Lapsus Psikiatri

download Lapsus Psikiatri

of 25

description

kedokteran kejiwaandistimia

Transcript of Lapsus Psikiatri

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIENNama

: Ny. DUsia

: 56 tahun

Jenis Kelamin: PerempuanAlamat: Jl. Kembang sepatu no. 6, Banjarbaru kalselPendidikan

: SDPekerjaan

: Ibu Rumah TanggaAgama

: Islam

Suku

: BanjarBangsa

: Indonesia Status Perkawinan: MenikahTanggal Berobat: 27 Agustus 2014II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari autoanamnesa pada tanggal 27 Agustus 2014 pukul 11.00 WITA di poli RS jiwa Sambang Lihum.A. KELUHAN UTAMA :

Rasa sedih dan diri tak berhargaKELUHAN TAMBAHAN:

CemasSering menangis

MurungSusah tidur

Malas makan

Tidak bergairah dalam menjalani hariB. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGAutoanamnesisOs merasa banyak masalah sejak 4 tahun yang lalu dan makin memberat sekitar 2 minggu terakhir. Os merasa ada beban dihati yang tidak sering main perempuan , berselingkuh dan sering gonta-ganti isteri. Namun os hanya diam dan membiarkan hal itu terjadi sehingga akhir- akhir ini suami menikah lagi dan sempat lari 20 hari dengan seorang janda yang lebih tua dari os. Menurut os janda tersebut lebih keriput dan jelek daripada os. Os jadi merasa khawatir dirinya tak dianggap lagi oleh suami. Os merasa dirinya tak begitu menarik secara fisik sehingga os jadi rendah diri. 2 minggu lalu os mengajak kedua anaknya yang sudah berkeluarga untuk menemui si istri muda, tapi mereka berdua hanya diam di hadapan wanita tersebut. Os merasa anak-anaknya kurang perhatian padanya.

Nafsu makannya os menjadi berkurang. Makan biasanya sedikit. Os juga malas melakukan aktivitas sehari-harinya. Os kadang hanya diam dan murung saja dirumah. Os pernah terlintas berpikir untuk mengakhiri hidupnya, namun os menyadari os terlalu lemah dan tak mampu melakukan hal itu, os juga belum siap mati dan hal itu juga bertentangan dengan agama dan keyakinan os. Os sering kali melamun memikirkan tingkah laku suaminya. Os sempat ingin mengakhiri hubungan dengan suaminya. Tetapi os masih sayang dengan suaminya. Os berarap suaminya meninngalkan istri yang baru dan kembali ke pelukan os lagi. Os pernah menanyakan suaminya untuk memilih dia atau isteri yang baru, namun sekarang suami sepertinya lebih memilih isteri barunya, dan hal itu selalu terpikirkan oleh os. Os tidak bisa meninggalkan suaminya.Os juga sering merasa cemas tanpa alasan yang jelas dan itu terjadi hampir setiap hari, sehingga os kadang merasa aneh dengan diri os. Os juga merasa sulit untuk memulai tidurnya terutama ketika mengingat masalah yang pelik dalam rumah tangganya ini. Os kadang hanya bisa tidur ayam dan saat tidur kadang tidak nyenyak. Os merasa hidup tidak ada artinya lagi. Saat ini os hanya bisa menangisi nasib yang menimpanya dan kadang berusaha terlihat bahagia, walaupun hati os sebenarnya seperti tertusuk sembilu. Dalam hati os ingin berteriak kenapa hidup os begitu menyedihkan sebagai seorang wanita yang tak pernah dianggap oleh suaminya.Alloanamnesis:

Suami tidak mau berkomentar tentang kondisi os.C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Os tidak pernah ada riwayat demam tinggi dengan penurunan kesadaran. Os tidak ada riwayat kejang. Riwayat gagal jantung(+) Os pernah dirawat selama 26 hari di RS karena tidak mau makan, 2 bulan lalu Os tidak pernah mengalami gangguan kejiwaan.D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Antenatal dan PrenatalTidak ada data mengenai riwayat antenatal dan prenatal. Os tidak tahu.2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. Mistrust

Tidak ada data mengenai riwayat umur 0-1,5 tahun. Os tidak tahu.3. Preschool Age (3 6 tahun) Inisiative vs. Guilt

