Latar belakang
-
Upload
sma-negeri-1-barru -
Category
Documents
-
view
1.940 -
download
2
Transcript of Latar belakang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Remaja”, kata itu mengandung aneka kesan. Ada orang berkata bahwa
remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tiada beda dengan kelompok
manusia lain. Sementara pihak lain menganggap bahwa remaja adalah kelompok
yang sering menyusahkan orang tua. Pihak lainnya lagi menganggap bahwa
remaja sebagai potensi manusia yang perlu dimanfaatkan.
Pendekatan mana pun yang dijalani oleh Pembina, sebelum ataupun
bersamaan dengan usaha kongkrit dilakukan, sangat perlu adanya pengertian dan
pemahaman para Pembina terhadap remaja. Satu diantara usaha pengertian dan
pemahaman dimaksud adalah dengan mengetahui dan mengerti tentang
pertumbuhan dan perkembangan remaja. Khususnya dalam mengantar remaja
menuju kematangan psikis dan ketangan sosialnya. Karena remaja sangat peka
terhadap hal-hal baru baik yang positif maupun negatif, hal ini dialami dalam
masa pubertas.
Pubertas dialami pada usia antara10 sampai 19 tahun, dan merupakan
peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa (Dawkins, 2006), puber adalah
suatu tahap dalam perkembangan saat kematangan alat-alat seksual dan tercapai
kemampuan reproduksi. Pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan penting
baik fisik maupun psikis. Secara klinis perubahan fisik seperti pertumbuhan
payudara, pelebaran pinggul terjadinya hampir selalu dengan urutan yang sama
(Hurlock, 2005).
Tanda-tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah
terjadinya menstruasi, mulai menyukai lawan jenis,dan memperhatikan
penampilan.Selama masa pubertas, pelajar putri sering mengalami masalah dan
perubahan pada dirinya. Masalah yang sering timbul dan paling banyak dialami
1
kebanyakan pelajar putri adalah masalah asmara yang mempengaruhi minat
belajar. Hal ini merupakan dampak psikologis dari perubahan fisik pelajar putri.
Penulis mengambil sampel siswa sekolah SMA Negeri 1 Barru, yang
penelitiannya dilakukan dengan membagikan angket atau daftar koesioner ke
setiap kelas. Dari angket yang dibagikan akan diperoleh data yang memberikan
penjelasan lebih lanjut mengenai masalah yang dibahas.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan
dibahas pada penelitian ini yaitu :
1. Perubahan apa yang dialami pelajar putri pada masa pubertas ?
2. Masalah apa yang sering timbul terhadap pelajar putri pada masa
pubertas ?
3. Bagaimana cara mengatasi masalah yang timbul terhadap pelajar putri
pada masa pubertas ?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah ,maka penulis bertujuan untuk mendapatkan
beberapa informasi,adapun informasi yang ingin diketahui yaitu :
1. Untuk mengetahui perubahan yang dialami pelajar putri pada masa
pubertas.
2. Untuk mengetahui masalah yang sering timbul terhadap pelajar putri pada
masa pubertas.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah yang timbul terhadap pelajar
putri pada masa pubertas.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian “Masa Pubertas Terhadap Pelajar Putri SMA Negeri 1
Barru” antara lain sebagai berikut.
2
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan masalah
pelajar putri pada masa pubertas
2. Bagi Peneliti
Dapat memberikan masukan hal-hal apa saja yang telah diteliti sehingga
digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Responden
Agar remaja putri di SMA Negeri 1 Barru mendapatkan informasi
mengenai masalah pelajar putri pada masa pubertas dan mendapatkan
solusi dari masalah tersebut.
Agar remaja putri di SMA Negeri 1 Barru mengetahui seberapa besar
pengaruh pubertas terhadap prestasi di sekolah.
