LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

48
  Laporan Akhir H ibah P e nelit ian T im P as c as ar jana – H P T P (H ibah P as c a) P ENGEMB ANGAN P E MODE L AN B ERBAS ISK AN A GEN  YANG MELIBATKAN EMOSI D AN PEMBEL AJ AR AN Periset Utama Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng Riset ini dibiayai oleh ITB berdasarkan Surat Perjanjian Pelaksanaan Riset No: 0407/K01.03/Kontr-WRRIM/PL2.1.5/IV/2008 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008 Ekonomi, Ilmu Sosial dan Politik   

Transcript of LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

Page 1: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 1/48

 

Laporan Akhir

Hibah Penelitian Tim Pascasarjana – HPTP

(Hibah Pasc a)

PENGEMBANGAN PEMODELAN BERBASISKAN AGEN

YANG MELIBATKAN EMOSI DAN PEMBELAJARAN

Periset Utama

Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng

Riset ini dibiayai oleh ITB berdasarkan Surat Perjanjian PelaksanaanRiset No: 0407/K01.03/Kontr-WRRIM/PL2.1.5/IV/2008

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2008

Ekonom i, Ilmu Sosial dan

Politik 

Page 2: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 2/48

 1

I. HALAMAN IDENTITAS

1. Judul : “Pengembangan Pemodelan Berbasiskan Agen

yang Melibatkan Emosi dan Pembelajaran”

2. Jenis Riset : Hibah Pascasarjana VI

3. Waktu Pelaksanaan : 5 Maret – 5 Desember 2008

4. Tim Riset

4.1 Ketua Tim

a. Nama lengkap Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng

  b. NIP 132104494

c. Pangkat / Golongan Lektor Kepala / IIId

d. Jabatan Ketua Sub KK Pengambilan Keputusan dan

 Negosiasi Strategis SBM-ITB

e. Fakultas / Sekolah & Prodi Sekolah Bisnis dan Manajemen

f.. Kelompok Keahlian People Management and Entrepreneurship

g. Alamat Kantor / Telp / Fax / E-mail Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132

Telp/ Fax (022)2531923

[email protected]

h. Alamat Rumah / Telp / Fax / E-

mail

Jl. Gemini No 14, Bandung 40275

4.2 Anggota Tim Riset

  No Nama dan Gelar Akademik Bidang Keahlian Instansi

Alokasi Waktu

Jam /

MingguBulan

1 Santi Novani, S.Si, MT Agent Based Simulation

and Modeling

SBM

ITB

12 12

2 Manahan Siallagan, S.Si,

MT

Agent Based Simulation

Modeling, Programming

SBM

ITB

12 12

3 Danang Sudarsono, ST System Dynamics MSM, SBM

ITB

12 12

4. Dhanan Sarwo Utomo S.Si Programming, Simulation MSM, SBM

ITB

12 12

5. Khrisna A, ST, MT Game Theory SBM

ITB

12 12

Page 3: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 3/48

 2

 

5. Biaya yang disetujui oleh ITB : Rp. 50.000.000

Mengetahui,

Ketua Kelompok Keahlian

(Prof. Dr. Jann Hidajat Tjakraatmadja, MSIE)

 Nip. 130805032

Bandung, 1 Desember 2008

Ketua Tim Riset

(Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng)

 Nip. 132104494

Dekan

(Prof. Ir. Surna Tjahja Djajadiningrat, MSc. Ph.D)

 Nip. 130367167

Page 4: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 4/48

 3

II. EXECUTIVE SUMMARY

1. TITLE OF RESEARCH:

Development of Agent Based Modelinginvolving emotion and learning

2. HEAD OF RESEARCH TEAM : Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng

3 TEAM MEMBERS : 1. Santi Novani, S.Si, MT

2. Manahan Siallagan, S.Si, MT

3. Danang Sudarsono ST.

4. Dhanan Sarwo Utomo S.Si

5. Khrisna A,ST, MT 

4. OFFICIAL ADDRESS : School of Business and Management, ITB, subInterest Group of Decision Making and Strategic

 Negotiation, email: [email protected]

5. EXTENDED ABSTRACT :

Citarum was a clean river where local people enjoyed fishing and recreation, however now

its condition has already changed totally. Currently, the river can not provide its social

services, such as clean water, electricity, fishing, tourisms, transportation, and public

recreation. In rainy season, the color of river is brown because each drop contains mud from

bald lands erosion along the river. In dry season, the color of river is black and full of 

household wastes. In spite of many seminars were held, classical problems always arise.

There are floods when rainy season and drought when dry season. There are some factorswhich cause the problem, i.e.; illegal lodging and the population exploding in upper stream,

 pollution from industries in down stream, etc. This paper tries to see the Citarum problem

 from a different point of view, starting from the belief that if stakeholders (or agents) in the

Citarum problem collaborate to solve the problem, and then Citarum river will be better and 

better.

 In previous research we had adopted PAD emotional model and drama theory in order to

develop an agent based negotiation simulation. Our previous simulation was successfully

showed that agent’s positive emotion will affect their ability to eliminate confrontation

dilemmas. But unfortunately this simulation was unable to analyze collaboration dilemmas

among agents. The purpose of this research is to develop more advance simulation that is

also able to analyze collaboration dilemmas (especially trust dilemma) among agents.

Keywords: Agent based Simulation, Negotiation, Dilemma, Drama Theory, Emotion. 

Page 5: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 5/48

 4

6. LIST OF RESEARCH OUTPUT 

1)  Utomo Sarjono Putro, Manahan Siallagan, Santi Novani, Dhanan Sarwo Utomo,

Managing Collaboration Using Agent Based Simulation, Proceedings of the Pacific Rim

International Conference on Multi Agents 2008, Hanoi, Vietnam, Desember 2008.

2)  Utomo Sarjono Putro, Kuntoro Mangkusubroto, Khrisna Ariuyanto, Roles of Emotion in

 Negotiation Process: An Application of Drama Theory in Citarum Riverbasin Problem,

Jurnal Manajemen Teknologi, Vol. 7, No. 1, 2008 (ISSN: 1412-1700)

Page 6: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 6/48

 5

III. EVALUASI DIRI

1. CAPAIAN :

a Tujuan yang tertulis di

 proposal

: Tujuan dari Pendekatan model simulasi berbasiskan agen

dalam konfrontasi masalah sungai Citarum adalah untuk 

mengetahui pengaruh emosi dan tendensi afiliasi dalam

mereduksi dilema konfrontasi dan kolaborasi masalah

sungai Citarum.

 b. Tujuan yang telah tercapai : Emosi positif dan negatif yang dimiliki oleh setiap

 partisipan berpengaruh terhadap ada atau tidaknya dilema

yang menghambat kolaborasi. Tendensi afiliasi yangdimiliki agen berperan penting dalam menjaga kolaborasi

yang muncul paska resolusi konflik.

c. Tujuan yang belum

dicapai

: -

2. PRODUK RISET

Produk Penelitian yang

dijanjikan di Proposal

:

a. Publikasi : a.  Prosiding Internasional

 b.  Jurnal Ilmiah Nasional terakreditasi

 b. Proto-tipe : -

c. HAKI : -

Produk Penelitian yang

dihasilkan

:

a. Publikasi : •  Utomo Sarjono Putro, Manahan Siallagan, Santi

  Novani, Dhanan Sarwo Utomo, ManagingCollaboration Using Agent Based Simulation,

Proceedings of the Pacific Rim International

Conference on Multi Agents 2008, Hanoi,

Vietnam, Desember 2008.

Page 7: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 7/48

 6

 

•  Utomo Sarjono Putro, Kuntoro Mangkusubroto,Khrisna Ariuyanto, Roles of Emotion in

  Negotiation Process: An Application of Drama

Theory in Citarum Riverbasin Problem, Jurnal

Manajemen Teknologi, Vol. 7, No. 1, 2008 (ISSN:

1412-1700)

  b. Proto-tipe : -

c. HAKI : -

3.  Alamat   Homepage  KK  Yang Berisi Hasil Riset  

: http://dmsm.sbm.itb.ac.id/index.php?option=com_content&

view=article&id=56:managing-collaboration-using-agent-

 based-simulation&catid=34:research&Itemid=614. Kegiatan Diseminasi

Hasil Riset

: Akan dipresentasikan pada:

Pacific Rim International Conference on Multi Agents

2008, Hanoi, Vietnam, Desember 2008.

5. Sinergi dengan kegiatan

dan Proyek Penelitian la 

in

: -

6. Kemanfaatan Proyek

Penelitian

: Riset ini dapat membantu memberikan masukan untuk 

membangun kolaborasi untuk permasalahan yangmelibatkan konflik kepentingan di permasalahan DAS

Citarum

7. Permasalahan yang

Dihadapi dan Saran

Perbaikan

: -

8. Rencana Kelanjutan

Penelitian

: Penelitian selanjutnya akan difokuskan pada proses

  penghilangan dilema kolaborasi lain yakni cooperation

dilemma.

Page 8: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 8/48

 7

II. LAPORAN RISET LENGKAP

LAPORAN AKHIR

Hibah Pascasarjana VI 2008

Pengembangan Pemodelan Berbasiskan Agen yang Melibatkan Emosi dan

Pembelajaran

Ketua Tim Riset:

Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng

KK :  People Management and Entrepreneurship 

Program Studi : Sarjana

Fakultas/Sekolah : Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB

INSITUT TEKNOLOGI BANDUNG

DESEMBER 2008

Page 9: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 9/48

 8

I. LEMBAR IDENTITAS

1. Judul : Pengembangan Pemodelan Berbasiskan Agen yang

Melibatkan Emosi dan Pembelajaran

2. Program : Hibah Pascasarjana VI

3. Kategori : Awal

4. Waktu Pelaksanaan : 5 Maret – 5 Desember 2008

5. Tim Riset

5.1 Ketua Tim

a. Nama Lengkap

 b. Pangkat / Golongan

c. NIP

d. Jabatan Sekarang

e. Fakultas / Departemen

f. Kelompok Keahliang. Alamat Kantor/ Telp/Fax/e-mail

h. Alamat Rumah/Telp/Fax/e-mail

:

:

:

:

:

:

:

Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng

Lektor / IIId

132104494

Ketua Sub KK Pengambilan Keputusan dan

 Negosiasi Strategis SBM-ITB

 Manajemen Manusia dan KewirausahaanJl. Ganesha No. 10 Bandung 40132

Telp/ Fax (022)2513923

[email protected] 

Jl. Gemini No. 14, Bandung 40275

Telp. 081320777841

5.2 Anggota Tim Riset

  No Nama Bidang Keahlian InstansiAlokasi Waktu

Jam /

MingguBulan

1 Santi Novani, S.Si, MT Agent Based Simulation

and Modeling

SBM

ITB

10 12

2 Manahan Siallagan, S.Si, MT Agent Based Simulation

and Modeling

SBM

ITB

10 12

3 Danang Sudarsono, ST System Dynamics MSM, SBM

ITB

12 12

4 Dhanan Sarwo Utomo, S.Si Agen Based Simulation

and Modeling

MSM, SBM

ITB

10 12

5 Khrisna Ariyanto, ST, MT Neural Network SBM

ITB

10 12

6. Biaya yang disetuji ITB : Rp. 50,000,000,-

Page 10: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 10/48

 9

Mengetahui,

Ketua Kelompok Keahlian

(Prof. Dr. Jann Hidajat Tjakraatmadja, MSIE) Nip. 130805032

Bandung, 1 Desember 2008

Ketua Tim Riset

(Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng) Nip. 132104494

Dekan

(Prof. Ir. Surna Tjahja Djajadiningrat, MSc. Ph.D)

 Nip. 130367167

Page 11: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 11/48

 10

II. RINGKASAN PROYEK RISET

Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum adalah suatu wilayah seluas 6.080 km2 

dalam tiga wilayah, yaitu propinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Curah hujan

tahunan 3000 mm/tahun pada dataran tinggi dan 2500 mm/tahun pada dataran rendah.

