LAPSUS Apendisitis

32
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering 1 . Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan. 2 Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal yang merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak 1

Transcript of LAPSUS Apendisitis

Page 1: LAPSUS Apendisitis

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis,

dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering1. Apendiks disebut

juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di

masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah

sekum. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks

sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali menimbulkan masalah

kesehatan.2

Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit.

Panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum.

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal

dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Adanya

hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu

penyebab timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat

immunoglobulin sekretoal yang merupakan zat pelindung efektif terhadap

infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan immunoglobulin yang banyak

terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun demikian, adanya pengangkatan

terhadap apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. Ini dikarenakan

jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks kecil sekali bila

dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna lain.2

Apendisitis dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun

perempuan. Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.

1

Page 2: LAPSUS Apendisitis

I.2 RUMUSAN MASALAH

I.2.1 Bagaimana etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan

apendisitis?

I.3 TUJUAN

I.3.1 Mengetahui etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan

apendisitis.

I.4 MANFAAT

I.4.1 Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya apendisitis.

I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah.

2

Page 3: LAPSUS Apendisitis

BAB I

STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : ny. S

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : kepanjen

Status perkawinan : Menikah

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 11-10-2012

No. Reg : 302213

B. ANAMNESA

1. Keluhan utama : nyeri perut sebelah kanan

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit perut sebelah

kanan bawah sejak ± 2 hari yang lalu. Sakit atau nyeri yang dirasa seperti

dipukul-dipukul disertai dengan demam. Kadang-kadang pasien merasa mual,

dan perut terasa sakit saat dibuat berjalan ataupun batuk. BAB pasien sering

keras, pasien mengaku masih bisa kentut dan BAK pasien dirasa lancar dan

tidak ada keluhan. Pasien mengaku jarang makan sayur belakangan ini karena

malas untuk membuatnya.

3. Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya

Riwayat hipertensi (-), DM (-), alergi (-)

4. Riwayat penyakit keluarga

riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-)

hipertensi (-), DM (-, alergi (-)

3

Page 4: LAPSUS Apendisitis

5. Riwayat kebiasaan

Pasien jarang konsumsi sayuran

6. riwayat pengobatan

selama sakit ini pasien tidak pernah berobat kedokter, hanya minum

obat-obatan yang dibeli sendiri di warung.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. keadaan umum : tampak lemah sedikit kesakitan dengan berjalan sedikit

bungkuk dan memegang perutnya yang sakit.

2. vital sign

tensi : 130/80 mmHg

nadi : 80x/mnt

RR : 23x/mnt

suhu : 370

3. status lokalis

Abdomen

Inspeksi : jaringan parut (-), umbilicus hernia (-), tumor (-), gelombang

peristaltic (-), pulsasi (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal, bruit (-)

Palpasi : defans muskuler (+), nyeri tekan titik Mc Burney (+), nyeri

lepas titik Mc Burney (+), rovsing sign (+), Blumberg sign (+)

Perkusi : timpani di area umbilical

4

Page 5: LAPSUS Apendisitis

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Usulan USG abdomen

Pemeriksaan Laboratorium (16-11-12)

Darah Lengkap

HB 12,7 g/dl

Hematokrit 36,9 %

Eritrosit 4.15 juta/cmm

Leukosit 11.480 /cmm

Trombosit 277.000 sel/cmm

Kimia darah

GDS 113 mg/dl

SGOT 17/ul

SGPT 11/ul

Ureum 19 mg/dl

Kreatinin - mg/dl

Kesimpulan: leukositosi

F. DIAGNOSA

Suspect apendisitis akut

G. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Gastroenteritis

Urolitiasis pyelum/ureter kanan

H. PENATALAKSANAAN

Apendiktomi

Metronidasol

Perawatan pasca bedah

BAB III

5

Page 6: LAPSUS Apendisitis

PEMBAHASAN PENYAKIT

A. Anatomi

Appendix merupakan organ berbentuk cacing, panjangnya kira-kira 10 cm

(kisaran 3-15 cm) dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian

proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, appendix

berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya.

Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia itu.

Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan

apendiks bergerak dan geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks

penggantungnya.

Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang

sekum, dibelakang kolon asendens, atau ditepi lateral kolon asendens. Gejala

klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n. Vagus yang mengikuti

a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal

dari n.torakalis X. oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula di

sekitar umbilicus.

Perdarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri

kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi,

apendiks akan mengalami gangrene.

