Lapres c Ais Cover-cara Kerja

29
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROSES PEMUNGUTAN PEKTIN (C) DISUSUN OLEH : ANISSA YOGA PRAMUDYASTI (12/330261/TK/39442) BAGAS DIKA ANGGORO (12/329861/TK/39094) LABORATORIUM DASAR-DASAR PROSES JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2014

Transcript of Lapres c Ais Cover-cara Kerja

  • LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROSES

    PEMUNGUTAN PEKTIN

    (C)

    DISUSUN OLEH :

    ANISSA YOGA PRAMUDYASTI (12/330261/TK/39442)

    BAGAS DIKA ANGGORO (12/329861/TK/39094)

    LABORATORIUM DASAR-DASAR PROSES

    JURUSAN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    2014

  • LEMBAR PENGESAHAN

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROSES

    dengan judul mata praktikum

    PEMUNGUTAN PEKTIN

    Disusun oleh :

    Nomor Nama NIM Tanda Tangan

    1. Anissa Yoga Pramudyasti 11/319098/TK/38230

    2. Bagas Dika Anggoro 12/329861/TK/39094

    Yogyakarta, 26 Maret 2014

    Dosen Pembimbing Praktikum, Asisten,

    Sang Kompiang Wirawan, ST., MT., Ph.D. Laras Prasakti

    NIP. 197312271999031002 NIM. 11/313418/TK/37898

  • PEMUNGUTAN PEKTIN

    I. TUJUAN PERCOBAAN

    Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut:

    1. Mempelajari proses pemungutan pektin dari kulit jeruk.

    2. Mempelajari pengaruh jenis dan volume dari bahan kimia penggumpal

    terhadap recovery pektin.

    II. DASAR TEORI

    Jeruk bali mengandung vitamin, mineral, flavanoid, pektin, dan likopen.

    Vitamin yang terkandung dalam jeruk bali yaitu vitamin A, vitamin B,

    vitamin B1, vitamin B2, vitamin C dan asam fosfat. Kandungan vitamin C

    bermanfaat sebagai antioksidan yang dapat berfungsi untuk menangkan

    serangan radikal bebas dan kandungan kalium dan bioflavanoid yang tinggi,

    dapat berperan sebagai anti kanker dan juga untuk menyehatkan prostat.

    Manfaat lain dari berbagai senyawa ini adalah menurunkan kolesterol dan

    menurunkan resiko penyakit jantung, dan mencegah anemia.

    Menurut Kertesz (1951), pectin merupakan polisakarida heterogen yang

    didominasi oleh gugus homogalakturonat. Pektin awalnya hanya digunakan

    sebagai bahan pembentuk gel dan pemodifikasi tekstur dalam dunia industri

    yang berkaitan dengan makanan. Dalam jaringan tumbuhan yang masih muda,

    senyawa pektin berfungsi untuk mengikat sel satu sama lain dan masih dalam

    bentuk kalsium atau magnesium dan senyawa pektin masih dalam bentuk

    protopektin yang sifatnya tidak larut dalam air. Hal ini dikarenakan

    protopektin terbentuk dari reaksi pectic substance dengan selulosa.

    Protopektin dapat dipisahkan dari jaringan tumbuhan dengan cara

    hidrolisis untuk mengubahnya menjadi senyawa pektat yang dapat terdispersi

    dalam air dengan penambahan senyawa-senyawa polar, senyawa pekat dapat

    terdispersi dan diendapkan sebagai senyawa polisakarida atau pektin.

    1

  • Sifat-sifat senyawa pektin:

    - Sifat kimia:

    1. Senyawa turunan karbohidrat yang mempunyai rantai ikatan yang

    panjang dengan berat molekul yang tinggi sekitar 30000 150000.

    (Meyer, 1960)

    2. Pada hidrolisa pektin membentuk arabinosa, D-Galaktosa dan asam D-

    galakturonat yaitu senyawa aldehid yang diturunkan dari D-galaktosa.

    - Sifat fisis:

    1. Tidak larut dalam pelarut organik, akan tetapi larut dalam air panas pada

    suasana asam.

    2. Tidak berbau dan berasa.

    3. Pektin cenderung membentuk gel (jelly) jika ditambahkan air dan gula

    dalam keadaan asam.

    Sumber pektin pada percobaan ini digunakan serbuk albedo dari jeruk

    bali. Albedo merupakan bagian dalam kulit jeruk yang bentuknya menyerupai

    spons dan berwarna putih. Serbuk albedo didapatkan setelah albedo dipotong

    kecil-kecil, dikeringkan dengan pengovenan, dijemur dan digiling menjadi

    serbuk albedo setelah kering.

    Berikut adalah struktur kimia dari bahan penyusun pektin:

    Gambar I. Struktur Asam D-Galakturonat

    Gambar II. Struktur Asam Pektat

    2

  • Gambar III. Struktur Pektin

    A. Proses Hidrolisis Protopektin Menjadi Senyawa Pektat

    Protopektin dihidrolisis selama satu jam untuk membentuk pektat,

    dipilih hidrolisis untuk pembentukan pektin dikarenakan perlu adanya

    pemecahan ikatan dari protopektin untuk membentuk pektin. Sehingga

    dipilih proses hidrolisis karena proses hidrolisis merupakan proses yang

    paling mudah untuk dilakukan.

