Latar belakang

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Remaja”, kata itu mengandung aneka kesan. Ada orang berkata bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tiada beda dengan kelompok manusia lain. Sementara pihak lain menganggap bahwa remaja adalah kelompok yang sering menyusahkan orang tua. Pihak lainnya lagi menganggap bahwa remaja sebagai potensi manusia yang perlu dimanfaatkan. Pendekatan mana pun yang dijalani oleh Pembina, sebelum ataupun bersamaan dengan usaha kongkrit dilakukan, sangat perlu adanya pengertian dan pemahaman para Pembina terhadap remaja. Satu diantara usaha pengertian dan pemahaman dimaksud adalah dengan mengetahui dan mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja. Khususnya dalam mengantar remaja menuju kematangan psikis dan ketangan sosialnya. Karena remaja sangat peka terhadap hal-hal baru baik yang positif maupun negatif, hal ini dialami dalam masa pubertas. Pubertas dialami pada usia antara10 sampai 19 tahun, dan merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Dawkins, 2006), puber adalah suatu 1

Transcript of Latar belakang

Page 1: Latar belakang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Remaja”, kata itu mengandung aneka kesan. Ada orang berkata bahwa

remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tiada beda dengan kelompok

manusia lain. Sementara pihak lain menganggap bahwa remaja adalah kelompok

yang sering menyusahkan orang tua. Pihak lainnya lagi menganggap bahwa

remaja sebagai potensi manusia yang perlu dimanfaatkan.

Pendekatan mana pun yang dijalani oleh Pembina, sebelum ataupun

bersamaan dengan usaha kongkrit dilakukan, sangat perlu adanya pengertian dan

pemahaman para Pembina terhadap remaja. Satu diantara usaha pengertian dan

pemahaman dimaksud adalah dengan mengetahui dan mengerti tentang

pertumbuhan dan perkembangan remaja. Khususnya dalam mengantar remaja

menuju kematangan psikis dan ketangan sosialnya. Karena remaja sangat peka

terhadap hal-hal baru baik yang positif maupun negatif, hal ini dialami dalam

masa pubertas.

Pubertas dialami pada usia antara10 sampai 19 tahun, dan merupakan

peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Dawkins, 2006), puber adalah

suatu tahap dalam perkembangan saat kematangan alat-alat seksual dan tercapai

kemampuan reproduksi. Pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan penting

baik fisik maupun psikis. Secara klinis perubahan fisik seperti pertumbuhan

payudara, pelebaran pinggul terjadinya hampir selalu dengan urutan yang sama

(Hurlock, 2005).

Tanda-tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah

terjadinya menstruasi, mulai menyukai lawan jenis,dan memperhatikan

penampilan.Selama masa pubertas, pelajar putri sering mengalami masalah dan

perubahan pada dirinya. Masalah yang sering timbul dan paling banyak dialami

1

Page 2: Latar belakang

kebanyakan pelajar putri adalah masalah asmara yang mempengaruhi minat

belajar. Hal ini merupakan dampak psikologis dari perubahan fisik pelajar putri.

Penulis mengambil sampel siswa sekolah SMA Negeri 1 Barru, yang

penelitiannya dilakukan dengan membagikan angket atau daftar koesioner ke

setiap kelas. Dari angket yang dibagikan akan diperoleh data yang memberikan

penjelasan lebih lanjut mengenai masalah yang dibahas.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan

dibahas pada penelitian ini yaitu :

1. Perubahan apa yang dialami pelajar putri pada masa pubertas ?

2. Masalah apa yang sering timbul terhadap pelajar putri pada masa

pubertas ?

3. Bagaimana cara mengatasi masalah yang timbul terhadap pelajar putri

pada masa pubertas ?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah ,maka penulis bertujuan untuk mendapatkan

beberapa informasi,adapun informasi yang ingin diketahui yaitu :

1. Untuk mengetahui perubahan yang dialami pelajar putri pada masa

pubertas.

2. Untuk mengetahui masalah yang sering timbul terhadap pelajar putri pada

masa pubertas.

3. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah yang timbul terhadap pelajar

putri pada masa pubertas.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian “Masa Pubertas Terhadap Pelajar Putri SMA Negeri 1

Barru” antara lain sebagai berikut.

