Lap.praktikum Anor II Anggi
-
Author
anggi-solehah -
Category
Documents
-
view
140 -
download
5
Embed Size (px)
Transcript of Lap.praktikum Anor II Anggi

LAPORAN tetap praktikum
KIMIA ANORGANIK II
Oleh:
ANGGI SOLEHAHNIM: G1C 008 003
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM2010

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan tetap praktikum Kimia Anorganik II ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Kimia Anorganik II
Disetujui pada tanggal: 15 Desember 2010
Mengetahui:
Coordinator
Dwi Arif Sulistiono
NIM. G1C 007 008
Acara I
Husnul Khotimah
NIM.G1C 007 011
Acara II
Nuraini Yusuf
NIM. G1C 007 029
Acara III
Febritania Wardani
NIM. G1C 007 009 Acara V
Acara IV
Sumarni
NIM. G1C 007 039
Taufik Abdullah
NIM. G1C 007 043
Silfiarini Pramita
NIM. G1C 007 036

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kami nikmat kesehatan dan ilmu
pengetahuan sehingga kami dapat membuat laporan tetap praktikum Anorganik II ini.
Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir semester untuk mata
kulpiah Anorganik II. Adapun isi dari laporan ini adalah kumpulan dari laporan-laporan
mingguan praktikum Anorganik II yang meliputi ; praktikum Pemurnian NaCl,Pembuatan
AlK(SO4)2.12H2O, Kimia Mangan, Pembuatan Kristal CUSO4.5H2O dan Pembuatan garam
Kompleks dan Garam rangkap dari tembaga. Kami sadar sebagai penulis bahwa tulisan ini
tidak luput dari kekurangan, sehingga apabila ada kesalahan dalam laporan kami ini, mohon
dimaklumi. Mengingat kami masih dalam proses pembelajaran dalam membuat laporan ini.
Selamat membaca................
Mataram, 14 Desember 2010
Hormat kami,
Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................................
PEMURNIAN NaCl..............................................................................................................
PEMBUATAN AlK(SO4)2.12H2O .......................................................................................
KIMIA MANGAN................................................................................................................
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP DARI TEMBAGA ..
PEMBUTAN KRISTAL TEMBAGA (II) SULFAT............................................................

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK II
PEMURNIAN NaCl
Oleh:
ANGGI SOLEHAHNIM: G1C 008 003
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM2010

PERCOBAAN I
PEMURNIAN NaCl
A. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan : Memahami prinsip Pemurnian dan Pengkristalan garam NaCl.
Waktu : Senin, 8 November 2010.
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Fakultas MIPA Universitas Mataram.
B. Landasan Teori
Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5oC.
Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam
seluruhnya dalam pelarut naftal atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air
membentuk natrium hidroksida dan hidrogen. Dalam garam-garamnya natrium berada
sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ini membentuk larutan tak berwarna,
hampir semua garam natrium larut dalam air, merkuri (I) klorida (HgCl2), perak klorida
(AgCl), timbal klorida (PbCl2), tembaga (I) klorida (CuCl2), bismuth oksiklorida (BiOCl)
dan merkuri (I) oksiklorida (HgOCl2), tak larut dalam air (Vogel, 1979).
Natrium klorida adalah garam ionik dari logam Na. Senyawa ini banyak
terkandung dalam air laut dan batuan garam seperti karnalit (NaCl.MgCl.6H2O) yang
merupakan hasil penguapan air laut dalam jangka waktu geologis. Danau garam di Utah
dan laut mati di Israel merupakan contoh dari penguapan yang masih berlangsung
(Cotton, 1989 :251).
Walaupun kelarutan ion itu tertentu, dapat juga berkurang bila di dalam larutan
memiliki ion sejenis dari senyawa lain yang disebut dengan pengaruh ion sejenis
contohnya kelarutan AgCl akan lebih kecil di dalam larutan yang mengandung ion Ag+
atau Cl- dari senyawa lain. Seperti AgNO3 dan NaCl. Hal ini disebabkan oleh adanya ion
sejenis yang menggeser kesetimbangan AgCl ke arah reaktan. Sehingga kelarutan akan
berkurang. Dengan menggunakan Ksp, dapat dihitung kelarutan senyawa dalam larutan
bergantung pada jumlah totalnya, tanpa membedakan asalnya (Syukri, 1999 : 440).

C. Alat dan Bahan
1. Alat
Gelas kimia
Gelas ukur
Neraca analitik
Batang pengaduk
Cawan penguapan
Pipa T
Penutup karet
Erlenmeyer
Pipet tetes
statif
2. Bahan
Garam dapur
H2SO4
Aquades
D. Cara Kerja
50 gram garam dapur
Digerus terlebih dahulu
Dilarutkan sedikit demi sedikit ke dalam 100 mL
aquades sampai diperoleh larutan jenuh
Dicatat berapa gram garam yang digunakan
Larutan jenuh
Dialirkan gas HCl pelan-pelan sampai terbentuk
butiran endapan (gas HCl dibuat dengan reaksi antara
garam dapur dengan H2SO4 pekat). (± 20 menit)
Hasil (endapan)
Disaring endapan dengan penyaring Buchner
Dicuci endapan dengan sedikit air dingin
Dikeringkan dalam oven pada suhu 200oC.
Hasil
Ditimbang hasil yang diperoleh

E. Hasil Pengamatan
Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
1. Ditimbang 50 gram garam kotor
2. Garam digerus
3. Dilarutkan sedikit demi sedikit hingga
jenuh
4. Dilarutkan gas HCl pelan-pelan
sampai terbentuk endapan
Diperoleh garam 50 gram
Setelah digerus garam menjadi halus
Dilarutkan terbentuk larutan NaCl
jenuh yang keruh
Terbentuk gas HCl yang menyebabkan
terbentuknya endapan seperti bubuk-
bubuk kotor (tidak terbentuk Krista)
Tidak berhasil
F. Analisis Data
1. Persamaan Reaksi
NaCl (s) + H2O Na+(aq) + Cl-
(aq)
2NaCl(s) + H2SO4 Na2SO4 (l) + 2HCl (g)
NaCl kotor + HCl NaCl murni

2. Gambar alat
Keterangan:
1. Statif
2. Selang
3. Erlenmeyer
4. Garam dapur + H2SO4
5. Larutan NaCl jenuh
G. Pembahasan
NaCl merupakan salah satu contoh padatan ionik karena tersusun atas ion-ion
berlawanan muatan yang saling tarik-menarik. Senyawa penyusun NaCl sendiri memiliki
sifat khasnya masing-masing dan sangat berbeda dengan senyawa yang disusunnya.
Pada percobaan ini, dilakukan pemurnian NaCl dengan mengalirkan gas HCl
pada larutan NaCl jenuh. Pemurnian NaCl tidak dilakukan dengan air laut melainkan
dengan mengalirkan gas HCl dikarenakan oleh pada air laut terdapat senyawa lain seperti
MgCl2. Pertama-tama pada percobaan ini dilakukan dengan pembuatan larutan jenuh
NaCl. Lalu larutan jenuh tersebut dialirkan gas HCl. Gas HCl dapat dibuat dengan
mereaksikan NaCl dengan H2SO4 pekat. Pada waktu mereaksikan H2SO4 pada NaCl,
dilakukan dengan cara berhati-hati. Adanya gas HCl ditandai dengan adanya gelembung
gas pada larutan NaCl jenuh dan adanya bau yang menyengat. Setelah diamati terbentuk
endapan pada dasar Erlenmeyer yang berisi larutan jenuh. Didiamkan hingga 1 hari,
endapan tersebut semakin banyak.
Pemisahan dengan cara ini didasarkan oleh kelarutan. Oleh konsep kelarutan
NaCl dengan ion sejenis dari HCl yang menyebabkan NaCl dari larutan jenuh tersebut