    Larutan HCl yang dipakai yaitu pH 1, dikarenakan pada pH tersebut

    merupakan pH optimum untuk berlangsungnya proses hidrolisis, sehingga

    jika pH melebihi 1, proses hidrolisis akan berlangsung lebih lama, selain

    itu pektin juga lebih stabil dalam suasana asam. Jadi jika pH lebih kecil

    dari 1, gel yang terbentuk tidak akan optimum atau akan rusak. Pada

    proses hidrolisis ini HCl digunakan sebagai katalis dikarenakan pektin

    akan stabil dalam suasana asam dibandingkan dengan alkali, sehingga

    digunakan HCl, bukan NaOH. Jika digunakan katalis NaOH pada

    percobaan ini maka pektin yang terbentuk tidak akan optimum karena

    pektin tidak stabil dalam suasana alkali. Penambahan NaOH ke dalam

    larutan menyebabkan pH larutan akan lebih besar dari 1 ( > 1), sehingga

    proses hidrolisis akan berlangsung lebih lama karena sifat keasaman dari

    larutan hidrolisis berkurang.

    Pada percobaan pemungutan pektin ini, digunakan Waterbath

    sebagai medium penghantar panas untuk hidrolisis larutan. Sehingga,

    transfer panas yang terjadi akan lebih rata dan lebih stabil pada range

    suhu yang diinginkan. Selain itu juga digunakan thermostat untuk

    menjaga kestabilan suhu hidrolisis agar tetap konstan, karena jika tidak

    suhu pada waterbath akan terus naik. Selain itu pada rangkaian alat yang

    3

  • dipasang untuk hidrolisis yaitu pendingin bola, yang berfungsi untuk

    mengembunkan kembali uap yang terbentuk selama pemanasan agar

    volume dapat dianggap tetap serta mencegah terjadinya terjadi perubahan

    suhu yang ekstrem yang menyebabkan labu leher tiga retak atau pecah.

    Pada rangkaian alat hidrolisis, untuk proses pengadukan digunakan

    pengaduk merkuri, tujuan digunakan pengaduk merkuri ialah supaya

    proses pengadukan berlangsung konstan dan relatif lebih cepat, agar

    transfer panas merata dan kontinu sehingga pencampuran serbuk albedo

    merata. Tujuan proses pengadukan itu sendiri adalah:

    1. Meratakan suhu dalam hidrolisis (serbuk albedo+HCl) dan

    mempercepat transfer panas.

    2. Mempercepat waktu hidrolisis.

    3. Menghindari terjadinya penggumpalan.

    4. Mempercepat kecepatan reaksi karena zat cair akan tersebar

    merata.

    Pada saat proses ini, pemanasan berada pada suhu 60oC karena

    dikhawatirkan apabila dipakai suhu yang lebih tinggi, pektin akan rusak

    dan kualitas pektin yang terbentuk menjadi kurang baik. Namun, apabila

    suhu terlalu rendah, waktu pemanasan dibutuhkan akan lebih lama.

    Setelah di hidrolisis, larutan didinginkan hingga suhu 40 oC dengan cara

    memasukkan labu leher tiga yang masih tetap dialiri dengan pendingin

    bola, dimasukkan ke dalam wadah berisi air, hingga mencapai suhu yang

    diinginkan.

    Hal-hal yang mempengaruhi proses hidrolisis pektin, ialah :

    1. Waktu

    Waktu terbaik untuk hidrolisis ialah waktu optimum, di mana pada

    waktu optimum tersebut akan diperoleh hasil yang maksimum.

    2. Suhu

    4

  • Pada proses hidrolisis pektin, semakin tinggi suhu reaksi akan

    berjalan lebih cepat karena kenaikan suhu akan mempengaruhi

    kecepatan gerakan molekul untuk saling bertumbukan. Dari hal

    tersebut diketahui bahwa kinetika reaksi akan naik dengan

    bertambahnya suhu secara eksponensial. Namun suhu yang terlalu

    tinggi juga tidak baik, karena pektin bisa rusak.

    3. Perbandingan Reaktan

    Semakin besar perbandingan air dengan bahan, pektin yang

    dihasilkan makin banyak.

    4. Pengadukan

    Untuk reaktan yang berupa zat padat dan zat cair maka pengadukan

    akan mempercepat reaksi karena zat cair akan tersebar merata ke

    seluruh permukaan zat padat.

    5. Ukuran Bahan

    Semakin kecil ukuran bahan makin luas bidang kontak antara zat-

    zat yang bereaksi sehingga kemungkinan terjadi reaksi makin besar,

    hasilnya pun akan meningkat.

    6. Konsentrasi Katalisator

    Asam berfungsi sebagai katalisator dalam proses hidrolisis.

    Semakin banyak asam, semakin banyak pula ion hidrogen maka

    semakin mudah pula reaksinya. (Kirk & Othmer, 1953)

    B. Presipitasi Dispersi Asam Pektat Menjadi Pektin

    Presipitasi dispersi asam pektat menjadi pektin dilakukan untuk

    mengetahui pengaruh jenis dan volume bahan kimia penggumpalan

    terhadap recovery pektin. Pengaruh dehidrasi akibat penambahan gula

    (senyawa hidrolisis lain) menurunkan stabilitas pektin dengan jalan

    mengganggu kesetimbangan air. Terbentuknya gel dipengaruhi oleh

    senyawa polihidroksi membentuk jembatan antara molekul-molekul

    5

  • pektin yang agak keras dan menstabilkan strukturnya dengan sejumlah

    gabungan ikatan hidrogen. Seiring dengan berhentinya proses esterifikasi,

    jumlah kelompok yang ikut berkontribusi dalam bentuk ikatan hidrogen

    semakin meningkat, sehingga meningkatkan efektivitas penambahan

    ikatan hidrogen dan mengurangi jumlah gula yang dibutuhkan untuk

    membentuk gel.

