Latar Belakang

4
1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang muncul karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. diagnosis DM ditegakkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Kasus morbiditas dan mortilitas sangat banyak terjadi karena onset DM yang lama muncul dan pada umumnya diagnosis dapat ditegakkan setelah 7 tahun dari awal muncul onset DM . Penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang menderita DM sudah mencakupi sekitar 197 juta jiwa, dan dengan angka kematian sekitar 3,2 juta orang (Tandra hans, 2008) Tingkat prevalensi dari diabetes mellitus sangat tinggi, diperkirakan saat ini pada tahun 2012 China telah menggeser posisi India sebagai 'Ibukota Diabetes Dunia' dengan jumlah penderita diabetes tercatat mencapai 90 juta orang. Posisi ketiga diduduki oleh Amerika Serikat dengan jumlah penderita lebih dari 23 juta orang. Dari jumlah ini 10% - 20% sebagai tipe I dan 80% - 90% sebagai tipe II, dimana penderita merasa sehat, tetapi berisiko untuk mengalami interaksi glukosa yang lebih berat ( (WHO, 2012).

description

fdsdsf

Transcript of Latar Belakang

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang muncul karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. diagnosis DM ditegakkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Kasus morbiditas dan mortilitas sangat banyak terjadi karena onset DM yang lama muncul dan pada umumnya diagnosis dapat ditegakkan setelah 7 tahun dari awal muncul onset DM .

Penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang menderita DM sudah mencakupi sekitar 197 juta jiwa, dan dengan angka kematian sekitar 3,2 juta orang (Tandra hans, 2008)

Tingkat prevalensi dari diabetes mellitus sangat tinggi, diperkirakan saat ini pada tahun 2012 China telah menggeser posisi India sebagai 'Ibukota Diabetes Dunia' dengan jumlah penderita diabetes tercatat mencapai 90 juta orang. Posisi ketiga diduduki oleh Amerika Serikat dengan jumlah penderita lebih dari 23 juta orang. Dari jumlah ini 10% - 20% sebagai tipe I dan 80% - 90% sebagai tipe II, dimana penderita merasa sehat, tetapi berisiko untuk mengalami interaksi glukosa yang lebih berat ( (WHO, 2012).Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, prevalensi diabetes di Indonesia pada tahun 2010 yaitu 8,4 juta dari 230 juta jiwa, dan jumlahnya melebihi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Jumlah tersebut menjadikan angka diabetes di Indonesia sebagai angka peringkat keempat penderita diabetes terbesar setelah china,india,dan amerika (Depkes, 2010).Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi DM di daerah urban Indonesia untuk usia diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi Papua sebesar 1,7%, dan terbesar di daerah Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1%.1 (PB.PERKENI, 2006).Pada awalnya pengelolaan DM adalah dengan pendekatan nonfarmakologis (Yunir dan Soebardi, 2006) , namun apabila belum berhasil maka dikelola secara farmakologis.

Pengelolaan secara farmakologis dapat dilakukan secara medikamentosa dan juga sering menggunakan tanaman obat khususnya masyarakat Indonesia, Pengobatan dengan tanaman herbal di Indonesia sangat sering menjadi terapi alternatif yang sangat diyakini mampu menyembuhkan berbagai gangguan kesehatan, Sehingga sangat penting diketahui seberapa besar tanamann dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan.

Khususnya dalam pengelolaan diabetes mellitus sebagian besar masyarakat sering memanfaatkan tanaman herbal sebagai terapinya, salah satu tanaman herbal yang diyakini masyarakat adalah Nigella sativa karena diyakini sangat berkhasiat dn mempunyai banyak efek farmakologis bila diberikan pada dosis yang sesuai.

Nigella sativa atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan nama jintan hitam merupakan tumbuhan obat dari family Ranunculaceae yang banyak memiliki efek farmakologi yaitu anti diabetes, analgesik, anti inflamasi, anti mikroba, dan anti kanker (Kaleem et al , 2006) , Ekstra Nigella sativa dapat menurunkan kadar glukosa darah mendekati normal pada tikus diabetes.

Dari berbagai penilitian mengenai pengaruh Nigella sativa disebutkan bahwa Nigella sativa dapat menurunkan kadar glukosa dan Kolesterol darah. (Kaatabi et al. 2012)

A. M. Mohamed et al (2009) melakukan uji bubuk biji Nigella sativa pada mencit yang diinduksi streptozotocin memberikan efek menurunkan glukosa darah dan fruktosamin serta kadar hemoglobin dan albumin, sehingga berpotensi sebagai antidiabetik maupun antiglikosilasi.Pada Tikus Sprague dawley (SD) telah dilaporkan bahwa injeksi Streptozotocin secara intraperitonial dengan dosis 60 mg/kgbb mengarah pada degenerasi sel beta pankreas,secara klinis gejala DM muncul jelas pada saat 2-4 jam pasca injeksi, glukosa darah pada SD secara signifikan lebih meningkat paska injeksi,dan tidak memrlukan injeksi streptozotocin yang kedua kali. Di Indonesia Nigella sativa masih dipercaya dalam penanganan DM, Penelitian mengenai efek ekstrak Nigella sativa terhadap kadar Glukosa darah dan kolestrol total belum banyak dilakukan, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui mekanisme Nigella sativa dalam menurunkan kadar glukosa darah dan kolesterol .