Lapres Tekdik Fix
-
Upload
darma-arif -
Category
Documents
-
view
218 -
download
11
Transcript of Lapres Tekdik Fix
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
MATAPRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL
Oleh:
NAMA MAHASISWA NIM
M. Aji Dwi Prasetiyo 111910201098
LABORATORIUM DASAR DAN OPTIKPROGRAM STUDI STRATA 1
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBERTAHUN 2012
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
MATAPRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL
Diajukan sebagai prasyarat telah melaksanakan menempuh
Matapraktikum Teknik Digital
LABORATORIUM DASAR DAN OPTIKPROGRAM STUDI STRATA 1JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS JEMBER
Jember,28 Desember 2012
Dosen Pembina Matapraktikum PLP Laboratorium Dasar dan Optik,
Ike Fibriani,ST. MT Agus Irwan Karyawan, A.Md,ST.
NRP. 760011391 NIP. 19770824 199903 1 002
LEMBAR ASISTENSI
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
MATAPRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL
Diajukan sebagai prasyarat telah melaksanakan menempuh
Matapraktikum Teknik Digital
LABORATORIUM DASAR DAN OPTIKPROGRAM STUDI STRATA 1JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS JEMBER
Jember, 28 Desember 2012
Asisten Tanda Tangan Nilai
1. Akhmad Akbar Yudha T.
NIM. 091910201011
2. Zheni Akhbar
NIM. 101910201013
3. Neny Agustin
NIM. 091910201093
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan laporan Praktikum Teknik Digital.
Laporan ini disusun sebagai laporan atas praktikum Teknik Digital yang telah penulis
lakukan. Praktikum Teknik Digital merupakan landasan berfikir dari orang elektro, meskipun
pada kenyataannya tidak hanya diperuntukkan untuk orang elektro saja. Laporan Resmi ini
besiri beberapa laporan praktikum teknik digital yang terdiri dari: Gerbang Logika; Seven
Segment; Decoder; Full Adder; Full Adder with Carry; dan Counter.
Laporan ini merupakan langkah pertama dari sekian ribu langkah menuju
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Mudah-mudahan,
laporan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Jember, 24 Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
1. Halaman Sampul
2. Halaman Judul
3. Lembar Pengesahan
4. Lembar Asistensi
5. Kata Pengantar
6. Daftar Isi
7. Laporan
a. Percobaan 1 Gerbang Logika
b. Percobaan 2 Seven Segment
c. Percobaan 3 Decoder
d. Percobaan 4 Full Adder Without Carry
e. Percobaan 5 Full Adder With Carry
f. Percobaan 6 Counter
8. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Mempelajari fungsi dan cara kerja dari gerbang dasar logika
Mengetahui karakteristik gerbang dasar logika
1.2. Latar belakang
Pada zaman modern saat ini elektronika telah sampai pada saat yang
memungkinkan seseorang dapat membangun suatu peralatan hanya dengan
menghubungkan blok–blok IC. Demikian juga pada peralatan modern yang berupa
digital. Bentuk dasar blok dari setiap rangkaian digital adalah suatu gerbang logika.
Gerbang logika atau gerbang logik adalah suatu entitas dalam elektronika dan matematika
Boolean yang mengubah satu atau beberapa masukan logik menjadi sebuah sinyal
keluaran logik. Gerbang logika akan kita gunakan untuk operasi bilangan biner, sehingga
timbul istilah gerbang logika biner.
Setiap orang yang bekerja dibidang elektronika digital memahami dan
menggunkan gerbang logika biner setiap hari. Ingat, gerbang logika merupakan blok
bangunan untuk komputer yang paling rumit sekalipun. Gerbang logika dapat tersusun
dari saklar sederhana, relay, transistor, diode atau IC. Oleh menggunaannya yang sangat
luas, dan harganya yang rendah, IC akan kita gunakan untuk menyusun rangkaian
digital.
BAB II
LANDASAR TEORI
2.1 Landasan Teori
Dalam suatu sistem digital seperti pada komputer, atau sistem pengolahan data,
pengendalian, atau sistem komunikasi digital hanya memiliki beberapa operasi dasar saja.
Tentunya operasi tersebut diulang-ulang dalam jumlah yang besar. Operasi dasar yang
dimaksud adalah rangkaian AND, OR , NOT, NOR, XOR, XNOR, NAND, dan NOR.
Operasi dasar tersebut disebut gerbang (gate) atau rangkaian logika, karena rangkaian-
rangkaian ini digunakan untuk memenuhi hubungan-hubungan logika. Pada bagian ini
akan dipraktikumkan macam-macam hubungan logika dengan menggunakan IC
(Integrating Circuit) yang sudah tersedia dipasaran.
Setiap rangkaian logika memiliki satu atau lebih jalan masuk (input circuit) dan hanya
satu jalan keluar (output circuit). Kemudian ada dua taraf tegangan, yaitu taraf rendah
(low level) yang biasa dinamai L dan taraf tinggi (high level) yang biasa dinamai H.
Taraf rendah dinyatakan dengan 0; sedangkan taraf tinggi dinyatakan dengan 1. Tabel
kebenaran gerbang logika:
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Gambar Rangkaian
Gerbang AND Gerbang OR Gerbang NOT
Gerbang NAND Gerbang NOR Gerbang X OR
Gerbang X NOR
3.2 Alat dan Bahan
Trainer Kit (Gerbang logika, LED, togel switch).
HD74LS32P, HD74LS02P, HD74LS08P, HD74LS00P, 52A6K1N dan P0248SB
Power Supply
3.3 Prosedur Praktikum
Memberi masukan nilai biner pada tiap gerbang AND, OR, NAND, NOR, NOT,
XNOR, dan XOR.
Mencatat output led hidup sebagai logika 1 dan mati logika 0.
Membahas dan membuat kesimpulan.
