Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

22
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama :Tn. Y Umur :47 Tahun Agama :Kristen Suku :Toraja Status Pernikahan :Menikah Pendidikan Terakhir :S1 Pekerjaan :Pendeta Alamat : Mamasa Masuk RS Wahidin Sudirohusodo Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada tanggal 21 Juli 2015, diantar oleh istri pasien. II. RIWAYAT PSIKIATRI Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari : Nama :Ny. A Umur :43 Tahun Jenis kelamin :Perempuan Agama :Kristen Status :Menikah Pendidikan Terakhir :SMA Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga Alamat :Mamasa Hubungan dengan pasien :Istri pasien A. Keluhan Utama Gelisah B. Riwayat Gangguan Sekarang 1

description

aaa

Transcript of Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

Page 1: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama :Tn. Y

Umur :47 Tahun

Agama :Kristen

Suku :Toraja

Status Pernikahan :Menikah

Pendidikan Terakhir :S1

Pekerjaan :Pendeta

Alamat : Mamasa

Masuk RS Wahidin Sudirohusodo Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya

pada tanggal

21 Juli 2015, diantar oleh istri pasien.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :

Nama :Ny. A

Umur :43 Tahun

Jenis kelamin :Perempuan

Agama :Kristen

Status :Menikah

Pendidikan Terakhir :SMA

Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

Alamat :Mamasa

Hubungan dengan pasien :Istri pasien

A. Keluhan Utama

Gelisah

B. Riwayat Gangguan Sekarang

- Keluhan dan gejala

Seorang pasien laki-laki berusia 47 tahun datang ke Pakis RS Wahidin

Sudirohusodo untuk yang pertama kali diantar oleh istri dengan keluhan utama

gelisah . Gelisah dialami sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengaku sulit tidur di

malam hari, cepat lapar dan ada rasa tidak nyaman pada perut. Pasien merasakan

keluhan tersebut sejak2 tahun lalu. 2 tahun lalu,awalnya pasien masuk RS di

1

Page 2: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

Mamasa karena tekanan darahnya 180/100 kemudian pasien di konsul ke

penyakit dalam kerena ada keluhan baru yaitu nyeri pada lengan kiri dan kanan .

Kemudia dokter penyakit dalam melakukan pemeriksaan darah lengkap dan

didapatkan hasil yang normal . Merasa tidak puas, pasien pergi ke RS Awal Bross

dengan keluhan cepat lapar dan rasa tidak nyaman pada perut lalu pasien dirawat

selama 9 hari serta dilakukan sejumlah pemeriksaan(Darah, Foto toraks dan

USG) dan hasilnya normal .Pasien meminta untuk dilakukan pemeriksaan

endoscopy namun tidak indikatif . Pasien kemudian berobat ke psikiater dan

diberikan Alprazolam selama 6 bulan ini dan mengakui keluhan susah tidurnya

sudah mulai berkurang namun tetap mengeluh rasa tidak nyaman pada perutnya.

Saat ini pasien dirawat di pakis dan menginginkan pemeriksaan endoscopy.

Hendaya/disfungsi :

Hendaya sosial (+)

Hendaya pekerjaan (+)

Hendaya waktu senggang (-)

- Faktor stressor/psikososial

Pasien merasa cepat lapar di malam hari sehingga menyebabkan pasein susah

tidur dan mengurangi pelayanan di gereja esok harinya

- Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis

sebelumnya

Infeksi (-), trauma (-), kejang (-), merokok (-), alkohol (-), obat-obatan (-)

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik seperti infeksi, trauma kapitis,

ataupun kejang.

2. Riwayat Penggunaan NAPZA

Pasien merokok namun tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan

terlarang,

3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya

Pasien tidak pernah mengalami gangguan psikiatri sebelumnya.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir normal di rumah, ditolong oleh dukun, cukup bulan, langsung

menangis dan tidak terdapat kelainan. Berat badan lahir tidak

diketahui.Selama hamil ibu pasien dalam keadaan sehat dan tidak

2

Page 3: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

mengkonsumsi obat-obatan. Pada saat bayi, pasien tidak pernah mengalami

panas tinggi dan kejang.