E. Batasan masalah
Batasan masalah dari penelitian”Masa Pubertas Terhadap Pelajar Putri
SMA Negeri 1 Barru” adalah meliputi perubahan pada masa pubertas yang
sebagian besar dialami oleh pelajar putri SMA Negeri 1 Barru dan pengaruh
perubahan tersebut terhadap prestasi pelajar putri.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena pada
masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun
psikis. Terjadinya banyak perubahan tersebut sering menimbulkan kebingungan-
kebingungan atau kegoncangan jiwa remaja, sehingga disebut sebagai periode
pubertas.
Mereka bingung karena pikiran dan emosinya berjuang untuk menemukan
diri, memahami dan menyeleksi serta melaksanakan nilai-nilai yang ditemui di
masyarakatnya, disamping perasaan ingin bebas dari segala ikatanpun muncul
dengan kuatnya. Sementara fisiknya sudah cukup besear, sehingga disebut anak
tidak mau dan disebut orang dewasa tidak mampu. Sehingga para ahli
menyebutnya sebagai masa peralihan.[1]
B. Fase-fase Remaja dan Ciri Utamanya
Para ahli berbeda-beda pendapatnya mengenai pembagian fase remaja,
dikarenakan sulitnya memberi bekas yang pasti.
Menurut Hurlock, dia membagi masa remaja menjadi dua fase, dan masing-
masing fase dibaginya ke dalam sub-sub, yaitu:
1. Puberty; yang terbagi pada:
a. Fase prepuberscent : sejak tahun terakhir masa anak
b. Fase puberscent : pemisah antara anak dengan adolescence (kematangan
seksual).
c. Fase post-puberscent : sejak akhir pubescent s/d 1-2 tahun masuk ke
dalam fase adolescence.
4
2. Adolescence; yang terbagi pada:
a. Early adolescence : dari usia 13-16 atau 17 tahun
b. Late adolescence: 17 tahun ke atas sampai tercapainya kematangan secara
hukum (Hurlock. 1980: 198-227).
Sedangkan Kwee Soen Liang (1980: 11) mengemukakan pembagian fase
remaja ini menjadi 3f ase, yaitu:
1. Praepuberteit
Laki-laki : 13-14 tahun
Wanita : 12 – 13 tahun
Pada fase ini disebut sebaai fase negative, sturm and drang
2. Puberteit
Laki-laki : 14 – 18 tahun
Wanita : 13 – 18 tahun
Pada fase ini remaja mengalami marindu puja
3. Adolescence
Laki-laki : 19 – 23 tahun
Wanita : 18 – 21 tahun
Pada fase ini remaja sedang dalam keadaan stabil
Kemudian Hurlock (2002 : 57) membagi fase-fase perkembangan remaja
menjadi tiga fase, yaitu: remaja awal, remaja tengan dan remaja akhir.
5
Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas maka pembagian fase
remaja dapat di bagi menjadi 3 fase, yaitu:
1. Fase pra-remaja: mulai usia 12 – 14 tahun
2. Fase remaja : mulai usia 14 – 18 tahun
3. Fase adolescence : mulai usia 18 – 21 tahun[2]
C. Perkembangan Fisik / Seksualitas
1. Fase pra-remaja
a. Pertumbuhan badan sangat cepat, wanita nampak lebih cepat dari pada
laki-laki, sehingga dapat menyebabkan seks antagonisme.
b. Pertumbuhan anggota badan dan otot-otot sering berjalan tak seimbang,
sehingga dapat menimbulkan kekakuan dan kekurang serasian.
c. Seks primer dan skunder mulai berfungsi dan produktif di tandai dengan
mimpi pertama bagi laki-laki, dan menstruasi pertama bagi wanita,
(Bandingkan Andi Mappiare, 1982: 28-29).
2. Fase remaja
a. Bentuk badan lebih banyak memanjang daripada melebar, terutama bagian
badan, kaki dan tangan.
b. Akibat berproduksinya kelenjar hormon, maka jerawat sering timbul di
bagian muka.
c. Timbulnya dorongan-dorongan seksual terhadap lawan jenis, akibat
matang-nya kalenjar seks.