mengendap. Hal ini disebabkan oleh kesetimbangan pada reaksi bergeser ke arah reaktan.
Setiap senyawa mempunyai harga kelarutan yang berbeda-beda seperti terjadi pada NaCl
dan MgCl2. Perbedaan ini dapat memisahkan kedua senyawa itu.
Pada percobaan kali ini, tidak diperoleh Kristal NaCl seperti yang diharapkan.
Endapan yang diperoleh tidak mengkristal melainkan berbentuk seperti bubukan-bubukan
debu yang berwarna coklat. Kesalahan pada praktikum kali ini dapat disebabkan oleh
larutan jenuh yang digunakan terdapat banyak pengotor yang menyebabkan NaCl tidak
terbentuk (Kristal tidak bentuk). Hal yang dapat menyebabkan kesalahan dalam
praktikum adalah larutan. NaCl yang dibuat terlalu jenuh. Bukan hanya itu, kesalahan
juga bisa terjadi karena gas HCl yang terbentuk tidak seluruhnya mengaliri larutan NaCl
jenuh. Semua hal yang menjadi kesalahan tersebut di atas dapat menjadi pelajaran agar
pada praktikum berikutnya lebih memperhatikan hal-hal tersebut di atas dalam
pelaksanaannya.
H. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. NaCl merupakan salah satu bentuk padatan ionik
2. Pemurnian NaCl tidak dilakukan penguapan air laut dikarenakan oleh air laut
mengandung senyawa lain seperti MgCl2.
3. Gas HCl dibuat dengan mereaksikan garam dapur (NaCl) dengan H2SO4 pekat.
4. Adanya gas HCl ditandai dengan adanya gelembung pada larutan jenuh NaCl dan
adanya bau yang menyengat.
5. Pemisahan yang dilakukan pada pemurnian NaCl tersebut didasarkan pada kelarutan.
6. Pada praktikum kali ini tidak terbentuk Kristal NaCl murni dikarenak oleh salah
satunya adalah karena adanya pengotor.

DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F. Albert dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik. Jakarta : UI Press.
Syukri. 1999. Kimia Dasar II. Bandung : ITB press.
Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif f Makro dan Semimakro. Jakarta :
Kalman Media Pustak

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK II
PEMBUATAN AlK(SO4).12H2O
Oleh:
ANGGI SOLEHAHNIM: G1C 008 003
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM2010

PERCOBAAN III
PEMURNIAN AlK(SO4)2.12H2O
A. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan : - Memahami beberapa aspek tentang unsur aluminium
- Membuat tawas
Waktu : Senin, 8 November 2010.
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Fakultas MIPA Universitas Mataram.
B. Landasan Teori
Aluminium, Al merupakan anggota golongan IIIA berada di alam dalam
aluminosilikat di kerak bumi dan lebih melimpah dari pada besi. Mineral aluminium yang
paling penting dalam metalurgi adalah bauksit Alx(OH)3-2x. walaupun Al adalah logam
mulia yang mahal di abad ke-19 harganya jatuh bebas setelah diproduksi dengan jumlah
besar elektrolisis alumina, Al2O3 yang telah dilelehkan dalam krolit Na3AlF6 namun
karena produksinya memerlukan sejumlah besar energi listrik. Sifat aluminium dikenal
dengan baik dan aluminium banyak digunakan dalam keseharian, misalnya untuk koin,
panic, dan kusein. Logam aluminium digunakan dengan kemurniannya lebih dari 99%
dan logam atau paduannya (missal : duralium) banyak digunakan (Saito, 1996 : 112).
Aluminium dibuat dalam skala besar dari bauksit Al2O3.nH2O (n = 1 – 3). Al
dimurnikan dengan pelarutan dalam NaOH aqua dan diendapkan ulang sebagai Al(OH)3
dengan menggunakan CO2. Hasil dehidrasi dilarutkan dalam lelehan kriolit dan
lelehannya pada suhu 800–1000oC dielektrolisis mesti sangat elektropositif, Al
bagaimanapun juga tahan terhadap korosi karena lapisan oksidanya yang kuat dan liat
yang terbentuk pada permukaan aluminium larut dalam asam encer, tetapi dipasifkan oleh
HNO3 pekat. Logamnya dapat bereaksi dengan NaOH panas, halogen dan berbagai non
logam (Cotton, 1989 : 288).
Senyawa tawas merupakan senyawa aluminium yang memiliki rumus molekul
AlK(SO4)2.12H2O. senyawa ini dapat dijumpai dengan mudah dipasaran, bermanfaat
dalam proses penjernihan air dan industri pencelupan dan pewarnaan. Aluminium sulfat
juga dapat dipakai sebagai bahan pemadam kebakaran tipe busa jika dicampurkan dengan
soda NaHCO3. Dalam proses penjernihan air, biasanya tawas dicampur dengan air kapur
Ca(OH)2 dan persamaan reaksi yang terjadi adalah :
Al3+(aq) + SO4
2-(aq) + Ca2+
(aq) + 3OH-(aq) Al(OH)3 (s) + CaSO4 (s)

Produk reaksi berupa glatin yang mampu menyerap kotoran dan zarah bakteri untuk
dibawa mngendap ke dasar tempat air sehingga diperoleh air yang bersih (Sugiarto, 2003
: 44-45).
Kekeruhan air dapat dihilangkan dengan penambahan zat kimia yang disebut
koagulan. Pada umumnya bahan yang seperti tawas (AlK(SO4)2.12H2O), fero sulfat,
polialumium klorida (PAC) dan polielektrolil organic dapat digunakan sebagai koagulan
(Alerts, 1984 : 31).
Ssenyawa tawas digunakan untuk menjernihkan air. Aluminium sulfat ini dengan
kapur membentuk endapan Al(OH)3. Senyawa ini dibuat dengan mereaksikan bauksit
dengan asam sulfat dengan reaksi sebagai berikut :
Al2O3 (s) + 3H2SO4 (g) Al2(SO4)3 (aq) + H2O (l)
Dan bila mengkristal menjadi Al2(SO4)3.18H2O (syukri, 1999 : 631).
C. Alat dan Bahan
1. Alat-alat
Gelas kimia 250 mL
Corong
Pengaduk
Cawan penguapan
Neraca analitik
Gelas ukur 25 mL
Pemanas listrik
Thermometer
2. Bahan-bahan
Padatan K2SO4
Padatan Al2(SO4)3.18H2O
Aquades
Kertas saring

D. Skema Kerja
16,7 gr Al2(SO4)3.18H2O 4,35 gr K2SO4
Dilarutkan dalam
12,5 mL aquades 80oC
Dilarutkan dalam 25 mL
aquades
dicampurkan
Campuran
Dipindahkan campuran ke dalam cawan
penguapan
Didinginkan pada suhu kamar sehingga
terbentuk Kristal
Kristal
Dicuci dengan sedikit air dingin
Dikeringkan dengan kertas saring
Hasil
E. Hasil Pengamatan
Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
1. 16,7 gr Al2(SO4)3.18H2O +
12,5 mL aquades 80oC
2. 4,35 gr K2SO4 + 25 mL
aquades
3. A + B campuran
4. Campuran
dituangkan dikeringkan
disaring
Kristal dicuci
Kristal Kristal murni ditimbang
Al2(SO4)3.18H2O larut dan terbentuk
larutan berwarna agak putih keruh
K2SO4 larut dan terbentuk larutan putih
keruh juga.
Suhu menurun, larutan berwarna putih
dan terdapat endapan
Terbentuk Kristal yang masih terdapat
kotoran
Terbentuk Kristal yang cukup bersih
Hasil penimbangan yang diperoleh =
19,23 gram.