2.Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)

Pasien diasuh oleh kedua orangtua pasien. Pertumbuhan dan perkembangan

pasien pada masa anak-anak awal sesuai dengan perkembangan anak

seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang menonjol. Waktu kecil mampu

bermain bersama kakak, adik dan teman sebayanya.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)

Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dan cukup mendapat perhatian dan

kasih sayang. Pada usia 7 tahun pasien mulai masuk SD. Selama sekolah

prestasi pasien biasa-biasa saja.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)

Tamat dari SD pasien melanjutkan ke SMP. Dan setelah lulus dari SMP, pasien

melanjutkan ke SMA. Hingga akhirnya pasien melanjtkan kuliah. Selama

sekolah, prestasi pasien biasa-biasa saja.

5. Riwayat Masa Dewasa

a. Riwayat Pekerjaan

pasien merupakan seorang pendeta yang gemar memberikan pelayanan

terhadap jemaatnya namun pelayanan dikurangi semenjak mengalami

keluhan susah tidur, cepat lapar dan rasa tidak nyaman pada perutnya karena

pasien merasa cenderung cepat lelah.

b. Riwayat Pernikahan

Pasien menikah dengan wanita pilihannya sendiri. Istri pasien berasal dari

Mamasa dan seorang ibu rumah tangga. Pasien dan suaminya tinggal di

rumah sendiri berupa rumah yang cukup layak. Istri pasien adalah seorang

perempuan yang baik dan cukup sabar, selama menikah pasien jarang

bertengkar.

c. Riwayat Agama

Pasien memeluk agama Kristen dan menjalankan kewajiban agama dengan

cukup baik.

d. Riwayat Pelanggaran Hukum

Selama ini pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum.

e.Aktivitas Sosial

Pasien bergaul dengan teman sebaya, tetangga dan para jemaatnya serta

aktif mengikuti kegiatan sosial di lingkungan sekitar rumah.

3

Page 4: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

6. Riwayat Keluarga

Pasien anak ke-2 dari 6 bersaudara (♂, ♂, ♂, ♀, ♀,♀, ♀,Jarak usia pasien

dengan saudara-saudaranya tidak berbeda jauh. Semua saudara pasien telah

menikah. Dua kakak pasien telah meninggal dunia. Kedua orang tua pasiensudah

meninggal. Tidak ada anggota keluarga yang diketahui menderita penyakit

gangguan jiwa.

7. Situasi Kehidupan Sekarang

Sebelum dibawa ke RSKD pasien tinggal dengan istri dan anak-anaknya di

sebuah rumah yang cukup layak. Sehari-harinya pasien bekerja sebagai pendeta

di Mamasa

III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI

A. Status Internus

Keadaan umum tidak tampak sakit, kesadaran komposmentis, tekanan darah

130/100 mmHg, nadi 88kali/menit, frekuensi pernafasan 22kali/menit, suhu tubuh

36,8°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan

abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.

B. Status Neurologi

Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat

dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik

keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Seorang laki-laki mengenakan kaos strip coklat putih, celana kain hitam

wajah sesuai umur, perawatan diri baik

2. Kesadaran

Baik

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Tenang

4. Pembicaraan

Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, dan intonasi biasa

5. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

4

Page 5: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

B. Keadaan Afektif

1. Mood :Cemas

2. Afek :appropriate

3. Keserasian : serasi

4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)

1. Taraf Pendidikan

Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat

pendidikannya.

2. Orientasi

a. Waktu : Baik

b. Tempat : Baik

c. Orang : Baik

3. Daya Ingat

a. Jangka Panjang : Baik

b. Jangka Sedang : Baik

c. Jangka Pendek : Baik

d. Jangka Segera : Baik

4. Konsentrasi dan Perhatian :Baik

5. Pikiran Abstrak :Baik

6. Bakat Kreatif :Tidak ada

7. Kemampuan Menolong Diri Sendiri :Baik

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi

Tidak ada

2. Ilusi

Tidak ada

3. Depersonalisasi dan Derealisasi

Tidak ada

E. Proses Berpikir

1. Arus Pikiran

Produktivitas cukup, kontinuitas relevan dan koheren, hendaya berbahasa

tidak ada.