3. Fase adolescence (akhir masa remja)
6
D. Perkembangan Perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja perasaan sosial, etis,
dan estetis mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan masa kematangan
seksual. Di dorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih
mudah terperosok ke arah tindakan seksual yang negatif.[3]
Granville Stanley Hall menyebut pada masa remaja awal ini sebagai
perasaan yang sangat peka; remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan
perasaan dan emosinya. Keadaan semacam ini di istilahkannya sebagai “storm and
stress”. Tidak aneh lagi bagi orang yang mengerti kalau melihat sikap dan sifat
remaja yang sesekali bergairah sangat dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu,
kegembiraan yang meledak bertukar dengan rasa sedih, rasa yakin diri berganti
rasa ragu diri yang berlebihan. Soal lanjutan pendidikan dan lapangan kerja tidak
dapat direncanakan dan ditentukannya. Lebih-lebih dalam persahabatan dan cinta,
rasa bersahabat sering bertukar menjadi senang.[4] Di masa ini remaja juga ingin
mencari kebebasan dan berusaha mencari konsep diri. Pada masa remaja akhir
sikap dan perasaan relatif stabil.
F. Pertimbangan Sosial
Dalam kehidupan keagamaan remaja timbul konflik antara pertimbangan
moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu karena
kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi. Maka para remaja
lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialistis[5] sehingga pada fase pra-
remaja, remaja mempunyai sikap sosial yang negatif. Namun, pada fase remaja
terjadi proses sosial, sehingga remaja mempunyai sikap sosial yang positif, suka
bergaul dan membentuk kelompok-kelompok seusia.
Pada fase adolescence, perkembangan sosial remaja berada dalam periode
krisis. Karena mereka berada di ambang pintu kedewasaan. Kematangan konsep
diri, penerimaan dan penghargaan sosial oleh orang dewasa sekitar konsep diri,
penerimaan dan penghargaan sosial oleh orang dewasa sekitarnya serta keharusan
bertingkah laku sebagai orang dewasa, menjadi tanda Tanya besar bagi mereka,
7
apakah sudah mampu menjadi orang dewasa, menjadi tanda Tanya besar bagi
mereka, apakah sudah mampu menjadi orang dewasa dengan segala tugas dan
tanggung jawabnya (Zakiah Drajad: 1977: 119).
F. Perkembangan Berpikir
Perkembangan berpikir pada remaja itu lebih kritis dibandingkan pada masa
anak-anak. Pada fase remaja tingkat berpikir berada dalam stadium operasional
formal yang bersifat verbal yang menekankan pada penggunaan rasio atau logika.
Kemudian kemampuan berpikir operasional formal nampaknya mencapai
kematangan pada fase adolescence, sehingga mampu menyusun rencana-rencana,
menyusun alternative dan menentukan pilihan dalam hidup dan kehidupannya.
G. Perkembangan Moral/Nilai
Organ-organ seks yang telah matang menyebabkan remaja mendekati lawan
seks. Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan itu,
sehingga kadang-kadang dinilai oleh masyarakat tidak sopan. Tambahan pula, ada
keberanian mereka menonjolkan seks sarta keberanian dalam pergaulan dan
menyerempet bahaya. Dari keadaan tersebut itulah kemudian sering timbul
masalah dengan orang tua atau orang dewasa lainnya, hal ini terjadi sekitar usia
15 – 17 tahun.[6] Setelah masa ini, stabilitas mulai timbul dan meningkat, remaja
lebih dapat mengadakan penyesuaian-penyusaian dalam aspek kehidupannya.
H. Perkembangan Jiwa Agama
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral.
Bahkan, seperti yang dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama
memberikan sebuah kerangka moral. Sehingga membuat seseorang mampu
membandingkan tingkah lakunya. Agama memberikan perlindungan rasa aman,
terutama bagi remaja yang sedang mencari eksistensi dirinya.
Dibandingkan dengan masa awal anak-anak, keyakinan agama remaja telah
mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak
ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik. Yang mana Tuhan
8
dibayangkan sebagai orang yang berada di awan. Sehingga pada masa remaja
mereka mungkin barusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang
Tuhan dan eksistensinya. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan
agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.
