LATAR BELAKANG

58
LATAR BELAKANG Gangguan bipolar atau Manic-Depressive Illness (MDI) merupakan salah satu gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar ditandai oleh suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat dan/atau dapat menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania. Gejala-gejala mania meliputi kurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat yang mungkin/tidak termasuk psikosis. Di antara kedua periode tersebut, penderita gangguan bipolar memasuki periode yang baik dan dapat hidup secara produktif. Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang lama dan jangka panjang. Gangguan bipolar mendasari satu spektrum kutub dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi Bipolar I (BP I), Bipolar II (BP II), Siklotimia (periode manic dan depresif yang bergantian/naik-turun), dan depresi yang hebat. EPIDEMIOLOGI Di dunia, tingkat prevalensi gangguan bipolar sebagai gangguan yang lama dan menetap sebesar 0,3 – 1,5 %. Di Amerika Serikat, tingkat prevalensi ini dapat mencapai 1 – 1,6 %, dimana dua jenis gangguan bipolar ini berbeda pada populasi dewasa, yaitu sekitar 0,8 % populasi mengalami BP I dan 0,5 % populasi mengalami BP II. Morbiditas dan Mortalitas dari gangguan bipolar sangat signifikan. Banyaknya angka kehilangan pekerjaan, kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari gangguan tingkat produktivitas yang disebabkan gangguan ini di Amerika serikat sepanjang periode awal tahun 1990an diperkirakan sebesar 15,5 miliar dolar Amerika. Perkiraan lainnya, sekitar 25 – 50 % individu dengan gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri dan 11 % benar-benar tewas karena bunuh diri. ETIOLOGI

description

latar belakang

Transcript of LATAR BELAKANG

Page 1: LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

Gangguan bipolar atau Manic-Depressive Illness (MDI) merupakan salah satu gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar ditandai oleh suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat berubah menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat dan/atau dapat menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania. Gejala-gejala mania meliputi kurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang cenderung kacau tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan pikiran berat yang mungkin/tidak termasuk psikosis. Di antara kedua periode tersebut, penderita gangguan bipolar memasuki periode yang baik dan dapat hidup secara produktif. Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang lama dan jangka panjang. Gangguan bipolar mendasari satu spektrum kutub dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi Bipolar I (BP I), Bipolar II (BP II), Siklotimia (periode manic dan depresif yang bergantian/naik-turun), dan depresi yang hebat.

EPIDEMIOLOGI

            Di dunia, tingkat prevalensi gangguan bipolar sebagai gangguan yang lama dan menetap sebesar 0,3 – 1,5 %. Di Amerika Serikat, tingkat prevalensi ini dapat mencapai 1 – 1,6 %, dimana dua jenis gangguan bipolar ini berbeda pada populasi dewasa, yaitu sekitar 0,8 % populasi mengalami BP I dan 0,5 % populasi mengalami BP II. Morbiditas dan Mortalitas dari gangguan bipolar sangat signifikan. Banyaknya angka kehilangan pekerjaan, kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari gangguan tingkat produktivitas yang disebabkan gangguan ini di Amerika serikat sepanjang periode awal tahun 1990an diperkirakan sebesar 15,5 miliar dolar Amerika. Perkiraan lainnya, sekitar 25 – 50 % individu dengan gangguan bipolar melakukan percobaan bunuh diri dan 11 % benar-benar tewas karena bunuh diri.

ETIOLOGI

Etiologi dari gangguan bipolar memang belum dapat diketahui secara pasti, dan tidak ada penanda biologis (biological marker) yang objektif yang berhubungan secara pasti dengan keadaan penyakit ini.

FAKTOR RESIKO

Ras

Tidak ada kelompok ras tertentu yang memiliki predileksi kecenderungan terjadinya gangguan ini. Namun, berdasarkan sejarah kejadian yang ada, para klinisi menyatakan bahwa kecenderungan tersering dari gangguan ini terjadi pada populasi Afrika-Amerika.

Jenis Kelamin

Angka kejadian dari BP I, sama pada kedua jenis kelamin, namun rapid-cycling bipolar disorder (gangguan bipolar dengan 4 atau lebih episode dalam setahun)

Page 2: LATAR BELAKANG

lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Insiden BP II lebih tinggi pada wanita daripada pria.

Usia

Usia individu yang mengalami gangguan bipolar ini bervariasi cukup besar. Rentang usia dari keduanya, BP I dan BP II adalah antara anak-anak hingga 50 tahun, dengan perkiraan rata-rata usia 21 tahun. Kasus ini terbanyak pada usia 15 – 19 tahun, dan rentang usia terbanyak kedua adalah pada usia 20 – 24 tahun. Sebagian penderita yang didiagnosa dengan depresi hebat berulang mungkin saja juga mengalami gangguan bipolar dan baru berkembang mengalami episode manic yang pertama saat usia mereka lebih dari 50 tahun. Mereka mungkin memiliki riwayat keluarga yang juga menderita gangguan bipolar. Sebagian besar penderita dengan onset manic pada usia lebih dari 50 tahun harus dilakukan penelusuran terhadap adanya gangguan neurologis seperti penyakit serebrovaskular. Gangguan bipolar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi genetik, biokimiawi, psikodinamik dan lingkungan.

Genetik

Gangguan bipolar, terutama BP I, memiliki komponen genetik utama. Bukti yang mengindikasikan adanya peran dari faktor genetik dari gangguan bipolar terdapat beberapa bentuk, antara lain :

•         Hubungan keluarga inti dengan orang yang menderita BP I diperkirakan 7 kali lebih sering mengalami BP I dibandingkan populasi umum. Perlu digaris-bawahi, keturunan dari orang tua yang menderita gangguan bipolar memiliki kemungkinan 50 % menderita gangguan psikiatrik lain.

•         Penelitian pada orang yang kembar menunjukkan hubungan 33 – 90 % menderita BP I dari saudara kembar yang identik.

•         Penelitian pada keluarga adopsi, membuktikan bahwa lingkungan umum bukanlah satu-satunya faktor yang membuat gangguan bipolar terjadi dalam keluarga. Anak dengan hubungan biologis pada orang tua yang menderita BP I atau gangguan depresif hebat memiliki resiko yang lebih tinggi dari perkembangan gangguan afektif, bahkan meskipun mereka bertempat tinggal dan dibesarkan oleh orang tua yang mengadopsi dan tidak menderita gangguan.

•         Cardno dan kawan-kawan di London menunjukkan bahwa skizofrenia, skizoafektif, dan sindrom manic berbagi faktor resiko genetik dan genetik yang bertanggung jawab terhadap gangguan skizoafektif seluruhnya secara umum juga terdapat pada dua sindrom yang lain tadi. Penemuan ini menimbulkan dugaan suatu genetik tersendiri bertanggungjawab pada psikosis berbagi dengan gangguan mood dan skizofrenia. Tsuang dan kawan-kawan mengindikasikan adanya kontribusi genetik pada MDI dengan gambaran psikotik, serta menunjukkan adanya hubungan antara skizofrenia dan gangguan bipolar.

Page 3: LATAR BELAKANG

•         Studi tentang ekspresi gen juga menunjukkan orang dengan gangguan bipolar, depresif berat, dan skizofrenia mengalami penurunan yang sama dalam ekspresi dari gen hubungan oligodendrosit-myelin dan abnormalitas substansia nigra pada bermacam daerah otak.

Biokimiawi

•         Multipel jalur biokimiawi mungkin berperan pada gangguan bipolar, hal ini yang menyebabkan sulitnya mendeteksi suatu abnormalitas tertentu.

•         Beberapa neurotransmitter berhubungan dengan gangguan ini, sebagian besar didasrkan pada respon pasien terhadap agen-agen psikoaktif.

•         Sejumlah bukti menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara glutamat dengan gangguan bipolar dan depresi berat. Studi postmortem dari lobus frontal dengan kedua gangguan menunjukkan peningkatan level glutamat.

•         Obat tekanan darah reserpin, yang menghabiskan/mendeplesikan katekolamin pada saraf terminal telah tercatat menyebabkan depresi. Ini berpedoman pada hipotesis katekolamin yang berpegang pada peningkatan epinefrin dan norepinefrin menyebabkan manic dan penurunan epinefrin dan norepinefrin menyebabkan depresi.

•         Obat-obatan seperti kokain, yang juga bekerja pada sistem neurotransmitter ini mengeksaserbasi terjadinya manic. Agen lain yang dapat mengeksaserbasi manic termasuk L-dopa, yang menginhibisi reuptake dopamin dan serotonin.

•         Gangguan dan ketidakseimbangan hormonal dari aksis hipotalamus-pituitari-adrenal, menggangu homeostasis dan menimbulkan respon stres yang juga berperan pada gambaran klinis gangguan bipolar.

•         Antidepresan trisiklik dapat memicu terjadinya manic.

Psikodinamik

•         Banyak praktisi melihat dinamika MDI sebagai suatu hal yang berhubungan melalui suatu jalur.

•         Mereka melihat depresi sebagai manifestasi dari suatu kehilangan, contohnya hilangnya pegertian terhadap diri dan adanya perasaan harga diri rendah. Oleh karena itu, manik timbul sebagai mekanisme defens dalam melawan rasa depresi (Melanie Klein)

Lingkungan

•         Pada beberapa kejadian, suatu siklus hidup mungkin berkaitan langsung dengan stres eksternal atau tekanan eksternal yang dapat memperburuk berulangnya gangguan pada beberapa kasus yang memang sudah memiliki predisposisi genetik atau biokimiawi.