Os berteman baik dengan teman di lingkungan rumah os. Os sering bermain dengan mainan os. Os tumbuh dan berkembang seperti anak normal lainnya dan tidak pernah bermasalah. Os suka meniru-niru ibu os membuat tanggui perangkap ikan.4. School Age (6 12 tahun) Industry vs. InferiorityOs mulai bersekolah di SD pada usia 6 tahun. Os mulai tidak diperhatikan oleh ayah dan ibu os saat os mulai sekolah karena ayah dan ibu os sibuk bekerja sebagai pedagang.Os biasanya bermain boneka-bonekaan dari tanaman semak belukar di sekolahnya.5. Adolescence (12 20 tahun) Identity vs. Role Diffusion

Os berhenti sekolah saat os lulus SD, ketika itu os berumur 17 tahun dengan alasan ingin langsung bekerja membantu orang tua os. Os rajin dalam bekerja sehingga os punya banyak usaha saat itu.6. Riwayat Pendidikan

Os tamat SD. Os tidak melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, karena os ingin langsung bekerja. Os tidak pernah tinggal kelas selama os bersekolah.7. Riwayat Pekerjaan

Os mulai bekerja saat berusia 20 tahun. Os bekerja dengan giat, os meneruskan usaha dari keluarga sebagai pedagang dan pengusaha, saat ini os mengembangkan berbagi usahanya yaitu developer perumahan, jual beli ruko dan tanah, yang dijalankan oleh karyawannya, sehingga os sudah bisa diam dirumah saja menikmati hasil usahanya.8. Riwayat Perkawinan

Os sudah menikah satu kali. Os kurang bahagia dalam pernikahaanyya karena suami os suka berselingkuh dan gonta ganti istri. Os dan suami masih serumah tetapi telah pisah ranjang.E. RIWAYAT KELUARGA

Herediter (-) Keterangan :

= Pasien

= Laki-laki

= Wanita = Meninggal Di keluarga os, tidak ada yang menderita penyakit gangguan jiwa.F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Os tinggal bersama suami dan ibu os dan 1 orang pembantu dan 1 orang sopir. Os sekarang tidak bekerja. Kehidupan sehari-hari os dibiayai oleh os karena os punya usaha sendiri.G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYAOs menunjukkan respon yang baik saat diwawancara. Os juga terlihat sedikit murung dan sedih. Os mengaku dirinya tidak berguna lagi. Hari-hari yang dijalaninya terasa hampa dan tidak ada artinya lagi sebagai seorang isteri.III. STATUS MENTALA. Deskripsi Umum

1. PenampilanOs tampak terawat. Os datang dengan menggunakan baju terusan panjang dan kerudung yang menutup kepala. Os ber make up tebal. Os kadang terlihat seperti kosong. 2. Kesadaran

Jernih 3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Normoaktif, cenderung gelisah dan suka memainkan jari. 4. Pembicaraan

Os berbicara lancar dan nyambung.5. Sikap terhadap pemeriksaKooperatif6. Kontak psikis

Kontak ada, dapat dipertahankan dan wajarB. Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati

1. Afek

: poikilotym2. Ekspresi Afektif: Labil kadang tersenyum kadang tertawa dan terkadang menangis.3. Keserasian

: Appropriate4. Empati

: Dapat dirabarasakanC. Fungsi Kognitif

1. Intelegensi dan pengetahuan umum: baik

2. Daya konsentrasi

: baik3. Orientasi: Waktu

: baik

Tempat

: baik

Orang

: baik

Situasi

: baik4. Daya Ingat: Segera

: baik

Jangka Pendek

: Baik

Jangka Panjang

: Baik5. Pikiran abstrak

: Baik6. Bakat kreatif

: Baik7. Kemampuan menolong diri sendiri:Dapat menolong diri sendiriD. Gangguan Persepsi

Halusinasi auditorik/visual/olfaktorik/gustatorik/taktil: (-/-/-/-/-)Ilusi

: (-)Depersonalisasi / derealisasi

: -/-E. Proses Pikir

1. Arus Pikira. Produktivitas: realistikb. Kontinuitas : koherenc. Hendaya berbahasa: tidak ada2. Isi Pikir: a. Preokupasi

