Lapsus - Fistel Oro Antral sebagai penyebab Sinusitis Maksilaris dextra.doc

21
Laporan Kasus Fistula Oro Antral Regio 15 sebagai Penyebab Sinusitis Maksilaris Dextra Pembimbing: Drg. Noenoeng Isnantijowati DISUSUN OLEH : Romel Ciptoadi Wijaya 210.121.0066 KEPANITERAAN KLINIK MADYA 1

description

Laporan kasus Fistula Oro Antral

Transcript of Lapsus - Fistel Oro Antral sebagai penyebab Sinusitis Maksilaris dextra.doc

Laporan KasusFistula Oro Antral Regio 15 sebagai Penyebab Sinusitis Maksilaris Dextra

Pembimbing:

Drg. Noenoeng IsnantijowatiDISUSUN OLEH :

Romel Ciptoadi Wijaya

210.121.0066

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANGLABORATORIUM ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT

RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR

TAHUN 2015BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Fistula oro antral merupakan saluran abnormal yang terbentuk dan menghubungkan sinus maksilaris dan kavum oris dan mungkin merupakan hasil dari beberapa proses patologis yang berbeda. Umumnya, fistula oroantral terjadi setelah ekstraksi gigi; namun demikian, penyebab lainnya juga meliputi infeksi, kondisi inflamasi, neoplasma dan cedera/trauma. Pada sebagian besar kasus, pasien dengan fistula oroantral mempunyai riwayat ekstraksi gigi sebelumnya dan keluhan adanya rasa asin dan bebasnya udara ke dalam mulut pada saat meniup hidung. Jika terdapat infeksi, adanya sekret hidung yang terkait dengan nyeri di pipi dan gejala umum infeksi. Oroantral fistula yang diakibatkan oleh tindakan pencabutan gigi, yang sebenarnya jarang sekali terjadi. Penyebab tersering adalah ekstraksi gigi molar, biasanya molar pertama, dimana sepotong kecil tulang di antara akar gigi molar dan sinus maksilaris ikut terangkat. 1.2 RUMUSAN MASALAH

I.2.1 Apa definisi dan etiologi Fistula oro antral?

I.2.2 Bagaimana Patogenesis fistula oro antral?

I.2.3 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan fistula oro antral?1.3TUJUAN

I.3.1 Mengetahui dan memahami definisi dan etiologi fistula oro antral.

I.3.2 Mengetahui dan memahami Patogenesis fistula oro antral?

I.3.3 Mengetahui dan memahami diagnosis dan penatalaksanaan fistula oro antral

I.3.4 Mengetahui dan memahami Prognosis dan Komplikasi fistula oro antral?1.4MANFAAT

I.4.1Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu gigi dan mulut pada khususnya.

I.4.2Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu gigi dan mulut.BAB II

STATUS PASIEN

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. T

Jenis Kelamin

: Laki-lakiAlamat

: Kalipare

Umur

: 53 tahun

Pekerjaan

: Pandai besi

Status

: Kawin

Suku Bangsa

: Jawa - Indonesia

Tanggal Periksa : 29 Januari 20152.2 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama: Sakit gusi kanan atas setelah dicabut 4 bulan yang lalu. Sudah 3 minggu tidak sikat gigi karena sakit.2. Riwayat Penyakit : Keluhan dirasakan sejak 2 bulan terakhir, disertai dengan keluarnya nanah dari lubang gusi bekas gigi yang dicabut dan hidung. Rasa sakit cekot-cekot, hanya timbul ketika disentuh atau saat makan di daerah gusi bekas cabutan gigi 14 dan 15.3. Riwayat Perawatan

a. Gigi: Cabut gigi 14, 15, 16 dan 17, 4 bulan yang lalub. Jar.lunak rongga mulut dan sekitarnya : Tidak pernah 4. Riwayat Kesehatan :

- Kelainan darah

: Tidak ditemukan

- Kelainan endokrin

: Tidak ditemukan

- Kelainan Jantung

: Tidak ditemukan

- Gangguan nutrisi

: Tidak ditemukan

- Kelainan kulit/kelamin : Tidak ditemukan

- Gangguan pencernaan : Tidsk ditemukan

- Kelainan Imunologi : Tidak ditemukan

- Gangguan respiratori : Tidak ditemukan

- Gangguan TMJ

: Tidak ditemukan

- Tekanan darah

: Tidak ditemukan

- Diabetes Melitus

: Tidak ditemukan

- Lain-lain

: Pasien mengalamai tuli telinga kanan sejat 3 tahun yang lalu, berhubungan dengan pekerjaannya sebagai pandai besi5. Obat-obatan yang telah/sedang dijalani : -6. Keadaan sosial/kebiasaan:Pasien golongan menengah kebawah dan merokok7. Riwayat Keluarga :

