Lapsus Stemi inferior

download Lapsus Stemi inferior

of 23

Transcript of Lapsus Stemi inferior

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    1/23

    1

    LAPORAN KASUS

    I. Identitas Pasien

    Nama : Tn. A

    No. Rekam Medik : 63-61-03

    Usia : 47 tahun

    Tgl. MRS :7 November 2013

    II. Anamnesis

    Keluhan utama: nyeri dada

    Dialami sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Dirasakan muncul

    pada saat sedang beristirahat. Lokasi nyeri pada sebelah kiri dada, seperti rasa

    terbakar dan terasa tembus hingga ke punggung. Nyeri dada dirasakan lebih dari30 menit dan tidak hilang dengan istirahat. Selama serangan pasien mengeluh

    sesak nafas, berkeringat dan lemah. Pasien dapat tidur dengan 1 bantal dan tidak

    pernah terbangun dari tidur akibat sesak. Tidak ada riwayat sesak pada saat

    berkegiatan.

    Demam (-), riwayat pingsan (-)

    Nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (+)

    Buang air besar biasa, buang air kecil lancar.

    Riwayat penyakit sebelumnya:

    Riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu, berobat tidak teratur

    Riwayat Osteoarthritis (+) 2 tahun lalu

    Riwayat diabetes mellitus (-)

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    2/23

    2

    Merokok (+) 2 bungkus sejak 1 tahun yang lalu

    Riwayat mengkonsumsi minuman beralkohol disangkal

    Tidak ada riwayat penyakit jantung sebelumnya

    Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit jantung

    Tidak ada riwayat asma

    Tidak ada riwayat gastritis

    Faktor resiko:

    Faktor yang dapat modifikasi:

    Riwayat hipertensi

    Riwayat merokok (2 bungkus perhari sudah 1 tahun)

    Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:

    Jenis kelamin : Laki-laki

    III. Pemeriksaan Fisis

    Kesan umum: Tampak sakit sedang/gizi cukup/sadar

    Tanda vital:

    Tekanan darah : 170/90 mmHg

    Nadi : 70x/menit

    Pernapasan : 18 x/menit

    Suhu : 36,5C

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    3/23

    3

    3.Status lokalis

    a. Pemeriksaan kepala

    Mata : anemis -/-, ikterus -/-

    Bibir : sianosis -/-

    b. Pemeriksaan leher

    Limfadenopati : -

    DVS : R + 0 cmH2O

    c. Pemeriksaan dada

    Inspeksi : Normochest, pergerakan gerak napas

    simetris.

    Palpasi : Massa tumor (-)

    Perkusi : Sonor

    Auskultasi : Bunyi utama :

    Bronkovesikuler

    Bunyi tambahan :

    Wheezing (-/-), Rhonki

    d. Pemeriksaan jantung

    Inspeksi : Ictus cordis tdak tampak

    Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

    Perkusi :

    Batas jantung kanan : Linea parasternalis dekstra

    Batas jantung kiri : Linea midklavikularis sinistra

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    4/23

    4

    Auskultasi : BJ I/II,regular

    Bising (-)

    e. Pemeriksaan abdomen

    Inspeksi : Datar, ikut gerak napas

    Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal

    Perkusi : Timpani (+) Asciters (-)

    Palpasi : Hepar : tidak teraba

    Limpa : tidak teraba

    Massa tumor (-)

    f. Pemeriksaan ekstremitas

    Inspeksi : Edema pretibial (-/-)

    Palpasi : Akral hangat

    IV. Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium

    Hasil Nilai Normal

    HGB 16 g/dL 14 - 18 g/dL

    WBC 17,72.10 /mm (4 - 10).10 /mm

    PLT 375.10 /mm (150 - 500).10 /mm

    CK 91 U/L < 190 U/L

    Troponin T

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    5/23

    5

    Ureum 30 mg/dL 10 - 50 mg/dL

    Kreatinin 0,9 mg/dL < 1,3 mg/dL

    SGOT 24 U/L < 38 U/L

    SGPT 23 U/L < 41 U/L

    GDS 388 mg/dL 140 mg/dL

    Cholesterol Total 235 mg/dl 200mg/dl

    HDL 34 mg/dl > 55 mg/dl

    LDL 130 mg/dl

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    6/23

    6

    Interpretasi

    Rhythm : Sinus

    Heart rate : 56 bpm

    Regularity : reguler

    Axis : Normoaxis, 20o

    QRS duration : 0.92 s

    PR interval : 0.12s

    P wave : 1.08s

    ST Segment : T inverted at lead II,III, AVF

    Conclusion : Possible Inferior myocardial infarction, probably old

    summary

    Ekokardiografi

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    7/23

    7

    Kesimpulan:

    Disfungsi sistolik dan diastolik LV, EF 67 %

    LVH(-)

    Hipokinetik basal inferior + inferoseptal

    V. Diagnosis

    STEMI Anteroseptal onset >24 jam killip 1

    VI. Penatalaksanaan

    Tirah baring

    O22-4 lpm ( via nasal canule )

    IVFD NaCl 0,9 500cc/24 jam

    Diet Jantung

    Rencana Primary PCI

    Anti Agregasi Platelet

    ASA (Aspilet) 320 mg (4 tab) loading dose

    Clopidogrel (Plavix) 600 mg (8 tab) loading dose

    Nitrat

    ISDN (Cedocard ) 2 mg/hour/SP10 cc/hour

    Anti Hipertensi

    ACE-I (Captopril) 12,5 mg 1-1-1

    Anti Kolesterol

    HMG-Co A reductase inhibitor (Simvastatin) 20 mg 0-0-1

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    8/23

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    9/23

    9

    PEMBAHASAN

    PENDAHULUAN

    Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke

    otot jantung terganggu sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk

    memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan sehingga berakibat adanya gangguan

    pada organ-organ tubuh. Hal ini bisa disebabkan trombus arteri koroner oleh

    ruptur plak yang dipermudah terjadinya oleh faktor-faktor seperti

    hipertensi,merokok dan hiperkolesterolemia. IMA dengan elevasi ST (STEMI)

    merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut yang terdiri dari angina

    pektoris tak stabil, AMI tanpa elevasi ST dan AMI dengan elevasi ST. STEMI

    terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskular,

    di mana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan

    akumulasi lipid. Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal

    pasien AMI. (Kosowsky, 2009).

    Ada dua tipe dasar infark miokard akut:

    Transmural: terkait dengan aterosklerosis arteri koroner utama yang

    melibatkan. Hal pada anterior, posterior, inferior, lateral atau septum. Infark

    transmural memperpanjang melalui seluruh ketebalan otot jantung dan biasanya

    merupakan akibat dari kurang suplai darah di daerah itu.

    Subendocardial: melibatkan area kecil di dinding subendocardial dari ventrikel

    kiri, septum ventrikel, atau otot papiler. Infark Subendocardial dianggap akibat

    dari suplai darah menurun secara lokal, mungkin dari penyempitan arteri

    koroner. Daerah subendocardial adalah terjauh dari suplai darah jantung dan lebih

    rentan terhadap jenis patologi. (Reznik, 2010)

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    10/23

    10

    II. ETIOLOGI

    Infark miokard terjadi oleh penyebab yang heterogen, antara lain:

    Infark miokard tipe 1 Infark miokard secara spontan terjadi karena ruptur plak,

    fisura, atau diseksi plak aterosklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan

    ketersediaan oksigen dan nutrien yang inadekuat memicu munculnya infark

    miokard. Hal-hal tersebut merupakan akibat dari anemia, aritmia dan hiper atau

    hipotensi.

    Infark miokard tipe 2 Infark miokard jenis ini disebabkan oleh vaskonstriksi dan

    spasme arteri menurunkan aliran darah miokard.

    Infark miokard tipe 3 Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak

    ditemukan. Hal ini disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan atau

    penderita meninggal sebelum kadar pertanda biokimiawi sempat meningkat.

    Infark miokard tipe 4a Peningkatan kadar pertanda biokimiawi infark miokard

    (contohnya troponin) 3 kali lebih besar dari nilai normal akibat pemasangan

    percutaneous coronary intervention (PCI) yang memicu terjadinya infark miokard.

    Infark miokard tipe 4b Infark miokard yang muncul akibat pemasangan stent

    trombosis.

    Infark miokard tipe 5 Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai

    normal. Kejadian infark miokard jenis ini berhubungan dengan operasi bypass

    koroner(Thygesen, 2007).

