lapsus psoriasis vulgaris.doc

15
PSORIASIS VULGARIS Luvita Amallia S a Endang Triwahyuni b a Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammaiyah Jakarta b Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi Abstrak Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai dengan fenomenon tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Dilaporkan sebuah kasus anak laki-laki berusia tiga belas tahun dengan psoriasis vulgaris. Pada hari jumat tanggal 15 agustuss 2014 pasien datang dengan keluhan bercak putih kemerahan, bersisik, kadang disertai rasa gatal Bercak terdistribusi di siku kedua tangan dan lutut kedua kaki. Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan gambaran makula eritema, plak, skuama kasar putih berlapis-lapis namun tidak dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk membantu menegakkan diagnosis. Pada kasus, pasien diterapi dengan racikan salep topikal dengan isi (kloderma 10 g, vasselin alba 50 g), dioleskan tiap pagi dan sore, dan obat oral diberikan rihest tab satu kali satu. Efek terapi pada pasien dinilai membaik karena pasien kembali untuk melakukan kontrol, pada hari selasa tanggal 02 september 2014 dengan keluhan bercak yang sebelumnya tebal semakin menipis, tetapi masih ada rasa gatal. Pasien diberikan 1 | Page

Transcript of lapsus psoriasis vulgaris.doc

LAPORAN KASUS I

PSORIASIS VULGARISLuvita Amallia S a Endang Triwahyuni b

a Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammaiyah Jakarta

b Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi

Abstrak

Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai dengan fenomenon tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.

Dilaporkan sebuah kasus anak laki-laki berusia tiga belas tahun dengan psoriasis vulgaris. Pada hari jumat tanggal 15 agustuss 2014 pasien datang dengan keluhan bercak putih kemerahan, bersisik, kadang disertai rasa gatal Bercak terdistribusi di siku kedua tangan dan lutut kedua kaki. Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan gambaran makula eritema, plak, skuama kasar putih berlapis-lapis namun tidak dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk membantu menegakkan diagnosis. Pada kasus, pasien diterapi dengan racikan salep topikal dengan isi (kloderma 10 g, vasselin alba 50 g),dioleskan tiap pagi dan sore, dan obat oral diberikan rihest tab satu kali satu. Efek terapi pada pasien dinilai membaik karena pasien kembali untuk melakukan kontrol, pada hari selasa tanggal 02 september 2014 dengan keluhan bercak yang sebelumnya tebal semakin menipis, tetapi masih ada rasa gatal. Pasien diberikan lanjutan terapi dengan obat oral rihest tab diminum bila gatal satu kali satu perhari, racikan salep topikal dengan isi ( salicyl acid 3%, kloderma 10gr, vasselin alba 50gr ), dioleskan tiap pagi dan sore. Kata kunci : psoriasis vulgaris, autoimun, salycil acid, kloderma, vasellin alba.Abstract

Psoriasis vulgaris is an autoimmune disease, are chronic and recurrent, characterized by patches demarcated erythema with rough scaly, multi-layered and transparent; phenomenon is accompanied by droplets of wax, Auspitz, and Kobner.

Reported a case of a boy of thirteen years with psoriasis vulgaris. On Friday the 15th of 2014 agustuss patients present with white patches of redness, flaky, sometimes itchy elbow patches distributed in both hands and both feet knees. On dermatological examination found a picture of macular erythema, plaque, scaling rough white layered but not be investigated further to help make the diagnosis. In case, the patient was treated with topical ointment blend with the content (kloderma 10 g, 50 g Vasselin alba), applied every morning and afternoon, and oral medication is given once a rihest tab. Therapeutic effect in patients assessed improved because patients returned to control, on Tuesday, the date of 02 September 2014, with complaints that the previous patches thick dwindling, but there are still itching. Patients are given a follow-up therapy with oral medication taken when the itch rihest tab once a day, mixing topical ointment to the content (Salicyl acid 3%, kloderma 10gr, 50gr Vasselin alba), applied every morning and afternoon.Keyword : psoriasis vulgaris, autoimun, salycil acid, kloderma, vasellin alba.BAB I

