Lapsus Kecapaaa
-
Upload
febry-setiawan -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
description
Transcript of Lapsus Kecapaaa
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare atau gastroenteritis adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih
lunak atau lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.1. Diare dapat
disebabkan oleh beberapa hal, berdasarkan etiologinya diare dibagi menjadi diare infeksi dan
non infeksi. Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak yang
dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.2
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama untuk usia dibawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya
karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai
gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare, sedangkan di Indonesia hasil
Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang
terbanyak yaitu 42% dibandingkan pneumonia 24%, untuk golongan usia 1-4 tahun penyebab
kematian karena diare 25,2% dibandingkan pneumonia 15,5%.3 Di Indonesia, penyakit diare
menjadi beban ekonomi yang tinggi di sektor kesehatan oleh karena rata-rata sekitar 30% dari
jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare,
selain itu juga di pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam urutan
10 penyakit terbanyak di populasi.3
Mengingat tingginya angka kejadian diare pada anak tersebut, maka penulis tertarik
untuk membahas laporan kasus tentang diare atau gastroenteritis akut, yang diharapkan dari
laporan kasus ini semua dokter muda yang nantinya akan memegang peranan di layanan primer
sebagai dokter umum mampu untuk memberikan penatalaksanaan yang efektif dan efisien
sehingga angka mortalitas diare dapat terus ditekan, selain itu juga diharapkan mampu
melakukan upaya pencegahan diare sehingga angka morbiditas pun bisa menurun.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identifikasi
No. RM : 50.95.98
Nama lengkap : By. H
Umur : 25 Hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Tanggal Lahir : 23 November 2015
Tanggal MRS/ Pukul : 18 Desember 2015 / 11.30 WIB
Nama Ibu : Ny. H
Umur : 41 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. A
Umur : 43 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Diagnosis Awal : Gastroenteritis akut dehidrasi ringan sedang + klinis sepsis
Dokter yang merawat : dr. Hj Ridhayani, Sp.A
3
2.2 Anamnesis (tanggal 23 Desember 2015)
Keluhan Utama : BAB cair
Riwayat perjalanan penyakit :
Bayi dibawa ke IGD RSUD Palembang Bari dengan keluhan BAB cair sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi BAB 5-6x sehari, warna feses kuning, bau amis (-),
cairan > ampas, jumlah setiap BAB @2-3 sendok makan. BAB cair disertai lendir. 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, bayi BAB disertai darah. Keluhan ini tidak disertai dengan muntah
dan demam. Bayi juga tidak menderita batuk dan pilek. Bayi masih mau menyusu namun sedikit-
sedikit.
Riwayat Penyakit dahulu : (-)
Riwayat Penyakit keluarga : (-)
Riwayat pengobatan : (-)
Riwayat kehamilan :
Selama hamil, ibu pasien mengatakan tidak ada keluhan seperti demam. Ibu pasien rutin
melakukan ANC tiap bulan. Ibu hamil cukup bulan. Riwayat penyakit ibu seperti hipertensi,
DM, penyakit jantung, dan asma disangkal. Selama hamil ibu pasien tidak menggunakan obat-
obatan. Ibu pasien juga tidak pernah mengkonsumsi jamu tradisional. Ibu mengaku tidak
memiliki hewan peliharaan seperti anjing atau kucing. HPHT = tidak ingat
Riwayat persalinan :
Bayi laki-laki lahir SC dari ibu G4P3A0, hamil gemelli ±38 minggu 6 hari. Bayi lahir
langsung menangis, ditolong oleh dokter. Skor APGAR tidak diketahui. Ketuban jernih, kental
(-), hijau (-), bau (-), KPSW (-), ibu demam (-). BBL 2600 gram, PBL : 47 cm, LK : (ibu lupa).
Riwayat Makan :
Sejak lahir hingga sekarang bayi diberikan susu ASI. Dengan frekuensi ±10 x sehari,
jumlah tiap pemberian @15-30 cc
4
Riwayat Imunisasi :
BCG : -
DPT : -
Polio : 1
Hepatitis B : 1
Campak : -
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah anak kedua dari Tn.A yang bekerja sebagai swasta (buruh) dan Ny.H yang
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Secara ekonomi, keluarga pasien tergolong ekonomi
menengah kebawah.