5

Page 6: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

2. Isi Pikiran

tidakada

F. Pengendalian Impuls

Baik

G. Daya Nilai dan Tilikan

1. Norma Sosial : Baik

2. Uji Daya Nilai : Baik

3. Penilaian Realitas : Baik

4. Tilikan : Derajat IV ( Pemahaman bahwa dirinya sakit tapi

tidak mengetahui penyebabnya

H. Taraf Dapat Dipercaya

Dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang pasien laki-laki berusia 47 tahun datang ke Pakis RS Wahidin

Sudirohusodo untuk yang pertama kali diantar oleh istri dengan keluhan utama

gelisah . Gelisah dialami sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengaku sulit tidur di malam

hari, cepat lapar dan ada rasa tidak nyaman pada perut. Pasien merasakan keluhan

tersebut sejak2 tahun lalu. 2 tahun lalu,awalnya pasien masuk RS di Mamasa karena

tekanan darahnya 180/100 kemudian pasien di konsul ke penyakit dalam kerena ada

keluhan baru yaitu lengan kiri dan kanan . Kemudia dokter penyakit dalam

melakukan pemeriksaan darah lengkap dan didapatkan hasil yang normal . Merasa

tidak puas, pasien pergi ke RS Awal Bross dengan keluhan cepat lapar dan rasa tidak

nyaman pada perut lalu pasien dirawat selama 9 hari serta dilakukan pemeriksaan dan

hasilnya normal .Pasien meminta untuk dilakukan pemeriksaan endoscopy namun

tidak indikatif . Pasien kemudian berobat ke psikiater dan diberikan Alprazolam

selama 6 bulan ini dan mengakui keluhan susah tidurnya sudah mulai berkurang

namun tetap mengeluh rasa tidak nyaman pada perutnya. Saat ini pasien dirawat di

pakis dan menginginkan pemeriksaan endoscopy.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang laki-laki mengenakan

kaos strip coklat putih, celana kain hitam wajah sesuai umur, perawatan diri baik

Kesadaran baik, perilaku dan aktivitas psikomotor tenang, pembicaraan spontan,

lancar, intonasi biasa, terhadap pemeriksa kooperatif. Keadaan afektif, mood sulit

dinilai, afek tumpul, empati tidak dapat dirabarasakan. Taraf pendidikan sesuai,

orientasi waktu, tempat dan orang baik, daya ingat jangka panjang, sedang, pendek,

6

Page 7: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

dan segera baik. Konsentrasi dan perhatian baik, pikiran abstrak baik, kemampuan

menolong diri sendiri baik..Pada proses pikir produktivitas cukup, kontinuitas relevan

dan koheren dan tidak ditemukan adanya hendaya dalam berbahasa. Tidak terdapat

gangguan isi pikir Pengendalian impuls baik, uji daya nilai norma sosial dan

penilaianrealitas baik. Pasien merasa dirinya sakit. Secara umum yang diutarakan

oleh pasien dapat dipercaya.

VI. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I

Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan

gejala klinis yang bermakna yaitu keluhan fisik yang bermaksa. Keadaan ini

menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien dan keluarga serta terdapat hendaya

(disability) pada fungsi psikososial dan pekerjaan sehingga dapat disimpulkan bahwa

pasien menderita gangguan jiwa.

Pada pemeriksaan status internus dan neurologik tidak ditemukan adanya kelainan,

sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat disingkirkan.

Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental.Pada pasien ini

sangat menonjol keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat

dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2

tahun .Pasien tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter

bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhanyasehingga

berdasarkan Pedoman Penggolongan Jiwa (PPDGJ III) diagnosis dapat diarahkan

pada Gangguan Somatoform-Gangguan somatisasi (PPDGJ III: F 45.0).

Aksis II

Dari informasi yang didapatkan, pasien seorang pendeta dan memiliki banyak teman

sehingga belum cukupuntuk menunjukan ke salah satu gangguan kepribadian

Aksis III

Tidak ada diagnosa

Aksis IV

Stressor psikososial gangguan saat ini adalah masalah kesehatan pasien

Aksis V

GAF Scale saat ini : 80-71

VII. DAFTAR MASALAH

-

VIII. PROGNOSIS

Dubia

7

Page 8: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

Faktor pendukung :

- Tidak ada riwayat dengan keluhan yang sama dalam keluarga

- Keluarga memberi dukungan dalam terapi

- Factor stressor diketahui dengan jelas

Faktor penghambat :

- Tidak ada

Berdasarkan dari factor pendukung dan factor penghambat dapat disimpulkan

prognosis pasien dubia.

IX. RENCANA TERAPI

A. Psikofarmakoterapi :

Alprazolam 0,5 mg ½ tablet/12 jam. Oral

Fluoxetin 20 mg/24 jam/oral

B. Psikoterapi

Suportif :

Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien sehingga dapat

membantu pasien dalam memahami dan cara menghadapi

penyakitnya,manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang

mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien agar minum

obat secara teratur.