F. Analisis Data
1. Persamaan Reaksi
Al2(SO4)3.18H2O + K2SO4 2AlK(SO4)2.12H2O
2. Perhitungan
Diketahui : berat Al2(SO4)3.18H2O = 16,7 gr
berat K2SO4 = 4,35 gr
berat Kristal = 19,23 gr
Ditanya : % Al2(SO4)3.18H2O = ……?
mol Al2(SO4)3.18H2O = molMr
gr025,0
166
7,16
mol K2SO4 = molMr
gr025,0
174
35,4
persamaan reaksi : Al2(SO4)3.18H2O + K2SO4 2AlK(SO4)2.12H2O
mula-mula : 0,025 0,025
bereaksi : 0,025 0,025 0,05
setimbang : - - 0,05
mol AlK(SO4)2.12H2O = Mr
gr
0,05 = 474
gr
gram = 0,05 x 474
= 23,7 gram (secara teori)
# gram yang terbentuk dalam praktikum = 19,23 gram
% Rendemen = %100xteoriberattawas
percobaanberattawas
= %1007,23
23,19x
= 81,139%

G. Pembahasan
Aluminium merupakan unsur logam yang biasanya dijumpai dalam kerak bumi dan
terdapat dalam batuan seperti felespar dan mika. Al merupakan logam yang kuat, keras,
berwarna putih perak dan sangat elektropositif. Seperti halnya logam-logam yang lain,
aluminium juga membentuk senyawa dengan unsur-unsur lain. Kelas yang terpenting
dalam garam aluminium adalah alum atau lebih dikenal dengan tawas.
Tawas merupakan senyawa agen koagulan untuk mengkoagulasi logam alkali tanah
khususnya logam Ca, dimana Ca akan diendapkan berupa gelatin CaSO4. Tawas
(2AlK(SO4)2.12H2O) dapat dibuat di laboratorium dengan mereaksikan Al2(SO4)3.18H2O
dengan larutan K2SO4. Larutan Al2(SO4)3.18H2O diperoleh dengan mereaksikan
padatannya pada suhu 80oC. pada suhu 80oC kelarutan Al2(SO4)3.18H2O semakin besar.
Pada proses pelarutan, suhu harus tetap dijaga konstan agar proses pelarutan semakin
cepat dan menghindari pengendapan. Berbeda dengan Al2(SO4)3.18H2O, pelaturan K2SO4
hanya dilakukan pada suhu kamar (tanpa pemanasan). Akan tetapi untuk mempercepat
proses pelarutan, larutan dipanaskan perlahan-lahan. Adapun tujuan pelarutan
Al2(SO4)3.18H2O dalam kondisi panas (suhu 80oC) adalah untuk menghilangkan
hidratnya (H2O) atau agar terbebas dari air, pemanasan maksimal dilakukan pada suhu
80oC (tidak boleh lebih dari 80oC) karena apabila suhu yang diberikan lebih dari 80oC
maka akan terjadi hidrolisis dan hasil yang diharapkan tidak akan terbentuk.
Pada pencampuran Al2(SO4)3.18H2O dan K2SO4 sebaiknya dipanaskan secara terus
menerus walaupun diprosedur kerja tidak diperintahkan. Hal ini dilakukan agar Kristal
diperoleh lebih baik dan lebih banyak. Setelah larutan dicampurkan, lalu larutan tersebut
dituangkan dalam cawan penguapan. Larutan tersebut didinginkan pada suhu kamar
sehingga terbentuk Kristal. Kristal yang terbentuk dicuci dengan sedikit air dingin dan
dikeringkan Kristal dengan kertas saring. Kristal yang diperoleh pada percobaan ini
adalah 19,23. Pada pembuatan larutan Al2(SO4)3.18H2O dan K2SO4 masing-masing
terjadi hidrolisis dengan persamaan reaksi :
Al2(SO4)3.18H2O Al3+ + SO42-
K2SO4 K+ + SO42-
Hasil pengionan tersebut akan saling berinteraksi satu sama lain pada saat dicampurkan
dengan persamaan reaksi:
Al2(SO4)3.18H2O + K2SO4 2AlK(SO4)2.12H2O
Adapu alasan mengapa larutan dibuat harus benar-benar jenuh adalah untuk memperoleh
hasil yang maksimal (banyak)

Dari hasil percobaan diperoleh massa tawas adalah sebanyak 19,23 gram. Secara
teori seharusnya massa tawas yang diperoleh adalah 23,7 gram. Sehingga diperoleh %
rendemen adalah 81,139%. Besarnya % rendemen yang diperoleh menunjukkan bahwa
percobaan yang dilakukan cukup berhasil. Adapun % rendemen yang diperoleh tidak
100% dikarenakan oleh adanya pengotor-pengotor pada larutan atau juga karena kurang
telitinya praktikan dalam pembuatan larutan.
H. Kesimpulan
Dari percobaan tersebut di atas, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Aluminium adalah unsur yang biasanya dijumpai di kerak bumi dalam bentuk batuan
felaspar dan mika.
2. Tawas merupakan senyawa agen koagulan untuk mengkoagulasi logam alkali tanah.
3. Tawas (Al2(SO4)3.18H2O) dapat dibuat dengan mereaksikan Al2(SO4)3.18H2O dan
K2SO4.
4. Pemanasan dilakukan pada larutan Al2(SO4)3.18H2O untuk mempercepat kelarutan.
5. Kristal yang terbentuk dalam percobaan kali ini ditimbang sebanyak 19,23 gram.
6. % rendemen yang diperoleh pada percobaan kali ini adalah 81,139%
7. Larutan dibuat benar-benar jenuh agar dapat diperoleh hasil yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Alerts, G dan Santika, S.S.. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional.
Cotton, F.. 1996. Kimia Anorganik. Jakarta : UI Press.
Saito, Taro. 1996. Kimia Anorganik. Tokyo : iwanami Publisher.
Sugiarto, Kristian. 2003. Dasar-dasar Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta. UNY Press.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB Press.