- Kelainan darah

: Disangkal

- Kelainan endokrin

: Disangkal

- Diabetes melitus

: Disangkal

- Kelainan jantung

: Disangkal

- Kelainan syaraf

: Disangkal

- Alergi

: Disangkal

- Lain-lain

: -

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

1. Ekstra Oral

Muka

: simetris

Pipi kiri

: tidak ada kelainan

Pipi kanan

: tidak ada kelainan

Bibir atas

: tidak ada kelainan

Bibir bawah

: tidak ada kelainan

Sudut mulut

: tidak ada kelainan

Kelenjar submandibularis kiri

: tidak ada kelainan Kelenjar submandibularis kanan

: tidak teraba- tidak ada kelainan Kelenjar submental

: tidak teraba- tidak ada kelainan Kelenjar leher

: tidak teraba- tidak ada kelainan

Kelenjar sublingualis

: tidak teraba- tidak ada kelainan

Kelenjar parotis kanan

: tidak teraba- tidak ada kelainan

Kelenjar parotis kiri

: tidak teraba- tidak ada kelainan

2. Intra Oral

Mukosa labial atas

: tidak ada kelainan

Mukosa labial bawah

: tidak ada kelainan

Mukosa pipi kiri

: tidak ada kelainan Mukosa pipi kanan

: tidak ada kelainan Bukal fold atas

: tidak ada kelainan

Bukal fold bawah

: tidak ada kelainan

Labial fold atas

: tidak ada kelainan

Labial fold bawah

: tidak ada kelainan Gingival rahang atas

: Sebelah kanan ditemukan adanya lubang (titik) pada regio 15, yang sebelumnya telah dicabut. Gingival rahang bawah

: tidak ada kelainan Lidah

: tidak ada kelainan Dasar mulut

: tidak ada kelainan

Palatum

: tidak ada kelainan

Tonsil

: tidak ada kelainan

Pharynx

: tidak ada kelainanSTATUS LOKALIS

1. Pengobatan : R/ Amoxsan tab. 500 mg

No. XVS 3 dd 1 pc

Mefinal kapl 500 mg

No. X

S 2 dd tab 1 pc

####

2. Pemeriksaan Penunjang : - Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi :

Kesan:

Tampak gambaran radioluscent pada regio 15. Gambaran radioluscent tersebut menunjukkan hubungan atau saluran abnormal yang menghubungkan cavum oris dengan sinus maksilaris pada regio 15.- Lab.Patologi anatomi

: - Sitologi

: - Biopsi

: -- Lab.Mikrobiologi

: -

Bakteriologi

: -

Jamur

: -

- Lab.Patologi Klinik

: -3. Rujukan : Poli Penyakit Dalam

: -

Poli THT

: Poli Kulit & Kelamin

: -

Poli Syaraf

: -2.6 DIAGNOSA AKHIR

Fistula Oro Antral region 15 sebagai Penyebab Sinusitis Maksilaris Dextra.2.7 LEMBAR PERAWATAN

TglAnamensis/Pemeriksaan fisikDiagnosaRencana terapi

29/1/15

Sakit gusi kanan atas setelah dicabut 4 bulan yang lalu. Sudah 3 minggu tidak sikat gigi karena sakit. Sakit cekot-cekot jika tersentuh. Rokok (-), kopi (-).

Fistula Oro Antral Regio 15 sebagai Penyebab Sinusitis Maksilaris Dextra. HP 37 GR 35,36 Calculus RA/RB ER 14, 15, 16, 17

Membuat rujukan ke Dokter Spesialis THT.

Menutup fistula dengan menjahit mukosa gingiva regio 15.