Kelembaban relative 80% dengan suhu rata-rata harian 250C pada dataran rendah dan

180C pada dataran tinggi. Pada jaman dahulu, sungai Citarum adalah sungai yang bersih,

namun saat ini kondisinya berubah total (Sungkono, 2005). Permasalahan klasik selalu

terjadi, yaitu banjir yang terjadi terutama pada musim hujan karena pendangkalan sungai

Citarum di bagian hilir akibat semakin banyaknya lahan gundul di hulu sungai Citarum

(Umar, 2005).

Berbagai analisis penyebab memburuknya sungai Citarum sudah diketahui,

seperti pembongkaran dan penebangan liar di DAS Citarum, dan ledakan penduduk di

wilayah hulu yang hanya seluas 177.600 hektar yang didiami oleh 4,8 juta jiwa (Maulana,

2003). Selain itu banyaknya limbah rumah tangga dan industri yang dibuang ke sungai

Citarum juga menjadi penyebab semakin memburuknya kondisi sungai Citarum. Menurut

catatan, tidak kurang dari dari 200 ton limbah setiap harinya yang dibuang ke sungai

tersebut. Celakanya lagi, limbah industri tersebut tak sedikit yang tidak diolah.

Kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat, daerah hulu dan hilir juga dianggap

menjadi penyebab tidak efektifnya program untuk memperbaiki kondisi sungai Citarum.

Berdasarkan data-data tersebut, terdapat sejumlah agen yang telibat dalam permasalahan

sungai Citarum yakni, penduduk local pada daerah hulu (USP) dan hilir (DSP), industri

tekstil (TI), kelompok pemerhati lingkungan (Green), perumahan pada daerah hulu

(USR) dan perkotaan pada daerah hilir (DSC). Dalam proses negosiasi, tiap agen dapat

mengubah posisi dan kepentingannya masing-masing sehingga, mengubah dinamika

situasi yang muncul. Terdapat sejumlah dilema yang harus dieliminasi untuk dapat

mencapai suatu kesepakatan dan kolaborasi.

Pada penelitian terdahulu telah diadopsi model emosi PAD dan drama theory

dalam mensimulasikan proses negosiasi antar agen. Berdasarkan simulasi ini diperoleh

kesimpulan bahwa, jika setiap agen memiliki emosi yang positif maka, dilema-dilema

konflik yang muncul akan lebih cepat tereliminasi dan resolusi akan lebih cepat tercapai.

Page 12: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 12/48

 11

 Namun, simulasi yang telah dikembangkan terdahulu tidak mampu menganalisa dilema-

dilema yang dapat muncul pada tahap kolaborasi.

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model simulasi negosiasi yang

tidak hanya mampu menganalisa dilema-dilema konfrontasi tetapi juga, mampu

menganalisa dilema-dilema kolaborasi khususnya, trust dilemma. Dalam rangka

membangun model barui ini, diadopsi konsep tendensi afiliasi yang mencerminkan

kecenderungan suatu agen untuk bekerja sama dan berkolaborasi dengan agen-agen lain.

III. PERNYATAAN MASALAH, TUJUAN RISET, METODOLOGIDAN REFERENSI

III.1 PERNYATAAN DAN TUJUAN RISET

Sungai Citarum pada jaman dahulu mampu menyediakan jasa-jasa sosialnya

  berupa air yang bersih, pembangkit listrik, perikanan, pariwisata, dan rekreasi umum

lainnya. Namun saat ini, sungai Citarum sudah tidak mampu menyediakan jasa-jasa itu

dengan baik, malahan merupakan sumber bencana bagi masyarakat sekitar berupa banjir 

  pada musim hujan dan juga berbagai penyakit karena kotornya air sungai pada musim

kemarau.

Banyak pihak yang terlibat dalam permasalahan tersebut, yaitu penduduk dan  pemerintah daerah di daerah hulu, hilir, industri, dan lembaga swadaya masyarakat.

Beberapa usulan untuk mengembalikan fungsi sungai Citarum sudah ada, namun belum

ada suatu usulan yang komprehensif sehingga semua pihak dapat bekerja sama untuk 

memecahkan masalah tersebut.

Permasalahan sungai Citarum ini sudah berlangsung sangat lama, dan sudah

  berpuluh-puluh seminar dilaksanakan sehingga diasumsikan semua pihak sudah saling

  berinteraksi lama dan sudah saling mengenal dan berbagi informasi. Oleh karena itu,

dalam analisis hambatan kerjasama dengan drama theory ini, akan mulai dari tahap akhir 

dari build-up, di mana semua pihak sudah mempunyai common reference frame terhadap

  permasalahan sungai Citarum. Pertama-tama, common reference frame awal dibuat

dengan berdasarkan atas informasi yang didapat dari surat kabar dan beberapa bahan dari

seminar mengenai DAS Citarum. Kemudian, analisis akan memasuki tahap climax 

Page 13: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 13/48

 12

dengan mengidentifikasi dilema-dilema yang dihadapi oleh masing-masing pihak 

 berdasarkan common reference frame tersebut.

Penelitian ini akan menganalisis dinamika konflik dan kolaborasi antara

 partisipan yang terlibat. Dalam hal ini, kami menggunakan model simulasi berbasiskan

agen dengan berbasis pada drama theory. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 

mengsimulasikan dan menganalisis interaksi antar agen yang melibatkan strategi, emosi

dan tendensi afiliasi melalui proses negosiasi. Dalam proses negosisasi ini, dilema

masing-masing agen akan berkurang atau hilang bergantung pada strategi, emosi dan

tendensi afiliasi yang dimilikinya. Skenario terbaik apa yang dapat mengurangi atau

menghilangkan dilema pada permasalahan DAS sungai Citarum ini? Pertanyaan ini akan

dijawab dengan menggunakan simulasi dengan bahasa pemrograman SOARS.

III.2 METODOLOGI DAN REFERENSI

A. PEMODELAN BERBASISKAN AGEN (AGENT BASED MODELING)

  Pemodelan berdasarkan agen (agent based modeling) adalah suatu pendekatan

  baru untuk menghasilkan pengetahuan, yang dikembangkan dari konsep dan teknik 

mengenai teori kompleksitas yang melibatkan banyak aktor dan interaksinya. Model ini

  berawal dengan rule pembelajaran (learning) dan action yang sederhana tetapi akanmenampilkan suatu prilaku yang kompleks.

Pemodelan berdasarkan agen (agent based modeling) seperti pendekatan deduktif,

memulai dengan asumsi (rules) eksplisit, kemudian mencari konsekuensi-

konsekuensinya, namun bukan dengan menggunakan model matematika melainkan

membangun model simulasi, dan dengan pendekatan induktif, data simulasi

dipergunakan untuk menyimpulkan konsekuensi-konsekuensinya. Setiap agen memiliki

sifat-sifat sebagai berikut:

1.   Autonomous, memiliki decision rule sendiri (bertindak atas dasar subyektifitas dan

atribut lokalnya);

2.    Bounded rational, yaitu belajar dengan trial dan error , dengan mempertahankan

strategi yang efektif dan memodifikasi strategi yang buruk, juga dapat meniru strategi

agen lain yang dianggap baik.

Page 14: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 14/48

 13

Simulasi dari interaksi antar agen dengan karakteristik di atas disebut Agent Based 

 Modeling,   Bottom Up modeling atau   Artificial Social Systems. Simulasi ini digunakan

karena konsekuensi dari interaksi yang sangat sulit dilakukan dengan model matematika.

 B. DRAMA THEORY

1. Dinamika Konflik Kepentingan

Perbedaan kepentingan/konflik adalah bagian dari kehidupan manusia sebagai salah

konsekuensi dari kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Untuk menghasilkan

kesepakatan, diperlukan suatu negosiasi antar pihak yang terlibat. Dalam negosiasi,

 biasanya suatu pihak akan mengusulkan suatu posisi yang ditawarkan ke pihak lain, dan

memberikan suatu ancaman bila pihak tersebut tidak menerima posisi tersebut. Kalau

  pihak lain menerima posisi yang ditawarkan dengan tanpa hambatan (dilema), maka

tercapailah penyelesaian (resolusi). Tapi kalau pihak lain tersebut tidak menerima posisi

yang ditawarkan, maka akan terjadi konfrontasi. Sehingga, resolusi dari suatu konflik 

  bisa berupa happy ending, yaitu kolaborasi,/kerjasama atau pun tragedi (bila ancaman

dari pihak-pihak yang berkonfrontasi benar-benar dijalankan).

 Drama theory dirancang untuk menganalisis bagaimana suatu situasi konflik ( frame)

akan berubah ke situasi lain ( frame baru) yang biasanya terjadi pada tahap   pre play 

(negosiasi) (Bennet, 1998). Suatu  frame adalah deskripsi tentang pihak-pihak yang

 berinteraksi, pilihan tindakan dari tiap-tiap pihak (options), posisi yang ditawarkan secara

terbuka oleh tiap pihak, posisi ancaman, dan preferensi dari masing-masing pihak 

terhadap semua kemungkinan hasil interaksi.

Dalam drama theory, perubahan frame tersebut akan terjadi karena adanya dilema,

yang akan menyebabkan pihak yang berinteraksi mempunyai hambatan untuk 

menghasilkan suatu resolusi. Suatu pihak akan mempunyai dilema bila dia merasa ada

hambatan untuk mencapai tujuan yang dia inginkan, karena faktor yang ada pada dia

sendiri atau pun faktor-faktor yang berasal dari pihak lain. Tujuan dari tiap pihak tersebut

direfleksikan dalam bentuk posisi (yaitu, suatu skenario masa depan yang ditawarkan

oleh pihak tersebut secara terbuka kepada pihak lain), dan dia berusaha untuk 

meyakinkan pihak lain untuk menerima posisi tersebut, kalau perlu dengan janji

( promises) atau pun dengan ancaman (threats) (Bryant, 2003).