    Pada percobaan ini dipakai empat jenis bahan penggumpal, yaitu

    etanol 96%, aseton, HCl 0,05 N dan isopropil alkohol. Berdasarkan sifat

    kepolarannya, etanol merupakan senyawa alkohol yang bersifat polar.

    Secara teori, semakin panjang gugus alkilnya, semakin berkurang

    kepolarannya. Semakin tinggi kepolarannya, maka pektin yang diperoleh

    dari proses penggumpalan lebih banyak. Pektin yang didapatkan dari

    proses penggumpalan dengan bahan penggumpal isopropil alkohol lebih

    sedikit daripada etanol 96% karena rantai karbon yang dimiliki isopropil

    alkohol lebih panjang. Aseton adalah senyawa keton berantai pendek,

    tetapi tidak sepolar alkohol. Maka secara teoritis pektin yang diperoleh

    lebih sedikit daripada filtrat yang memakai penggumpal alkohol.

    Sedangkan HCl, merupakan senyawa asam kuat yang sifatnya korosif.

    Asam klorida merupakan senyawa polar, namun tidak dapat digunakan

    untuk menggumpalkan pektin, dikarenakan HCl tidak memiliki gugus

    karboksil yang akan berkaitan dengan ion H+ milik pektin dalam asam

    galakturonat.

    Kualitas gel yang terbentuk dipengaruhi oleh:

    1. Jumlah Pektin

    Penambahan pektin dalam larutan menyebabkan sturktur gel

    yang besar, optimum jika ditambahkan 1%.

    2. Berat Molekul

    Jika berat molekul pektin makin besar, maka semakin banyak

    pula gel yang terbentuk.

    6

  • 3. Jumlah Gugus Ester

    Semakin banyak gugus ester, semakin tinggi pula suhu

    pembentukan gel.

    4. Kadar Gula Yang Ditambahkan

    Kadar gula maksimum untuk pembentukan jelly yaitu 65%, jika

    diatas angka tersebut maka jelly yang terbentuk akan keras.

    Begitu pula sebaliknya.

    5. pH Larutan

    Semakin rendah pH larutan, gel yang terbentuk akan semakin

    encer dan semakin sedikit.

    6. Sumber Pektin

    Kandungan pektin dalam beberapa sumber dapat berbeda-beda,

    apabila sumber pektin memiliki kandungan pektin yang tinggi,

    semakin banyak pula gel yang akan terbentuk.

    7. Kadar pektin dalam larutan

    Semakin tinggi kadar pektin dalam larutan setelah hidrolisis,

    maka semakin banyak gel yang terbentuk, begitu pula

    sebaliknya.

    C. Proses Pengeringan

    Proses pengeringan dilakukan dalam oven bersuhu 70C selama 5

    jam, dengan 1 jam pertama tutup krus dibuka, 2 jam pertama serta 2 jam

    kedua tutup krus ditutup. Tujuan tutup krus dibuka pada 1 jam pertama

    supaya air yang menguap tidak tertinggal pada tutup krus, setelah itu

    pengovenan selanjutnya tutup krus ditutup supaya uap air tidak masuk

    kembali ke dalam krus.

    Hal hal yang mempengaruhi hasil recovery pektin, pertama

    volume larutan penggumpal yang ditambahkan pada filtrat, semakin

    banyak volume penggumpal maka makin banyak pektin yang

    7

  • tergumpalkan karena makin banyak pektin yang berkontak dengan

    penggumpal. Kemudian persen recovery akan semakin tinggi jika larutan

    penggumpal memiliki tingkat kepolaran yang tinggi dan memiliki gugus

    OH yang diperlukan untuk menggumpalkan pektin.

    Penggunaan pektin dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai

    bahan perekat atau pengental (gelling agent) pada selai dan jelly.

    Pemanfaatan di bidang industri sebagai bahan pengisi, komponen permen,

    stabilizer (agar tidak terbentuk endapan) pada jus buah dan minuman dari

    susu, serta sebagai sumber serat dalam makanan.

    III. PELAKSANAAN PERCOBAAN

    A. Bahan

    Bahan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah

    1. Serbuk albedo jeruk bali

    2. Asam Klorida 37%

    3. Aquadest

    4. Air kran

    5. Etanol 96%

    6. Isopropil akohol

    7. Aseton

    8. Asam Klorida 0,05 N

    B. Alat

    Alat alat dalam percobaan ini dirangkai sebagai berikut :

    Keterangan:

    1. Waterbath

    2. Labu Leher tiga 500 mL

    3. Pendingin Bola

    4. Pengaduk Merkuri

    5. Termometer alkohol 110oC

    6. Motor Listrik Arah aliran

    air pendingin

    Gambar IV. Rangkaian Alat Hidrolisis Pektin

    8

  • C. Cara kerja

    1. Proses hidrolisis protopektin jadi senyawa pektin

    Waterbath dan thermostat dihidupkan 30 menit sebelum praktikum

    dan diatur pada suhu kurang lebih 70C. Lalu, larutan HCl dengan pH 1

    dibuat dengan mengambil HCl pekat 37% sebanyak 2,10 mL dan

    dimasukkan ke dalam gelas beker 500 mL yang telah berisi 50 mL

    aquadest lalu ditambahkan aquadest hingga 500 mL. Kemudian

    rangkaian alat berupa labu leher tiga, pendingin balik dan thermostat

    dirangkai dalam waterbath . Langkah selanjutnya adalah larutan HCl

    tersebut dipisahkan ke dalam 3 buah gelas beker dengan volume sama

    banyak. Larutan HCl yang terdapat pada salah satu gelas beker

    dimasukkan dalam labu leher tiga. Kemudian motor pengaduk dihidupkan

    dan larutan dipanaskan hingga suhunya 70oC. Serbuk albedo jeruk bali

    ditimbang sebanyak 20,0099 gram dengan petri dish menggunakan

    neraca analitis digital. Serbuk albedo jeruk bali yang telah ditimbang

    dimasukkan ke dalam salah satu gelas beker yang berisi larutan HCl

    tersebut dan diaduk hingga terbentuk slurry. Kemudian setelah suhu

    larutan pada labu leher tiga mencapai 70oC, slurry dimasukkan ke dalam

    labu leher tiga 500 mL dengan bantuan corong gelas dan sisanya dibilas

    dengan larutan HCl yang ada di gelas beker terakhir. Setelah itu

    dilakukan hidrolisis selama 1 jam pada suhu 59oC dan setelah selesai

    semua alat dimatikan dan rangkaian alat dilepaskan dengan pendingin

    bola tetap dinyalakan, sekaligus suhu akhir hidrolisis dicatat. Lalu labu

    leher tiga didinginkan dalam baskom berisi air hingga 40oC dan setelah

    cukup dingin disaring menggunakan kain saring dan corong buchner dan

    filtrat ditampung dalam erlenmeyer 500 mL.

    2. Presipitasi dispersi asam pekat menjadi pektin

    9

  • Lima buah krus porselen kosong bersama tutupnya dimasukkan ke

    dalam oven selama 10 menit kemudian dimasukkan ke dalam eksikator

    selama 10 menit. Lalu filtrat yang telah dibuat diambil sebanyak 25 mL

    menggunakan pipet volum 25 mL dan dimasukkan ke dalam gelas beker

    250mL yang telah disiapkan. Hal tersebut dilakukan untuk gelas beker I,

    II, III, IV, dan V. Kemudian ke dalam gelas beker I dimasukkan pula

    dimasukkan pula 25 mL aseton, 15 mL aseton ke dalam gelas beker II, 25

    mL isopropil alkohol ke dalam gelas beker III, 25 mL etanol 96% ke

    dalam gelas beker IV dan 25 mL HCl 0,05 N pada gelas beker V.

    Selanjutnya masing masing larutan diaduk selama 10 menit dan

    didiamkan selama 10 menit. Lalu berat kering 5 krus porselen kosong dan

    kertas saring sebanyak 5 buah yang akan digunakan untuk menyaring

    pektin ditimbang dengan neraca analitis digital untuk penentuan berat

    kering pektin. Selanjutnya pektin yang terbentuk pada masing masing

    gelas beker dipisahkan dari aliran cairan dengan kertas saring yang

    dipasang pada corong gelas dan filtratnya ditampung dalam erlenmeyer

    125 mL. Kemudian pektin yang tersaring dimasukkan ke dalam krus

    porselen bersama kertas saringnya lalu ditimbang dengan neraca analitis

    digital sebelum pengovenan.

    3. Penentuan berat kertas pektin

    Lima krus porselen yang telah berisi kertas saring dan pektin

    dimasukkan ke dalam oven 80C selama 1 jam dengan tutup terbuka lalu

    dimasukkan ke eksikator selama 10 menit. Kemudian krus dan isinya

    ditimbang dengan neraca analitis digital. Pengovenan kedua krus

    dimasukkan ke dalam oven 80C selama 2 jam dengan posisi krus

    tertutup dilanjutkan dengan di eksikator selama 10 menit, lalu kembali

    ditimbang dengan neraca analitis digital, langkah ini diulang 1 kali lagi.

    10

  • Terakhir krus porselen dicuci dan dibersihkan. Kemudian krus diletakkan

    di tempat pektin.

    D. Analisis Data

    1) Penentuan volume HCl pekat yang harus diencerkan dapat

    ditentukan dengan persamaan berikut :

    a =M x V x BM

    10 x k x (1)

    dengan,

    a = volume HCl pekat yang harus diencerkan, mL

    M = molaritas atau konsentrasi hasil pengenceran, M

    V = volume hasil pengenceran, mL

    K = kadar HCl pekat, %

    BM = berat molekul HCl; 36,50 gram/mol

    = densitas HCl pekat, gram/mL

    2) Penentuan berat pektin yang terambil

    Massa pektin di sampel = (massa krus + kertas saring + pektin)

    (massa krus + kertas saring) (2)

    Dengan massa krus + kertas saring + pektin diambil dari data terakhir

    penimbangan setelah pengovenan ketiga.

    3) Penentuan total pektin yang terdapat dalam cairan hidrolisis

    Massa total pektin (gram) = 1

    2 . 3 (3)

    Dengan,

    V1 = volume total cairan filtrat cairan hidrolisis, mL

    V2 = volume filtrat dalam sampel, mL

    X3 =massa pektin dalam sampel, gram

    11

  • 4) Penentuan percen trecovery

    % recovery = massa total pektin

    massa serbuk albedo 100% (4)

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Percobaan pemungutan pektin ini bertujuan untuk mempelajari proses

    pemungutan pektin dan pengaruh jenis dan volume bahan kimia penggumpal

    terhadap recovery pectin. Praktikum dilakukan dalam 3 tahapan: proses

    hidrolisi protopektin menjadi senyawa pektat, presipitasi dispersi asam pektat

    menjadi pektin dan proses pengovenan untuk menentukan berat akhir pektin

    kering.