2.3 Pemeriksaan fisik ( tanggal 23 Desember 2015)
Keadaan umum:
- Aktivitas : Aktif
- Refleks Tangis : Kuat
- Refleks Hisap : Kuat
- Sianosis (-)
- Dyspneu (-)
- Anemis (-)
- Ikterik (-)
- HR : 142x/menit
- RR : 43x/menit
- Temp : 37,4°C
- BBL : 2600 gram
- BBS : 3100 gram
- PBL : 47 cm
Keadaan Spesifik
Kepala
5
Bentuk : Normocephali
Wajah : Simetris , dismorfik (-) , edema (-)
Rambut : Hitam dan tidak mudah dicabut
Mata : CA (-)/(-), SI (+)/(+), sekret (-)/(-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor,
edema palpebra(-)/(-), eksoftalmus(-), enoftalmus(-), strabismus (-), mata cekung (-)
Hidung : NCH (-), sekret (-), hiperemis(-), epistaksis (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)
Telinga : Simetris, otorea (-)
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : Statis (kanan sama dengan kiri) dinamis (tidak ada yang tertinggal), sela
iga melebar (-), retraksi (-), venektasi (-), massa (-)
Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+)/(+) normal, ronki (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi :Batas kanan atas ICS II linea parasternalis dextra
batas kiri atas ICS II linea parasternalis sinistra
batas kanan bawah ICS IV linea parastrenalis sinistra batas kiri bawah ICS
IV linea midclavicularis
Auskultasi : HR 136 x/menit, reguler, BJ1 & BJ2 (+) normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-), massa (-)
Palpasi : Lemas, nyeri tekan epigastrium (-), hepar just palpable, lien tidak teraba,
turgor kulit kembali sangat lambat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) meningkat.
6
Genitalia
Laki-laki, hypospadia (-), epispadia (-), skrotum (+), testis (+) 2 buah didalam
skrotum. Phymosis (-)
Anus
Ada (+) normal, atresia ani (-)
Ekstremitas Atas
Akral hangat (+)/(+), edema (-)/(-), CRT < 3 detik
Ekstremitas Bawah
Akral hangat (+)/(+), edema (-)/(-), CRT < 3 detik
Pemeriksaan Refleks
1. Rooting refleks : (+) bayi menoleh ke arah akan diberi minum
2. Refleks menghisap : (+) bayi dapat menghisap dengan kuat
3. Refleks terkejut : (+)
4. Refleks memegang/menggenggam : (+)
5. Refleks moro : (+) Lengan ekstensi, jari-jari mengembang, kepala terlempar ke
belakang, tungkai sedikit ekstensi. Lengan kembali ke tengah dengan tangan
menggenggam, tulang belakang dan ekstremitas bawah ekstensi.
2.4. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Tanggal 18 – 12 – 2015 :
- Hb : 11,0 g/dL
- Leukosit : 9.100/uL
- Trombosit : 411.000/uL
- Hematokrit : 33%
- LED : 3 mm/jam
7
- Hitung Jenis :
Basofil : 0
Eosinofil : 1
N. batang : 2
N. segmen : 77
Limfosit : 20
Monosit : 5
- Golongan darah : A
- Rhesus : (+)
- CRP : (+)
Feses :
- Makroskopis :
o Warna : Coklat
o Konsistensi : Lembek
o Lendir : +
- Mikroskopis :
o Eritrosit : 20-30/LPB
o Leukosit : 20-30/LPB
o Telur, Cacing : -
o Amuba : -
o Jamur : -
o Lain-lain : -
Tanggal 19-12-2015
Hb : 19
BNO : - Tampak gas usus meningkat
- Usus tampak dilatasi ringan
- Tak tampak free air
Kesan : Suspect Hirchsprung Disease
Protrombin Time : 17,4
INR : 1,33
8
APTT : 31,1
2.5.Diagnosis kerja
GEAD R-S (Perbaikan) + Klinis Sepsis + Hematochezia
e.c. dd/ Klinis Sepsis + Gemelli I
Alergi Susu sapi + Kandidiasis oral
2.7. Penatalaksanaan
1. IVFD D5 1/4 NS 18.5 cc/jam
2. Inj. Ceftazidime 3x 185 mg IV
3. Cek lab darah rutin, LED, CRP
4. Observasi BAB cair
5. Cek feses rutin
6. ASI / PASI 12 x 25 cc
7. Transfusi PRC 1x40cc
2.8.Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungtionam : Bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi Diare (Gastroenteritis)
Diare atau gastroenteritis adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi
lebih lunak atau lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam 1.
3.1.2 Klasifikasi
Diare atau gastroenteritis dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 4
1. Diare Berdasarkan Etiologi 4
a. Infeksi
b. Non-infeksi
2. Diare Berdasarkan Mekanisme 4
a. Gangguan Absorbsi
b. Gangguan Sekresi
3. Diare Berdasarkan Waktu Terjadinya 4
a. Diare Akut
Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare Kronik
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi.
c. Diare Persisten
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
4. Diare Berdasarkan Derajat Dehidrasi 5
a. Tanpa Dehidrasi (Kehilangan Cairan < 5% Berat Badan)
b. Dehidrasi Ringan-Sedang (Kehilangan Cairan 5-10% Berat Badan)
c. Dehidrasi Berat (Kehilangan Cairan > 10 % Berat Badan)
3.1.3 Epidemiologi
10
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama usia dibawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya
karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai
gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia hasil
Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang
terbanyak yaitu 42% dibandingkan pneumonia 24%, untuk golongan usia 1-4 tahun penyebab
kematian karena diare 25,2% dibandingkan pneumonia 15,5% 4
3.1.4 Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman-kuman patogen
telah dapat diidentifikasi dari penderita diare sekitar 80% pada kasus yang datang ke sarana
kesehatan dan sekitar 50% kasus ringan di masyarakat. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi
tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan
bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan
parasit. Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non-inflammatory dan
inflammatory 4.
