Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi

18
Laporan sementara field lab blok respirasi 1. Keterangan Tempat : balai pengobatan penyakit paru purwokerto Hari, tanggal :senin, 2 november 2015 Waktu :07.30-10.00 2. Identitas pasien Nama : fajar ishadi Usia :19 tahun Jenis kelamin :laki-laki Alamat :pangebatan rt/rw 007/07, bantarkawung Pekerjaan :pelajar Status pernikahan : belum menikah 3. Hasil anamnesis 3.1. Riwayat penyakit sekarang Keluhan utama: nyeri perut di sisi kiri dan kanan Onset dan kronologis: nyeri dirasakan sejak kecil awalnya pasien menderita hernia, kemudian pasien melakukan operasi. Setelah itu terkena usus buntu, kemudian melakukan operasi lagi, tapi masih nyeri perut, kemudian dilakukan pemeriksaan pa dan didapatkan diagnosis tb usus (limfadenitis tuberculosa kaseosa)

description

xx

Transcript of Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi

Page 1: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi

Laporan sementara field lab blok respirasi

1. Keterangan Tempat : balai pengobatan penyakit paru purwokerto Hari, tanggal :senin, 2 november 2015 Waktu :07.30-10.00

2. Identitas pasien Nama : fajar ishadi Usia :19 tahun Jenis kelamin :laki-laki Alamat :pangebatan rt/rw 007/07, bantarkawung Pekerjaan :pelajar Status pernikahan : belum menikah

3. Hasil anamnesis3.1. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama: nyeri perut di sisi kiri dan kanan Onset dan kronologis: nyeri dirasakan sejak kecil awalnya

pasien menderita hernia, kemudian pasien melakukan operasi. Setelah itu terkena usus buntu, kemudian melakukan operasi lagi, tapi masih nyeri perut, kemudian dilakukan pemeriksaan pa dan didapatkan diagnosis tb usus (limfadenitis tuberculosa kaseosa)

Kwalitas keluhan: mengganggu aktivitas sehari-hari Kuantitas keluhan : jika diambil angka 1-10 berada pada

anka kisaran 7-8, tergolong berat Factor memperberat keluhan: beraktivitas, kecuali istirahat Factor memperingan keluhan: istirahat/ tidur Gejala penyerta:nyeri dada, demam

3.2. Riwayat penyakit dahulu Belum pernah terkena penyakit yg serupa Hernia Usus buntu

3.3. Riwayat penyakit keluarga

Page 2: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi

Tidak ada penyakit yang serupa Tidak punya riwayat penyakit tuberculosis Tidak pnya pnyakit kronis yang lain

3.4. Riwayat social ekonomi Menggunakan bpjs kesehatan Yang membiayai adalah kakanya Anak ke 2 dari empat bersaudara

3.5. Riwayat alergi obat Pasien mengaku tidak pnya riwayat alergi obat

3.6. Kebisaan pribadi Tinggal diasrama Kadang kadang merokok Tidak mengkonsumsi alcohol

4. Pemeriksaan fisik4.1. Tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmhg Suhu : - Nadi : - Respirasi : -

4.2. Pemeriksaan fisik thorax Inspeksi : - Palpasi : - Perkusi : - Auskultasi : -Berat badan :61 kgTinggi badan : -

5. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan radiologi :normal Pemeriksaan bta :negatif Pemeriksaan darah : hb= 11,3. Sgot=18. Sgpt=20

6. Diagnosis Limfadenitis tuberculosa kaseosa

7. Terapi Terapi awa berdasarkan rekam medis adalah fdc

Page 3: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi

Kemudian terapi terakhir yang diberikan dokter adalah isoniazid, rifampisisn, vitamin, asamefenamat

8. Pembahasan

Pada hari senin tanggal 2 november 2015, kami kelompok satu melakikan field lab di baalai pengobtan penyakit paru purwokerto. Kami tiba disana sekitar pukul 08.30 pagi, keemudian kami melaukan briefing bersama preceptor fakultas, dan preceptor dari puskesmas. Kemudian setelah itu kami membagi diri menjadi empat kelompok. Ada yang mendapat di dots center, poliklinik 1, poliklinik 2, poliklinik3. Kebetulan praktikan disisi mendapatkan tempat di dots center.

