Laras Ayunda Pratama - Fkik

120

Click here to load reader

Transcript of Laras Ayunda Pratama - Fkik

  • EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP NILAI

    PENGETAHUAN MENGENAI PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

    (SADARI) PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 3 TANGERANG SELATAN

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

    OLEH:

    LARAS AYUNDA PRATAMA

    NIM: 1110104000048

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 H / 2014 M

  • iii

    SCHOOL OF NURSING

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

    SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF

    JAKARTA

    Undergraduate Thesis, Juli 2014

    Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048

    The Effectiveness of Health Education on the Knowledge Score of Breast

    Self-Examination (BSE) in Adolescents at SMPN 3 Tangerang Selatan

    xviii + 74 pages + 5 charts + 8 tables + 8 attachments

    ABSTRACT

    Patients with breast malignancy mostly come when advanced stage, so that

    treatment can not be adequately or appropriately. The effort of BSE is very

    important because approximately 75-85% of breast cancer malignancy was found

    at the time of BSE. Lack of knowledge of the public, especially adolescents about

    breast self-examination needs to be addressed with improved promotive-

    preventive against breast health issues. This study aims to determine the

    effectiveness of health education on the knowledge score about BSE in adolescent

    in SMPN 3 Tangerang Selatan. This research is a quantitative research method of

    pre-experimental design with one group pre-test post-test design. The amount of

    samples were 33 people with consecutive sampling. Data collected by using

    questionnaire and analyzed by used a paired t test. The results showed there was

    an increase in knowledge score of 24,65% after being given health education

    about BSE. The results of hypothesis test with = 0.05 obtained significant value of p

  • iv

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Skripsi, Juli 2014

    Laras Ayunda Pratama, NIM: 1110104000048

    Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai

    Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Remaja Putri di SMPN 3

    Tangerang Selatan

    xviii + 74 halaman + 5 bagan + 8 tabel + 8 lampiran

    ABSTRAK

    Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut, sehingga

    pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat. Upaya SADARI sangat penting

    sebab sekitar 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan

    SADARI. Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai

    SADARI perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif terhadap

    masalah kesehatan payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas

    pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai SADARI pada remaja

    putri di SMPN 3 Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian

    kuantitatif menggunakan desain penelitian pre experimental design dengan one

    group pre-test post-test design. Sampel berjumlah 33 orang diperoleh melalui

    teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan

    dianalisis menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian didapatkan terdapat

    peningkatan skor pengetahuan sebesar 24,65% setelah diberikan pendidikan

    kesehatan mengenai SADARI. Hasil uji hipotesis dengan =0,05 didapatkan nilai siginifikan p

  • viii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : LARAS AYUNDA PRATAMA

    Tempat, tanggal Lahir : Tangerang, 28 Desember 1992

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Status : Belum Menikah

    Alamat : Kp. Tukang Kajang RT/RW 005/002 Desa Rawa

    Rengas Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang

    Banten

    HP : +6285780932089

    E-mail : [email protected]

    Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program

    Studi Ilmu Keperawatan

    PENDIDIKAN

    1. TK Islam Al Fajar 1996-1998

    2. SDN 04 Rawa Rengas 1998-2004

    3. SMPN 1 Teluknaga 2004-2007

    4. SMAN 6 Tangerang 2007-2010

    5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-sekarang

  • ix

    PERSEMBAHAN

    ..Bahwa sesungguhnya Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang berilmu

    pengetahuan dengan beberapa derajat.. (QS Al Mujadilah: 11)

    Bismillah, Skripsi ini saya persembahkan untuk:

    Mama, wanita terhebat yang pernah saya temui. Betapa bangganya bisa

    terlahir dari rahimmu. Seluruh kasih sayang, doa, perhatian, dan dukungan

    selalu tercurah dari mu selama ini. Mama adalah salah satu nikmat terbesar

    yang pernah saya dapatkan, alhamdulillah. I love you, Mom

    Papa, Laki-laki kuat yang selalu menjadi motivasi saya untuk terus belajar.

    Seorang ayah yang tiada henti mencurahkan dan memanjatkan doa nya

    untuk anak-anaknya. Tetaplah menjadi kebanggaan keluarga, tetaplah

    menjadi papa yang hebat untuk kami, anak-anakmu

    Adik-adikku, Fully dan Agri. Dua malaikat yang selalu memberikan saya

    keceriaan dan kasih sayang. Dua orang yang tak kalah penting dalam

    hidup saya. I love you, both

    Teman-teman seperjuangan, PSIK UIN 2010 yang selalu memberikan

    semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Hani, septi, kiki,

    vica, alif, adis, gaby, dan ratna yang selalu memberikan semangat dan

    dukungan, you know we can do it, guys

    Semua orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu tanpa

    mengurangi rasa terima kasih saya terhadap kalian. Semua orang yang

    mendoakan saya dalam sholatnya tanpa saya ketahui

    Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, dukungan, dan bantuan yang kalian

    berikan kepada saya selama ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian,

    Aamiin Ya Allah.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat,

    hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis

    dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Nilai Pengetahuan Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri

    (SADARI) pada Remaja Putri di SMPN 3 Tangerang Selatan. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

    Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna

    mendapat gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis dapatkan selama

    kuliah.

    Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi

    dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa

    penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun metodologi.

    Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun mengenai tulisan ini

    sangat penulis harapkan.

    Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta

    kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.Penulis

    ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.

    2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Puspita Palupi, M.Kep, Ns. Sp. Kep., Mat dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan

    waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta

    motivasi kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan

    skripsi ini dapat terselesaikan.

    4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

    selama kuliah.

    5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan Akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan

    skripsi ini.

    6. Seluruh guru di SMPN 3 Tangerang Selatan yang dengan sabar memberikan bantuan dan dukungan moriil kepada penulis dalam proses

    penelitian.

    7. Orang tua tercinta, Ibunda Naiyah dan Ayahanda Syamsudin, yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada henti, doa, dukungan, dan semangat

    kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak

    lupa, kepada adik-adik tersayang Fully dan Agri serta seluruh keluarga

  • xi

    besar yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan doanya

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    8. Kepada seluruh keluarga PSIK, kakak-kakak, adik-adik, khususnya teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010,

    yang telah membantu dan memotivasi dalam proses pembuatan skripsi ini.

    Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

    kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis

    berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis

    khususnya.

    Ciputat, Juli 2014

    Laras Ayunda Pratama

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul i

    Pernyataan Keaslian Karya ii

    Abstract iii

    Abstrak iv

    Pernyataan Persetujuan v

    Lembar Pengesahan vi

    Daftar Riwayat Hidup viii

    Lembar Persembahan ix

    Kata Pengantar x

    Daftar Isi xii

    Daftar Singkatan xv

    Daftar Bagan xvi

    Daftar Tabel xvii

    Daftar Lampiran xviii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang 1

    B. Rumusan Masalah 4

    C. Tujuan 6

    1. Tujuan Umum 5

    2. Tujuan Khusus 6

    D. Manfaat Penelitian 6

    1. Manfaat Ilmiah 6

    2. Manfaat Praktis 6

    E. Ruang Lingkup Penelitian 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Remaja 8

    1. Pengertian Remaja 8

    2. Periode Remaja 9

  • xiii

    3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja 9

    a. Tugas Perkembangan Remaja 9

    b. Pertumbuhan Remaja 12

    c. Anatomi Fisiologi Payudara 14

    B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja 16

    1. Kanker Payudara 16

    2. Fibroadenoma (FAM) 17

    3. Papiloma Intraduktal 18

    4. Fibrokistik Payudara 18

    C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 19

    1. Pengertian SADARI 19

    2. Langkah-langkah SADARI 20

    3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai 22

    D. Health Promotion Model (HPM) 22

    E. Pendidikan Kesehatan 24

    1. Pengertian Pendidikan Kesehatan 24

    2. Tujuan Pendidikan Kesehatan 27

    3. Sasaran Pendidikan Kesehatan 27

    4. Metode Pendidikan Kesehatan 28

    5. Media Pendidikan Kesehatan 34

    6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan 35

    F. Pengetahuan 36

    G. Ingatan 40

    H. Kerangka Teori 42

    BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN

    HIPOTESIS

    A. Kerangka Konsep 43

    B. Definisi Operasional 44

    C. Hipotesis 45

  • xiv

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian 46

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian 47

    C. Populasi dan Sampel 47

    D. Teknik Pengambilan Sampel 47

    E. Instrumen Penellitian 48

    F. Uji Validitas dan Reliabilitas 50

    G. Tahapan Pengaambilan Data 51

    H. Pengolahan Data 53

    I. Analisis Data 54

    J. Etika Penelitian 55

    BAB V HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Lokasi Penelitian 57

    B. Analisis Univariat 58

    C. Analisis Bivariat 63

    BAB VI PEMBAHASAN

    A. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Responden

    Mengenai SADARI 66

    B. Keterbatasan Penelitian 70

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan 72

    B. Saran 72

    Daftar Pustaka

    Lampiran

  • xv

    DAFTAR SINGKATAN

    WHO : World Health Organization

    UIN : Universitas Islam Negeri

    PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

    FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    BPS : Badan Pusat Statistik