Enteropatogen menimbulkan non-inflammatory diare melalui produksi enterotoksin
oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan
dan/atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare biasanya disebabkan oleh
bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin 4.
Beberapa penyebab diare akut (gastroenteritis akut) adalah sebagai berikut: 6
Tabel 4. Penyebab Diare (Infeksi)
Golongan Bakteri Golongan Virus Golongan Parasit
1. Aeromonas
2. Bacillus cereus
3. Campylobacter jejuni
4. Clostridium perferingens
5. Clostridium defficile
6. Escherichia coli
7. Plesiomonas shigeloides
1. Astrovirus
2. Calcivirus
(Norovirus,
Sapovirus)
3. Enteric adenovirus
4. Coronavirus
5. Rotavirus
1. Balantidium coli
2. Blastocystis homonis
3. Cryptosporidium
parvum
4. Entamoeba
histolytica
5. Giardia lamblia
11
8. Salmonella
9. Shigella
10. Staphylococus aureus
11. Vibrio cholera
12. Vibrio parahaemolyticus
13. Yersinia enterocolitica
6. Norwalk virus
7. Herpes simplex
virus*
8. Cytomegalovirus*
6. Isospora belli
7. Strongyloides
stercoralis
8. Trichuris trichuira
Di negera berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut pada anak-anak
yaitu Rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni dan
Cryptosporidium 4.
Ditinjau dari kelainan usus, diare karena bakteri dibagi atas dua golongan, yaitu: 6
a) Bakteri non-invasif (enterotoksigenik)
Mikroorganisme yang tidak merusak mukosa usus sperti V. cholera, Enterotoxigenic E.
Colli (ETEC), C. perfringens dan S. Aureus.
b) Bakteri enterovasif
Bakteri yang merusak mukosa usus seperti Enteroinvasive E. colli (EIEC), salmonella sp,
Shigella sp, Yersinia sp dan C. Perfringens (tipe C).
Selain infeksi, diare juga dapat disebabkan oleh non-infeksi antara lain adalah sebagai
berikut 7:
Tabel 5. Penyebab Diare (Non-Infeksi)
Kelainan Contoh
Defek Anatomis 1. Malrotasi
2. Penyakit Hirchsprung
3. Short Bowel Syndrome
4. Atrofi mikrovilli
5. Stricture
Malabsorpsi 1. Defisiensi disakaridase
2. Malabsorbsi glukosa-galaktosa
3. Cystic fibrosis
4. Cholestosis
5. Penyakit celiac
12
Endokrinopati 1. Thyrotoksikosis
2. Penyakit Addison
3. Sindroma Adrenogenital
Keracunan Makanan 1. Logam berat
2. Mushrooms
Neoplasma 1. Neuroblastoma
2. Phaeochromocytoma
3. Sindroma Zollinger Ellison
Lain-lain 1. Infeksi non-gastrointestinal
2. Alergi susu sapi
3. Penyakit Crohn
4. Defisiensi imun
5. Colitis ulserosa
6. Gangguan motilitas usus
7. Pellagra
3.1.5 Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita
atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat
(melalui 4F = finger, flies, fluid, field) 4.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sara kebersihan (MCK),
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor
pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain gizi
buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus,
menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik 4.
3.1.6 Cara Pencegahan
13
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara berikut: 4
1) Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran
ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a) Pemberian ASI yang benar
b) Memperbaiki penyiapan dan penyimpan makanan pendamping ASI
c) Penggunaan air bersih yang cukup
d) Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan
sebelum makan
e) Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
f) Membuang tinja bayi yang benar.
2) Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu (host)
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
mengurangi risiko diare antara lain:
a) Member ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b) Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makanan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak
c) Imunisasi campak.
3.1.7 Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi sebagai berikut: 1)
Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik; 2) sekresi cairan dan
elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3) malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi
lemak; 4) Defek sistem pertukaran anion atau transpot elektrolit aktif di enterosit; 5)
Motilitas dan waktu transit usus abnormal; 6) gangguan permeabilitas usus; 7) Inflamasi
dinding usus, disebut diare inflamatorik; 8) Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi 6.
Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang dikarenakan oleh obat-obatan atau zat kimia yang yang hiperosmotik, malabsorbsi
umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus misal pada defisiensi disararidase, malabsorbsi
glukosa atau galaktosa 6.
14
Diare sekretorik disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare tipe sekretorik secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali. Penyebab dari diare ini antara lain karena efek
enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Eschersia colli 6.
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan pada gangguan
pembentukan atau produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier hati. Defek
sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif di enterosit; diare tipe ini disebabkan adanya
hambatan mekanisme transport aktif NA+ K+ ATP ase di enterosit dan diabsorbsi Na+ dan air
yang abnormal 6.
