Laprak Uji Keton Dalam Urin
-
Upload
febrilianti-kusuma-wardhani -
Category
Documents
-
view
270 -
download
32
description
Transcript of Laprak Uji Keton Dalam Urin
Uji keton dalam urin
1.Tujuan
Untuk mengetahui adanya zat zat keton dalam urin
2. Alat dan Bahan
Antara lain:
sampel urin Kristal ammonium sulfat
Natrium nitroprusida Amonium hidroksida pekat
larutan aseton 1% aquades
tabung reaksi 3 buah rak tabung reaksi
sendok pipet
3. Cara Kerja
a. siapkan semua alat dan bahan
b. taruh ketiga sampel tersebut (5ml urin, larutan aseton 1% 5ml, aquades 5ml) pada tabung
reaksi. Ingat, satu sampel satu tabung
c. tambahkan ketiga sampel tadi dengan Kristal amonium sulfat sampai jenuh
d. tambahkan 2-3 tetes natrium nitroprusida dan 2ml amonium hidroksida pekat melalui dinding
tabung pada ketiga sampel tadi
e. aduk ketiga sampel tersebut dan lihat hasilnya
4. Hasil Pengamatan
Sampel Urin Aseton 1% Akuades
Hasil Terdapat cincin warna
orange kekuningan (-)
Terdapat kompleks warna putih (-)
Tetap bening, tidak ada
perubahan warna (-)
Gambar
Kesimpulan:
Dari ketig percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketiga sampel tersebut tidak
menghasilkan komplek warna ungu yang menandakan adanya kandungan keton, ketiganya bisa
dikatakan negative (-) mengandung keton. Tetapi berdasarkan teori, dalam larutan aseton 1%
seharusnya membentuk kompleks warna ungu (+), sedangkan dalam percobaan di atas larutan
aseton bernilai negative (-). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh lamanya waktu pencampuran.
5. Dasar Teori
Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam
β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asamlemak yang
berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat d i g u n a k a n
u n t u k m e n g h a s i l k a n e n e r g i y a n g d i s e b a b k a n o l e h :
g a n g g u a n metabolisme karbohidrat (missal diabetes mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya
a s upan ka rboh i d ra t ( ke l apa ran , d i e t t i dak s e i mbang : t i ngg i l ema k –
r endah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal),
atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk
dibakar.
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehinggadapat
menghabiskan cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan
asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50
mg/dl.Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun,
kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atu serum, kemudian baru urin. Ketonuria
(keton dalam urin) terjadi akibat ketosis. Benda keton yangdijumpai di urine terutama adalah aseton
dan asam asetoasetat.
Uji badan keton dengan menggunakan Rothera’s test biasanya dilakukan untuk menegakan
diagnosis penyakit Diabetes Mellitus. Biasanya pengujian dilakukan dengan menggunakan tambahan natrium
nitroprusida. Natriun nitroprussida dalam suasana alkalis dapat mereduksi aseton dan asam
as e toa se t a t m enghas i l kan wa rna ungu . Te s i n i s anga t pe ka t e rha dap a s e ton
dan asetoasetat, namun tidak dapa t digunakan untuk mendeteksi asam beta hidroksibutirat. Maka, dalam
pengujian ini, jika didapatkan kompleks warna ungu pada sampel maka hasilnya positif, jika tidak maka
negative.
Uj i ke t on pos i t i f da pa t d i j umpa i pada : As idos i s d i a be t i c
( ke toa s i dos i s ) , kelaparan atau malnutrisi, diet rendah karbohidrat, berpuasa,
muntah yang berat, pingsan akibat panas, kematian janin. Pengaruh obat : asam askorbat,
senyawalevodopa, insulin, isopropil alkohol, paraldehida, piridium, zat warna yang digunakan
untuk berbagai uji (bromsulfoftalein dan fenosulfonftalein).
Tidak adanya perubahan warna menjadi ungu menandakan hasil negative.Hasil negative
artinya urin sampel tidak mengandung aseton dan asetoasetat. Hasilini tidak dapat
memastikan sampel tidak menderita Diabetes Mellitus, karena aseton terbanyak
yang diproduksi tubuh adalah asam beta hidroksibutirat yang tidak dapat diuji pada tes
ini.Selain itu terdapat juga beberapa faktor-faktor pengganggu yang dapat
mempengruhi hasil tes yaitu Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak
dapatmenyebabkan temuan positif palsu. Urin disimpan pada temperature ruangan dalam waktu yang lama
dapat menyebabkan hasil uji negaif palsu. Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan
asam asetoasetat.
DAFTAR PUSTAKA
Murray, R. F., 2008.Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran EGC: JakartaPoedjadi, A. 2009.Dasar-Dasar Biokimia.UI Press: Jakarta.PKFK UGM. 2002.Tuntunan Praktikum Patologi Klinik; Analisis Urin: LaboratoriumPatologi klinik FK UGM: Yogyakarta.WHO. 2000,Guidelines on Standard Operating Procedures For Clinical Chemistr y,regional Office for South-East Asia: New Delhi.