    Dari 3 tahapan yang dilalui, didapatkan hasil penimbangan sebagai

    berikut:

    - Dengan bahan kimia penggumpal aseton 25 mL = 0,1375 gram.

    - Dengan bahan kimia penggumpal aseton 15 mL = 0,1182 gram.

    - Dengan bahan kimia penggumpal isoprpil alkohol 25 mL = 0,1524 gram.

    - Dengan bahan kimia penggumpal etanol 96% 25 mL = 0,1395 gram.

    - Dengan bahan kimia penggumpal HCl 0,05 N 25 mL = -0,0112 gram.

    Dan berdasarkan persamaan (4), nilai percent recovery pektin adalah:

    - Untuk penggumpal aseton 25 mL = 12,23%

    - Untuk penggumpal aseton 15 mL = 10,54%

    - Untuk penggumpal isopropil alkohol 25 mL = 13,56%

    - Untuk penggumpal etanol 96% 25 mL = 12,41%

    - Untuk penggumpal HCl 0,05 N 25 mL = -1,00 %

    Hasil di atas sudah sesuai dengan teori, apabila bahan kimia penggumpal

    sama, namun dengan volume yang berbeda, nilai percent recovery pektin yang

    dihasilkan juga berbeda. Terlihat dari penggunaan bahan kimia penggumpal

    12

  • 25 mL aseton menghasilkan nilai percent recovery pektin yang lebih besar

    daripada penggunaan 15 mL aseton.

    Secara teoritis, nilai percent recovery pektin yang paling besar seharusnya

    adalah etanol 96%. Namun terdapat perbedaan dengan hasil yang didapatkan,

    dimana yang paling besar adalah pektin dengan bahan penggumpal aseton 25

    mL. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa kesalahan-kesalahan relatif seperti:

    1. Adanya pengotor yang ikut tergumpalkan

    Pengotor bisa berasal dari bahan-bahan kimia yang ditambahkan.

    Jarang ditemui bahan kimi dengan kemurnia 100%. Pengotor ini

    akhirnya ikut tergumpalkan bersama pektin.

    2. Proses penyaringan yang kurang sempurna

    Proses penyaringan yang kurang sempurna dapat menyebabkan

    pengotor tidak ikut tersaring dan dapat menambah massa gumpalan

    pektin sehingga percent recovery menjadi tidak tepat.

    3. Proses pengovenan yang kurang sempurna

    Proses pengovenan yang kurang sempurna menyebabkan kandungan

    air dalam gumpalan pektin tidak teruapkan semua. Hal ini

    menyebabkan pada penimbangan terakhir, massa yang tertera adalah

    massa pektin + air yang belum teruapkan. Akibatnya, nilai percent

    recovery pektin menjadi tidak tepat.

    Penggumpalan pektin oleh HCl tidak terjadi karena HCl tidak memiliki

    gugus OH- yang bisa berikatan dengan H+ pada pektin. Yang terjadi, justru

    HCl melarutkan pektin. Selain itu, proses pengovenan juga menyebabkan

    seluruh kadar air pada gumpalan pektin. Termasuk pada kertas saring

    teruapkan. Massa krus+tutup+kertas saring lebih besar bisa disebabkan oleh

    kandungan air pada kertas saring (meskipun jumlahnya sangat sedikit).

    Akibatnya nilai percent recovery pektin yang dihasilkan pada percobaan ini

    untuk sampel dengan bahan kimia penggumpal HCl 0,5 N 25 mL bernilai -

    1,2%.

    13

  • Kepolaran senyawa penggumpal pektin dapat berpengaruh pada jumlah

    pektin yang tergumpalkan. Hal ini disebabkan pada senyawa yang bersifat

    polar memiliki sifat nukleofil yang lebih mudah menyerang gugus H+ pada

    pektin. Artinya, semakin polar senyawa kimia penggumpal pektin, maka

    jumlah pektin yang tergumpalkan semakin banyak. Larutan HCl meskipun

    senyawa polar tidak dapat menggumpalkan pektin karena HCl tidak

    mempunyai gugus OH- yang dapat berikatan dengan pektin.

    Beberapa asumsi yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

    1. Proses hidrolisis berlangsung sempurna. Semua pektin yang terdapat

    pada sampel berubah menjadi pektat.

    2. Waktu yang digunakan untuk hidrolisis merupakan waktu yang

    optimum.

    3. Suhu yang digunakan pada saat hidrolisis adalah suhu yang optimum.

    4. Penimbangan yang terakhir menunjukkan berat pektin kering.

    V. KESIMPULAN

    Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah:

    1. Pemungutan pektin dilakukan dengan cara hidrolisis protopektin

    menjadi senyawa pektat dan presipitasi dispersi pektat menjadi pektin.

    2. Kemamapuan bahan kimia penggumpal pektin berbeda-beda

    tergantung dari jenis bahan kimia penggumpal.

    3. Kemampuan bahan kimia penggumpal pektin berbeda-beda,

    tergantung dari jumlah bahan kimia yang ditambahkan pada larutan.

    4. Hasil percobaan:

    a. Berat pektin kering untuk 25 mL untuk 25 mL filtrat:

    - Gelas beker I : 0,1375 gram.

    - Gelas beker II : 0,1182 gram.