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan
iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal
disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus 6.
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan
mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan
eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorbsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa
usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau noninfeksi (kolitis ulseratif dan
penyakit Chron)6.
Diare infeksi; Dilihat dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasif
(tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan
diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut diare toksigenik. Contoh diare
toksigenik adalah kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholera atau eltor
merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang lalu membentuk adenosin
monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida
yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorbsi ion
natrium melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida
(diikuti ion bikarbonat, air, natrium, ion, kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya
absorbsi ion natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida. kompensasi ini
dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh dinding sel
usus 6.
15
3.1.8 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diare berdasarkan derajat dehidrasi adalah sebagai berikut 5:
a. Tanpa Dehidrasi (Kehilangan Cairan < 5% Berat Badan)
1) Keadaan umum baik, sadar
2) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan
bibir basah.
3) Turgor abdomen baik, bising usus normal
4) Akral hangat.
b. Dehidrasi Ringan-Sedang (Kehilangan Cairan 5-10% Berat Badan)
1) Keadaan umum gelisah atau cengeng
2) Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa mulut
dan bibir sedikit kering.
3) Turgor kurang, akral hangat.
c. Dehidrasi Berat (Kehilangan Cairan > 10 % Berat Badan)
1) Keadaan umum lemah, letargi, koma
2) Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan
bibir sangat kering.
3) Turgor sangat kurang dan akral dingin.
3.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi
berat 4.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut antara lain:4
1) Darah
Darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes
kepekaan terhadap antibiotik.
2) Feses atau Tinja
a. Pemeriksaan Mikroskopik
16
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya leukosit dapat memberikan
informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses peradangan
mukosa. Leukosit dalam tinja diproduksi sebgai respon terhadap bakteri yang
menyerang mukosa kolon 4.
Leukosit yang positif pada pemeriksan tinja menunjukkan adanya kuman
invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti Shigella, Salmonella, C.
jejuni, EIEC, C. difficile, Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan
Aeromonas atau P. shigelloides. Leukosit yang ditemukan umumnya leukosit PMN,
kecuali pada S. typhii leukosit yang ditemukan yaitu mononuclear 4.
Tidak semua penderita kolitis terdapat leukosit pada tinjanya, pasien yang
terindeksi dengan E. histolytiva pada umumnya leukosit pada tinja minimal. Parasit
yang menyebabkan diare pada umumnya tidak memproduksi leukosit dalam jumlah
banyak. Normalnya tidak diperlukan pemeriksaan untuk mencari telur atau parasit
kecuali terdapat riwayat baru saja berpergian ke daerah risiko tinggi, kultur tinja
negatif untuk enteropatogen, diare lebih dari 1 minggu atau pada pasien
immunocompromised 4.
Pasien yang dicurigai menderita diare yang disebabkan giardiasis,
cryptosporidiosis, isosporiasis dan strongyloidiasis di mana pemeriksaan tinja negatif,
aspirasi atau biopsi duodenum dan yeyenum bagian atas mungkin diperlukan, karena
organism ini hidup di saluran cerna bagian atas, prosedur ini lebih tepat daripada
pemeriksaan spesimen tinja 4.
3.1.10 Penatalaksanaan
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus
diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun dirawat di rumah sakit,
yaitu: 4
1. Rehidrasi 8
GEAD ringan-sedang
A. Diberikan oralit diminum atau dengan nasogastrik drip, bila gagal berikan IVFD.
GEAD berat
17
a. Dengan asidosis: dekstrose 5% 480 cc + Bicnat 7½% 10-20cc
b. Tanpa asidosis atau asidosis telah teratasi: dekstrose 5% 500 cc + NaCl 15% 6 cc
Jumlah dan kecepatan pemberian pada dehidrasi berat:
4 jam pertama 100 cc/kgBB atau 25 tetes/kgBB/menit (mikrodrip)
20 jam berikutnya 150 cc/kgBB atau 7½ tetes/kgBB/menit
2. Pemberian Zinc
Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam
hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan zinc selama 10-14 hari. Hal ini
didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa
pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti
menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40% 9.
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika
anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat
diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap
sehat. Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko
terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare 9.
a. Manfaat Pemberian Zinc
Zinc dapat mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi
fisiologis, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, antioksidan,
perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu
makan. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator
potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi 9.
Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat zinc sebagai
pengobatan diare adalah mengurangi: 1) Prevalensi diare sebesar 34%; (2) Insidens
pneumonia sebesar 26%; (3) Durasi diare akut sebesar 20%; (4) Durasi diare persisten
sebesar 24%, hingga; (5) Kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten
sebesar 42% 9.
18
b. Cara Pemberian Zinc
Cara pemberian zinc adalah sebagai berikut: 4
1. Untuk bayi, tablet zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air
matang, ASI atau oralit.
2. Untuk anak yang lebih besar, tablet zinc dapat dikunyah.
3. Dosis zinc untuk anak-anak:
Usia anak < 6 tahun : 10 mg (½ tablet) per hari.