    SADARI : Pemeriksaan Payudara Sendiri

    SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri

    SMA : Sekolah Menengah Atas

    RI : Republik Indonesia

    DEPKES : Departemen Kesehatan

    HPM : Health Promotion Model

    HBM : Health Belief Model

    SD : Standart Deviasi

    CI : Confidence Interval

    YKPJ : Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta

    PMR : Palang Merah Remaja

    PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat

  • xvi

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI 21

    Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale 33

    Bagan 2.3 Kerangka Teori 42

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 43

    Bagan 4.1 Desain Penelitian 46

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Definisi Operasional 44

    Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian 49

    Tabel 5.1 Deskripsi Data Demografi Responden 57

    Tabel 5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan Sesudah

    Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang Pemeriksaan

    Payudara Sendiri (SADARI) 59

    Tabel 5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sebelum Diberikan Pendidikan

    Kesehatan 60

    Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan per Item Sesudah Diberikan Pendidikan

    Kesehatan 61

    Tabel 5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Putri tentang SADARI

    Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan 62

    Tabel 5.6 Distribusi Perbedaan Pengeahuan Tentang SADARI Sebelum dan

    Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan 63

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat Perizinan Studi Pendahuluan

    Lampiran 2. Surat Izin Penelitian, Validitas dan Reliabilitas

    Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

    Lampiran 4. Kuesioner

    Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

    Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas

    Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat

    Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Bivariat

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Remaja merupakan seseorang yang berada pada tahapan antara fase anak dan

    dewasa serta ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi

    (Efendi, 2009). Rentang usia remaja menurut World Health Organization (WHO)

    pada tahun 2013 adalah antara usia 10-19 tahun, sedangkan menurut Efendi (2009),

    remaja yang sudah menikah tidak lagi tergolong sebagai remaja melainkan sebagai

    dewasa. Data yang diperoleh dari sensus penduduk tahun 2010 yaitu populasi remaja

    perempuan sekitar 21.275.092 jiwa atau 8,8% dari jumlah penduduk di Indonesia.

    Diperkirakan pada tahun 2012 jumlah remaja perempuan usia muda (

  • 2

    Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) perlu dilakukan. SADARI merupakan

    salah satu cara yang dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini

    meliputi inspeksi dan palpasi payudara serta dapat dilakukan pada posisi berdiri

    maupun berbaring (Otto, 2003). Waktu yang paling baik untuk melakukan SADARI

    adalah 7 sampai 10 hari setelah menstruasi, saat pembengkakan dan nyeri payudara

    telah mereda. Benjolan di payudara yang ditemukan saat SADARI harus dievaluasi

    terhadap satu dari tiga kemungkinan: (1) kista, (2) tumor jinak, atau (3) tumor ganas

    (Gruendemann, 2005). Upaya SADARI sangat penting sebab sekitar 75-85%

    keganasan kanker payudara ditemukan pada saat dilakukan SADARI (Purwoastuti,

    2008). Penderita keganasan payudara sebagian besar datang saat stadium lanjut,

    sehingga pengobatannya tidak dapat adekuat atau tepat (Manuaba, 2009). Hal ini

    menjadikan pengetahuan yang baik tentang prosedur SADARI sangat penting

    dimiliki oleh remaja putri karena tahu tentang prosedur SADARI merupakan salah

    satu alasan yang menyebabkan remaja putri mengaplikasikan SADARI (Karayurt,

    2008).

    Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan penyakit

    payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat dihindari dengan

    diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008). Kanker payudara

    umumnya menyerang perempuan yang telah berumur lebih dari 40 tahun, perempuan

    muda pun bisa terserang kanker ini (Mardiana, 2004). Statistik Kanker RSUP

    dr.M.Djamil Padang pada tahun 2010 melaporkan bahwa jumlah kasus kanker

    payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak 1758 kasus dan usia termuda penderita

    kanker payudara berusia 15 tahun (Lenggogeni, 2011). Jakarta Breast Center

  • 3

    melaporkan bahwa klinik khusus penanganan keluhan pada payudara di Jakarta

    menunjukkan dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien

    diantaranya menderita tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita

    kanker payudara (Diananda, 2009).

    Penelitian yang dilakukan oleh Utama (2008) di SMA Negeri 5 Jambi

    menunjukkan bahwa sebanyak 72,6% dari 201 responden memiliki pengetahuan

    kurang baik mengenai SADARI. Pengetahuan remaja putri mengenai SADARI

    sangat penting dalam pendeteksian dini serta penanggulangan kanker payudara,

    terutama jika mengingat bahwa kejadian kanker payudara saat ini semakin banyak

    menyerang usia remaja (YKPJ, 2011). WHO (2013) melaporkan bahwa kanker

    payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh perempuan baik di

    negara maju maupun di negara kurang berkembang. Diperkirakan bahwa di seluruh

    dunia lebih dari 508.000 perempuan meninggal pada tahun 2011 karena kanker

    payudara (Global Health Estimate, WHO 2013). Kanker payudara menempati urutan

    kedua yang paling banyak diderita kaum perempuan setelah kanker mulut atau leher

    rahim (serviks) (Depkes RI, 2013).

    Kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai bahaya

    kanker payudara perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif. Upaya

    tersebut salah satunya adalah dengan edukasi di berbagai elemen masyarakat. Edukasi

    akan lebih efektif jika dilakukan lebih awal, antara lain pada siswa sekolah (Depkes

    RI, 2013). Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja khususnya mengenai

    masalah payudara yang dilakukan oleh professional telah terbukti efektif dalam

    meningkatkan pengetahuan mengenai kanker payudara dan praktik SADARI (Yi &

  • 4

    Park, 2012). Kanker payudara biasanya terjadi setelah usia 45 tahun, tetapi saat ini

    usianya menuruns dan banyak perempuan muda yang menderita kanker payudara

    (Fry & Prentice, 2006 dalam Karayurt, 2008). Kanker payudara yang menyerang

    perempuan muda lebih agresif dan sedikit yang dapat bertahan hidup, hal ini

    membuat deteksi dini lebih penting (Rosenberg & Levy, 2001 dalam Karayurt, 2008).

    Permatasari (2013) dalam penelitiannya di SMA Negeri 2 Pontianak Barat

    mengungkapkan bahwa penyuluhan tentang SADARI sebagai deteksi dini kanker

    payudara efektif dapat meningkatkan pengetahuan siswi tentang SADARI. Hal ini

    juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ouyang dan Hu (2014) di Cina

    yang menunjukan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan

    tentang kanker payudara dan SADARI.

    Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 11 orang siswi SMPN 3

    Tangerang Selatan didapatkan data bahwa 9 diantaranya belum mengetahui dan

    belum pernah mendapat informasi mengenai SADARI. Berdasarkan hal tersebut,

    penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Efektifitas pendidikan

    kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri

    (SADARI) pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan.

    B. Rumusan Masalah

    Survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) pada

    tahun 2005 menunjukkan 80% masyarakat tidak mengerti pentingnya pemeriksaan

    dini payudara. Sebanyak 70% kasus kanker payudara ditemukan dalam stadium lanjut

    sehingga angka penyembuhannya rendah. Hal ini dikarenakan masih rendahnya

  • 5

    kesadaran, pengertian, dan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara,

    sementara penanganan kanker payudara secara lintas sektoral belum mendapat

    prioritas dari pemerintah (Rasjidi, 2010). Menurut Nursalam (2008), perilaku

    kesehatan (health behavior) juga menentukan status kesehatan, perubahan perilaku

    menuju kearah hidup yang kondusif untuk kesehatan dapat dilakukan salah satunya

    melalui pendidikan kesehatan.

    Masalah dalam penanggulangan kanker payudara di Indonesia adalah

    penderita datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam stadium lanjut. Data yang

    didapatkan berdasarkan survei di RS Kanker Dharmais menunjukkan jumlah

    penderita yang datang pada stadium lanjut sebanyak 70% (Bustan, 2007). Di

    Sumatera Barat, data rekam medik RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2010

    menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2010 yaitu sebanyak

    1758 kasus, sedangkan usia termuda penderita kanker payudara berusia 15 tahun

    (Statistik Kanker RSUP dr.M.Djamil Padang, 2011 dalam Lenggogeni, 2011).

    Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

    mengenai efektifitas pendidikan kesehatan terhadap nilai pengetahuan mengenai

    SADARI pada remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan

    kesehatan terhadap skor pengetahuan mengenai SADARI pada remaja putri di

    SMPN 3 Tangerang Selatan.

  • 6

    2. Tujuan Khusus

    a. Diketahuinya sumber informasi remaja putri mengenai SADARI sebelum

    diberikan pendidikan kesehatan.

    b. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sebelum

    diberikan pendidikan kesehatan.

    c. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri mengenai SADARI sesudah

    diberikan pendidikan kesehatan.

    d. Diketahuinya efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan

    mengenai SADARI pada remaja putri.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Ilmiah

    Menjadi landasan dalam promosi kesehatan pada remaja dalam rangka

    meningkatkan pengetahuan remaja putri dalam melakukan SADARI.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

    Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan

    pertimbangan untuk meningkatkan kualitas khususnya mata kuliah

    keperawatan maternitas dan mengembangkan instrumen-instrumen

    pengkajian kesehatan reproduksi pada perempuan serta pengembangan

    kurikulum dalam pendidikan keperawatan.