B. FISIOLOGI

6

Page 7: LAPSUS Apendisitis

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya

dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir kedalam sekum. Hambatan

aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis

apendisitis.

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated

lymphoid tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks,

ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.

Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi system imun

tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan

jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.

C. EPIDEMIOLOGI

Insiden apendisitis akut di Negara maju lebih tinggi daripada di Negara

berkembang. Namun dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya turun

secara bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh oleh meningkatnya penggunaan

makanan berserat dalam menu sehari-hari.

Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang

dari satu tahun jarang dilaporkan. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30

tahun, setelah itu menurun. Insiden pada lelaki dan perempuan umumnya

sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insiden lelaki lebih tinggi.

D. ETIOLOGI

Apendisitis akut merupakan infeksi bacteria. Berbagai hal berperan

sebagai factor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan factor yang

diajukan sebagai factor pencetus disamping hyperplasia jaringan limf, fekalit

(feses keras), tumor apendiks, dan cacing askariasis dapat pula menyebabkan

sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi

mukosaapendiks karena parasit seperti E. hystolitica.

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan

rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi

7

Page 8: LAPSUS Apendisitis

akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan

fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa.

Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.

E. PATOFISIOLOGI

Patologi apendisitis dapat dimulai dimukosa dan kemudian melibatkan

seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Usaha

pertahanan tubuh adalah membatasi proses radang dengan menutup apendiks

dengan omentum, usus halus atau adneksa sehingga terbentuk masa

periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrate apendiks.

Didalamnya dapat terjadi proses nekrosis jaringan berupa abses yang dapat

mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan

massa periapendikuler akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri

secara lambat.

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan

membentuk jaringan parut yang akan menyebabkan perlengketan dengan jaringan

8

Page 9: LAPSUS Apendisitis

sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan

bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan

sebagai mengalami eksaserbasi akut.

F. GAMBARAN KLINIS

Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah

nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau

periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual muntah, dan pada

umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan

beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih

tajam dan jelas  letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Namun

terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat

konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini

dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang

apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 derajat

celcius.2,3,4

Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai

akibat dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks

ketika meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut.2,4

1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum

(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan

tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan

atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas

dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi

m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.

2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

Bila apendiks terletak di dekat  atau menempel pada rektum, akan

timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga

peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat

dan berulang-ulang (diare).

9

Page 10: LAPSUS Apendisitis

Bila apendiks  terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih,

dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya

dindingnya.

Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit

dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya,

sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan

dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas.2,3

1. Pada anak-anak

Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan.

Seringkali anak tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam

kemudian akan terjadi muntah-  muntah dan anak menjadi lemah dan letargik.

Karena ketidak jelasan gejala ini,  sering apendisitis diketahui setelah

perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah

terjadi perforasi.

2. Pada orang tua berusia lanjut

Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari

separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.

3. Pada wanita

Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang

gejalanya serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses

ovulasi, menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada

wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri

perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul

pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan

apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut

kanan bawah tetapi lebih  ke regio lumbal kanan.

Gambaran klinis apendisitis akut

Tanda awal nyeri mulai di epigastrium atau region umbilikalis

10

Page 11: LAPSUS Apendisitis

disertai mual dan anoreksia

Nyeri pindah ke kanan bawah menunjukkan tanda rangsangan

peritoneum local dititik McBurney

Nyeri tekan

Nyeri lepas

Defans muskuler

Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung

Nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (rovsing sign)

Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan

(Blumberg sign)

Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak, seperti bernafas

dalam, berjalan, batuk, mengedan

G. PEMERIKSAAN

Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,50C. bila suhu lebih

tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksiler dan

rectal sampai 10C. pada inspeksi perut tidak didapatkan gambaran spesifik.

Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan

perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses periapendikuler.

Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada region iliakan dekstra,

bisa disertai nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya rangsangan

peritoneum parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci

diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri diperut kanan

bawah yang disebut tanda Rovsing. Pada apendisitis retrosekal atau retroileal

diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.

Karena terjadi pergeseran sekum ke kraniolatodorsal oleh uterus, keluhan

nyeri pada apendisitis sewaktu hamil trisemester II dan III akan bergeser ke kanan

sampai ke pinggang kanan. Tanda pada kehamilan trisemester I tidak berbeda

pada orang dengan tidak hamil Karena itu perlu dibedakan apakah keluhan nyeri

berasal dari uterus atau dari apendiks. Bila penderita miring ke kiri, nyeri akan

11

Page 12: LAPSUS Apendisitis

berpindah sesuai dengan pergeseran uterus, terbukti proses bukan berasal dari

apendiks.