Usia anak ≥ 6 tahun : 20 mg (1 tablet) per hari.
4. Zinc harus tetap diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah
sembuh dari diare.
3. Diet
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai usia anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang
hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase kesembuhan4
Untuk anak yang berusia kurang dari 2 tahun, anjurkan untuk mulai mengurangi
susu formula dan menggantinya dengan ASI. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun,
teruskan pemberian susu formula. Ingatkan ibu untuk memastikan anaknya mendapat
oralit dan air matang9.
4. Antibiotik Selektif
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau
kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya
diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang
akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik
yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta
menambah biaya pengobatan yang tidak perlu. Pada penelitian multipel ditemukan bahwa
telah terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik yang sering dipakai seperti
ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol dan trimetoprim sulfametoksazole dalam 15 tahun
ini. Resistensi terhadap antibiotik terjadi melalui mekanisme berikut: inaktivasi obat
19
melalui degrafasi enzimatik oleh bakteri, perubahan struktur bakteri yang menjadi target
antibiotik dan perubahan permeabilitas membran terhadap antibiotik4.
Selain bahaya resistensi kuman, pemberian antibiotik yang tidak tepat bisa
membunuh flora normal yang justru dibutuhkan tubuh. Efek samping dari penggunaan
antibiotik yang tidak rasional adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare
yang disebabkan oleh antibiotik. Hal ini juga akan mengeluarkan biaya pengobatan yang
seharusnya tidak diperlukan 9.
Patokan pemberian antimikroba/antibiotik adalah sebagai berikut: 8
1) Kolera
Semua penderita yang secara klinis dicurigai kolera diberi tetrasiklin 50mg/kgBB/hari
dibagi 4 dosis selama 3 8
2) Diare Bakterial Invasif
Secara klinis didiagnosis jika panas lebih dari 38,5o C, ada meteorismus, ada lendir
dan darah dalam tinja secara makroskopis maupun mikroskopis, serta leukosit dalam
tinja secara mikroskopis lebih dari 10/lpb atau ++. Antibiotik yang dipakai sementara
menunggu hasil kultur adalah: 8
- Klinis diduga ke arah Shigella diberi Nalidixid acid 55mg/KgBB/hari diberi 4
dosis selama 10 hari atau Amoksisilin 50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
selama 5 hari.
- Klinis diduga ke arah Salmonella diberikan Kloramfenikol 100mg/KgBB/hari
dibagi 4 dosis selama 10 hari.
3) Untuk penyakit parasit diberikan: 8
- Amubiasis diberikan Metronidazole 50mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
selama 5-7 hari.
- Helminthiasis, untuk ascaris/ankylostoma/oxyuris diberikan Pyrantel Pantoate
10mg/KgBB/hari dosis tunggal, untuk trichuris diberikan Metronidazole
15mg/KgBB/hari selama 5 hari.
- Untuk penyebab jamur misalnya candidiasis diberikan nistatin dengan dosis 4 x
100.000 IU selama 5 hari (usia anak < 1 tahun) atau 4 x 300.000 IU selama 5 hari
(usia anak > 1 tahun).
20
Obat-obatan: 8
- Antibiotika : Ampisilin 100 mg/kgBB/hari iv dalam 3-4 dosis .
- Gentamisin 2½ mg/kgBB/kali im tiap 12 jam, 18 jam atau 4 jam tergantung umur dan
berat badan bayi
- Anti jamur : Mikostatin bila ada indikasi.
5. Edukasi atau Nasehat
Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan Kesehatan
bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit,
muntah berulang-ulang, sangat haus, diare makin sering atau belum membaik dalam 3
hari. Orang tua atau pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar 5,8.
Langkah promotif/preventif yang dapat dilakukan antara lain: 8
1) ASI tetap diberikan
2) Kebersihan perorangan (personal hygiene), cuci tangan sebelum makan
3) Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban
4) Imunisasi campak
5) Memberikan makanan penyapihan yang benar
6) Penyediaan air minum yang bersih
7) Selalu memasak makanan.
3.1.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat diakibatkan oleh diare antara lain adalah sebagai berikut: 4
a) Dehidrasi
b) Syok hipovolemi
c) Gangguan elektrolit
d) Kelemahan otot
e) Paralitik ileus
f) Gangguan fungsi ginjal
g) Aritmia jantung
h) Kejang
i) Asidosis metabolik
21
j) Gangguan pertumbuhan atau gangguan gizi.
BAB IV
ANALISA KASUS
Seorang bayi laki-laki berusia 25 hari dengan berat badan 3100 gram, panjang
badan 47 cm, berkebangsaan Indonesia, beragama Islam, dirawat di ruang neonatus RSUD
BARI pada tanggal 18 Desember 2015.