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Percobaan
4.1.1 Tabel Kebenaran Gerbang AND
A B Y (LED)
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
4.1.2 Tabel Kebenaran Gerbang OR
A B Y (LED)
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
4.1.3 Tabel Kebenaran Gerbang NAND
A B X (LED)
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
4.1.4 Tabel Kebenaran Gerbang NOR
A B X (LED)
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
4.1.5 Tabel Kebenaran Gerbang X-OR
A B X (LED)
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
4.1.6 Tabel Kebenaran Gerbang X NOR
A B X (LED)
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Keterangan :
1 = LED menyala
0 = LED mati
4.2 Analisis Pembahasan
Praktikum pertama teknik digital ini yaitu membahas tentang gerbang logika yang
terdiri dari 7 gerbang logika dasar meliputi AND, OR, NOT, NAND, NOR, XOR, dan
XNOR. Setiap gerbang tersebut memiliki karakteristik masing-masing, pada gerbang
dasar ada yang memiliki input satu atau lebih, sedangkan pada outputnya setiap gerbang
logika hanya memiliki satu output saja. Output-outputnya bisa bernilai HIGH (1) atau
LOW (0) tergantung dari level-level digital pada terminal inputnya. Gerbang logika dasar
yang memiliki hanya satu pin input adalah gerbang NOT. Untuk IC yang digunakan
adalah jenis IC OR (HD74LS32P), NOR (HD74LS02P), AND (HD74LS08P), NAND
(HD74LS00P), X-OR (52A6K1N) dan X-NOR (P0248SB), di mana masing-masing
memiliki 14 terminal (port), dengan input tegangan (Vcc) berada pada port 14 dan ground
pada port 7. Berikut adalah contoh gambar IC untuk gerbang AND.
Pada gerbang logika AND, jika kedua input A dan B bernilai logika satu (high)
maka keadaan outputnya akan bernilai satu (high) juga, dan jika salah satu input dari
gerbang AND atau keduanya terdapat logika nol (low) maka keadaan outputnya akan
bernilai nol (low) juga. Gerbang AND berfungsi sebagai pengali nilai pada inputnya
misalnya jika input memiliki nilai 1 dan 0 (1 . 0) maka output akan berlogika 0, jika nilai
inputnya 1 semua (1 . 1) maka nilai output akan berlogika 1
Gerbang OR adalah gerbang logika yang memiliki karakteristik kebalikan dari
AND yaitu jika salah satu input atau keduanya bernilai satu maka nilai outputnya akan
bernilai satu juga kecuali jika kedua input gerbang logika OR bernilai nol maka nilai
outputnya bernilai nol. Gerbang OR berfungsi sebagai penjumlah nilai pada inputnya
misalnya jika input memiliki nilai 1 dan 0 (1+0) maka output akan berlogika 1, atau jika
nilai inputnya 0 semua (0+0) maka nilai output akan berlogka 0.
Dari gerbang-gerbang logika yang digunakan pada praktikum kali ini hanya
gerbang logika NOT yang memiliki satu kaki input, karakteristik dari gerbang logika
NOT sendiri adalah membalikkan nilai input, jadi ketika input bernilai nol maka output
akan bernilai satu begitu pula sebaliknya ketika nilai input bernilai satu maka output akan
bernilai nol. Difungsikan sebagai pembalik logika.
Gerbang NAND merupakan inversi (kebalikan) dari gerbang AND. Bisa
dikatakan bahwa gerbang NAND adalah gabungan dari gerbanng AND dan NOT dimana
output pada gerbang AND dihubungkan pada kaki atau pin input pada gerbang NOT,
sehingga nilai output pada gerbang logika NAND akan satu jika salah satu atau keduanya
memiliki nilai nol, dan jika kedua kaki input pada gerbang ini memiliki nilai satu maka
output akan bernilai nol.
Untuk gerbang NOR adalah gerbang yang memiliki sifat sama dengan gerbang
OR yang pin atau kaki outputnya dihubungkan dengan gerbang logika NOT, dapat
diartikan bahwa nilai output pada gerbang ini adalah kebalikan dari keadaan output yang
dimiliki gerbang OR, jika salah satu atau kedua kaki atau pin dari gerbang NOR bernilai
satu maka keadaan output akan bernila nol, dan jika semua kaki dari input gerbang NOR
bernilai nol semua maka kaki output akan mengeluarkan logika satu.
Gerbang X-OR adalah kependekan dari Exclusive OR yaitu gerbang yang
memiliki karakteristik jika nilai input pada gerbang X-OR memiliki nilai yang sama
maka keadaan outputnya akan bernilai nol, begitu pula sebaliknya jika nilai berbeda
terdapat pada kaki input maka keadaan outputnya akan bernilai satu.
Sedangkan untuk gerbang X-NOR adalah kebalikan dari gerbang X-OR, gerbang
X-NOR adalah gerbang yang keadaan outputnya sama dengan keadaan output pada
gerbang X-OR yang kaki outputnya dihubungkan dengan gerbang NOT, sehingga ketika
input bernilai sama maka nilai output akan bernilai satu, dan jika keadaan input berbeda,
maka keadaan output akan bernilai nol. Gerbang X-OR difungsikan sebagai pendeteksi
nilai ganjil, sedangkan untuk gerbang X-NOR digunakkan untuk mendeteksi nilai genap.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Gerbang logika AND memiliki karakteristik output bernilai 1 jika semua inputnya 1
dan fungsinya sebagai pengali pada inputnya.
2. Gerbang logika OR memiliki karakteristik output bernilai 1 jika salah satu atau kedua
inputnya bernilai 1 dan fungsinya sebagai penjumlah pada inputnya.
3. Gerbang logika NOT memiliki karakteristik ketika input bernilai 0 maka output akan
bernilai 1 begitu pula sebaliknya ketika nilai input bernilai 1 maka output akan bernilai
0. Output NOT merupakan kebalikan dari inputnya, difungsikan sebagai pembalik
logika.
4. Gerbang logika NAND memiliki karakteristik nilai output akan 1 jika salah satu atau
keduanya memiliki nilai 0, dan jika kedua kaki input pada gerbang ini memiliki nilai 1
maka output akan bernilai 0. Nilai output NAND merupakan kebalikan dari gerbang
AND.
5. Gerbang logika NOR memiliki karakteristik jika salah satu atau kedua kaki bernilai 1
maka output akan bernila 0, dan jika semua kaki dari input 0 semua maka kaki output
akan bernilai 1. Nilai output NOR merupakan kebalikan dari gerbang OR.