Page 15: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 15/48

 14

Setiap pihak akan berusaha untuk menghilangkan dilema tersebut, dengan

melibatkan emosi, baik yang positif atau pun yang negatif, rational arguments, dan

 perubahan asumsi (beliefs) atau pun nilai (values). Emosi yang positif diperlukan untuk 

meyakinkan pihak lain, bahwa pihak tersebut serius untuk berkolaborasi; sedangkan

emosi yang negatif diperlukan untuk menyakinkan pihak lain, bahwa pihak tersebut

serius dengan ancamannya (Bryant, 2003). Sekali dilema berhasil dihilangkan, maka

semua pihak akan mencapai suatu penyelesaian, walaupun tidak selalu berarti mengarah

 pada ”happy ending”.

Dengan drama theory, setiap pihak akan dapat memperkirakan bagaimana frame 

akan berubah, dengan mengetahui dilema-dilema yang dihadapi oleh pihak-pihak yang

terlibat pada suatu frame tertentu (Bennet, 1998).

2. Dilema-dilema yang menghambat kerjasama

Dalam negosiasi akan timbul dilema-dilema yang akan dihadapi oleh pihak-pihak 

yang terlibat, yang akan menghambat terjadinya resolusi (Bryant, 2003). Ada dua

kelompok dilema yang terjadi dalam proses negosiasi:

a.  Dilema Konfrontasi

Dilema ini terjadi dalam kondisi dimana semua pihak tidak mempunyai

 posisi/tawaran/usulan yang sama (atau, minimal ada satu pihak yang mengusulkan  posisi yang berbeda/tidak compatible dengan posisi pihak lain), yang

menyebabkan pihak yang mempunyai dilema tersebut tidak  credible dalam

menerapkan ancamannya, yaitu:

  Threat dilemma

Pihak 1 menghadapi threat dilemma terhadap pihak 2 bila ancaman pihak 1

dianggap tidak serius (tidak dapat dipercaya/credible) oleh pihak 2, karena

  pihak 2 mengetahui bahwa ada future (skenario masa depan lain) selain

  posisi pihak 2 yang lebih disukai oleh pihak 1 daripada posisi ancaman.

Pihak 1 hanya dianggap menggertak (bluffing) saja oleh pihak lain. Dalam

kondisi seperti ini, pihak 1 perlu untuk membuat agar ancamannya lebih

dilihat serius (credible) oleh yang lain, dengan negative emotion seperti

marah, geram, atau pun kebencian.

Page 16: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 16/48

 15

    Rejection dilemma

Pihak 1 akan menghadapi rejection dilemma terhadap pihak 2 bila pihak 1

ada hambatan untuk meyakinkan pihak lainnya bahwa dia serius dengan

  penolakannya terhadap posisi pihak 2, karena mungkin pihak 1 diragukan

lebih menyukai posisi ancaman dibandingkan posisi pihak 2. Dalam kondisi

seperti ini, pihak 1 perlu untuk membuat agar ancamannya lebih dilihat

serius (credible) oleh pihak 2 dengan negative emotion.

  Positioning dilemma

Pihak 1 menghadapi positioning dilemma terhadap pihak 2, bila pihak 1 lebih

menyukai posisi pihak 2 dibandingkan dengan posisinya sendiri. Namun,

  pihak 1 bisa menolak posisi pihak 2 dengan harapan untuk mendapatkan

tawaran yang lebih baik, atau karena posisi pihak 2 dianggap tidak realistik,

atau pun pihak 1 lebih menyukai posisi ancaman dibandingkan posisi pihak 

2; atau pun pihak 1 tidak percaya dengan pihak 2.

  Persuasion dilemma

Pihak 1 akan menghadapi persuasion dilemma terhadap pihak 2 bila pihak 1

lebih menyukai posisi pihak 2 dibandingkan dengan posisi ancaman,

sehingga pihak 1 mengalami hambatan untuk meyakinkan pihak 2 untuk 

menerima posisinya. b.  Dilema Kolaborasi/Kerjasama

Kalau dilema konfrontasi berhasil dihilangkan, maka pihak-pihak yang

  berinteraksi akan mempunyai posisi bersama (yaitu, tidak ada perbedaan

kepentingan pada posisi yang ditawarkan), namun mereka masih bisa menghadapi

dilema kolaborasi, yaitu mereka masih mempunyai kemungkinan untuk tidak 

 percaya satu sama lain atas komitmen terhadap posisi bersama tersebut.

  Trust dilemma

Pihak 1 menghadapi trust dilemma tarhadap pihak 2 bila pihak 1 tidak yakin

  bahwa pihak 2 akan komit dengan posisi bersama tersebut; dalam hal ini

  pihak 1 bisa juga berpindah ke posisi lain, atau pun mencari cara agar dia

yakin dengan komitmen pihak 2.

Page 17: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 17/48

 16

  Cooperation dilemma

Pihak 1 mempunyai cooperation dilemma terhadap pihak 2 bila pihak 1 juga

tergoda untuk tidak berkomitmen dengan posisi bersama ini, mungkin ada

 future lain yang lebih menarik dibandingkan posisi bersama tersebut; dan

kalau pihak 1 ingin menghilangkan dilema ini, maka pihak 1 bisa berpindah

ke posisi lain, atau pun pihak 1 dapat menyakinkan pihak 2 bahwa dia tetap

 berkomitmen dengan posisi bersama tersebut.

3. Metafor Drama untuk Menjelaskan Dinamika Negosiasi

Menurut drama theory, dinamika negosiasi dapat disamakan dengan drama,

dimana dalam drama ada beberapa episode, dan tiap episode akan melibatkan tahap-tahap

seperti berikut ini (Howard, 1996a).

Gambar 1: Dinamika konflik yang dilihat sebagai sebuah drama

1SCENE

SETTING

2

BUILD-UP3

CLIMAX

4

RESOLUTION

5

DE`NOUMENT

If not

If positions are united

and trustworthy

Page 18: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 18/48

 17

Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1, proses negosiasi menurut drama theory 

akan terdiri dari lima tahap, yaitu:

1.  Scene Setting

Dalam tahap ini, pihak-pihak yang berinteraksi belum mempunyai persepsi yang

sama atas situasi yang dihadapi (atau, belum mempunyai common reference),

dimana masing-masing pihak berusaha mempengaruhi pihak lain dengan  frame 

nya, atau pun dia belajar tentang frame yang dilihat pihak lain. Setiap pihak bisa

melihat situasi dengan  frame yang berbeda, sehingga ada beberapa alternatif 

 frame yang tersedia pada tahap ini. Tahap ini akan menghasilkan beberapa frame

yang bisa berbeda satu dengan yang lainnya.

2.   Build-up

Tahap ini mulai dengan kondisi di mana tiap pihak mempunyai  frame yang

  berbeda, dan masing-masing pihak berkomunikasi dengan pihak lain, sehingga

ada kemungkinan kesalahan persepsi terhadap  frame pihak lainnya. Situasi ini

disebut dengan kondisi hyperframe. Namun dengan adanya interaksi dan

komunikasi di antara mereka, maka lambat laun setiap pihak akan mempunyai

 frame yang sama terhadap situasi konflik yang mereka hadapi, sehingga mereka

mempunyai common reference frame. Dengan frame yang sama, maka tiap pihak 

mulai bisa menawarkan posisinya masing-masing secara terbuka. Sering dalamtahap ini, posisi yang ditawarkan berbeda satu pihak dengan pihak lain, atau pun

kalau mereka menghasilkan posisi bersama, maka ada kemungkinan masing-

masing tidak percaya dengan komitmen pihak lain terhadap posisi bersama

tersebut. Kalau mereka menghasilkan posisi bersama dalam tahap ini, dan mereka

  juga tidak mempunyai masalah dengan kepercayaan dengan pihak lain, maka

 proses konflik bisa langsung meloncat ke tahap 4, yaitu resolusi, dimana mereka

akan siap menghasilkan suatu penyelesaian, happy ending or tragedy.

3.  Climax

Tahap ini bermula ketika ada pihak yang tidak puas dengan  frame bersama dan

  berusaha untuk mengubahnya. Dalam hal ini, frame yang sama tersebut tidak 

menghasilkan posisi bersama, atau pun kalau menghasilkan posisi bersama,

masing-masing pihak masih ada ketidakpercayaan dengan pihak lain. Dalam

Page 19: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 19/48

 18

kondisi tersebut, maka tiap pihak akan menghadapi satu atau lebih dilema yang

menyebabkan pihak tersebut mempunyai dorongan untuk mengubah frame-nya.

4.   Resolution

Pada tahap ini semua pihak sudah mempunyai posisi yang sama dan tidak 

memiliki keraguan atas komitmen pihak lain, maka proses konflik telah mencapai

resolusinya, dimana hasilnya bisa positif, atau tercapai suatu

kerjasama/kolaborasi; atau pun negatif dalam arti akan menghasilkan tragedi

dimana tiap pihak memilih posisi ancaman.

5.   De`nouement 

Suatu episode drama berakhir pada tahap ini, dimana tiap pihak melaksanakan

kesepakatan atau ancamannya masing-masing, setelah mereka menjalani proses

konflik/ pre play yang panjang.

III.  APLIKASI MODEL SIMULASI BERBASISKAN AGEN DAN DRAMA

THEORY UNTUK KASUS DAS CITARUM 

1.  Memodelkan common reference frame 

Permasalahan sungai Citarum ini sudah berlangsung sangat lama, dansudah berpuluh-puluh seminar dilaksanakan sehingga diasumsikan semua pihak 

sudah saling berinteraksi lama dan sudah saling mengenal dan berbagi informasi.

Oleh karena itu, dalam analisis hambatan kerjasama dengan drama theory ini, akan

mulai dari tahap akhir dari build-up, di mana semua pihak sudah mempunyai

common reference frame terhadap permasalahan sungai Citarum.

Pertama-tama, common reference frame awal dibuat dengan berdasarkan

atas informasi yang didapat dari surat kabar dan beberapa bahan dari seminar 

mengenai DAS Citarum. Kemudian, analisis akan memasuki tahap climax dengan

mengidentifikasi dilema-dilema yang dihadapi oleh masing-masing pihak 

 berdasarkan common reference frame tersebut dan definisi-definisi dilema yang

telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Berdasarkan informasi tentang dilema-

dilema ini, fasilitator bisa memperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh

Page 20: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 20/48

 19

  pihak-pihak yang terlibat untuk menghilangkan dilema agar negosiasi dapat

mengarah kepada kerjasama antar semua pihak yang terlibat.

Akhirnya, pada tahap climax ini akan ditunjukkan bagaimana fasilitator 

dapat mengusulkan satu perubahan frame dari tiap-tiap pihak, dan menganalisis lagi

dilema yang ada. Proses ini dalam drama theory akan terus berulang sampai pada

suatu tahap dimana semua pihak sudah bebas dari dilema, sehingga bisa memasuki

tahap berikutnya, yaitu resolution. Common reference frame dari permasalahan

sungai Citarum dimodelkan seperti pada Gambar 2.