Dari anamnesis didapatkan bahwa bayi mengalami BAB cair sejak 1 minggu yang
lalu dengan frekuensi 5-6x sehari, feses berwarna kuning cairan > ampas, lendir (+),
jumlah setiap BAB sebanyak 2-3 sendok makan. 2 hari sebelum MRS, BAB cair disertai
darah. Keluhan ini tidak disertai muntah dan demam. Hal ini menandakan bahwa bayi
menderita gastroenteritis akut, dimana penyebabnya kemungkinan infeksi bakteri, karena
dijumpainya darah dan menyingkirkan kemungkinan gastroenteritis ini disebabkan oleh
virus. Namun, untuk memastikan penyebab pasti dari gastroenteritisnya yaitu sebaiknya
dilakukan pemeriksaan kultur feses.
Penyebab prematuritas dapat disingkirkan karena pada bayi ini lahir cukup bulan
(38 minggu 6 hari) dengan berat badan lahir 2600 gram. Bayi ini memiliki gejala klinis
sepsis yaitu gejala umum yaitu bayi hipoaktif, gangguan minum yang disertai penurunan
berat badan,gejala TGI yaitu diare.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum : aktivitas : hipoaktif, refleks
tangis : kuat, refleks hisap : kuat,bayi mulai malas menyusu, HR : 136x/menit, RR :
34x/menit, Temp : 37,6°C, BBL : 2600 gram,BBS : 3100 gram PBL : 47 cm.. Dari keadaan
spesifik didapatkan tanda-tanda dehidrasi yaitu, mata cekung, lemah, menyusu sedikit-
sedikit dan turgor kurang. Hal ini menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ringan dan klinis
sepsis yang meliputi gejala umum yaitu bayi hipoaktif, gangguan minum yang disertai
penurunan berat badan,gejala TGI yaitu diare diserati darah dan lendir.
22
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb : 11, g/dL, leukosit : 9.100/uL,
trombosit : 411.000/uL, hematokrit : 33%, DC : 0/1/2/77/20/5, CRP (+). Hasil lab
menunjukkan anemia. Pada pemeriksaan feses ditemukan eritrosit 20-30/LPB dan leukosit
sebanyak 20-30/LPB. Hasil lab tersebut abnormal menunjukkan terdapat darah dalam feses
yang disebabkan infeksi pada saluran pencernaan. Juga didapatkan PT dan Aptt yang
normal, hal menunjukkan tidak ada gangguan dalam pembekuan darah yang menyebabkan
hematochezia.
Pada pemeriksaan BNO 2 posisi didapatkan, tampak gas usus meningkat, usus
tampak dilatasi ringan, dan tak tampak freeair, sehingga didapatkan kesan suspect
hirchsprung disease. Namun tidak ditemukan gejala-gejal penyakit hirchsprung berupa
muntah, defekasi jarang,meteorismus, atau mekonium terlambat keluar sehingga diagnoss
tersebut bisa disingkirkan.
Penatalaksanaan pasien ini dilakukan rehidrasi untuk diare dengan dehidrasi ringn
sedang yaitu IVFD IVFD D5 1/4 NS 18.5 cc/jam pada hari pertama dan selanjutnya D10
1/5 NS gtt 11,7cc/jam. Bayi ini diberikan Inj. Ceftazidime 3x 185 mg karena bayi ini
menunjukkan gejala klinis sepsis sehingga dibutuhkan antibiotik. Pada bayi didapatkan Hb
11,0 dan eritrosit pada feses, sehingga diberikan transfusi PRC 1x40cc. Selain itu bayi juga
mendapat Inj. Metronidazole 2x55cc serta nystatin drop 4x1cc.
Prognosis pasien ini adalah quo ad vitam dan quo ad functionam adalah bonam
karena selama mendapatkan terapi terdapat respon yang baik, ditandai dengan membaiknya
keadaan klinis.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Soenarto, Y. 2012. Diare Kronis Dan Diare Persisten. Dalam: Juffrie, M. Dkk. (Editor), Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Managemen Diare Pada Bayi Dan Anak( Diarrheal Management In Infant And Children ) Subijanto Ms, Reza Ranuh, Liek Djupri, Pitono Soeparto Divisi Gastroenterologi Lab / Smf Ilmu Kesehatan Anak Fk Unair / Rsu Dr. Seotomo Surabaya
3. Widayana Iw, Gandi. 2003. Konsistensi Pelaksanaan Program Serta Morbiditas Dan Mortalitas Diare Di Era Otonomi Dan Krisis. Kumpulan Makalah Kongres Nasional Ii Bkgai Bandung.
4. Subagyo, B. Dan Santoso, Nb. 2012. Diare Akut. dalam: Juffrie, M. Dkk. (Editor), Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
6. Marcellus Dan Daldiyono. 2009. Diare Akut. dalam: Sudoyo, A.W. Dkk. (Editor), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internapublishing.