Page 4: LATAR BELAKANG

•         Kehamilan merupakan stres tertentu bagi wanita dengan riwayat MDI dan meningkatkan kemungkinan psikosis postpartum. Contoh lain, oleh karena sifat pekerjaan, beberapa orang memiliki periode permintaan yang tinggi diikuti periode kebutuhan yang sedikit. Hal ini didapati pada seorang petani, dimana ia akan sangat sibuk pada musim semi, panas, dan gugur, namun selama musim dingin akan relatif inaktif kecuali membersihkan salju, sehingga ia akan tampak manic pada hampir sepanjang tahun dan tenang selama musim dingin. Hal ini menunjukkan lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap keadaan psikiatri seseorang.

TANDA DAN GEJALA

Diagnosis dari BP I ditegakkan dengan setidaknya terdapat episode manic paling tidak dengan durasi 1 minggu yang mengindikasikan penderita untuk dirawat inap atau kelainan lain yang signifikan dalam fungsi okupasi dan sosial. Episode manic bukan disebabkan oleh penyakit medis lain atau penyalahgunaan zat. Kriteria ini berdasarkan spesifikasi dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR).

Episode manic ditandai oleh gejala-gejala berikut ini :

•         Setidaknya terdapat 1 minggu gangguan mood yang dalam, yang ditandai dengan suasana perasaan yang meningkat (elasi), mudah marah (iritabel), atau adanya keinginan untuk keluar rumah.

•         Gejala lain yang menyertai antara lain (paling tidak 3 atau lebih): Perasaan kebesaran; gangguan tidur; nada suara yang tinggi dan bicara berlebihan; flight of ideas; menghilangkan bukti kekacauan pikiran; meningkatnya tingkat fokus kerja di rumah, tempat kerja atau seksual; meningkatnya aktivitas yang menyenangkan dan bahkan yang memiliki konsekuensi menyakitkan.

•         Gangguan mood cukup untuk membuat kerusakan di tempat kerja, membahayakan pasien atau orang lain.

•         Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain.

Episode hipomanic ditandai oleh gejala-gejala berikut :

•         Penderita mengalami suasana perasaan yang meningkat (elasi), adanya keinginan untuk keluar rumah, atau mudah marah (iritabel) setidaknya selama 4 hari.

•         Paling tidak terdapat 3 atau lebih gejala-gejala berikut ini : Perasaan kebesaran atau mengagumi diri sendiri; gangguan tidur; nada suara tinggi; flight of ideas; menghilangkan bukti kekacauan pikiran; agitasi psikomotor di rumah, tempat kerja atau seksual; mulai melakukan aktivitas dengan resiko tinggi terhadap konsekuensi yang menyakitkan.

Page 5: LATAR BELAKANG

•         Gangguan mood tampak oleh orang lain.

•         Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain.

Episode depresif ditandai dengan gejala-gejala berikut :

•         Karena sebab yang sama selama 2 minggu, dengan paling tidak terdapat gejala perasaan depresi atau ditandai dengan kehilangan kesenangan atau perhatian, setidaknya pada seseorang terdapat 5 atau lebih gejala berikut ini : Perasaan depresi/tertekan; penurunan perasaan senang dan minat pada hampir semua aktivitas; penurunan berat badan yang signifikan dan selera; hipersomnia atau insomnia; retardasi psikomotor atau agitasi; kehilangan energi atau kelemahan; penurunan daya konsentrasi; preokupasi dengan kematian atau bunuh diri, penderita memiliki rencana untuk bunuh diri atau telah melakukan bunuh diri tersebut.

•         Gejala-gejala tersebut menyebabkan kerusakan dan distress.

•         Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain.

Episode campuran ditandai dengan gejala-gejala berikut ini :

•         Pada penderita harus terdapat kedua kriteria baik manic maupun depresi, dengan gejala depresi hanya terjadi selama 1 minggu.

•         Gangguan mood mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi sosial dan kerja.

•         Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau karena gangguan medis lain.

 

Pemeriksaan Fisik

Menggunakan Mental Status Examination (MSE) untuk mendiagnosis adanya gangguan bipolar. Status mental penderita tergantung pada keadaan depresi, hipomanic, manic, atau campuran, dengan variasi area MSE ditandai sesuai dengan fase tertentu dari penderita.

Penampilan

o       Periode depresi : Orang yang menunjukkan suatu periode depresi mungkin menunjukkan sedikit sampai tidak ada kontak mata. Pakaian mereka mungkin tidak terawat, kotor, berlubang, kumal, serta tidak cocok dengan ukuran badan. Bila seseorang kehilangan berat badan secara signifikan, ukuran pakaiannya tidak akan cocok. Kebersihan diri tercermin dari mood mereka yang rendah, yang ditunjukkan dengan

Page 6: LATAR BELAKANG

badan yang kurus, tidak bercukur, dan tidak membersihkan diri. Pada wanita, kuku jari tangannya mungkin terdapat lapisan warna yang berbeda atau sebagian warna yang rusak pada kuku mereka, bahkan cenderung kotor juga pada tangannya. Rambut mereka juga tidak terurus. Bila orang ini bergerak, afek depresi jelas terlihat. Mereka bergerak dengan lambat dan sangat sedikit yang menunjukkan retardasi psikomotor. Mereka juga berbicara dengan suara yang pelan atau suara yang monoton.

o       Episode hipomanic : Penderita ini sangat sibuk dan aktif. Mereka memiliki energi dan selalu kemana-mana. Mereka selalu berencana melakukan sesuatu, sebagian mengalami perubahan tingakat energi dan suasana hati (Keck, 2003).

o       Episode manic : Pada banyak kasus, perilaku penderita dengan fase manic menunjukkan perilaku yang berlawanan dengan penderita dengan fase depresi. Penderita fase manic menunjukkan keadaan hiperaktif dan hipervigilasi. Mereka kurang istirahat, bertenaga, aktif, serta berbicara dan bertindak cepat. Pakaian mereka mencerminkan keadaan itu, dimana terlihat dikenakan dengan tergesa-gesa dan kacau. Pakaian mereka biasanya terlalu terang, penuh warna, serta mencolok. Mereka berdiri di keramaian dan menjadi menonjol karena pakaian mereka yang sering menarik perhatian.

Afek/Suasana Hati

o        Episode depresi: Kesedihan mendominasi suasana hati seseorang dalam episode depresi.  Penderita merasa sedih, tertekan, kehilangan, kosong dan terisolasi.  “2 Hs” sering menyertai suasana hati penderita, tanpa pengahrapan dan semua terasa sia-sia.  

o        Episode hipomanic: Suasana hati penderita meningkat, meluas dan peka.

o        Episode manic: Suasana hati penderita tampak menggembirakan, dan bahkan berlebihan.  Euphoria. Penderita sangat mudah marah.

o        Episode campuran: penderita menunjukkan gejala kedua episode (depresi dan manic) dalam suatu periode singkat (1 minggu atau kurang).

Pikiran

o        Episode Depresi: Penderita mempunyai pemikiran yang mencerminkan kesedihan mereka. Gagasan yang negatif, perhatian nihilistik, dan mereka mempunyai suatu istilah bahwa “ mereka bagaikan gelas yang separuh kosong”. Pemikiran mereka lebih berfokus tentang kematian dan tentang bunuh diri.

o        Episode Hipomanic: Penderita mempunyai pemikiran yang optimis, berpikir ke depan dan mempunyai sikap yang positif.

o        Episode Manic: Penderita mempunyai pemikiran yang sangat opimis dan luas. Percaya diri yang berlebihan. Mereka dapat dengan cepat membuat pemikiran/gagasan. Mereka merasa pemikiran mereka sangat aktif dan aktif.

Page 7: LATAR BELAKANG

o        Episode Campuran: Penderita dapat berubah secara cepat antara depresi dan euforia dan meraka juga mudah marah.

Persepsi

o        Episode Depresi: Terdapat 2 format dari tipe depresi yang dijelaskan. Dengan psikotik dan tanpa psikotik. Dengan psikotik, penderita mempunyai khayalan dan halusinasi yang sesuai atau tidak dengan suasana hati. Penderita merasa telah berdosa, bersalah, dan merasakan penyesalan yang snagat dalam.

o        Episode Hipomanic: Penderita tidak mengalami gangguan persepsi.

o        Episode Manic: 3 dari 4 penderita dalam tahap ini mengalami halusinasi. Khayalan manic menunjukkan persepsi gengsi dan kemuliaan.

o        Episode Campuran: Penderita menunjukkan khayalan dan halusinasi yang konsisten dengan depresi atau manic atau keduanya.

Bunuh Diri

o        Episode Depresi: Angka kejadian bunuh diri banyak terjadi pada penderita depresi. Mereka adalah individu yang mencoba dan berhasil dalam usaha bunuh diri.

o        Episode Hipomanic: Angka bunuh diri rendah.

o        Episode Manic: Angka bunuh diri rendah.

o        Episode Campuran: Pada tahap depresi pasien memiliki resiko untuk bunuh diri.

Pembunuhan/Kekerasan

o        Episode Depresi: Pembunuhan yang dilakukan oleh penderita biasanya diikuti dengan bunuh diri. Pada beberapa penderita depresi biasanya merasa dunia sudah tidak berguna lagi untuknya dan untuk orang terdekatnya/orang lain.

o        HyEpisode Hipomanic: Penderita menunjukkan sifat mudah marah dan agresif. Mereka dapat menjadi tidak sabar terhadap orang lain.

o        Episode Manic: Penderita agresif. Mereka tidak memiliki sifat sabar atau toleransi dengan orang lain tidak ada. Mereka dapat menjadi sangat menuntut, kasar, sangat mudah marah. Pembunuhan terjadi jika penderita mempunyai suatu khayalan terhadap kesenangan penderita.

o        Episode Campuran: Penderita dapat menjadi sangat agresif terutama dalam tahap manic.