    Abnormalitas kadar lipid serum yang merupakan faktor resiko adalah

    hiperlipidemia. Hiperlipidemia adalah peningkatan kadar kolesterol atau

    trigliserida serum di atas batas normal. The National Cholesterol Education

    Program (NCEP) menemukan kolesterol LDL sebagai faktor penyebab penyakit

    jantung koroner.The Coronary Primary Prevention Trial (CPPT) memperlihatkan

    bahwa penurunan kadar kolesterol juga menurunkan mortalitas akibat infark

    miokard. (Brown, 2006)

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    11/23

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    12/23

    12

    Pada lokasi rupture plak berbagai agonis (kolagen , ADP,

    epinefrin,serotonin) memicu aktivitas trombosit dan selanjutnya memproduksi dan

    melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten).

    Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel

    yang rusak. Factor VII dan X diaktivasi,mengakibatkan konversi prothrombin

    menjadi thrombin, yang kemudian menkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri

    coroner kemudian akan mengalami oklusi oleh thrombus yang terdiri agregat

    trombosit dan fibrin.

    DIAGNOSIS

    Diagnosis kerja yang ditegakkan dari kasus adalah STEMI (ST Elevation

    Myocardial I nfarction). Dengan dasar anamnesis nyeri dada yang khas dan

    gambaran EKG yang menunjukkan adanya Elevasi ST 2mm, minimal pada 2

    sadapan prekordial yang berdampingan atau 1mm pada 2 sadapan ekstremitas.

    Jika dilakukan pemeriksaan enzim jantung dan hasil troponin T yang meningkat,

    maka semakin memperkuat diagnosis, namun keputusan untuk memberikan terapi

    revaskularisasi tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan enzim, mengingat dalam

    tatalaksana Infark Miokard Akut (IMA), prinsip utama pelaksanaan adalah time is

    muscle dengan mengejar waktu agar prognosa lebih baik jika diberi terapi

    trombolitik pada jangka waktu yang sesuai selepas serangan jantung.

    Anamnesis

    Nyeri dada :

    Sifat nyeri dada (angina) merupakan gejala cardinal pasien MI :

    Lokasi : substernal,retrosternal,dan perikordial

    Sifat nyeri : rasa sakit ditekan,terbakar,ditindih benda berat,

    ditusuk,diperas,dipelintir.

    Penjalaran : lengan kiri,leher, punggung, interskapula,perut

    Nyeri tidak membaik/menghilang sepenuhnya dengan istirahat/ nitrat

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    13/23

    13

    Factor pencetus: latihan fisik,stres emosi,udara dingin,dan sesudah makan.

    Gejala yang menyertai: mual,muntah,sulit bernafas, keringat dingin,cemas,lemas.

    Sesak napas (Dispneu) adalah pernapasan yang disadari dan abnormal dengan ciri

    napas tidak menyenangkan, sukar bernapas. Sesak napas ini merupakan keluhan

    dari:

    Penyakit jantung : koroner, valvular, dan miokardial

    Penyakit paru : limitasi aliran udara masuk ke paru (gangguan ventilasi) dan

    keadaan hipoksia pada keadaan restriktif, terjadi stimulasi napas karna hipoksia.

    Penyakit deformitas dinding toraks

    Sakit otot pernapasan

    Obesitas

    Anemia, dll.

    Riwayat sesak napas sangat penting untuk memperkirakan penyebab yang

    mendasari.Kemungkinan penyebabnya adalah emboli paru, pneumotoraks, udema

    pulmonal akut, pneumonia, atau obstruksi jalan napas.Sesak napas yang hilang

    dengan pemakaian bronkodilator dan kortikosteroid diperkirakan akibat asma.

    Namun sesak napas yang hilang dengan istirahat, obat diuretik, dan digitalis

    diperkirakan akibatgagal jantung kiri. Gradasi sesak napas akibat gagal jantung

    kiri dimana ventrikel kiri dan atau atrium kiri tinggi adalah :

    - Dyspnea on Effort (DOE)- Orthopnea- Paroxysmal Nocturnal Dyspnea- Dyspnea at rest

    Perbedaan prinsip DOE pada individu normal dengan penderita gagal jantung kiri

    adalah derajat aktivitas yang menyebabkan keluhan.Pada individu normal beban

    latihan berat menyebabkan dispneu.Pada gagal jantung kiri yang makin berat,

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    14/23

    14

    intensitas latihan yang menyebabkan dispneu yang tidak terjadi sebelumnya. DOE

    pada gagal jantung kiri merupakan akibat dari desaturasi arteri, hipertensi vena

    pulmonalis, dan stiff lung.