PENDAHULUAN

Ada berbagai macam kelainan kulit salah satunya adalah psoriasis vulgaris. Kelainan kulit ini merupakan bagaian dari penyakit kulit Dermatosis Eritroskuamosa yaitu penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritama dan skuama yang meliputi psoriasis, parapsoriasis, pitiriasis rosea, dermatitis seboroik, lupus erimatosus, dan dermatofitosis. Kasus psoriasis ini makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat perjalannya menahun dan residif. Penyebabnya masih belum jelas, biasanya lebih banyak mengenai usia dewasa muda, frekuensi pria dan wanita hampir sama. Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa indian di Amerika. Lesi pada psoriasis adalah sangat khas, sering disebut dengan plak karena terdapat peninggian pada kulit yang berwarna merah dan berbatas tegas. Psoriasis dapat mengenai kulit hampir seluruh bagian tubuh umumnya meliputi lutut, siku, kulit kepala, badan, dan kuku. Diatas plak tersebut terdapat skuama yang berlapis-lapis yang tersusun atas sel kulit yang mati. Kulit dengan psoriasis biasanya sangat kering, bisanya sakit, dan juga gatal.1,3,4Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai dengan fenomenon tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.1Pada makalah ini akan dibahas sebuah kasus anak laki-laki usia tiga belas tahun dengan kecurigaan psoriasis vulgaris berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan dermatologis yang ditemukan. Pembahasan terbatas pada keadaan klinis yang ditemukan baik melalui anamnesis maupun pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan serta prognosis pasien setelah mendapatkan terapi. BAB II

LAPORAN KASUS

Dilaporkan seorang anak berusia tiga belas tahun, pada hari jumat tanggal 15 agustus 2014 datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi dengan keluhan timbul bercak putih kemerahan, bersisik. Bercak terdistribusi di siku kedua tangan dan lutut kedua kaki sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit. Bercak kadang terasa gatal, keluhan sistemik seperti demam, malaise, anoreksia disangkal. Riwayat penyakit dahulu yang sama seperti yang dikeluhkan kurang lebih tiga tahun yang lalu.Keluarga menyangkal keluhan sempat diobati sebelum dibawa ke rumah sakit. Riwayat sama pada keluarga disangkal. Riwayat alergi, asma, ataupun riwayat atopic lainnya disangkal keluarga. Pasien merupakan anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Pasien tidak mengeluh bertambah gatal saat berkeringat Pasien mandi 2x sehari (pagi & sore) sehari, memakai air pam dan sabun; dalam sehari hanya berganti pakaian sebanyak 1 kali. Pakaian luar dan pakaian dalam selalu dicuci dengan menggunakan deterjen dan dikeringkan sebelum dipakai dan selalu menggunakan pakaian miliknya dan tidak pernah bertukar pakaian maupun handuk. Pasien tampak sakit ringan dengan kesadaran composmentis dan tanda-tanda vital dalam batas normal (Tekanan darah tidak dilakukan pemeriksaan, frekuensi nafas : 20x permenit, frekuensi nadi : 100 x permenit, suhu : 36.3oC). Status generalisata lain dalam batas normal.

Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan lesi eritema, plak, skuama kasar putih berlapis-lapis di regio sikut dan knee (gambar 1). Pemeriksaan penunjang tambahan lain tidak dilakukan.Foto pasien pada tanggal 15 Agustus 2014

Gambar 1 : eritema, plak, skuama kasar putih berlapis-lapis pada pasien (panah merah)

Pasien diberi terapi berupa dengan racikan salep topikal dengan isi kloderma 10 g, vasselin alba 50 g, dioleskan tiap pagi dan sore dan obat oral diberikan rihest tab satu kali satu. Efek terapi pada pasien dinilai membaik karena pasien kembali untuk melakukan kontrol, pada hari selasa tanggal 02 september 2014 dengan keluhan bercak yang sebelumnya tebal semakin menipis, tetapi masih ada rasa gatal. Pasien diberikan lanjutan terapi dengan obat oral rihest tab diminum bila gatal satu kali satu perhari, racikan salep topikal dengan isi ( salicyl acid 3%, kloderma 10gr, vasselin alba 50gr ), dioleskan tiap pagi dan sore.

Foto pasien pada tanggal 02 september 2014

Gambar II : plaq, eritema, skuama tipis-tipis.

Prognosis Quo ad vitam pada pasien ad bonam, Quo ad Functionam : ad bonam, Quo ad sanationam : dubia ad bonamBAB IIIDISKUSI DAN PEMBAHASAN

Dilaporkan seorang anak laki-laki berusia tiga belas tahun yang berasal dari keluarga menengah ke bawah pada hari jumat tanggal 15 agustus 2014 datang ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekarwangi dengan keluhan yang dicurigai sebagai psoriasis vulgaris. Jika dilihat dari jenis kelamin pasien, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa Insiden psoriasis pada pria agak lebih banyak dari pada wanita, terdapat pada semua usia, tetapi umumnya pada dewasa. 1 Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada bangsa kulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa indian di amerika. 1,4,5

Pasien yang dicurigai dengan psoriasis vulgaris datang dengan keluhan timbul bercak putih kemerahan bersisik. Bercak terdistribusi di siku kedua tangan dan lutut kedua kaki Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan gambaran lesi berupa eritema, plak, skuama kasar putih berlapis-lapis. Gambaran klinis ini cocok dengan gambaran klinis pada pasien psoriasis vulgaris. Pada penderita psoriasis keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksinya pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikuler, numular atau plakat, dapat berkonfluensi.1,2,3