Pulp capping tumpatan regio 37

Ekstraksi regio 35,36

Scaling Pro protesa 14, 15, 16, 17, 35, 36KIE:

Rutin minum obat dan antibiotik diminum sampai tuntas Kontrol kembali Sinusitis disebabkan oleh penyakit pada gigi Rajin dan rutin merawat serta menjaga kebersihan gigi dan mulut.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA3.1. DefinisiFistula oroantral merupakan suatu saluran yang menghubungkan rongga dasar sinus maksilaris dengan rongga mulut. Fistula oroantral ini merupakan suatu komplikasi akibat tindakan pencabutan gigi molar 1, 2 atau premolar 2. Selain itu, dapat juga diakibatkan oleh trauma iatrogenik, infeksi, tumor ganas, osteomyelitis dan sifilis. 3.2. EtiologiSecara anatomis oral dan antrum adalah dua bagian yang dekat tetapi terpisah satu dengan yang lain. Antrum berbentuk ruangan kosong yang terletak di bawah orbita kiri dan kanan. Bagian medial dari antrum dibatasi oleh dinding lateral dari rongga hidung dan bagian dasar dibatasi oleh tulang alveol rahang atas yaitu tempat di mana gigi geligi berada. Secara umum tulang dasar antrum mempunyai ukuran yang relatif tebal. Ketebalan yang dimaksud adalah jarak antara permukaan dasar antrum dengan ujung akar gigi posterior rahang atas. Pada beberapa kasus dapat dijumpai dinding dasar antrum yang tipis bahkan begitu tipisnya sehingga tidak ada batas dengan ujung akar gigi.

Menipisnya tulang dasar antrum dapat terjadi karena beberapa sebab. Pertama, diduga adanya pertumbuhan akar gigi yang tumbuh bersama-sama dengan perkembangan antrum, sehingga tulang dasar antrum membentuk kontur yang mengikuti lekuk trifurkasi akar molar atau lekuk di antara akar-akar premolar. Sehingga akar gigi berkesan masuk ke dalam rongga antrum. Kedua, terdapatnya jaringan patologis pada ujung akar gigi. Jaringan patologis tersebut antara lain kista radikuler atau granuloma periapikal. Proses perluasan dari jaringan patologis tersebut akan dapat merusak dan menipiskan tulang setempat. Selain hal tersebut, neoplasia dapat juga menipiskan tulang dasar antrum.

