LAPRAK 1 RESPIRASI

15
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN PENYESUAIAN HEWAN POIKILOTERMIK TERHADAP OKSIGEN LINGKUNGAN Disusun oleh: Kelompok 6 Hani Ekatayu Bachri (1113016100036) Dian Rahmawati (1113016100044) Windy Dwi Jayanti (1113016100048) Indah Chairunnisa (1113016100050) Mazidah Qurrotu Aini (1113016100053) PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

fisiologi hewan

Transcript of LAPRAK 1 RESPIRASI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWANPENYESUAIAN HEWAN POIKILOTERMIK TERHADAP OKSIGEN LINGKUNGAN

Disusun oleh:Kelompok 6Hani Ekatayu Bachri (1113016100036)Dian Rahmawati (1113016100044) Windy Dwi Jayanti (1113016100048)Indah Chairunnisa (1113016100050)Mazidah Qurrotu Aini (1113016100053)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAMFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA2015A. JUDUL PRAKTIKUM: Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Oksigen Lingkungan

B. TANGGAL PRAKTIKUM: 20 Maret 2015

C. TUJUAN:1. Adakah pengaruh kandungan oksigen lingkungan terhadap respirasi ikan?2. Bagaimana pengaruh kandungan oksigen di dalam air terhadap respirasi ikan?3. Rentang penyesuaian ikan terhadap kandungan oksigen lingkungan

D. LANDASAN TEORI:Oksigen sangat berperan dalam penyediaan energi yang sangat dibutuhkan untuk proses-proses kehidupan. Sel-sel organisme memperoleh energi dari reaksi-reaksi enzimatis yang sebagian besar memerlukan oksigen yang diperoleh lewat respirasi. Respirasi meliputi dua proses yang penting, yaitu pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara organisme dan lingkungan luar (respirasi eksterna), dan penggunaan oksigen di dalam sel untuk metabolisme molekul organik (respirasi interna). Pada organisme bersel satu pertukaran gas dapat secara langsung lewat permukaan sel, sedang pada organisme tinggi harus melewati suatu organ khusus antara lain paru-paru dan insang. Hewan memerlukan suplay secara terus-menerus untuk respirasi seluler sehingga dapat mengubah molekul bahan bakar yang diperoleh dari makanan menjadi kerja. Hewan juga harus membuang yang merupakan produk buangan respirasi seluler (Campbell, 2005).Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin, dan reproduksi (Fujaya, 1999).Respirasi eksterna dipengaruhi oleh komposisi gas di dalam lingkungan luar organisme yang bersangkutan. Di udara (pada permukaan air laut) kandungan oksigen maksimum adalah 20,95% atau 159 mm Hg. Di dalam air kandungan oksigen sangat dipengaruhi oleh kelarutan oksigen di dalam air. Secara umum kelarutan oksigen di dalam larutan atau air dipengaruhi oleh tekanan partial oksigen di atas permukaan air, suhu air dan kandungan garam di dalam air (Campbell, 2005).Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar (Isniani, 2006).

E. ALAT DAN BAHAN1. Bak plastik/ baskom 2. Thermometer 3. Timbangan/ neraca 4. Panci Gelas piala / Gelas plastik 5. Pengaduk 6. Alat penghitung 7. Gelas ukur 8. Ikan 9. Stop watch

F. LANGKAH KERJA1. Pengaruh kenaikan suhu medium/airLangkah KerjaGambar

a. Memasak air dalam panci

b. Mengisi bak plastik / gelas plastik dengan air suhu kamar, catat suhunya

c. Menimbang ikan yang akan digunakan, kemudian memasukkan ikan ke dalam gelas aqua. Menghitung gerak operkulum selama satu menit. Melakukan sebanyak tiga kali ulangan dan mengambil rata-ratanya

d. Menaikan suhu air sebesar 3oC, dengan cara menuangkan air panas ke dalam bak air sedikit demi sedikit ( jangan sampai terkena ikannya) sampai tercapai suhu yang dikehendaki. enghitung gerak operkulum per menit ( 3 ulangan )

e. Suhu air dimasukan terus hingga keseimbangan ikan mulai tidak normal

2. Pengaruh penurunan suhu medium/airLangkah kerjaGambar

a. Cara kerja sama seperti langkah kerja satu

b. Menurunkan suhu dilakukan dengan memasukan es ke dalam bak samapi tercapai suhu yang dikehendaki ( interval suhu juga 3oC )

c. Penurunan suhu dihentikan apabila ikan sudah mulai kelihatan tidak seimbang

G. HASIL PENGAMATANI. Tabel Hasil Pengamatan Gerak Operkulum pada Suhu KamarMenggunakan ikan 1 dan ikan 2Massa ikan 1 dan ikan 2: 6,8 gramIkan 1Suhu27C