Page 8: LATAR BELAKANG

Pengertian Diri/Insight

o        Episode Depresi: Depresi dapat mempengaruhi penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri. Penderita biasanya gagal dalam melakukan tindakan yang penting sebab mereka sangat jatuh dan menurun dalam mengenali diri mereka sendiri. Meraka memeiliki sedikit pengertian terhadap diri mereka sendiri.

o        Episode Hipomanic: Biasanya penderita memiliki penegrtian yang baik mengenai diri mereka. Namun sangat luas. Mereka menilai diri mereka sangat produktif dan teliti, bukan sebagai hipomanic.

o        Episode Manic: Dalam tahap ini pengertian diri/insight sangat lemah. Penderita tidak mempunyai pengertian yang jelas mengenai kebutuhan, rencana dan perilaku mereka.  

o        Episode Campuran: Pergeseran/perubahan dalam afek dapat merusak pengertian pasien tentang dirinya dan bertentangan dengan insight mereka.

Kognitif : Kemunduran/kelemahan dalam orientasi dan daya ingat sangat jarang diamati pada pasien dengan gangguan afek bipolar kecuali mereka psikotik. Mereka mengetahui waktu dan temapt mereka berada.mereka dapat mengingat kejadian yang lampau dan terbaru. Pada beberapa kasus hipomanic dan kadang hipomanic, kemampuan penderita untuk mengingat informasi dapat sangat luas. Pada dpresi dan manic yang berat, penderita dapat mengalami kesulutan dalam berkonsentrasi dan memusatkan perhatiannya.

PENATALAKSANAAN

1.  Penentuan Kegawatdaruratan Penderita

Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase dari episodenya, seperti depresi atau manic, dan derajat keparahan fase tersebut. Contoh, seseorang dengan depresi yang ekstrim dan menunjukkan perilaku bunuh diri memerlukan/mengindikasikan pengobatan rawat inap. Sebaliknya, seseorang dengan depresi moderat yang masih dapat bekerja, diobati sebagai pasien rawat jalan.

Pengobatan pasien rawat inap : indikasi seseorang dengan gangguan bipolar untuk dirawat inap adalah sebagai berikut :

•         Berbahaya untuk diri sendiri : Pasien yang terutama dengan episode depresif, dapat terlihat dengan resiko yang signifikan untuk bunuh diri. Percobaan bunuh diri yang serius dan ideasi spesifik dengan rencana menghilangkan bukti, memerlukan observasi yang ketat dan perlindungan pencegahan. Namun, bahaya bagi penderita bisa datang dari aspek lain dari penyakit, contohnya seorang penderita depresi yang tidak cukup makan beresiko kematian, sejalan dengan itu, penderita dengan manic yang ekstrim yang tidak mau tidur atau makan mungkin mengalami kelelahan yang hebat.

Page 9: LATAR BELAKANG

•         Berbahaya bagi orang lain : Penderita gangguan bipolar dapat mengancam nyawa ornag lain, contohnya seorang penderita yang mengalami depresi yang berat meyakini bahwa dunia itu sangat suram/gelap, sehingga ia berencana untuk membunuh anaknya untuk membebaskan mereka dari kesengsaraan dunia.

•         Ketidakmampuan total dari fungsi : Adakalanya depresi yang dialami terlalu dalam, sehingga orang tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali, meninggalkan orang seperti ini sendirian sanagt berbahaya dan tidak menyembuhkannya.

•         Tidak dapat diarahkan sama sekali : Hal ini benar-benar terjadi selama episode manic. Dalam situasi ini, perilaku penderita sangat di luar batas, mereka menghancurkan karir dan berbahaya bagi orang di sekitarnya.

•         Kondisi medis yang harus dimonitor : Contohnya penderita gangguan jiwa yang disertai gangguan jantung harus berada di lingkungan medi, dimana obat psikotropik dapat dimonitor dan diobservasi.

Rawat inap parsial atau program perawatan sehari

•         Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun memiliki tingkat pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil.

•         Contohnya, penderita dengan depresi berat yang berpikir akan bunuh diri tapi tidak berencana untuk melakukannya dan dapat memiliki tingkat motivasi yang tinggi bila diberi banyak dukungan interpersonal, terutama sepanjang hari dan dengan bantuan dan keterlibatan dari keluarga. Keluarga harus selalu berada di rumah setiap malamdan harus peduli terhadap penderita. Rawat inap parsial juga menjembatani untuk bisa segera kembali bekerja. Kembali secara langsung ke pekerjaan seringkali sulit bagi penderita dengan gejala yang berat, dan rawat inap parsial memberi dukungan dan hubungan interpersonal.

Pengobatan rawat jalan : Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama.

•         Pertama, lihat stresornya dan cari cara untuk menanganinya. Stres ini bisa berasal dari keluarga atau pekerjaan, namun bila terakumulasi, mereka mendorong penderita menjadi manic atau depresi. Hal ini merupakan bagian dari psikoterapi.

•         Kedua, memonitor dan mendukung pengobatan. Pengobatan membuat perubahan yang luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan dan mencegah efek samping. Penderita memiliki rasa yang bertentangan dengan pengobatan mereka. Mereka mengetahui bahwa obat membantu dan mencegah mereka untuk dirawat inap, namun mereka juga menyangkal memerlukannya. Oleh karena itu, harus dibantu untuk mengarahkan perasaan mereka dan membantu mereka untuk mau melanjutkan pengobatan.

Page 10: LATAR BELAKANG

•         Ketiga, membangun dan memelihara sekumpulan orang yang peduli. Hal ini merupakan satu dari banyak alasan bagi para praktisi setuju dengan ambivalensi penderita tentang pengobatan. Seiring perjalanan waktu, kekuatan sekumpulan orang yang peduli membantu mempertahnkan gejala penderita dalam keadaan minimum dan membantu penderita tinggal dan diterima di masyarakat.

•         Keempat, aspek yang melibatkan edukasi. Klinisi harus membantu edukasi bagi penderita dan keluarga tentang penyakit bipolar. Mereka harus sadar dan waspada terhadap bahaya penyalahgunaan zat, situasi yang mungkin memicu kekambuhan, dan peran pengobatan yang penting. Dukungan kelompok bagi penderita dan keluarga memiliki arti penting yang sangat luar biasa.

•         Keadaan kesehatan tubuh penderita gangguan bipolar juga harus diperhatikan oleh para praktisi, termasuk keadaan kardiovaskular, diabetes, masalah endokrin, infeksi, komplikasi sistem urinari, dan gangguan keseimbangan elektrolit.

2.  Terapi

Terapi Farmakologi

Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis atipikal meningkat penggunaannya untuk kedua hal yaitu manic akut dan mood stabilization. Rentang yang luas dari antidepresan dan ECT digunakan untuk episode depresi akut (contoh, depresi berat). Selanjutnya, suatu medikasi lain dipilih untuk terapi pemeliharaan/maintenance dan pencegahan.

Pengalaman klinik menunjukkan bahwa bila diterapi dengan obat mood stabilizer, penderita gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit periode manic dan depresi. Medikasi ini bekerja menstabilkan mood penderita sesuai namanya, juga menstabilakn manic dan depresi yang ekstrim. Antipsikosis atipikal kini juga sering digunakan untuk menstabilkan manic akut, bahkan untuk mengobati beberapa kasus depresi bipolar untukmenstabilkan mood, seperti ziprasidone, quetiapine, risperidone, aripiprazole and olanzapine. Berdasarkan konsensus yang sekarang, pengobatan yang paling efektif untuk manic akut adalah kombinasi dari generasi kedua antipsikosis dan medikasi mood stabilizing. Tabel berikut menunjukkan FDA-approved bipolar treatment regimens.

 

Tabel FDA-Approved Bipolar Treatment Regimens

Nama Generik Nama Dagang Manic Mixed Maintenance Depresi

Valproate Depakote X      

Carbamazepine extended release Equestro X X    

Lamotrigine Lamictal     X  

Page 11: LATAR BELAKANG

Lithium   X   X  

Aripiprazole Abilify X X X  

Ziprasidone Geodon X X    

Risperidone Risperdal X X    

Quetiapine Seroquel X     X

Chlorpromazine Thorazine X      

Olanzapine Zyprexa X X X  

Olanzapine/fluoxetine Combination Symbyax       X

Tabel dari Medscape.

Terapi Non Farmakologi

Konsultasi

Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu sesuai bila penderita tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional dan medikasi.

Diet

Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam, karena peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas.

Aktivitas

Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan peningkatan perspirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas litium.

Edukasi Penderita

Pengobatan penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi penderita awal dan lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga dan sistem disekitarnya. Lagipula, fakta menunjukkan peningkatan dari tujuan edukasi ini, tidak hanya meningkatkan ketahanan dan pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya.

•         Pertama, penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini mengurangi perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan yang adekuat.

Page 12: LATAR BELAKANG

•         Kedua, memberi informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit terkait apresiasi tanda awal, pemunculan kembali, dan gejala. Pengenalan terhadap adanya perubahan memudahkan langkah-langkah pencegahan yang baik.

•         Kelompok pengobatan yang adekuat tinggal suatu bagian yang penting dari perawatan dan edukasi.

•         Edukasi juga harus memperhatikan bahaya dari stresor. Membantu identifikasi individu dan bekerja dengan stresor yang ada menyediakan aspek kritis penderita dan kewaspadaan keluarga.

•         Akhirnya, informasikan kepada penderita tentang kekambuhan dalam konteks gangguan.

•         Cerita-cerita tentang individu membantu penderita dan keluarga, terutama cerita tentang individu dengan MDI dapat membantu penderita untuk berusaha menghadapi tantangan dari perspektif lain.