: (-)b. Gangguan Isi Pikir

: waham (-)F. Pengendalian Impuls

Sulit mengendalikan tangisG. Daya Nilai

1. Daya nilai sosial: baik2. Uji daya nilai: baik3. Penilaian realitas: baikH. Tilikan

Tilikan 6 : 0s tahu dirinya sakit dan tahu harus berobat dan mau untuk berobat.I. Taraf dapat dipercaya

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Status Internus

Keadaan Umum: Tampak sehat, kesadaran kompos mentis

Tanda Vital

: Tekanan Darah: 110/80 mmHg

Nadi

: 83 X/menit

Respirasi

: 20 X/menit

Suhu

: 36,3 oC

Bentuk badan

: Agak besar dan gemuk

Kulit : Kuning langsat, tidak sianosis, turgor cepat kembali, kelembaban cukup, tidak anemis.

Kepala

: Dalam batas normal

Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor

Hidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada sekret

Mulut : Bentuk normal dan simetris, mukosa bibir terlihat kering.Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks

: Inspeksi

: Simetris, tidak ada retraksi dinding dadaPalpasi

: Fremitus raba simetris kanan dan kiriPerkusi

: Cor : batas jantung melebar Pulmo : sonorAuskultasi: Cor : S1=S2 tunggal, murmur (+)

Pulmo

: Vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen

:Inspeksi

: Simetris, cembungAuskultasi: Peristaltik usus normal

Palpasi

: Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Perkusi

: Timpani, asites (-), nyeri ketuk (-)

Ektremitas: pergerakan bebas, tidak ada edema atau atrofi, tidak ada tremor.2. Status Neurologis :

Nervus I-XII

: tidak ada kelainanGejala rangsang meningeal: tidak ada

Gejala TIK meningkat

: tidak adaRefleks fisiologis

: normal

Refleks patologis

: tidak adaV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Autoanamnesis: Os merasa sedih sekitar 4 tahun ini, memberat 2 minggu ini. Os merasa tidak berguna dan hidup tak ada artinya lagi Os pernah terlintas berpikir untuk mati saja Os kadang merasa cemas dan khawatir hampir tiap hari. Os susah tidur Os kurang nafsu makan Os pernah tidak mau makan sehingga dirawat inap selama 13 hari.AlloanamnesisTidak didapatkan data mengenai pasien dari suaminya.Pemeriksaan Psikiatri : Perilaku dan aktifitas psikomotor : Normoaktif, labil, suka memainkan jari, kadang menangis dan kadang tertawa Kontak psikis : ada , wajar, dapat dipertahankan Pembicaraan : Os berbicara lancar dan nyambung Afek : poikilotym Ekspresi afektif : Labil kadang tersenyum kadang tertawa dan terkadang menangis.

Konsentrasi : baik Daya ingat segera : baik Daya nilai sosial : baik Uji Daya nilai : baik Preokupasi : tidak ada Gangguan pikiran : tidak ada Produktivitas : tidak realistik Kontinuitas: spontan,langsung menjawab Penilaian realita : baik Tilikan : Derajat 6 Taraf dapat dipercaya : dapat dipercayaVI. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I: Distimia (F34.1)Aksis II: noneAksis III: heart failure

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga (pernikahan) dan kesehatanAksis V: GAF SCALE 70-61 (beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)VII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit: dubia ad bonamPerjalanan penyakit: dubia ad bonamCiri kepribadian

: bonamRiwayat herediter

: ad bonam

Usia saat menderita: dubia ad bonamPola keluarga

: dubia ad bonamPendidikan

: dubia ad malamAktivitas pekerjaan: dubia ad malamEkonomi

: dubia ad bonamLingkungan sosial

: dubia ad bonamOrganobiologi

: dubia ad malamPengobatan psikiatri: dubia ad bonamKesimpulan

: dubia ad bonamVIII. RENCANA TERAPI

Psikoterapi: support terhadap penderita dari keluarga terutama suami. Keluarga harus mengawasi dan memperhatikan jadwal os minum obat. Keluarga juga harus sering mengajak os berinteraksi sehingga os dapat mengeluarkan perasaan os secara lebih terbuka. Keluarga terutama anak harus bisa memahami bagaimana keadaan yang terjadi pada os.Terapi Religi: pasien harus diajarkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, lebih sering ke pengajian untuk menambah ilmu keagamaan

