Lapran Pemeriksaan Air FIX
-
Upload
mala-strife-fair -
Category
Documents
-
view
307 -
download
4
Transcript of Lapran Pemeriksaan Air FIX
I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai :
(1) Latar Belakang, (2) Tujuan Percobaan, dan
(3) Prinsip Percobaan.
1.1.Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Air digunakan untuk berbagai macam
kebutuhan diantaranya minum, mandi, mencuci, dan
memasak. Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di
setiap tempat dan setiap tingkatan tidak sama, artinya
semakin tinggi taraf kebutuhan hidup manusia, semakin
meningkat pula jumlah air yang diperlukan
(Kusnaedi, 2004).
Air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tawar
dan tidak berbau. Melalui penyediaan air bersih dan sebagai
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kemampuan penyediaan
air bersih untuk kehidupan sehari-hari bagi manusia adalah
hal yang sangat penting. Air, tanah dan manusia adalah hal
yang tidak dapat dipisahkan. Kebutuhan orang dewasa perlu
minum minimum 1,5–2 liter air sehari.
Selain pentingnya air bagi di dalam tubuh manusia, air
dibutuhkan bagi kehidupan, baik untuk kebutuhan hidup
sehari-hari yaitu keperluan untuk kebutuhan domestik rumah
tangga maupun kebutuhan dalam pertanian, industri,
perikanan, pembangkit listrik tenaga air, dan navigasi, serta
rekreasi (Moh. Soerjani, dkk, 1997).
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air di
Indonesia meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu
memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Menurut
Departemen Kesehatan (1994), di Indonesia
rata-rata keperluan air adalah 60 liter per kapita, meliputi : 30
liter untuk keperluan mandi, 15 liter untuk keperluan minum
dan sisanya untuk keperluan lainnya. Kegiatan industri,
domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap
sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas
air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan
berbahaya bagi semua makhluk hidup yang tergantung pada
sumber daya air. Air baku sebagai sumber air yang digunakan
PAM terdiri dari air tanah dalam, mata air, dan sungai. Air
tanah dalam dan mata air biasanya berkualitas baik dan
hanya memerlukan pengolahan sederhana untuk dapat
digunakan sebagai air minum yang memenuhi syarat,
sedangkan air permukaan biasanya memerlukan pengolahan
lengkap agar dapat mencapai standar bakteriologis dari air
minum, sehingga di perlukan pengujian kualitas air secara
mikrobiologi
(Hefni, 2003).
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan perubahan pemeriksaan air
adalah untuk mengetahui atau mengamati bakteri yang
tumbuh dalam air sehingga air dapat diketahui layak atau tidak
untuk dikonsumsi atau digunakan dan kualitas air tersebut.
1.3.Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan pemeriksaan air adalah
berdasarkan metode count (hitung cawan), metode MPN
(Most Probable Number) dan perhitungan jumlah koliform
(Escherichia coli). Di dalam air. Selain itu juga berdasarkan
bekteri Escherichia coli sebagai indikator polusi terhadap air,
apabila ditemukan Escherichia coli dalam air maka air tersebut
tercemar kotoran dan tidak layak untuk dikonsumsi.
II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Peranan Air bagi
Kehidupan, dan (2) Persyaratan Air.
2.1. Peranan Air bagi Kehidupan
Air sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan, baik
itu kehidupan manusia maupun kehidupan binatang dan
tumbuh-tumbuhan. Air adalah merupakan bahan yang sangat
vital bagi kehidupan dan juga merupakan sumber dasar untuk
kelangsungan kehidupan di atas bumi. Selain itu air
merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia
selama hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian
semakin naik jumlah penduduk serta laju pertumbuhanya
semakin naik pula laju pemanfatan air.
Tubuh Manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira
60-70% dari berat badannya. Untuk kelangsungan hidupnya,
tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya antara lain
tergantung berat badan. Untuk orang dewasa kira-kira
memerlukan air 2.200 gram setiap harinya
(Totok Sutrisno dan Eni Suciastuti, 1996).
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang
pengawasan dan syarat-syarat kualitas air yang disebut
sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat
kesehatan yang dapat langsung diminum, sedangkan yang
disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat
kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum
diminum. Syarat-syarat yang ditentukan sesuai dengan
persyaratan kualitas air secara fisika, kimia dan biologi.
Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat
harus memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula
dapat memenuhi secara kuantitas (jumlahnya). Diperkirakan
untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana paling tidak
membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari. Angka tersebut
misalnya untuk :
a. Berkumur, cuci muka, sikat gigi, wudhu 20L/orang/hari
b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga :
45L/orang/hari
c. Masak, minum : 5L/orang/hari
d. Menggolontor kotoran : 20L/orang/hari
e. Mengepel, mencuci kendaraan : 10L/orang/hari
Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari
perkapita tidaklah sama untuk tiap negara. Pada umumnya,
dapat dikatakan pada negara-negara yang sudah maju,
jumlah pamakaian air per hari per kapita lebih besar dari dari
pada negara berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan air sangatlah bervariasi sehingga rata-rata
pemakaian air per orang per hari berbeda untuk satu negara
dengan negara lainnya, satu kota dengan kota lainnya, satu
desa dengan desa lainnya (Moh. Soerjani, dkk, 1997).
2.2. Persyaratan Air
2.2.1. Pengertian Air Bersih
Program kesehatan lingkungan dikenal adanya 2 (dua)
jenis air yang dari aspek kesehatan layak digunakan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
yaitu air minum dan air bersih. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang pengawasan dan
syarat-syarat kualitas air yang disebut sebagai air minum
adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat
langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih
adalah air yang memenuhi syarat kesehatan, yang harus
dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Syarat kesehatan
dimaksud meliputi syarat-syarat fisika, kimia, mikrobiologi dan
radioaktifitas (Sutrisno, Totok C, 2004).
2.2.2. Persyaratan Kualitas Air Bersih
Kualitas adalah kadar, mutu, tingkat baik buruknya
sesuatu (tentang barang dan sebagainya)
(Sutejo P dan Eling P, 2003).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 416/ Menkes/Per/IX/1990, Air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah
dimasak (Sutejo P dan Eling P, 2003).
Air bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah,
sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air tanah dalam.
Air bersih ini termasuk golongan B yaitu air yang dapat
digunakan sebagai air baku air minum
(Sutejo P dan Eling P, 2003).
Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan
kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No.
1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001,
dapat dibedakan ke dalam 5 kategori, yaitu :
Tabel 1. Kandungan Bakteri Pada Air
Kelas KatagoriJumlah
Koliform
A baik < 50
B kurang baik 51-100
C jelek 101-1000
D amat jelek 1001-2400
E sangat amat jelek > 2400
(Sutejo P dan Eling P, 2003).
2.2.3 Persyaratan Mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air
adalah tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri
golongan coli, salmonellatyphi, vibrio chotera, dan lain-lain.
Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (transmitted by
water). Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti
actinomycetes, phytoplankton coliform, ciadocera, dan lain-
lain (Kusnaedi, 2004).
Bidang mikrobiologi pangan dikenal istilah bakteri
indikator sanitasi. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri
yang keberadaannya dalam panganmenunjukkan bahwa air
atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses manusia
(Kusnaedi, 2004).
Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri
yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi,
adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan
bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau
makanan pernah mengalami kontak dengan feses yang
berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin
mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya. Koliform
merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik
terhadap air, makanan, susu dan produk susu (Anonim, 2010).
Adanya bakteri koliform di dalam makanan/minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat
enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi
kesehatan. Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup
yaitu : koliform fekal misalnya Escherichia coli dan koliform
nonfekal misalnya Enterobacter aerogenes. Escherichia coli
merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya
ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati
(Fardiaz, 1992).
Air tanah biasanya berkualitas baik dan hanya
memerlukan pengolahan sederhana untuk dapat digunakan
sebagai air minum yang memenuhi syarat, sedangkan air
permukaan biasanya memerlukan pengolahan lengkap agar
dapat mencapai standar fisika, kimia maupun bakteriologis
dari air minum, sehingga di perlukan pengujian kualitas air.
Adanya Escherichia coli dalam air minum menunjukkan
bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia
dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karena
itu, standar air minum mensyaratkan Escherichia coli harus
nol dalam 100 ml (Anonim, 2010).