 PENCEGAHAN

Prevensi merupakan kunci dari terapi jangka panjang dari gangguan bipolar. Hal ini mencakup beberapa hal sebagai berikut :

•         Pertama, medikasi seperti litium bertindak sebagai mood stabilizers.

•         Kedua, psikoedukasi dimulai dari penderita dan keluarga penderita. Keduanya harus memahami dan mengetahui pentingnya pengobatan adekuat dan tanda-tanda awal dari manic dan depresi, ini merupakan hal yang penting.

KOMPLIKASI

•         Komplikasi dari gangguan ini antara lain bunuh diri, pembunuhan, dan adiksi.

PROGNOSA

•         Penderita dengan BP I lebih buruk daripada penderita depresi berat. Dalam 2 tahun pertama setelah episode awal, 40 – 50 % penderita mengalami serangan manic lain.

•         Hanya 50 – 60 % penderita BP I dapat dikontrol dengan litium terhadap gejalanya. Pada 7 % penderita, gejala tidak kembali/mengalami penyembuhan, 45 % penderita mengalami episode berulang, dan 40 % mengalami gangguan yang menetap.

•         Seringkali perputaran episode depresif dan manic berhubungan dengan usia.

•         Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk antara lain : Riwayat kerja yang buruk; penyalahgunaan alkohol; gambaran psikotik; gambaran depresif

Page 13: LATAR BELAKANG

diantara episode manic dan depresi; adanya bukti keadaan depresif, jenis kelamin laki-laki.

•         Indikator prognosis yang baik adalah sebagai berikut : fase manic (dalam durasi pendek); Onset terjadi pada usia yang lanjut; pemikiran untuk bunuh diri yang rendah; gambaran psikotik yang rendah; masalah kesehatan (organik) yang rendah.

 

Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris yang menyatakan gangguan pola pikir dan perilaku yang maladaptif dan terus berulang. Kondisi ini menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Gangguan depresi termasuk dalam kategori diagnostik gangguan suasana perasaan (mood/afektif) yang sifatnya menetap.

Menurut Phillip L. Rice (1992), depresi merupakan gangguan mood yang berkepanjangan yang mewarnai seluruh mental seseorang dalam berperilaku, perasaan dan kognitif (berpikir). Selain itu depresi juga mempengaruhi masalah dan kondisi perasaan seseorang yang mempengaruhi kepribadiannya sehingga individu mudah marah, cepat sedih, melamun, menyalahkan diri sendiri dan cepat merasa putus asa. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.

Depresi biasanya terjadi saat stres yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, dan depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang. Akumulasi stressor yang terus menumpuk dan yang tidak terselesaikan disinyalir sebagai pemicu munculnya depresi. Secara karakteristik diagnosa stres yang berkepanjangan sekurang-kurangnya sampai 1 tahun atau lebih (pada anak-anak dan remaja 1 tahun) maka baru dapat digolongkan sebagai gangguan depresi berat.

Menurut APA (Association Psychologist America) dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV) menyebutkan bahwa kemunculan awal yang kuat dari depresi ditandai dengan adanya perubahan mood dan kehilangan ketertarikan pada aktivitas menyenangkan yang biasa dilakukan oleh individu selama 2 minggu atau lebih (memasuki tahap depresi; Episode Depresif). Pada anak-anak dan orang dewasa menunjukkan rasa sedih mendalam, beberapa perubahan yang dikemudian hari ditunjukkan dengan adanya penurunan berat tubuh secara drastis, sulit tidur, psikomotorik melambat, kekurangan energi, perasaan bersalah, sulit berpikir dan berkonsentrasi, susah dalam pengambilan keputusan dan adanya keinginan atau percobaan bunuh diri.

 

 Gangguan Afektif

 

Page 14: LATAR BELAKANG

DiskripsiGangguan afektif merupakan gangguan perasaan. Biasanya ke arah depresi atau bahkan ke arah elasi suasana perasaan meningkat. Penyebabnya merupakan interkasi antara faktor genetik, biologis dan psikososial. �

GejalaGejala utama dari gangguan ini adalah adanya perubahan suasana perasaan. Seseorang yang mengalami depresi biasanya ditunjukkan dengan beberapa contoh sebagai berikut: kehilangan minat, menurunnya aktivitas, konsentrasi berkurang, kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah, pesimistik, timbul gagasan untuk bunuh diri, tidur tidak nyenyak, dan nafsu makan berkurang.

Disebut depresi ringan jika sekurang-kurangnya ada 5 gejala pada pasien. Jika ada 6 gejala depresi ditemukan pada pasien, maka dia sedang mengalami depresi sedang. Selanjutnya, jika pasien mengalami 7 gejala tanpa gejala psikotik, pasien itu sedang depresi berat tanpa gejala psikotik. Yang paling akut jika pasien mengalami kesemua gejala depresi dan seringkali disertai waham (pikiran yang keliru tetapi dianggap benar oleh pasien).

 

Gejala umum

Gejala depresi dimulai adanya kemunculan pemicu stress (stressor) yang diawali dengan pelbagai perubahan perilaku awal. Manifestasi gangguan klinis biasanya ditunjukkan dengan ciri-ciri umum dibawah ini;- Perasaan murung, sedih dan mudah marah (perasaan yang dapat berubah-ubah)- Kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari- Lesu, pesimis, sering menyalahkan diri sendiri- Memikirkan hal-hal yang menyedihkan, suka mengeluh- Apatis, dan kadang bersikap sarkastik (kasar)- Mudah kaku dan tegang- Menolak intervensi pengobatan- Gangguan nafsu makan- Gangguan pola tidur, sulit tidur- Kehilangan energi dan penurunan psikomotorik- Penurunan dorongan seksual- Adanya keinginan untuk bunuh diri (Tentamina Suicidum)- Pandangan masa depan yang suram (pesimistik)- Konsentrasi dan perhatian berkurang

Teori psikoanalisa menginterpretasikan depresi sebagai reaksi terhadap kehilangan, orang yang mengalami depresi bereaksi secara kuat pada situasi sekarang mengembalikan semua ketakutan dan kehilangan yang pernah terjadi pada masa kanak-kanak dengan alasan bahwa kebutuhan individu akan kasih sayang orangtua dan perhatian yang tidak terpuaskan. Suatu kehilangan (dapat berupa; penolakan orang yang dicintai, kehilangan

Page 15: LATAR BELAKANG

status, kehilangan dukungan moral dari lingkungan atau teman) pada kehidupan selanjutnya menyebabkan individu tersebut mundur ketidakberdayaan (White dan Watt, 1981) 

Gangguan Bipolar

Sebagian besar depresi yang terjadi tanpa periode mania (luapan emosi secara berlebihan). Setengah dari penderita depresi (mood disorder) mengalami gangguan bipolar, dimana penderita berselang-seling antara depresi dan mood normal atau antara elasi ektrim dan mood normal. Perubahan siklus antara episode depresif dan epsiode manik bergantian secara cepat atau sebaliknya, kondisi disebut dengan gangguan (depresi) bipolar atau dikenal juga dengan istilah manik depresif. 

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta..."

(QS. Thaahaa, 20:124)

Pada episode manik, individu berkelakuan berlawanan dengan simtom-simtom depresi yang tampak, selama episode ini penderita terlihat energik, antusias, penuh percaya diri, berbicara terus menerus, berpindah-pindah dari suatu aktivitas ke aktivitas lain, atau membuat perencanaan dengan sedikit pertimbangan. Sementara pada penderita episode manik parah ditandai dengan perilaku seperti berjalan secara terus menerus (bolak-balik), bernyanyi, berteriak, memukul dinding atau secara terus menerus melakukan aktivitas dari suatu pekerjaan ke yang lainnya. 

Episode Manik

1) HipomaniaGangguan lebih ringan dari mania, afeksi yang meninggi atau berubah disertai dengan peningkatan aktivitas menetap dan memberi pengaruh nyata terhadap pekerjaannya dalam beberapa hari berturut-turut atau menetap melebihi siklotimia [1]2) ManiaEpisode ini berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu. Pada episde ini terjadi perubahan afeksi dan peningkatan energi berlebihan sehingga mengacaukan seluruh atau hampir keseluruhan pekerjaannya atau aktivitas sosial yang sering dilakukan individu. Pada tahap ini mulai terjadi kesulitan dalam tidur, percepatan psikomotorik, bicara terlalu banyak, terlalu optimistik.3) Mania dengan gejala psikotik

Page 16: LATAR BELAKANG

Secara klinis terdiri dari gejala berat daripada mania, timbulnya gagasan waham dan halusinasi sesuai dengan afek tersebut. Harga diri membumbung dan ditandai dengan kemunculan waham kebesaran (delusion of persecution) 

Neurotransmiter

Di dalam tubuh, secara biokimiawi, neurotransmiter (diantaranya; norepinephrine, serotonin, acetylchlorine, dopamine, dan gamma-aminobutryric acid (GABA)) bertanggungjawab terhadap pengaturan mood. Serotonin dan norepinephrine memiliki peranan penting dalam meregulasi perilaku emosi (sistem limbik dan hipotalamus). Pada penderita depresi ditemukan bahwa kadar neurotransmiter dalam jumlah lebih rendah atau melebihi dibandingkan pada orang normal. Setelah melalui penelitian yang panjang, beberapa ahli berkesimpulan bahwa kekurangan salah satu dari kedua neurotransmiter dapat memberi pengaruh kemunculan depresi.