  • 7

    b. Bagi Pelayanan Keperawatan

    Penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk perawat di Indonesia

    dalam menjalankan peran sebagai health educator dalam upaya

    melakukan promosi kesehatan reproduksi remaja dan untuk meningkatkan

    pengetahuan remaja putri tentang SADARI.

    c. Bagi Penelitian Selanjutnya

    Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai

    acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang

    berbasis evidence base practice khususnya dalam upaya pencegahan

    terhadap kanker payudara.

    d. Bagi SMPN 3 Tangerang Selatan

    Melalui penelitian ini diharapkan pihak sekolah mampu menjadi

    indikator tingkat pengetahuan siswi di SMPN 3 Tangerang Selatan

    mengenai SADARI dan sebagai upaya promosi kesehatan yang dapat

    bekerjasama dengan pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan sekolah.

    E. Ruang Lingkup

    Penelitian ini bersifat kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Juni

    2014 di SMPN 3 Tangerang Selatan dengan objek penelitian yaitu siswi-siswi

    SMPN 3 Tangerang Selatan kelas VII dan VIII. Penelitian ini menggunakan jenis

    penelitian pre experimental design dengan one group pre-test post-test design.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Remaja

    1. Pengertian Remaja

    Remaja atau adolescence merupakan masa peralihan seseorang dari

    fase anak-anak menuju fase dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik,

    perilaku, kognitif, biologis dan emosi secara berkesinambungan (Efendi,

    2009; Depkes, 2005). Rentang usia remaja adalah antara usia 10-19 tahun

    sedangkan jika dalam rentang usia tersebut sudah menikah maka tidak lagi

    tergolong sebagai remaja melainkan sebagai dewasa (WHO, 2013; Efendi,

    2009).

    Periode remaja adalah periode yang cepat berubah yang dapat

    dijadikan sebuah kesempatan untuk mengajarkan hal-hal untuk membentuk

    perilaku kesehatan hingga dewasa (Karayurt, 2008). Periode remaja

    merupakan perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik

    dilihat dari kognitif, emosi, maupun fisik (Teguh, 2013). Istilah adolescence

    biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas

    menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan

    hormonal mengakibatkan perubahan penampilan pada remaja, dan

    perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan

    berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005).

  • 9

    2. Periode Remaja

    Wong (2008) mengungkapkan bahwa ada tiga periode remaja, yang

    pertama yaitu remaja awal (early adolescent). Periode ini remaja berada

    pada rentang usia 11-14 tahun, pada masa ini laju pertumbuhan terjadi

    dengan cepat, puncak kecepatan pertumbuhan, karakteristik seks sekunder

    muncul.

    Periode selanjutnya yaitu periode remaja pertengahan (middle

    adolescent). Periode ini remaja berada pada rentang usia 15-17 tahun,

    remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan melambat pada remaja putri,

    tinggi badan mencapai 95% tinggi badan dewasa, karakteristik seks

    sekunder berkembang dengan baik.

    Periode terakhir adalah remaja akhir (late adolescent). Rentang usia

    remaja pada periode ini adalah 18-20 tahun, terjadi kematangan secara fisik,

    pertumbuhan struktur dan reproduktif hampir lengkap (Wong, 2008).

    3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

    Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber. Masa puber

    atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan

    intelektual berkembang sangat cepat (Djiwandon, 2006).

    a. Tugas Perkembangan Remaja

    1) Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara

    lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun

    perempuan

    2) Memperoleh peranan sosial

    3) Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif

  • 10

    4) Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa

    lainnya

    5) Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri

    sendiri

    6) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

    7) Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

    8) Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

    (Soetjiningsih, 2004).

    Ada tiga aspek perkembangan pada remaja menurut Papalia

    (2001), yaitu:

    1) Perkembangan Fisik

    Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,

    otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada

    tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,

    pertumbuhan tulang dan otot, serta kematangan organ seksual dan

    fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya

    semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Papalia,

    2001).

    Perubahan fisik pada remaja yang sangat jelas tampak pada

    pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakkan serta

    perkembangan karateristik seks sekunder. Perubahan yang tidak

    tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan

    neurogonad yang disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi.

    Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan

  • 11

    karateristik pembeda, yaitu karakteristik seks primer dan

    karakteristik seks sekunder. Karakteristik seks primer merupakan

    organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif

    (misalnya ovarium, uterus, payudara). Sedangkan, karakteristik

    seks sekunder adalah perubahan yang terjadi di seluruh tubuh

    sebagai hasil dari perubahan hormonal tetapi tidak berperan

    langsung dalam reproduksi (Wong, 2008).

    2) Perkembangan Kognitif

    Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena

    perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif

    membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang

    didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema

    kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal

    atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja

    juga menghubungkan ide-ide tersebut (Santrock, 2007).

    Piaget (1976) dalam Bastable (2004) menamakan tahap

    perkembangan kognitif ini sebagai periode formal operation.

    Remaja telah mendapatkan penalaran baru yang lebih tinggi

    tingkatannya melampaui pemikiran saat masa kanak-kanak awal.

    Mereka sanggup berpikir secara abstrak dan melakukan penalaran

    logis yang kompleks yang merupakan suatu masalah sendiri jika

    dibandingkan dengan silogistis. Penalaran mereka bersifat induktif

    dan deduktif, serta mereka sanggup membuat hipotesis dan

  • 12

    menerapkan prinsip-prinsip logika pada situasi yang belum pernah

    dihadapi.

    Remaja mampu memahami konsep kesehatan dan penyakit,

    berbagai penyebab kesehatan dan penyakit, pengaruh variabel atas

    status kesehatan, dan gagasan yang berkaitan dengan promosi

    kesehatan dan pencegahan penyakit. Mereka memahami penyakit

    sebagai suatu proses akibat kelainan fungsi atau tidak berfungsinya

    satu atau beberapa bagian dari tubuh dan dapat memahami akibat

    atau prognosis suatu penyakit. Mereka juga mampu

    mengidentifikasi perilaku yang sehat tetapi mungkin menolak

    untuk mempraktikkannya atau mulai terlibat dalam perilaku

    berisiko karena mendapat tekanan sosial dari teman sebaya juga

    adanya perasaan tak terkalahkan (Bastable, 2004).

    3) Perkembangan Kepribadian dan Sosial

    Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu

    berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik

    sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam

    berhubungan dengan orang lain. Perkembangan sosial pada masa

    remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang

    tua. Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam

    menentukan perilaku remaja (Papalia, 2001; Santrock, 2007).

    b. Pertumbuhan Remaja

    Soetjiningsih (2004) menerangkan bahwa pertumbuhan

    menggambarkan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta

  • 13

    jaringan intraseluler yang terlihat secara fisik dan dapat diukur dengan

    menggunakan satuan panjang atau satuan berat dengan proses yang

    berkesinambungan dipengaruhi oleh faktor genetik (ras atau keluarga)

    dan faktor lingkungan bio-psikososial yang dimulai dari masa

    konsepsi hingga masa dewasa.

    Potter & Perry (2005) menjelaskan mengenai empat fokus

    utama pada pertumbuhan fisik remaja, yaitu: peningkatan kecepatan

    pertumbuhan skelet, otot, dan visera; perubahan spesifik-seks, seperti

    perubahan bahu dan lebar pinggul; perubahan distribusi otot dan

    lemak; perkembangan system reproduksi dan karakteristik seks

    sekunder.

    Pertumbuhan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa hormon

    (Soetjiningsih, 2004), antara lain:

    a) Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone)

    Hormon yang paling berpengaruh selama remaja, yang dihasilkan

    terutama pada saat tidur nyenyak malam hari. Mempunyai dua efek

    terhadap tulang rawan epifisis, serta berefek langsung pada

    metabolism protein, karbohidrat, dan lemak dengan bersifat

    anabolik.

    b) Hormon Tiroid

    Hormon tiroid berefek langsung pada maturasi tulang, selain itu

    juga hormon tiroid ini mempengaruhi produksi hormon

    pertumbuhan dan sebaliknya hormon tiroid juga tidak dapat bekerja

    tanpa adanya hormon pertumbuhan.

  • 14

    c) Glukokortikoid

    Glukokortikoid berfungsi untuk menekan sintesis tulang dan tulang

    rawan serta mineralisasi, sehingga produksi glikoprotein

    meningkat.

    d) Calcium Regulating Hormone

    Kalsium diatur oleh hormon paratiroid yang berpengaruh besar

    pada elemen jaringan tulang yang terlibat dalam osteogenesis.

    Selain itu juga ada vitamin D yang mempengaruhi maturasi tulang.

    c. Anatomi dan Fisiologi Payudara

    Payudara wanita disebut juga glandula mammae merupakan alat

    reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum

    dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak

    pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus

    pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium.

    Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan

    mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila

    (cauda axillaris Spence). Ukuran payudara berbeda untuk setiap

    individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak

    jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada

    payudara yang lain (Verralls, 2004). Variasi ukuran payudara

    bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan

    bukan pada jumlah jaringan glandular aktual (Sloane, 2003).