Sosioterapi :

Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa

menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses

penyembuhan dan keteraturan pengobatan.

X. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya, selain itu menilai

efektivitas dan kemungkinan efek samping.

XI. DISKUSI

Gangguan somatoform (somatoform disorder) adalah suatu kelompok gangguan

ditandai oleh keluhan tentang masalah atau simptom fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh

penyebab kerusakan fisik (Nevid, dkk, 2005). Pada gangguan somatoform, orang memiliki

simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik

yang dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Gejala dan keluhan somatik menyebabkan

penderitaan emosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan

8

Page 9: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

sosial atau pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari

atau gangguan buatan.

Etiologi

Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang

mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi

gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolism

(hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan (Kapita

Selekta, 2001).

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut (Nevid,

dkk, 2005):

a. Faktor-faktor Biologis

Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada gangguan

somatisasi).

b. Faktor Lingkungan Sosial

Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti “peran sakit” yang

dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.

c. Faktor Perilaku

Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:

Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi yang

tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).

Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”

Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan

dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan

dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang

dipersepsikan.

d. Faktor Emosi dan Kognitif

Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab ganda yang

terlibat adalah sebagai berikut:

Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda dari adanya

penyakit serius (hipokondriasis).

Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-impuls

yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom fisik (gangguan konversi).

Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu

strategi self-handicaping (hipokondriasis).

9

Page 10: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang

berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti

hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang mendasari

keluhannya (Kapita Selekta, 2001). Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam

bernafas atau menelan, atau ada yang “menekan di dalam tenggorokan”. Masalah-masalah

seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf

otonomik, yang dapat dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah simtom

muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti “kelumpuhan” pada tangan atau kaki

yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan

manifestasi di mana seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit

yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan (Nevid, dkk,

2005).

Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik),

terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima

bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang

lebih lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada keyakinan

bahwa mereka menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang

dapat ditemukan.

Gambaran keluhan gejala somatoform :Neuropsikiatri:

“kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik” ;

“ saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya”

Kardiopulmonal:

“ jantung saya terasa berdebar debar…. Saya kira saya akan mati”

Gastrointestinal:

“saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada dokter

yang dapat menyembuhkannya”

Genitourinaria:

“saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan pemeriksaan

namun tidak di temukan apa-apa”

Musculoskeletal

“saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang waktu”

Sensoris:

“ pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan kacamata tidak

akan membantu”

10

Page 11: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan konversi,

hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi.

2.4 Klasifikasi dan Diagnosis

Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi :

F.45.0 gangguan somatisasi

F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci

F.45.2 gangguan hipokondriasis

F.45.3 disfungsi otonomik somatoform

F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap

F.45.5 gangguan somatoform lainnya

F.45.6 gangguan somayoform YTT

DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ

ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh.

Pada bagian psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah gangguian somatisasi

dan hipokondriasis

F. 45.0 Gangguan Somatisasi

Definisi

Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan somatik yang

beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun biasanya pada usia

remaja), bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan berakibat antara menuntut

perhatian medis atau mengalami hendaya yang berarti dalam memenuhi peran sosial atau

pekerjaan.

Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya mencakup sistem-sistem organ yang berbeda

seperti nyeri yang samar dan tidak dapat didefinisikan, problem menstruasi/seksual,

orgasme terhambat, penyakit-penyakit neurologik, gastrointestinal, genitourinaria,

kardiopulmonar, pergantian status kesadaran yang sulit ditandai dan lain sebagainya.

Jarang dalam setahun berlalu tanpa munculnya beberapa keluhan fisik yang mengawali

kunjungan ke dokter. Orang dengan gangguan somatisasi adalah orang yang sangat

sering memanfaatkan pelayanan medis. Keluhan-keluhannya tidak dapat dijelaskan oleh

penyebab fisik atau melebihi apa yang dapat diharapkan dari suatu masalah fisik yang

diketahui. Keluhan tersebut juga tampak meragukan atau dibesar-besarkan, dan orang itu

sering kali menerima perawatan medis dari sejumlah dokter, terkadang pada saat yang

sama.