Beberapa jenis obat menjadi standar dari FDA (Food and Drug Administration) [2] Amerika untuk mengobati depresi menggunakan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) diantaranya adalah Adapin, Anafranil, Asedin, Aventyl, Celexa, Cymbalta, Desyrel, Effexor, Elavil, Endep, Imipramine, Lexapro, Luvox, Norpramin, Paxil, Prozac, Sarafem, Sinequan, Wellbutrin, Zoloft, dan sebagainya. Obat-obatan tersebut bekerja melindungi serotonin dan norepinephrine dari enzim-enzim yang dapat merusaknya, obat jenis Inhibitor Monoamin Oksidase (MAO) juga menjaga kedua neurotransmiter agar tetap seimbang sementara antidepresan trisiklik mencegah kedua neurotransmiter tidak kembali ke tempat awal dimana dilepaskan (reuptake).   [PD]

 

[1] Siklotimia adalah gangguan afeksi yang menetap yang ditandai dengan ketidakstabilan dari suasana perasaan-perasaan yang meliputi banyak periode depresi ringan yang tidak cukup parah.

[2] Pada tahun 1992 FDA melaporkan bahwa 28.600 orang terkomplikasi akibat penggunaan obat depresi yang tidak sesuai dari ketentuan FDA dan 1.700 orang dilaporkan meninggal akibat penggunaan obat-obatan anti depresi yang tidak sesuai.

 

Gangguan   Afek

Posted on Juli 22, 2009 by yumizone

BAB I

Page 17: LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini adalah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Gangguan afektif merupakan sekelompok penyakit yang bervariasi beratnya. Gejala utamanya adalah perubahan mood yang secara periodik berganti – ganti antara mania dan depresi, biasanya diikuti oleh gejala – gejala yang khas (Shaw).1

Gangguan mood seperti gangguan afektif bipolar memiliki resiko tersendiri. Dikarenakan mereka mengambil jalan pintas untuk bunuh diri. Resiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3 per 1000 pasien. Gangguan depresi juga banyak ditemui pada wanita sebesar 10-25%.

Pasien dengan mood yang meninggi (elevated)(mania)menunjukkan sikap meluap – luap, gagasan yang meloncat – loncat, penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood yang terdepresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian dan bunuh diri. 1

Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi. Penurunan reseptor serotoninn setelah pemaparan jangka panjang dengan antidepresdan yang menurunkan jumlah tempat ambilan kembali serotonin dan suatu peningkatan konsentrasi serotonin telah ditemukan postmortem pada otak korban bunuh diri.1

Mekanisme obat anti depresi adalah menghambat “re – uptake aminergic neurotransmitter” dan menghambat penghancuran oleh enzim “monoamine oxidase”. Sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.

Pemilihan obat antidepresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien.4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Afek adalah ekspresi eksternal dari isi emosional saat itu. Sedangkan Mood adalah keadaan emosi internal yang meresap dari seseorang.1

1. ETIOLOGI

Page 18: LATAR BELAKANG

Faktor Biologis :

Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan mood adalah berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik. Dari amin biogenik, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin dalam cairan serebrospinalis yang rendah dan konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit, seperti yang diukur oleh imipramin yang berikatan dengan trombosit.  1,2

Faktor Genetika :

Data genetik menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam perkembanagan gangguan mood adalah genetika. Terdapat komponen genetika yang lebih kuat untuk transmisi gangguan bipolar I daripada untuk transmisi gangguan depresif berat. Pada kembar monozigot 74%, kembar dizigot 19%. Keluarga keturunan pertama 20%1,2

Faktor Psikososial :

Beberapa klinisi sangat mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memainkan peranan primer dalam depresi. Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kahidupan yang paling berhubungan dengan perkembangan depresi adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan.  1,2

1. MACAM – MACAm GaNgGUAn AFEK

Keadaan Afek yang cenderung meninggi ( Hyperthymia ) :

-         Euphoria : perasaan gembira yang berlebihan

-         Elasi : seperti euphoria tapi disertai tingkah laku motorik yang agak berlebihan, labil dan menjurus mudah tersinggung

-         Eksaltasi : peninggian kehidupan afektif yang sangat menonjol disertai perbuatan dan pikiran yang serba meninggiu dan berlebihan, tidak dapat tinggal diam untuk jangka pendek

-         Ekstasi : seringkali berkaitan dengan hal – hal religius dan identifikasi dengan kekuatan kosmik.5

Keadaan Afek yang cenderung merendah ( Hypothymia ) :

-         Depresi : menggambarkan segala bentuk keadaan sedih atau murung. Biasanya disertai hambatan di bidang aktifitas baik pikiran, perbuatan maupun perasaan.

Page 19: LATAR BELAKANG

-         Dukacita ( Grief ) : merupakan episode kesedihan yang mendalam yang harus dibedakan dengan depresi.5

Gangguan Afektif lain :

-         Dysthimia : perasaan tidak menyenangkan

-         Poikilothymia : perasaan yang berubah – ubah.5

Gangguan afektif dibedakan menurut :

-         Episode tunggal atau multiple

-         Tingkat keparahan gejala :

-         Mania dengan gejala psikotik, mania tanpa gejala psikotik (hipomania)

-         Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik, berat dengan psikotik

-         Dengan atau tanpa gejala somatik.3

1. Manifestasi klinik dan diagnosis

Gangguan mood yang utama :

1. I. Gangguan Depresif

Episode Depresi :

Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ) :

-         Afek depresif

-         Kehilangan minat dan kegembiraan

-         Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

Gejala lainnya :

-         Kosentrasi dan perhatian berkurang

-         Harga diri dan kepercayaan berkurang

-         Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

Page 20: LATAR BELAKANG

-         Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

-         Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri.

-         Tidur terganggu

-         Nafsu makan berkurang

Episode Depresif Ringan

Sekurang – kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala lainnya. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.

Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

dilakukannya.

Episode Depresif Sedang

Sekurang – kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi ditambah sekurang – kurangnya 3 ( dan sebaiknya 4 )  dari gejala lainnya.

Lamanya seluruh episode berlangsung minimunm sekitar 2 minggu Menghadapi kesulitan nyata untuk menruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan

urusan rumah tangga.

Episode Depresif Berat Tanpa gejala Psikotik :

Semua 3 gejala utama dari depresi harus ada Ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan diantaranya harus

berintensitas berat. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor ) yang

mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangnya 2 minggu, bila gejala sangat berat dan beronset sangat cepat maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.

Sangat tidak mungkin bagi pasien meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik :

Memenuhi kriteria eposode depresi berat Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide

tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk

Page 21: LATAR BELAKANG

Reteardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor Jika diperlukan, waham tau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak

serasi dengan afek ( mood congruent )

Gangguan Depresif Berulang

Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari : episode depresif ringan, episode depresif sedang, episode depresif berat.

Episode masing – masing rata – rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan afektif bipolar.

Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peningkatan afek dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania. Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania segera sesudah suatu episode depresif.

Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap terutama pada usia lanjut.

Episode masing – masing dalam berbagai tingkat keparahan seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress dan trauma mental lain.

Gangguan depresif berulang episode kini ringan :

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan.

Gangguan depresif berulang episode kini sedang :

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif sedang.

Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik :

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik.

Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik :

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik.

Gangguan depresif berulang kini dalam remisi :

Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus pernah dipenuhi masa lampau tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain apapun.

Page 22: LATAR BELAKANG

Pada semua episode, sekurangnya ada dua episode telah berlangsung masing – masing selama minimal 2 minggu dengan ada waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.

1. II. Gangguan Bipolar – I

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang ( sekurang – kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penmabhan energi dan aktivitas ( mania atau hipomania ), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas ( depresi ) . Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.

Episode manik biasanya mulai dengan tiba – tiba dan beralngsung antara 2 minggu sampai 4 – 5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama ( rata – rata sekitar 6 bulan ) meskipun jarang melebihi 1 thun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terajdi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain ( adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis).

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik

Episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Dengan Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhu kriteria untuk mania dengan gejala psikotik.

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau sedang

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan ataupun sedang

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik

Page 23: LATAR BELAKANG

Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran

Episode yang sekarang menunjukkan gejala – gejala manik, hipomani, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat ( gejala mania/hipomania dan depresi sama – sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu )

Pada semua episode harus ada sekurang – kurangnya satu episode afektif lain   (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.

Gangguan afektif bipolar episode kini dalam remisi :

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurangnya 1 episode afektif dimasa lampau dan ditambah sekurangnya 1 episode lainnya..

1. III. Gangguan Afektif Menetap

Siklotimia :

Ciri esensial adalah ketidakstabilan menetap dari afek meliputi banyak episode depresi ringan dan hipomania ringan diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar atau gangguan depresif  berulang.

Setiap episode afektif tidak memenuhi kriteria untuk manapun yang disebut dalam episode manik atau episode depresif.

Distimia :

Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan dan sedang.

Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurangnya beberapa tahun, kadang untuk jangkla waktu tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lanjut gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri dan berhubungan dengan masa berkabung atau stres lain yang tampak jelas.

1. IV. Episode Manik

Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal ( yang pertama ), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal.

Hipomania

Page 24: LATAR BELAKANG

Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang – kurangnya beberapa hari berturut – turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia, dan tidak disertai halusinasi atau waham.

Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila kakacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania harus ditegakkan

Mania Tanpa Gejala Psikotik

Episode harus berlangsung sekurang – kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atay hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

Perubahan afek harus disertai dengan energiu yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlabihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide – ide perihal kebesaran/ “grandiose ideas” dan terlalu optimistik.

Mania Dengan Gejala Psikotik

Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari mania tanpa gejala psikotik.

Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kejar ( delusion of grandeur ), iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar ( delusion of persecution ). Waham dan halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek tersebut ( mood congruent ).3

1. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Episode Depresif :

Deskripsi umum : Retradasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling umum, walaupun agitasi psikomotor juga sering ditemukan khususnya pada pasien lansia. Secara klasik, seorang pasien depresi memiliki postur yang membungkuk tidak terdapat pergerakan spontan, pandangan mata yang putus asa dan memalingkan pandangan.