Gerakan Operkulum ikan tiap 2 menit116 kali120 kali203 kali

Rata-rata146 kali

Ikan 2Suhu27C

Gerakan Operkulum ikan tiap 2 menit114 kali122 kali135 kali

Rata-rata123 kali

I. Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Kenaikan SuhuMedium Air PanasMenggunakan jenis ikan 1No2 menit ke-SuhuBanyak gerakan operculum

1130C203 kali

2233C147 kali

3336C148 kali

4439C138 kali

Rata-rata150 kali

II. Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Penurunan Suhu Medium Air DinginMenggunakan jenis ikan 2No2 menit ke-SuhuBanyak gerakan operculum

1124C298 kali

2221C160 kali

3318C136 kali

4415C126 kali

Rata-rata180 kali

H. ANALISIS DATA

I. PEMBAHASANPada praktikum pertama, kami melakukan percobaan penyesuaian hewan poikilotermik terhadap oksigen lingkungan. Hewan poikilotermik yamg kami gunakan dalam praktikum adalah Pisces (Ikan). Adapun salah satu tujuan dari praktikum kali ini adalah mengetahui pengaruh kandungan oksigen lingkungan terhadap respirasi ikan.Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami pada suhu ruangan 270C dengan jangka waktu satu menit dan diulang sebanyak tiga kali yang bertujuan mendapatkan data yang lebih akurat, Ikan I dengan rata-rata gerak operkulum 146 kali dan Ikan II rata-rata gerak operculum 123 kali. Tujuan dari diambilnya dua spesies yang sama ini untuk membandingan hasil yang didapatkan. Perbedaan hasil yang disebabkan oleh aktivitas ikan yang berbeda. Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan sangat berbeda karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak membutuhkan oksigen langsung dari udara sedangkan oksigen dalam air tidak terlalu berpengaruh pada kehidupannya. Adapun faktor lain yang menyebabkan persentase pengambilan O2di udara berfluktuasi mungkin dikarenakan kesalahan praktikan dalam menghitung gerakan operculum dari ikan dalam setiap interval waktu satu menit.Pengamatan pengaruh kenaikan suhumedium air panas kami gunakan Ikan I karena cenderung lebih aktif dari ikan II. Kami melakukan setiap menit dinaikkan suhunya sebesar 30C sampai keseimbangan ikan tidak normal. Pada suhu ruangan 270C menjadi 300C ikan mengalami pergerakan operculum sebanyak 203 kali. Selanjutnya suhu 300C menjadi 330C ikan mengalami pergerakan operculum sebanyak 147 kali. Pada kenaikan suhu ketiga yaitu 330C menjadi 360C sebanyak 148 kali pergerakan perculum. Pergerakan operculum keempat menunjukan keseimbangan ikan sudah tidak normal dengan suhu 360C menjadi 390C, ikan terlihat sangat lemah, pergerakan operculum yang dihasilkan sebanyak 138 kali. Adapun rata-rata pergerakan operculum yang didapat yaitu 150 kali. Pengamatan pengaruh penurunan suhumedium air dingin kami gunakan Ikan II karena ikan I sudah mengalami ketidak seimbangan. Kami melakukan setiap menit diturunkan suhunya sebesar 30C sampai keseimbangan ikan tidak normal. Pada suhu ruangan 270C menjadi 240C ikan mengalami pergerakan operculum sebanyak 298 kali. Selanjutnya suhu 240C menjadi 210C ikan mengalami pergerakan operculum sebanyak 160 kali. Pada kenaikan suhu ketiga yaitu 210C menjadi 180C sebanyak 136 kali pergerakan perculum. Pergerakan operculum keempat menunjukan keseimbangan ikan sudah tidak normal dengan suhu 180C menjadi 150C, ikan terlihat sangat lemah, pergerakan operculum yang dihasilkan sebanyak 126 kali. Adapun rata-rata pergerakan operculum yang didapat yaitu 180 kali.Dari perbedaan data yang didapatkan pada suhu panas dan dingin menunjukkan bahwa ikan termasuk kedalam hewan poikilotermik. Poikilotermikadalah hewan yangsuhutubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar.

