Lapsus Harun
-
Upload
ruben-carlson -
Category
Documents
-
view
46 -
download
4
description
Transcript of Lapsus Harun
LAPORAN KASUS
ILMU PENYAKIT DALAM
ATRIAL SEPTAL DEFECT
Disusun oleh:
Luqman Harun062010101041
Dokter Pembimbing:
dr. Suryono, Sp. JP
Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya
SMF Ilmu Penyakit Dalam di RSD dr.Soebandi Jember
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER2011
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. M
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Suku Bangsa : Madura
Alamat : Tawangmangu no. 83
MRS : -
No. Rekam Medik : -
Tgl. Pemeriksaan : 17 Desember 2010
Nama Ayah : Tn. A
Umur : - tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Serabutan
Nama Ibu : Ny. S
Umur : tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
00
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan terhadap pasien pada tanggal 17 Juli 2010.
A. Riwayat Pribadi
1. Keluhan Utama : biru
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
11 tahun hari yll e, tepatnya tahun 1999, ketika pasien kelas 3 SMP, kulit
pasien berubah menjadi biru-biru didaerah wajah, tangan dan kaki, pasien
sebelumnya tidak bertambah biru walaupun saataktivitas , demam (-), BAB
(+) N, BAK (+) banyak, tidak nyeri saat BAK.
7 tahun yll, bpasien memeriksakan diri ke dokter Sp.JP. Pasien diperiksa
darah dan EKG. Dokter mengatakan ada maslah dengan jatntung pasien
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 2
Akhirny pasien berobat jalan. Tapi pasien berhenti obat jalan karena kurang
biaya
+- 1 tahun yll, wpasien memeriksakan diri ke RSD dr. Soebandi karena biru
lagi. Setelah itu pasien memeriksakan diri teratur karena sudah bekerja.
Pasien diperiksa lab darah, EKG, dan Echocardiography.
Selama diperiksa di rumah pasien, pada hari pertama, pasien tidak
mengeluh apa-apa. Demam tidak ada, batuk tidak ada, sesak tidak ada, nyeri
dada tidak ada, penurunana kesadaran tidak ada.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat pernah demam : tidakada,
Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
Riwayat penyakit jantung bawaan : tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat batuk lama : disangkal
Kesan: Tidak terdapat risiko penyakit yang ditularkan dan tidak
terdapat risiko penyakit yang diturunkan
5. Silsilah Keluarga
: laki – laki : Perempuan: Ayah penderita: Ibu penderita
: meninggal
6. Riwayat Pengobatan
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak
74 th
65th
70th
27 th
38th53th
22 th 19 th
3
Pasien berobat ke dokter Sp.JP. Pasien diberi beberapa macam obat. Sejak
3 bulan setelah pengobatan, pasien tidak control lagi.
7. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Sosial Ekonomi
Ayah pasien telah meninggalkan keluarga sejak pasien lahir. Ibu pasien
bekerja sebagai penjual sayur di pasar. Penghasilan ibu kurang lebih Rp
30.000 per hari untuk menghidupi 3 orang anak. Pasien bekerja sebagai
pegawai bank. Seluruh biaya kesehatan ditanggung bank
Kesan: Keadaan sosial ekonomi cukup dan keadaan lingkungan cukup.
12. Anamnesis Sistem
a. Sistem serebrospinal : kesadaran composmentis
b. Sistem kardiovaskuler : -
c. Sistem pernapasan : batuk (-), tidak sesak, tidak pilek, tidak
keluar cairan dari telinga
d. Sistem gastrointestinal : cembung, tidak muntah, sudah tidak ada
nyeri perut kanan bawah, nafsu makan berkurang
e. Sistem muskuloskeletal : pasien merasa badan sehat
f. Sistem urogenital : BAK normal
g. Sistem integumentum : terdapat bengkak, kulit sianosis pada jari
tangan dan kaki kanan dan kiri
Kesan: Pada sistem pernapasan didapatkan batuk -, pada sistem
gastrointestinal didapatkan nyeri perut dan pinggang, nafsu makan
berkurang, pada system musculoskeletal didapatkan badan sehat,
sistem urogenital dalam keadaan normal.
III. PEMERIKSAAN FISIK(Dilakukan pada tanggal 24 Februari 2010/ hari perawatan ke-8)
A. Pemeriksaan Umum
(Dilakukan pada tanggal 17 Desember 2010)
1. Kesan Umum : sedang, kesadaran composmentis
2. Tanda Utama:
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Frekuensi napas : 26 x/menit
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 4
Suhu aksilla : 36,5 derajat celcius.