2.2.4 SNI Pengujian Air
Standar Nasional Indonesia (SNI) air minum merupakan
revisi SNI 10-3553-1996 yaitu air minum. Standar ini
dirumuskan oleh Panitia Teknik Makanan dan Minuman dan
telah dibahas dalam rapat konsensus nasional pada tanggal
11 Desember 2003 di Jakarta.
Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor SNI-0l-3553-
1996. Kedua jenis air minum itu selain harus memenuhi
persyaratan fisik dan kimia, juga harus memenuhi
persyaratan. Batas maksimum emaran mikroba dalam bahan
pangan maupun air secara kuantitas dinyatakan sebagai
jumlah maksimum mikroba yang diizinkan dinyatakan dalam
angka atau jumlah koloni per satuan berat atau volume.
Cemaran bakteri pada air anatara lain oleh bakteri Salmonella,
Shigella, Clostridium, Pseudomonas dan Escherichia coli.
Dalam perumusan SNI ini telah memerhatikan hal-hal yang
tertera dalam :
Tabel 2. SNI Pengujian Air
No
Kriteria Uji Satuan
Persyaratan
Air Mineral
Air Deminer
al1 Cemaran
mikroba :1.1
Bakteri koli MPN/100ml< 2
(10MPN)< 2
(10MPN)1.2
Salmonella -Negatif/100ml
Negatif/100ml
1.3
Pseudomonas aeruginosa
Koloni/ml Nol Nol
(Sumber : BSN, 2002)
2.2.5. Kontaminasi Silang
Kontaminasi silang adalah proses perpindahan mikroba
dari satu objek ke objek yang lain. Proses kontaminasi silang
bisa terjadi melalui banyak jalan, secara langsung dan tidak
langsung. Jika perpindahan mikroba terjadi dari sumber
mikroba ke sampel, maka proses kontaminasi terjadi secara
langsung. Kontaminasi tidak langsung adalah jenis
kontaminasi silang karena faktor ketidaktahuan, tempat dan
kondisi (Anonim, 2010).
III BAHAN, ALAT, DAN PROSEDUR PERCOBAAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan yang
Digunakan, (2) Alat yang Digunakan, dan
(3) Prosedur Percobaan.
3.1 Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan Pemeriksaan
Air adalah BCPT, BCPG, sempel air Rajawali, PCA, air steril,
Ec Broth, ENDO dan EMBA.
3.2 Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan pada percobaan perubahan air susu
adalah 21 buah tabung reaksi, tabung Durham, jarum ose,
pembakar spirtus, kapas, kertas bungkus, korek api, karet,
pipet tetes, dan inkubator.
3.3. Prosedur Percobaan
3.3.1. Presumtive Test
Prosedur percobaan pemeriksaan air ada beberapa tahap
diantaranya presumtive test, siapkan sampel kemudian dipipet
dengan a masullan ke air steril 10-1. Dengan menggunakan
pipet a masukan masing-masing 1 ml ke 3 tabung BCPT 100,
PCA 100, dan 3 tabung BCPG 100. Dengan menggunakan
pipet c masukan ke tabung yang 3 tabung yang berisi BCPT
10-1 dan PCA 10-1 masing-masing 1 ml. Masih menggunakan
pipet c masukan sampel ke air steril 10-2 setelah itu pipetkan
masing-masing 1 ml ke 3 tabung BCPT 10-2 dan PCA 10-2.
Setelah itu PCA di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C,
BCPG dan BCPT di inkubasi selama 48 jam pada suhu 370C.
3.3.2. Confirmed Test
Tahap ketiga yaitu confirmed test sediakan EMBA dan
ENDO yang sudah dibagi menjadi 3 bagian masing-masing
bagian itu ditulis 100, 10-1 dan 10-2. Goreskan dari
masing-masing BCPT yang paling positif. Kemudian di
inkubasi selama 24 jam dengan suhu 300C.
3.3.1. Complete Test
Tahap kedua yaitu complete test sediakan 6 tabung
reaksi yang di dalamnya terdapat tabung durham yang berisi
Ec Broth. BCPT 100 dimasukan ke masing-masing tabung Ec
Broth 100. Begitu juga dengan BCPT 10-1 dan BCPT 10-2.
Kemudian di inkubasi selama 24 jam dengan suhu 300C.