2

Page 3: Latar belakang

1. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan masalah

pelajar putri pada masa pubertas

2. Bagi Peneliti

Dapat memberikan masukan hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga

digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Responden

Agar remaja putri di SMA Negeri 1 Barru mendapatkan informasi

mengenai masalah pelajar putri pada masa pubertas dan mendapatkan

solusi dari masalah tersebut.

Agar remaja putri di SMA Negeri 1 Barru mengetahui seberapa besar

pengaruh pubertas terhadap prestasi di sekolah.

E. Batasan masalah

Batasan masalah dari penelitian”Masa Pubertas Terhadap Pelajar Putri

SMA Negeri 1 Barru” adalah meliputi perubahan pada masa pubertas yang

sebagian besar dialami oleh pelajar putri SMA Negeri 1 Barru dan pengaruh

perubahan tersebut terhadap prestasi pelajar putri.

3

Page 4: Latar belakang

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena pada

masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun

psikis. Terjadinya banyak perubahan tersebut sering menimbulkan kebingungan-

kebingungan atau kegoncangan jiwa remaja, sehingga disebut sebagai periode

pubertas.

Mereka bingung karena pikiran dan emosinya berjuang untuk menemukan

diri, memahami dan menyeleksi serta melaksanakan nilai-nilai yang ditemui di

masyarakatnya, disamping perasaan ingin bebas dari segala ikatanpun muncul

dengan kuatnya. Sementara fisiknya sudah cukup besear, sehingga disebut anak

tidak mau dan disebut orang dewasa tidak mampu. Sehingga para ahli

menyebutnya sebagai masa peralihan.[1]

B. Fase-fase Remaja dan Ciri Utamanya

Para ahli berbeda-beda pendapatnya mengenai pembagian fase remaja,

dikarenakan sulitnya memberi bekas yang pasti.

Menurut Hurlock, dia membagi masa remaja menjadi dua fase, dan masing-

masing fase dibaginya ke dalam sub-sub, yaitu:

1. Puberty; yang terbagi pada:

a. Fase prepuberscent : sejak tahun terakhir masa anak

b. Fase puberscent : pemisah antara anak dengan adolescence (kematangan

seksual).

c. Fase post-puberscent : sejak akhir pubescent s/d 1-2 tahun masuk ke

dalam fase adolescence.

4

Page 5: Latar belakang

2. Adolescence; yang terbagi pada:

a. Early adolescence : dari usia 13-16 atau 17 tahun

b. Late adolescence: 17 tahun ke atas sampai tercapainya kematangan secara

hukum (Hurlock. 1980: 198-227).

Sedangkan Kwee Soen Liang (1980: 11) mengemukakan pembagian fase

remaja ini menjadi 3f ase, yaitu:

1. Praepuberteit

Laki-laki : 13-14 tahun

Wanita : 12 – 13 tahun

Pada fase ini disebut sebaai fase negative, sturm and drang

2. Puberteit

Laki-laki : 14 – 18 tahun

Wanita : 13 – 18 tahun

Pada fase ini remaja mengalami marindu puja

3. Adolescence

Laki-laki : 19 – 23 tahun

Wanita : 18 – 21 tahun

Pada fase ini remaja sedang dalam keadaan stabil

Kemudian Hurlock (2002 : 57) membagi fase-fase perkembangan remaja

menjadi tiga fase, yaitu: remaja awal, remaja tengan dan remaja akhir.

5

Page 6: Latar belakang

Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas maka pembagian fase

remaja dapat di bagi menjadi 3 fase, yaitu:

1. Fase pra-remaja: mulai usia 12 – 14 tahun

2. Fase remaja : mulai usia 14 – 18 tahun

3. Fase adolescence : mulai usia 18 – 21 tahun[2]

C. Perkembangan Fisik / Seksualitas

1. Fase pra-remaja

a. Pertumbuhan badan sangat cepat, wanita nampak lebih cepat dari pada

laki-laki, sehingga dapat menyebabkan seks antagonisme.

b. Pertumbuhan anggota badan dan otot-otot sering berjalan tak seimbang,

sehingga dapat menimbulkan kekakuan dan kekurang serasian.

c. Seks primer dan skunder mulai berfungsi dan produktif di tandai dengan

mimpi pertama bagi laki-laki, dan menstruasi pertama bagi wanita,

(Bandingkan Andi Mappiare, 1982: 28-29).