OPSI PARTISIPAN THREATPOSISI

USR G TI DSP USP DSC

Up Stream Regencies < <

Stop deforestation Tidak  Ya Ya Ya/Tdk Ya Tidak  Ya

Green > < > <

Protest Ya  Tidak Tidak Tidak  Ya/Tdk Tidak Tidak 

Textile Industries > > >

Stop un-treatment waste

disposal to river Tidak  Ya/Tdk Ya Tidak  Ya Ya/Tdk Ya

Down Stream People < < < <

Stop waste disposal to river Tidak  Ya/Tdk Ya Ya/Tdk Tidak  Ya/Tdk Ya

Up Stream People > > > >

Stop illegal lodging Tidak   Ya Ya Ya/Tdk Ya Tidak  Ya

Down Stream Cities > < > < >

Strict penalties for illegal

waste disposal to river Ya  Ya/Tdk Ya Tidak Tidak  Ya/Tdk Tidak 

Maintenance down Stream

River Tidak  Ya/Tdk Ya Ya/Tdk Ya Ya/Tdk Tidak 

Revenue sharing to Up

Stream Regencies

Tidak  Ya Ya/Tdk Ya/Tdk Ya/Tdk Ya/Tdk Tidak 

Gambar 2. Common Reference Frame Permasalahan DAS Citarum

Page 21: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 21/48

 20

Penjelasan umum Common Reference Frame:

Pada sebelah kiri matrik terdapat pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dan tiap pihak 

mempunyai option(s) yang terdapat di bawahnya tepat; misalnya Up Stream Regencies 

mempunyai satu option yaitu “stop deforestation”.

Kolom matrik di atas menggambarkan berbagai skenario yang bisa terjadi dari interaksi

dari pihak-pihak di atas, terdiri dari posisi yang ditawarkan masing-masing pihak (sesuai

dengan singkatan nama pihak, misalnya kolom G adalah posisi dari pihak Green). Yang

disebut posisi ini adalah skenario yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, dan

tawaran ini sifatnya terbuka (  public position) sehingga semua pihak bisa melihat posisi

tersebut. Suatu posisi adalah salah satu alternatif kombinasi dari penerimaan, penolakan,

atau abstain atas tiap option dari tiap partisipan. Misalnya, posisi TI di atas dapat

diterjemahkan bahwa pihak TI abstain (Yes/No) dengan option  stop deforestation dari

  pihak USR, menolak (No)  option protest  dari pihak  Green, menolak (No) stop

untreatment waste disposal to river , dan seterusnya.

Selain posisi juga ada threat yaitu posisi ancaman, yaitu merupakan scenario masa depan

yang akan terjadi bila semua pihak menjalankan ancamannya masing-masing.

Penjelasan Pihak-pihak yang terlibat dan Opsi-opsinya

Di bawah tiap-tiap pihak ada option yang tersedia untuk tiap stakeholder  sebagai berikut:

•  Up Stream Regencies (USR, yang mewakili pemerintah daerah di daerah hulu DAS

Citarum)

  Stop Deforestation: pemerintah daerah di bagian hulu DAS Citarum

menghentikan penebangan hutan di daerahnya, sehingga tidak ada peralihan tata

guna lahan dari hutan menjadi perumahan atau yang lain.

•  Green (G, diwakili oleh DPKLTS)

  Protest : aktifis lingkungan yang diwakili oleh Dewan Pemerhati Kehutanan dan

Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS)  melakukan protes bisa melalui surat kabar 

atau pun mengerahkan masa untuk turun di jalan memprotes tindakan pihak 

lainnya. DPKLTS bisa melancarkan protes pada semua pihak dalam interaksi

tersebut.

Page 22: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 22/48

 21

•  Textile Industry (TI), yang mewakili beberapa pabrik textile yang masih membuang

limbah yang belum diolah ke sungai Citarum)

  Stop untreatment waste disposal to river : Beberapa tekstil  industri yang ada di

sepanjang sungai Citarum menghentikan pembuangan limbah industri yang

 belum diolah ke sungai Citarum.

•   Down Stream People (DSP, yang mewakili sebagian masyarakat di sepanjang sungai

Citarum yang masih membuang sampah rumah tangganya ke sungai Citarum)

  Stop waste disposal to river : Masyarakat di sepanjang sungai Citarum

menghentikan pembuangan sampah rumah tangganya ke sungai Citarum.

•  Up Stream People (USP, yang mewakili sebagian masyarakat di bagian hulu sungai

Citarum yang masih melakukan penebangan liar)

  Stop illegal lodging: Masyarakat di bagian hulu sungai Citarum menghentikan

 penebangan liar kayu hutan.

•   Down Stream Cities (DSC, yang mewakili pemerintah daerah di bagian hilir sungai

Citarum)

  Strict penalties for illegal waste disposal to river : pemerintah daerah di bagian

hilir sungai Citarum menerapkan aturan yang keras terhadap pembuangan

sampah rumah tangga dan limbah industri ke sungai Citarum yang tidak 

melanggar ketentuan yang telah ditetapkan.

    Maintenance down stream river : pemerintah daerah di bagian hilir sungai

Citarum merawat sungai Citarum dengan membersihkan dari sampah dan

melakukan pengerukan rutin.

    Revenue Sharing to Up Stream Regencies: pemerintah daerah di bagian hilir 

sungai Citarum memberikan bagian dari PAD nya ke pemerintah daerah di

 bagian hulu sungai Citarum untuk merawat hutan di daerahnya.

Penjelasan preferensi

Tiap pihak akan diminta untuk membandingkan suatu skenario dan posisi

ancaman Threat . Pada Gambar 2 ada > atau < pada tiap baris pihak, yang

menggambarkan preferensi dari pihak tersebut terhadap Threat bila dibandingkan dengan

 posisi pada kolom panah tersebut. Misalnya, > pada baris  Down Stream Cities di kolom

Page 23: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 23/48

 22

USR berarti bahwa DSC lebih menyukai Threat  dibandingkan posisi USR (yaitu,

menurut DSC, Threat > posisi USR).

Penjelasan posisi dari tiap-tiap pihak:

1.  Posisi USR 

USR akan menghentikan deforestation dan meminta USP untuk menghentikan

  penebangan liar, Green tidak memprotes lagi, dan DSC memberikan bagian

 pendapatannya ke USR sebagai imbalannya.

2.  Posisi Green 

Aktifis lingkungan tidak akan memprotes, USR menghentikan deforestation, TI

menghentikan pembuangan limbah yang belum diolah, DSP menghentikan

 pembuangan sampah rumah tangga ke sungai, USP menghentikan penebangan hutan

secara liar, DSC menerapkan hukuman yang keras terhadap pembuangan

sampah/limbah ke sungai yang melanggar hukum, dan merawat sungai dengan tuntas.

3.  Posisi TI

Green tidak seharusnya memprotes, TI tetap membuang limbah yang belum diolah ke

sungai, dan DSC tidak melakukan hukuman yang keras terhadap pembuangan

sampah/limbah ke sungai yang ilegal.

4.  Posisi DSPUSR seharusnya menghentikan deforestation, TI seharusnya menghentikan

  pembuangan limbah yang belum diolah ke sungai, DSP tidak seharusnya

menghentikan pembuangan sampah rumah tangga ke sungai, USP seharusnya

menghentikan penebangan liar, DSC tidak seharusnya memberlakukan hukuman

yang keras terhadap pembuangan sampah/limbah ilegal ke sungai, dan DSC

seharusnya merawat dengan tuntas.

5.  Posisi USP

USP tidak seharusnya menghentikan penebangan liar, Green tidak seharusnya

memprotes, dan USR tidak seharusnya menghentikan deforestation.

6.  Posisi DSC

USR seharusnya menghentikan deforestation, Green seharusnya tidak memprotes

DSC, TI tidak seharusnya membuang limbah yang belum diolah ke sungai, DSP

Page 24: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 24/48

 23

seharusnya menghentikan pembuangan sampah ke sungai, USP seharusnya

menghentikan penebangan liar, dan DSC seharusnya tidak memberlakukan hukuman

keras pembuangan sampah/limbah ilegal ke sungai, tidak seharusnya merawat secara

tuntas, dan tidak seharusnya membagi pendapatannya ke USR.

Penjelasan posisi ancaman (Threat )

Posisi ancaman akan terealisasi bila masing-masing pihak menjalankan ancamannya.

Untuk kasus di atas, posisi ancamannya adalah USR tidak akan menghentikan

deforestation, Green akan memprotes, TI tidak akan menghentikan pembuangan limbah

yang belum diolah, DSP tidak akan menghentikan pembuangan sampah rumah tangga,

USP tidak akan menghentikan penebangan liar, dan DSC akan memberlakukan hukuman

yang keras terhadap pembuangan sampah/limbah ilegal ke sungai, tidak akan merawat

dengan tuntas, dan tidak akan membagi pendapatannya ke USR.

2. Model Simulasi Teori Drama

Untuk dapat membawakan suatu permasalahan teori drama ke dalam simulasi

dibutuhkan definisi-definisi yang berhubungan dengan pembentukan kerangka bersama

 permasalahan. Dalam model simulasi ini diasumsikan bahwa tahap pertama teori dramayaitu scene setting sudah dilalui. Setiap agen sudah memberikan opsi yang ditawarkannya

sehingga dapat dipilih oleh agen lain.

Definisi 1:

kio adalah opsi agen-i yang dapat ditawarkannya kepada agen lain dengan k adalah

 jumlah opsi yang dimiliki agen-i.

Untuk setiap opsi-k yang dimiliki oleh agen-i, agen-i dapat mempunyai pilihan menerima

atau menolak opsi tersebut pada setiap waktu-t.

Page 25: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 25/48

 24

Definisi 2:

},{: ditolak diterimaoc ki

ki → adalah pilihan yang dilakukan oleh agen-i terhadap opsi-k 

yang ditawarkannya.

Penerimaan atau penolakan terhadap opsi-k yang dipilih oleh agen-i didasarkan padasuatu nilai yang diberikan oleh agen-i pada waktu-t untuk pilihan menerima atau menolak 

opsi-k tersebut.

Definisi 3:

ℜ→)(: ki

ki

ki ocVo adalah nilai yang diberikan terhadap pilihan opsi –k oleh agen-i pada

waktu-t yaitu

⎪⎩⎪⎨⎧

−=

ditolak oc jikaa xditerimaoc jikaaocVo

ki

ki

ki

kiki

t ki

t ki

)(;)(;))((  

x adalah nilai dasar 

Untuk setiap opsi-k yang ditawarkan oleh agen-i, agen-j memberikan pilihan

terhadap opsi tersebut, diterima, ditolak atau tidak memilih pada waktu-t.