Gambar 1. Prosedur Percobaan Pemeriksaan Air
10-1
10-1
10-2
10-0
10-2
10-0
10-0
10-1
10-2
PCA inkubasi selama 24 jam pada suhu 370 CBCPG dan BCPT inkubasi selama 48 jam pada suhu 370 C
Ket :indikator adanya gas adalah dengan adanya gelembung udara pada tabung durham sedangkan indikator adanya asam adalah BCPT dan BCPG yang asalnya berwarna ungu akan berubah warna menjadi kuning.
Gambar 2. Prosedur Percobaan Pemeriksaan Air(Presumtive Test)
Ket : Bila salah satu tabung hanya gas atau asam saja yang positif
Gambar 3. Prosedur Percobaan Pemeriksaan Air(Complete Test)
Jika hasilnya positif, lanjutkan dengan pewarnaan gram
Ket : EMBA (+) jika warna biru metalik
ENDO (+) jika warna merah metalik
Gambar 4. Prosedur Percobaan Pemeriksaan Air(Confirmed Test)
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan
dan (2) Pembahasan.
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Presumtive Test
a. Sampel = Air Rajawali
T Inkubasi = 370C
t Inkubasi = 24 jam
Gambar 5. Hasil Pengamatan Air (Presumtive Test)
Dari tahap Presumtive Test dihasilkan ∑ koloni /ml adalah
sebesar 3200 CFU/ml.
b. Presumtive Test
Sampel = Air Rajawali
T Inkubasi = 370C
t Inkubasi = 48 jam
Tabel 3. Pemeriksaan Air Pada Inkubasi suhu 37ºC Selama 48 jam
Tabung
BCPG
100
BCPG 100
BCPT 10-
1BCPT 10-
2
A G A G A G A G
1 + + + + + + - +
2 + + + + + + - +
3 + + + + + + - +
(Sumber : Komalasari, Meja 7, Kelompok 1, 2010)
4.1.2. Confirmed Test
Sampel = Air Rajawali
T Inkubasi = 370C
t Inkubasi = 24 jam
Gambar 6. Hasil Pengamatan Air (Comfirmed Test)
4.1.3. Complete Test
Sampel = Air Rajawali
T Inkubasi = 370C
t Inkubasi = 48 jam
Tabel 4. Pemeriksaan Air Pada Inkubasi suhu 37ºC Selama 48 jam
TabungEc Broth Ec Broth Ec Broth
A G A G A G
1 + + + + + +
2 + + + + + +
3 + + + + + +
Tabel MPN 3 3 3
(Sumber : Komalasari, Meja 7, Kelompok 1, 2010)
Dari tahap Complete Test dihasilkan MPN/ml adalah sebesar
239 MPN/ml.
4.2. Pembahasan
Pada tahap presumtive test menunjukan air di daerah
Rajawali mengandung sejumlah bakteri sebesar
3200 CFU/ml. Uji pendugaan (presumptive test)
dilakukan untuk menduga keberadaan bakteri koli dalam suatu
sampel air. Uji dilakukan dalam medium fermentasi kaldu
laktosa (laktosa broth) yang berisi tabung Durham. Uji
dinyatakan positif bila terbentuk gas pada tabung Durham,
karena bakteri koli mampu memfermentasikan laktosa dengan
menghasilkan gas yang merupakan khasnya. Uji pendugaan
dapat menunjukkan kuantitas mikroorganisme koli yang
merupakan jumlah perkiraan terdekat (MPN : Most Probable
Number). MPN didapatkan dengan menghitung jumlah tabung
positif dari tiap seri setelah 24 jam inkubasi pada suhu 37°C.
Pada tahap confirmed test dan telah tercemar oleh
bakteri Escherichia coli. Uji penegasan atau penentu
(confirmed test) Konfirmasi dari uji pendugaan perlu dilakukan,
karena nilai positif (gas) dari uji pertama dapat juga
merupakan reaksi dari bakteri non koli yang bukan indicator
pencemar fekal. Uji penentu memerlukan medium selektif atau
diferensisal, misalnya BGLB (Brilliant Green Lactose Broth)
dengan dilengkapi tabung Durham, EMB (Eosin Metylen Blue)
atau endo agar. Syarat uji bernilai positif sama dengan uji
pendugaan. Bila pada tahap ini di dalam kultur uji masih
terbentuk gas, maka sampel air dinyatakan tidak layak minum.