Dalam studi yang dilakukan Goldman (1962) tentang perkembangan
pemahaman agama anak-anak dan remaja dengan latar belakang teori
perkembangan kognitif piaget, ditemukan bahwa perkembangan pemahaman
agama remaja berada pada tahap 3, yaitu format operational religious Thought,
dimana remaja memperlihatkan pemahaman agama yang lebih abstrak dan
hipotesis.
Secara fisik remaja sudah berpenampilan dewasa, tetapi secara psikologis
belum. Ketidakseimbangan ini menjadikan terombang-ambing. Menghadapi
gejala seperti ini, nilai-nilai ajaran agama sebenarnya dapat difungsikan. Tokoh
dan pemuka agama mempunyai peran strategis untuk mampu melakukan
pendekatan yang tepat.
Melalui pendekatan dan penelitian nilai-nilai ajaran agama yang baik,
setidaknya akan memberi kesadaran baru bagi remaja. Bahkan agama itu
mengundang nilai-nilai ajaran yang sejalan dengan fitrah manusia, universal, dan
bertumpu pada pembentukan sikap akhlak mulia.
Definisi Pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik,
psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita
biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih
kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada cewek pubertas ditandai dengan
menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi
basah. Kini, dikenal adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pubertas dini
ialah bahwa bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang mirip dengan
9
hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam mengatur
perkembangan seks wanita.
Ciri Pubertas
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja
putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas
menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi
dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang
berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone
(FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon
tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon
kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan
testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas
merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu
terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll.
Bahaya psikologis pada masa pubertas diantaranya adalah
1. Konsep diri yang kurang baik
2. Prestasi rendah
3. Kurangnya Persiapan Untuk menghadapi Perubahan Masa Puber
4. Menerima tubuh yang berubah
5. Menerima peran seks yang didukung secara seksual
10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini di mulai pada tanggal 1 Maret 2012 sampai
dengan tanggal 29 Maret 2012 dan tempat penelitian ini adalah
di SMA Negeri 1 Barru .
B. Metode yang digunakan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sehingga yang menjadi
tujuan, yaitu berusaha menggambarkan secara detail melalui berbagai cara
tentang tentang ciri-ciri suatu fenomena. Untuk itu, akan digunakan instrument
penelitian berupa koesioner. Setelah diperoleh data dari responden akan
dilakukan analisis data sederhana
C. Sumber data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data diperoleh dari berbagai sumber, baik itu data bersifat
primer maupun data yang bersifat sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh dari responden dalam penelitian melalui penyebaran angket.
Sedangkan data sekunder adalah data yang menunjang data primer yang
diperoleh dari buku-buku ataupun internet.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket atau koesioner. Melalui angket dapat
dikumpulkan keterangan-keterangan tentang pengaruh
pubertas tehadap pelajar putri SMA Negeri 1 Barru.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan dan inti
yang akan diteliti,yang menjdai populasi dalam penelitian ini
adalah semua siswa kelas X,XI IPA dan XI IPS di SMA Negeri 1
Barru,sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang telah
dipilih untuk yang karakteristiknya dianggap memiliki populasi.
11
Jumlah sampel yang ditentukan sebanyak 15 % dari seluruh
jumlah populasi.