BB Ideal : 80: 165:165=29 Status gizi berlebih
3. Kulit : terdapat sianosis, warna sawo matang, turgor kulit dalam batas
normal
4. Kelenjar Limfe : tidak terdapat pembesaran limfonodi leher, tidak
terdapat pembesaran limfonodi di aksila dan inguinal.
5. Otot : eutrofi, tidak terdapat kelemahan otot, tonus otot dalam batas
normal
6. 0Tulang : tidak terdapat deformitas
7. Sendi : bengkak, tidak nyeri bila digerakkan, gerakan bebas
Kesan: Pada pemeriksaan umum didapatkan kesan umum
penderita sedang, kesadaran composmentis, sianosis perifer.
B. Pemeriksaan Khusus
1. Kepala
i. Bentuk : Bulat simetris
ii. Rambut : Hitam lurus, Mudah dicabut
iii. Mata : konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/- Odem palpebra -/- Reflek cahaya +/+ Air mata +/+ Mata cowong -/-
iv. Hidung : tidak ada sekret, tidak ada bau dan darah keluar dari hidung,
tidak ada napas cuping hidung.
v. Pipi : -
vi. Telinga : tidak ada sekret dan darah keluar dari hidung, tidak ada bau.
vii. Mulut : bibir sianosis,
viii. Lidah : lidah kotor (-)
2. Leher
Bentuk : simetris
KGB : tidak ada pembesaran
Tiroid : tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : tidak ada
JVP : 8 cm
3. Dada
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 5
Jantung I: tidak terlihat ictus cordis
P: ictus cordis tidak teraba
P: redup dalam batas cor normal
A: bising sistolik, S3
Paru - paru : depan
Pemeriksaan Kanan kiri
Inspeksi Retraksi intercostal ( - ) Retraksi intercostal ( - )
Palpasi fremitus raba (+) dbn fremitus raba (+) dbn
Perkusi Sonor sonor
Auskultasi ronkhi (-), whezzing(-),
vesikular
ronkhi (-),whezzing(-),
vesikular
Belakang
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Retraksi intercostal ( - ) Retraksi intercostal ( - )
Palpasi fremitus raba (+) dbn fremitus raba (+) dbn
Perkusi Sonor sonor
Auskultasi ronkhi (-), whezzing(-),
vesikular
ronkhi (-),whezzing(-),
vesikular
4. Abdomen I : flat/datar
A: bising usus (+) normal
P: turgor abnormal, tidak teraba massa, terdapat nyeri tekan
perut
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
P: timpani
5. Anggota gerak atas : edema (-), akral
hangat
6. Anggota gerak bawah : edema (-),
akral hangat
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 6
7. Genitalia : edema
anasarka ( - )
8. Anus : tidak ada kelainan
Kesan : Pada pemeriksaan khusus didapatkan jari sianosis, kering dan
pecah-pecah, sudah tidak ada nyeri tekan perut.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGechocardiography
FOTO RONTGEN :
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 7
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 8
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 9
V. RINGKASAN DATA DASAR (RESUME)
A . ANAMNESIS
• Laki-laki usia 27 tahun.
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 10
• Keluhan utama biru seluruh tubuh
• Tidak ada riwayat alergi obat
• Riwayat nutrisi dari segi kualitas dan kuantitas baik.
• Keadaan sosial ekonomi kurang dan lingkungan cukup baik
• Pada sistem pernapasan tidak didapatkan keluhan, , nafsu makan dan minum
berkurang, pada sistem musculoskeletal tidak didapatkan keluhan badan agak
lemah dan mudah lelah.
B. PEMERIKSAAN FISIK
o Keadaan umum : sedang, kesadaran composmentis
o normotensi,
o Status Gizi : Gizi baik
o Konjungtiva (-) anemis
o Jari sianosis, kering dan pecah-pecah
o Palpasi abdomen: nyeri tekan perut kanan bawah
o Lain-lain dalam batas normal
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Echocardiografi
VI. DIAGNOSIS
ASD Eisenmenger
VI. DD :
VIII. PENATALAKSANAAN
1. ASO
2. Edukasi
o Penjelasan tentang penyakit yang diderita: Penyebab, perjalanan
penyakit, perawatan, prognosis, komplikasi, serta usaha mencegah
komplikasi.
IX. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 11
PEMBAHASAN
-Pasien berjenis kelamin laki-laki, menurut teori ASD paling banyak diderita
perempuan.