2. Fase remaja

a. Bentuk badan lebih banyak memanjang daripada melebar, terutama bagian

badan, kaki dan tangan.

b. Akibat berproduksinya kelenjar hormon, maka jerawat sering timbul di

bagian muka.

c. Timbulnya dorongan-dorongan seksual terhadap lawan jenis, akibat

matang-nya kalenjar seks.

3. Fase adolescence (akhir masa remja)

6

Page 7: Latar belakang

D. Perkembangan Perasaan

Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja perasaan sosial, etis,

dan estetis mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan masa kematangan

seksual. Di dorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih

mudah terperosok ke arah tindakan seksual yang negatif.[3]

Granville Stanley Hall menyebut pada masa remaja awal ini sebagai

perasaan yang sangat peka; remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan

perasaan dan emosinya. Keadaan semacam ini di istilahkannya sebagai “storm and

stress”. Tidak aneh lagi bagi orang yang mengerti kalau melihat sikap dan sifat

remaja yang sesekali bergairah sangat dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu,

kegembiraan yang meledak bertukar dengan rasa sedih, rasa yakin diri berganti

rasa ragu diri yang berlebihan. Soal lanjutan pendidikan dan lapangan kerja tidak

dapat direncanakan dan ditentukannya. Lebih-lebih dalam persahabatan dan cinta,

rasa bersahabat sering bertukar menjadi senang.[4] Di masa ini remaja juga ingin

mencari kebebasan dan berusaha mencari konsep diri. Pada masa remaja akhir

sikap dan perasaan relatif stabil.

F. Pertimbangan Sosial

Dalam kehidupan keagamaan remaja timbul konflik antara pertimbangan

moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu karena

kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi. Maka para remaja

lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialistis[5] sehingga pada fase pra-

remaja, remaja mempunyai sikap sosial yang negatif. Namun, pada fase remaja

terjadi proses sosial, sehingga remaja mempunyai sikap sosial yang positif, suka

bergaul dan membentuk kelompok-kelompok seusia.

Pada fase adolescence, perkembangan sosial remaja berada dalam periode

krisis. Karena mereka berada di ambang pintu kedewasaan. Kematangan konsep

diri, penerimaan dan penghargaan sosial oleh orang dewasa sekitar konsep diri,

penerimaan dan penghargaan sosial oleh orang dewasa sekitarnya serta keharusan

bertingkah laku sebagai orang dewasa, menjadi tanda Tanya besar bagi mereka,

7

Page 8: Latar belakang

apakah sudah mampu menjadi orang dewasa, menjadi tanda Tanya besar bagi

mereka, apakah sudah mampu menjadi orang dewasa dengan segala tugas dan

tanggung jawabnya (Zakiah Drajad: 1977: 119).

F. Perkembangan Berpikir

Perkembangan berpikir pada remaja itu lebih kritis dibandingkan pada masa

anak-anak. Pada fase remaja tingkat berpikir berada dalam stadium operasional

formal yang bersifat verbal yang menekankan pada penggunaan rasio atau logika.

Kemudian kemampuan berpikir operasional formal nampaknya mencapai

kematangan pada fase adolescence, sehingga mampu menyusun rencana-rencana,

menyusun alternative dan menentukan pilihan dalam hidup dan kehidupannya.

G. Perkembangan Moral/Nilai

Organ-organ seks yang telah matang menyebabkan remaja mendekati lawan

seks. Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan itu,

sehingga kadang-kadang dinilai oleh masyarakat tidak sopan. Tambahan pula, ada

keberanian mereka menonjolkan seks sarta keberanian dalam pergaulan dan

menyerempet bahaya. Dari keadaan tersebut itulah kemudian sering timbul

masalah dengan orang tua atau orang dewasa lainnya, hal ini terjadi sekitar usia

15 – 17 tahun.[6] Setelah masa ini, stabilitas mulai timbul dan meningkat, remaja

lebih dapat mengadakan penyesuaian-penyusaian dalam aspek kehidupannya.