Rehabilitasi : memberi kegiatan pada penderita yang sesuai bakat dan minatnya agar membantu memepercepat penyembuhan.Psikofarmaka: Fluoxetine tablet 20 mg 1x1 Alprazolam 0,25mg 1x1 Vit B complex tab 2X1IX. DISKUSI

I. DISKUSIGangguan distimik merupakan gangguan yang sering ditemukan di antara populasi umum, yang mengenai 3-5% dari semua pasien klinik. Gangguan distimik lebih sering pada wanita yang berusia kurang dari 64 tahun dibandingkan laki-laki setiap usia. Gangguan distimik juga lebih sering ditemukan di antara orang yang tidak menikah dan orang muda dan pada orang dengan penghasilan yang rendah 1,2,3Menurut DSM-IV-TR, ciri gangguan distimik yang paling khas adalah perasaan tidak adekuat, bersalah, iritabilitas, serta kemarahan, penarikan diri dari masyarakat, hilang minat, serta inaktivasi dan tidak produktif. Istilah distimia, yang berarti tidak menyenangkan (ill-humored) diperkenalkan pada tahun 1980. Sebelumnya, gangguan distimik diklasifikasikan sebagai neurosis depresif (juga disebut depresi neurotik). Gangguan distimik dibedakan dengan gangguan depresif berat berdasarkan fakta bahwa pasien mengeluh selalu merasa depresi. Riwayat keluarga pasien dengan distimia secara khas dipenuhi gangguan depresif serta bipolar. Gangguan distimik memiliki prevalensi 5-6% dari keseluruhan gangguan depresi. Cyranowski (2001) mengatakan kejadian distimik pada sebelum pubertas dan sesudah masa pubertas adalah sama. Namun memasuki masa dewasa, memiliki angka kejadian lebih besar dengan ratio 2:1. Gangguan distimik memiliki onset pada usia muda, yaitu pada masa kanak-kanak dengan keluhan perasaan tidak bahagia yang tidak dapat dijelaskan dan terus berlanjut saat memasuki masa remaja dan menginjak usia 20 tahun. Gangguan distimik sering terdapat bersamaan dengan gangguan jiwa lain, terutama gangguan depresif berat. Pasien juga dapat memiliki gangguan ansietas yang terdapat bersamaan gangguan panik, penyalahgunaan zat, dan gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder)..1,2Berdasarkan hasil anamnesa (autoanamnesa) serta pemeriksaan status mental, dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini mengarah kepada diagnosa Distimia (F34.1) Pedoman diagnostik secara umum Distimia (F34.1) harus memenuhi persyaratan berikut yaitu 1,3:(a) cirri esensial ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan defresif berulang ringan atau sedang(F33.0 atau F33.1).(b)Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan suatu episode depresi tersendiri(F32.) dan berhubungan dengan masa berkabung atau stress lain yang tampak jelas.

DSM-IV memungkinkan untuk menentukan apakah onset adalah awal (sebelum usia 21 tahun) atau akhir ( usia 21 tahun dan lebih)

A. Mood depresi hampir sepanjang hari selama berhari-hari, lebih banyak depresi daripada tidak, sebagaimana ditunjukkan secara subjektif atau melalui pengamatan orang lain, untuk setidaknya 2 tahun. Catatan: pada anak dan remaja, mood dapat iritabel dan durasinya harus 1 tahun B. Saat depresi terdapat 2 atau lebih gejala berikut: 1. Nafsu makan menurun atau berlebih 2. Insomnia atau hipersomnia 3. Kurang tenaga atau lelah 4. Harga diri menurun 5. Kurang konsentrasi dan sulit mengambil keputusan 6. Rasa putus asa C. Selama periode 2 tahun gangguan (1 tahun untuk anak-anak dan remaja), orang tersebut tidak pernah bebas gejala dalam kriteria A dan B > 2 bulan. D. Tidak pernah ada episode depresi berat selama 2 tahun pertama gangguan (1 tahun . untuk anak-anak dan remaja), tidak dalam bentuk gangguan depresi berat kronis ataupun gangguan depresi berat dalam remisi partial.