-Penyakit pasien ditemukan saat usia dewasa, menurut teor, ASD memang
sering ditemukan pada usia dewasa (Jones et al 2007)
-Walaupun orang tua pasien tidak sakit serupa, namun tidak menyingkirkan
adanya faktor etiologi yang diturunkan
-Adanya keluhan berupa kulit yang membiru saat SMP, menurut teori,
beberapa pasien tidak menunjukkan gejala sampai usia 60 tahun atau lebih
[John et al 1981; Konstantinides et al 1995). Diperkirakan bahwa sebagian
besar pasien dengan ASD dengan aliran shunt signifikan (yaitu, paru untuk
aliran sistemik lebih dari 2:1) akan gejala dan memerlukan koreksi bedah pada
usia 40 [Rostad et al 1979].
-Pasien sianosis tanpa sesak, menurut teori gejala awal yang terkait dengan
ASD mungkin ringan dan diabaikan oleh pasien. Sebagai contoh, dalam salah
satu rangkaian dari 32 pasien yang didiagnosis oleh temuan insidentil pada
pemeriksaan fisik, dada x-ray, atau ekokardiografi yang dianggap tanpa gejala,
toleransi latihan membaik setelah penutupan ASD [Giardini 2004].
Aritmia atrium, intoleransi latihan, kelelahan, dyspnea, dan gagal jantung
terbuka adalah manifestasi umum dari ASDs gejala. Pada seri yang dikutip di
atas dari 481 pasien dengan ASD secundum yang diteliti antara 1957 dan 1976
dan yang menjalani operasi sebelum usia 40, lebih dari satu setengah memiliki
gejala dispnea dan kelelahan [Rostad et al 1979]. Sianosis pada pasien dengan
ASD biasanya dikaitkan dengan sindrom Eisenmenger di mana ada shunting
darah unoxygenated dari kanan ke atrium kiri. Selain itu, pembalikan transien
gradien tekanan atrium dan sianosis transient dapat ditimbulkan oleh beberapa
manuver pernafasan, menangis, Valsava, dan batuk.
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 12
Dalam kasus yang jarang terjadi, shunting kanan-ke-kiri melintasi ASD dapat
menyebabkan sianosis tanpa kehadiran hipertensi paru sedang. Dalam kasus ini,
beberapa fitur anatomi yang tidak biasa, mengarahkan darah unoxygenated
seluruh cacat ke atrium kiri dalam tidak adanya gradien tekanan terbalik.
Contohnya termasuk katup menonjol Eustachio, massa atrium kanan. dan
distorsi dari anatomi biasa oleh sinus koroner dilatasi [Gdalia et al 1988].
-Pada pemeriksaan fisik ditemukan splitting S2, menurut teori, temuan
karakteristik ASDs dengan pirau kiri ke kanan besar dan tekanan arteri paru
normal lebar, memisahkan suara kedua (S2), berbeda dengan variasi normal
selama siklus pernafasan. Suara kedua harus dievaluasi ketika pasien duduk
atau berdiri karena splitting mungkin relatif lebar tetapi tidak tetap dalam posisi
terlentang.
Splitting tetap dianggap hasil dari karakteristik yang berubah dari vaskular paru
yang berhubungan dengan peningkatan aliran darah paru. Dalam semua
individu, penutupan aorta dan pulmonal suara (A2 dan P2) terjadi segera setelah
(tetapi tidak langsung setelah) tekanan ventrikel berada di bawah tekanan arteri.
Penundaan antara penurunan tekanan ventrikel dan penutupan katup disebut
sebagai "splitting," dan merupakan penundaan karena tekanan arteri pulmo
yang menurun.
Dalam sirkulasi arteri sistemik, splitting terjadi dalam waktu singkat karena
impedansi aorta yang tinggi dan tekanan yang menurun cepat, tetapi tidak
berbeda dengan respirasi. Sebaliknya, waktu splitting lebih lama, karena
perbedaan tekanan yang lebih kecil dari pembuluh darah paru, dan
berkepanjangan dengan inspirasi, yang meningkatkan kapasitansi paru.
Akibatnya, P2 biasanya terjadi setelah A2, dan splitting ini meningkat S2
dengan inspirasi.
Dengan ASD, kapasitansi vaskular paru meningkat sepanjang siklus pernafasan
tanpa variasi pernapasan banyak. Hasil kapasitansi meningkat dan konstan,
dengan splitting lebar antara komponen pertama dan kedua variasi pernapasan
S2 dan kecil. Intensitas komponen pulmonal dan aorta S2 sama pada
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 13
kebanyakan pasien dengan ASD. Pasien dengan hipertensi paru biasanya
memiliki komponen pulmonal menekankan S2. Temuan serupa kadang-kadang
terlihat dengan tekanan paru normal, karena kedekatan dari arteri paru
membesar pada dinding dada.