Tabel I
Jumlah Populasi Pelajar Putri Kelas X,XI IPA,dan XI IPS SMA
Negeri1Barru
NO. KELAS JUMLAH SISWA
1. X.1 21
2. X.2 21
3. X.3 20
4. X.4 21
5. X.5 20
6. X.6 20
7. X.7 21
8. X.8 20
9. X.9 21
10. XI IPA1 22
11. XI IPA2 21
12. XI IPA3 21
13. XI IPA4 21
14. XI IPS1 23
15. XI IPS2 21
16. XI IPS3 17
17. XI IPS4 17
18. XI IPS5 22
JUMLAH 370
Sumber data : Hasil penelitian di SMAN 1 BARRU tahun 2012
12
Dari tabel 1,maka jumlah sampelnya adalah 10
100×370=37
agar jumlah sampelnya diambil secara merata dan adil maka
digunakan rumus proporsional yaitu sbb :
ni =¿N
× n
Keterangan =
¿ = Ukuran sampel untuk strata ke i
¿ = Ukuran populasi untuk strata ke i
N= Populasi
n= Sampel
Dengan menggunakan rumus diatas maka jumlah sampel
untuk masing-masing kelas,sbb :
1.Kelas X.1 = 21
370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2
2.Kelas X.2 = 21
370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2
3.Kelas X.3 = 20
370×37 = 2
4. Kelas X.4 = 21
370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2
5. Kelas X.5 = 20
370×37 = 2
6. Kelas X.6 = 20
370×37 = 2
7. Kelas X.7 = 21
370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2
8. Kelas X.8 = 20
370×37 = 2
9. Kelas X.9 = 21
370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2
10. Kelas XI IPA1 = 22
370×37 = 2,2 dibulatkan menjadi 2
13
11. Kelas XI IPA2= 21
370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2
12. Kelas XI IPA3 = 21
370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2
13. KelasXI IPA4 = 21
370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2
14. KelasXI IPS1 = 23
370×37 = 2,3 dibulatkan menjadi 2
15. KelasXI IPS2 = 21
370×37 = 2,1 dibulatkan menjadi 2
16. KelasXI IPS3 = 17
370×37 = 1,7 dibulatkan menjadi 2
17. KelasXI IPS4 = 17
370×37 = 1,7 dibulatkan menjadi 2
18. KelasXI IPS5 = 22
370×37 = 2,2 dibulatkan menjadi 2
Dari hasil perhitungan tersebut di atas,kemudian dimasukkan
ke dalam tabel :
Tabel II
Jumlah Sampel Pelajar Putri Kelas X,XI IPA,XI IPS SMA Negeri 1
Barru
NO. KELASJUMLAH
POPULASI
SAMPEL
1. X.1 21 2
2. X.2 21 2
3. X.3 20 2
4. X.4 21 2
5. X.5 20 2
6. X.6 20 2
7. X.7 21 2
8. X.8 20 2
14
9. X.9 21 2
10. XI IPA1 22 2
11. XI IPA2 21 2
12. XI IPA3 21 2
13. XI IPA4 21 2
14. XI IPS1 23 2
15. XI IPS2 21 2
16. XI IPS3 17 2
17. XI IPS4 17 2
18. XI IPS5 22 2
JUMLAH 370 36
Sumber data : Hasil penelitian dan SMAN 1 BARRU tahun 2012
15
E. Pengumpulan Data
a.Observasi
Kegiatan awal yang dilakukan penulis dalam rangka
mengumpulkan data atau mengetahui informasi mengenai jumlah siswa
SMA Negeri 1 Barru.
b. Daftar kuesioner/angket
Melalui data koesioner di kumpulkan data-data yang diketahui oleh
responden dan pendapat atau sikap terhadap masalah yang diteliti.
c. Teknik Analisis Data
Untuk mendapatkan data yang akurat maka digunakan metode
analisis data dengan system tabelaris akan dilanjutkan dan didajikan
dengan bentuk uraian kata.
16
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang diperoleh dalam penyebaran angket kepada
responden maka dapat diperoleh hasil yang seperti yang dipaparkan dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel III
Definisi pubertas terhadap pelajar putri.
Tanggapan Siswa Responden Persentase (%)
Tahu 22 63
Sangat Tahu 10 28
Kurang Tahu 3 7
Tidak Tahu 1 2
Sangat Tidak Tahu 0 0
Jumlah 36 100
Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012
Dengan melihat tabel III tentang tingkat diketahuinya definisi pubertas
terhadap pelajar putri yaitu 22 pelajar yang menjawab tahu dengan presentase
63%, 10 pelajar yang sangat tahu dengan presentase 28%,3 pelajar yang
menjawab kurang tahu dengan presentase 7%,1 pelajar yang menjawab tidak tahu
dengan presentase 2% dan yang menjawab sangat tidak tahu ada 0 .