H. Perkembangan Jiwa Agama

Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral.

Bahkan, seperti yang dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama

memberikan sebuah kerangka moral. Sehingga membuat seseorang mampu

membandingkan tingkah lakunya. Agama memberikan perlindungan rasa aman,

terutama bagi remaja yang sedang mencari eksistensi dirinya.

Dibandingkan dengan masa awal anak-anak, keyakinan agama remaja telah

mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak

ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik. Yang mana Tuhan

8

Page 9: Latar belakang

dibayangkan sebagai orang yang berada di awan. Sehingga pada masa remaja

mereka mungkin barusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang

Tuhan dan eksistensinya. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan

agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.

Dalam studi yang dilakukan Goldman (1962) tentang perkembangan

pemahaman agama anak-anak dan remaja dengan latar belakang teori

perkembangan kognitif piaget, ditemukan bahwa perkembangan pemahaman

agama remaja berada pada tahap 3, yaitu format operational religious Thought,

dimana remaja memperlihatkan pemahaman agama yang lebih abstrak dan

hipotesis.

Secara fisik remaja sudah berpenampilan dewasa, tetapi secara psikologis

belum. Ketidakseimbangan ini menjadikan terombang-ambing. Menghadapi

gejala seperti ini, nilai-nilai ajaran agama sebenarnya dapat difungsikan. Tokoh

dan pemuka agama mempunyai peran strategis untuk mampu melakukan

pendekatan yang tepat.

Melalui pendekatan dan penelitian nilai-nilai ajaran agama yang baik,

setidaknya akan memberi kesadaran baru bagi remaja. Bahkan agama itu

mengundang nilai-nilai ajaran yang sejalan dengan fitrah manusia, universal, dan

bertumpu pada pembentukan sikap akhlak mulia.

Definisi Pubertas

Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik,

psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita

biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih

kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan

perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada cewek pubertas ditandai dengan

menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi

basah. Kini, dikenal adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pubertas dini

ialah bahwa bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang mirip dengan

9

Page 10: Latar belakang

hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam mengatur

perkembangan seks wanita.

Ciri Pubertas

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan

menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja

putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas

menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi

dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang

berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone

(FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon

tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon

kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan

Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan

testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas

merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat

menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu

terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll.

Bahaya psikologis pada masa pubertas diantaranya adalah

1. Konsep diri yang kurang baik

2. Prestasi rendah

3. Kurangnya Persiapan Untuk menghadapi Perubahan Masa Puber

4. Menerima tubuh yang berubah

5. Menerima peran seks yang didukung secara seksual

10

Page 11: Latar belakang

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini di mulai pada tanggal 1 Maret 2012 sampai

dengan tanggal 29 Maret 2012 dan tempat penelitian ini adalah

di SMA Negeri 1 Barru .

B. Metode yang digunakan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sehingga yang menjadi

tujuan, yaitu berusaha menggambarkan secara detail melalui berbagai cara

tentang tentang ciri-ciri suatu fenomena. Untuk itu, akan digunakan instrument

penelitian berupa koesioner. Setelah diperoleh data dari responden akan

dilakukan analisis data sederhana

C. Sumber data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data diperoleh dari berbagai sumber, baik itu data bersifat

primer maupun data yang bersifat sekunder. Data primer adalah data yang

diperoleh dari responden dalam penelitian melalui penyebaran angket.

Sedangkan data sekunder adalah data yang menunjang data primer yang

diperoleh dari buku-buku ataupun internet.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah angket atau koesioner. Melalui angket dapat

dikumpulkan keterangan-keterangan tentang pengaruh

pubertas tehadap pelajar putri SMA Negeri 1 Barru.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dan inti

yang akan diteliti,yang menjdai populasi dalam penelitian ini

adalah semua siswa kelas X,XI IPA dan XI IPS di SMA Negeri 1

Barru,sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang telah

dipilih untuk yang karakteristiknya dianggap memiliki populasi.

11

Page 12: Latar belakang

Jumlah sampel yang ditentukan sebanyak 15 % dari seluruh

jumlah populasi.