6. Gerbang logika X-OR memiliki karakteristik outputnya 1 jika nilai inputnya berbeda,
difungsikan sebagai pendeteksi nilai ganjil.
7. Gerbang logika X-NOR memiliki karakteristik outputnya 1 jika nilai inputnya sama.
Nilai output X-NOR merupakan kebalikan dari gerbang XOR. Dan difungsikan untuk
mendeteksi nilai genap.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mahasiswa mengerti cara kerja rangkaian Seven Segment.
Mahasiswa mampu menganalisis komponen Seven Segment.
1.2 Latar Belakang
Seven segment display adalah sebuah rangkaian yang dapat menampilkan angka-
angka desimal maupun heksadesimal. Seven segment display biasa tersusun atas 7 bagian
yang setiap bagiannya merupakan LED (Light Emitting Diode) yang dapat menyala. Jika
7 bagian diode ini dinyalakan dengan aturan yang sedemikian rupa, maka ketujuh bagian
tersebut dapat menampilkan sebuah angka heksadesimal.
Fungsi seven segment pada suatu sistem digital biasanya digunakan untuk
keperluan menampilkan bilangan, pada display seven segment misalnya pada output
mikrokontroler ingin ditampilkan pada seven segment maka output pada port
mikrokontoler yang berupa bilangan biner dihubungkan dengan dekoder kemudian
outputnya dihubungkan dengan display seven segment. Atau pada aplikasi lainnya
misalnya untuk menampilkan rangkaian counter.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Seven segment, lebih sedikit biasanya dikenal sebagai suatu seven-segment
indikator, adalah suatu format dari alat tampilan yang suatu alternatif ke dot-matrix
tampilan yang semakin kompleks. Seven-Segment adalah biasanya digunakan di dalam
elektronika sebagai metoda dari mempertunjukkan umpan balik klasifikasi sistem desimal
dengan operasi yang internal tentang alat. Seven segmen diatur sebagai segiempat
panjang dari dua segmen yang vertikal pada masing-masing sisi dengan satu segmen
yang horizontal di bagian atas dan alas. Apalagi, segmen yang ketujuh membagi dua
bagian segiempat panjang secara horizontal.
Secara sederhana, masing-masing LED adalah secara khas dihubungkan dengan
satu terminal ke pin yang sendiri dengan diam-diam bagian luar dari paket dan LED
terminal yang lain dihubungkan secara umum dengan semua lain LED di alat dan
diterbitkan persis sama benar bersama pin. Pin yang bersama ini kemudian akan
menyusun semua katode (terminal yang negatif) atau semua kutub positif (terminal yang
positif) dari LED di alat dan demikian akan jadi yang manapun " Katode yang umum"
atau " Kutub positif yang umum" tergantung dari bagaimana alat dibangun. Karenanya
suatu 7 paket segmen yang lebih hanya perlu sembilan pin untuk menyajikan dan
dihubungkan.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Gambar Rangkaian
3.2 Alat dan Bahan
Kit Trainer Seven Segment (LED, togel switch).
IC HD74LS48P.
Catu daya.
3.3 Prosedur Percobaan
Menghubungkan trainer kit dengan catu daya.
Memberi masukan D0–D3, 1 atau 0.
Memperhatikan dan mencatat output desimal.
Membuat kesimpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan.
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Percobaan
InputOutput
D3 D2 D1 D0
0 0 0 0 0
0 0 0 1 1
0 0 1 0 2
0 0 1 1 3
0 1 0 0 4
0 1 0 1 5
0 1 1 0 6
0 1 1 1 7
1 0 0 0 8
1 0 0 1 9
4.2 Analisa Pembahasan
Pada praktikum ke-2 ini kami melakukan percobaan tentang seven segment, yaitu
suatu format dari alat tampilan yang suatu alternatif ke dot-matrix tampilan yang semakin
kompleks. Seven Segment biasanya digunakan di dalam elektronika sebagai metoda dari
mempertunjukkan umpan balik klasifikasi sistim desimal dengan operasi yang internal
tentang alat. 7 segmen diatur sebagai segiempat panjang dari dua segmen yang vertikal
pada masing-masing sisi dengan satu segmen yang horizontal di bagian atas dan alas.
Komponen seven segment terdiri dari tujuh bagian, alasan itulah yang
menyebabkan komponen ini dinamakan seven segment, ada dua jenis seven segment
yaitu seven segment common anoda dan common katoda. Ada sepuluh kaki yang dimiliki
komponen seven segment delapan diantaranya digunakan untuk menentukan bentuk dari
tampilan seven segment, dan dua diantaranya adalah digunakan untuk dihubungkan VCC
atau Ground tergantung dari jenis seven segment itu sendiri, jika menggunakan seven
segment common anoda maka dua kaki tersebut dihubungkan dengan VCC, begitu pula
jika seven segment yang digunakan adalah seven segment common katoda maka dua kaki
tersebut dihubungkan dengan ground dan kaki trakhir diginakan untuk menghidupkan
atau mematikan titik pada seven segment. Komponen seven segment hanya dapat
menampilkan angka dari 0 - 9 dan huruf dari A – F.
IC drivernya komponen utamanya adalah IC type 7448 atau IC type 7447,
tergantung dari jenis seven segment yang digunakan, IC tersebut memiliki empat input
dan tujuh output, empat nilai input pada IC digunakan untuk membaca nilai BCD yang
terdapat pada rangkaian sebelum komponen IC driver peraga seven segmen tersebut, dan
tujuh pin output digunakan untuk mengendalikan komponen seven segment, karena seven
segment mempunyai tujuh buah kaki input data untuk dapat menyalakan segmen yang
dimiliki komponen tersebut, dan untuk contoh data dapat diambil nilai 1000, maka jika
didesimalkan maka akan bernilai delapan, karena nilai logika satu menempati bit tertinggi
(D3), sedangkan pada komponen seven segment untuk membentuk angka delapan harus
menyalakan seluruh bagian dari seven segment, sedangkan untuk membentuk angka nol
maka seluruh bagian seven segment dinyalakan, kecuali bagian pada huruf ‘g’.