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK II
KIMIA MANGAN
Oleh:
ANGGI SOLEHAHNIM: G1C 008 003
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM2010

PERCOBAAN IV
KIMIA MANGAN
A. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan : Mempelajari pembuatan senyawa mangan (VI), Mangan (III), dan sifat-
sifatnya
Waktu : Senin, 15 November 2010
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Fakultas MIPA Universitas Mataram.
B. Landasan Teori
Mangan merupakn salah satu anggota golongan transisi. Sifat kimia dan fisika
unsur transisi ditentukan oleh konfigurasi elektronnya. Tingkat energi orbital d dan f kulit
terluarnya hampir sama. Sehingga terjadi kombinasi orbital d dan f dalam konfigurasi
elektronnya. Dalam senyawa unsur transisi selalu mempunyai bilangan oksidasi positif
dan nilainya dapat bervariasi dari +1 sampai +8, dan kebanyakan unsur transisi
mempunyai lebih dari 1 bilangan oksidasi. Hal ini berlaku juga pada mangan. Mangan
memiliki bilangan oksidasi dari +2 sampai +7. Tetapi senyawa mangan yang stabil dalam
larutan adalah +2, berupa kompleks Mn(H2O)62+ (Syukri, 1999 : 615 – 623).
Mangan bersifat metalik dengan titik leleh kira-kira 1244oC dan titik didih
1962oC. dalam keadaan murni logam mangan berwarna putih seperti perak, sangat keras
tetapi mudah patah. Mangan mudah teroksidasi oleh udara, bereaksi lambat dengan air.
Untuk memperoleh logam mangan murni, pirolusit diolah menurut proses termit. Dalam
proses ini, pirolusit (MnO2) dipanaskan agar mengalami reduksi sebagian menjadi
Mn3O4. Reaksi lebih lanjut dengan logam aluminium menghasilkan logam mangan yang
dapat dipisahkan sebagai lelehannya. Pemurnian Mn lebih lanjut dilakukan secara
destilasi (Sugiarto, 2001 : 34-36).
Ion mangan (III) diperoleh dengan elektrolitik atau oksidasi persulfat larutan Mn2+
atau dengan reduksi MnO4-. Zat tersebut tidak dapat diperoleh dengan konsentrasi tinggi
karena direduksi oleh air. Mangan juga sangat cenderung untuk terhidrolisis atau
terdisproporsionasi dalam larutan asam lemah. Kompleks mangan (III) dan mangan (IV)
mungkin penting dalam fotosintesis, dimana pengeluaran oksigen tergantung mangan
(Cotton dan Wilkinson, 1989 : 460).
Senyawa mangan (VI) stabil dalam larutan basa dan berwarna hijau. Pada
penetralannya terjadi reaksi disproporsionasi, terbentuk endapan mangan dioksida dan

ion pemanganat. Jika mangan (VI) oksida diolah dengan asam, terbentuk ion mangan (II).
Senyawa mangan (VII) mengandung ion manganat (VII) atau permanganate MnO4-.
Permanganat alkali adalah senyawa yang stabil yang menghasilkan warna lembayun.
Semuanya merupakan zat pengoksidasi yang kuat (Shevla, 1990).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Tabung reaksi besar
Tabung reaksi kecil
Gelas kimia
Pipet volume
Pipet tetes
Corong
Rak tabung reaksi
2. Bahan
KMnO4 0,1 M
KMnO4 0,01 M
NaOH 2 M
H2SO4 encer
H2SO4 pekat
MnSO4 (s)
MnO2 (s)
Aquadest
Kertas saring

D. Skema Kerja
1. Pembuatan senyawa Mangan (VI)
10 mL KMnO4 0,01 M
Tabung I
+ 5 mL NaOH 2 M
+ MnO2
Dikocok (2 menit)
Disaring
Hasil
Tabung II
+ 5 mL H2SO4 encer
+ MnO2
Dikocok (2 menit)
Disaring
Hasil
2. Pembuatan senyawa Mangan (III)
0,5 gr MnSO4
+ 2 mL H2SO4 encer
+ 10 tetes H2SO4 pekat
Didinginkan (dengan air dingin)
+ 5 tetes KMnO4 0,1 M
Hasil
+ 50 mL aquadest
Hasil
E. Hasil Pengamatan
Prosedur kerja Hasil pengamatan
1. Pembuatan Mangan (VI)
a. KMnO4 + H2SO4 encer + MnO2 hasil
b. KMnO4 + NaOH 2M + MnO2 hasil
Hasil disaring filtrat
Filtrate + H2SO4
Larutan berwarna ungu
Terdapat endapan, kertas saring dan
filtrate berwarna ungu
Terbentuk larutan ungu sangat pekat
Kertas saring dan filtrate berwarna ungu
Terbentuk larutan yang memisahkan
hijau di bawah dan merah di atas,
terdapat sedikit endapan

2. Pembuatan Mangan (III)
MnSO4 + H2SO4 encer + H2SO4 pekat
+ KMnO4 hasil
Hasil + 50 mL air hasil
Terbentuk larutan berwarna merah
Terbentuk larutan coklat pekat dan
terdapat endapan
Larutan menjadi coklat tua dan endapan
yang terbentuk hilang
F. Analisis Data
1. Pembuatan mangan (VI)
a. Suasana asam
KMnO4 +NaOH MnO4- + Na+ + KOH
MnO4- + MnO2 MnO4
2- + MnO2
2MnO4- + 3MnO2 + 2H2O 2MNO4
2- + 2MnO2 + 4H+
b. Suasana basa
KMnO4 + H2SO4 K2SO4 + MnO2 + H2O
4MnO4 + MnO2 +H2O 5MnO4- + H+
3MnO42- + 4H+ 2MnO4
- + MnO2 + 2H2O
2. Pembuatan Mangan (III)
MnSO4 (s) + H2SO4 (aq) MnSO4 (aq) + H2SO4 (aq)
MnSO4 (s) + KMnO4 (aq) K2SO4 + MnO4- + Mn3+
4Mn2+ + 2MnO4- + 8H+ 4MnO4
- + 5Mn3+ + 4H2O
G. Pembahasan
Mangan relatif melimpah dan terdapat dalam banyak deposit, terutama oksida,
oksida hidrat atau karbonat. Mangan adalah unsur logam yang tingkat oksidasinya paling
banyak. Tingkat oksidasi terendah dan tertinggi yang terbentuk dari senyawa mangan
yaitu +2 dan +7. Pada percobaan kali ini, akan dilakukan pembuatan mangan dengan
tingkat oksidasi +3 dan +6.
Percobaan pertama yang dilakukan yaitu pembuatan mangan (VI) dengan bahan
dasarnya yaitu KMnO4. Digunakan dua tabung dengan tabung pertama mereaksikan
antara KMnO4, MnO2 dan H2SO4 (asam). KMnO4 yang menjadi bahan dasar yaitu
mempunyai bilangan oksidasi +7 dan merupakan oksidator yang sangat kuat. Namun,