Tabel I

Jumlah Populasi Pelajar Putri Kelas X,XI IPA,dan XI IPS SMA

Negeri1Barru

NO. KELAS JUMLAH SISWA

1. X.1 21

2. X.2 21

3. X.3 20

4. X.4 21

5. X.5 20

6. X.6 20

7. X.7 21

8. X.8 20

9. X.9 21

10. XI IPA1 22

11. XI IPA2 21

12. XI IPA3 21

13. XI IPA4 21

14. XI IPS1 23

15. XI IPS2 21

16. XI IPS3 17

17. XI IPS4 17

18. XI IPS5 22

JUMLAH 370

Sumber data : Hasil penelitian di SMAN 1 BARRU tahun 2012

12

Page 13: Latar belakang

Dari tabel 1,maka jumlah sampelnya adalah 10

100×370=37

agar jumlah sampelnya diambil secara merata dan adil maka

digunakan rumus proporsional yaitu sbb :

ni =¿N

× n

Keterangan =

¿ = Ukuran sampel untuk strata ke i

¿ = Ukuran populasi untuk strata ke i

N= Populasi

n= Sampel

Dengan menggunakan rumus diatas maka jumlah sampel

untuk masing-masing kelas,sbb :

1.Kelas X.1 = 21

370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2

2.Kelas X.2 = 21

370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2

3.Kelas X.3 = 20

370×37 = 2

4. Kelas X.4 = 21

370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2

5. Kelas X.5 = 20

370×37 = 2

6. Kelas X.6 = 20

370×37 = 2

7. Kelas X.7 = 21

370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2

8. Kelas X.8 = 20

370×37 = 2

9. Kelas X.9 = 21

370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2

10. Kelas XI IPA1 = 22

370×37 = 2,2 dibulatkan menjadi 2

13

Page 14: Latar belakang

11. Kelas XI IPA2= 21

370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2

12. Kelas XI IPA3 = 21

370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2

13. KelasXI IPA4 = 21

370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2

14. KelasXI IPS1 = 23

370×37 = 2,3 dibulatkan menjadi 2

15. KelasXI IPS2 = 21

370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2

16. KelasXI IPS3 = 17

370×37 = 1,7 dibulatkan menjadi 2

17. KelasXI IPS4 = 17

370×37 = 1,7 dibulatkan menjadi 2

18. KelasXI IPS5 = 22

370×37 = 2,2 dibulatkan menjadi 2

Dari hasil perhitungan tersebut di atas,kemudian dimasukkan

ke dalam tabel :

Tabel II

Jumlah Sampel Pelajar Putri Kelas X,XI IPA,XI IPS SMA Negeri 1

Barru

NO. KELASJUMLAH

POPULASI

SAMPEL

1. X.1 21 2

2. X.2 21 2

3. X.3 20 2

4. X.4 21 2

5. X.5 20 2

6. X.6 20 2

7. X.7 21 2

8. X.8 20 2

14

Page 15: Latar belakang

9. X.9 21 2

10. XI IPA1 22 2

11. XI IPA2 21 2

12. XI IPA3 21 2

13. XI IPA4 21 2

14. XI IPS1 23 2

15. XI IPS2 21 2

16. XI IPS3 17 2

17. XI IPS4 17 2

18. XI IPS5 22 2

JUMLAH 370 36

Sumber data : Hasil penelitian dan SMAN 1 BARRU tahun 2012

15

Page 16: Latar belakang

E. Pengumpulan Data

a.Observasi

Kegiatan awal yang dilakukan penulis dalam rangka

mengumpulkan data atau mengetahui informasi mengenai jumlah siswa

SMA Negeri 1 Barru.

b. Daftar kuesioner/angket

Melalui data koesioner di kumpulkan data-data yang diketahui oleh

responden dan pendapat atau sikap terhadap masalah yang diteliti.

c. Teknik Analisis Data

Untuk mendapatkan data yang akurat maka digunakan metode

analisis data dengan system tabelaris akan dilanjutkan dan didajikan

dengan bentuk uraian kata.

16

Page 17: Latar belakang

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penyebaran angket kepada

responden maka dapat diperoleh hasil yang seperti yang dipaparkan dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel III

Definisi pubertas terhadap pelajar putri.