Definisi 4:

},,{: memilihtidak ditolak diterimaoc kij

kij → adalah pilihan yang dilakukan oleh agen-i

terhadap opsi-k yang dimiliki oleh agen-j.

Penerimaan atau penolakan yang dilakukan oleh agen-i terhadap opsi-k yang ditawarkan

agen-j didasarkan pada suatu nilai persepsi yang diberikan oleh agen-i pada waktu-t.

Definisi 5:

ℜ→)(: kij

kij

kij ocVpo adalah nilai persepsi opsi yang diberikan agen-i terhadap pilihan

opsi –k yang ditawarkan oleh agen-j pada waktu-t yaitu

⎪⎩

⎪⎨⎧

−=

ditolak oc jikaa x

diterimaoc jikaaocVpo

kij

kij

kij

kij

kij

kij

kij)(;

)(;))((  

x adalah nilai dasar 

Page 26: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 26/48

 25

 

atau

dipilihtidak oc jikaocVpo kij

kijkij

kij

kij )(;0))(( =  

Dari nilai yang telah diberikan terhadap opsi-k oleh agen-i dan nilai persepsi yang

telah diberikan terhadap opsi-k yang ditawarkan oleh agen-j, agen-i memiliki suatu posisi

terhadap opsi yang telah dipilihnya pada waktu-t yaitu

},...,,,{ 321

n

t t t t   p p p p p = n= banyak agen

dengan

)}({)}({ kij

kijki

ki

i ococ p ∪=  

Untuk posisi yang telah ada pada waktu-t yaitu tp , agen-i memberikan nilai posisi t i p  

yang didasarkan pada nilai opsi t 

kiVo dan nilai persepsi opsi t 

kijVpo yang dimilikinya.

Definisi 6:

ℜ→t 

i

i  pVp : adalah nilai posisi yang diberikan agen-i pada waktu-t yaitu

∑+=m

kij

ki

i

i VpoVo pVp )( m=banyak opsi dan ) ji( ≠ .

Untuk posisi yang telah ada pada waktu-t yaitu tp , agen-i memberikan nilai persepsi

 posisit

 jp )(  ji ≠ yang didasarkan pada nilai persepsi opsi yang dimilikinyat

kijVpo .

Definisi 7:

ℜ→t 

 j

i  pVpp : adalah nilai persepsi posisi yang diberikan agen-i terhadap posisi agen-j

 pada waktu-t yaitu

∑+=

m

kij

ki

 j

i VpoVo pVpp )( m=banyak opsi dan ) ji(≠

.

Jika pilihan agen-j terhadap opsi-k adalah tidak memilih maka nilai persepsi opsi-k 

didasarkan pada nilai persepsi opsi agen-i yang dipilih oleh agen-i.

Page 27: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 27/48

 26

Untuk posisi yang telah ada pada waktu-t yaitutp , akan terbentuk suatu ancaman pada

waktu-t yaitu

},,...,,,{ 321

n

t t t t t t t t t  = n=banyak agen.

Definisi 8:

Untuk setip agen-i memberikan ancaman t 

it  yang didasarkan pada:

Untuk setiap opsi iko yang dimiliki oleh agen-i, agen-i melihat pilihan setiap agen -j

terhadap opsi iko yaitu )( ik 

 j oc sedemikian sehingga:

1.  Jika pilihan agen-i terhadap opsi iko adalah menerima dan jika jumlah pilihan

menerima terhadap opsi iko yang dilakukan oleh setiap agen-j lebih besar atau

sama dengan jumlah pilihan menolak terhadap opsi iko yang dilakukan oleh

setiap agen-j maka )( ik 

i ot  =menolak.

2.  Jika pilihan agen-i terhadap opsi iko adalah menolak dan jika jumlah pilihan

menolak terhadap opsi iko yang dilakukan oleh setiap agen-j lebih besar atau

sama dengan jumlah pilihan menerima terhadap opsi iko yang dilakukan oleh

setiap agen-j maka )( ik 

i ot  =menerima.

Untuk ancaman t t  , setiap agen-i memberikan nilai persepsi ancaman t 

iVpt  yaitu:

ℜ→t t 

i t Vpt  :

Definisi 9:

  Nilai persepsi ancaman t 

iVpt  yang dilakukan oleh agen-i didasarkan pada nilai opsi

kiVo dan nilai persepsi opsi t 

kijVpo yang dimilikinya yaitu:

∑+=m

kij

ki

t t 

i VpoVot Vpt  )(

Untuk setiap posisi agen-i t 

i p , akan terbentuk suatu dilema pada waktu-t yang

 berhubungan dengan posisi agen-j t 

 j p dan t t  yaitu t 

ijd  .

Page 28: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 28/48

 27

 

Definisi 10:

Untuk setiap agen-i akan menentukan dilema terhadap setiap agen-j yang didasarkan

 pada nilai persepsi posisi dan nilai persepsi ancaman sedemikian sehingga:

1.  Jika nilai persepsi pilihan agen-j )( t 

 j

i  pVpp lebih besar atau sama dengan nilai

  persepsi ancaman )( t t 

i t Vpt  maka agen-i lebih menyukai posisi agen-j sehingga

dilema yang terbentuk adalah dilema penolakan (rejection dilemma).

2.  Jika nilai persepsi pilihan agen-j )( t 

 j

i  pVpp lebih kecil atau sama dengan nilai

  persepsi ancaman )( t t 

i t Vpt  maka agen-i lebih menyukai posisi ancaman sehingga

dilema yang terbentuk adalah dilema persuasi ( persuasion dilemma).

Model simulasi teori drama ini akan membentuk suatu kerangka bersama dan dilema

yang muncul dari kerangka bersama tersebut. Dalam model simulasi ini hanya 2 dilema

yang akan dihilangkan yaitu dilema penolakan (rejection dilemma) dan dilema persuasi

(persuassion dilemma).

3. Model Negosiasi

Dalam model ini, proses negosiasi melibatkan unsur strategi dan keadaan emosidari agen dalam bernegosiasi. Unsur strategi akan menentukan seberapa besar keahlian

seorang agen dalam melakukan penawaran kepada agen lain. Keadaan emosi akan

menentukan seberapa besar pengaruh prilaku (cara berbicara, ekspresi, dan keadaan

mental) seorang agen dalam melakukan negosiasi. Hal ini memungkinkan seorang agen

dengan keahlian negosiasi yang rendah tetapi memiliki pengaruh prilaku yang baik dapat

mempengaruhi pihak lain dan pengaruh ini juga bergantung dari keadaan emosi pihak 

lain.

Setiap agen yang memiliki dilema terhadap agen lain akan melakukan negosiasi

yang didasarkan pada strategi negosiasi yang digunakannya dan keadaan emosi yang

dimilikinya. Tujuan dari proses negosiasi ini adalah untuk mengajak agen lain merubah

 pilihannya terhadap suatu atau beberapa opsi dimana pada opsi-opsi ini mereka memiliki

 pilihan yang berlawanan (konflik). Seorang agen akan merubah pilihannya terhadap suatu

Page 29: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 29/48

 28

opsi bergantung pada seberapa besar pengaruh strategi dan keadaan emosi dari agen yang

melakukan penawaran terhadap keadaan emosi agen lain yang akan mempengaruhi nilai

  persepsi yang dia miliki terhadap suatu opsi tertentu. Proses negosiasi ini berlangsung

  pada setiap waktu ,...}3,2,1{=t  . Model penghilangan dilema ini juga dapat menimbulkan

suatu kondisi dimana agen yang terlibat tidak menemukan kesepakatan terhadap suatu

atau beberapa opsi sehingga permasalahan masih mengandung dilema.

Model emosi yang akan digunakan dalam tulisan ini adalah perluasan dari model

negosiasi emosional PAD. Model keadaan emosi PAD melibatkan pendekatan tiga-

dimensi untuk mengukur emosi yaitu Pleasure (P), Arousal (A) dan Dominance (D).

Dimensi pertama yaitu Pleasure (P) memberikan arahan emosi, status emosi positif 

(Pleasure) / status emosi negatif (Displeasure).

Definisi 11:

Untuk setiap agen-i memiliki keadaan emosi yaitu:

},,{ d a pi r r r  Es = )1,1(,, −∈d a p r r r   

 Nilai-nilai mempunyai arti negatif jika mendekati -1 dan arti positif jika mendekati 1.

Berdasarkan penelitian sebelumnya,  angry dikodekan{-.51, .59, .25}, bored  

dikodekan {-.65, -.62, -.33}, curious dikodekan {.22, .62, -.01}, dignified  dikodekan

{.55, .22, .61}, elated  dikodekan {.50, .42, .23}, hungry dikodekan {-.44, .14, -.21},

inhibited dikodekan{-.54, -.04, -.41}, loved dikodekan {.87, .54, -.18}, puzzled dikodekan

{-.41, .48, -.33}, sleepy dikodekan {.20, -.70, -.44}, unconcerned  {-.13, -.41, .08}, dan

violent dikodekan sebagai{-.50, .62, .38}. 

Definisi 12:

Untuk setiap agen-i memiliki fungsi keadaan emosi yaitu:

d a pd a pi r r r r r r Se −+= )1.(),,(

Tendensi afiliasi (affiliative tendency) didefinisikan sebagai ekspektasi seorang agen

untuk menunjukkan sikap ositif dalam berinteraksi dengan agen-agen lain. Tendensi

afiliasi merupakan kombinasi dari dimensi-dimensi emosi yang dimilikinya sebagai

 berikut: 

0.46 0.24 0.3ij ij ij ij Affiliation rp ra rd  = + +  

Page 30: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 30/48

 29

Definisi 13:

Ruang strategi yang dapat dimiliki oleh seorang agen merupakan himpunan bilangan

  bulat positif }10,9,8,7,6,5,4,3,2,1{=st  .

Ruang strategi ini mewakili keahlian dari seorang agen dalam bernegosiasi. Semakin

  besar strategi yang dimiliki oleh seorang agen, semakin tinggi keahlian dalam

 bernegosiasi.

4. Model untuk Mengeliminasi Dilema Konfrontasi

Untuk setiap waktu negosiasi ,...}3,2,1{=t  , agen-i dan agen-j akan melakukan

negosiasi jika terdapat dilema diantara mereka. Dari posisi yang mereka miliki sekarang

1−t 

i p dan 1−t 

 j p , mereka akan melakukan negosiasi pada opsi-opsi dimana terjadi

 perbedaan dalam pilihan mereka (agen-i menolak dan agen-j menerima atau sebaliknya).

Agen-i dengan strategi sst i = dan keadaan emosi },,{ d a pi r r r  Es = akan melakukan

 penawaran dengan nilai penawaran:

iiii st st SeOv +×=  

Persamaan ini menunjukkan besarnya pengaruh negosiasi yang dilakukan oleh

agen-i yang melibatkan strategi dan keadaan emosinya. Besar strategi sst i=

akanmengurangi nilai persepsi pilihan agen-i terhadap nilai persepsi pilihan yang dipilihnya

dan menambah nilai persepsi agen-i terhadap nilai persepsi pilihan yang tidak dipilihnya

 pada opsi dimana agen-i dan agen-j tidak cocok.