Peristaltic usus sering normal; peristaltic dapat hilang akibat ileus paralitik

pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforate.

Pemeriksaan colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi bisa

dicapai dengan jari telunjuk, misalnya pada apendisitis pelvika.

Pada apendisitis pelvika tanda perut sering mmeragukan maka kunci

diagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan coloh dubur. Pemeriksaan uji

psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk

mengetahui letak apendiks. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas

lewat hiperekstensi sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila

apendiks yang meradang menempel di m.psoas mayor, tindakan tersebut akan

menyebabkan nyeri. Uji obturator digunakan untuk melihat apakah apendiks yang

meradang kontak dengan m.obturator internus yang merupakan dinding panggul

kecil. Gerakan fleksi dan endotorsi endi panggul pada posisi terlentang akan

menimbulkan nyeri pada apendiksitis pelvika.

12

Page 13: LAPSUS Apendisitis

H. DIAGNOSIS

Meskipun pemmeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti diagnosis

klinis apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus.

Kesalahan diasgnosis lebih sering pada perempuan dibanding lelaki. Hal ini dapat

disadari mengingat perempuan terutama yang masih muda sering timbul

gangguan yang mirip apendisitis akut. Keluhan itu berasal dari genitalia interna

karena ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau penyakit ginekologikk lainnya.

Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitiis akut bila

diagnosis meragukan, sebaiknya dilakukan observasi penderita dirumah sakit

dengan pengamatan setiap 1-2 jam.

Foto barium kurang dapat dipercaya. USG bisa menigkatkan akurasi

diagnosis. Demikian pula laparoskopi pada kasus yang meragukan.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis apendisitis

akut. Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan

komplikasi.

Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada

pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang

terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan

bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang

mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.3,5

J. DIAGNOSIS BANDING

Gastroenteritis mual, muntah dan diare mendahuluii rasa sakit. Sakit perut

lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltik sering ditemukan. Panas

dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan apendisitis akut.

Demam dengue dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Disini

didapatkan hasil tes positif untuk rumple leed, trombositopenis dan hematokrit

yang meningkat.

13

Page 14: LAPSUS Apendisitis

Limfadenitis mesenterika biasanya didahului oleh enteritis atau

gastroenteritis ditandai dengan nyeri perut, terutama kanan disertai dengan

mual, nyeri tekan perut samar terutama kanan.

Kelainan ovulasi folikel ovarium yang pecah mungki memberikan nyeri

perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Pada anamnesis, nyeri

yang sama pernah timbul lebih dahulu. Tidak ada tanda radang, dan nyeri

biasa hilang dalam waktu 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selam 2

hari.

Infeksi panggul salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan

apendisitis akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri

perut bagian bawah perut lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya

disertai keputihan dan infeksi urin.

Kehamilan di luarr kandungan hamper selalu ada riwayat terlambat haid

dengan keluhan yang tidak menentu. Jika ada rupture tuba atau abortus

kehamilan diluar rahim dengan perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak

difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik.

Kista ovarium terpuntir timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang

tinggi dan teraba masa dalam rongga pelvis pada pemmeriksaan perut, colok

vaginal atau colok rectal. Tidak ada demam. USG untuk diagnosis.

Endometriosis eksterna nyeri ditempat endometrium berada.

Urolitiasis pielum/ ureter kanan batu ureter atau batu ginjal kanan. Riwayat

kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran

yang khas. Eritrosituria sering ditemukan. Foto polos perut atau urografi

intravena dapat memastikan penyakit tersebut. Pielonefritis sering disertai

demam tinggi, menggigil, nyeri kostovertebral di sebelah kanan dan piuria.

Penyakit saluran cerna lainnya.

K. PENATALAKSANAAN

Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah

apendiktomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik. Penundaan tindak

14

Page 15: LAPSUS Apendisitis

bedah sambil pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi.

Apendiktomi bisa dilakukan secara terbuka atau pun dengan cara laporoskopi.

Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik,

kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforata.

Apendiktomi dapat dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara

laparoskopi. Bila apendiktomi terbuka, incise McBurney paling banyak dipilih

oleh ahli bedah.

TEKNIK APENDIKTOMI McBurney

1. Pasien berbaring terlentang dalam anastesi umum ataupun regional. Kemudian

dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah perut kanan bawah.