Tanggapan Siswa Responden Persentase (%)

Tahu 22 63

Sangat Tahu 10 28

Kurang Tahu 3 7

Tidak Tahu 1 2

Sangat Tidak Tahu 0 0

Jumlah 36 100

Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012

Dengan melihat tabel III tentang tingkat diketahuinya definisi pubertas

terhadap pelajar putri yaitu 22 pelajar yang menjawab tahu dengan presentase

63%, 10 pelajar yang sangat tahu dengan presentase 28%,3 pelajar yang

menjawab kurang tahu dengan presentase 7%,1 pelajar yang menjawab tidak tahu

dengan presentase 2% dan yang menjawab sangat tidak tahu ada 0 .

Dapat disimpulkan bahwa definisi pubertas sebagian besar sudah diketahui

oleh pelajar putri SMA Negeri 1 Barru.

17

Page 18: Latar belakang

Tabel IV

Perubahan yang terjadi dalam diri pelajar putri pada masa pubertas

Tanggapan Siswa Responden Persentase (%)

Mulai menyukai lawan jenis 17 46

Mulai memperhatikan penampilan 11 31

Cara bergaul yang berbeda dari

sebelumnya 6 17

Sering Menghayal 0 0

Timbulnya rasa gengsi yang terlalu

tinggi

2

6

Jumlah 36 100

Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012

Berdasarkan tabel IV mengenai perubahan yang terjadi dalam diri pelajar

putri pada masa pubertas yaitu 17 pelajar yang mulai menyukai lawan jenis

presentasenya 46%, 11 pelajar yang mulai memperhatikan penampilan

presentasenya 31%, 6 pelajar yang cara bergaulnya berbeda dari sebelumnya

presentasenya 17%,0 pelajar yang sering menghayal dan 2 pelajar yang rasa

gengsinya terlalu tinggi presentasenya 6%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi pada pelajar putri

pada masa pubertas adalah mulai menyukai lawan jenis dan mulai memperhatikan

penampilan.

Berdasarkan data yang diperoleh, perubahan yang paling dominan dialami

pelajar putri pada masa pubertas adalah mulai menyukai lawan jenis dan mulai

memperhatikan penampilan. Untuk mengetahui masalah apasa saja yang timbul

dari perubahan tersebut, maka penulis hanya membahas lebih lanjut perubahan

yang dominan dialami pelajar putri.

18

Page 19: Latar belakang

Tabel V

Sejak kapan pelajar putri menyukai lawan jenis(pacaran) dan

memperhatikan penampilan.

Mulai menyukai lawan jenis Mulai meperhatikan

penampilan

TK 3 3

SD 8 7

SMP 15 17

SMA 10 9

Tidak Pernah 0 0

Jumlah 36 36

Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012

Dengan melihat tabel V mengenai sejak kapan pelajar putri menyukai

lawan jenis dan memperhatikan penampilan,3 pelajar menyukai lawan jenis sejak

TK dan 3 pelajar mulai memperhatikan penampilan , 8 orang menyukai lawan

jenis sejak SD dan 7 pelajar mulai memperhatikan penampilan, 15 pelajar

menyukai lawan jenis sejak SMP dan 17 pelajar mulai memperhatikan

penampilan, 10 pelajar menyukai lawan jenis di SMA dan 9 pelajar mulai

memperhatikan penampilan dan tidak seorangpun yang tidak pernah menyukai

lawan jenis dan memperhatikan penampilan.

Dapat disimpulkan bahwa pelajar putri mulai menyukai lawan jenis dan

memperhatikan penampilan sejak jenjang pendidikan SMP. Maka dari itu perlu

pengajaran yang lebih dini mengenai pubertas dari keluarga utamanya orang tua.

19

Page 20: Latar belakang

Tabel VI

Apakah pacaran mempengaruhi cara belajar dan prestasi pelajar putri di

sekolah,serta bagaimana pengaruhnya.