    - Gelas beker III : 0,1524 gram.

    - Gelas beker IV : 0,1395 gram.

    14

  • - Gelas beker V : -0,0112 gram.

    b. Berat pektin kering total dalam cairan hasil hidrolisis:

    - Gelas beker I : 2,4475 gram.

    - Gelas beker II : 2,1093 gram.

    - Gelas beker III : 2,7127 gram.

    - Gelas beker IV : 2,4831 gram.

    - Gelas beker V : -0,1994 gram.

    c. Percent recovery:

    - Gelas beker I : 12,23 %

    - Gelas beker II : 10,54 %

    - Gelas beker III : 13,56 %

    - Gelas beker IV : 12,41 %

    - Gelas beker V : -1,00 %

    5. Semakin banyak volume bahan kimia penggumpal, pektin yang

    dihasilkan juga semakin banyak.

    6. Asam Klorida adalah senyawa polar, namun tidak dapat digunakan

    sebagai bahan penggumpal pektin.

    7. Hasil percobaan ini belum sesuai dengan teori, karena seharusnya

    percent recovery pektin terbesar ada pada sampel yang digumpalkan

    dengan Etanol 96%.

    VI. DAFTAR PUSAKA

    Kertesz, Z.T., 1981, The Pectin Substance, pp 97-115, 201-203, 293-294,

    457, Interscience Publisher, Inc., New York.

    Meyer, L.H., 1960, Food Chemistry, pp. 87-93, Affiliated Fas West Press,

    P.V.L.T.D., New York.

    15

  • VII. LAMPIRAN

    A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia

    Identifikasi Hazard Proses terdiri atas:

    1. Hazard proses

    Pada percobaan kali ini digunakan suhu yang tidak terlalu tinggi

    (70C). sumber panasnya adalah pemanas air waterbath. Dari suhu ini

    tetap ada potensi bahaya terjadinya luka bakar pada bagian tubuh yang

    terkontak.

    Selain itu, pada percobaan ini digunakan alat-alat yang

    menggunakan listrik sebagai sumbernya. Maka terdapat potensi

    bahaya tersengat aliran listrik ketika praktikum dilaksanakan. Oleh

    karena itu praktikan harus berhati-hati ketika praktikum. Pastikan

    tangan tidak dalam keadaan baasah sebelum menggunakan alat listrik.

    Praktikum ini juga menggunakan alat yang berpuitar. Pengaduk

    yang terhubung pada motor pengaduk ini berpotensi patah dan

    mengenai praktikan. Oleh karena itu alat perlindungan diri harus

    dipakai untuk mencegah cedera apabila pengaduk patah.

    Pengambilan HCl 37% dari lemari asam juga dapat berpotensi

    bahaya. Sifat dari bahan HCl 37% yang korosif dan volatil dapat

    menimbulkan bahaya apabila terpapar kepada praktikan. Oleh karena

    itu alat perlindungan diri berupa masker, goggles, gloves, harus

    digunakan sebagai alat pelindungan. Masker sebagai pelindung dari

    uap HCl, gloves sebagi pelindung dari cipratan HCl, goggles sebagai

    pelindung dari cipratan HCl, jas lab sebagai pelindung dari cipratan

    HCl, dan sepatu tertutup sebagai pelindung dari cipratan dan/atau

    tumpahan HCl dan bahan kimia lainnya. Selama pengambilan asam

    dari lemari asam, exhauster harus dinyalakan agar uap HCl terbuang.

    16

  • 2. Hazard bahan

    a. Asam klorida pekat 37 %

    Bahaya : Bahan bersifat korosif, irritant apabila

    terkena/terkontak langsung pada kulit. Iritasi bisa

    timbul pada kulit, mata dan paru-paru apabila

    uapnya terhirup.

    Pencegahan : Menggunakan alat-alat perlindungan diri yaitu

    masker, sarung tangan, jas laboratorium, sepatu

    tertutup dan goggles.

    Penanganan :

    - Kontak langsung terhadap kulit

    Membasuh bagian yang terpapar dengan air bersih yang

    mengalir selama minimal 15 menit. Lepaskan pakaian yang

    terkontaminasi.

    - Kontak langsung dengan mata

    Membasuh bagian yang terpapar dengan air bersih yang

    mengalir selama 15 menit. Apabila menggunakan lensa

    kontak, segera lepaskan. Perawatan medis diperlukan apabila

    kondisi lebih buruk.

    - Terhirup

    Bawa korban ke tempat berudara segar atau dapat diberikan

    oksigen apabila kesulitan bernafas. Berikan perawatan medis

    apabila keadaan lebih parah.

    b. Etanol 96 %

    Bahaya : Sifat bahan yang mudah terbakar dan volatil.

    Irritant bila terkontak pada kulit, mata dan paru-

    paru bila terhirup.

    Pencegahan : Jauhkan bahan dari sumber panas dan nyala api.

    Menggunakan alat-alat perlindungan diri yaitu

    17

  • masker, sarung tangan, jas laboratorium, sepatu

    tertutup dan goggles.

    Penanganan :

    - Kontak langsung terhadap kulit

    Membasuh bagian yang terpapar dengan air bersih yang

    mengalir selama minimal 15 menit. Lepaskan pakaian yang

    terkontaminasi.

    - Kontak langsung dengan mata

    Membasuh bagian yang terpapar dengan air bersih yang

    mengalir selama 15 menit. Apabila menggunakan lensa

    kontak, segera lepaskan. Perawatan medis diperlukan apabila

    kondisi lebih buruk.

