterapkan pada situasi yang lain.

4) Analisys, bila kemampuan seseorang lebih meningkat lagi sehingga ia dapat menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisis hubungan satu dengan yang lainnya.

5) Synthesis, bila seseorang disamping mempunyai kemampuan untuk menganalisis, ia pun mampu menyusun kembali kebentuk semula atau kebentuk lain.

6) Evalutation, bila seseorang telah mampu untuk mengetahui secara menyeluruh dari semua bahan yang telah dipelajarinya.

Mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

Mengukur pengetahuan seseorang tentang apapun hanya dapat diukur dengan membandingkan pengetahuan orang tersebut dalam kelompoknya dalam arti luas.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

1. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat dari penguasaan, sikap dan keterampilan dalam penguasaan bidang ilmu tertentu. Dalam undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) tahun 2008 BAB 4 pasal 14 menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.

2. Umur

Umur mempengaruhi pengalaman yang dimiliki seseorang, semakin muda seseorang maka semakin sedikit pengalaman yang dimilikinya, pengalaman dapat mempengaruhi sikap dan prilaku seseorang

3. Tingkat Pekerjaan

Tingkat keterampilan terkait dengan penguasaan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki seseorang yang dipraktekkan dalam pekerjaannya

4. Pendapatan Perkapita

Mereka yang mempunyai pendapatan perkapita yang lebih tinggi berkemampuan untuk mendapatkan sumber informasi melalui media seperti koran, surat kabar dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).

5. Kebudayaan

Mereka yang mempunyai kebudayaan yang tinggi biasanya mempunyai pengetahuan yang tinggi. Seseorang mendapatkan pengetahuan secara formal adalah melaui pendidikan atau sekolah, sedangkan secara nonformal adalah melalui media cetak, televisi maupun dari pengalaman pribadi ataupun orang lain.

Menurut Mubarak (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :

1) Pendidikan

Upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan sikap positif meningkat.

2) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan banyak akal, mempunyai pengetahuan lebih luas.

3) Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya.

4) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang mungkin akan menambah sesuatu yang bersifat formal. Dalam hal ini, umur dan pekerjaan merupakan wujud dari pengalaman yang nantinya akan menambah wawasan pengetahuan menjadi lebih banyak.

5) Sosial ekonomi,

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang karna dengan status sosial dan ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

2.2 Sikap

2.2.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu. Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2003).

Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu merupakan suatu reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2003).

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Berbagai batasan-batasan yang dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial ( Dewi, 2010).

Sikap menjadi suatu faktor penting dalam penunjang pendidikan yang didapat oleh seseorang. Dalam pendidikan kesehatan HIV/AIDS misalnya, seorang remaja akan terus menggali kemampuan dalam menambah wawasannya unutuk pendidikan tentang HIV/AIDS. Namun jika seseorang yang memiliki pendidikan kesehatan yang tinggi akan tercemin daklam sikap bertindaknya. Jika baik sikap seseorang dalam menstimulus sesuatu yang didapat maka akan tinggi jugalah pendidikan yang dicapainya.

Menurut Notoadmodjo (2010), sikap memiliki tingkatan sebagai berikut:

1. Menerima yaitu mau memperhatikan stimulus yang diberikan.

2. Merespon yaitu memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung Jawab yaitu segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resikonya.

Dalam bagian lain yang dikutip Notoatmodjo (2010), menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep, terhadap suatu objek kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terdapat objek, artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya factor emosi) orang tersebut terhadap bayi

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau prilaku terbuka.

2.3 Pendidikan Kesehatan

2.3.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Menurut WHO pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan dan memperbaiki kesehatan mereka. Definisi lain dari pendidikan kesehatan adalah sejumlah npengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan , sikap dan pengetahuan yang ada hubungan dengan kesehatan perorangan, masyarakat dan bangsa. Menurut Notoadmodjo pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang kesehatan (Mubarak, dkk, 2006)

2.3.2 Unsur-Unsur Pendidikan Kesehatan

1. Input adalah sasaran pendidikan yaitu individu, kelompok , masyarakat dan pendidik atau pelaku pendidikan.

2. Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.

3. Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau pelaku.

(Notoatmodjo, 2007)

2.3.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga , kelompok khusus masyarakat. Dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal ( Mubarak , dkk,2006)

2.3.4 Metode

Metode yang dipakaai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metoda yang dapat mengembangkan komunikasi kearah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah di pahami, diantaranya metoda curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran dan sebagainya (Mubarak , dkk, 2006)

2.3.5 Materi Atau Pesan

Notoadmodjo (2007), materi atau pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan individu, keluarega , kelompok dan masyarakat. Sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya:

1. Menggunakan bahasa yang dimengerti masyarakat dalam bahasa kesehariannya.

2. Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran.

3. Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk menarik perhatian sasaran.

4. Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan dasar dalam masalah kesehatan yang mereka hadapi

Bardasarkan hasil penelitian Belinda (2013),Pendidikan kesehatan mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa tentang penyakit HIV/AIDS. Ini membuktikan bahwa pendidikan kesehatan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa tentang cara pencegahan penyakit HIV/AIDS.