Dampak

pacaran

terhadap cara

belajar

Dampak

pacaran

terhadap

prestasi

Bagaimana prestasi pelajar

setelah mengenal pacaran

Responden Responden

Berpengaru

h

20 19 Baik 1

Sangat

berpengaruh

10 11 Sangat baik 3

Kurang

berpengaruh

4 2 Biasa-biasa

saja

4

Tidak

berpengaruh

2 3 Kurang baik 22

Sangat tidak

berpengaruh

0 1 Buruk 6

Jumlah 36 36 36

Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012

Berdasarkam tabel VI mengenai pengaruh pacaran terhadap cara belajar

dan prestasi disekolah serta bagaimana pengaruhnya yaitu 20 pelajar menjawab

pacaran mempengaruhi cara belajar dan 19 orang menjawab pacaran

mempengaruhi prestasi, 10 pelajar menjawab pacaran sangat berpengaruh

terhadap cara belajar dan 11 pelajar menjawab pacaran sangat berpengaruh

terhadap prestasi, 4 pelajar menjawab pacaran kurang berpengaruh terhadap cara

belajar dan 2 pelajar menjawab pacaran kurang berpengaruh terhadap prestasi, 2

pelajar menjawab pacaran tidak berpengaruh terhadap cara belajar dan 3 pelajar

menjawab pacaran tidak berpengaruh terhadap prestasi, serta tidak seorang pun

20

Page 21: Latar belakang

pelajar menjawab pacaran sangat tidak berpengaruh terhadap cara belajar dan 1

pelajar menjawab pacaran sangat tidak berpengaruh terhadap prestasi.

Sedangkan 1 pelajar menjawab prestasinya baik setelah mengenal pacaran,

3 pelajar menjawab prestasinya sangat baik setelah mengenal pacaran, 4 pelajar

menjawab prestasinya biasa-biasa saja setelah mengenal pacaran, 22 pelajar

menjawab prestasinya kurang baik setelah mengenal pacaran dan 6 pelajar

menjawab prestasinya buruk setelah mengenal pacaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, pacaran membawa pengaruh yang kurang

baik terhadap cara belajar pelajar putri dan prestasinya disekolah. Hal tersebut

secaran umum disebabkan karena pelajar putri pada masa pubertas mengalami

masalah psikolog yang ditimbulkan dari perubahan fisik.

Tabel VII

Apakah terlalu memperhatikan penampilan berpengaruh bagi prestasi

pelajar putri dan bagaimana prestasi pelajar putri setelah terlalu

memperhatikan penampilan.

Terlalu memperhatikan penampilan

berpengaruh bagi prestasi ?

Prestasi pelajar putri setelah terlalu

memperhatikan penampilan

Responden Responden

Berpengaruh 20 Baik 6

Sangat

berpengaruh

5 Sangat Baik 4

Kurang

berpengaruh

8 Biasa-biasa saja 7

Tidak

berpengaruh

3 Kurang baik 19

21

Page 22: Latar belakang

Sangat tidak

berpengaruh

0 Buruk 0

Jumlah 36 36

Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012

Tabel VII menyatakan pengaruh bagi prestasi pelajar putri setelah terlalu

memperhatikan penampilan yaitu 20 pelajar menjawab memperhatikan

penampilan berpengaruh terhadap prestasinya, 5 pelajar menjawab setelah

memperhatikan penampilan sangat berpengaruh terhadap prestasinya, 8 pelajar

menjawab memperhatikan penampilan kurang berpengaruh terhadap prestasinya,

3 pelajar yang menjawab memperhatikan penampilan tidak berpengaruh terhadap

prestasinya dan tidak seorang pun yang menjawab bahwa memperhatikan

penampilan sangat tidak berpengaruh terhadap prestasinya.

Sedangkan 6 pelajar menjawab prestasinya baik setelah terlalu

memperhatikan penampilan, 4 pelajar menjawab prestasinya sangat baik setelah

terlalu memperhaatikan penampilan, 7 pelajar menjawab prestasinya biasa-biasa

saja setelah terlalu meperhatikan penampilan, 19 pelajar menjawa prestasinya

kurang baik setelah terlalu memperhatikan penampilan dan tidak seorangpun

pelajar yang prestasinya buruk setelah terlalu memperhatikan penampilan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, terlalu memperhatikan penampilan

berpengaruh kurang baik terhadap prestasi pelajar putri disekolah . Itu diakibatkan

karena terlalu banyak waktu yang tersita untuk memperhatikan penampilan

sehingga waktu belajarnya berkurang dari sebelumnya.

22

Page 23: Latar belakang

Tabel VIII

Kebiasaan pelajar putri terlambat ke sekolah ketika sering

memperhatikan penampilannya.