Pada proses pencabutan gigi, tulang dasar antrum yang tipis akan lebih mudah rusak, sehingga mudah untuk menimbulkan kecelakaan terbukanya antrum. Terbukanya antrum dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, karena terjadi kecelakaan penggunaan alat, misalnya penggunaan bein dengan cara kasar. Dilaporkan juga karena pemasangan gigi tiruan implan. Penyebab kedua adalah, bentuk dinding dasar antrum yang berlekuk mengikuti kontur akar gigi. Penyebab ketiga, adanya jaringan patologis pada ujung akar gigi posterior rahang atas.3.3. PatogenesisPada dasar sinus maksilaris terdapat tiga jenis fistula yaitu fistula oro nasal, oro antral dan oro-antro-nasal. Fistula oroantral dapat diklasifikasikan berdasarkan ukurannya, ukuran kecil (kurang dari 2 mm), ukuran sedang (3-5 mm) dan ukuran besar (lebih dari 5 mm). Pada ukuran kecil (kurang 2 mm) cenderung akan menutup dengan sendirinya, tetapi bila dalam waktu tiga minggu tidak terjadi penutupan perlu dilakukan tindakan operasi. Gejala yang ditimbulkan berupa sekret purulen melewati fistula yang berasal dari rongga sinus maksilaris dan pada saat minum pasien terasa adanya cairan yang masuk ke dalam hidung melewati fistula. Berpedoman pada ukuran fistula oroantral dapat ditentukan teknik menutup fistula. Bila ukuran kurang dari 2 mm dilakukan observasi selama tiga minggu, bila tidak terjadi penutupan fistula oroantral secara spontan dapat dilakukan tindakan penjahitan mukosa atau teknik jabir alveolaris. Ukuran 3-4 mm dilakukan penutupan fistula oroantral dengan teknik buccal flap. Ukuran lebih dari 5 mm dilakukan penutupan fistula oroantral dengan teknik palatal flap. 3.4. DiagnosisPemeriksaan radiologi berupa foto polos panoramik berguna untuk melihat keadaan akar gigi sehingga setelah tindakan ekstraksi gigi tidak terjadi fistula oroantral. Pada tomografi komputer ditemukan diskontinuitas dinding dasar sinus maksilaris, tampak adanya perselubungan opak di sinus maksilaris dan atrofi fokal alveolar. Atrofi tulang alveolar terlihat di segmen yang berdekatan dengan fistula. Pada pemeriksaan kultur kuman awal didapatkan Staphylococcus epidermidis. Hasil pemeriksaan kultur dan sensitifitas kuman spesimen pus saat operasi didapatkan hasil Streptococcus hemoliticus. Hal tersebut sesuai bahwa pada saat itu terjadi sinusitis maksilaris kronis yang berasal dari gigi. Kuman pada sinusitis maksilaris kronis, dapat berupa kuman aerob fakultatif, anaerob serta gabungan (mix). Pada penelitian yang dikutip dari Brooke, ditemukannya kuman yang terbanyak berasal dari kuman gabungan (aerob fakultatif dan anaerob) sebanyak 14 sampel (50%), urutan kedua kuman anaerob sebanyak 11 sampel (39%), dan urutan ketiga kuman aerob fakultatif sebanyak 3 sampel (11,6%). Pada kasus ini terdapat 2 jenis kuman aerob fakultatif berupa Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus hemolitikus (aerob fakultatif).Secara radiologis, biasanya terlihat diskontinuitas dari dasar sinus, opasifikasi sinus, atrofi fokal alveolar dan penyakit periodontal yang terkait terlihat ketebalan mukosa antrum dan defek pada dasar tulang.Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan tomografi komputer untuk melihat keadaan sinusitisnya dan tampak adanya diskontinuitas dari dasar sinus maksilaris sehingga terbentuk celah yang menghubungkan rongga sinus dengan rongga mulut. Dikutip dari Abraham JJ, ada 3 alasan dipilihnya tomografi komputer: 1.Dengan menggunakan tomografi komputer dapat melihar defek yang kecil di lantai sinus maksilaris. 2.Dengan potongan koronal tomografi komputer dapat dilihat secara sejajar panjangnya fistula. 3.Dapat melihat defek yang kecil menggunakan tomografi komputer dengan potongan 3-5 mm.3.5. PenatalaksanaanFistula oroantral berdasarkan ukuran diameternya terbagi 3. Ukuran 2 mm, ukuran 3-4 mm dan ukuran 5 mm.Pada pasien ini fistula oro antral berukuran kurang dari 2 mm. Dikutip dari Sokler K, menurut Hanazawe fistula oroantral yang berukuran diameter kurang 2 mm, kemungkinan akan menutup secara spontan. Menurut Martensson (1957), kecil kemungkinan fistula oroantral akan menutup spontan bila selama 3-4 minggu atau saat diameternya lebih dari 5 mm. Penutupan fistula oroantral akan menutup secara spontan dalam 48 jam, angka keberhasilannya 90- 95%.Bila diameter fistula oroantral lebih dari 3 mm akan mengalami gangguan penyembuhan secara spontan. Bila fistula oroantral berukuran diameter 3-4 mm, penanganan selanjutnya dilakukan buccal flap, Bila berukuran diameter 5 mm dilakukan palatal flap.Menurut Gullane dan Arena, tindakan palatal flap memberikan keuntungan berupa suplai darah yang baik ke jaringan mobilitas local yang baik, sedikit ada gangguan berbicara dan tingkat keberhasilan 96%. Kerugiannya berupa proses terbentuknya epitelisasi palatum durum relatif cukup lama.Pada fistula oroantral ukuran kurang dari 2 mm cenderung akan menutup dengan sendirinya, tetapi bila dalam waktu tiga minggu tidak terjadi perlu dilakukan operasi menutup fistula.Operasi FESS dilakukan untuk meningkatkan fungsi ventilasi dan aerasi dari sinus maksilaris. Von Wowernmenyelidiki 90 kasus dan menyimpulkan bahwa penutupan spontan fistula oroantral dari berbagai ukuran jarang, dan pada akhirnya dibutuhkan tindakan operasi untuk menutup fistula.Keberhasilan operasi penutupan fistula oroantral tergantung pada teknik yang digunakan, lokasi dan ukuran dari fistula dan ada atau tidaknya infeksi pada sinus. Penyakit pada sinus biasanya ditatalaksana secara teknik Caldwell-Luc atau BSEF.Pada pasien ini ukuran fistula kurang dari 2 mm dan tampak adanya multisinusitis kronik dan direncanakan dilakukan BSEF dan penutupan fistula dengan mukosa sekitar celah.Penutupan fistula oroantraldiantara gigi dilakukan dengan insisi melibatkan mukoperiosteum di daerah distal gigi di anterior kemudian melewati daerah fistula oroantral dilanjutkan ke daerah mesial gigi di posterior.7 Alveolar flap dapat dilakukan untuk menutup fistula yang kecil (< 2 mm) bila tidak terjadi penutupan fistula oroantral secara spontan. Khusus dalam tindakan ini yang harus diperhatikan hindari terjadinya luka pada duktus Stenon. Kerugian akibat tindakan alveolar flap, flap melewati dan menutupi sebagian sulkus gingivolabial, sehingga sulit untuk menggunakan prosthesis. Flap ini juga berada di bawah tekanan bibir dan mungkin akan mengganggu gerakan pipi.Pasien post perawatan operasi diberikan antibiotik, analgetik, kortikosteroid dan anjuran untuk tidak menyikat gigi atau mengganggu dengan lidah. Follow up pasien dilakukan secara teratur hingga 1 bulan post operasi dan hasil operasi fistula oro antral yang menutup dengan baik ditandai tidak adanya keluar cairan yang berasal dari rongga hidung ke rongga mulut melalui celah. Pada pasien ini sudah sesuai dengan perawatan post-operasi dengan pemberian antibiotik, dekongestan, Anti Inflamasi Non Steroid (AINS), disarankan untuk menghindari sikat gigi atau mengenai luka bekas operasi dengan lidah, hindari hembusan dari hidung atau jangan menggunakan protesa gigi selama tujuh hari. Follow up pasien dilakukan pada minggu ke-2, minggu ke-4 dan empat bulan berikutnya.BAB IV