    Pemeriksaan Fisis

    Sebagian besar pasien cemas dan tidak bias istirahat,seringkali ekstremitas

    pucat dan keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan

    banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI.

    EKG

    Pemeriksaan EKG 12 sadapan harus dilakukan pada semua pasien dengan

    nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI.Pemeriksaan ini harus dilakukan

    segera dalam 10 menit sejak kedatangan di IGD. Pemeriksaan ini merupakan

    landasan dalam menentukan keputusan terapi karena bukti kuat menunjukkan

    gambaran elevasi segmen ST dapat mengidentifikasi pasien yang bermanfaat

    untuk dilakukan terapi reperfusi.

    Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen ST

    mengalami evolusi menjadi gelombang Q pada EKG yang akhirnya didiagnosis

    Infark Miokard Gelombang Q. Sebagian kecil tetap menetap menjadi Infark

    Miokard Non Gelombang Q. jika obstruksi trombus tidak total, obstruksi bersifat

    sementara atau ditemukan banyak kolateral, biasanya tidak ditemukan elevasi

    segmen ST. pasien tersebut biasanya mengalami angina pektoris tidak stabil atau

    non STEMI. Pada sebagian pasien tanpa elevasi ST berkembang tanpa

    menunjukkan gelombang Q disebut infark non Q.

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    15/23

    15

    Lokasi infark miokard berdasarkan perubahan gambaran EKG

    No Lokasi Gambaran EKG

    1 AnteriorElevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-

    V4/V5

    2 AnteroseptalElevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-

    V3

    3 AnterolateralElevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-

    V6 dan I dan aVL

    4 Lateral

    Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V5-

    V6 dan inversi gelombang T/elevasi ST/gelombang

    Q di I dan aVL

    5 InferolateralElevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,

    aVF, dan V5-V6 (kadang-kadang I dan aVL).

    6 Inferior

    Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,

    dan aVF

    7 InferoseptalElevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,

    aVF, V1-V3

    8True

    posterior

    Gelombang R tinggi di V1-V2 dengan segmen ST

    depresi di V1-V3. Gelombang T tegak di V1-V2

    9RV

    Infraction

    Elevasi segmen ST di precordial lead (V3R-V4R).

    Biasanya ditemukan konjungsi pada infark inferior.

    Keadaan ini hanya tampak dalam beberapa jam

    pertama infark.

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    16/23

    16

    Biomarker kerusakan jantung

    Pemeriksaan yang dianjurkan adalah Creatinine Kinase (CK) MB dan

    Cardiac Spesific Troponin (cTn)T atau cTn I dan dilakukan secara serial. cTnharus digunakan sebagai petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai

    kerusakan otot miokard, karena pada keadaan ini juga akan diikuti peningkatan

    CKMB. Pada pasien dengan Elevasi ST dan gejala AMI (Infark Miokard Akut),

    terapi reperfusi diberikan segera mungkin dan tidak tergantung pada pemeriksaan

    biomarker.

    Peningkatan nilai enzim di atas 2 kali nilai batas normal, menunjukkan ada

    nekrosis jantung (miokard infark).

    CKMB : meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak

    dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari. Operasi jantung,

    miokarditis, dan kardioversi elektrik juga dapat meningkatkan CKMB

    PENATALAKSANAAN

    Tujuan pengobatan Infark Miokard Akut adalah

    mengurangi/menghilangkan nyeri dada, identifikasi cepat pasien yang merupakan

    kandidat terapi reperfusi segera, triase pasien risiko rendah ke ruang yang terpat di

    rumah sakit dan menghindari pemulangan cepat pasien dengan STEMI.