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin (kaarsvlek phenomena), Auspitz dan Kobner (isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu diangggap khas, sedangkan ynag terakhir tak khas, hanya kira-kira 47% yang positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka plana juvenilis. Pada fenomena tetesan lilin ialah skuama dikerok, maka akan timbul garis-garis putih pada goresan seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Sedangkan pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis yaitu dengan dikerok terus secara hati-hati sampai ke dasar skuama. Taruma pada kulit penderita psoriasis misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan psoriasis dan disebut fenomena Kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.4,5 Gambar 2: effloresensi psoriasis vulgaris

Tempat predileksi lesi pada pasien berada sikut dan lutut, sedangkan Tempat predileksi tersering pada psoriasis vulgaris adalah pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.1,3,4

Diagnosis pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang tambahan lain untuk membantu menegakkan diagnosis. Berdasarkan teori yang ada, Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis dari penyakit, pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk memberikan gambaran terapi terhadap obat-obatan yang sensitif dan menyingkirkan kemungkinan diagnosa banding. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:Laboratorium & HistopatologiPemeriksaan darah rutin, mencari penyakit infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk penyakit diabetes mellitus.1Hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, papilomatosis dan hilangnya stratum granulosum.1Diagnosis banding dari psoriasis vulgaris, antara lain: Pada diagnosis banding hendaknya selalu diingat, bahwa pada psoriasis terdapat tanda-tanda khas, yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis, fenomena tetesan lilin, dan fenomena Auspits. Psoriasis vulgaris dapat dibedakan dengan bebberapa kelainan dibawah ini:1,4 1. Dermatitis seboroik Biasanya menunjukkan kulit yang berminyak tanpa skuama yang berlapis-lapis.

2. Lues stadium II (psorisisform)

Skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam pada malam hari (dolores nocturnal). Lesi tidak gatal, dapat ditemukan di telapak tangan dan telapak kaki, terdapat pembesaran kelenjar getah bening yang generalista dan tes serologi untuk sifilis (TSS) positif. 3. Ptiriasis rosea

Biasanya berjalan subakut,lesi berbentuk oval, tepi sedikit meninggi dan ditutupi skuama halus. Predileksi biasanya didaerah badan yang tertutup pakaian. Terapi yang diberikan pada pasien dengan racikan salep topikal dengan isi salycil acid 2%, kloderma 10 g, vasselin alba 50 g. Dioleskan tiap pagi dan sore. Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan. Pengobatan psoriasis ada 2 macam meliputi pengobatan topikal dan sistemik.1,2

Pengobatan Topikal1. Preparat tar : Preparat tar mempunyai efek sebagai antiradang serta dapat menghambat proliferasi keratinosit. Dibagi menjadi 3 yaitu :1. fosil, misalnya iktiol2. kayu, misalnya olium cadini dan olium ruski

3. batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens

2. Kortikosteroid topical : Mempunyai efek anti inflamasi dan anti mitosis. Dipakai kortikosteroid potensi sedang sampai kuat. Jika telah terjadi perbaikan potensinya dan frekuensinya dikurangi. 3. Anthralin : Mempunyai efek antiinflamasi dan menghambat proliferasi keratinosit. Efek sampingnya adalah bersifat iritasi dan mewarnai kulit dan pakaian.Pengobatan sistemik

1. Kortikosteroid :dapat mengontrol psoriasis, menurut pengalaman penulis dosisnya kira-kira ekuivalen dengan prednison 30 mg perhari. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberikan dosis pemeliharaan.

2. Obat Sitostatik : metroteksat dosisnya 3 x 2,5 mg, dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg.

3. Levodopa : dosisnya 2x250mg 3x500 mg.

4. Etretinat (tegison, tigason) dan asitresin (neotigason) 5. Siklosporin : efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kgBB sehari.

6. Terapi biologik Terapi non-medikamentosa: Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya yang bersifat kronik dan residif. Penyakit memiliki kemungkinan untuk kambuh disarankan untuk rutin kontrol berobat Tidak menggaruk kulitnya saat gatal Menjaga kebersihan diri dan lingkungan Menyarankan pasien untuk menghindari stres emosional yang dapat memperparah kondisi pasien Prognosis pada kasus ad vitam : ad bonam karena tidak adanya bukti psoriasis vulgaris mengancam jiwa, tetapi bersifat kronis dan residif. Belum ada cara yang efektif dan memberi penyembuhan yang sempurna.1DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. Dkk.: Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta (2002).2. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu penyakit kulit. Jakarta : Perpustakaan Nasional 3. Siregar, R. S.: Atlas Berwarna Saripati penyakit Kulit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta (1996).

4. Sularsito, Sri Adi. Dkk.: Dermatologi Praktis. Perkumpulan Ahli Dermato Venereologi Indonesia, Jakarta (1986).

5. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit Kulit Dan Kelamin RSUP Denpasar. Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar (2000).1 | Page