kalium permanganat tersebut tidak stabil dan terurai secara lambat dalam suasana asam.
Pada percobaan menggunakan suasana asam terbentuk warna ungu yang menandakan
bahwa mangan (VI) yang berwarna hijau tidak terbentuk. Hal ini dikarenakan reaksi
pembentukkan ion manganat (MnO2-) lebih mungkin terjadi pada suasana basa dari pada
dalam suasana asam, karena potensial reduksi pembentukkan manganat lebih besar dari
pada suasana basa.
Pada tabung kedua, mereaksikan antara KMnO4, MnO2 dan NaOH (basa). Kalium
permanganat dalam larutan basa merupakan agen pengoksidasi yang sangat kuat. Apabila
kalium permanganat direaksikan secara berlebih dengan basa kuat maka akan terbentuk
ion manganat (MnO2-) yang stabil. Reaksinya :
2MnO4- + 4OH- + MnO2 3MnO4
2- + 2H2O
Reaksi pembentukkan ion manganat (MnO2-) lebih mungkin terbentuk dalam larutan
basa. Hal ini disebabkan oleh besarnya potensial reduksi pembentukkan manganat dalam
suasana basa jauh lebih kecil saat pembentukkan manganat pada suasana asam yaitu
suasana asam Eo pembentukkan MnO2 yaitu +2,26V sedangkan suasana basa yaitu +
0,59V. Pada percobaan yang dilakukan dapat dilihat terbentuknya mangan (VI) dengan
adanya warna hijau pada kertas saring dan filtrate berwarna hijau pula. Filtrate tersebut
lalu direaksikan dengan asam (H2SO4 encer) yang menghasilkan larutan berwarna hijau
yang dianggap mengandung ion planar MnO3+ dan terjadi reaksi disproporsionasi,
terbentuk endapan (sedikit) mangan dioksida atau ion manganat (VII).
Percobaan selanjutnya yaitu pembuatan mangan (III). Ion Mn3+ tidak stabil dalam
air dan mudah tereduksi menjadi Mn2+. Untuk memperoleh mangan (III) tersenut, dapat
direaksikan senyawa yang mengandung Mangan (III) seperti MnSO4 dengan oksidator
kuat seperti KMnO4. Pertama-tama MnSO4 dilarutkan dalam H2SO4 encer sebelum
direaksikan dengan KMnO4. Dalam percobaan ini H2SO4 bertindak sebagai pelarut. Sama
halnya dengan H2SO4 encer, H2SO4 pekat juga merupakan pelarut. Setelah itu barulah
KMnO4 ditambahkan. KMnO4 adalah oksidator yang paling kuat. Mangan (III) berwarna
hijau dalam larutan asam. Namun pada percobaan kali ini, mangan (III) yang terbentuk
berwarna coklat. Hal ini menandakan bahwa percobaan tidak berhasil. Tidak
terbentuknya mangan (III) dapat disebabkan oleh konsentrasi H2SO4 yang digunakan
tidak sesuai dengan petunjuk.

H. Kesimpulan
Dalam percobaan kali ini, dapat diambil kesimpulan antara lain :
1. Mangan adalah unsur logam yang tingkat oksidasinya paling banyak.
2. Mangan (VI) dapat dibuat dengan mereaksikan KMnO4, MnO2 dengan NaOH
(suasana basa).
3. Terbentuknya mangan (VI) ditandai dengan terbentuknya warna hijau pada kertas
saring dan filtrate.
4. Pembuatan mangan (III) dapat dibuat dengan mereaksikan MnSO4 dengan KMnO4
dalam suasana asam (H2SO4 pekat dan encer)
5. Pada pembuatan mangan (III), H2SO4 pekat dan encer bertindak sebagai pelarut.
6. Terjadi disproporsionasi pada percobaan pembuatan mangan (VI) dalam suasana basa
pada saat penambahan H2SO4.

DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F.A. dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik. Jakarta : UI Press.
Shevla, G.. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT kalmah
Media Pustaka.
Sugiarto, Kristian H.. 2001. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : UNY Press.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB Press.

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK II
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP DARI TEMBAGA
Oleh:
ANGGI SOLEHAHNIM: G1C 008 003
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM2010

PERCOBAAN V
PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP
DARI TEMBAGA
A. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan : - Membuat dan mengenal sifat garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat
heksa hidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
- Membuat dan memeriksa sifat garam kompleks tetraamin tembaga (II)
sulfat monohidrat.
Waktu : Senin, 29 November 2010
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Fakultas MIPA Universitas Mataram.
B. Landasan Teori
Tembaga murni merupakan penghantar panas tertinggi diantara semua logam dan
konduktor listrik kedua setealah perak. Tembaga adalah logam yang relatif lunak dan
sering digunakan sebagai logam paduan. Misalnya kuningan dan perunggu. Tembaga
membentuk senyawa dengan tingkat oksidasinya +1 dan +2. Namun hanya tembaga (II)
yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air, hampir semua tembaga (II)
berwarna biru oleh karena ion kompleks koordinasi enam [Cu(H2O)2]2+. Jika larutan
amoniak ditambahkan dalam larutan ion Cu2+, larutan berubah menjadi biru tua karena
terjadi pendesakan ligan air oleh ligan ammonia menurut reaksi (Sugiarto, 2003 : 568-
569).
[Cu(H2O)2]2+
(aq) + 5NH3 (aq) [Cu(NH3)(4-5)(H2O)(2-4)]2+ + 5H2O
Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Tembaga
melebur pada 1038oC. karena potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V untuk
pasangan Cu/Cu2+), ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun
dengan adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-
senyawa temabaga satu diturunkan dari tembaga (I) oksida (CuO2) yang merah dan
mengandung ion Cu+. Senyawa-senyawa ini tidak berwarna, kebanyakan garam tembaga
(I) tidak larut dalam air. Perilakunya mirip dengan senyawa perak (I). mereka mudah
dioksidasi menjadi senyawa tembaga (II) yang dapat diturunkan dari senyawa tembaga
(II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru. Baik dalam
bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air. Garam-garam tembaga (II) anhidrat,

seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam
larutan air selalu terdapat tetraaquo (Svehla, 1990 : 229).
Garam rangkap adalah gram yang terbentuk apabila hydrogen asam dari suatu
asam digantikan oleh ion logam tak sejenis. Salah satu contoh garam rangkap yaitu
FeSO4(NH4)2SO4.6H2O dan K2SO4AL2(SO3)2.24H2O. dalam larutan, garam ini
merupakan ion sederhana yang akan mengion bila dilarutkan lagi. Proses pembentukkan
dari garam rangkap terjadi bila dua garam mengkristal bersama-sama dengan
perbandingan tertentu. Garam-garam ini memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama
denga struktur garam komponennya (Idris, 2008 : 215).
Suatu garam terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen
dua atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap. Sedangkan garam-garam kompleks
yang mengandung ion-ion dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks,
misalnya heksamin kobalt (II) klorida, Co(NH3)6Cl dan kalium heksasinoferat (III),
KFe(CN)6. Bila suatu kompleks dilarutkan akan terjadi pengionan, sehingga akhirnya
akan terbentuk kesetimbangan antara kompleks yang tersisa (tidak terdisosiasi) dari
komponen-komponennya. Proses pembentukkan dari garam rangkap terjadi bila dua
garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan tertentu. Garam-garam ini
memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama denga struktur garam komponennya.
Kompleks ialah suatu satuan baru yang terbentuk dari satuan-satuan yang dapat berdiri
sendiri, tetapi membentuk ikatan baru dalam kompleks itu (Haryadi, 1997 : 201).
Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu tahapan-
tahapan reaksi (mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam dan ligan yang
berbeda-beda. Salah satu keistimewaan dari reaksi kompleks adalah rekasi penggantian
ligan melalui efek trans (Mita, 2008).
Padatan yang mengandung molekul-molekul senyawa bersama-sama dengan
molekul air disebut hidrat. Sebagian besar terdiri dari molekul-molekul air distrit baik
terikat pada kation melalui atom oksigen atau terikat pada anion atau atom yang kaya
akan elektron melalui hydrogen atau keduanya. Pada banyak kasus bila hidrat dipanaskan
di atas 100oC air dapat dikeluarkan dan mengikat senyawa anhidratnya. Namun, pada
beberapa kasus bukannya air melainkan zat lain yang dikeluarkan (Cotton, 2007 : 300).