    Tatalaksana Umum

    Oksigen

    Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    17/23

    17

    menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara

    dilatasi pembuluh koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri

    dada terus berlangsung dapat diberikan NTG intravena.NTG intravena juga

    diberikan untuk mengendalikan hipertensi atau edema paru.Tapi nitrat harus

    dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistol 60

    menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval PR

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    18/23

    18

    adalah konstriksi vena dan arteriolar melalui penurunan simpatis, sehingga dapat

    terjadi pooling vena yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan darah

    arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi dengan elevasi tungkai dan pada

    kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan IV dengan NaCl 0,9%. Morfin

    juga dapat memberikan efek samping bradikardia, blok jantung derajat tiga,

    terutama pada pasien dengan infark posterior. Namun hal ini dapat dicegah

    dengan pemberian atropin 0,5 mg IV.

    Terapi Reperfusi

    Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan derajat

    disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI

    berkembang menjadi gagal jantung atau takiaritmia ventrikular maligna. Sasaran

    terapi reperfusi pada pasien STEMI adlah door-to-needle (atau medical contact-

    to-needle) time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30 menit

    atau door-to-balloon (atau medical contact-to-balloon) time untuk PCI dapat

    dicapai dalam 90 menit.

    Tapi ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih terapi reperfusi

    ini, yaitu waktu onset gejala (terapi fibrinolisis sebaiknya diberikan 2 jam

    pertama, sedangkan PCI boleh setelah 2 jam), risiko mortalitas pasien STEMI,

    risiko perdarahan, waktu & fasilitas di RS

    Terapi Fibrinolitik

    Pengobatan lebih awal fibrinolisis (door-drug < 30 menit) dapat membatasi

    luasnya infark, fungsi ventrikel normal, dan mengurangi angka kematian. Ada

    beberapa jenis obat fibrinolitik, misalnya Streptokinase (SK), Tissue Plasminogen

    Activator (tPA), Reteplase (Retavase), dan Tenekteplase (TNKase). Di Indonesia

    umumnya tersedia Streptokinase, dengan dosis pemberian sebesar 1,5 juta U,

    dilarutkan dalam 100 cc NaCl 0,9% diberikan secara infus selama 1 jam.

    Percutaneous Coronary Intervention (PCI)

    Intervensi koroner perkutan, biasanya angioplasti dan/atau stenting tanpa

    didahului fibrinolisis disebut PCI primer. PCI ini efektif dalam mengembalikan

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    19/23

    19

    perfusi pada STEMI jika dilakukan dalam beberapa jam pertama Infark Miokard

    Akut. PCI primer lebih efektif dari fibrinolisis dalam membuka arteri koroner

    yang tersumbat dan dikaitkan dengan outcome klinis jangka pendek dan jangka

    panjang yang lebih baik. Dibandingkan trombolisis, PCI primer lebih dipilih jika

    terdapat syok kardiogenik (terutama pasien 3 jam

    Tidak tersedia pilihan invasif terapi

    Kontak doctor-baloon atau door-

    baloon> 90 menit

    (door-baloon) minus (door-needle)

    lebih dari 1 jam.

    Tidak terdapat kontraindikasi

    fibrinolisis

    Tersedia ahli PCI

    Kontak doctor-baloonatau door balloon 4/menit

    Repetitif VES : couple, triple, quatriple

    Bentuk multipledari VES pada 1 sadapan

    VT atau VF tanpa ada VES sebelumnya dapat pula terjadi. Aritmia atrial : atrial

    takikardia, atrial fibrilasi, atrial flutter jarang terjadi, tetapi bila ada menyebabkan

    gangguan/kemudian hemodinamik. Bradiaritmia akibat kerusakan nodus SA atau

    AV sering terjadi pada IMA di dinding inferior.

    Gagal Jantung Kongestif

    Gagal jantung kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi

    miokardium. Tempat kongesti bergantung ventrikel yang terlibat. Disfungsi

    ventrikel kiri atau gagal jantung kiri menyebabkan kongesti pada vena pulmonalis.

    Sedangkan disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan menyebabkan

    kongesti vena sistemik. Kegagalan pada kedua ventrikel disebut kegagalan

    biventrikular. Gagal jantung kiri merupakan komplikasi mekanis yang paling

    seding terjadi setelah Infark Miokard.