11

Page 12: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

Etiologi

Belum diketahui. Teori yang ada, teori belajar, terjadi karena individu belajar untuk

mensomatisasikan dirinya untuk mengekspresikan keinginan dan kebutuhan akan

perhatian dari keluarga dan orang lain

Epidemiologi wanita : pria = 10 :1, bermula pada masa remaja atau dewasa muda rasio tertinggi usia 20- 30 tahun pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan somatoform (beresiko

10-20x > besar dibanding yang tidak ada riwayat).

Kriteria diagnostik untuk Gangguan SomatisasiUntuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:

a) Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat

dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2

tahun

b) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada

kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.

c) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang berkaitan

dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.

Atau :A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun

B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan,

4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan

(misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama

menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)

2 G gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual,

kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap

beberapa jenis makanan)

1 G seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi

seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan

menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).

1 G pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang mengarahkan

pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi

atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya

sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif

seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan).

C. Salah satu (1)atau (2):

12

Page 13: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat

dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek

langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau

pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari

riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan

atau pura-pura).

13

Page 14: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA, Psikotik Akut dan Sementaradalam Kaplan&Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi Kedua, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2010

2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III dan DSM – 5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta. 2013.

3. Arana G.W, Rosenbaurg, Antipsychotic Drugs in Handbook of Psychiatric Drug Therapy, Lippincot Williams &Wilkins, Philadelphia, USA, 2005

4. Benhard Rudyanto.R. Diagnosis Banding dalam Skizofrenia dan Diagnosis Banding, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia, 2007

5. Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb, Gangguan Psikotik Lain dalam Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997

6. Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto, Skizofrenia dalam Buku Ajar Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010

7. Willy F. Maramis, Albert A. Maramis, Skizofrenia dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi 2, Airlangga University Press, 2009

14

Page 15: Lapsus Non Psikotik Gsangguan Somatofm

AUTOANAMNESA I

Seorang laki-laki mengenakan kaos strip coklat putih, celana kain hitam wajah sesuai umur,

perawatan diri baik

DM : Selamat malam sore pak, boleh tau siapa namata?

Y : Yasdin

DM : Bapak Pekerjaannya ? Sekarang aktivitasnya apa pak?

Y : Saya pendeta di mamasa . Hari-hari yang sy lakukan itu pelayanan terhadap jemaat sy

DM : Lalu apa pale yang kt rasakan pak ?

Y : Begini dokter,sy ini sudah lama sekali susah tidur , setiap malam kalau tidur sering-

seringka bangun terus setiap malam seringka cepat lapar . Dulu tiap jam selaluka

makan . makanya besar mi ini perutku dok

DM : Sejak kapan itu pak ?

Y : Sejak 2 tahun lalu , waktu masukka RS di mamasa tekananan darahku 180 dok. Sejak

itu macam-macammi sakitku

DM : Sakit bagaimana pak ?

Y : Pernah juga nyeri lengan kiriku sm kanan . bahuku juga suka sakit

DM : Kenapa bisa nyeri ?

Y : Kayaknya pengaruhnya peruktu ini dok, karena kalo datangki rasa tidak enaknya

perutku naik didadaku terus tidak enakmi lenganku sm bahuku

DM : pernah ki ke dokter penyakit dalam sebelumnya ?

Y : sudah mi , terus katanya normalji . Pernah ka juga ke RS Awal Bros terus dirawat

selama 9 hari terus diperiksa usg

DM : Terus hasilnya bagaimana pak ?

W : Normal katanya , tapi ada itu endoscopy mauka sy di periksa biar ditau kenapa

perutku soalnya cepat sy rasa capek jadinya sy kurangi kegiatan pelayanan di gereja

DM : Kenapa mauki endoscopy kalo normal ji hasil pemeriksaan sebelum ta ?

W : masalahnya dok masih seringka ini tidak enak perutku , baru sudahmi sy ke psikiater

juga dikasih alprazolam tidak berkurang sakit perutku Cuma bisami sy tidur

DM : Tapi endoscopy diperiksakan harus ada indikasinya pak , jadi sebaiknya sekrang kt

coba mi saja dulu obatnya yg diberikan dari dokter jiwa disini sapatau ada perubahan

pak , asalkan rajinki minum

W : iya mauji mmg begitu dok , tp kalo masih tidak enak perutku mauka minta

diendoscopy biar ditau kenapa perutku

DM : Kita liat mi saja dulu bagaimana pengobatannya pak , kalo memang perlu dilakukan

endoscopy itu akan di konsul di penyakit dalam

15