C. Alat dan Bahan
1. Alat
Neraca analitik
Batang pengaduk
Hot plate
Mortal
Pipet tetes
Pipet volum
Cawan penguapan
Corong
Gelas kimia
2. Bahan
Aquades
CuSO4.5H2O
(NH4)2.SO4
NH3 15 M
Etanol
Es batu
Kertas saring
D. Cara Kerja
1. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat. CuSO4.5H2O
9,98 gram CuSO4.5H2O
+ 5,28 gram (NH4)
+ 30 mL aquades
DiadukHasil
Didekantasi
Disaring
Filtrat Endapan
Dikeringkan di atas kertas saring Diamatai bentuknya Ditimbang
Hasil

2. Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat
[Cu(NH3)4].SO4.H2O
7,5 mL NH3 15 M
7,5 mL aquades 7,03 gr CuSO4.5H2O (digerus terlebih dahulu) Diaduk
Hasil
7,5 mL etanol Ditutup cawan Disimpan semalaman
Hasil
Diaduk Didekantasi Disaring
Filtrat Endapan
Dibilas cawan dengan 0,88 NH3
pekat dan 0,88 mL etanol Dicuci endapan dengan 1,67 mL
etanol Dikeringkan Ditimbang
Hasil
E. Hasil Pengamatan
1. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat. CuSO4.5H2O
Prosedur kerja Hasil pengamatan
9,98 gr CuSO4.5H2O + 5,28 gr
(NH4)2SO4 + 30 mL aquades
Diuapkan
Didinginkan dalam air es
Didekantasi, dikeringkan dan disaring
Ditimbang
Larutan berwarna biru muda terang
Larutan berwarna biru muda dan
volume larutan berkurang
Terbentuk Kristal warna biru muda dan
masih basah
Diperoleh Kristal yang kering berwarna
biru dan putih kilat.
16,62 gr dengan kertas saring

2. Pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat
[Cu(NH3)4]SO4.H2O
Prosedur kerja Hasil pengamatan
7,5 mL NH3 15 M + 7,5 mL aquades
(larutan A)
Larutan A + 7,03 gr CuSO4.5H2O +
etanol (larutan B)
Larutan B didekantasi dan disaring
Ditimbang endapan (Kristal)
Larutan bening
Larutan berubah menjadi terbentuk da
fase, endapan berwarna biru dan
larutan agak bening di atasnya
Kristal mengendap berwarna biru tua
(Kristal)
5,79 gr dengan kertas saring
F. Analisis Data
a. Persamaan reaksi
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
CuSO4.5H2O(s) + 4NH3(aq) Cu(NH3)4SO4.H2O(s) + 4H2O(l)
b. Perhitungan
Pembuatan Garam Rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Berat Kristal + berat kertas saring = 16,62 gram
Berat kertas saring = 1,06 gram
Berat Kristal = 16,62 – 1,06 = 15,56 gram
Pembuatan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O
Berat kertas saring + [Cu(NH3)4]SO4.H2O = 5,79 gram
Berat kertas saring = 1,06 gram
Berat [Cu(NH3)4]SO4.H2O = 5,79 – 1,06 = 4,73 gram
Gram CuSO4.H2O = 5 gram
Namun yang tersedia adalah CuSO4.5H2O. Jadi beratnya =….
mol CuSO4.5H2O = mol CuSO4.H2O
Mr
gr
Mr
gr
5,177
5
5,249
gr

grx
028,75,177
5,2495 CuSO4.5H2O
yang digunakan 7,03 gram
1. Pembuatan Garam Rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Mula-mula 0,04 mol 0,04 mol
Bereaksi 0,04 mol 0,04 mol 0,04 mol
Setimbang - - 0,04 mol
Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O secara teori :
m CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = n x Mr
= 0,04 x 399,5
= 15,98 gram
Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang diperoleh dalam praktikum :
m CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 15,56 gram
% rendemen = %100sec
xarateorimassa
baanmassaperco
= %10098,15
56,15x
= 97,37%
Pembuatan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O
m CuSO4.5H2O = 7,03 gram
Mr CuSO4.5H2O = 249,5 gram/mol
n = = ,
, = 0,028 mol
dari persamaan reaksi diketahui :
n CuSO4.5H2O = n [Cu(NH3)4]SO4.H2O
0,028 = n [Cu(NH3)4]SO4.H2O
m [Cu(NH3)4]SO4.H2O = n x Mr
= 0,028 x 247
Secara teoritis = 6,916 gram
Massa [Cu(NH3)4]SO4.H2O hasil percobaan = 4,73

% rendemen = %100sec
xarateorimassa
baanmassaperco
= %100913,6
73,4x
= 68,42%
G. Pembahasan
Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O
merupakan senyawa koordinasi. Pengelompokkan dari senyawa koordinasi ini secara
kimia umumnya dapat ditentukan melalui spesies kation pusatnya. Pada suatu senyawa
koordinasi, suatu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan jumlah
ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat (Svehla, 1990 : 96).
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk membuat dan mengenal sifat garam
rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O. Tembaga
adalah logam yang mudah larut dalam asam nitrat dan asam sulfat dengan adanya
oksigen. Tembaga juga larut dalam larutan KCN atau dengan amoniak dengan adanya
oksigen (Cotton, 2007).
Percobaan pertama yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah pembuatan
garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O. bahan yang digunakan pada percobaan ini
adalah CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Kedua bahan tersebut dengan jumlah tertentu
dilarutkan dengan aquades lalu diuapkan. Penguapan pada percobaan ini bertujuan untuk
mengurangi kadar air pada garam rangkap yang nantinya akan terbentuk. Dengan
menghilangkan atau menguarngi kadar air dari garam rangkap tersebut maka nantinya
garam rangkap yang terbentuk memiliki 6 buah molekul air. Pemanasan atau [penguapan
pada percobaan ini juga berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi pembentukkan
garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O. Kristal yang diperoleh pada percobaan ini
berwarna biru muda agak mengkilat keputih-putihan. Warna biru kemungkinan berasal
dari CuSO4.5H2O dan warna putih mengkilat kemungkinan berasal dari (NH4)2SO4. Pada
garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang menjadi ion pusat adalah Cu2+ dan yang
menjadi ligan adalah SO4- dan NH4
+. Ion Cu memiliki bilangan koordinasi 4 yang berarti
bahwa terdapat empat buah jumlah ruang yang tersedia di sekitar atom Cu2+ yang dapat