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    21/23

    21

    Syok Kardiogenik

    Syok kardiogenik terjadi akibat disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami

    infark yang masif, biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri. Selainpengobatan awal dan keberhasilan revaskularisasi primer melalui PTCA di

    beberapa RS, syok kardiogenik tetap merupakan penyebab kematian utama pada

    pasien rawat inap yang menderita infark miokardium.Syok kardiogenik

    merupakan lingkaran maut dengan perubahan hemodinamik progresif hebat yang

    ireversibel, dimana terjadi penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi koroner,

    dan peningkatan kongesti paru. Bila terjadi hipotensi, asidosis metabolik dan

    hipoksemia selanjutnya akan semakin menekan fungsi miokardium. Insidensi

    syok kardiogenik adalah 10-15% kasus sedangkan kematiannya mencapai 68%

    jika tidak segera diobati. Terapinya menggunakan obat trombolitik, pompa balon

    intra-aorta (IAPB) dan revaskularisasi awal dengan angioplasti atau cangkok

    pintas arteria koronaria (CABG) dapat menurunkan mortalitas.

    Emboli/Tromboemboli

    Merupakan komplikasi klinis nyata pada infark miokardium akut dalam 10%

    kasus (terutama dengan infark yang luas pada dinding anterior). EKG 2 dimensi

    memperlihatkan sekitar sepertiga penderita infark anterior memiliki trombi dalam

    ventrikel kiri, tetapi jarang terjadi pada penderita infark inferior dan

    posterior.Tromboembolisme dianggap merupakan faktor penting yang berperan

    dalam kematian sekitar 25% pasien infark yang meninggal setelah dirawat inap.

    Emboli arteri berasal dari trombi mural dalam ventrikel kiri dan dapat

    menyebabkan stroke bila terdapat dalam sirkulasi serebral. Sebagian besar emboli

    paru terjadi di vena tungkai dan terbatasnya aliran darah ke jaringan menyebabkan

    meningkatnya risiko.

    Defek Septum Ventrikel (VSD)

    Nekrosis septum interventrikular dapat menyebabkan ruptur dinding septum

    sehingga terjadi defek septum ventrikel.Septum mendapatkan aliran darah ganda

    (yaitu dari arteria yang berjalan turun pada permukaan anterior dan posterior

    sulkus interventrikularis) sehingga ruptura septum menunjukkan adanya penyakit

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    22/23

    22

    arteria koronaria yang cukup berat, yang mengenai lebih dari satu arteri.Pada

    hakekatnya, ruptur membentuk saluran keluar kedua dari ventrikel kiri. Pada tiap

    kontraksi ventrikel maka aliran terpecah dua, yaitu melalui aorta dan defek

    septum ventrikel.Tekanan jantung kiri jauh lebih besar dari jantung kanan

    sehingga darah dipirau melalui defek dari kiri ke kanan (dari tekanan lebih besar

    ke tekanan lebih rendah). Darah yang dipindahkan ke kanan jantung cukup besar

    jumlahnya sehingga darah yang menuju sistemik (curah jantung) menjadi sangat

    berkurang, disertai dengan peningkatan kerja ventrikel kanan dan kongesti paru-

    paru

    PROGNOSIS

    Terdapat beberapa sistem untuk menentukan prognosis pasca IMA :

    Klasifikasi Killip, berdasarkan pemeriksaan fisik bedside sederhana ; S3 gallop,

    kongesti paru dan syok kardiogenik

    Klasifikasi Forrester, berdasarkan monitoring hemodinamik indeks jantung dan

    pulmonary capillary wedge pressure(PCWP)

    TIMI risk score, adalah sistem prognostik paling akhir yang menggabungkan

    anamnesis sederhana dan pemeriksaan fisik yang dinilai pada pasien STEMI yang

    mendapat terapi trombolitik.

    Tabel 1. Klasifikasi Killip pada Infark Miokard Akut

    Kelas Defenisi Mortalitas %

    I Tak ada tanda gagal jantung kongestif 6

    II + S3 dan atau ronki basah 17

    III Edema paru 30-40

    IV Syok kardiogenik 60-80

  • 8/13/2019 Lapsus Stemi inferior

    23/23

    23

    Tabel 2.Klasifikasi Forrester untuk Infark Miokard Akut

    KelasIndeks kardiak

    (L/min/m

    2

    )

    PCWP (mmHg) Mortalitas %

    I >2,2 2,2 >18 9

    III