    - Terhirup

    Bawa korban ke tempat berudara segar atau dapat diberikan

    oksigen apabila kesulitan bernafas. Berikan perawatan medis

    apabila keadaan lebih parah.

    c. Isopropil Alkohol

    Bahaya : Sifat bahan yang mudah terbakar dan volatil.

    Irritant bila terkontak pada kulit, mata dan paru-

    paru bila terhirup.

    Pencegahan : Jauhkan bahan dari sumber panas dan nyala api.

    Menggunakan alat-alat perlindungan diri yaitu

    masker, sarung tangan, jas laboratorium, sepatu

    tertutup dan goggles.

    18

    4

  • Penanganan :

    - Kontak langsung terhadap kulit

    Membasuh bagian yang terpapar dengan air bersih yang

    mengalir selama minimal 15 menit. Lepaskan pakaian yang

    terkontaminasi.

    - Kontak langsung dengan mata

    Membasuh bagian yang terpapar dengan air bersih yang

    mengalir selama 15 menit. Apabila menggunakan lensa

    kontak, segera lepaskan. Perawatan medis diperlukan apabila

    kondisi lebih buruk.

    - Terhirup

    Bawa korban ke tempat berudara segar atau dapat diberikan

    oksigen apabila kesulitan bernafas. Berikan perawatan medis

    apabila keadaan lebih parah.

    d. Serbuk albedo jeruk bali

    Bahaya : Bahan bersifat irritant bila terkontak pada mata

    dan paru-paru bila.

    Pencegahan : Menggunakan alat-alat perlindungan diri yaitu

    masker, sarung tangan, jas laboratorium, sepatu

    tertutup dan goggles.

    Penanganan :

    - Kontak langsung terhadap kulit

    Membasuh bagian yang terpapar dengan air bersih yang

    mengalir selama minimal 15 menit. Lepaskan pakaian yang

    terkontaminasi.

    - Kontak langsung dengan mata

    Membasuh bagian yang terpapar dengan air bersih yang

    mengalir selama 15 menit. Apabila menggunakan lensa

    19

  • kontak, segera lepaskan. Perawatan medis diperlukan apabila

    kondisi lebih buruk.

    e. Pektin

    Bahaya : Bahan bersifat irritant bila terkontak pada kulit,

    mata dan paru-paru bila terhirup.

    Pencegahan : Menggunakan alat-alat perlindungan diri yaitu

    masker, sarung tangan, jas laboratorium, sepatu

    tertutup dan goggles.

    Penanganan :

    - Kontak langsung terhadap kulit

    Membasuh bagian yang terpapar dengan air bersih yang

    mengalir selama minimal 15 menit. Lepaskan pakaian yang

    terkontaminasi.

    - Kontak langsung dengan mata

    Membasuh bagian yang terpapar dengan air bersih yang

    mengalir selama 15 menit. Apabila menggunakan lensa

    kontak, segera lepaskan. Perawatan medis diperlukan apabila

    kondisi lebih buruk.

    - Terhirup

    Bawa korban ke tempat berudara segar atau dapat diberikan

    oksigen apabila kesulitan bernafas. Berikan perawatan medis

    apabila keadaan lebih parah.

    f. Aseton

    Bahaya : Sifat bahan ini mudah terbakar dan volatil. Irritant

    bila terkontak pada kulit, mata dan paru-paru bila

    terhirup.

    Pencegahan : Jauhkan bahan dari sumber panas dan nyala api.

    Menggunakan alat-alat perlindungan diri yaitu

    20

  • masker, sarung tangan, jas laboratorium, sepatu

    tertutup dan goggles.

    Penanganan :

    - Kontak langsung terhadap kulit

    Membasuh bagian yang terpapar dengan air bersih yang

    mengalir selama minimal 15 menit. Lepaskan pakaian yang

    terkontaminasi.

    - Kontak langsung dengan mata

    Membasuh bagian yang terpapar dengan air bersih yang

    mengalir selama 15 menit. Apabila menggunakan lensa

    kontak, segera lepaskan. Perawatan medis diperlukan apabila

    kondisi lebih buruk.

    - Terhirup

    Bawa korban ke tempat berudara segar atau dapat diberikan

    oksigen apabila kesulitan bernafas. Berikan perawatan medis

    apabila keadaan lebih parah.

    B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri

    - Jas laboratorium berlengan panjang

    Untuk melindungi tubuh dna kulit dari paparan langsung bahan kimia.

    Selain itu juga melindungi tubuh/kulit dari paparan alat bersuhu tinggi.

    - Masker

    Untuk melindungi dari terhirupnya uap atau gas dari bahan kimia

    terutama bahan kimia yang beracun.

    - Sarung tangan (gloves)

    Melindungi tangan dari kontak langsung bahan-bahan dan alat-alat

    bersuhu tinggi serta bahan-bahan/senyawa-senyawa yang bersifat

    irritant/corrosive terhadap kulit.

    21

  • - Sepatu tertutup

    Melindungi kakai dari cipratan/tumpahan bahan-bahan kimia dan/atau

    alat-alat bersuhu tinggi.

    - Goggles

    Melindungi mata dari percikan/paparan secara langsung bahan-bahan

    kimia. Juga berfungsi untuk melindungi ata dari partikel-partikel kecil

    yang dapat masuk ke mata melalui udara.