Pada data praktikum 1, ketika data inputan yang merupakan bilangan biner maka
keluaran dari seven segment membentuk angka NOL, hal ini dikarenakan nilai biner
pertama dari inputan bernilai 0x20 +0x21 +0x22 +0x23 =0 dan pada percobaan kedua jika
diberi inputan 1000 maka nilai yang keluar dari seven segment adalah angka 1, karena
nilai dari biner inputan 1x20 +0x21 +0x22 +0x23 =1 adalah satu.
Pada praktikum kali ini kita dapat mengetahui bahwa dalam seven segment
masukan berupa bilangan biner dan diubah dalam bentuk bilangan heksadesimal.
Misalnya kita memberi masukan 0101 dan cara mengubah kedalam bentuk
heksadesimal adalah:
0 1 0 1
23 22 21 20
Pada 22 dan 20 di input menunjukkan angka 1 sehingga yang dihitung hanya 22 dan
20, sehingga pada seven segment menunjukkan angka 5. Hal tersebut berlaku untuk
berapapun masukannya.
Nilai keluaran merupakan heksadesimal yang mana nilai dai heksadesimal adalah
1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F. Sehingga nilai maksimal biner akan dikeluarkan pada
display dengan huruf F.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Komponen seven segment terdiri dari tujuh bagian, setiap bagian digunakan untuk
menentukan bentuk tampilan dari seven segment.
2. Komponen seven segment hanya bisa menampilkan angka 0 – 9 dan huruf dari A – F.
3. Output akan menampilkan angka / huruf berdasarkan input binernya.
4. Seven segmen menampilkan bilangan desimal sesuai input binernya.
5. Nilai decimal yang didapatkan dari nilai input akan menentukan angka atau huruf
yang tampil pada komponen seven segment.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mahasiswa mengerti cara kerja rangkaian Decoder.
Mahasiswa mampu menganalisis komponen-komponen Decoder.
1.2. Latar Belakang
Sebagai mahasiswa teknik elektro sangatlah wajib untuk memahami sebuah
teknologi digital yag didalamya terdapat materi tentang rangkaian encoder dan decoder.
Encoder merupakan rangkaian yang berfungsi untuk mengubah kode-kode tertentu
menjadi kode biner sedangkan Decoder merupakan rangkaian yang berfungsi untuk
mengubah kode biner menjadi kode-kode tertentu. Karena pentingnya materi teknik
digital bagi mahasiswa elektro,maka kali ini kami melakukan praktikum tentang rangkian
Encoder dan Decoder yang merupakan dasar dari teknik digital.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Dalam suatu sistem digital instruksi-instruksi maupun bilangan-bilangan
dikirim dengan deretan pulsa atau tingkatan-tingkatan biner. Misalnya jika kita
menyediakan karakter 4 bit untuk pengiriman instruksi maka jumlah instruksi
berbeda yang dapat dibuat adalah 24=16. Informasi ini diberi kode atau sandi
biner. Dipihak lain seringkali timbul kebutuhan akan suatu saklar multi posisi yang
dapat dioperasikan sesuai dengan kode tersebut.
Dengan kata lain untuk masing-masing dari 16 saluran hanya 1 saluran yang
dieksitasi pada setiap saat. Proses untuk identifikasi suatu kode tertentu ini disebut
pendekodean atau Decoding. Sistem BCD (Binary Code Decimal) menterjemahkan.
Bilangan-bilangan desimal dengan menggantikan setipa digit desimal menjadi 4 bit
biner. Mengingat 4 digit biner dapat dibuat 16 kombinasi, maka 10 diantaranya
dapat digunakan untuk menyatakan digit decimal 0 sampai 9. Dengan ini kita memiliki
pilihan kode BCD yang luas. Salah satu pilihan yang disebut kode 8421. Sebagai
contoh, bilangan desimal 264 memerlukan 3 gugus yang masing-masing terdiri dari
4 bit biner yang berturut-turut dari kiri (MSB) ke kanan (LSB) sebagai berikut:
0010 0110 0100 (BCD). Pendekode (decoder) BCD ke decimal umpamakan
kita ingin mendekode suatu instruksi BCD yang diungkapkan oleh suatu digit
decimal 5. Opeasi ini dapat dilaksanakan dengan suatu gerbang AND 4 masukan yang
dieksitasi oleh 4 bit BCD.
Perhatikan gambar , keluaran gerbang AND = 1, jika masukan BCD adalah
0101 dan sama dengan untuk instruksi masukan yang lain. Karena kode ini
merupakan representasi bilangan decimal 5 maka keluaran ini dinamakan saluran
atau jalur 5. Sehingga keluaran decoder ini harus dihubungkan dengan peralatan
yang dapat dibaca dan dimengerti manusia.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Gambar Rangkaian
3.2 Alat dan Bahan
Trainer Kit Decoder (LED, togel switch)
IC HD74LS138P
Catu daya
3.3 Prosedur Percobaan
Menghubungkan trainer kit dengan catu daya.
Memberi masukan D0–D3, 1 atau 0.
Memperhatikan dan mencatat output desimal.
Membuat kesimpulan.
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Percobaan
Input Output
A1 A2 D0 D1 D2 D3
0 0 1 0 0 0
0 1 0 1 0 0
1 0 0 0 1 0
1 1 0 0 0 1
4.2 Analisa Pembahasan
Pada praktikum ini kami membahas mengenai tentang decoder yang memiliki
karakteristik mengubah bilangan biner ke desimal. Dalam suatu mesin digital atau suatu
perangkat elektronik digital data yang di terima dan disajikan oleh mesin digital tersebut
adalah berbentuk bilangan biner, sedangkan pengguna dari setiap perangkat digital atau
mesin digital tidak terbiasa dengan tampilan bilangan biner yang dimengerti oleh
perangkat digital tersebut, pengguna biasanya terbiasa dengan bilangan berbasis sepuluh
atau yang biasa disebut bilangan desimal.
Maka dari itu dari perangkat atau mesin digital diperlukan suatu rangkaian atau
komponen yang berfungsi sebagai penerjemah dari informasi yang diterima oleh mesin
atau perangkat digital sehingga pengguna dari perangkat atau mesin digital tersebut dapat
mengerti informasi yang dikeluarkan oleh mesin atau perangkat digital tersebut.