    Struktur payudara terdiri dari beberapa jaringan dan lobus, yaitu

    (1) jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus mayor, setiap lobus dialiri

  • 15

    duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus

    (ampula) sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20

    mulut (opening). (2) lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan

    dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas jaringan ikat

    adiposa). Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada

    otot pektoralis sampai fasia superfisial tepat dibawah kulit. (3) Lobus

    mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus

    kemudian bercabang menjadi duktus menjadi duktus-duktus kecil yang

    berakhir di alveoli sekretori. (4) Puting dikelilingi oleh area kulit

    berpigmen dengan diameter sekitar 3 cm yang disebut dengan areola.

    Diatas permukaan areola terdapat beberapa kelenjar sebasea

    (montgomerys tubercles) yang berguna sebagai penghasil lubrikasi

    puting ketika menyusui (Ross, 2001; Sloane, 2003; Monkhouse, 2007).

    Masa pubertas merupakan masa terjadinya peningkatan kadar

    hormon. Peningkatan kadar hormon pada perempuan saat pubertas akan

    terjadi pekembangan payudara lebih lanjut dan biasanya mendahului

    saat datangnya menstruasi, yaitu dua tahun sebelumnya. Peningkatan

    kadar estrogen memacu pertumbuhan pembuluh lactifer dan papilla

    serta areola mammae akan menjadi lebih nyata. Peningkatan kadar

    progesteron memacu proliferasi alveoli. Jumlah jaringan lemak dan

    fibrosa akan meningkat dan jaringan lemak ini terutama yang

    menyebabkan bertambah besarnya payudara (Verralls, 2004).

    Perubahan fisiologis kelenjar payudara dapat dibedakan menjadi 3

    (tiga) menurut Prawirohardjo (2009), yaitu:

  • 16

    a. Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara

    Pada waktu bayi lahir payudara merupakan suatu sistem

    saluran yang bermuara ke mamilla. Permulaan pubertas antara 10-

    15 tahun areola membesar dan lebih mengandung pigmen.

    Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa

    hingga berbentuk seperti kuncup.

    b. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid

    Pada masa haid payudara akan sedikit membesar dan tegang

    bahkan pada beberapa wanita akan timbul rasa nyeri (mastoidenia).

    Perubahan ini ada hubungannya dengan perubahan vaskular dan

    limfogen.

    c. Perubahan payudara pada waktu hamil dan laktasi

    Beberapa minggu sesudah konsepsi akan timbul perubahan

    pada kelenjar payudara. Payudara menjadi terasa penuh, tegang,

    areola lebih banyak mengandung pigmen dan puting sedikit

    membesar.

    B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja

    1. Kanker Payudara

    Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan

    payudara (Mardiana, 2007). Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu

    in situ (masih lokal) atau ditemukan sebagai neoplasma maligna (telah

    menyebar). Kanker payudara hampir selalu merupakan adenokarsinoma dan

    biasanya timbul di duktus. Gen-gen kanker payudara dapat dibawa dan

  • 17

    diwariskan oleh kedua orang tua, tampaknya diwariskan dengan cara

    dominan-autosom (Corwin, 2009).

    Gejala yang paling sering terjadi pada kanker payudara yaitu adanya

    massa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada

    payudara atau daerah aksila; rabas puting payudara unilateral, persisten,

    spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau

    cair; retraksi atau inversi puting susu; perubahan ukuran, bentuk atau tekstur

    payudara (asimetris); pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya; kulit

    yang bersisik di sekeliling puting susu. Adapun gejala penyebaran lokal atau

    regional yaitu adanya kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena;

    perubahan peau dorange (seperti kulit jeruk); pembesaran kelenjar getah

    bening aksila (Otto, 2005).

    2) Fibroadenoma (FAM)

    Fibroadenoma adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan

    konsistensi padat kenyal dan merupakan tumor primer yang paling banyak

    ditemukan pada kelompok umur muda (Price, 2005; Underwood, 2000

    dalam Sidauruk, 2012). Fibroadenoma Berdasarkan laporan dari NSW

    Breast Cancer Institute (2005), fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita

    dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun,

    sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena

    fibroadenoma. Penelitian Anyikam (2008) di Nigeria Timur menunjukkan

    dahwa dari 1.050 spesimen payudara yang diteliti, 722 kasus (68,8%)

    merupakan tumor jinak. Fibroadenoma adalah lesi yang paling banyak dan

    umum terjadi dengan 318 kasus (44%) yang terjadi pada usia rata-rata 16-32

  • 18

    tahun (Anyikam, 2008). Di Indonesia data penyakit masih belum lengkap.

    Jakarta Breast Center melaporkan bahwa klinik di Jakarta yang

    mengkhususkan untuk penanganan keluhan pada payudara, menunjukkan

    dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien menderita

    tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita kanker

    payudara (Diananda, 2009).

    3) Papiloma Intraduktal

    Papiloma yang terjadi pada duktus puting biasanya terlalu kecil untuk

    dipalpasi tapi sering mengeluarkan cairan serosanguinosa atau darah dari

    puting susu. Apapun yang menyebabkan keluarnya cairan yang abnormal

    dari puting harus ditentukan dan keganasannya harus dihilangkan (Price,

    2005).

    4) Fibrokistik Payudara

    Penyakit yang tergolong penyakit fibrokistik payudara antara lain

    pembentukan kista, proliferasi duktus epitelial, papilomatosis difusa, dan

    adenosis duktus dengan pembentukan jaringan fibrosa. Gejala klinisnya

    yaitu perubahan ini dapat menimbulkan nodula teraba, massa, dan keluarnya

    cairan dari puting. Sekitar 50% perempuan mengalami penyakit fibrokistik

    payudara. Keadaan ini biasanya terjadi bilateral (Price, 2005). Hubungan

    antara penyakit fibrokistik dan kanker payudara belum pasti. Hampir semua

    peneliti mempercayai bahwa penyakit fibrokistik bukan pencetus kanker

    payudara, kecuali jika klien menunjukkan bukti-bukti hiperplasia epitelial

    (penambahan abnormal pada sel-sel epitel), yang disebut juga penyakit

    fibrokistik florid (Morton, 2004).

  • 19

    C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

    1. Pengertian SADARI

    Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya dapat

    diketahui secara tepat dengan pemeriksaan sendiri (Mardiana, 2007).

    Pemeriksaan awal dapat dilakukan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri

    (SADARI) dan pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

    terlatih. SADARI dilakukan oleh setiap perempuan tiap bulan dimulai pada

    usia 20 tahun atau sejak menikah. SADARI adalah metode termudah,

    tercepat termurah, dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini

    kanker payudara (Nisman, 2011). Pemeriksaan klinis oleh petugas

    kesehatan terlatih sebaiknya dilakukan pada perempuan berusia 30-50 tahun

    setiap tiga tahun sekali, kecuali bagi mereka yang memiliki faktor risiko,

    pemeriksaan mammografi dilakukan setahun sekali setelah berusia di atas

    40 tahun dan dilakukan USG satu tahun sekali dibawah 40 tahun (Depkes,

    2009).

    Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan

    penyakit payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat

    dihindari dengan diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008).

    Pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan

    memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan. Melalui

    pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah

    lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk

    diobati. SADARI dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari

    pertama mulai haid (saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) atau

  • 20

    bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih tanggal

    yang sama setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1 atau tanggal lahirnya).

    Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah

    dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada payudara yang

    sedang dilakukan pemeriksaan (Depkes, 2009).

    2. Langkah-langkah SADARI

    Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes

    (2009), yaitu:

    1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan

    di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat

    perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada

    kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit.

    2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di

    atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang

    sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk

    melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang.

    3. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara

    lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.

    4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil

    berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring,

    diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan

    diperiksa.

    5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk

    menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah, dan

  • 21

    manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari

    tersebut dengan gerakan memutar keluar di seluruh permukaan

    payudara.

    6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk

    memeriksa daerah yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan

    di bawah tulang selangka.

    7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk

    payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan

    ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan

    pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap

    bulannya.

    1 2

    3 4

    5 6

    Bagan 2.1 Langkah-langkah Melakukan SADARI

    (Depkes, 2009)

  • 22

    3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai

    Tanda-tanda yang harus diwaspadai saat dilakukan SADARI antara lain

    adalah penambahan ukuran atau besar yang tak biasa pada payudara; salah

    satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya; Lekukan seperti

    lesung pipi pada kulit payudara; cekungan atau lipatan pada puting;

    perubahan penampilan puting payudara; keluar cairan seperti susu atau darah

    dari salah satu putting; adanya benjolan pada payudara; pembesaran kelenjar

    getah bening pada lipat ketiak atau leher; pembengkakan pada lengan bagian

    atas (Depkes, 2009).

    D. Health Promotion Model

    Health Promotion Model (HPM) adalah teori yang dicetuskan oleh Pender

    (1982) yang merupakan seorang professor keperawatan di Universitas Michigan

    (Health Promotion Model, 2014). HPM merupakan konsep model yang

    berdasarkan upaya pada pemberdayakan terhadap kemampuan individu atau

    keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatannya (Tomey & Alligood, 2006).