Catatan: mungkin terdapat episode depresi mayor sebelumnya asalkan terdapat remisi lengkap (tidak ada tanda atau gejala bermakna selama 2 bulan) sebelum perkembangan gangguan distimik. Selain hal tersebut, setelah 2 tahun sejak awal terjadinya gangguan distimik (1 tahun untuk anak-anak dan remaja) dapat saja timbul episode gangguan depresi berat yang tumpang tindih pada distimik, maka kedua diagnosis dapat ditegakkan asalkan membuhi kriteria untuk episode depresi mayor. E. Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran, atau episode hipomanik dan tidak pernah memenuhi kriteria untuk gangguan siklotimik. F. Gangguan tidak terjadi bersamaan dengan gangguan psikotik kronis, seperti Skizofrenia atau gangguan waham. G. Gejala bukan merupakan efek fisiologi langsung dari zat. H.Gejala menyebabkan penderitaan atau gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya. Juga disebutkan bila; Awitan awal: sebelum usia 21 tahun 11,2,3Pada pasien didapatkan stressor utama yang sangat jelas. Informasi yang didapat dari pasien menyatakan bahwa Os merasa ada beban dihati yang sulit diungkapkan dan suami os sering main perempuan, berselingkuh dan sering gonta-ganti isteri. Namun os hanya diam dan membiarkan hal itu terjadi. Akhir- akhir ini suami menikah lagi dan sempat lari 20 hari dengan seorang janda yang lebih tua dari os. Sekarang suami sepertinya lebih memilih isteri barunya, dan hal itu sangat membuat os kesal dan jengkel.Tema utama tentang penyebab gangguan distimik adalah apakah gangguan ini berhubungan dengan diagnosis psikiatrik lain, termasuk gangguan depresif berat dan gangguan kepribadian ambang 1,31. Faktor Biologis

Beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan neurotransmitter Serotonin dan Noradrenergik terlibat dalam gangguan distimik. Pada pemeriksaan EEG dan polisonogram, menunjukkan terjadinya gangguan tidur yang ditandai dengan menurunnya masa latensi Rapid Eye Movement (REM), dan meningkatnya densitas REM serta terganggunya kontinuitas dari tidur. Individu dengan kepribadian antisosial, ambang, ketergantungan, histrionik, depresif dan skizotipal memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan distimik.

2. Faktor Psikososial

Teori psikodinamika tentang perkembangan gangguan distimik menyatakan bahwa gangguan disebabkan oleh kesalahan perkembangan kepribadian dan ego. Teori kognitif tentang depresi juga berlaku pada gangguan distimik. Teori ini menyatakan ketidaksesuaian antara situasi nyata dan situasi yang dikhayalkan menyebabkan menurunnya harga diri dan rasa putus asa. Menurut Sigmund Freud, di dalam Mourning and Melancholia menyatakan bahwa kekecewaan interpersonal di awal kehidupan dapat menyebabkan kerentanan terhadap depresi, menyebabkan ambivalensi hubungan cinta sebagai orang dewasa; kehilangan atau ancaman akan kehilangan pada kehidupan dewasa kemudian mencetuskan depresi. Orang yang rentan terhadap depresi secara oral bergantung dan membutuhkan kepuasan narsistik yang konstan.