Dapat disimpulkan bahwa definisi pubertas sebagian besar sudah diketahui
oleh pelajar putri SMA Negeri 1 Barru.
17
Tabel IV
Perubahan yang terjadi dalam diri pelajar putri pada masa pubertas
Tanggapan Siswa Responden Persentase (%)
Mulai menyukai lawan jenis 17 46
Mulai memperhatikan penampilan 11 31
Cara bergaul yang berbeda dari
sebelumnya 6 17
Sering Menghayal 0 0
Timbulnya rasa gengsi yang terlalu
tinggi
2
6
Jumlah 36 100
Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012
Berdasarkan tabel IV mengenai perubahan yang terjadi dalam diri pelajar
putri pada masa pubertas yaitu 17 pelajar yang mulai menyukai lawan jenis
presentasenya 46%, 11 pelajar yang mulai memperhatikan penampilan
presentasenya 31%, 6 pelajar yang cara bergaulnya berbeda dari sebelumnya
presentasenya 17%,0 pelajar yang sering menghayal dan 2 pelajar yang rasa
gengsinya terlalu tinggi presentasenya 6%.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi pada pelajar putri
pada masa pubertas adalah mulai menyukai lawan jenis dan mulai memperhatikan
penampilan.
Berdasarkan data yang diperoleh, perubahan yang paling dominan dialami
pelajar putri pada masa pubertas adalah mulai menyukai lawan jenis dan mulai
memperhatikan penampilan. Untuk mengetahui masalah apasa saja yang timbul
dari perubahan tersebut, maka penulis hanya membahas lebih lanjut perubahan
yang dominan dialami pelajar putri.
18
Tabel V
Sejak kapan pelajar putri menyukai lawan jenis(pacaran) dan
memperhatikan penampilan.
Mulai menyukai lawan jenis Mulai meperhatikan
penampilan
TK 3 3
SD 8 7
SMP 15 17
SMA 10 9
Tidak Pernah 0 0
Jumlah 36 36
Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012
Dengan melihat tabel V mengenai sejak kapan pelajar putri menyukai
lawan jenis dan memperhatikan penampilan,3 pelajar menyukai lawan jenis sejak
TK dan 3 pelajar mulai memperhatikan penampilan , 8 orang menyukai lawan
jenis sejak SD dan 7 pelajar mulai memperhatikan penampilan, 15 pelajar
menyukai lawan jenis sejak SMP dan 17 pelajar mulai memperhatikan
penampilan, 10 pelajar menyukai lawan jenis di SMA dan 9 pelajar mulai
memperhatikan penampilan dan tidak seorangpun yang tidak pernah menyukai
lawan jenis dan memperhatikan penampilan.
Dapat disimpulkan bahwa pelajar putri mulai menyukai lawan jenis dan
memperhatikan penampilan sejak jenjang pendidikan SMP. Maka dari itu perlu
pengajaran yang lebih dini mengenai pubertas dari keluarga utamanya orang tua.
19
Tabel VI
Apakah pacaran mempengaruhi cara belajar dan prestasi pelajar putri di
sekolah,serta bagaimana pengaruhnya.