    HPM menunjukkan bahwa kesehatan yang baik adalah bukan tidak adanya

    keluhan atau penyakit, lebih daripada itu. Kesehatan yang baik berarti keadaan

    sejahtera secara umum dan holistik, perilaku sehat individu dan keseimbangan,

    dan pencapaian dalam hidup. Teori ini melihat langkah-langkah di mana

    seseorang dapat mencapai kesehatan yang lebih baik atau kesehatan yang ideal.

    Untuk mencapainya, teori ini mempertimbangkan karakteristik dan pengalaman

    individu (Health Promotion Model, 2014).

  • 23

    Teori HPM ini mirip dengan teori Health Belief Model (HBM) (Becker,

    1974 dalam Tomey & Alligood, 2006) tetapi tidak terbatas menjelaskan

    perilaku pencegahan penyakit. Perbedaan HPM dengan teori HBM yaitu dalam

    HPM tidak terkandung rasa takut atau ancaman sebagai sumber motivasi untuk

    perilaku kesehatan. Hal ini dikarenakan HPM meliputi perilaku untuk

    meningkatkan kesehatan dan dapat diterapkan sepanjang rentang hidup manusia

    (Pender, 1996; Pender et al., 2002 dalam Tomey & Alligood, 2006). Perbedaan

    lainnya yaitu pada HBM memberikan tekanan pada kerentanan terhadap

    penyakit dan kemungkinan tindakan pencegahan, sementara HPM memberikan

    tekanan atau berfokus pada potensi kesehatan dan kemungkinan perilaku yang

    mempromosikan kesehatan (Bastable, 2004).

    Faktor-faktor yang terlibat dalam HPM ini adalah gaya hidup individu,

    cara berpikir, kesehatan psikologi (motivasi diri, status kesehatan, harga diri),

    aspek sosial dan kultural (Suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi), tingkat

    pengetahuan, pengalaman masa lampau, persepsi individu, faktor biologis (usia,

    jenis kelamin), dan faktor interpersonal (keluarga, kelompok sebaya, pemberi

    pelayanan kesehatan) (Health Promotion Model, 2014; Bastable, 2004).

    Asumsi utama dari Model Promosi Kesehatan menurut Pender (1982)

    dalam Tomey (2006), yaitu:

    1. Manusia berusaha untuk menciptakan kondisi agar tetap hidup dimana

    mereka mengekspresikan keunikannya

    2. Manusia memiliki kapasitas untuk merefleksikan kesadaran diri, termasuk

    mengkaji kompetensi yang mereka punya

  • 24

    3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan

    berusaha untuk mencapai keseimbangan antara perubahan dan stabilitas

    4. Setiap individu berusaha untuk secara aktif mengatur perilaku mereka

    sendiri

    5. Individu dalam semua kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan

    lingkungan, mengubah lingkungan dan terus menerus berubah dari waktu

    ke waktu

    6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan yang interpersonal

    yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya

    7. Rekonfigurasi diri dimulai dari pola interaksi dengan lingkungan adalah

    penting untuk perubahan perilaku

    E. Pendidikan Kesehatan

    1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

    Pendidikan merupakan upaya yang direncanakan untuk

    mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat

    sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan

    (Fitriani, 2011). Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman

    yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan

    dengan kesatuan individu, masyarakat, dan ras (Wood, 1926 dalam

    Mubarak, 2007).

    Pendidikan kesehatan memiliki tujuan yang sama dengan proses

    pembelajaran yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak

    faktor diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses

  • 25

    pendidikan, dan perubahan yang diharapkan. Perubahan perilaku seseorang

    yang tampak sesungguhnya hanya refleksi dari perubahan internalisasi

    persepsi dirinya terhadap sesuatu sedang diamati dan dipikirkannya

    (Setiawati, 2008). Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005)

    membagi perilaku ke dalam tiga domain yaitu domain kognitif (cognitive

    domain), domain sikap (affective domain), dan domain psikomotor

    (psychomotor domain).

    1. Kognitif (cognitive domain)

    Kognitif (pengetahuan) adalah merupakan hasil tahu, dan ini

    terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

    tertentu. Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

    terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Fitriani, 2011).

    Sebelum individu mengadopsi perilaku baru, di dalam diri individu

    tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: kesadaran (awareness),

    individu tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek)

    terlebih dahulu; merasa tertarik (interest), yaitu mulai merasa tertarik

    kepada stimulus; evaluasi (evaluation), menimbang-nimbang terhadap

    baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya; mencoba (trial),

    individu mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang

    dikehendaki stimulus; adopsi (adoption), individu telah berperilaku

    baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap

    stimulus (Fitriani, 2011; Mubarak, 2007). Perilaku yang didasari

    pengetahuan umumnya bersifat langgeng (long lasting). Sedangkan

    perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran tidak akan

  • 26

    berlangsung lama (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan akan memberikan

    penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan

    dalam berperilaku (Setiawati, 2008).

    2. Sikap (affective)

    Sikap (affective) merupakan sebuah reaksi atau respons

    seseorang terhadap suatu stimulusatau objek. Sikap belum merupakan

    suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan

    atau perilaku (Mubarak, 2007). Allport (1954) dalam Mubarak (2007)

    menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen utama, yaitu

    kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek;

    kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suattu objek;

    kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen

    tersebut membentuk sikap yang utuh (total attitude).

    3. Praktik atau tindakan (psychomotor)

    Sebuah sikap tidak akan terwujud secara otomatis dalam suatu

    tindakan (overt behavior). Demi terwujudnya sikap menjadi suatu

    perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung, antara lain adalah

    fasilitas. Di samping itu, diperlukan juga dukungan atau support dari

    berbagai pihak, misalnya guru, ayah, ibu, kakak, adik, teman, dan lain-

    lain (Mubarak, 2007).

    2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

    Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Manurung (2006) adalah

    (1) untuk meningkatkan pengetahuan, (2) mengubah atau memperbaiki

  • 27

    perasaan dengan tindakan yang dapat dilakukan yaitu bermain peran,

    pengalaman langsung, diskusi, memberikan contoh atau model, dan (3)

    meningkatkan keterampilan dengan kegiatan seperti mendemonstrasikan,

    bermain peran, simulasi, dan latihan kerja. Sedangkan menurut Nursalam

    (2008) tujuan dari pendidikan kesehatan adalah terjadinya perubahan

    pengetahuan, sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus,

    dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta

    berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

    3. Sasaran Pendidikan Kesehatan

    Sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam tiga (3) kelompok sasaran,

    yaitu sasaran primer (primary target), sasaran langsung pada masyarakat

    segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan; sasaran sekunder

    (secondary target), sasaran para tokoh masyarakat adat, diharapkan

    kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat

    disekitarnya; sasaran tersier (tersiery target), sasaran pada pembuat

    keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah,

    diharapkan dengan keputusan dari kelompok ini akan berdampak kepada

    perilaku kelompok sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok primer

    (Mubarak, 2007).

    4. Metode Pendidikan Kesehatan

    Metode adalah prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk

    menghadapi situasi problematis. Metode pendidikan kesehatanmerupakan

    prosedur penerapan seperangkat petunjuk untuk menghadapi situasi

    problematis dalam bidang kesehatan. Pemilihan metode pendidikan

  • 28

    kesehatan bergantung pada beberapa faktor, yaitu: karakteristik sasaran atau

    partisipan (jumlah, status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin); waktu dan

    tempat yang tersedia; serta tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan

    pendidikan kesehatan tersebut (perubahan pengetahuan, sikap, atau praktik

    partisipan) (Nursalam dan Efendi, 2008).

    Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992) dalam Maulana (2009) dan

    mengungkapkan bahwa metode pendidikan kesehatan dikelompokkan

    menjadi tiga (3) metode, yaitu:

    a. Metode Pendidikan Individual

    Bentuk dari metode ini dibagi menjadi dua (2), yaitu:

    1) Bimbingan atau konseling

    Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui bimbingan

    atau konseling diantaranya adalah mampu mendapatkan data yang

    lebh spesifik dan kontak antara klien dengan petugas lebih intensif

    (Fitriani, 2011; Maulana, 2009).

    2) Interview atau wawancara

    Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan

    penyuluhan. Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum

    menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan

    dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum

    diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat

    (Fitriani, 2011).

  • 29

    b. Metode Pendidikan Kelompok Masyarakat

    Metode pendidikan kelompok harus memperhatikan apakah

    kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain (Fitriani,

    2011). Ada dua (2) kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok

    besar. Kelompok besar dapat menggunakan metode, yaitu:

    1) Ceramah

    Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang

    pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar

    (Maulana, 2009). Metode ceramah dapat dikatakan satu-satunya

    metode yang paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur

    atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya

    paham peserta didik (Simamora, 2009). Metode ini merupakan

    metode yang paling sering digunakan karena metode ini baik untuk

    sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo,

    2007). Hasil penelitian Nasrul (2002) dalam Darmiastuty (2004)

    menyatakan bahwa metode ceramah tanya jawab lebih efektif bila

    dibandingkan dengan pemberian brosur dalam komunikasi

    persuasif. Ceramah tanya jawab juga menguntungkan bila

    dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subyek dengan

    memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk

    mengambil suatu tindakan, disamping itu juga menimbulkan sikap

    kritis pada pendengar, bersifat informatif secara relatif dapat

    menghemat waktu karena sebagian besar mesyarakat atau

  • 30

    pendengar dapat dipahamkan pada suatu waktu (Darmiastuty,

    2004).