Suara jantung pertama (S1), yang terdengar terbaik di apeks dan kiri bawah
perbatasan sternum, sering dibagi dan komponen kedua (penutupan trikuspid)
diintensifkan pada pasien dengan ASD. Penjelasan untuk peningkatan intensitas
adalah bahwa volume besar aliran darah diastolik dari atrium kanan ke ventrikel
kanan menekan trikuspid menuju dinding ventrikel kanan dan ventrikel
kontraksi kuat kanan menyebabkan selebaran trikuspid untuk bergerak tiba-tiba
cepat selama systole.
-Tidak terdengar murmur pada pasien, menurut teori murmur aliran shunt
melintasi ASD memiliki kecepatan terlalu rendah dan menghasilkan turbulensi
terlalu sedikit untuk menjadi terdengar, meskipun dapat ditunjukkan dengan
phonocardiography intracardiac. Namun, beberapa murmur dapat didengar.
* Aliran paru midsystolic atau murmur ejeksi, akibat dari meningkatnya aliran
darah di katup pulmonal, adalah klasik hadir untuk pirau kiri-ke-kanan besar.
Murmur ini adalah paling keras di ruang interkostal kedua. Kehadiran suatu
getaran biasanya menunjukkan shunt sangat besar atau stenosis pulmonal.
* Sebuah Murmur regurgitasi mitral mungkin juga terdengar karena kelainan
katup mitral di ostium quaeritur dan mitral valve prolapse di secundum cacat.
Dalam pengaturan yang terakhir, suatu murmur terlambat atau holosystolic
apikal regurgitasi mitral menjalar ke aksila dapat didengar.
* Sebuah diastolik bergemuruh karena meningkatnya aliran melintasi katup
trikuspid dan dapat didengar oleh pemeriksa hati-hati tetapi biasanya terdengar
cukup halus. Gemuruh dititikberatkan oleh inspirasi.
* Sebuah murmur diastolik bernada rendah regurgitasi pulmonal dapat terjadi
karena dilatasi dari arteri paru.
-Pada hasil echo menunjukkan bahwa diameter ASD sekitar 1,55cm, menurut
teori pasien yang terkena ASD dg diameter > 3 mm memiliki kemungkinan
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 14
yang kecil untuk menutup kembali secara spontan. Menurut McMahon et al
(2002), ASDs secundum pada anak-anak digambarkan dalam serangkaian
104 pasien (rata-rata usia 4,5 tahun di diagnosis) yang terkena terisolasi ASD
ukuran > 3 mm; Echocardiograms serial dilakukan pada interval lebih dari
enam bulan. Penutupan spontan dari ASD terjadi hanya empat pasien,
sedangkan diameter ASD meningkat 65 persen, 30 persen pasien mengalami
peningkatan 50 persen> dengan diameter dan 12 persen mengalami
peningkatan untuk> 20 mm. Satu-satunya faktor independen yang berhubungan
dengan pertumbuhan adalah ukuran awal ASD.
-Komplikasi ASD menurut teori, ASD yang tidak terobati menyebabkan overload volume jantung kanan, berkurangnya kapasitas aerobik, atrial disritmia, gagal jantung dan hipertensi pulmonal (Gatzoulis et al 1999)
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 15
DAFTAR PUSTAKA
Gatzoulis MA, Freeman MA, Siu SC, et al. Atrial arrhythmias after surgical closure of
atrial septal defects in adults N Engl J Med 1999;340:839-846
Gdalia, J, Chollet, D, Vedel, J. Atrial septal defect with cyanosis without pulmonary
hypertension or anomalous systemic venous drainage to the left atrium. Int J Cardiol
1988; 21:343.
Giardini, A, Donti, A, Formigari, R, et al. Determinants of cardiopulmonary functional
improvement after transcatheter atrial septal defect closure in asymptomatic adults. J
Am Coll Cardiol 2004; 43:1886.
Jones, Latson, Zahn, Fleishman, Jacobson, Vincent, Kanter, Sutton, Tajik, McGoon, Results of the U.S. Multicenter Pivotal Study of the HELEX Septal Occluder for Percutaneous Closure of Secundum Atrial Septal Defects. J Am Coll Cardiol, 2007; 49:2215-2221, doi:10.1016/j.jacc.2006.11.053
Konstantinides, S, Geibel, A, Olschewski, M, et al. A comparison of surgical and medical
therapy for atrial septal defect in adults. N Engl J Med 1995; 333:469.
McMahon, CJ, Feltes, TF, Fraley, JK, et al. Natural history of growth of secundum atrial
septal defects and implications for transcatheter closure. Heart 2002; 87:256.
Rostad, H, Sorland, S. Atrial septal defect of secundum type in patients under 40 years of
age. A review of 481 operated cases. Symptoms, signs, treatment and early results.
Scand J Thorac Cardiovasc Surg 1979; 13:123
Diajukan pada Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak 16