Pada complete test terdapat sejumlah koloni dalam
sampel air yang berasal dari daerah Rajawali adalah sebesar
239 MPN/ml. Uji pelengkap (completed test)
Uji ini merupakan analisis akhir dari sampel air untuk
mendeteksi keberadaan bakteri koli fekal. Pengujian
selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk
menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang
berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan ke dalam medium
kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar (NA),
Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya
coliform dalam 100 ml air minum. Akan tetapi United States
Enviromental Protection Agency (USEPA) lebih longgar
persyaratan uji coliform-nya mengingat coliform belum tentu
menunjukkan adanya kontaminasi feses manusia, apalagi
adanya patogen. Usepa mensyaratkan presence/absence test
untuk coliform pada air minum, dimana dari 40 sampel air
minum yang diambil paling banyak 5% boleh mengandung
coliform. Apabila sampel yang diambil lebih kecil dari 40,
maka hanya satu sampel yang boleh positif mengandung
coliform. Meskipun demikian, USEPA mensyaratkan pengujian
indikator sanitasi lain seperti protozoa Giardia lamblia dan
bakteri Legionella.
Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat
perbedaan persyaratan coliform dan Escherichia coli. Air
untuk kolam renang (primary contact water) misalnya
mensyaratkan kandungan coliform <2,4 x 103, tetapi syarat
Escherichia coli tentunya lebih ketat, yaitu < 1 x 103 dalam
100 ml.
Air Rajawali terdapat sejumlah bakteri sehingga air
Rajawali tidak layak untuk dikonsumsi. Berdasarkan hasil
pengamatan didapatkan bahwa air Rajawali tidak layak untuk
dikonsumsi karena sudah tercemar bakteri Escherichia coli.
Escherichia coli adalah salah satu bakteri indikator
sanitasi. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang
keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau
makanan tersebut pernah tercemar oleh feses manusia.
Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri
yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi,
adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan
bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau
makanan pernah mengalami kontak dengan feses yang
berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin
mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa air dari
daerah Rajawali tidak layak untuk dikonsumsi, karena
persyaratan air minum jumlah koliformnya sebesar 10 MPN
dan termaksud kelas C katagori jelek dengan jumlah koliform
anatara 101-1000 dengan nilai MPN/100ml sebesar 239 MPN.
Sehingga tidak layak untuk dikonsumsi lebih cocok digunakan
untuk air pencuci.
Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah
tangga : untuk air minum, air mandi, dan keperluan lainnya,
harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan sesuai
peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan
nasional atau setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di
Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam
peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Men.Kes/Per/VIII/77
dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di
dalamnya harus sesuai. Kualitas air tersebut menyangkut : a)
Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau
dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya
bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di
dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari
buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air
dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air
buangan. b) Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion
senyawa ataupun logam yang membahayakan, di samping
residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti
antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-
senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan
berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya
perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti
Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam
air.
c) Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba
patogen (penyebab penyakit, terutama penyakit perut),
pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil toksin.
Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan
mengandung laktosa, eosin dan metilen. Berfungsi untuk
memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S.
aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Medium tersebut
mengandung sukrosa karena kemempuan bakteri koli yang
lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa.
ENDO Agar adalah media padat (solid plating media),
digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang hidup di usus.
Media ini mengandung natrium sulfit dan basic fuchsin´ yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif. Asam
yang dihasilkan dari perombakan laktosa dapat dideteksi
dengan asetaldehida dan natrium sulfit.
V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan
(2) Saran.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa
pada tahap presumtive test menunjukan air di daerah Rajawali
pada mengandung sejumlah bakteri sebesar
3200 CFU/ml pada tahap confirmed test telah tercemar oleh
bakteri Escherichia coli. Pada complete test terdapat sejumlah
koloni dalam sampel air yang berasal dari daerah
Rajawaliadalah sebesar 239 MPN/ml. sehingga air Rajawali
tidak layak untuk dikonsumsi.