    Kesuksesan metode ceramah sangat ditentukan oleh

    kemampuan guru menguasai suasana kelas, cara berbicara dan

    sistematika pembicaraan, jumlah materi yang disajikan,

    kemampuan memberi ilustrasi, jumlah subjek yang mendengarkan,

    dan lain-lain (Danim, 2010). Keuntungan metode ceramah, yaitu:

    1) mudah digunakan; 2) dapat menyampaikan informasi; 3)

    mempengaruhi pendapat; 4) merangsang pikiran dan kritik; dan 5)

    dapat dikombinasi dialog antara pemberi ceramah dan audiens

    (Emilia, 2008).

    2) Seminar

    Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli

    atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan

    biasanya dianggap hangat di masyarakat (Fitriani, 2011).

    Metode untuk kelompok kecil, antara lain (Fitriani, 2011;

    Notoatmodjo, 2007):

    1) Diskusi kelompok

    Diskusi merupakan metode yang berfokus pada peserta

    (student centered method) (Mubarak, 2007). Diskusi kelompok

    merupakan pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran

    antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang

    direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu (Fitriani, 2011).

    2) Mengemukakan pendapat (brain storming)

  • 31

    Curah pendapat merupakan suatu bentuk diskusi dalam

    rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,

    pengalaman, dari semua peserta (Fitriani, 2011).

    3) Bola salju (snow balling)

    Teknik bola salju (snow balling) dimulai dengan memasang-

    masangkan sasaran. Satu pasangan terdiri atas dua sasaran. Masing-

    masing pasangan diberi topik yang sama satu sama lain. Kemudian

    dilontarkan satu permasalahan, setelah berdiskusi pasangan tersebut

    bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusi masalah yang

    sama. Kemudian, tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang

    ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian

    seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas (Fitriani, 2011;

    Efendi, 2009).

    4) Kelompok kecil (Buzz group)

    Sasaran langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil

    (buzz group) yang kemudian diberikan sebuah permasalahan.

    Permasalahan yang diberikan bisa sama atau berbeda antar

    kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan tersebut

    dan kemudian dicari kesimpulannya (Efendi, 2009; Fitriani, 2011).

    Biasanya sesi buzz memerlukan waktu 10-20 menit tergantung pada

    topik yang dibicarakan (Suprijanto,2008).

    5) Bermain peran (role play)

    Role play adalah permainan sebuah situasi dalam hidup

    manusia dengan atau tanpa melakukan latihan sebelumnya

  • 32

    (Maulana, 2009). Pada prinsipnya, role play merupakan metode

    untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke

    dalam satu pertunjukkan peran di dalam kelas pertemuan, yang

    kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan

    penilaian (Fitriani, 2011).

    6) Demonstrasi

    Metode demonstrasi adalah bentuk metode praktik yang

    sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar

    (keterampilan mental maupun fisik atau teknis). Metode ini

    memindahkan suatu kondisi yang nyata ke dalam kegiatan atau

    ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di

    dalam situasi yang sesungguhnya (Fitriani, 2011). Demonstrasi

    merupakan salah satu metode promosi kesehatan yang sesuai pada

    tahap perkembangan remaja (Efendi, 2009).

    Sanjaya (2009) mengemukakan bahwa metode demonstrasi

    adalah metode penyajian pelajaran atau materi dengan

    memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu

    proses, situasi atau benda tertentu baik benda sebenarnya maupun

    hanya tiruan dan tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh

    pendidik. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2011) di

    Surakarta menunjukkan bahwa prestasi belajar dengan penerapan

    metode demonstrasi lebih baik jika dibandingkan dengan penerapan

    metode ceramah.

  • 33

    Demonstrasi bisa menstimulasi pembelajaran mengenai 1)

    kompetisi; 2) kerjasama; 3) empati; 4) sistem sosial; 5) konsep; 6)

    skill; 7) kemanjuran; 8) menjalani hukuman; 9) peran kesempatan

    atau peluang; 10) kemampuan untuk berpikir kritis (menguji strategi

    alternatif dan mengantisipasi hal-hal lain) dan membuat keputusan

    (Nesbitt, 1971 dalam Joyce, 2009).

    c. Pendidikan Massa

    Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-

    pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Pesan yang

    disampaikan harus dirancang agar dapat diterima oleh massa karena

    sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membeda-bedakan

    golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan

    tingkat pendidikan (Maulana, 2009).

    Bagan 2.2 Kerucut Edgar Dale (Edgar Dale, 1964 dalam Nursalam dan

    Efendi, 2008)

  • 34

    Kerucut Dale (1964) menggambarkan kemampuan partisipan untuk

    mengingat kembali pesan-pesan atau materi dalam pendidikan kesehatan

    menurut teknik dan medianya. Teori ini menyatakan bahwa dalam dua

    minggu setelah partisipan melakukannya, maka partisipan akan dapat

    melakukan hal-hal seperti: membaca (leaflet, slide, booklet, dan sejenisnya,

    maka ia akan mengingat 10% dari materi yang dibacanya; mendengar (tape

    atau pembicaraan orang lain), maka ia akan mengingat 20% dari apa yang

    didengarnya; melihat (bagan, foto, dan grafik), maka ia akan mengingat

    30% dari apa yang dilihatnya; mendengar dan melihat (melihat demonstrasi,

    film, dan video), maka ia akan mengingat 50% dari apa yang didengar dan

    dilihatnya; mengucapkan sendiri kata-katanya (media wayang, script, dan

    drama), maka ia akan mengingat 70% dari apa yang diucapkannya; dan

    mengucapkan sambil mengerjakan sendiri suatu materi pendidikan

    kesehatan (biasanya menggunakan media yang mirip dengan objek yang

    sebenarnya dan melalui pengalaman yang nyata), maka ia akan mengingat

    90% dari materi tersebut (Nursalam dan Efendi, 2008).

    5. Media Pendidikan Kesehatan

    Media adalah alat bantu yang digunakan oleh pendidik dalam

    menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran, semakin banyak

    pancaindera yang digunakan maka akan semakin banyak dan semakin jelas

    pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Maulana, 2009; Fitriani,

    2011). Nursalam (2008) menyatakan bahwa ada beberapa media pendidikan

    kesehatan, antara lain:

  • 35

    a. Media cetak seperti booklet, leaflet, selebaran (flyer), lembar balik (flip

    chart), poster surat kabar (newspaper), tabloid, jurnal, majalah, dan foto

    atua gambar. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-

    pesan kesehatan dalam bentuk buku. Leaflet adalah selembar kertas

    yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk sasaran

    yang dapat membaca. Leaflet terdiri dari 200-400 kata dan berseling

    dengan gambar. Flyer adalah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk

    lipatan. Flip chart merupakan media penyampaian pesan atau informasi

    kesehatan dalam bentuk lembar balik. Poster ialah suatu bentuk media

    cetak yang memuat pesan atau informasi kesehatan dan biasanya di

    tempel di dinding, tempat umum, atau di kendaraan umum (Fitriani,

    2011; Nursalam, 2008).

    b. Media elektronik antara lain televisi, radio, video, filmstrip, dan slide

    (power point). Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan

    secara audiovisual dan gerak. Radio ialah media audio yang

    penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang

    elektromagnetik dari suatu pemancar. Filmstrip adalah media visual

    proyeksi diam, yang pada dasarnya hampir sama dengan media slide

    (Hassan, 2010). Power point merupakan salah satu media untuk

    menyampaikan presentasi. Powerpoint dapat sebagai bagian dari

    keseluruhan presentasi maupun menjadi satu-satunya sarana

    penyampaian informasi, dapat pula sebagai pendukung presentasi,

    misalnya adalah power point sebagai alat bantu visual dalam presentasi

    oral (Isroi, 2005).

  • 36

    c. Benda asli atau benda tiruan. Benda asli yaitu benda yang

    sesungguhnya baik hidup maupun mati. Sedangkan benda tiruan yaitu

    benda yang menyerupai benda asli. Benda tiruan bisa digunakan

    sebagai media alat peraga dalam pendidikan kesehatan (Depkes, 2004).

    Alat peraga, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anindityas

    (2012) di SMPN 3 Kandangan Semarang menunjukkan hasil bahwa

    penggunaan alat peraga (benda tiruan) dapat mengoptimalkan kualitas

    belajar siswa.