2.4 HIV/AIDS

2.4.1 Definisi HIV/AIDS

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh sesudah system kekebalannya dirusak oleh sejenis virus bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus ). Dari mana virus itu berasal tidak seorangpun yang tahu (Yatim, 2006).

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus ) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari 2 jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit, menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan penyakit lain akibat dari gangguan kekebalan tubuh.

HIV/AIDS adalah penyakit yang cara penularannya paling utama melalui hubungan seksual, baik dilakukan oleh pasangan sah maupun tidak sah (pekerja seks), baik secara homoseksual (sesame jenis) maupun heteroseksual (antar jenis). Hubungan sex yang dilakukan dengan pasangan yang berganti-ganti (pasangan tidak tetap) maupun hubungan seksual secara anal (lewat dubur) adalah cara-cara yang paling beresiko menular HIV. Hal ini disebabkan karena virus HIV ini terdapat pada cairan vagina dan air mani (sperma). Orang yang tertular HIV membutuhkan waktu 5-10 tahun sebelum memperlihatkan gejala-gejala AIDS (Yatim, 2006)

2.4.2 Gejala Penyakit HIV dan AIDS

Dalam masalah penyakit infeksi menular HIV dan AIDS terkadang gejala sering tidak tampak diawal. Namun seiring waktu gejala baru dapat dirasakan, adapun gejala tersebut dapat dilihat dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi);

1. Gejala Mayor

a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

d. Penurunan kesadaran

e. Gangguan neurologis

f. Dimensia/HIV ensefalopati ( Kurniawati, 2007)

2. Gejala Minor

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

b. Dermatitis generalisata

c. Adanya herpes zostermultisegmental

d. Timbul penyakit herpes zoster berulang

e. Kandidias orofaringeal

f. Harpes simpleks kronis progresi

g. Limfadenopati generalisata

h. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

i. Retinitis virus sitomegalo ( Kurniawati, 2007)

2.4.3 Cara penularan

Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang mengandung sel terinfeksi atau partikel virus. Yang dimagsud dengan cairan tubuh disini adalah darah, semen, cairan vagina, cairan serebrospinal dan air susu ibu. Dalam kosentrasi yang lebih kecil, virusini juga terdapat di dalam air mata, air kemih, dan air ludah, HIV ditularkan melalui cara-cara berikut:

Hubungan seksual dengan penderita , dimana selaput lendir mulut, vagina atau rectum berhubungan langsung dengan cairan tubuh yang terkontaminasi.

Suntikan atau infus darah yang terkontaminasi , seperti yang terjadi pada transfusi darah, pemakaiann jarum suntik bersama-sama atau tidak sengaja tergores oleh jarum yang terkontaminasi oleh HIV.

Pemindahan virus melalui ibu yang terinfeksi kepada anaknya sebelum atau selama proses kelahiran atau melalui ASI.

Kemungkinan terinfeksi HIV meningkat jika kulit atau selaput lendir robek atau rusak, seperti yang biasa terjadi pada hubungan seksual yang kasar, baik melalui vagina maupun melalui anus. Penelitian menunjukkan kemungkinan penularan HIV sangat tinggi pada pasangan seksual yang menderita herepes, sifilis, atau penyakit menular seksual lainnya, yamg mengakibatkan kerusakan pada permukaan kulit.

Penularan juga bisa terjadi pada oral seks (hubungan seks melalui mulut), walaupun lebih jarang. Virus pada penderita wanita yang sedang hamil bisa ditularkan kepada janinnya pada awal kehamilan ( melalui plasenta) atau pada saat persalinan (melalui jalan lahir).Anak-anak yang sedang disusui oleh ibu yang terinfeksi HIV bisa tertular melalui ASI. Beberapa anak tertular oleh Virus ini melalui penganiayaan seksual.

HIV tidak ditularkan melalui kontak biasa atau kontak dekat yang tidak bersifat seksual ditempat kerja, sekolah ataupun di rumah. Belum pernah dilaporkan kasus penularan HIV melalui gigitan nyamuk, batuk atau bersin. Penularan dari seorang dokter atau dari dokter gigi yang terinfeksi terhadap pasiennya juga jarang terjadi.

2.4.4 Kelompok Resiko Tinggi Tertular HIV dan AIDS

Menurut Aeman (2009), virus HIV dan AIDS dapat ditularkan dari beberapa cara, maka sekarang ini kelompok resiko tinggi yang dapat dikategotikan sebagai berikut:

1. Mereka yang punya banyak pasangan seksual (homo dan heteroseksual)

2. Penderita hemophilia dan penerima tranfusi darah atau produk darah lainnya.

3. Bayi yang dilahirkan melalui ibunya yang terinfeksi HIV terlebih dahulu.

4. Pengguna narkoba jarum suntik/IUD

5. Perempuan yang mempunyai pasangan laki-laki penderita HIV dan AIDS.

6. Laki-laki atau perempuan penganut seks.

2.4.5 Perjalanan Penyakit HIV dan AIDS

Ada beberapa tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:

1. Tahap I :Periode Jendela

a. HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody HIV dalam darah.

b. Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat

c. Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini

d. Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu sampai 6 bulan.