7. Pickering Lk., Snyder Jd. 2004. Gastroenteritis In Behrman, Kliegman, Jenson Eds. Nelson Textbook Of Pediatrics.
8. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Rsmh. 2014. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak. Palembang : Rumah Sakit Moehammad Hoesin (RSMH)
9. Departemen Kesehatan Ri Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Lima Langkah Tuntaskan Diare. Jakarta: Departemen Keshatan Ri
10. Blackburn St, 2007. Ed. Bilirubin Metabolism. Maternal, Fetal, & Neonatal Physiology And Clinical Perspective. Edisi Ke-3. Saunders. Missouri
11. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014.Buku Ajar Neonatologi Ed.Pertama. Jakarta : Idai
24
Tanggal S O A P18 Desember 2015Umur : 25 hari
BAB cair + frekuensi 5-6x. cairan > ampas, jumlah 2-3 sendok makan, disertai darah dan lendir, demam (-), batuk (-), pilek (-)
Keadaan umum :- Aktivitas : Hipoaktif- R.hisap : kuat- R.tangis : kuat- Sianosis (-)- Dyspneu (-)- Anemis (-)- Ikterik (-)- HR :142x/menit- RR : 40x/menit- T : 36,5 CKeadaan Spesifik :- Kepala : NCH (-), sianosis (-), SI (-), UUB cekung (-), mata cekung +/+- Thorax : simetris, retraksi (-)- Pulmo : vesikuler (+)N, wheezing (-), ronkhi (-)- Cor : BJ I/II (+)N, gallop (-), murmur (-)- Abdomen : datar, lemas, BU(+)N, Hepar dan lien tidak teraba, turgor menurun- Ekstremitas : akral hangat (+). CRT<3”
GEAD R-S + Klinis Sepsis
- IVFD D5 1/4 NS 18.5 cc/jam (Hari I), Hari ke II : D10 1/5 NS-Inj. Ceftazidime 3x 185 mg IV- Cek lab darah rutin, LED, CRP-Observasi BAB cair - Cek feses rutinASI / PASI 12 x 25 cc
19-12-2015Umur : 26 hari
Bab cair disertai darah, cair < ampas, demam (-) muntah (-)
Keadaan umum :- Aktivitas : Hipoaktif- R.hisap : kuat- R.tangis : kuat- Sianosis (-)- Dyspneu (-)- Anemis (-)- Ikterik (-)- HR :131x/menit- RR : 44x/menit- T : 36,7 CKeadaan Spesifik :- Kepala : NCH (-), sianosis (-), SI (-), UUB cekung (-), - Thorax : simetris, retraksi (-)
GEAD R-S + Klinis Sepsis + Anemia ec susp. Perdarahan + Gemelli I
- IVFD D10 1/5 NS 11,7 cc/jam -Inj. Ceftazidime 3x 185 mg IV- Cek PT, ApTT, jika memanjang transfusi 40cc-Observasi BAB cair - Cek feses rutinASI / PASI 12 x 25 cc
FOLLOW UP
25
- Pulmo : vesikuler (+)N, wheezing (-), ronkhi (-)- Cor : BJ I/II (+)N, gallop (-), murmur (-)- Abdomen : datar, lemas, BU(+)N, Hepar dan lien tidak teraba, - Ekstremitas : akral hangat (+). CRT<3”
20-12-2015Umur: 27 hari
BAB cair + darah (-), kembung (-), muntah (-)
Keadaan umum :- Aktivitas : Aktif- R.hisap : kuat- R.tangis : kuat- Sianosis (-)- Dyspneu (-)- Anemis (-)- Ikterik (-)- HR :135x/menit- RR : 41x/menit- T : 36,6 CKeadaan Spesifik :- Kepala : NCH (-), sianosis (-), SI (-), UUB cekung (-), - Thorax : simetris, retraksi (-)- Pulmo : vesikuler (+)N, wheezing (-), ronkhi (-)- Cor : BJ I/II (+)N, gallop (-), murmur (-)- Abdomen : datar, lemas, BU(+)N, Hepar dan lien tidak teraba, - Ekstremitas : akral hangat (+). CRT<3”
GEAD R-S + Klinis Sepsis + Anemia ec susp. Perdarahan + Gemelli I
-IVFD D10 1/5 NS 11,7 cc/jam -Inj. Ceftazidime 3x 185 mg IV-Observasi BAB cair -ASI / PASI 12 x 25 cc-BNO 2 posisi
21-12-2015Umur 28 hari
Bab cair + darah sedikit, Muntah (-), kembung (-)
Keadaan umum :- Aktivitas : Aktif- R.hisap : kuat- R.tangis : kuat- Sianosis (-)- Dyspneu (-)- Anemis (-)- Ikterik (-)- HR :139x/menit- RR : 43x/menit- T : 37,1 CKeadaan Spesifik :- Kepala : NCH (-), sianosis (-), SI (-), UUB cekung (-), - Thorax : simetris, retraksi (-)- Pulmo : vesikuler (+)N,