    6. Tahapan Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

    Manurung (2009) membagi tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan

    menjadi beberapa tahapan, yaitu:

    a. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang terdiri dari usia, jenis

    kelamin, pendidikan, pengalaman dan pengetahuan tentang kesehatan,

    bahasa dan budaya, masalah kesehatan, dan tingkat kemampuan untuk

    menerima serta kebutuhan peserta didik. Hal ini bertujuan untuk

    menentukan metode, materi dan media yang cocok yang akan di

    berikan (Nursalam, 2008).

    b. Menentukan tujuan dari pendidikan kesehatan yang terdiri dari tujuan

    umum dan tujuan khusus.

    c. Membuat perencanaan isi, metode, dan teknik pendidikan kesehatan

    agara dapat tercapai tujuan umum dan tujuan khusus yang telah

    direncanakan.

    d. Membuat rencana metode evaluasi yang sesuai untuk mengetahui

    tingkat keberhasilan pendidikan kesehatan.

  • 37

    e. Mengevaluasi proses dan hasil dari pendidikan kesehatan.

    F. Pengetahuan

    Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia adakalanya berasal dari

    pengalaman dan dari pikiran. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman

    meliputi semua hal yang dialami baik oleh panca indera, intuisi, atau kata hati.

    Sedangkan, pengetahuan yang berasal dari pikiran yaitu pengetahuan yang

    diperoleh melalui proses penalaran (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI,

    2007).

    Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan. Pertama, tahu (know),

    diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

    mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

    bahan atau rangsangan yang telah diterima. Cara untuk mengetahui bahwa

    seseorang dianggap tahu tentang apa yang dipelajari adalah mampu

    menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mendatakan materi yang telah

    dipelajari. Kedua, memahami (comprehension), yaitu suatu kemampuan untuk

    menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

    menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang dapat dianggap

    telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

    contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap materi yang telah dipelajari.

    Ketiga, aplikasi (application), adalah sebuah kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi yang

    dimaksud adalah sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, prosedur,

    dan sebagainya dalam konteks lain.

  • 38

    Keempat, analisis (analysis), merupakan suatu kemampuan untuk

    menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

    masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

    sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja

    seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

    mengelompokkan dan sebagainya. Kelima, sintesis (synthesis), menunjukkan

    pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

    di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun,

    merencanakan dan dapat meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu teori

    yang telah ada. Keenam, evaluasi (evaluation), evaluasi berkaitan dengan

    kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek

    (Fitriani, 2011; Mubarak, 2007; Notoatmodjo, 2007).

    Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain

    (Notoatmodjo, 2005 dan Mubarak, 2007).

    1. Pendidikan

    Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

    mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

    pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan formal maupun pendidikan

    non formal, sistema pendidikan berjenjang diharapkan mampu meningkatkan

    pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2005).

    2. Usia

    Usia individu berkaitan erat dengan pengetahuan individu. Semakin

    bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang pula daya tangkap

  • 39

    dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

    membaik (Notoatmodjo, 2007).

    3. Minat dan kreativitas

    Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

    sesuatu objek atau dalam melakukan suatu kegiatan (perbuatan), yang

    didasari oleh rasa tertarik, senang, yang muncul dalam diri bukan tekanan dari

    luar (Notoatmodjo, 2005). Adanya perasaan tertarik dan perasaansenang

    menimbulkan adanya minat, maka minat ini merupakan kondisi psikologis

    yang dapat mendorong (memotivasi) munculnya kreativitas.

    Hurlock (1978) dalam Mataro (2012) menyatakan bahwa ada delapan

    pengertian menurut para ahli yang populer. Pertama, menekankan kreativitas

    sebagai pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kedua, kretaivitass

    dipandang sebagai kreasi sesuatu yang baru dan orisinal. Ketiga, kreativitas

    mempunyai anggapan bahwa apa saja yang diciptakan selalu baru dan

    berbeda dari yang telah ada dan oleh karenanya unik. Keempat, memandang

    kreativitas sebagai proses mental yang unik, yang dilakukan semata-mata

    untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Kelima,

    kreativitas sering dianggap sama dengan kecerdasan yang tinggi. Keenam,

    ada anggapan bahwa kreativitas adalah suatu yang diperoleh atau diwariskan.

    Ketujuh, kreativitas selalu dianggap sinonim dengan imajinasi dan fantasi.

    Kedelapan, kreativitas adalah pencipta, bukan penurut.

    4. Pengalaman

    Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseorang dalam

    berinteraksi dengan lingkungannya. Teori determinan menganalisa yang

  • 40

    menyebabkan seseorang berperilaku tertentu karena adanya pemikiran dan

    perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi,

    sikap, kepercayaan, seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang

    mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman

    orang lain (Notoatmodjo, 2005).

    Chandra (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat

    pengetahuan seseorang mengenai SADARI tidak sepenuhnya dipengaruhi

    oleh status perkawinan seseorang, namun lebih dipengaruhi oleh paparan

    informasi yang diperolehnya.

    5. Kebudayaan lingkungan sekitar

    Lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

    dapat bersumber dari pandangan agama, kelompok etnis yang mempengaruhi

    proses memperoleh informasi atau pengetahuan khususnya dalam penerapan

    nilai-nilai keagamaan. Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

    mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang

    (Notoatmodjo, 2005).

    6. Informasi

    Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi fungsi

    kognitif dan afektif. Fungsi kognitif diantaranya berfungsi untuk menciptakan

    atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem,

    keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu

    (Notoatmodjo, 2005).

  • 41

    G. Ingatan (memory)

    Ingatan (memory) merupakan penyimpanan informasi sepanjang waktu.

    Ingatan adalah pusat bagi kehidupan mental dan pemrosesan informasi. Remaja

    perlu menyimpan informasi dan mengeluarkan kemabli informasi yang

    disimpannya agar berhasil belajar dan menalar. Dua sistem ingatan ini ialah

    ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang (Santrock, 2004).

    Ingatan jangka pendek (short-term memory) adalah sistem ingatan

    berkapasitas terbatas, tempat informasi disimpan selama 30 detik, kecuali bila

    informasi tersebut diulang lagi, sehingga dapat disimpan lebih lama (Santrock,

    2003; Djiwandono, 2006). Ingatan jangka panjang (long-term memory) adalah

    sistem ingatan yang relatif menetap, tempat menyimpan sejumlah besar

    informasi untuk jangka waktu lama (Santrock, 2004). Cara yang biasa dilakukan

    untuk menilai ingatan jangka pendek adalah dengan memberi sederetan hal

    untuk diingat, yang sering disebut sebagai tugas rentang ingatan (Fitzgerald,

    1991, dalam Santrock, 2004).

    Ingatan jangka panjang meningkat amat tajam selama masa kanak-kanak

    tengah dan akhir, dan cenderung terus meningkan selama masa remaja,

    meskipun hal ini tidak tercatat dengan baik oleh para peneliti (Santrock, 2004).

    Hal yang paling diketahui mengenai ingatan jangka panjang ini adalah bahwa

    hal ini tergantung pada kegiatan belajar yang dilakukan ketika mempelajari dan

    mengingat informasi (Siegler, 1988 dalam Santrock, 2004).

  • 42

    H. Kerangka Teori

    Bagan 2.3 Kerangka Teori dimodifikasi dari teori Health Promotion Model

    (Pender, 1982 dalam Tomey & Alligood, 2006) dan Notoatmodjo (2007)

    A. Faktor Demografi (Usia,

    jenis kelamin)

    B. Faktor Psikologi

    (Kesadaran diri,

    motivasi diri,

    kompetensi personal)

    C. Faktor Sosiokultural

    (Ras, budaya,

    pendidikan, status

    sosial dan ekonomi)

    D. Faktor Interpersonal

    (Keluarga, kelompok

    sebaya, pemberi

    pengaruh pelayanan

    kesehatan)

    Pengetahuan

    Remaja mengenai

    Pemeriksaan

    Payudara Sendiri

    (SADARI)

    Remaja

    Pendidikan

    Kesehatan

    1. Metode

    a. Wawancara

    b. Ceramah

    c. Seminar

    d. Role play

    e. Diskusi

    Kelompok

    f. Simulasi

    (demonstrasi)

    g. Dll.

    2. Media

    a. Booklet

    b. Leaflet

    c. Poster

    d. Video

    e. Power Point

    f. Phantom (alat

    peraga)

    g. Dll.

  • 43

    BAB III

    KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

    A. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang

    ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

    Pembuatan kerangka konsep akan semakin memperjelas keberadaan

    variabel-variabel yang akan diteliti, hubungan dan keterkaitan di dalamnya

    (Wasis, 2008). Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu atau teori yang

    dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan di bab tinjauan pustaka

    atau dengan kata lain kerangka konsep merupakan ringkasan dari tinjauan

    pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti

    (Setiadi, 2007).

    Berdasarkan tinjauan pustaka, pendidikan kesehatan diharapkan

    mampu menambah pengetahuan remaja putri mengenai Pemeriksaan

    Payudara Sendiri (SADARI) sehingga dapat menjadi salah satu upaya

    pencegahan kanker payudara. Kerangka konsep pada penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

    Input

    Pengetahuan remaja

    putri mengenai

    SADARI

    Intervensi

    Pendidikan

    kesehatan

    Output

    Perbedaan nilai

    pengetahuan remaja putri

    mengenai SADARI

  • 44

    Keterangan:

    : Variabel yang diteliti

    : Berpengaruh

    B. Definisi Operasional

    Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

    yang akan digunakan dalam penelitian secara oprasional sehingga akhirnya

    mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,

    2007). Definisi dari operasional menjadikan konsep yang masih bersifat

    abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel

    tersebut (Wasis, 2008).