Istilah dots (directly observd treatment shortcourse) dapat diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat jangka pendek. Setiap hari oleh pengawasmenelan obat (pmo).(pdpi, 1998)

Sejarahnya pada tahun 1994, pemerintah indonesia bekerjasama dengan badan kesehaan dunia (who) untuk melakukan evaluasi bersama yang menghasilkan rekomndasi perlunya segera dilakukan perubahan mendasar pada strategi penanggulangan tb di indonesia yang kemudian disebut sebagai “strategi dots”. Dan sejak itu dimulailah era baru pemberantasan tb di indonesia.(depkes, 1999)

Tujuan dari strategi ini adalah untuk mencapai angka kesembuhan yang tinggi, mencegah putus berobat, mengatasi efek samping, obat jika timbul dan mencegah resistensi. Ada lima kunci utama dalam strategi dots yaitu (pdpi. 1998)

1. Komitmen2. Diagnose yang benar dan baik3. Ketersediaan dan lancarnya distribusi obat 4. Pengawasan penderita menelan obat5. Pencatatan dan pelaporan penderita dengan system kohort(depkes,

1999)

Di dots center ini kami menunggu pasien yang datang , kebetulan di dots center ini merupakan tempat terakhir ketika pasien datang berobat bagi pasien yang menderita tb, jadi kami harus sedikit menunggu. Kemudian tidak lama menunggu pasien pun datang ke dots center. Kemudian setelah itu praktikan

Page 4: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi

melakukan anamnesis mengenai keluahan yang dialami pasien. Setelah pasien keluar dari dots center supaya tidak mengganggu proses pengobatan.

Dari hasil anamnesis didapatkan pasien bernama nama fajar ishadi,usia 19 tahun, jenis kelamin laki-laki, alamat dari pangebatan rt/rw 007/07, bantarkawung, pekerjaanpelajar, status pernikahannya pasien belum menikah.

Dari riwayat penyakit sekarangnya didapatkan paien mempunyai keluhan nyeri dibagian perut di sisi kanan dan sisi kirinya, keluhan ini dirasakan sejak kecil. Awalnya pasien menderita hernia, kemudian setelah itu dilakukan operasi, kemudian setelah itu pasien menderita usus buntu dan melakukam operasi juga. Namun keluhan pasien tetap ada. Kemudian dokter malakukan pemeriksaan patologi anatomi. Dari hasil pemeriksaan itu dokter mendiagnosis bahwa pasien menderita penyakit tuberculosis ekstra paru, tepat nya adalah limfadenitis tuberculosa kaseosa pada bulan april.

Tuberkulosis ekstra paruadalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. Tb ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu: 1) tb ekstra paru ringan Misalnya: tb kelenjar limphe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal. 2) tb ekstra-paru berat Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, tb tulang belakang, tb usus, tb saluran kencing dan alat kelamin. (depkes ri, 2005)

Limfadenitis merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening. Jadi, limfadenitis tuberkulosis (tb) merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh basil tuberkulosis (ioachim, 2009). Jika terjadi reaktivasi atau reinfeksi basil tb pada orang yang sudah memiliki imunitas seluler, hal ini disebut dengan tb post-primer. Adanya imunitas seluler akan membatasi penyebaran basil tb lebih cepat daripada tb primer disertai dengan pembentukan jaringan keju (kaseosa). Sama seperti pada tb primer, basil tb pada tb post-primer dapat menyebar terutama melalui aliran limfe menuju kelenjar limfe lalu ke semua organ (datta, 2004). Kelenjar limfe hilus, mediastinal, dan paratrakeal merupakan tempat penyebaran pertama dari infeksi tb pada parenkim paru (mohapatra, 2009).

Page 5: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi

Kemudian setelah itu dokter merujuk pasien untuk berobat dib alai pengobatan penyakit paru di purwokerto. Dan sekarang ini pasien telah mengalami pengobatan selama 6 bulan. Sebenarnya pada bulan ke lima kemarin pasien sudah tidak merasakan nyeri lagi pada bagian perut, namun pasien mengalami kecelakaan dan merasa bagian perutnya nyerinya kambuh kembali. Dan melakukan control kembali. Pasien merasa terganggu sekali dengan keluhan yang dirasakan dan pasien mengaku bahwa sangat mengganggu aktivitas sehari-harinya. Keluhan pasien ini bisa digolongakn berat karena ketika praktikan memberikan kisaran angga antara 1-10 ternyata tingat keluhannya pada anggka 7-8 yang menunjukan keluhan pasien ini berat. Keluhan pasien dirasakan berat ketika beraktifitas dan merasa ringan setelah minum obat. Keluhan ini juga disertai dengan demam, nyeri dada.