2. Dibuat sayatan menurut Mc Burney sepanjang kurang lebih 10 cm (gambar

40.1.a) dan otot-otot dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah

serabutnya, berturut-turut m. oblikus abdominis eksternus, m. abdominis

internus, m. transverses abdominis, sampai akhirnya tampak peritoneum

(gambar 40.1.b).

3. Peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi (gambar 40.2.a)

4. Sekum beserta apendiks diluksasi keluar (gambar 40.2.b)

15

Page 16: LAPSUS Apendisitis

5. Mesoapendiks dibebaskan dann dipotong dari apendiks secara biasa, dari

puncak kea rah basis (gambar 40.3.a dan 40.3.b)

6. Semua perdarahan dirawat.

7. Disiapkan tabac sac mengelilingi basis apendiks dengan sutra, basis apendiks

kemudian dijahit dengan catgut (gambar 40.4.a)

8. Dilakukan pemotongan apendiks apical dari jahitan tersebut (gambar 40.4.b)

9. Puntung apendiks diolesi betadine

16

Page 17: LAPSUS Apendisitis

10. Jahitan tabac sac disimpulkan dan puntung dikuburkan dalam simpul tersebut.

Mesoapendiks diikat dengan sutra (gambar 40.5.a dan 40.5.b)

11. Dilakukan pemeriksaan terhadap rongga peritoneum dan alat-alat didalamnya,

semua perdarahan dirawat.

12. Sekum dikembalikan ke abdomen.

13. Sebelum ditutup, peritoneum dijepit dengan minimal 4 klem dan didekatkan

untuk memudahkan penutupannya. Peritoneum ini dijahit jelujur dengan

chromic catgut dan otot-otot dikembalikan (gambar 40.6)

L. KOMPLIKASI

Beberpa komplikasi yang dapat terjadi :

1. Perforasi

Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi.

Perforasi appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai

dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan perut

menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh

perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik.

2. Peritonitis

17

Page 18: LAPSUS Apendisitis

Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi

dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat

penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas

pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata.

Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik,

usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke

dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan

mungkin syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah,

Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang (Price dan

Wilson, 2006).

3. Massa Periapendikuler

Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi

pendindingan oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk pada hari

ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis generalisata.

Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan

keadaan umum masih terlihat sakit, suhu masih tinggi, terdapat tanda-tanda

peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massa apendix dengan proses

meradang telah mereda ditandai dengan keadaan umum telah membaik, suhu

tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas

dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil normal.

M. PROGNOSIS

Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik.

Kematian dapat terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat terjadi

infeksi pada 30% kasus apendix perforasi atau apendix gangrenosa.

N. PENCEGAHAN

Sering makan makanan berserat dan menjaga kebersihan.

18

Page 19: LAPSUS Apendisitis

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesa didapatkan pasien nyeri perut kanan bawah sejak ±2

tahun, nyeri tumpul dan menjalar. Dari pemeriksaan abdomen didapatkan defans

muskuler (+), nyeri tekan titik Mc Burney (+), nyeri lepas titik Mc Burney (+),

rovsing sign (+), Blumberg sign (+), maka didapatkan diagnose Suspect

apendisitis akut. Diusulkan pemeriksaan leukosit dan USG abdomen.

Penatalaksanaan apendiktomi, antibiotic dan analgesic jika diangnosa apendisitis

sudah di tegakkan.

19

Page 20: LAPSUS Apendisitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah

Digestif”, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan

Kelima. Media Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313.

20

Page 21: LAPSUS Apendisitis

2. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan

Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta,

2005,hlm.639-645.

3. Zeller, J.L., Burke, A.E., Glass, R.M., “Acute Appendicitis in Children”,

JAMA, http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/298/4/482, 15 Juli 2007, 298(4):

482.

4. Simpson, J., Humes, D. J., “Acute Appendicitis”, BMJ,

http://www.bmj.com/cgi/content/full/333/7567/530, 9 September 2006, 333:

530-536.

5. Mittal, V.K., Goliath, J., Sabir, M., Patel, R., Richards, B.F., Alkalay, I.,

ReMine, S., Edwards,M., “Advantages of Focused Helical Computed

Tomographic Scanning With Rectal Contrast Only vs Triple Contrast in

the Diagnosis of Clinically Uncertain Acute Appendicitis”, Archives of

Surgery, http://archsurg.ama-assn.org/cgi/content/full/139/5/495, Mei 2004,

139(5): 495-500

6. Grace, Pierce. A., Neil R. Borley., At a Glance, Edisi 3. Erlangga, Jakarta,

2007, hlm.106-107.

7. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.

21