diidi oleh sebuah ligan pada masing-masing ruangnya. Jadi pada garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O, dua buah ruang pada Cu2+ diisi oleh SO42- dan 2 ruang yang
lainnya diisi oleh NH4+. Ion yang memiliki bilangan koordinasi 4 seperti Cu2+ umumnya
molekulnya berbentuk tetrahedron (Svehla, 1990).
Percobaan kedua yaitu proses pembuatan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O
yang menggunakan bahan yaitu CuSO4.5H2O dan NH3 serta etanol. Dalam hal ini etanol
berfungsi sebagai pelarut sedangakan CuSO4.5H2O dan NH3 sebagai penyusun utama
garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O. ketika semua bahan dicampurkan, larutan
berwarna biru pekat. Senyawa ionic larut baik dalam etanol karena tetapan dietiknya
rendah dan mengurangi energi solvasi ion-ion. Larutan biru pekat ditutup untuk
mengurangi penguapan selama pembentukkan Kristal karena menggunakan pelarut etanol
dimana etanol adalah pelarut yang mudah menguap. Pada garam kompleks
[Cu(NH3)4]SO4.H2O , ion Cu2+ pada senyawa ini juga mempunyai bilangan koordinasi 4.
Namun ruang-ruang di sekitar ion pusat Cu2+ (bulatan koordinasinya) semua terisi oleh
NH3. Pada molekul garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O ini ikatan kompleksnya dapat
terjadi karena masing-masing ligan NH3, dalam hal ini atom N-nya, menyumbang sebuah
elektronnya pada atom pusat Cu2+. Adanya penyumbangan elektron oleh atom N kepada
ion Cu2+ ini menghasilkan sebuah ikatan antara N dengan Cu2+ yang disebut ikatan datif
(Svehla, 1990).
Perbedaan dari garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O dan garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yaitu dimana garam rangkap adalah garam yang terbentuk jika
seluruh hydrogen asam dari suatu asam digantikan oleh ion logam tak sejenis (Idris,
2008) dengan kata lain garam rangkap dapat diungkapkan sebagai garam yang terbentuk
bila 2 buah garam dicampurkan dan mengkristal secara bersamaan dengan perbandingan
tertentu. Sedangkan garam kompleks adalah garam yang terbentuk dari satuan yang dapat
berdiri sendiri dan membentuk satu kesatuan.
Pada kedua percobaan tersebut diperoleh massa garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah 15,56 gram sehingga diperoleh % rendemen sebesar
97,37%. Besarnya % rendemen yang diperoleh menunjukkan percobaan yang dilakukan
cukup berhasil. Sedangkan percobaan untuk garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O
diperoleh massa [Cu(NH3)4]SO4.H2O adalah 4,73 gram dan % rendemen sebesar 68,42%

H. Kesimpulan
Dari analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O
merupakan senyawa koordinasi.
2. Penguapan pada garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O bertujuan untuk mengurangi
kadar air pada garam rangkap yang nantinya terbentuk.
3. Pada garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O, Cu2+ merupakan ion pusat dan SO4-
serta NH4+ merupakan ligannya.
4. Bahan dasar pembuatan garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah CuSO4.5H2O
dan (NH4)2SO4
5. Bahan dasar pembuatan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O adalah NH3 dan
CuSO4.5H2O
6. Etanol yang digunakan dalam pembuatan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O
berfungsi sebagai pelarut.
7. Dari hasil percobaan diperoleh garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O sebesar 15,56
gram dan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O sebesar 4,73 gram
8. Dari hasil perhitungan % rendemen yang diperoleh untuk pembentukkan garam
rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah 97,37% dan untuk pembuatan garam
kompleks [Cu(NH3)4]SO4.H2O adalah 68,42%

DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press.
Haryadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Idris, M.dkk.. 2008. Kamus MIPA. Yogyakarta : Ar-Ruzz Press.
Mita, Rilyanti. 2008. Sintesis Senyawa Kompleks Cis [Co(Bipi)(CN)] dan Uji Interaksi
dengan Gas NO menggunakan Metode Spektrometri UV-Vis dan IR. http
://blog.spot.Chemistry.com. 29 November 2010.
Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT Kalman
Media Pustaka.
Sugiarto, Kristian. 2003. Dasar-dasar Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : UNY Press.

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK II
PEMBUATAN KRISTAL CuSO4.5H2O
Oleh:
ANGGI SOLEHAHNIM: G1C 008 003
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM2010

PERCOBAAN VI
PEMBUATAN KRISTAL TEMBAGA (II) SULFAT
A. Pelaksanaan Praktikum
Tujuan : - Membuat dan mengenal sifat Kristal tembaga (II) sulfat.
- Memahami proses pembentukkan Kristal.
Waktu : Senin, 22 November 2010
Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Kimia Fakultas MIPA Universita Mataram.
B. Landasan Teori
Tembaga (Cu) adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat.
Tembaga melebur pada 1038oC. karena potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V
untuk pasangan Cu/Cu2+), tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Asam nitrat yang sedang
pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga (Svehla, 1990 : 229).
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif.
Cu+ mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini
bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada
keadaan bagaimana Cu(I) dan Cu(II) terbentuk, yaitu membuat (Cu+) cukup banyak pada
larutan air, Cu2+ akan berada pada banyak jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus
sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu+). Dispropordionasi ini akan menjadi
sempurna. Dilain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut
atau ion kompleks mantap). Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap (Petrucci,
1987 : 350).
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun hanya
tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air, hampir semua
garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena warna ion kompleks koordinasi enam
[Cu(H2O)6]2+. Reaksi ion Cu2+ dengan OH- pada berbagai konsentrasi bergantung pada
metodenya. Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat (0,1-0,5 M)
secara bertetes dengan kecepatan ~ 1 mL/menit menyebabkan terjadinya endapan gelatin
biru muda dari garam tembaga (II) hidroksida sulfat, bukan endapan Cu(OH)2 (Sugiarto,
2003 : 569).

Senyawa tembaga bersifat diamagnetik. Tembaga sulit teroksidasi superficial dalam
udara kadang menghasilkan lapisan warna hijau hidroksida karbonat dan hidrokso sulfat
dan SO2, di atmosfer tembaga mudah larut dalam asam nitrat dan asam sulfat dengan
adanya oksigen. Kstabilan realtif kepro dan kopri diartikan dengann potensial Cu* =
0,52V dan Cu+ = 0,153V. Kestabilan relatif tergantung pada sulfat anion dan ligan yang
cukup beragam dengan pelarut/sifat fisik atom tetangganya dalam Kristal. Pelarutan
tembaga hidroksida karbonat dan sebagainya dalam asam yang dihasilkan akuo hijau
kebiruan yang ditulis [Cu(H2O)6]2+. Di antara berbagai Kristal hidratnya adalah sulfat
biru CuSO4.5H2O yang paling lazim. CuSO4.5H2O dapat dihidrasi menjadi zat anhidrat
yang berwarna putih. Penambahan ligan menyebabkan kompleks dengan pertukaran
molekul air secara berurutan (Syukri, 1999 : 321).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Gelas kimia
Cawan
Pipet volum
Pengaduk
Neraca analitik
Hot plate
Corong
2. Bahan
Kepingan tembaga
H2SO4 pekat
HNO3 pekat
Aquades

D. Cara Kerja
25 mL air (aquades)
+ 4,25 mL H2SO4 pekat + 2,5 gr keping tembaga + 6,25 mL HNO3 pekat Diaduk
Hasil
Setelah gas berwarna coklat tua tidak keluar, larutan dipanaskan hingga
uap tidak lagi berwarna coklat muda.
Hasil
Disaring ketika masih panas
Endapan Filtrat
Disimpan hingga terbentuk Kristal
Kristal
Dicuci Kristal dengan air Dilarutkan dengan air sesedikit mungkin
dan dikristalkan kembaliKristal
Diulang langkah diatas Kristal terbebas dari nitrat
Ditimbang CuSO4.5H2O yang diperolehKristal
E. Hasil Pengamatan
Prosedur kerja Hasil pengamatan
1. 25 mL air + 4,25 mL H2SO4 pekat hasil
2. Hasil + 2,5 gr Cu hasil
3. Hasil + 6,25 mL HNO3 pekat hasil
4. Hasil dipanaskan
5. Disaring panas-panas dan disimpan
larutan
6. Kristal dicuci dan dilarutkan
Warna tetap bening dan terdapat uap (gas)
Larutan tetap bening, terdapat gelembung
Warna larutan menjadi biru dan muncul
gas berwarna coklat
Uap coklat menghilang dan larutan
menjadi biru bening.
Terbentuk Kristal serta terdapat endapan
yang tidak larut
Diperoleh Kristal yang lebih halus dan
lebih terbebas dari kotoran