Tanggapan Siswa Responden Persentase (%)

Tidak pernah 5 14

Sering 19 54

Pernah 10 28

Selalu 2 4

Jumlah 36 100

Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012

Dengan melihat tabel VIII mengenai keseringan pelajar putri terlambat ke

sekolah ketika sering memperhatikan penampilannya yaitu 5 pelajar tidak pernah

dengan presentase 14%, 54 pelajar sering terlambat dengan presentase 54%, 10

pelajar pernah terlambat dengan presentase 28%, dan 2 pelajar selalu terlambat

dengan prsesntase 2%.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, pelajar putri yang terlalu sering

memperhatikan penampilannya akan sering terlambat ke sekolah.

Tabel IX

Kepada siapa biasanya pelajar putri menceritakan masalah yang

dialami pada masa pubertas

Tanggapan Siswa Responden Persentase (%)

Keluarga 10 27,7%

Sahabat 19 53,7%

Teman 4 11,1%

Pacar 3 7,4%

Jumlah 36 100

Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012

23

Page 24: Latar belakang

Dari tabel IX dapat dilihat mengenai kepada siapa biasanya pelajar putri

menceritakan masalahnya yang dialami pada masa pubertas yaitu, 10 pelajar

memilih keluarga sebagai tempat untuk menceritakan masalahnya presentsenya

27,7%, 19 pelajar memilih sahabat sebagai tempat untuk menceritakan

masalahnya presentasenya 53,7%, 4 pelajar memilih teman sebagai tempat untuk

menceritakan masalahnya presentasenya 11,1%, 3 pelajar memilih pacar sebgai

tempet untuk menceritakan masalahnya presentase 7,4% .

Jadi dapat disimpulkan bahwa pelajar putri ketika mendapatkan masalah

pada masa pubertas lebih memilih sahabat sebagai tempat untuk menceritakan

masalahnya. Karena pelajar putri lebih cenderung membagi berbagai hal kepada

sahabatnya termasuk menceritakan masalah yang sedang dihadapinya. Hal ini

karena mereka lebih berani terbuka kepada orang yang seusia dengannya.

24

Page 25: Latar belakang

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Tanggapan pelajar putri kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Barru tentang

perubahan yang dialami pelajar putri pada masa pubertas yaitu mulai

menyukai lawan jenis dan terlalu sering memperhatikan penampilan.

2. Tanggapan pelajar putri kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Barru tentang

masalah yang sering timbul pada masa pubertas adalah kurangnya minat

belajar yang mempengaruhi cara belajar sehingga berdampak kurang baik

terhadap prestasinya di sekolah.

3. Tanggapan pelajar putri kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Barru tentang

kepada siapa biasanya pelajar putri menceritakan masalah yang dialami

pada masa pubertas adalah sebagian besar memilih sahabat sebagai tempat

menceritakan masalah yang dialami

4. Secara umum, cara mengatasi masalah yang timbul terhadap pelajar putri

pada masa pubertas yaitu dengan peranan keluarga untuk memberikan

pengertian, perhatian dan bimbingan kepada pelajar putri itu sendiri.

Karena keluarga merupakan agen yang paling berpengaruh pada

pembentukan kepribadian pada masa pubertas.

B. Saran

Dalam penyelesaian penelitian ini, penulis menyarankan kepada beberapa

pihak yaitu :

1. Kepada responden dan pembaca pelajar putri untuk memanfaatkan masa

pubertas dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat agar tidak berdampak

buruk terhadap diri sendiri khususnya dalam prestasi belajar di sekolah,

25

Page 26: Latar belakang

dan berbagi cerita mengenai masalah yang dihadapi kepada orang yang

tepat yaitu keluarga sendiri.

2. Kepada keluarga agar lebih memperhatikan pergaulan anak putrinya sejak

SMP yang sedang berada pada masa pubertas. Selain itu keluarga perlu

memberikan bimbingan mengenai masalah pubertas dan memperdalam

ilmu agama.

3. Kepada guru agar lebih pengertian kepada pelajar putri yang sedang dalam

masa pubertas dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.

Khususnya kepada guru BK untuk memberikan perhatikan dan pendidikan

mengenai pubertas.

26