Dari riwayat penyakit dahulu, didapatkan bahwa pasien belum pernah didiagnosis penyakit tb usus atau bisa di bilang bahwa ini adalah penyakit yang pertama. Namun sebelumnya pasien mengaku pernah menderita hernia dan usus buntu serta telah mengalami operasi.

Dari riwayat penyakit keluarga juga keluarga pasien tidak memilii penyakit yang serupa dan pasien juga mengaku bahwa dirinya satu-satunya dari keluarga yang mempunyai penyakit seperti ini. Dan dikeluarga juga tidak mempunyai penyakit kronis lain seperti hipertensi, jantung, dm atapun yang lainnya.

Dari riwayat social ekonomi didapatkan bahwa pasien berobat menggunakan biaya bpjs kesehatan. Dan pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Dan yang membiayai sehari-harinya adalah kakanya.

Dari kebiasaan pribadinya pasien merupakan santri, dan tinggal di pondok pesantre. Disana tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama, namun di kamar sebelahnya pasien mengaku mempunyai teman yang batuk sudah lama. Pasien juga kadang-kadang merokok, tidak mengkonsumsi alcohol, dan kegiatan sehari-hari adalah sesuai aturan di pesantrennya.

Praktikan telah melakukan anamnesis terhadap pasien, karena posisi praktikan yang berada di dots center, jadi praktikan tidak melakukan obserpasi mengenai anamnesis dari dokternya, pemeriksaan fisiknya, ataupun bahkan pemeriksaan penunnjangnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui riwayat pengobatannya dan pemeriksaan dokternya praktikan melihat dari data rekam medis pasien.

Page 6: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi

Dari rekam medis tersebut, pemeriksaan vital sign yang diperoleh hanya tekanan darah 120/80 mmhg , berat badan 61 kg, dan dari pemeriksaan fisisk yang lainyya tidak disebutkan

Dari hasil pemeriksaan penunjanng nya pemeriksaan foto thorax tampak normal, serta pemeriksaan bta tidak disebutkan kemdian dari pemeriksaan darahnya didapatkan hb 11,3. Sgot 18, sgpt 20. Dan glukosa darah 94.

Baerdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksan penunjang pasien didiagnosis penyakit tb ekstra paru yaitu tb usus

Dari data rekam medis juga pasien terapinya menggunakan fdc. Dan pasien telah melakuka pengobatan selama 6 bulan. Kemudian pasien dieberikan terpi lanjutan selama 3 bulan kedepan. Obat yang diberikan kemarin adalah: isonzaid, rifanpisin. Asamefenamat, dan vitamin.

Fdc merupakan fix dose combination. Obat ini pada dasarnya sama dengan obat kompipak, yaitu rejimen dalam bentuk kombinasi, namun didalam tablet yang ada sudah berisi 2, 3 atau 4 campuran oat dalam satu kesatuan. Who sangat menganjurkan pemakaian oat-fdc karena beberapa keunggulan dan keuntungannya dibandingkan dengan oatdalam bentuk kombipak apalagi dalam bentuk lepas. Keuntungan penggunaan oat fdc:

a. Mengurangi kesalahan peresepan karena jenis oat sudah dalam satu kombinasi tetap dan dosis oat mudah disesuaikan dengan berat badan penderita.

b. Dengan jumlah tablet yang lebih sedikit maka akan lebih mudah pemberiannya dan meningkatkan penerimaan penderita sehingga dapat meningkatkan kepatuhan penderita.

c. Dengan kombinasi yang tetap, walaupun tanpa diawasi, maka penderita tidak bisa memilih jenis obat tertentu yang akan ditelan.

d. Dari aspek manajemen logistik, oat-fdc akan lebih mudah pengelolaannya dan lebih murah pembiayaannya. (depkes ri, 2005)

9. Hambatan dan solusiTidak melakukan obesrvasi dalam pemeriksaan karena tempatnya di dots center solusinya melihat data rekam medisPasien terburu-buru solusinya menanyakan hal yang penting

Page 7: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi

10. Kesimpulan Pasien didiagnosis limfadenitis tuberculosa kaseosa dan pasien telah melakukan pengobatan selama 6 bulan dan sekarang dilanjutkan selam 3 bulan

Lampiran

Page 8: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi
Page 9: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi
Page 10: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi
Page 11: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi
Page 12: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi
Page 13: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi
Page 14: Laporaxxn Sementara Field Lab Blok Respirasi