7. Kristal yang diperoleh (kertas saring +
Kristal) – kertas saring
8. Cu yang tidak larut (kertas + Cu) – kertas
saring
9. Cu yang larut (Cu awal – Cu yang tidak
larut)
4,17 – 1,09 = 3,08 gram
1,78 – 1,05 = 0,73 gram
2,5 – 0,73 = 1,77 gram
F. Analisis Data
1. Persamaan reaksi
Cu(s) + H2SO4(aq) CuSO4(s) + SO2(g) + H2O(l)
Cu(s) + HNO3(aq) 3Cu(NO3)2 + 2NO2(g) + 4H2O(l)
Cu(s) + 3H2O(l) + H2SO4(aq) + HNO3(aq) CuSO4(s) +5H2O(l) + 2NO2(g)
CuSO4 + 5H2O CuSO4.5H2O(s)
2. Perhitungan secara teori
Mol Cu = mol CuSO4.5H2O
Mr
massa
ArCu
massa
5,249
77,1 massa
ArCu
gr = 55,63
5,24977,1 x
= 6,95 gr
% rendemen = %100sec
xarateorimassa
praktikummassahasil
= %10095,6
08,3x
= 44,31%

G. Pembahasan
Tembaga adalah logam yang tidak rekatif yang tidak berubah dalam jangka waktu
lama. Tembaga merupakan logam berdaya hantar tinggi. Senyawa-senyawa logam
tembaga sukar larut dalam air. Praktikum kali ini dilakukan untuk membuat dan
mengenal sifat Kristal CuSO4.5H2O serta memahami proses pembuatan Kristal
CuSO4.5H2O.
Kristal CuSO4.5H2O dapat dibuat dengan mereaksikan logam tembaga, H2SO4
pekat dan HNO3 pekat. Sebelumnya dilakukan penambahan H2SO4 pekat pada aquades
yang menghasilkan uap dan terjadi reaksi eksoterm karena menimbulkan panas pada
dinding luar gelas kimia. Setelah itu ditambahkan kepingan tembaga ke dalam campuran
larutan yang mengandung air dan H2SO4 pekat terbentuk gelembung-gelembung di
sekitar logam tembaga. Penambahan H2SO4 pekat bertujuan agar terbentuk CuSO4.
Selain itu terbentuk juga gas SO2 yang merupakan hasil rekasi dari Cu dan H2SO4 pekat
tersebut(Svehla, 1990 : 229). H2SO4 merupakan agen oksidator. Walaupun merupakan
agen oksidator, Cu tidak dapat larut dalam H2SO4 pekat ini. Hal ini disebabkan karena
potensial oksidasi dari H2SO4 tidak cukup kuat untuk mengoksidasi logam Cu. Karena Cu
tidak larut dalam H2SO4 pekat, ditambahkan HNO3 pekat yang merupakan agen
pengoksidasi lebih kuat dari H2SO4 pekat untuk mengoksidasi Cu. HNO3 mempunyai
daya pengoksidasi yang kuat disebabkan oleh adanya ion H+ dan ion NO3-. Ion H+ dan
NO3- merupakan oksidator yang mana kekuatan oksidasi ion NO3
- jauh lebih besar dari
ion H+ (Purwoko, 2000 : 44). Proses oksidasi Cu menjadi lebih cepat dengan adanya agen
pengoksidasi HNO3 dan H2SO4 tersebut.
Penambahan HNO3 pekat menyebabkan campuran larutan Cu, H2SO4, dan HNO3
menjadi biru terang dimana menandakan bahwa tembaga mulai teroksidasi. Dari
penambahan HNO3 tersebut juga terbentuk juga gas yang berwarna coklat. Gas (uap)
coklat yang timbul disebabkan karena terbentuknya gas NO2 dimana salah satu sifat gas
NO2 yaitu uapnya berwarna coklat. Sedangkan warna biru yang timbul karena adanya ion
kompleks Cu koordinasi 6 [Cu(H2O)6]2+ (Sugiarto, 2003 : 569) dimana dua dari molekul-
molekul H2O berada lebih jauh dari pada empat yang lainnya.
Setelah gas berwarna coklat (gas NO2) habis terbentuk, barulah pemanasan
dilakukan. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat reaksi pembentukkan Kristal
CuSO4. Pemanasan selesai dilakukan ketika uap coklat sudah benar-benar habis dan
logam Cu larut sehingga diperoleh warna beri yang bening. Setelah itu barulah dilakukan
penyaringan ketika larutan masih dalam keadaan panas. Penyaringan dilakukan untuk

memisahkan Cu yang jernih dengan sisa Cu yang belum larut agar Kristal Cu yang
terbentuk bebas dari pengotor.
Filtrat yang diperoleh didiamkan 1-2 hari hingga terbentuk Kristal. Kristal yang
terbentuk karena adanya pemanasan yang terus-menerus dengan pendinginan larutan
dimana kelarutan zat akan muncul sebagai Kristal jika didinginkan. Untuk memperoleh
CuSO4.5H2O yang murni yang terbebas dari nitrat, dilakukan pencucian dan pelarutan
kembali. Pencucian dan pelarutan dilakukan samapi Kristal CuSO4.5H2O benar-benar
bersih, karena pada saat pelarutan dengan air, nitart akan melarut dalam air sehingga
terbentuk Kristal CuSO4.5H2O yang murni.
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh Kristal CuSO4.5H2O sebanyak 3,08 gram.
Secara teoritis seharusnya diperoleh Kristal CuSO4.5H2O sebanyak 6,95 gram. Hal ini
terjadi karena CuSO4.5H2O dilarutkan dan dicuci kembali dengan H2O (aquades)
sehingga CuSO4.5H2O yang dihasilkan berkurang sedikit demi sedikit. % rendemen yang
diperoleh pada percobaan ini adalah 44,31%.
H. Kesimpulan
Dari percobaan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kristal CuSO4.5H2O dapat dibuat dengan mereaksikan antara logam Cu, H2SO4 dan
HNO3
2. Reaksi yang terjadi ketika penambahan H2SO4 pada H2O adalah reaksi eksoterm
3. HNO3 merupakan oksidator kuat yang dapat mengoksidasi logam Cu.
4. H2SO4 tidak dapat melarutkan logam Cu seperti HNO3.
5. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi.
6. Pelarutan dan pencucian kembali dilakukan untuk membebaskan Kristal dari NO3
sehingga diperoleh Kristal CuSO4.5H2O yang murni
7. Kristal CuSO4.5H2O yang diperoleh berwarna biru
8. Massa Kristal CuSO4.5H2O yang diperoleh adalah 3,08 gram
9. Persen rendemen yang didapatkan dari percobaan pembuatan Kristal CuSO4.5H2O
adalah 44, 31%.

DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph.H.. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.
Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT Kalman
Media Pustaka.
Sugiarto, Kristian. 2003. Dasar-dasar Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : UNY Press.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung : ITB Press.