GEAD R-S (perbaikan) + Klinis Sepsis + Anemia ec susp. Perdarahan + Gemelli I
IVFD D10 1/5 NS 11,7 cc/jam -Inj. Ceftazidime 3x 185 mg IV-Observasi BAB cair -ASI OD-BNO 2 posisi
26
wheezing (-), ronkhi (-)- Cor : BJ I/II (+)N, gallop (-), murmur (-)- Abdomen : datar, lemas, BU(+)N, Hepar dan lien tidak teraba, - Ekstremitas : akral hangat (+). CRT<3”
22-12-2015Umur 29 Hari
BAB dengan darah (+), kembung (-), muntah (-)
Keadaan umum :- Aktivitas : Aktif- R.hisap : kuat- R.tangis : kuat- Sianosis (-)- Dyspneu (-)- Anemis (-)- Ikterik (-)- HR :133x/menit- RR : 40x/menit- T : 36,5 CKeadaan Spesifik :- Kepala : NCH (-), sianosis (-), SI (-), UUB cekung (-), - Thorax : simetris, retraksi (-)- Pulmo : vesikuler (+)N, wheezing (-), ronkhi (-)- Cor : BJ I/II (+)N, gallop (-), murmur (-)- Abdomen : datar, lemas, BU(+)N, Hepar dan lien tidak teraba, - Ekstremitas : akral hangat (+). CRT<3”
GEAD R-S(perbaikan) + Klinis Sepsis + Anemia ec susp. Perdarahan (perbaikan)+ Gemelli I
-IVFD d10 1/5 NS gtt 11,7cc/jam-inj ceftazidim 3x185 iv-ASI OD-Obs BAB cair dan darah-Inj. Metronidazole2x55-Stop susu formula susu sapi
23-12-2015Umur 30 hari
Bab darah (-), Muntah(-)
Keadaan umum :- Aktivitas : Aktif- R.hisap : kuat- R.tangis : kuat- Sianosis (-)- Dyspneu (-)- Anemis (-)- Ikterik (-)- HR :133x/menit- RR : 40x/menit- T : 36,5 CKeadaan Spesifik :- Kepala : NCH (-), sianosis (-), SI (-), UUB cekung (-), - Thorax : simetris, retraksi (-)- Pulmo : vesikuler (+)N, wheezing (-), ronkhi (-)
GEAD R-S(perbaikan) + Klinis Sepsis + hematochezia + gemelli I ec dd/klinis sepsis + Alergi susu sapi
-IVFD d10 1/5 NS gtt 11,7cc/jam-inj ceftazidim 3x185 iv-ASI OD-Obs BAB cair dan darah-Inj. Metronidazole2x55
27
- Cor : BJ I/II (+)N, gallop (-), murmur (-)- Abdomen : datar, lemas, BU(+)N, Hepar dan lien tidak teraba,- Ekstremitas : akral hangat (+). CRT<3”
24-12-2015Umur 31 hari
Muntah (-), BAB darah (-)
Keadaan umum :- Aktivitas : Aktif- R.hisap : kuat- R.tangis : kuat- Sianosis (-)- Dyspneu (-)- Anemis (-)- Ikterik (-)- HR :136x/menit- RR : 41x/menit- T : 36,8 CKeadaan Spesifik :- Kepala : NCH (-), sianosis (-), SI (-), UUB cekung (-), - Thorax : simetris, retraksi (-)- Pulmo : vesikuler (+)N, wheezing (-), ronkhi (-)- Cor : BJ I/II (+)N, gallop (-), murmur (-)- Abdomen : datar, lemas, BU(+)N, Hepar dan lien tidak teraba, - Ekstremitas : akral hangat (+). CRT<3”
GEAD R-S(perbaikan) + Klinis Sepsis + hematochezia + ec dd/ klinis sepsis + gemelli I + alergi susu sapi + kandidiasi oral
IVFD d10 1/5 NS gtt 11,7cc/jam-inj ceftazidim 3x185 iv-ASI OD-Obs BAB cair dan darah-Inj. Metronidazole2x55-Nystatin 4x1cc-Cek lab lengkap
25-12-2015Umur 32 hari
BAB darah (-), Muntah (-)
Keadaan umum :- Aktivitas : Aktif- R.hisap : kuat- R.tangis : kuat- Sianosis (-)- Dyspneu (-)- Anemis (-)- Ikterik (-)- HR :139x/menit- RR : 40x/menit- T : 36,9 CKeadaan Spesifik :- Kepala : NCH (-), sianosis (-), SI (-), UUB cekung (-), - Thorax : simetris, retraksi (-)- Pulmo : vesikuler (+)N, wheezing (-), ronkhi (-)- Cor : BJ I/II (+)N, gallop
GEAD R-S(perbaikan) + Klinis Sepsis + hematochezia + ec dd/ klinis sepsis + gemelli I + alergi susu sapi + kandidiasi oral
IVFD d10 1/5 NS gtt 11,7cc/jam-inj ceftazidim 3x185 iv-ASI OD-Obs BAB cair dan darah-Inj. Metronidazole2x55-Nystatin 4x1cc
28
(-), murmur (-)- Abdomen : datar, lemas, BU(+)N, Hepar dan lien tidak teraba, - Ekstremitas : akral hangat (+). CRT<3”