Contoh 1.1:

Misalkan 51 =st  dan posisi agen-1 dan agen-2 adalah sebagai berikut:

Posisi Agen-1 Posisi Agen-2

O11 Menolak (80) Menolak (63)

O12 Menerima (87) Menolak (83)

O13 Menerima (67) Menerima (67)

O23 Menerima (81) Tidak Memilih (0)

Page 31: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 31/48

 30

O33 Tidak Memilih (0) Menerima (81)

Jum 315 294

Agen-1 memiliki ketidakcocokan dengan agen-2 pada opsi O12, maka nilai

 persepsi agen-1 terhadap pilihan Menerima (pilihan agen-1) akan berkurang 5 (87-5=82)

dan terhadap pilihan Menolak (tidak dipilih agen-1) akan bertambah 5 (13+5=18).

Misalkan keadaan emosi agen-1 adalah

}2.0,1,5.0{1 −= Es , maka fungsi keadaan emosi agen-1 adalah

2.12.0)11(5.0),,(1 −=−+×−=d a p r r r Se  

Dengan adanya keadaan emosi, maka pengaruh negosiasi ini akan bernilai

1552.11111

−=+×−=+×= st st SeOv  

Agen-j memiliki keadaan emosi },,{ d a p j r r r  Es = yang akan mempengaruhi agen-

  j dalam menerima tawaran dari agen-i. Dengan fungsi keadaan emosi agen-j

d a pd a p j r r r r r r Se −+= )1.(),,( , agen-j akan menilai penawaran agen-i dengan tingkat

 penawaran yang dirasakan agen-j yaitu

ii j j OvOvSeOv +×=  

Pengaruh nilai negosiasi ini akan mengurangi nilai persepsi pilihan agen-j terhadap nilai

  persepsi pilihan yang dipilihnya dan menambah nilai persepsi agen-j terhadap nilai

 persepsi pilihan yang tidak dipilihnya pada opsi dimana agen-i dan agen-j tidak cocok.

Proses negosiasi ini akan berlaku juga kepada agen-j yang akan bernegosiasi

dengan agen-i (kebalikannya). Dalam hal agen-i melakukan negosiasi terhadap agen-j,

agen-i berperan sebagai pihak penawar yang memiliki strategi dan agen-j berperan

sebagai pihak penerima tawaran. Proses negosiasi ini akan berlangsung sampai suatu

waktu-t tertentu dimana agen-i yang berperan sebagai pihak penawar akan berhasil dan

agen-j sebagai pihak penerima tawaran akan menerima tawaran agen-i. Hal ini akanterjadi jika nilai persepsi agen-j pada waktu-t terhadap opsi yang dipilihnya dari t=0

sampai dengan t-1 sudah lebih kecil dari nilai persepsi agen-j pada waktu-t terhadap opsi

yang tidak dipilhnya dari t=0 sampai dengan t-1. Hal ini akan merubah pilihan agen-j

terhadap opsi dimana agen-i dan agen-j memiliki ketidakcocokan.

Page 32: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 32/48

 31

Pada setiap waktu negosiasi ke-t, jika semua agen sudah melakukan negosiasi,

nilai persepsi ini akan diperbaharui sesuai dengan pilihan dan nilai persepsi yang dimiliki

agen pada waktu-t. Seperti yang telah disebutkan di atas, model ini memungkinkan

  proses penghilangan dilema tidak terjadi. Yang akan menjadi analisis pada tulisan ini

adalah mengukur pengaruh tingkat strategi dan tingkat keadaan emosi dimana setiap agen

dapat melakukan negosiasi sehingga dilema yang timbul dari permasalah dapat

dihilangkan.

5. Model untuk Mengeliminasi Trust Dilemma 

Untuk memodelkan proses eliminasi dilema pada tahap kolaborasi, mula-mula

dikalkulasikan probabilitas seorang agen untuk berhianat dan probabilitas agen

menghukum agen lain yang berhianat.

minmax

max)(Pr V V 

aff V iob i

−=  

maxV  adalah nilai maksimum tendensi afiliasi (1.00), minV  adalah nilai minimum tendensi

afiliasi (-1.00) dan iaff  adalah tendensi afiliasi bagi agen i. Nilai probabilitas yang tinggi

mencerminkan tingginya kecenderungan agen untuk menghukum agen lain yang

  berhianat sebaliknya, probabilitas yang rendah menunjukkan tingginya kecenderungan

agen untuk berhianat. 

Berdasarkan norm game, agen i akan mencoba untuk melanggar suatu

kesepakatan jika rand iob <)(Pr , dengan rand  adalah suatu bilangan random antara 0

dan 1. Setiap agen j ( i j ≠ ), akan berusha menghukum agen i jika rand  job >)(Pr . Jika

agen i   berhianat maka, payoff  agen i akan meningkat sebesar 1 % sedangkan, payoff 

agen-agen lain akan berkurang sebesar 1%. Jika agen i berhianat dan agen j menghukum

agen i maka, payoff agen i akan berkurang sebesar 10%.

B. PROSEDUR SIMULASI

Dalam bagian ini akan disimulasikan masalah sungai Citarum berdasarkan

common frame pada bagian sebelumnya. Berdasarkan common frame ini, akan diamati

  partisipan yang terlibat dalam memperoleh nilai persepsi untuk menyatakan common

frame saat ini. Nilai persepsi dari masing-masing agen berikut ini adalah menunjukkan

Page 33: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 33/48

 32

nilai persepsi terhadap option, jika option ini dipilih oleh agen lain. Nilai ini diperoleh

dari data berdasarkan common reference frame sebelumnya.

Tabel 1. Nilai Persepsi dari setiap agen dalam Masalah Sungai Citarum

Dalam simulasi ini, diasumsikan bahwa strategi penawaran agen adalah sama yaitu

sst i = ts∈ . Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh emosi (emotional state) masing-

masing agen. Kita asumsikan bahwa jika jumlah nilai fungsi emosi adalah positif, maka

agen akan memiliki prilaku seperti mau berkompromi dan jika nilai fungsi emosinya

negatif maka agen tidak mau berkompromi.

OPSI PARTISIPANUSR G TI DSP USP DSC

A R A R A R A R A R A R

USR

Stop deforestation 51 .49 60 40 0 0 55 45 25 75 51 49

G

Protest 47 53 43 57 49 51 0 0 13 87 49 51

TI

Stop un-treatment waste

disposal

0 0 57 43 45 55 55 45 0 0 51 49

DSP

Stop waste disposal to

river 0 0 51 49 0 0 49 51 0 0 51 49

USP

Stop illegal lodging 60 40 51 49 0 0 51 49 37 63 51 49

DSC

Strict penalties for illegal

waste disposal0 0 75 25 48 52 41 59 0 0 49 51

Maintenance down Stream

River  0 0 51 49 0 0 52 48 0 0 46 54

Revenue sharing to Up

Stream Regencies56 44 0 0 0 0 0 0 0 0 43 57

Page 34: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 34/48

 33

C. EKSPERIMEN

1. Skenario Pertama

Pada skenario ini, seluruh agen memiliki emosi yang positif. USR memiliki emosi

curious, G memiliki emosi loved , TI memiliki emosi elated , USP memiliki emosi

dignified , DSP memiliki emosi sleepy dan DSC memiliki emosi dignified. Pada skenario

ini digunakan parameter-parameter pada Tabel 2, dan probabilitas tendensi afiliasi

ditunjukkan pada gambar 3.

Tabel 2. Parameter-parameter pada Skenario 1

USR G TI DSP USP DSC 

 pr    0.22 0.87 0.5 0.2 0.55 0.55

ar    0.62 0.54 0.42 -0.7 0.22 0.22

d r    -0.01 -0.18 0.23 -0.44 0.61 0.61

Sei  0.3364 1.5198 0.48 0.5 0.0610 0.0610

Gambar 3. Probabilitas tendensi afiliasi pada skenario 1

Pada gambar 3 dapat diamati bahwa probabilitas tendensi afiliasi tiap agen mendekati

nilai 1. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap agen akan berusaha menjaga kesepakatan

yang terbentuk karena nilai tendensi afiliasi bernilai positif dan mendekati 1.

2. Skenario Kedua

Pada skenario kedua, jumlah agen yang memiliki emosi positif lebih banyak 

dibandingkan dengan jumlah agen yang memiliki emosi negatif (USR, USP, DSP, DSC

dan TI memiliki emosi positif sementara, G memiliki emosi negatif). Agen yang

memiliki emosi negatif memiliki nilai Se yang rendah (-0.1567).

Page 35: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 35/48

 34

Tabel 3. Parameter-parameter pada skenario 2

USR G TI DSP USP DSC 

 pr    0.5 -0.13 0.55 0.87 0.87 0.5

ar    0.42 -0.41 0.22 0.54 0.54 0.42

d r    0.23 0.08 0.61 -0.18 -0.18 0.23

Sei  0.48 -0.1567 0.061 1.5198 1.5198 0.48

Gambar. 4. Probabilitas tendensi afiliasi pada skenario 2

Pada gambar 4 dapat diamati bahwa probabilitas tendensi afiliasi setiap agen mendekati 1

sehingga, dapat disimpulkan bahwa setiap agen akan menjaga komitmen yang terbentuk 

di antara mereka. Agen tidak berusaha untuk berhianat karena terdapat kemungkinan

agen-agen lain akan memberikan hukuman terhadap dirinya.

3. Skenario Ketiga

Pada skenario ketiga, jumlah agen yang memiliki emosi positif lebih banyak 

dibandingkan dengan jumlah agen yang memiliki emosi negatif (USR, USP, DSP, DSC

dan TI memiliki emosi positif sementara, G memiliki emosi negatif). Agen yang

memiliki emosi negatif memiliki nilai Se yang cukup tinggi (-0.2916).

Table 4. Parameter-parameter pada skenario 3

USR G TI DSP USP DSC 

 pr    0.5 -0.44 0.55 0.87 0.87 0.5

ar    0.42 0.14 0.22 0.54 0.54 0.42

d r    0.23 -0.21 0.61 -0.18 -0.18 0.23

Sei  0.48 -0.2916 0.061 1.5198 1.5198 0.48

Page 36: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 36/48

 35

 

Gambar.5. Probabilitas tendensi afiliasi pada skenario 3

Pada gambar 4 dapat diamati bahwa probabilitas tendensi afiliasi setiap agen

mendekati 1 sehingga, dapat disimpulkan bahwa setiap agen akan menjaga komitmen

yang terbentuk di antara mereka. Agen tidak berusaha untuk berhianat karena terdapat

kemungkinan agen-agen lain akan memberikan hukuman terhadap dirinya.