    C. Manajemen Limbah

    Limbah yang dihasilkan pada percobaan ini serta penanganannya adalah:

    1. Limbah susa hidrolisis protpektin

    Limbah ini mengandung HCl, maka harus dibuang ke tempat limbah

    halogenik.

    2. Limbah filtrat sampel dan aseton

    Limbah ini mengandung aseton, maka harus dibuang ke tempat limbah

    alkoholik.

    3. Limbah filtrat sampel dan etanol

    Limbah ini mengandung aseton, maka harus dibuang ke tempat limbah

    alkoholik.

    4. Limbah filtart sampel dan isopropil alkohol

    Limbah ini mengandung aseton, maka harus dibuang ke tempat limbah

    alkoholik.

    5. Limbah filtrat sampel dan HCl 0,05 N

    Limbah ini mengandung HCl , sehingga harus dibuang ke tempa

    limbah halogenik.

    6. Limbah serbuk albedo hasil penyaringan dengan kain

    Limbah ini dibuang langsung ke tempat sampah dan kain penyaring

    dicuci.

    22

  • D. Data Percobaan

    1. Hidrolisis

    Massa serbuk albedo : 20,0099 gram

    Volume cairan hidrolisis awal : 500 mL

    pH larutan hidrolisis : 1

    Suhu hidrolisis : 59C

    Suhu oven : 70C

    Waktu hidrolisis : 1 jam

    Waktu pengovenan : 5 jam

    Volume cairan hidrolisis (V1) : 445 mL

    23

  • 2. Penggumpalan

    Daftar I. Data Penggumpalan Pektin

    Data Gelas Beker

    I II III IV V

    Jenis Penggumpal Aseton 25

    mL

    Aseton 15

    mL

    Isopropil

    Alkohol

    25 mL

    Etanol 96

    % 25 mL

    HCl 0,05

    N 25 mL

    Volume filtrat

    hidrolisis (V2), mL 25 25 25 25 25

    Massa krus + kertas

    saring, gram 35,0289 39,2482 33,4282 35,8410 24,2265

    Massa krus + kertas

    saring + pektin,

    gram

    39,9950 36,8004 40,1182 40,5655 26,1817

    Massa krus + kertas

    saring + pektin

    setelah pengeringan,

    gram

    1. 37,3771 1. 34,8936 1. 37,6322 1. 38,1380 1. 24,4857

    2. 35,8926 2. 33,7140 2. 34,7991 3. 364118 2. 24,2114

    3. 35,1664 3. 33,3667 3. 33,5806 3. 35,9805 3. 24,2153

    Massa pektin, gram 0,1375 0,1182 0,1524 0,1395 -0,0112

    E. Perhitungan

    1. Perhitungan Penentuan volume HCl pekat yang harus diencerkan

    Larutan HCl denga pH 1 dihitung menggunakan persamaan berikut:

    = log [+] (5)

    Dengan:

    pH = pH larutan HCl = 1

    [H+] = konsentrasi ion H+ dalam larutan

    24

  • Maka, sesuai dengan persamaan :

    1 = - log [H+]

    [H+] = 0,1 M

    Reaksi penguraian HCl dalam air:

    + +

    Sesuai dengan persamaan (6), konsentrasi ion [H+] = konsentrasi

    HCl. Maka molaritas HCl adalah 0,1 M.

    Untuk menghitung volume HCl pekat yang harus diencerkan,

    digunakan persamaan (1):

    = (0,1 )(500 ) (36,50

    )

    (10)(37) (1,1670 )

    = 4,2266

    2. Penentuan berat kering pektin yang terambil

    Dengan menggunakan persamaan, contoh perhitungan berat pektin

    yang terambil di dapat dari data pada Daftar I:

    =

    35,1664 35,0289 = 0,1375

    Dengan cara yang sama, maka diperoleh data sebagai berikut:

    Daftar II. Data Hasil Perhitungan Berat Kering Pektin

    No Sampel Massa Pektin pada Sampel, gram

    1 Gelas Beker I 0,1375

    2 Gelas Beker II 0,1185

    3 Gelas Beker III 0,1524

    4 Gelas Beker IV 0,1395

    5 Gelas Beker V - 0,0112

    (6)

    25

  • 3. Perhitungan total pektin yang terdapat pada cairan hidrolisis

    Dengan menggunakan persamaan (3), contoh perhitungan total pektin

    dalam cairan hidrolisis menggunakan data dari Daftar II:

    = 445

    25 0,1375 = 2,4475

    Daftar III. Data Perhitungan Total Pektin pada Cairan Hidrolisis

    No Sampel X3, gram Massa Total Pektin, gram

    1 Gelas Beker I 0,1375 2,4475

    2 Gelas Beker II 0,1185 2,1093

    3 Gelas Beker III 0,1524 2,7127

    4 Gelas Beker IV 0,1395 2,4831

    5 Gelas Beker V - 0,0112 - 0,1994

    4. Perhitungan percent recovery

    Dengan menggunakan persamaan (4), contoh perhitungan percent

    recovery pektin menggunakan data pada Daftar III:

    = 2,4475

    20,0099 100% = 12,23%

    Dengan cara yang sama, diperoleh data sebagai berikut:

    26

  • Daftar IV. Data Perhitungan Percent Recovery Pektin

    No Sampel Massa Total Pektin, gram Percent Recovery, %

    1 Gelas Beker I 2,4475 12,23

    2 Gelas Beker II 2,1093 10,59

    3 Gelas Beker III 2,7127 13,56

    4 Gelas Beker IV 2,4831 12,41

    5 Gelas Beker V - 0,1994 - 1,00

    27