Apabila individu kekurangan cinta, kasih sayang dan perhatian, mereka menjadi depresi secara klinis. Bila mereka kehilangan objek cintanya maka mekanisme pertahanan yang digunakan adalah internalisasi atau introjeksi objek yang hilang. Menurut Teori Kognitif pula, ini berpegang pada perbedaan antara kenyataan dan situasi khayalan mengakibatkan berkurangnya harga diri dan rasa tidak berdaya. 3,4Gangguan distimik merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai bukan saja oleh episode penyakit malahan oleh adanya gejala secara menetap. Gejalanya serupa dengan gejala gangguan depresif berat, dan adanya mood terdepresi ditandai oleh adanya perasaan muram, murung, kesedihan, atau berkurangnya dan tidak ada minat pada aktivitas pasien biasanya- adalah pusat dari gangguan. Keparahan gejala depresif dalam gangguan distimik biasanya lebih kecil daripada gangguan depresif berat, tetapi tidak adanya episode yang terpisah adalah hal yang paling mengarahkan pada diagnosis gangguan distimik 1,3. Pasien dengan gangguan distimik kadang-kadang dapat sarkastik, nihilistik, memikirkan hal yang sedih, membutuhkan, dan mengeluh. Mereka dapat juga tegang dan kaku dan menolak intervensi terapeutik, kendatipun mereka datang secara teratur pada perjanjian. Menurut definisinya, pasien gangguan distimik tidak memiliki adanya gejala psikotik 1,3. Gejala penyerta adalah perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi, retardasi psikomotor, penurunan dorongan seksual, dan preokupasi obsesif dengan masalah kesehatan. Pesimisme, putus asa, dan tidak berdaya dapat menyebabkan pasien gangguan distimik terlihat sebagai masokistik. Tetapi, jika pesimisme diarahkan keluar, pasien dapat bersikap kasar terhadap dunia dan mengeluh bahwa mereka telah diperlakukan buruk oleh sanak saudaranya, anak-anak, orang tua, teman sejawat, dan oleh sistem. Gangguan di dalam fungsi sosial kadang-kadang merupakan alasan mengapa pasien dengan gangguan distimik mencari pengobatan. Pasien dengan gangguan distimik kemungkinan menggunakan alkohol, stimulan atau marijuana, pemilihan kemungkinan tergantung terutama pada konteks sosial pasien.1,3,5 Depresi menimbulkan perubahan dalam:

1. Perubahan dalam pikiran

Mengeluh sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan. Beberapa orang mengeluh

masalah dengan ingatan jangka pendek, lupa berbagai hal sepanjang waktu, pikiran negatif, pesimis, rendah diri, rasa bersalah, kritik diri.

2. Perubahan dalam perasaan

Kebanyakan merasa sedih tanpa alasan yang jelas. Motivasi menurun sampai apati, merasa lamban dan lelah sepanjang waktu. Terkadang karena mereka iritabel keadaan ini menjadi masalah, karena mereka sulit mengontrol amarahnya. Pasien terlihat apatis. Mereka merasa tak nyaman berhubungan dengan orang lain, hal ini yang menimbulkan penarikan diri dari pergaulan sosial. Ada perubahan selera makan, dalam bentuk meningkat ataupun menurun, sering marah, dorongan seksual menurun.

3. Perubahan dalam kesehatan fisik

Timbul kelelahan kronik sehingga banyak waktu yang disia-siakan dan banyak tidur. Mereka juga sering mengeluhkan banyak sakit dan rasa nyeri. Pada pasien gangguan distimik tidak ditemukan adanya gejala psikotik. Gangguan distimik sering dialami oleh pasien yang mengalami gangguan fisik yang kronik terutama pada lansia. 2,4,5 Niculescu dan Akisal mengemukakan 2 subtipe gangguan distimik:

1. Distimik anksietas dengan gejala berupa rasa rendah diri, kegelisahan yang tidak berarah dan sensitif terhadap penolakan dalam berelasi dengan orang lain. Pasien subtipe ini cenderung untuk mencari pertolongan.