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Cara

    Pengukuran

    Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    Ukur

    1 Pengetahuan

    remaja putri

    mengenai

    Pemeriksaan

    Payudara

    Sendiri

    (SADARI)

    Pengetahuan

    yang diukur

    berdasarkan

    kognitif

    remaja putri

    kelas VII

    dan VIII

    tentang

    SADARI

    Menggunakan

    skala

    Gutmann. Jika

    jawaban Ya bernilai 1,

    jawaban

    Tidak bernilai 0

    Kuesioner

    II & III

    Data numerik Interval

    C. Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah

    penelitian atau penjelasan sementara untuk menerangkan fenomena yang

    diamati atau suatu pertanyaan tentang hubungan yang diharapkan terjadi

    antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara

  • 45

    empirik atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut

    (Budiharto, 2008).

    Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai

    pengetahuan remaja putri di SMPN 3 Tangerang Selatan mengenai SADARI

    sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.

  • 46

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang disusun sedemikian

    rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban

    terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 2011). Penelitian ini

    menggunakan metode pre experimental design dengan one group pre-test

    post-test design. Penelitian pre-experimental design merupakan salah satu

    bentuk penelitian eksperimen yang memanipulasi independent variable,

    pemilihan subjek penelitian ini dilakukan secara non-random, dan tidak

    memiliki control group atau comparison group (Carmen, 2010 dalam

    Swarjana, 2012).

    O1 X O2

    Bagan 4.1 Desain Penelitian

    Keterangan:

    O1 : Mengukur tingkat pengetahuan responden sebelum

    diberikan pendidikan kesehatan

    X : Memberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan

    kepada responden O1

    O2 : Mengukur kembali tingkat pengetahuan responden setelah

    diberikan pendidikan kesehatan

    Pre-test Intervensi Post-test

  • 47

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan pada bulan

    Juni 2014.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena

    yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian

    (Mazhindu dan Scott, 2005 dalam Swarjana, 2012). Populasi dalam

    penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII dan VIII SMPN 3 Tangerang

    Selatan. Siswi yang hadir, bersedia jadi responden, sehat fisik dan mental

    merupakan kriteria inklusi. Adapun kriteria eksklusi dari penelitian ini

    adalah siswi yang tidak hadir, tidak bersedia menjadi responden dan sakit

    fisik maupun mental. Jumlah populasi siswi di sekolah ini sebanyak 478

    siswi.

    2. Sampel

    Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan

    menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Sampel dalam penelitian

    ini berjumlah 33 orang yang merupakan siswi kelas VII dan VIII bilingual

    SMPN 3 Tangerang Selatan.

    D. Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel (teknik sampling) adalah cara untuk

    menentukan sampel. Sampel yang representatif dapat diperoleh dengan dua

  • 48

    teknik sampling yang berbeda (Warsis, 2008). Teknik pengambilan sampel

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling.

    Consecutive sampling dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi

    kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel

    terpenuhi (Hidayat, 2008). Jenis sampling ini merupakan jenis non-

    probability sampling yang terbaik dan cara yang agak mudah (Nursalam,

    2008). Peneliti mempertimbangkan serta menyesuaikan dengan waktu atau

    jadwal siswi yang sedang mengadakan pekan remedial. Pada penelitian ini,

    peneliti mengambil sampel siswi kelas VII dan VIII bilingual. Teknik

    pengukuran besar sampel menggunakan rumus uji hipotesis data kontinyu:

    n =

    Keterangan :

    n = besar sampel minimum

    = nilai distribusi normal baku pada tertentu

    = nilai distribusi normal baku pada tertentu

    = harga varians di populasi

    =perkiraan selisih mean yang diteliti dengan mean di populasi

    Berdasarkan rumus diatas dengan = 0,05 diperoleh jumlah sampel

    sebanyak 33 orang. Sampel ini terdiri dari 14 orang siswi kelas VII dan 19

    orang siswi kelas VIII.

  • 49

    E. Instrumen Penelitian

    Jenis instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah

    daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang

    diinginkan (Warsis, 2008). Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian, bagian I

    berisi pertanyaan mengenai data demografi responden yang terdiri dari

    identitas responden, dan sumber informasi. Bagian II memuat pertanyaan

    mengenai pengetahuan responden tentang SADARI, dan kuesioner bagian III

    memuat praktik atau langkah-langkah SADARI serta tanda-tanda yang harus

    diwaspadai saat SADARI. Kuesioner bagian II merupakan kuesioner yang

    dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu kepada teori, sedangkan

    kuesioner bagian III diadaptasi dari Buku Saku Pencegahan Kanker Leher

    Rahim & Kanker Payudara (Depkes, 2009). Kuesioner ini berisi 37

    pertanyaan menggunakan skala Gutmann yaitu dengan interpretasi penilaian,

    apabila jawaban benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat,

    2008).

    Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian

    Variabel Parameter Jumlah

    Pertanyaan

    Nomor Pertanyaan

    Data

    demografi

    (kuesioner

    I)

    Umur, kelas,

    pengetahuan, dan

    sumber pengetahuan 7

    1,2,3,4,5,6, dan 7

    Pengetahuan

    tentang

    SADARI

    (kuesioner

    II)

    Definisi

    Tujuan

    Manfaat

    Kriteria

    Pengetahuan

    tentang kanker

    payudara

    2

    1

    3

    9

    2

    1,2

    3

    4,5,14

    6,7,8,9,10,11,12,13,15

    16,17

    Praktik Posisi SADARI 3 1,2,3

  • 50

    SADARI

    (Kuesioner

    III)

    Teknik SADARI

    Tanda yang harus

    diwaspadai saat

    SADARI

    9

    8

    4,5,6,7,8,9,10,11,12

    13,14,15,16,17,18,19,20

    F. Uji Validitas dan Reliabilitas

    Instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah instrumen

    penelitian yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data (Hidayat,

    2008). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam

    pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian pun akan valid dan

    reliabel. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu

    mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu.

    Sedangkan, reliabel adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran

    dilaksanakan oleh orang dan waktu yang berbeda (Setiadi, 2007).

    Uji validitas akan dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan. Peneliti akan

    mengambil 30 orang siswi sebagai responden dalam uji validitas dan

    reliabilitas ini. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas

    konten (content validity) karena setelah dilakukan uji validitas menggunakan

    rumus Pearson Product Moment hanya 15 dari 40 pertanyaan yang valid.

    Peneliti memutuskan untuk memperbaiki kata-kata dalam kuesioner tersebut

    dengan cara content validity sehingga didapatkan 37 pertanyaan valid.

    Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data. Uji

    reliabilitas dapat menggunakan rumus Spearman Brown (Hidayat, 2008).

    Rumus Spearman Brown:

    r11=

  • 51

    Keterangan :

    r11= koefisien reliabilitas internal seluruh item

    rb= nilai r Pearson dari pokok genap dengan pokok ganjil

    G. Tahapan Pengambilan Data

    Tahapan pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Peneliti memilih subjek yang akan dijadikan responden dalam penelitian

    ini

    2. Peneliti membuat surat perizinan penelitian dari Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan UIN Jakarta untuk pihak sekolah

    3. Peneliti menemui pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan

    membuat kontrak penelitian serta meminta untuk dipersiapkan calon

    responden

    4. Peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk penelitian

    5. Peneliti mendatangi pihak sekolah pada hari yang telah disepakati dan

    menemui para calon responden

    6. Pihak sekolah mengumpulkan para calon responden dalam satu ruangan

    7. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang penelitian yang

    akan dilakukan

    8. Peneliti dibantu dengan fasilitator membagikan lembar persetujuan

    menjadi responden dan lembar kuesioner pada responden sebelum

    diberikan pendidikan kesehatan, kuesioner diisi selama 10 menit

    9. Fasilitator mengumpulkan kembali lembar persetujuan dan kuesioner

    yang telah diisi oleh responden

  • 52

    10. Peneliti memberikan materi pendidikan kesehatan mengenai Pemeriksaan

    Payudara Sendiri (SADARI) dibantu oleh observer dan fasilitator. Materi

    yang diberikan terdiri dari definisi SADARI, langkah-langkah SADARI,

    pentingnya SADARI.

    11. Peneliti menggunakan media power point dengan LCD dan phantom

    payudara untuk alat peraga serta leaflet. Metode yang digunakan adalah

    ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab selama 60 menit

    12. Peneliti memberikan evaluasi kepada responden dengan meminta

    beberapa siswi untuk mempraktikkan kembali SADARI dan menjawab

    beberapa pertanyaan seputar SADARI.

    13. Peneliti mengundurkan diri dan membuat kontrak waktu satu minggu

    yang akan datang untuk membagikan kuesioner yang sama sebagai post

    test yang harus diisi oleh siswi.

    14. Peneliti menemui pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan

    membuat kontrak penelitian serta meminta untuk dipersiapkan calon

    responden

    15. Peneliti mempersiapkan kuesioner yang akan dibagikan

    16. Peneliti kembali memberikan kuesioner dengan konten yang sama kepada

    responden setelah diberikan pe