Praktikum kali ini menggunakan IC Decoder 2x4 dimana terdapat 2 inputan dan 4
outputan, dilakukan dengan memberikan masukan yang ditampilkan oleh 2 LED dan
keluaran yang dihasilkan ditampilkan dengan 4 LED. Data yang diambil pada masukan
pertama yaitu jika input lampu A1 dan A2 mati maka lampu D0 yang menyala. Pada
masukan kedua yaitu jika input lampu A1 mati dan lampu A2 menyala maka lampu D1
yang menyala. Pada masukan ketiga yaitu jika input lampu A1 menyala dan lampu A2
mati maka lampu D2 yang menyala. Pada masukan keempat yaitu jika input lampu A1
dan A2 menyala maka lampu D3 yang menyala.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Decoder merupakan rangkaian perubah data input (biner) ke desimal.
2. Nilai outputnya sesuai dengan nilai inputnya.
3. Rangkaian decoder adalah rangkaian logika yang berfungsi sebagai pengkode ulang
atau menterjemahkan kode-kode biner yang ada pada inputnya menjadi data asli pada
outputnya.
4. Dari Decoder 2 to 4 diperoleh persamaan: 2-variable minterm (X'Y', X'Y, XY' , XY).
5. Nilai maksimal yang dapat diberikan pada input adalah senilai 1111 atau 15 desimal.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mahasiswa mengerti cara kerja rangkaian Full Adder.
Mahasiswa mampu menganalisis komponen-komponen Full Adder.
1.2 Latar belakang
Perkembangan digitalisasi alat teknogi semakin lama semakin canggih. Segala
alat untuk kehidupan sehari-hari sudah banyak yang berubah menjadi teknologi alat
digital. Dipabrik-pabrik, jarang sekali ditemukan alat analog kebanyakan alat mereka
sudah digital. Sebagai mahasiswa teknik elektro sangatlah wajib untuk memahami sebuah
teknologi digital yag didalamya terdapat materi tentang rangkaian Full Adder. Full Adder
adalah rangkaian yang berfungsi untuk menjumlahkan bilangan biner tiap-tiap bit-nya.
Karena pentingnya materi teknik digital bagi mahasiswa elektro,maka kali ini kami
melakukan praktikum tentang rangkian Full Adder yang merupakan dasar dari teknik
digital.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Penjumlah penuh (Full Adder) adalah rangkaian sirkuit digital atau kadang-
kadang berbentuk chip yang bisa dipakai untuk menghitung atau menjumlahkan pulsa
atau sinyal digital yang umumnya dihasilkan dari osilator. Penghitung ini hanya bisa
menghitung pulsa secara biner murni (binary counter). Dalam penghitung biner murni,
perhitungan digunakan dengan cara menjumlahkan tiap bit pada bilangan biner.
Rangkaian Full Adder dapat digunakan untuk menjumlahkan bilangan-bilangan biner
yang lebih dari 1bit. Penjumlahan bilangan-bilangan biner sama halnya dengan
penjumlahan bilangan desimal dimana hasil penjumlahan tersebut terbagi menjadi 2
bagian, yaitu SUMMARY (SUM) dan CARRY, apabila hasil penjumlahan pada suatu
tingkat atau kolom melebihi nilai maksimumnya maka output CARRY akan berada pada
keadaan logika 1.
Sebuah Full Adder menjumlahkan dua bilangan yang telah dikonversikan menjadi
bilangan-bilangan biner. Masing-masing bit pada posisi yang sama saling dijumlahkan.
Full Adder sebagai penjumlah pada bit-bit selain yang terendah. Full Adder
menjumlahkan dua bit input ditambah dengan nilai Carry-Out dari penjumlahan bit
sebelumnya. Output dari Full Adder adalah hasil penjumlahan (Sum) dan bit
kelebihannya (carry-out). Blok diagram dari sebuah full adder diberikan pada gambar di
bawah.
Full
Adder
A
B
CBBB
OBBB
CBB
BINBBB
INP
UT
OU
TP
UT
Pada aplikasinya, Full Adder menggunakan gerbang logika AND, OR, dan XOR.
Berikut tabel kebenaran Full Adder :
INPUT OUTPUT
A B SUM CARRY
0 0 0 0
1 0 1 0
0 1 1 0
1 1 0 1
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Gambar Rangkaian
3.2 Alat dan Bahan
Trainer Kit (LED, togel switch, carry switch)
IC 74LS86, 74LS08, 74LS32
Catu daya
3.3 Prosedur Praktikum
Menghubungkan trainer kit dengan catu daya.
Memberi masukan A0–A3 dan B0–B3 1 atau 0.
Memperhatikan dan mencatat output dan carry out.
Membuat kesimpulan
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Percobaan
INPUT OUTPUT
A B Cin SUM Cout
0011 0001 0 0100 0
0010 0010 0 0100 0
0010 0011 0 0101 0
0110 1000 0 1110 0
1100 1000 0 0100 1
4.2 Analisa Pembahasan
Pada praktikum ini kami membahas mengenai tentang full adder yang memiliki
karakteristik menjumlahkan bilangan biner tiap bit-nya. Rangkaian Full Adder dapat
digunakan untuk menjumlahkan bilangan-bilangan biner yang lebih dari 1bit.
Penjumlahan bilangan-bilangan biner sama halnya dengan penjumlahan bilangan desimal
dimana hasil penjumlahan tersebut terbagi menjadi 2 bagian, yaitu SUMMARY (SUM)
dan CARRY, apabila hasil penjumlahan pada suatu tingkat atau kolom melebihi nilai
maksimumnya maka output CARRY akan berada pada keadaan logika 1.
Komponen atau rangkaian full adder sendiri terdiri dari gerbang AND, OR, dan
XOR. IC yang digunakan biasanya tipe 74LS86 sebagai gerbang XOR, 74LS08 sebagai
gerbang AND, dan 74LS32 sebagai gerbang OR. Masing-masing memiliki 4 terminal
(port), yang mana inputan sumber tegangan (Vcc) berada pada port 14 dan ground pada
port 7.