Mood, afek dan perasaan : Pasien tersebut sering kali dibawa oleh anggota keluarganya atau teman kerjanya karena penarikan sosial dan penurunan aktifitas secara menyeluruh.

Bicara : Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan dan volume bicara yang menurun, berespon terhadap pertanyaan dengan kata tunggal dan menunjukkan yang lambat terhadap suatu pertanyaan.

Gangguan Persepsi : Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita episode depresi berat dengan ciri psikotik. Waham sesuai mood pada pasien terdepresi adalah waham bersalah, memalukan, tidak berguna, kemiskinan, kegagalan, kejar, dan penyakit somatik terminal.

Page 25: LATAR BELAKANG

Pikiran : Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya sendiri. Isi pikiran mereka sering kali melibatkan perenungan tentang kehilangan, bersalah, bunuh diri, dan kematian. Kira – kira 10% memiliki gejala jelas gangguan berpikir, biasanya penghambatan pikiran dan kemiskinan isi pikiran.

Sensorium dan Kognisi : Daya ingat, kira – kira 50 – 70% dari semua pasien terdepresi memiliki suatu gangguan kognitif yang sering kali dinamakan pseudodemensia depresif, dengan keluhan gangguan konsentrasi dan mudah lupa.

Pengendalian Impuls : Kira – kira 10 – 15% pasien terdepresi melakukan bunuh diri dan kira – kira dua pertiga memiliki gagasan bunuh diri. Resiko meninggi untuk melakukan bunuh diri saat mereka mulai membaik dan mendapatkan kembali energi yang diperlukan untuk merencanakan dan melakukan suatu bunuh diri (bunuh diri paradoksikal / paradoxical suicide).

Reliabilitas : Semua informasi dari pasien terlalu menonjolkan hal yang buruk dan menekankan yang baik.

Episode Manik :

Deskriksi Umum : Pasien manik adalah tereksitasi, banyak bicara, kadang – kadang mengelikan dan sering hiperaktif. Suatu waktu mereka jelas psikotik dan terdisorganisasi, memerlukan pengikatan fisik dan penyuntikan intra muskular obat sedatif.

Mood, afek dan perasaan : Pasien manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka memiliki toleransi frustasi yang rendah, yang dapat menyebabkan perasaan kemarahan dan permusuhan. Secara emosional adalah labil, beralih dari tertawa menjadi lekas marah menjadi depresi dalam beberapa menit atau jam.

Bicara : Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan sering kali rewel dan penganggu bagi orang – orang disekitarnya. Saat keadaan teraktifitas meningkat pembicaraan penuh gurauan, kelucuan, sajak, permainan kata – kata dan hal – hal yang tidak relefan. Saat tingkat aktifitas meningkat lagi, asosiasi menjadi longgar, kemampuan konsentrasi menghilang, menyebabkan gagasan yang meloncat – loncat (flight of idea), gado – gado kata dan neologisme. Pada kegembiraan manik akut pembicaraan mungkin sama sekali inkoheren dan tidak dapat membedakan dari pembicaraan skizofrenik.

Gangguan Persepsi : Waham ditemukan pada 75% dari semua pasien manik. Waham sesuai mood seringkali melibatkan kesehatan, kemampuan atau kekuatan yang luar biasa. Dapat juga ditemukan waham dalam halusinasi aneh yang tidak sesuai mood.

Pikiran : Isi pikirannya termasuk tema kepercayaan dan kebesaran diri, sering kali perhatiannya mudah dialihkan. Fungsi kognitif ditandai oleh aliran gagasan yang tidak terkendali cepat.

Sensorium dan Kognisi : Secara kasar orientasi dan daya ingat adalah intak walaupun beberapa pasien manik mungkin sangat euforik sehingga mereka menjawab secara tidak tepat. Gejala tersebut disebut “mania delirium” (delirious mania) oleh Emil Kraepelin.

Page 26: LATAR BELAKANG

Pengendalian Impuls : Kira – kira 75% pasien manik adalah senang menyerang atau mengancam.

Perimbangan dan Tilikan : Gangguan pertimbangan merupakan tanda dari pasien manik. Mereka mungkin melanggar peraturan dengan kartu kredit, aktifitas seksual dari finansial, kadang melibatkan keluarganya dalam kejatuhan finasial.

Reliabilitas : Pasien manik terkenal tidak dapat dipercaya dalam informasinya.5

1. pErJalanan penyakit

Hasil penelitian gannguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan pasien cenderung mengalami kekambuhan. Stresor psikososial sebagai penyebab awal timbulnya gangguan mood.

Kira – kira 50 persen dari pasien di dalam episode pertama gangguan depresif berat mangalami gejala depresif yang bermakna sebelum episode pertama yang dididentifikasi. episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan. Kira – kira 5 – 10 persen pasien dengan diagnosis awal gangguan depresif berat menderita suatu episode manik 6 sampai 10 tahun setelah episode depresif awal. Gangguan bipolar I paling sering dimulai dengan depresi ( 75% pada wanita, 57% pada laki – laki ) dan merupakan gangguan yang rekuren. Sebagian besar pasien mengalami episode depresif maupun manik, walaupaun 10 – 20 persen hanya mengalami episode manik. Episode manik biasanya memiliki onset yang cepat (beberapa jam atau hari), tetapi dapat berkembang lebih dari satu minggu. Episode manik yang tidak diobati berlangsung kira – kira tiga bulan; dengan demikian, klinisi tidak boleh menghentikan obat sebelum waktu tersebut. 1,2

1. terapi

Pengobatan bertujuan untuk :

-         Menjamin keamanan pasien

-         Pemeriksaaan diagnostik yang lengkap pada pasien

-         Suatu rencana pengobatan harus dimulai yang menjawab bukan hanya gejala tetapi juga kesehatan pasien selanjutnya.1

Perawatan di Rumah Sakit

Indikasi untuk perawatan di Rumah Sakit adalah

-         Perlu prosedur diagnostik

-         Resiko bunuh diri atau membunuh

Page 27: LATAR BELAKANG

-         Penurunan jelas kemampuan pasien untuk mendapatkan makanan atau tempat berlindung

-         Riwayat gejala yang berkembang dengan cepat

-         Hancurnya sistem pendukung pasien.1

Terapi psikososial

Tiga jenis psikoterapi jangak pendek yaitu : terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku. 1

Tujuan terapi kognitif adalah menghilangkan episode depresif dan mencegah rekurennya dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif; mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel, dan positif; dan melatih kembali respon kognitif dan perilaku yang baru.

Terapi interpersonal efektif di dalam pengobatan gangguan depresif berat. Program tersebut terdiri dari 12-16 sesi mingguan. Terapi ditandai dengan pendekatan terapetik aktif .

Terapi perilaku didasarkan pada hipotesisi bahwa pola perilaku maladaptif menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari masyarakat dan kemungkinan penolakan yang palsu. Dengan demikian pasien belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu di mana mereka mendapatkan dorongan positif.

Farmakoterapi

Penggunaan farmakoterapi spesifik kira – kira menggandakan kemungkinan bahwa seorang pasien yang terdepresi akan pulih dalam satu bulan.1 Obat – obat anti depresi digolongkan dalam5 :

1. Obat anti depresi Trisiklik = Amitriptylin, Imipramine, Clomipramine, Tianeptin.2. Obat anti depresi Tetrasiklik = Maprotilin, Mianserin, Amoxapine3. Oabat anti depresi MAOI – Reversible = Moclobemide4. Obat anti depresi SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) = Sertraline,

Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, Citalopram.5. Obat Anti depresi “Atypical” = Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine

Mekanisme obat anti depresi adalah menghambat “re – uptake aminergic neurotransmitter” dan menghambat penghancuran oleh enzim “monoamine oxidase”. Sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.

Pemilihan obat antidepresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien.

Page 28: LATAR BELAKANG

Urutan (step care) pemilihan obat anti depresi :

Step 1 = Golongan SSRI

Step 2 = Golongan Trisiklik

Step 3 = Golongan Tetrasiklik, Atypical, MAOI reversible.

Pertimbangkan juga bahwa pergantian SSRI ke MAOI atau sebaliknya membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “wash out period” guna mencegah timbulnyah “Serotonin Malignant Syndrom”. Yaitu suatu gejala yang timbul akibat dari interaksi obat SSRI+MAOI dengan gejala : gastrointestinal distress (mual, muntah, diare), agitasi (mudah marah, ganas), gelisah, gerakan kedutan otot, dll. 4

Pengaturan dosis perlu dipertimbangkan:

Onset efek primer               : sekitar 2-4 minggu.

Onset efek sekunder           : sekitar 12-24 jam

Waktu paruh                      : 12-48 jam (pemberian 1-2x perhari)

Proses dalam pengaturan dosis :

1. Initiating dosage (test dose); untuk mencapai dosis anjuran selama 1 minggu.2. Titrating dosage (optimal dose); mulai dosisi anjuran sampai mencapai dosis

efektif (dosis optimal)3. Stabilizing dosage (stabilization dose); dosis op[timal yang dipertahankan selaam

2-3 bulan.4. Maintaining dosage (maintenance dose); selama 3-6 bulan. Biasanya dosis

pemeliharaan = ½ dosis optimal.5. Tappering dosage (tappering dose); selama 1 bulan. Kebalikan dari proses

“initiating dosage”.

Dengan demikian obat anti depresi dapat diberhentikan total. Jika kemudian sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.