Dampak
pacaran
terhadap cara
belajar
Dampak
pacaran
terhadap
prestasi
Bagaimana prestasi pelajar
setelah mengenal pacaran
Responden Responden
Berpengaru
h
20 19 Baik 1
Sangat
berpengaruh
10 11 Sangat baik 3
Kurang
berpengaruh
4 2 Biasa-biasa
saja
4
Tidak
berpengaruh
2 3 Kurang baik 22
Sangat tidak
berpengaruh
0 1 Buruk 6
Jumlah 36 36 36
Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012
Berdasarkam tabel VI mengenai pengaruh pacaran terhadap cara belajar
dan prestasi disekolah serta bagaimana pengaruhnya yaitu 20 pelajar menjawab
pacaran mempengaruhi cara belajar dan 19 orang menjawab pacaran
mempengaruhi prestasi, 10 pelajar menjawab pacaran sangat berpengaruh
terhadap cara belajar dan 11 pelajar menjawab pacaran sangat berpengaruh
terhadap prestasi, 4 pelajar menjawab pacaran kurang berpengaruh terhadap cara
belajar dan 2 pelajar menjawab pacaran kurang berpengaruh terhadap prestasi, 2
pelajar menjawab pacaran tidak berpengaruh terhadap cara belajar dan 3 pelajar
menjawab pacaran tidak berpengaruh terhadap prestasi, serta tidak seorang pun
20
pelajar menjawab pacaran sangat tidak berpengaruh terhadap cara belajar dan 1
pelajar menjawab pacaran sangat tidak berpengaruh terhadap prestasi.
Sedangkan 1 pelajar menjawab prestasinya baik setelah mengenal pacaran,
3 pelajar menjawab prestasinya sangat baik setelah mengenal pacaran, 4 pelajar
menjawab prestasinya biasa-biasa saja setelah mengenal pacaran, 22 pelajar
menjawab prestasinya kurang baik setelah mengenal pacaran dan 6 pelajar
menjawab prestasinya buruk setelah mengenal pacaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, pacaran membawa pengaruh yang kurang
baik terhadap cara belajar pelajar putri dan prestasinya disekolah. Hal tersebut
secaran umum disebabkan karena pelajar putri pada masa pubertas mengalami
masalah psikolog yang ditimbulkan dari perubahan fisik.
Tabel VII
Apakah terlalu memperhatikan penampilan berpengaruh bagi prestasi
pelajar putri dan bagaimana prestasi pelajar putri setelah terlalu
memperhatikan penampilan.
Terlalu memperhatikan penampilan
berpengaruh bagi prestasi ?
Prestasi pelajar putri setelah terlalu
memperhatikan penampilan
Responden Responden
Berpengaruh 20 Baik 6
Sangat
berpengaruh
5 Sangat Baik 4
Kurang
berpengaruh
8 Biasa-biasa saja 7
Tidak
berpengaruh
3 Kurang baik 19
21
Sangat tidak
berpengaruh
0 Buruk 0
Jumlah 36 36
Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012
Tabel VII menyatakan pengaruh bagi prestasi pelajar putri setelah terlalu
memperhatikan penampilan yaitu 20 pelajar menjawab memperhatikan
penampilan berpengaruh terhadap prestasinya, 5 pelajar menjawab setelah
memperhatikan penampilan sangat berpengaruh terhadap prestasinya, 8 pelajar
menjawab memperhatikan penampilan kurang berpengaruh terhadap prestasinya,
3 pelajar yang menjawab memperhatikan penampilan tidak berpengaruh terhadap
prestasinya dan tidak seorang pun yang menjawab bahwa memperhatikan
penampilan sangat tidak berpengaruh terhadap prestasinya.
Sedangkan 6 pelajar menjawab prestasinya baik setelah terlalu
memperhatikan penampilan, 4 pelajar menjawab prestasinya sangat baik setelah
terlalu memperhaatikan penampilan, 7 pelajar menjawab prestasinya biasa-biasa
saja setelah terlalu meperhatikan penampilan, 19 pelajar menjawa prestasinya
kurang baik setelah terlalu memperhatikan penampilan dan tidak seorangpun
pelajar yang prestasinya buruk setelah terlalu memperhatikan penampilan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, terlalu memperhatikan penampilan
berpengaruh kurang baik terhadap prestasi pelajar putri disekolah . Itu diakibatkan
karena terlalu banyak waktu yang tersita untuk memperhatikan penampilan
sehingga waktu belajarnya berkurang dari sebelumnya.
22
Tabel VIII
Kebiasaan pelajar putri terlambat ke sekolah ketika sering
memperhatikan penampilannya.