Untuk inputan biner yang akan dijumlahkan dan Carry in, berada pada IC 74LS86 (XOR)
dan 74LS08 (AND) kemudian diteruskan dengan IC 74LS32 (OR) dengan output biner
dan Carry out
Input pada full adder merupakan indikator untuk bilangan biner yang dimana
terdapat 2 sampai 3 input-an (A dan B) dengan Carry in jika digunakan, masing-masing
input terdiri dari 4 bilangan biner (A0–A3 dan B0–B3), sehingga bilangan biner yang dari
bilangan inputnya dapat diindikatorkan oleh LED sebanyak 8 buah. Selain input A dan B,
pada full adder juga terdapat satu input biner dengan indikator satu buah LED yang
digunakan sebagai Carry in. Pada outputnya ditandai oleh simbol S0–S3 yang merupakan
indikator dari bilangan biner dengan LED sebanyak 4 buah, dan juga output berupa Carry
out dengan indikator satu buah LED.
Praktikum kali ini dilakukan tanpa menggunakan Carry in, sehingga penjumlahan
awal dijumlahkan dengan 0. Dengan memberikan masukan yang ditampilkan oleh 8 LED
dan keluaran yang dihasilkan ditampilkan dengan 5 LED. Data yang diambil pada
masukan pertama yaitu jika input A adalah 0011 dan input B adalah 0001, dengan cara
penjumlahan 0+0=0; 0+0+1=1; 0+1+1=0 sisa 1; 1+1=0 sisa 1, maka indikator
keluarannya yang menyala dari S adalah 0100 dan Carry out adalah 0 karena
penjumlahannya tidak membawa sisa. Jika input A adalah 0010 dan input B adalah 0010,
dengan cara penjumlahan 0+0=0; 0+0+1=0; 1+1=0 sisa 1; 0+0=0, maka indikator
keluarannya yang menyala dari S adalah 0100 dan Carry out adalah 0 karena
penjumlahannya tidak membawa sisa. Jika input A adalah 0010 dan input B adalah 0011,
dengan cara penjumlahan 0+0=0; 0+0+1=1; 1+1=0 sisa 1; 0+1=1, maka indikator
keluarannya yang menyala dari S adalah 0101 dan Carry out adalah 0 karena
penjumlahannya tidak membawa sisa. Jika input A adalah 0110 dan input B adalah 1000,
dengan cara penjumlahan 0+1=1; 1+0=1; 1+0=1; 0+0=0, maka indikator keluarannya
yang menyala dari S adalah 1110 dan Carry out adalah 0 karena penjumlahannya tidak
membawa sisa. Jika input A adalah 1100 dan input B adalah 1000, dengan cara
penjumlahan 1+1=0 sisa 1; 1+0=1; 0+0=0 sisa 0; 0+0=0, maka indikator keluarannya
yang menyala dari S adalah 0100 dan Carry out adalah 1 karena penjumlahannya
membawa sisa. Setiap penjumlahan yang membawa sisa, akan dijumlahkan ke bit
selanjutnya.
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa full adder berfungsi untuk
menjumlah bilangan biner pada tiap bit yang nanti keluaran yang diharapkan adalah
sesuai dengan nilai bilangan desimal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Full adder merupakan rangkaian penjumlah biner tiap bit.
2. Full Adder menjumlahkan dua bit input ditambah dengan nilai Carry-Out dari
penjumlahan bit sebelumnya. Output dari Full Adder adalah hasil penjumlahan (Sum)
dan bit kelebihannya (carry-out).
3. Full adder menggunakan 2 sampai 3 inputan jika menggunakan carry in.
4. Full adder memiliki nilai carry apabila hasil penjumlahan pada suatu tingkat atau
kolom melebihi nilai maksimumnya maka.
5. Jika terdapat nilai carry, maka carry bernilai 1.
6. Nilai carry akan dijumlahkan pada bit selanjutnya, jika tidak ada bit yang akan
dijumlahkan maka nilai carry akan disimpan dalam bentuk carry out.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mahasiswa mengerti cara kerja rangkaian Full Adder.
Mahasiswa mampu menganalisis komponen-komponen Full Adder.
1.2 Latar belakang
Perkembangan digitalisasi alat teknogi semakin lama semakin canggih. Segala
alat untuk kehidupan sehari-hari sudah banyak yang berubah menjadi teknologi alat
digital. Dipabrik-pabrik, jarang sekali ditemukan alat analog kebanyakan alat mereka
sudah digital. Sebagai mahasiswa teknik elektro sangatlah wajib untuk memahami sebuah
teknologi digital yag didalamya terdapat materi tentang rangkaian Full Adder. Full Adder
adalah rangkaian yang berfungsi untuk menjumlahkan bilangan biner tiap-tiap bit-nya.
Karena pentingnya materi teknik digital bagi mahasiswa elektro,maka kali ini kami
melakukan praktikum tentang rangkian Full Adder yang merupakan dasar dari teknik
digital.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Penjumlah penuh (Full Adder) adalah rangkaian sirkuit digital atau kadang-
kadang berbentuk chip yang bisa dipakai untuk menghitung atau menjumlahkan pulsa
atau sinyal digital yang umumnya dihasilkan dari osilator. Penghitung ini hanya bisa
menghitung pulsa secara biner murni (binary counter). Dalam penghitung biner murni,
perhitungan digunakan dengan cara menjumlahkan tiap bit pada bilangan biner.
Rangkaian Full Adder dapat digunakan untuk menjumlahkan bilangan-bilangan biner
yang lebih dari 1bit. Penjumlahan bilangan-bilangan biner sama halnya dengan
penjumlahan bilangan desimal dimana hasil penjumlahan tersebut terbagi menjadi 2
bagian, yaitu SUMMARY (SUM) dan CARRY, apabila hasil penjumlahan pada suatu
tingkat atau kolom melebihi nilai maksimumnya maka output CARRY akan berada pada
keadaan logika 1.
Sebuah Full Adder menjumlahkan dua bilangan yang telah dikonversikan menjadi
bilangan-bilangan biner. Masing-masing bit pada posisi yang sama saling dijumlahkan.
Full Adder sebagai penjumlah pada bit-bit selain yang terendah. Full Adder
menjumlahkan dua bit input ditambah dengan nilai Carry-Out dari penjumlahan bit
sebelumnya. Output dari Full Adder adalah hasil penjumlahan(Sum) dan bit kelebihannya
(carry-out). Blok diagram dari sebuah full adder diberikan pada gambar di bawah.