2. Tahap II : HIV positif (tanpa gejala) rata-rata 5-10 tahun.

a. HIV berkembang biak dalam tubuh

b. Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV dapat terlihat sehat

c. Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV.

d. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun

3. Tahap III : HIV Positif (tampak gejala)

a. System kekebalan tubuh semakin turun

b. Mulai muncul infeksi oportunistik

c. Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan

4. Tahap IV : AIDS

a. Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah

b. Berbagai penyakit lain infeksi oportunistik semakin parah (Kurniawati, 2007)

2.4.6 Diagnosis HIV dan AIDS

Diagnosis HIV mengikuti prinsip prinsip khusus berikut ini:

1. Diagnosis Dini Infeksi HIV

Diagnosis ini dapat ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium dengan petunjuk gejala klinis atau adanya prilaku beresiko tinggi. Untuk diagnosis HIV , pemeriksaan laboratorium yang biasa dipakai ELISA, Western Blod, Dan PCR.

2. Diagnosis AIDS

AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV. Seseorang dapat dinyatakan AIDS jika dalam perkembangan infeksi HIV selanjutnya menunjukkan infeksi dan kanker oportunistik yang dapat mengancam jiwa orang tersebut. Ensefalopati , sindrom kelelahan yang berkaitan dengan AIDS dan hitungan CD4 75 dari nilai mean

0.Rendah

Jika nilai < 50 dari nilai mean

(Arikunto, 2010)

2

Sikap remaja dalam pencegahan HIV/AIDS

sikap remaja tentang cara pencegahan HIV/AIDS

Kuisioner

Ordinal

1.Positif jika nilai > 75 dari nilai mean

0.Negative jika nilai < 50 dari nilai mean (Arikunto, 2010)

3

Variable

Independen

Pendidikan Kesehatan

Pendidikan Kesehatan tentang HIV/AIDS

Penyuluhan

Eksperimen

Kontrol

3.8 Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

a. Memeriksa data ( Editing)

pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap data yang dikumpulkan memeriksa kelengkapan dan kemungkinan terjadinya kekeliruan. Pada penelitian ini data- data siswa yang telah masuk akan diperiksa kembali kelengkapannya .

b. Pengelompokan data (Coding )

Merupakankan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Peneliti melakukan koding pada variable pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan.

c. Penghitungan data (Tabulating)

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel

d. Mamasukkan data (Entry Data)

Memasukkan data untuk diolah memakai program komputer untuk dianalisis

e. Pembersihan data (Cleaning)

Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

3.9 Analisis Data

Setelah data diproses dan dikelompokkan kedalam variable yang sesuai, dilakukan analisa univariat dan bivariate.

a. Analisis Univariat

Anlisa ini merupakan analisis deskriptif ( univariat). Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variable yang diteliti. Analisis tersebut menghasilkan tampilan distribusi frekwensi dan presentase untuk data kategorik yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap, dan efektifitas pendidikan kesehatan HIV/AIDS terhadap pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan HIV/AIDS dalam pencegahan HIV/AIDS di SMA N8 Bungaraya.

b. Analisis Bivariat

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji beda dua mean T dependent (paired sample test) untuk menganalisa selisih mean pada data subjek sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.

Setelah dilakukan uji dan data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel. Setelah proses tabulasi untuk melihat perbedaan nilai mean pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan bataas derajat kepercayaan 0,05. Apabila dari uji statistic didapat p value < dari (0,05) maka dapat dikatakan Ha diterima atau ada perbedaan pengetahuan dan sikap sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.

3.10 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebagai alat ukur penelitian perlu diuji validitas dan reabilitas dilapangan sebagai uji coba. Responden yang diuji coba sebaiknya memiliki ciri-ciri yang sama dengan karakteristik penelitian yang dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010).

3.10.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument penelitian ( Arikunto, 2010). Kuesioner dikatakan valid jika r hitung > r tabel dan tidak valid jika r hitung < dari r tabel. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 18.

Valid tidaknya alat ukur penelitian , dapat diketahui dengan mengukur validitasnya dengan menggunakan rumus product moment dari pearson, yaitu: rxy=N

3.10.2 Reabilitas

Reabilitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran 2 (dua) kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan alat ukur yang sama (Arikunto, 2010). Suatu instrument dikatakan reliable jika nilai r > r tabel dan tidak reabel jika r < r tabel.

Untuuk mengetahui validitas kuisioner dilakukan dengan membandingkan nilai r hasil (dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total Correlation) dengan r tabel. Bila r hasil > r tabel, maka pernyataan tersebut valid.

pengetahuan

Sikap

Sikap

Pengetahuan

Pre test

Pre test

Penyuluhan dan leaflet tentang HIV/AIDS

Leaflet HIV/AIDS

Post test

Post test

Sikap

pengetahuan

Sikap

pengetahuan