Tanggapan Siswa Responden Persentase (%)
Tidak pernah 5 14
Sering 19 54
Pernah 10 28
Selalu 2 4
Jumlah 36 100
Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012
Dengan melihat tabel VIII mengenai keseringan pelajar putri terlambat ke
sekolah ketika sering memperhatikan penampilannya yaitu 5 pelajar tidak pernah
dengan presentase 14%, 54 pelajar sering terlambat dengan presentase 54%, 10
pelajar pernah terlambat dengan presentase 28%, dan 2 pelajar selalu terlambat
dengan prsesntase 2%.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa, pelajar putri yang terlalu sering
memperhatikan penampilannya akan sering terlambat ke sekolah.
Tabel IX
Kepada siapa biasanya pelajar putri menceritakan masalah yang
dialami pada masa pubertas
Tanggapan Siswa Responden Persentase (%)
Keluarga 10 27,7%
Sahabat 19 53,7%
Teman 4 11,1%
Pacar 3 7,4%
Jumlah 36 100
Sumber Data : Hasil Penelitian di SMA Negeri 1 Barru 2012
23
Dari tabel IX dapat dilihat mengenai kepada siapa biasanya pelajar putri
menceritakan masalahnya yang dialami pada masa pubertas yaitu, 10 pelajar
memilih keluarga sebagai tempat untuk menceritakan masalahnya presentsenya
27,7%, 19 pelajar memilih sahabat sebagai tempat untuk menceritakan
masalahnya presentasenya 53,7%, 4 pelajar memilih teman sebagai tempat untuk
menceritakan masalahnya presentasenya 11,1%, 3 pelajar memilih pacar sebgai
tempet untuk menceritakan masalahnya presentase 7,4% .
Jadi dapat disimpulkan bahwa pelajar putri ketika mendapatkan masalah
pada masa pubertas lebih memilih sahabat sebagai tempat untuk menceritakan
masalahnya. Karena pelajar putri lebih cenderung membagi berbagai hal kepada
sahabatnya termasuk menceritakan masalah yang sedang dihadapinya. Hal ini
karena mereka lebih berani terbuka kepada orang yang seusia dengannya.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Tanggapan pelajar putri kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Barru tentang
perubahan yang dialami pelajar putri pada masa pubertas yaitu mulai
menyukai lawan jenis dan terlalu sering memperhatikan penampilan.
2. Tanggapan pelajar putri kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Barru tentang
masalah yang sering timbul pada masa pubertas adalah kurangnya minat
belajar yang mempengaruhi cara belajar sehingga berdampak kurang baik
terhadap prestasinya di sekolah.
3. Tanggapan pelajar putri kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Barru tentang
kepada siapa biasanya pelajar putri menceritakan masalah yang dialami
pada masa pubertas adalah sebagian besar memilih sahabat sebagai tempat
menceritakan masalah yang dialami
4. Secara umum, cara mengatasi masalah yang timbul terhadap pelajar putri
pada masa pubertas yaitu dengan peranan keluarga untuk memberikan
pengertian, perhatian dan bimbingan kepada pelajar putri itu sendiri.
Karena keluarga merupakan agen yang paling berpengaruh pada
pembentukan kepribadian pada masa pubertas.
B. Saran
Dalam penyelesaian penelitian ini, penulis menyarankan kepada beberapa
pihak yaitu :
1. Kepada responden dan pembaca pelajar putri untuk memanfaatkan masa
pubertas dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat agar tidak berdampak
buruk terhadap diri sendiri khususnya dalam prestasi belajar di sekolah,
25
dan berbagi cerita mengenai masalah yang dihadapi kepada orang yang
tepat yaitu keluarga sendiri.
2. Kepada keluarga agar lebih memperhatikan pergaulan anak putrinya sejak
SMP yang sedang berada pada masa pubertas. Selain itu keluarga perlu
memberikan bimbingan mengenai masalah pubertas dan memperdalam
ilmu agama.
3. Kepada guru agar lebih pengertian kepada pelajar putri yang sedang dalam
masa pubertas dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Khususnya kepada guru BK untuk memberikan perhatikan dan pendidikan
mengenai pubertas.
26