2. Distimik anergik dengan gejala energi yang rendah, hipersomnia dan ahedonia.

Subtipe ini berespon lebih baik dengan antidepresan yang dapat meningktakan dopamin dan norepinefrin.1.6Berdasarkan pemeriksaan psikiatrik didapatkan penampilan os tampak terawat, menggunakan baju terusan panjang dan bermake up tebal. Os tamapak labil kadang senang kadang sedih bahkan menangis dihadapan pemeriksa. Os bicara lancar dan nyambung namun masih bisa terlihat riang sesekali dalam mengungkapkan perasaan. Os mengeluh kurang diperhatikan suami dan kedua anaknya tidak membela ketika os bertandang ke rumah istri baru suaminya. Dapat diambil kesimpulan pasien dapat berkomunikasi dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya, pasien kadang nampak murung dengan tatapan kosong yang menyiratkan kesedihan yang mendalam, yang menandakan bahwa ia sedang mengalami gangguan depresi berkepanjangan.Kombinasi farmakoterapi dan terapi kognitif maupun perilaku mungkin merupakanpengobatan yang paling efektif untuk gangguan. Data menyatakan bahwa inhibitor monoamine oksidase (MAOIs) mungkin lebih bermanfaat dibanding obat trisiklik. Antidepresan dibutuhkan untuk mengatasi gangguan vegetatif yang sering dialami oleh penderita distimik, seperti gangguan tidur, lelah, anhedonia dan rasa nyeri. Dari beberapa pelaporan bahwa SSRIs, tricyclic anti depressant dan monoamine oksidase inhibitor sama efektif, tetapi SSRIs yang dapat ditoleransi dengan baik.1 Penggunaan antidepresan harus berhati-hati untuk pasein gangguan distimik dengan komorbiditas ganguan cemas, karena dosis awal yang terlalu tinggi akan memberikan efek samping yang mempengaruhi kepatuhan dalam minum obat. 5,6Antidepresan golongan SSRI yang seringkali diberikan dalah Fluoxetin dengan dosis awal 20mg (dewasa), 1x1 yang diberikan pagi hari. Dosis dapat ditingkatkan secara perlahan-lahan dengan dosis maksimal 80mg. Dapat juga diberikan Sertraline dengan dosis awal 50mg (dewasa) 1x1 pada pagi hari.4 Relatif baru diperkenalkannya inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRIs) yang ditoleransi dengan baik telah menyebabkan obat sering digunakan oleh pasien dengan gangguan distimik; laporan pendahuluan menyatakan bahwa SSRI mungkin merupakan obat terpilih untuk gangguan. Demikian juga laporan awal menyatakan bahwa bupropion mungkin merupakan pengobatan yang efektif untuk pasien dengan gangguan distimik. Simpatomimetik, seperti amfetamin, juga telah digunakan pada pasien tertentu. Perawatan di rumah sakit biasanya tidak diindikasikan untuk gangguan distimik. Tetapi, adanya gejala yang parah, inkapasitas sosial atau profesional yang nyata, membutuhkan prosedur diagnostik yang luas, dan gagasan bunuh diri semuanya merupakan indikasi untuk perawatan di rumah sakit.2.6Terapi nonfarmakologi yaitu terapi kognitif, perilaku, interpersonal dan keluarga. Terapi kognitif adalah suatu teknik mengajarkan pasien cara berpikir dan bersikap untuk menggantikan sikap negatif yang salah mengenai diri mereka sendiri, dunia dan masa depan. Terapi ini merupakan terapi program jangka pendek. 5,6Terapi perilaku sering digunakan untuk menerapi ketidakberdayaan yang dipelajari pada sejumlah pasien yang tampaknya menghadapi setiap tantangan kehidupan dengan rasa ketidakmampuan. 5,6Terapi interpersonal berlangsung sekitar 12 16 minggu sesi dan dapat dikombinasi dengan obat antidepresan. Terapi keluarga dan kelompok.Terapi keluarga dapat membantu pasien dan keluarga pasein untuk menghadapi gejala gangguan.Terapi kelompok dapat membantu pasien yang menarik diri mempelajari cara baru menghadapi masalah interpersonalnya di dalam situasi sosial. 6Prognosis bervariasi. Prediksi kedepan tentang prognosis gangguan distimik dengan adanya tatalaksana obat antidepresan yang baru seperti fluoxetine (Prozac), bupropion (Wellbutrin) dan terapi kognitif dan perilaku akan memperlihatkan hasil yang baik. Sekitar 25% dari gangguan distimik tidak mencapai pemulihan lengkapPrognosis untuk penderita ini adalah dubia ad bonam, karena dilihat dari diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, stressor, usia saat menderita, pendidikan, perkawinan, ekonomi dan lingkungan sosial yang buruk.DAFTAR PUSTAKA1. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition; pg 562 : 2007 Lippincott Williams & Wilkins2. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disordes. 4th edition. Washington D.C; American Psychiatric Associated, 1994 : 662 665.

3. Kaplan H.I, Sadock B.J. Comprehensive Textbook of Psychiatry, Eight edition.. USA.2005, 1559-1717.4. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ-III), Departemen Kesehatan R.I Direktorat Jenderal Pelayanan Medik : halaman 1645. Stahl, S M. 2008, Stahls Essential Psychopharmacology, third edition, New York : Cambridge University Press.6. Puri.B.K, dkk. 2011, Buku Ajar Psikiatri, edisi ke-2. Hal : 180-181. EGC, Jakarta.

PAGE 24