4. Skenario Keempat

Pada skenario kedua, jumlah agen yang memiliki emosi positif lebih banyak 

dibandingkan dengan jumlah agen yang memiliki emosi negatif (USR, USP, DSP, DSC

dan TI memiliki emosi positif sementara, G memiliki emosi negatif). Agen yang

memiliki emosi negatif memiliki nilai Se yang tinggi (-1.045).

Table 5. Parameter-parameter pada skenario 5

USR G TI DSP USP DSC 

 pr    0.5 -0.5 0.55 0.87 0.87 0.5

ar    0.42 0.59 0.22 0.54 0.54 0.42

d r    0.23 0.25 0.61 -0.18 -0.18 0.23

Sei  0.48 -1.045 0.061 1.5198 1.5198 0.48

Gambar. 6. Probabilitas tendensi afiliasi pada skenario 4

Page 37: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 37/48

 36

Pada gambar 4 dapat diamati bahwa probabilitas tendensi afiliasi setiap agen

mendekati 1 sehingga, dapat disimpulkan bahwa setiap agen akan menjaga komitmen

yang terbentuk di antara mereka. Agen tidak berusaha untuk berhianat karena terdapat

kemungkinan agen-agen lain akan memberikan hukuman terhadap dirinya.

KESIMPULAN

Melalui hasil simulasi telah ditunjukkan bahwa, keadaan emosi dan tendensi

afiliasi masing-masing agen akan berdampak secara signifikan terhadap proses negosiasi.

Pada tahap kolaborasi, dalam rangka menjaga komitmen yang telah disepakati, setiap

agen harus memiliki kemaua untuk menghukum agen lain yang berusaha berhianat. Efek 

kondisi emosi yang positif dan tendensi afiliasi yang besar, amat penting dalam menjaga

kolaborasi yang terbentuk.

Melalui penelitian ini disarankan kepada setiap agen yang terlibat dalam

  permasalahan sungai Citarum untuk memiliki kondisi emosi yang positif dan tendensi

afiliasi yang besar dalam rangka menyelesaikan permasalahan Sungai Citarum.

ACKNOWLEDGEMENT

Penelitian ini Dibiayai oleh Program Hibah Pascasarjana VI No: 0407/K01.03/Kontr-

WRRIM/PL2.1.5/IV/2008.

REFERENSI

1.  Axelrod, R. (1997), The Complexity of Cooperation. Agent-Based Models of 

Competition and Collaboration, Princeton University Press, Princeton, New Jersey.

2.  Bryant, J. (2003), The Six dilemmas of Collaboration, John Wiley.

3.  Barteneva, Daria., Lau,Nuno., Reis, Paulo Luis., (2006), “Implementation of 

Emotional Behaviors in Multi Agent System Using Fuzzy Logic and

Temperamental Decision Mechanism”, Proceeding Fourth European Workshop on

Multi Agent Systems.

Page 38: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 38/48

 37

4.  Bradley, Margaret M., Codispoti , Maurizio., Sabatinelli Dean., dan Lang, Peter J.

(2001), “Emotion and Motivation II: Sex Differences in Picture Processing” ,

Emotion, Vol.1, No.3 pp:300-319.

5.  Howard, N. (1996), “Negotiation as Drama: How “Games” Become Dramatic”,

International Negotiation, 1, pp. 125-152.

6.  Howard, N., Bennet, P., Bryant, J. and Bradley, M. (1993), “Manifesto for a Theory

of Drama and Irrational Choice”, Systems Practice, 6(4), 429-434.

7.  Howard, N. (1994a), Drama Theory and its Relation to Game Theory: Part One”,

Group Decision and Negotiation, 3, 187-206.

8.  Howard, N. (1994b),”Drama Theory and its Relation to Game Theory: Part Two”,

Group Decision and Negotiation, 3, 207-235.

9.  Jiang, Hong, Vidal, Jose M and Huhns, Michael N, (2004), Incorporating Emotions

into Automated Negotiation. University of South Carolina, Columbia.

10.  Maulana, F. (2004), Menyelamatkan Hutan Tatar Sunda, Kompas Online 12 Mei.

11.  Mehrabian, Albert. (1976). “Questionnaire measures of affiliative tendency and

sensitivity to rejection”. Psychological Reports, Vol.38, pp:199-209.

12.  Mehrabian, Albert. (1997).”Analysis of Affiliation Related Traits in Term of PAD

Temperament Model”. The Journal of Psychology Vol.131, pp:101-117.

13.  Putro, Utomo Sarjono, (2000), Adaptive Learning of Hypergame Situations Using aGenetic Algorithm, IEEE Transactions on Systems, Man, and Cybernetics, Vol. 30,

 No. 5.

14.  Putro, Utomo Sarjono, et al., (2005), Agent Based Modeling and Simulation of 

Knowledge Management, Proceeding IFSR.

15.  Putro, Utomo Sarjono, et.al. (2005), Drama Theory sebagai Model dari Dinamika

Konflik dalam Permasalahan DAS Citarum, Jurnal Manajemen Teknologi, Vol. 4,

 No. 2.

16.  Putro, Utomo Sarjono, et.al. (2007), Role of Emotion in Negotiation Process: An

Application of Drama Theory in Citarum River Basin Problem, International

Society of System Science.

Page 39: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 39/48

 38

17.  Utomo Sarjono Putro, Manahan Siallagan, Santi Novani, Dhanan Sarwo Utomo (2008),

Managing Collaboration Using Agent Based Simulation (to appear in Proceedings of the

Pacific Rim International Conference on Multi Agents 2008, Hanoi, Vietnam). 

18.  Utomo Sarjono Putro, Kuntoro Mangkusubroto, Khrisna Ariuyanto (2008), Roles of 

Emotion in Negotiation Process: An Application of Drama Theory in Citarum Riverbasin

Problem, Jurnal Manajemen Teknologi, Vol. 7, No. 1 (ISSN: 1412-1700) 

Page 40: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 40/48

 39

 

I. LAMPIRAN DRAFT PUBLIKASI

Page 41: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 41/48

 40

Managing Collaboration Using Agent Based Simulation

Utomo Sarjono Putro1, Manahan Siallagan1, Santi Novani1, Dhanan Sarwo Utomo1

1School of Business and Management, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132, Indonesia

[email protected], [email protected], [email protected], [email protected] 

Abstract. The purpose of the present research is to identify, analyze and simulate dynamics of interaction and conflicts among agents using drama theory, and to apply it in Citarum river basinproblem. To accomplish the purpose, we first model the process in terms of drama theory that is

combined with emotional state model (PAD). One of the reasons why we adopt drama theory is that itprimarily focuses on dilemma or paradox arising from rational goal seeking behavior. It also providesus with rigorous analytical and computational tools of conflict analysis.  Then, we propose a simulationmodel to describe both of dilemma of conflict, i.e., persuasion and rejection dilemma among the agents,

and the dilemma of collaboration (trust dilemma) among the agents. Finally, we conduct agent-basedsimulation by using SOARS  (Spot Oriented Agent Role Simulator ) to obtain some fruitful suggestionsfor encouraging their collaboration. 

Keywords: Agent based Simulation, Negotiation, Dilemma, Drama Theory, Emotion

1 Introduction

Citarum River basin is a region in Java Island, Indonesia, with 6,080 km2

area involvingthe three provinces, i.e., West Java, Banten, and Jakarta. The annual precipitation depth is

3,000 mm/year in the mountain and 2,500 mm/year in lowland. Relative humidity is 80%and daily temperature is 25○C in the lowland and 18○C in the mountain. Citarum River is

connected with 4 rivers to the west and 4 rivers to the east in West Java. In the past,

Citarum river was clean, but now the condition had changed totally [17].

Fig. 1. Citarum River Basin Region

There are some factors which cause the problem, i.e.; illegal lodging and the population

explosion in upper stream, and household waste in down stream. Agent in the Citarum problem has different interests and positions. There are several agents who participate in

Citarum river basin, i.e. local people in downstream, local people in upstream, textile

industries, environmentalist (green), regencies in upper stream and cities in down stream[19]

Page 42: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 42/48

 41

.

Fig. 2. Agents in Citarum River Basin Problem

In negotiation process, agents may change their position and interests; accordingly, the

situation is dynamic. There are some impediments (or dilemma) to achieve common

  position and trustworthy (i.e., collaboration). Based on the previous research [16], theeffect of positive emotional state of agent is important to make negotiation. The results

from simulation show that number of dilemma among agent could be reduced

significantly or even have no dilemma.

In this research, we add a conceptual model for affiliation that is affiliate tendency. It wasdefined in terms of generalized positive social expectations and associated positive

 behaviors in social interactions with others.

Although dilemma of confrontation has been eliminated, dilemma of collaboration oftenstill remains. Affiliate tendency is tendency to cooperate with other agent. It causes a new

 problem among the agent that is trust dilemma. How does each agent eliminate the trust

dilemma? This paper will propose a simulation model of negotiation process involving

dilemma of conflict and trust among the agents. Then we conduct agent-based simulation  by using SOARS (Spot Oriented Agent Role Simulator ) to obtain some fruitful

suggestions for encouraging their collaboration.

2 Drama Theory in Citarum River Basin Problem

Drama Theory is a metaphor of dynamic confrontation process. This paper adopts the

metaphor, and starts with the build up stage of interaction among agents in Citarumriverbasin problem. Common reference frame resulted from the stage is described by Fig.

3. The common reference frame consists of agents/participants, their options, positions

(proposals), and threat.

Cities

in down stream

Local People

in upper

streams

CITARUM

Regencies

in

the upper

stream

Textile

industries

Local People

in down

streams

Environment

alist

(Green) 

Page 43: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 43/48

 42

 Fig. 3. Common references frame in Citarum river basin problem 

3 Agent Based Modeling in Drama Theory

The purpose of this paper is to identify, analyze and simulate dynamics of interaction and

conflicts among the stakeholders (or agents) in the Citarum river negotiation process.

They claim their strategies and interests as well as express emotion. To accomplish the  purpose, we first model the process in terms of drama theory that is combined with

emotional state model (PAD). One of the reasons why we adopt drama theory is that it  primarily focuses on dilemma and also provides us with rigorous analytical andcomputational tools of conflict analysis. Then we conduct agent-based simulation by

using SOARS. In this paper, we only discuss emotion model and temperament model

(affiliative tendency). The detail of agent based modeling in drama theory could be find

in the previous research [16].