J. KESIMPULAN:Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan dan diperoleh hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa:1. Kandungan oksigen pada lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap respirasi ikan, pada keadaan lingkungan tertentu yang bukan tempat habitat ikan tersebut akan sangat mempengaruhi laju respirasi nya.2. Pengaruh kandungan oksigen di air seperti pada hasil pengamatan, gerakan operkulum pada ikan semakin sering kemudian melemah pada setiap suhu dinaikkan dan diturunkan, hal ini menyebabkan kandungan oksigen yang ada di lingkungan ikan tersebut tidak sesuai dengan habitat aslinya.3. Adanya penurunan temperatur, maka terjadi penurunan metabolisme pada ikan yang mengakibatkan kebutuhan O menurun.

K. DAFTAR PUSTAKACampbell, et.all. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga. 2005.Fujaya, Yushinta. Fisiologi Ikan. Jakarta : P.T Rineka Cipta. 2004.Isniani, Wiwi. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius. 2006.Anonim. http://www.anakunhas.com/2011/07/sistem-pernapasan-pada-ikan.html. 2011Diakses pada tanggal 31 Maret 2015 pukul 14.25 WIBMuhammad Alfiansyah. http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-pisces.html. 2011Diakses pada tangal 31 Maret 2015 pukul 15.45 WIB

DISKUSI

1. Pada kegiatan ini perubahan kandungan oksigen lingkungan dikendalikan oleh perubahan suhu lingkungan. Apakah perubahan suhu tidak berpengaruh terhadap proses fisiologis di dalam tubuh ikan? Jelaskan!2. Bandingkan hasil kegiatan 1 dan kegiatan 2!

Hasil Diskusi1. Suhu dapat berpengaruh terhadap proses fisiologis di dalam tubuh ikan. karena Ikan memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit. Ikan akan mengalami stres manakala terpapar pada suhu di luar kisaran yang dapat ditoleransi. Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen. Dalam percobaan dapat dilihat dari keadaan ikan pada suhu panas ataupun dingin yang menyebabkan perubahan gerak operculum pada ikan dan juga dapat menyebabkan ikan menjadi lemas atau tidak terkendali.2. Kegiatan 1Medium Air PanasNo2 menit ke-SuhuBanyak gerakan operkulum

1130C203 kali

2233C147 kali

3336C148 kali

4439C138 kali

Rata-rata150 kali

Kegiatan 2Medium Air DinginNo2 menit ke-SuhuBanyak gerakan operkulum

1124C298 kali

2221C160 kali

3318C136 kali

4412C126 kali

Rata-rata180 kali

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa perbandingan dari kegiatan 1 dan kegiatan 2 yaitu, pada kegiatan 1 yang dilakukan pada medium air panas, terlihat bahwa gerakan operkulum ikan semakin melambat, akibat dari perubahan suhu yang lebih tinggi dari suhu yang sebelumnya. Namun, pada saat suhu dinaikkan terlihat bahwa ikan tersebut melakukan penyesuaian diri dengan memperlihatkan kestabilan gerakan operkulum pada saat suhu air dinaikkan kembali. Pada kegiatan 2 dilakukan pada medium air dingin, dari data pengamatan diketahui bahwa semakin rendah suhu airnya, banyaknya gerakan operkulum pada ikan pun akan semakin melambat. Dan dilihat dari rata-rata gerak operkulum ikan menunjukkan bahwa gerakan operkulum pada kegiatan 2 yang menggunakan medium air dinginlah yang paling banyak, yaitu 180 kali, dibandingkan pada kegiatan 1 yang menggunakan medium air panas yang menghasilkan rata-rata banyak operkulum 10 kali. Dapat diketahui bahwa semakin rendah suhu, maka semakin cepat gerakan renang ikan dan semakin cepat pula gerakan operkulum sebagai respon suhu rendah, dimana korelasi ini tidak ditemui pada perlakuan pada suhu panas