Full
Adder
A
B
CBBB
OBBB
CBB
BINBBB
INP
UT
OU
TP
UT
Pada aplikasinya, Full Adder menggunakan gerbang logika AND, OR, dan
XOR. Berikut tabel kebenaran Full Adder :
INPUT OUTPUT
A B SUM CARRY
0 0 0 0
1 0 1 0
0 1 1 0
1 1 0 1
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Gambar Rangkaian
3.2 Alat dan Bahan
Trainer Kit (LED, togel switch, carry switch)
IC 74LS86, 74LS08, 74LS32
Catu daya
3.3 Prosedur Praktikum
Menghubungkan trainer kit dengan catu daya.
Memberi masukan A0–A3 dan B0–B3 1 atau 0.
Memperhatikan dan mencatat output dan carry out.
Membuat kesimpulan
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Percobaan
INPUT OUTPUT
A B Cin SUM Cout
0011 0001 1 0101 0
0010 0010 1 0101 0
0010 0011 1 0110 0
0110 1000 1 1111 0
1100 1000 1 0101 1
4.2 Analisa Pembahasan
Pada praktikum ini kami membahas mengenai tentang full adder yang memiliki
karakteristik menjumlahkan bilangan biner tiap bit-nya. Rangkaian Full Adder dapat
digunakan untuk menjumlahkan bilangan-bilangan biner yang lebih dari 1 bit.
Penjumlahan bilangan-bilangan biner sama halnya dengan penjumlahan bilangan desimal
dimana hasil penjumlahan tersebut terbagi menjadi 2 bagian, yaitu SUMMARY (SUM)
dan CARRY, apabila hasil penjumlahan pada suatu tingkat atau kolom melebihi nilai
maksimumnya maka output CARRY akan berada pada keadaan logika 1.
Komponen atau rangkaian full adder sendiri terdiri dari gerbang AND, OR, dan
XOR. IC yang digunakan biasanya tipe 74LS86 sebagai gerbang XOR, 74LS08 sebagai
gerbang AND, dan 74LS32 sebagai gerbang OR. Masing-masing memiliki 4 terminal
(port), yang mana inputan sumber tegangan (Vcc) berada pada port 14 dan ground pada
port 7.
Untuk inputan biner yang akan dijumlahkan dan Carry in, berada pada IC 74LS86 (XOR)
dan 74LS08 (AND) kemudian diteruskan dengan IC 74LS32 (OR) dengan output biner
dan Carry out
Input pada full adder merupakan indikator untuk bilangan biner yang dimana
terdapat 2 sampai 3 input-an (A dan B) dengan Carry in jika digunakan, masing-masing
input terdiri dari 4 bilangan biner (A0–A3 dan B0–B3), sehingga bilangan biner yang dari
bilangan inputnya dapat diindikatorkan oleh LED sebanyak 8 buah. Selain input A dan B,
pada full adder juga terdapat satu input biner dengan indikator satu buah LED yang
digunakan sebagai Carry in. Pada outputnya ditandai oleh simbol S0–S3 yang merupakan
indikator dari bilangan biner dengan LED sebanyak 4 buah, dan juga output berupa Carry
out dengan indikator satu buah LED.
Praktikum kali ini dilakukan menggunakan Carry in, sehingga penjumlahan awal
dijumlahkan dengan 1. Dengan memberikan masukan yang ditampilkan oleh 8 LED dan
keluaran yang dihasilkan ditampilkan dengan 5 LED. Data yang diambil pada masukan
pertama yaitu jika input A adalah 0011 dan input B adalah 0001, dengan cara
penjumlahan 0+0=0; 0+0+1=1; 0+1+1=0 sisa 1; 1+1=10+1=1 sisa 1, maka indikator
keluarannya yang menyala dari S adalah 0101 dan Carry out adalah 0 karena
penjumlahannya tidak membawa sisa. Jika input A adalah 0010 dan input B adalah 0010,
dengan cara penjumlahan 0+0=0; 0+0+1=0; 1+1=0 sisa 1; 0+0=0+1=1, maka indikator
keluarannya yang menyala dari S adalah 0101 dan Carry out adalah 0 karena
penjumlahannya tidak membawa sisa. Jika input A adalah 0010 dan input B adalah 0011,
dengan cara penjumlahan 0+0=0; 0+0+1=1; 1+1=10+1=1 sisa 1; 0+1=1+1=0 sisa 1,
maka indikator keluarannya yang menyala dari S adalah 0110 dan Carry out adalah 0
karena penjumlahannya tidak membawa sisa. Jika input A adalah 0110 dan input B
adalah 1000, dengan cara penjumlahan 0+1=1; 1+0=1; 1+0=1; 0+0=0+1=1, maka
indikator keluarannya yang menyala dari S adalah 1111 dan Carry out adalah 0 karena
penjumlahannya tidak membawa sisa. Jika input A adalah 1100 dan input B adalah 1000,
dengan cara penjumlahan 1+1=0 sisa 1; 1+0=1; 0+0=0 sisa 0; 0+0=0+1=1, maka
indikator keluarannya yang menyala dari S adalah 0101 dan Carry out adalah 1 karena
penjumlahannya membawa sisa. Setiap penjumlahan yang membawa sisa, akan
dijumlahkan ke bit selanjutnya.
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa full adder berfungsi untuk
menjumlah bilangan biner pada tiap bit yang nanti keluaran yang diharapkan adalah
sesuai dengan nilai bilangan desimal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Full adder merupakan rangkaian penjumlah biner tiap bit.
2. Full Adder menjumlahkan dua bit input ditambah dengan nilai Carry-Out dari
penjumlahan bit sebelumnya. Output dari Full Adder adalah hasil penjumlahan (Sum)
dan bit kelebihannya (carry-out).
3. Full adder menggunakan 2 sampai 3 inputan jika menggunakan carry in.
4. Full adder memiliki nilai carry apabila hasil penjumlahan pada suatu tingkat atau
kolom melebihi nilai maksimumnya maka
5. Jika terdapat nilai carry, maka carry bernilai 1.
6. Nilai carry akan dijumlahkan pada bit selanjutnya, jika tidak ada bit yang akan
dijumlahkan maka nilai carry akan disimpan dalam bentuk carry out.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mahasiswa mengerti cara kerja rangkaian Counter.