5.2. Saran
Percobaan pemeriksaan air perlu diperhatikan kebersihan
alat dan bahan yang akan digunakan serta dalam
pengerjaannya harus aseptis dan dalam pengerjaannya
dibutuhkan ketelitian dalam memasukkan biakan ke dalam
masing-masing tabung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2010), Mencegah Kontaminasi Silang dalam Industri Jasa Boga, http://kulinologi.com, akses : 4 Januari 2011.
Anonim, (2010), parameter-air-minum. http://bukanfarid.blogspot.com, akses : 4 Desember 2010.
Fardiaz, Srikandi ,(1992), Mikrobiologi pangan 1, Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hefni Effendi, (2003), Telaah Kualitas Air, Yogyakarta : Kanisius.
Kusnaedi, (2004), Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum, Jakarta : Puspa Swara.
Moh Soerjani, Rofiq Ahmad dan Rozy Munir, (1997), Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan, Jakarta : Universitas Indonesia.
SNI, 2002, Air minum dalam Kemasan, Departemen Kesehatan RI Pelayanan Medik dan Laboraturium Kesehatan.
Sutejo P dan Eling P, (2003), Prinsip Dasar-Dasar Lingkungan, Surabaya :Airlangga University Press.
Sutrisno, Totok C, (2004), Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta : Rineka Cipta.
Totok Sutrisno, dan Eni S, (1996), Air untuk Masa Depan, Jakarta : Rineka Cipta.
Wilda, (2009), Uji-Mikrobiologi-Air. http://wildablog.blogspot.com, akses : 17 Desember 2010.
PEMERIKSAAN AIRDAERAH RAJAWALI, BANDUNG
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Praktikum Mikrobiologi Pangan Jurusan Teknologi Pangan
Oleh:
Nama : KomalasariNRP : 093020018Kelompok : 1 (Satu)Meja : 7 (Tujuh)Asisten : Mamay Somantri
JURUSAN TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDANBANDUNG
2010
LAPORAN UTAMA
LAMPIRAN PERHITUNGAN
4.1.1. Presumtive Test
a. Sampel = Air Rajawali
T Inkubasi = 370C
t Inkubasi = 24 jam
Gambar 5. Hasil Pengamatan Air (Presumtive Test)
Dengan syarat :
1. Jika ∑ koloni ≤ 30, maka ambil yang paling pekat
2. Jika 30 ≤ ∑ koloni ≤ 300, maka mengunakan rumus :
A = ∑ koloni / pengenceran terbesar
∑ koloni / pengenceran terkecil
A < 2, maka ambil rata-rata
A > 2, maka ambil yang paling pekat
3. Jika ∑ koloni ≥ 300, maka ambil yang paling encer
∑ koloni / ml = ∑ koloni
Pengenceran terkecil
= 320
10-1
= 3200 CFU/ml
b. Presumtive Test
Sampel = Air Rajawali
T Inkubasi = 370C
t Inkubasi = 48 jam
Tabel 3. Pemeriksaan Air Pada Inkubasi suhu 37ºC Selama 48 jam
Tabung
BCPG
100
BCPG 100
BCPT 10-
1BCPT 10-
2
A G A G A G A G
1 + + + + + + - +
2 + + + + + + - +
3 + + + + + + - +
(Sumber : Komalasari, Meja 7, Kelompok 1, 2010)
Keterangan :
A (+) = warna ungu berubah menjadi kuning
G (+) = ada gelembung di tabung durham
4.1.2. Confirmed Test
Sampel = Air Rajawali
T Inkubasi = 370C
t Inkubasi = 24 jam
Gambar 6. Hasil Pengamatan Air (Confirmed Test)
Keterangan :
EMBA (+) jika warna biru metalik
ENDO (+) jika warna merah metalik
4.1.3. Complete Test
Sampel = Air Rajawali
T Inkubasi = 370C
t Inkubasi = 48 jam
Tabel 4. Pemeriksaan Air Pada Inkubasi suhu 37ºC Selama 48 jam
TabungEc Broth Ec Broth Ec Broth
A G A G A G
1 + + + + + +
2 + + + + + +
3 + + + + + +
Tabel MPN 3 3 3
(Sumber : Komalasari, Meja 7, Kelompok 1, 2010)
Keterangan :
Bila ada suatu tabung hanya gas atau asam saja yang (+)
maka dianggap positif
MPN/ml = 23,9 x 1
10-1
= 239 MPN/ml