1. prognosis

Prognosa baik apabila :

-         Episodenya ringan, tidak ada gejala psikotik

-         Perawatan di rumah sakit hanya singkat

-         Selama masa remaja, pasien mempunyai hubungan psikososial yang baik

Page 29: LATAR BELAKANG

-         Tidak ada gangguan psikiatri komorbiditas

-         Tidak ada gangguan kepribadian.5

Prognosa buruk apabila :

-         Adanya penyerta gangguan distimik

-         Penyalahgunaan NARKOBA

-         Gejala gangguan cemas

-         Riwayat lebih dari satu episode depresi

-         Laki – laki lebih sering menjadi kronis dan mengganggu dibandingkan perempuan.5

Gangguan depersif berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung mengalami relaps. Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif berat. Sepertiga dari semua pasien gangguan bipolar I memiliki gejala kronis dan bukti – bukti penurunan sosial yang bermakna. 1

bab iii

kesimpulan

Gangguan afektif merupakan sekelompok penyakit yang bervariasi beratnya. Gejala utamanya adalah perubahan mood yang secara periodik berganti – ganti antara mania dan depresi, biasanya diikuti oleh gejala – gejala yang khas. Faktor penyebab gangguan depresi yang berperan penting adalah gangguan biologis, faktor genetika, dan psikososial. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi. Penurunan reseptor serotonin setelah pemaparan jangka panjang dengan antidepresdan yang menurunkan jumlah tempat ambilan kembali serotonin dan suatu peningkatan konsentrasi serotonin telah ditemukan postmortem pada otak korban bunuh diri.

Mekanisme obat anti depresi adalah menghambat “re – uptake aminergic neurotransmitter” dan menghambat penghancuran oleh enzim “monoamine oxidase”. Sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin. Pemilihan obat antidepresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien.

Gangguan depersif cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung mengalami relaps. Adanya ciri psikotik mencerminkan penyakit yang parah dan merupakan indikator prognostik yang buruk. Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki

Page 30: LATAR BELAKANG

prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif berat. Sepertiga dari semua pasien gangguan bipolar I memiliki gejala kronis dan bukti – bukti penurunan sosial yang bermakna.

 

Mengapa Depresi Lebih common dalam Perempuan?

Tingkat depresi serupa pada anak perempuan dan anak laki-laki sebelum masa remaja. Namun, dengan masa pubertas, seorang perempuan risiko depresi berkembang meningkat tajam, untuk dua kali lipat dari laki-laki. Para ahli percaya bahwa perempuan mungkin lebih rentan terhadap depresi karena perubahan pada kadar hormon yang terjadi sepanjang kehidupan wanita seperti pada masa pubertas, kehamilan dan menopause, dan juga setelah melahirkan, setelah menjalani histerektomi, atau mengalami keguguran. Selain itu, fluktuasi hormon yang terjadi setiap bulan dengan siklus haid meningkatkan risiko sindrom pramenstruasi, atau PMS, dan gangguan pramenstruasi dysphoric, atau PMDD.

Menurut National Institutes of Health, beberapa faktor lain yang unik bagi perempuan dapat berkontribusi pada tingkat yang lebih tinggi mereka depresi. Ini termasuk reproduksi, genetik atau faktor-faktor biologi lainnya, faktor interpersonal, dan beberapa karakteristik psikologis dan kepribadian.

Selain itu, bagi perempuan berusaha untuk menyeimbangkan sebuah rumah dan karier, tekanan terus menumpuk.

Faktor-faktor apa yang Tempatkan Perempuan di Tinggi Risiko Untuk Depresi?

Kehilangan orangtua sebelum usia 10 Fisik atau pelecehan seksual sebagai seorang anak. Sejarah suasana hati gangguan reproduksi pada awal tahun. Riwayat keluarga gangguan mood. Penggunaan kontrasepsi oral tertentu. Penggunaan perawatan kesuburan tertentu. Berkelanjutan stres psikologis dan sosial (misalnya, kehilangan pekerjaan,

hubungan stres, berpisah atau bercerai). Kehilangan sistem dukungan sosial atau ancaman kerugian tersebut

Bagaimana Depresi Berbeda di Wanita dan Pria?

Ada beberapa cara:

Depresi pada wanita dapat terjadi sebelumnya, tahan lama, lebih kemungkinan akan berulang, akan lebih mungkin terkait dengan peristiwa kehidupan menegangkan, dan menjadi lebih sensitif terhadap perubahan musiman.

Page 31: LATAR BELAKANG

Perempuan lebih mungkin mengalami perasaan bersalah dan mencoba bunuh diri, meskipun mereka berhasil kurang sering daripada pria.

Depresi pada wanita lebih mungkin untuk dihubungkan dengan gangguan kecemasan, terutama panik dan gejala fobia, dan gangguan makan.

Depresi wanita cenderung tidak penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan lain.

Sindrom pramenstruasi, pramenstruasi Dysphoric Disorder dan Depresi

Sampai 75% dari wanita mengalami haid pramenstruasi (PMS), suatu kelainan yang ditandai oleh gejala emosional dan fisik yang berfluktuasi pada intensitas dari satu siklus menstruasi berikutnya. Perempuan dalam 20's atau 30's yang biasanya yang terkena dampak.

Sekitar 3% -5% dari haid wanita mengalami gangguan pramenstruasi dysphoric, atau PMDD, bentuk parah PMS, ditandai dengan sangat emosional dan gejala fisik yang biasanya menjadi lebih parah tujuh hingga 10 hari sebelum menstruasi.

Dalam dekade terakhir, fluktuasi dalam tingkat hormon telah menjadi diakui sebagai penyebab penting ketidaknyamanan dan perubahan perilaku pada wanita. Sementara hubungan yang tepat antara PMS, PMDD dan depresi masih belum diketahui, perubahan kimia dalam otak dan fluktuasi kadar hormon keduanya dianggap faktor.

Depresi

1.   Pengertian Depresi

Seseorang dikatakan depresi apabila aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat

lamban dan diikuti oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang mengalami depresi

memiliki pemikiran yang negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depan, dan

ingatan mereka menjadi lemah, serta kesulitan dalam mengambil keputusan.

Menurut Suryantha Chandra (2002 : 8), depresi adalah suatu bentuk gangguan

suasana hati yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan

perasaan sinonim dengan perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia dan menderita.

Individu umumnya menggunakan istilah depresi untuk merujuk pada keadaan atau

suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal, tidak mempunyai harga diri, dan tidak

bertenaga. Individu yang menderita depresi aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat

Page 32: LATAR BELAKANG

lambat, kepercayaan diri menurun, semangat dan minat hilang, kelelahan yang sangat,

insomnia, atau gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, rasa sesak

didada, hingga keinginan untuk bunuh diri (John & James, 1990 : 2).

Salah satu gejala depresi adalah pikiran dan gerakan motorik yang serba lamban

(retardasi psikomotor), fungsi kognitif (aktifitas mental emosional untuk belajar,

mengingat, merencanakan, mencipta, dan sebagainya) terganggu. Jadi depresi mencakup

dua hal kesadaran yaitu menurunnya aktifitas dan perubahan suasana hati. Perubahan

perilaku orang yang depresi berbeda - beda dari yang ringan sampai pada kesulitan -

kesulitan yang mendalam disertai dengan tangisan, ekspresi kesedihan, tubuh lunglai dan

gaya gerak lambat (A. Supratiknya, 1995 : 67).

Menurut Maramis (1998 : 107), depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau

emosi dengan komponen psikologis seperti rasa sedih, rasa tidak berguna, gagal,

kehilangan, putus asa, dan penyesalan yang patologis. Depresi juga disertai dengan

komponen somatik seperti anorexia, konstipasi, tekanan darah dan nadi menurun. Dengan

kondisi yang demikian, depresi dapat menyebabkan individu tidak mampu lagi berfungsi

secara wajar dalam hidupnya.

Depresi pada lanjut usia kemungkinan akan sangat berkaitan dengan proses

penuaan yang terjadi pada diri lanjut usia, pada fase tersebut sering terjadi perubahan

fisik dan mental yang mengarah ke penurunan fungsi. Proses menjadi tua menghadapkan

lanjut usia pada salah satu tugas yang paling sulit dalam perkembangan hidup manusia.

Hurlock (1992 : 387 ) mengemukakan beberapa masalah yang umumnya unik pada lanjut

usia, yaitu :

a.   Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya, sehingga bergantung pada orang lain.

Page 33: LATAR BELAKANG

b.   Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan

berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.

c.   Menentukan kondisi fisik yang sesuai dengan perubahan status ekonominya.

d.   Mencari teman untuk mengganti pasangan yang meninggal atau cacat.

e.   Mengembangkan kegiatan untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah.

f.    Belajar untuk memperlakukan anak – anak yang sudah besar sebagai orang dewasa.

g.   Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk

orang dewasa.

h.   Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia lanjut

dan memiliki kemampuan untuk menggantikan kegiatan lama yang berat dengan yang

lebih cocok.

i.    menjadi korban atau dimanfaatkan oleh para penjual obat “buaya darat”, dan

kriminalitas karena tidak sanggup lagi mempertahankan diri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa depresi pada lanjut usia adalah suatu

keadaan dimana individu mengalami gangguan psikologis yang berpengaruh terhadap

suasana hati, cara berpikir, fungsi tubuh dan perilakunya, seperti rasa sedih, kehilangan

minat dan kegembiraan, insomnia, putus asa dan merasa tidak berharga. Jadi keadaan

depresi dapat diketahui dari gejala dan tanda yang penting yang mengganggu kewajaran

sikap dan tindakan individu atau menyebabkan kesedihan yang mendalam.

 

2.      Aspek Depresi

Beck (dalam Nanik Afida dkk, 2000 :181) menjelaskan depresi memiliki

beberapa aspek emosional, kognitif, motivasional, dan fisik.