Mahasiswa mampu menganalisis komponen-komponen Counter.
1.2. Latar Belakang
Perkembangan digitalisasi alat teknogi semakin lama semakin canggih. Segala
alat untuk kehidupan sehari-hari sudah banyak yang berubah menjadi teknologi alat
digital. Dipabrik-pabrik, jarang sekali ditemukan alat analog kebanyakan alat mereka
sudah digital. Sebagai mahasiswa teknik elektro sangatlah wajib untuk memahami sebuah
teknologi digital yag didalamya terdapat materi tentang register dan counter. Dalam
sistem digital register merupakan tempat penampungan sementara sebuah grup bit data.
Sedangkan counter merupakan pencacaha atau penghitung. Karena pentingnya materi
teknik digital bagi mahasiswa elektro,maka kali ini kami melakukan praktikum tentang
register dan counter yang merupakan dasar dari teknik digital.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Penghitung atau pencacah (counter) adalah rangkaian sirkuit digital atau kadang-
kadang berbentuk chip yang bisa dipakai untuk menghitung pulsa atau sinyal digital yang
umumnya dihasilkan dari osilator. Penghitung ini bisa menghitung pulsa secara biner
murni (binary counter) ataupun secara desimal-terkodekan-secara-biner (decimal
counter). Dalam penghitung biner murni, angka 9 dinyatakan dalam bentuk bilangan
biner 1001, dan berikutnya angka 10 dinyatakan dalam bentuk biner 1010. Sedangkan
dalam penghitung desimal-terkodekan-secara-biner, angka 9 adalah biner 1001, tetapi
angka 10 dinyatakan dalam bentuk: 0001 0000. Angka desimal 100 dalam biner murni
adalah 1100100, sedangkan dalam BCD adalah 0001 0000 0000 (3 buah digit desimal
masing-masing dari kelompok 4 bit).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Gambar Rangkaian
3.2 Alat dan Bahan
Trainer Kit Counter (LED, trigger)
IC 74LS76
Resistor
Catu daya
3.3 Prosedur Praktikum
Menghubungkan trainer kit dengan catu daya.
Menekan triger Clock n-kali
Mencatat output led hidup sebagai logika 1 dan mati logika 0
Membahas dan membuat kesimpulan.
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Percobaan
No Clock D0 D1 D2 D3 D4 D5
1 1 1 0 0 0 0 0
2 3 1 1 0 0 0 0
3 7 1 1 1 0 0 0
4 8 0 0 0 1 0 0
5 11 1 1 0 1 0 0
6 13 1 0 1 1 0 0
7 15 1 1 1 1 0 0
8 17 1 0 0 0 1 0
4.2 Analisa Pembahasan
Pada praktikum ini kami membahas tentang counter yang merupakan bilangan
pencacah dengan maksud mengubah bilangan desimal ke bilangan biner (pulsa yang
bernilai 1/0). Dengan menggunakan clock sebagai pengatur bilangan desimal yang mana
berfungsi sebagai inputan dan mengunakan LED sebagai indikator keluaran inputan yang
merupakan bilangan biner dari clock yang di berikan, dengan berarti D0-D5 mewakili 20 -
25. Dan pada pemberian clock, nilai pertama merupakan bilangan yang harus di
jumlahkan untuk menginginkan nilai yang akan diinginkan, hal ini bearti bahwa nilai
clock sebelumnya merupakan bilangan yang harus diikutkan untuk membentuk nilai
selanjutya. Sebagai contoh jika clock pertama adalah 2 dan bilangan selanjutnya yang
diinginkan adalah 4, maka clock yang harus diberikan selanjutnya sebanyak 2 kali, hal ini
berarti 2 + 2 (clock yang baru) = 4.
Pada umumnya, counter menggunakan IC 74LS76 yang memiliki 16 terminal
(port). Untuk masukan clock terdapat pada port 1 dan port 6, sedangkan untuk resetnya
menggunakan port 2 dan 7
Dengan menggunakan indikator sebanyak 5 buah LED (D0-D5), kami dapat
mengetahui data yang kami dapat saat praktikum. Dengan melihat saat clock 2 maka
indikator LED yang bernilai satu (menyala) adalah D1 saja hal ini berarti bahwa D1 =
1x21 dan LED yang lain bernilai nol (mati) sehingga nilai keluaran untuk biner dari clock
yang diberikan adalah 0x20+1x21+0x22+0x23+0x24+0x25 = 2. Pada saat nilai clock yang
diberikan adalah 13, maka LED yang bernilai satu (menyala) adalah D0, D2 dan D3 hal ini
berarti bahwa D0 = 1x20, D1 = 1x21, D3 = 1x23 dan LED yang lain bernilai nol (mati)
sehingga nilai keluaran untuk biner dari clock yang diberikan adalah
1x20+1x21+0x22+1x23+0x24+0x25 =13.
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa counter berfungsi untuk mengubah
bilangan desimal menjadi bilangan biner. Jika kita bandingkan dengan tabel yang
diperoleh dari percobaan decoder terlihat bahwa counter adalah kebalikan dari decoder
dalam hal merubah biner ke dalam bentuk desimal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Output merupakan indikator biner untuk nilai clock yang diberikan
2. Desimal yang diberikan merupakan jumlah clock dari clock sebelumnya
3. Nilai maksimal desimal yang diberikan pada praktikum ini adalah 17
4. Nilai Minimal desimal yang diberikan pada praktikum ini adalah 1.
DAFTAR PUSTAKA
Mismail, Budiono. 1998. Dasar-dasar Rangkaian Logika Digital. Bandung : ITB Bandung.
Yuhefizar, 2003, Tutorial Belajar Dasar Digital
Tokheim, Roger L. 1988. Prinsip-Prinsip Digital . Jakarta: Erlangga.
Malvino, Albert Paul. 1983. Elektronika Komputer Digital. Jakarta : Erlangga.
Modul Praktikum Teknik Digital 2008
Yuhefizar, 2003, Tutorial Belajar Dasar Digital
Article, http://www.google.co.id