3.1 Emotion model and Affiliative Tendency

Emotion model that will be used in this paper is the development from emotional

negotiation model PAD [9]. Emotional state model (PAD) involves three dimensions, i.e., 

Pleasure (r  p), Arousal (r a) and Dominance (r d ). During negotiation, a more pleasantagent tends to compromise with others. Each agent has the emotional state [9], i.e.:

},,{ d a pi r r r  Es = ; )1,1(,, −∈d a p r r r    (1)

Based on the previous paper [11], angry is coded by {-.51, .59, .25}, bored is {-.65, -.62,-.33}, curious is {.22, .62, -.01}, dignified is {.55, .22, .61}, elated is {.50, .42, .23},

hungry is {-.44, .14, -.21}, inhibited is {-.54, -.04, -.41}, loved is {.87, .54, -.18}, puzzled

Page 44: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 44/48

 43

is {-.41, .48, -.33}, sleepy is {.20, -.70, -.44}, unconcerned is {-.13, -.41, .08}, and

violent is {-.50, .62, .38. Each agent i has the function of emotional state [9], which is:

d a pd a pi r r r r r r Se −+= )1.(),,(   (2)

For example, if an agent has emotional state defined as {−0.51, 0.59, 0.25}, then function

of emotional state is 0609.125.0)59.01.(51.0)r  ,r  ,r (Se d a pi −=−+−=  Affiliate tendency was defined in terms of generalized positive social expectations and

associated positive behaviors in social interactions with others. An individual’s emotional

states are inferred from averages of his or her emotional states across representativesamples of everyday situation. Thus, the previous paper [12] proposed that emotional

traits could also be described in terms of the pleasure-displeasure, arousal-nonarousal,

and dominance-submissiveness dimensions. Then, affiliate tendency scales were definedas follows:

ijijijij rd rarpn Affiliatio 3.024.046.0 ++=   (3)

Within the present theoretical perspective, then, it is important to conceptualize andmeasure affiliate tendency as pure generalized interpersonal positive ness without either 

an inclination to want to dominate and control others or to be dominated and controlled

 by others.

3.2 Modeling to Eliminate Trust Dilemma

To eliminate trust dilemma in collaboration stage, we use affiliate tendency value. First,we calculate probability of cheating and punishing another agent who cheated.

minmax

max)(Pr V V 

aff V iob i

−=  

(4)

maxV  is maximum value of affiliate tendency (1.00); minV  is minimum value of affiliate tendency (-1.00)

and iaff  is affiliate tendency for agent i. The higher probability is the higher probability of the agent to

punish another agent who cheated. In contrast, the lower probability is the higher probability of the agent to

cheat. 

Based on norm game [1], agent i will attempt to cheat the commitment if  rand iob <)(Pr  ,

where rand is random value which is generated from uniform distribution in range [0,1].

For each agent j ( i j ≠ ), he/she will attempt to punish agent i if  rand  job >)(Pr  . If agent

i cheat, then agent i’s payoff will increase by 1 %, while the payoff of other agents willdecrease by 1%. If agent i cheat and agent j punish, then payoff of agent i will decrease

 by 10%.

4 Simulation Using SOARS and Result

In order to simulate this problem, we use SOARS to describe the initial frame for 

Citarum river basin problem as seen in figure 3. There are so many dilemmas in the

common frame. Based on the previous research [16], we can eliminate the dilemma of 

Page 45: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 45/48

 44

conflict. In this current paper, we assume that bargaining strategy of agent was same, that

is sst i = ts∈ . We make four experiments to look measure level of emotional state, so the

agent could negotiate in order to reduce dilemma and to eliminate trust dilemma.

4.1 First Scenario

In this scenario, whole of agents have positive emotion. USR is having a strong desire to

know about something, G is having strong feeling of deep affection for something, TI isexcitement, USP is calm, DSP is quiet and DSC is calm. In this scenario, we use the

 parameters as described in Table 1, and then the probability of affiliate tendency could be

seen in figure 4.

Table 1. Parameters in Scenario 1

USR G TI DSP USP DSC 

 pr    0.22 0.87 0.5 0.2 0.55 0.55

ar    0.62 0.54 0.42 -0.7 0.22 0.22

d r    -0.01 -0.18 0.23 -0.44 0.61 0.61

Sei  0.3364 1.5198 0.48 0.5 0.0610 0.0610

Fig. 4. Probability of Affiliate tendency in Scenario 1

From figure 4, we can see that the probability of affiliative tendency for each agent is

close to 1, it means that no agent will cheat the commitment, because affiliate tendency is

 positive and the value is large. Each agent will avoid cheating because the other agent can

 punish him/her.

4.2 Second Scenario

In this scenario, number of agent who has positive emotion is more than number of agent

who has negative emotion, and level of emotional state for agent with negative emotion is

low. USR, USP, DSP, DSC and TI have positive emotion, meanwhile G has negativeemotion. USR and DSC are excitement, USP and DSP have strong feeling of deep

affection for something and TI is calm, G is not worried. In this scenario, we use the

Page 46: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 46/48

 45

 parameters as described in Table 2, and then the probability of affiliate tendency could be

seen in figure 5.

Table 2. Parameters in Scenario 2

USR G TI DSP USP DSC 

 pr    0.5 -0.13 0.55 0.87 0.87 0.5

ar    0.42 -0.41 0.22 0.54 0.54 0.42

d r    0.23 0.08 0.61 -0.18 -0.18 0.23

Sei  0.48 -0.1567 0.061 1.5198 1.5198 0.48

Fig. 5. Probability of Affiliate tendency in Scenario 2

From figure 5, we can see that the probability of affiliative tendency for each agent is

close to 1, it means that no agent will cheat the commitment, because the affiliatetendency is positive and the value is large. Each agent will avoid cheating because the

other agent can punish him/her.

4.3 Third Scenario

In this scenario, number of agent who has positive emotion is more than number of agentwho has negative emotion, and level of emotional state for agent with negative emotion is

moderate. USR, USP, DSP, DSC and TI have positive emotion, meanwhile G has

negative emotion. USR and DSC are excitement, USP and DSP have strong feeling of 

deep affection for something and TI is calm, and G has a strong desire for something. Inthis scenario, we use the parameters as described in Table 3, and then the probability of 

the affiliate tendency could be seen in figure 6.

Table 3. Parameter in Scenario 3

USR G TI DSP USP DSC 

 pr    0.5 -0.44 0.55 0.87 0.87 0.5

ar    0.42 0.14 0.22 0.54 0.54 0.42

d r    0.23 -0.21 0.61 -0.18 -0.18 0.23

Page 47: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 47/48

 46

Sei  0.48 -0.2916 0.061 1.5198 1.5198 0.48

Fig. 6. Probability of Affiliate tendency in Scenario 3

From figure 6, we can see that the probability of affiliative tendency for each agent isclose to 1, it means that all agents will keep their  commitment, because affiliate tendency

is positive and the value is large. Each agent will avoid cheating because the other agent

can punish him/her.

4.4 Fourth Scenario

In this scenario, number of agents who have positive emotion is more than number of agents who have negative emotion, but level of emotional state for negative emotion is

high. USR, USP, DSP, DSC and TI have positive emotion, meanwhile G has negative

emotion. USR and DSC are excitement, USP and DSP have strong feeling of deepaffection for something, TI is calm, and G is angry. In this scenario, we use the

 parameters as described in Table 4, and then the probability of affiliate tendency could be

seen in figure 7.

Table 4. Parameter in Scenario 4

USR G TI DSP USP DSC 

 pr    0.5 -0.5 0.55 0.87 0.87 0.5

ar    0.42 0.59 0.22 0.54 0.54 0.42

d r    0.23 0.25 0.61 -0.18 -0.18 0.23

Sei  0.48 -1.045 0.061 1.5198 1.5198 0.48

Fig. 7. Probability of Affiliate tendency in Scenario 4

Page 48: LAPORAN_AKHIR_HPTP-1

5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 48/48

 47

From Figure 7, we can see that the probability of affiliative tendency for each agent is

close to 1, it means that no agent will cheat the commitment, because affiliate tendency is

 positive and the value is large. Each agent will avoid cheating because the other agent can

 punish him/her.

4 Conclusion

From the results of simulation, we showed how the emotional states and affiliate

tendency of agents significantly affect the negotiations process. In the collaborationstage, to maintain the commitment, each agent must be willing to punish the other agent

who attempt to cheat. The effect of positive emotional state of agent and the affiliate

tendency is important to maintain collaboration.The results suggests that each agent should have a positive emotion and positive affiliate

tendencies in order to achieve collaboration in the Citarum riverbasin problem.

References

1.  Axelrod, R. (1997), The Complexity of Cooperation. Agent-Based Models of Competition and Collaboration,Princeton University Press, Princeton, New Jersey.

2.  Bryant, J. (2003), The Six dilemmas of Collaboration, John Wiley.

3.  Barteneva, Daria., Lau,Nuno., Reis, Paulo Luis., (2006), “Implementation of Emotional Behaviors in MultiAgent System Using Fuzzy Logic and Temperamental Decision Mechanism”, Proceeding Fourth EuropeanWorkshop on Multi Agent Systems.

4.  Bradley, Margaret M., Codispoti , Maurizio., Sabatinelli Dean., dan Lang, Peter J. (2001), “Emotion and

Motivation II: Sex Differences in Picture Processing” , Emotion, Vol.1, No.3 pp:300-319.5.  Howard, N. (1996), “Negotiation as Drama: How “Games” Become Dramatic”, International Negotiation, 1, pp.

125-152.6.  Howard, N., Bennet, P., Bryant, J. and Bradley, M. (1993), “Manifesto for a Theory of Drama and Irrational

Choice”, Systems Practice, 6(4), 429-434.7.  Howard, N. (1994a), Drama Theory and its Relation to Game Theory: Part One”, Group Decision and

Negotiation, 3, 187-206.8.  Howard, N. (1994b),”Drama Theory and its Relation to Game Theory: Part Two”, Group Decision and

Negotiation, 3, 207-235.9.  Jiang, Hong, Vidal, Jose M and Huhns, Michael N, (2004), Incorporating Emotions into Automated Negotiation.

University of South Carolina, Columbia.10.  Maulana, F. (2004), Menyelamatkan Hutan Tatar Sunda, Kompas Online 12 Mei.11.  Mehrabian, Albert. (1976). “Questionnaire measures of affiliative tendency and sensitivity to rejection”.

Psychological Reports, Vol.38, pp:199-209.12.  Mehrabian, Albert. (1997).”Analysis of Affiliation Related Traits in Term of PAD Temperament Model”. The

Journal of Psychology Vol.131, pp:101-117.13.  Putro, Utomo Sarjono, (2000), Adaptive Learning of Hypergame Situations Using a Genetic Algorithm, IEEE

Transactions on Systems, Man, and Cybernetics, Vol. 30, No. 5.14.  Putro, Utomo Sarjono, et al., (2005), Agent Based Modeling and Simulation of Knowledge Management,

Proceeding IFSR.15.  Putro, Utomo Sarjono, et.al. (2005), Drama Theory sebagai Model dari Dinamika Konflik dalam PermasalahanDAS Citarum, Jurnal Manajemen Teknologi, Vol. 4, No. 2.

16.  Putro, Utomo Sarjono, et.al. (2007), Role of Emotion in Negotiation Process: An Application of Drama Theory

in Citarum River Basin Problem, International Society of System Science.