Page 34: LATAR BELAKANG

a.         Aspek yang dimanifestasikan secara emosional, yaitu :

1). Perasaan kesal atau patah hati (dejected mood) ; perasaan ini menggambarkan

keadaan sedih, bosan dan kesepian yang dialami individu. Keadaan ini bervariasi dari

kesedihan sesaat hingga kesedihan yang terus - menerus.

2). Perasaan negatif terhadap diri sendiri ; perasaan ini mungkin berhubungan dengan

perasaan sedih yang dijelaskan di atas, hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan

kepada diri sendiri.

3). Hilangnya rasa puas ; maksudnya ialah kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan.

Perasaan ini dapat terjadi pada setiap kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan

psikososial, seperti aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab.

4). Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan atau hubungan dengan

orang lain ; keadaan ini biasanya disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini

dimanifestasikan dalam aktivitas tertentu, kurangnya perhatian atau rasa keterlibatan

emosi terhadap orang lain.

5). Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan ; gejala ini banyak dialami oleh

penderita depresi, khususnya wanita. Bahkan mereka yang tidak pernah menangis selama

bertahun-tahun dapat bercucuran air mata atau merasa ingin menangis tetapi tidak dapat

menangis.

6). Hilangnya respon terhadap humor ; dalam hal ini penderita tidak kehilangan

kemampuan untuk mempersepsi lelucon, namun kesulitannya terletak pada kemampuan

penderita untuk merespon humor tersebut dengan cara yang wajar. Penderita tidak

terhibur, tertawa atau puas apabila mendengar lelucon.

b.         Aspek depresi yang dimanifestasikan secara kognitif, yaitu :

Page 35: LATAR BELAKANG

1). Rendahnya evaluasi diri ; hal ini tampak dari bagaimana penderita memandang

dirinya. Biasanya mereka menganggap rendah ciri - ciri yang sebenarnya penting, seperti

kemampuan prestasi, intelegensi, kesehatan, kekuatan, daya tarik, popularitas, dan

sumber keuangannya.

2). Citra tubuh yang terdistorsi ; hal ini lebih sering terjadi pada wanita. Mereka merasa

dirinya jelek dan tidak menarik.

3). Harapan yang negatif ; penderita mengharapkan hal - hal yang terburuk dan menolak

uasaha terapi yang dilakukan.

4). Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri ; hal ini muncul dalam bentuk anggapan

penderita bahwa dirinya sebagai penyebab segala kesalahan dan cenderung mengkritik

dirinya untuk segala kekurangannya.

5). Keragu-raguan dalam mengambil keputusan ; ini merupakan karakteristik depresi

yang biasanya menjengkelkan orang lain ataupun diri penderita. Penderita sulit untuk

mengambil keputusan, memilih alternatif yang ada, dan mengubah keputusan.

c.         Aspek yang dimanifestasikan secara motivasional ; meliputi pengalaman yang

disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan. Ciri utamanya adalah

sifat regresif motivasi penderita, penderita tampaknya menarik diri dari aktifitas yang

menuntut adanya suatu tanggung jawab, inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.

d.         Aspek depresi yang muncul sebagai gangguan fisik meliputi kehilangan nafsu

makan, gangguan tidur, kehilangan libido, dan kelelahan yang sangat.

            Menurut Mendels (dalam Meyer, 1984 : 159) mengatakan bahwa individu

mengalami depresi jika individu mengalami gajala-gejala rasa sedih, pesimis, membenci

diri sendiri, kehilangan energi, kehilangan konsentrasi, dan kehilangan motivasi. Selain

Page 36: LATAR BELAKANG

itu individu juga kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, insomnia, kehilangan

libido, dan selalu ingin menghindari orang lain.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek depresi adalah gejala

depresi yang dapat dimanifestasikan secara emosional, kognitif, motivasional, fisik dan

pencernaan, raut wajah sedih, retardasi, dan agitasi. Gejala yang dimanifestasikan secara

emosional terdiri dari perasaan kesal atau patah hati, perasaan negatif terhadap dirinya,

hilangnya rasa puas, hilangnya keterlibatan emosional,kecenderungan untuk menangis

diluar kemauan, dan hilangnya respon terhadap humor. Sedangkan gejala yang

dimanifestasikan secara kognitif meliputi sikap menyimpang penderita, baik terhadap

diri, pengalaman, dan masa depannya. Gejala yang dimanifestasikan secara motivasional

meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan

keinginan , sedangkan gejala yang muncul sebagai gangguan fisik apabila terjadi

gangguan saraf otonom dan hipotalamus.

 

3.   Proses Terjadinya Depresi

Dalam kehidupan individu, ada periode - periode kritis yang berpengaruh

terhadap perkembangan individu selanjutnya. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari

figur yang penting bagi individu pada periode kritis akan mempengaruhi kecenderungan

depresi pada masa yang akan datang. Pada saat individu merespon kembali situasi serupa

yaitu kurangnya kasih sayang dan perhatian, maka individu mempunyai kecenderungan

depresi yang lebih tinggi dibandingkan pada orang yang tidak mengalami keadaan

demikian.

Page 37: LATAR BELAKANG

Kehidupan manusia ditandai oleh interaksi individu dengan lingkungannya.

Depresi dapat timbul karena beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar

individu. Menurut Abraham (dalam Meyer, 1984 : 165), keadaan depresi didominasi oleh

perasaan kehilangan, rasa bersalah dan ada perasaan ambivalen antara cinta dan benci.

Ambivalensi dari depresi ada dua, yaitu :

a.       Marah dan benci terhadap objek cinta yang hilang kerena persepsi tentang dirinya

yang ditinggalkan atau ditolak.

b.      Rasa bersalah karena keyakinannya bahwa dirinya telah gagal merespon secara

tepat dan sesuai terhadap objek cinta yang hilang.

Arienti dam Bemporad (dalam Meyer, 1984 : 249), menyatakan bahwa depresi

sering terjadi pada orang yang mengalami kehilangan anak - anak. Situasi yang

menyenangkan akan hilang jika ada kehadiran anggota keluarga lain seperti adik

sehingga perhatian ibu terbagi, karena kematian orang tua, ditinggalkan oleh orang

terdekat dengan individu, dan bisa juga disebabkan oleh larangan yang mendadak

terhadap perilaku anak yang sudah menetap. Individu akan menyerap gaya hidup yang

ditujukan untuk meraih keberhasilan dalam menyenangkan orang yang demikian tersebut.

Harapan - harapan tersebut seringkali melebihi kemampuan individu sehingga terjadi

kegagalan, individu akan mencela dan menyalahkan diri sendiri.

Jadi depresi terjadi karena hilangnya objek eksternal yang bernilai tinggi bagi

individu tersebut. Kehilangan didefinisikan sebagai kehilangan objek cinta utama, yaitu

sesorang, sesuatu atau aktifitas.

Depresi menurut teori kognitif disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk pemikiran

yang tidak logis. Individu yang depresi cenderung berpikir dengan cara yang

Page 38: LATAR BELAKANG

menyimpang dan penyimpangan ini menimbulkan masalah baru dan memperburuk

keadaan yang ada serta meningkatkan perputaran yang memyebabkan depresi. Hal ini

dipertegas oleh Ellis (dalam Meyer, 1984 : 187) yang mengatakan bahwa cara individu

memandang dan berpikir tentang dirinya sendiri akan menimbulkan gangguan tertentu

seperti depresi.

Menurut Ferster ( dalam Meyer, 1984 : 167 ) depresi dapat timbul karena salah

satu daridua proses dibawah ini, yaitu :

a.       Perubahan lingkungan seperti anggota keluarga atau kehilangan pekerjaan dapat

membatasi (reinforcement) yang diterima individu. Individu yang menyandarkan diri

pada satu atau dua reinforcement akan cenderung mudah terserang depresi karena

kurangnya reinforcement.

b.      Ditinjau dari perilaku menghindar, depresi muncul pada saat usaha menghindar di

lingkungan menjadi kuat. Dalam kasus ini depresi timbul karena individu ingin

menghindari kecemasan. Jika individu menarik diri dari stimulus yang menyebabkan

kecemasan, maka akan kehilangan dengan kontak reinforcement sosial, dan akan timbul

depresi.

Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi terjadi karena

individu kehilangan objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut.

Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan objek cinta utama, seperti kehilangan

pasangan hidup, anak atau teman. Hal ini menyebabkan individu tidak dapat

menyesuaikan diri dengan baik, sehingga tidak menutup kemungkinan individu akan

mudah mengalami gangguan depresi.

 

Page 39: LATAR BELAKANG

4.   Faktor-faktor yang Menyebabkan Depresi

Menurut Birren (1980 : 629) ada beberapa faktor yang menimbulkan depresi,

yaitu :

a.   Faktor individu yang meliputi :

1). Faktor biologis seperti genetik, proses menua secara biologis, penyakit fisik tertentu.

2). Faktor psikologis seperti kepribadian, proses menua secara psikologis. Pada

kepribadian introvert akan berusaha mewujudkan tuntutan dari dalam dirinya dan

keyakinannya, sedangkan kepribadian ekstrovert membentuk keseimbangan dirinya

dengan menyesuaikan keinginan - keinginan dari orang lain.

b.   Faktor kejadian - kejadian hidup yang penting bagi individu

Kehilangan seseorang ataupun sesuatu dapat menimbulkan depresi. Penyakit fisik

juga berhubungan dengan serangan afeksi karena penyakit merupakan ancaman terhadap

daya tahan individu, terhadap kemampuan kerjanya, kemampuan meraih apa yang

diinginkannya dan merupakan ancaman terhadap aktifitas motorik dan perasaan sejahtera

individu.

c.   Faktor lingkungan yang meliputi faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan

fisik.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang

menyebabkan depresi, diantaranya adalah proses menua secara biologis, penyakit fisik,

kepribadian, kehilangan orang yang dicintai, dan faktor lingkungan.