PEMBAHASAN KASUS Keluhan nyeri pada gusi bekas cabutan gigi dapat terjadi akibat proses inflamasi akut maupun sub-akut. Inflamasi dapat terjadi akibat proses penyembuhan yang tidak sempurna, atau proses infeksi yang progresif. Pada Pasien Tn. T, kombinasi proses penyembuhan yang tidak sempurna pada ekstraksi gigi regio 15 dan proses infeksi yang progresif berperan penting dalam menyebabkan kondisi pasien. Pasien mengalami Fistula oro antral region 15, sehingga menyebabkan berbagai mikroba yang terdapat pada cavum oris dapat dengan mudah memasuki antrum wajah, yaitu Sinus Maksilaris Dextra. Keadaan tersebut mengakibatkan, proses infeksi tidak hanya terjadi pada gingiva dari bekas ekstraksi gigi 15 saja, namun berlanjut ke sinus maksilaris dextra dan menyebabkan Sinusitis Maksilaris Dextra. Hal ini dibuktikan dengan pasien yang mengaku pernah mengeluarkan nanah melalui gusi bekas cabutan dan hidung sebelah kanan. Hasil foto polos Panoramik pada pasien juga menunjukkan gambaran Radioluscent yang mengindikasikan adanya saluran abnormal, antara cavum oris, khususnya regio 15, hingga sinus maksilaris dextra. Perawatan yang dapat dilakukan adalah mengurangi proses inflamasi pada gingiva pasien, agar pasien dapat mengkonsumsi makanan dan membersihkan gigi dan mulut dengan normal dan teratur. Medikamentosa yang bisa diberikan adalah Mefinal (Asam Mefenamat) 500 mg yang diberikan sebanyak 2 x sehari untuk meredakan nyeri dan inflamasi. Sementara untuk mengatasi infeksi, dapat diberikan Amoxan (Amoxicillin) 500 mg, sebagai broad-spectrum antibiotic. Selanjutnya, untuk mengatasi sinusitis, pasien perlu mendapat rujukan ke Dokter Spesialis THT untuk mendapatkan penanganan adekuat. Fistula yang menjadi penyebab utama harus dievaluasi kembali dan ditutup menggunakan tampon selama 3 minggu. Hal ini bertujuan agar mukosa gingiva dapat bertumbuh kembali dan menutup fistula. Apabila proses penutupan tidak terjadi, dapat dilakukan penjahitan pada fistula tersebut. Penjahitan dilakukan karena fistula pada pasien ini tergolong dalam fistula ringan (