LAPORAN_AKHIR_HPTP-1
Transcript of LAPORAN_AKHIR_HPTP-1
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 1/48
Laporan Akhir
Hibah Penelitian Tim Pascasarjana – HPTP
(Hibah Pasc a)
PENGEMBANGAN PEMODELAN BERBASISKAN AGEN
YANG MELIBATKAN EMOSI DAN PEMBELAJARAN
Periset Utama
Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng
Riset ini dibiayai oleh ITB berdasarkan Surat Perjanjian PelaksanaanRiset No: 0407/K01.03/Kontr-WRRIM/PL2.1.5/IV/2008
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2008
Ekonom i, Ilmu Sosial dan
Politik
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 2/48
1
I. HALAMAN IDENTITAS
1. Judul : “Pengembangan Pemodelan Berbasiskan Agen
yang Melibatkan Emosi dan Pembelajaran”
2. Jenis Riset : Hibah Pascasarjana VI
3. Waktu Pelaksanaan : 5 Maret – 5 Desember 2008
4. Tim Riset
4.1 Ketua Tim
a. Nama lengkap Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng
b. NIP 132104494
c. Pangkat / Golongan Lektor Kepala / IIId
d. Jabatan Ketua Sub KK Pengambilan Keputusan dan
Negosiasi Strategis SBM-ITB
e. Fakultas / Sekolah & Prodi Sekolah Bisnis dan Manajemen
f.. Kelompok Keahlian People Management and Entrepreneurship
g. Alamat Kantor / Telp / Fax / E-mail Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132
Telp/ Fax (022)2531923
h. Alamat Rumah / Telp / Fax / E-
Jl. Gemini No 14, Bandung 40275
4.2 Anggota Tim Riset
No Nama dan Gelar Akademik Bidang Keahlian Instansi
Alokasi Waktu
Jam /
MingguBulan
1 Santi Novani, S.Si, MT Agent Based Simulation
and Modeling
SBM
ITB
12 12
2 Manahan Siallagan, S.Si,
MT
Agent Based Simulation
Modeling, Programming
SBM
ITB
12 12
3 Danang Sudarsono, ST System Dynamics MSM, SBM
ITB
12 12
4. Dhanan Sarwo Utomo S.Si Programming, Simulation MSM, SBM
ITB
12 12
5. Khrisna A, ST, MT Game Theory SBM
ITB
12 12
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 3/48
2
5. Biaya yang disetujui oleh ITB : Rp. 50.000.000
Mengetahui,
Ketua Kelompok Keahlian
(Prof. Dr. Jann Hidajat Tjakraatmadja, MSIE)
Nip. 130805032
Bandung, 1 Desember 2008
Ketua Tim Riset
(Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng)
Nip. 132104494
Dekan
(Prof. Ir. Surna Tjahja Djajadiningrat, MSc. Ph.D)
Nip. 130367167
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 4/48
3
II. EXECUTIVE SUMMARY
1. TITLE OF RESEARCH:
Development of Agent Based Modelinginvolving emotion and learning
2. HEAD OF RESEARCH TEAM : Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng
3 TEAM MEMBERS : 1. Santi Novani, S.Si, MT
2. Manahan Siallagan, S.Si, MT
3. Danang Sudarsono ST.
4. Dhanan Sarwo Utomo S.Si
5. Khrisna A,ST, MT
4. OFFICIAL ADDRESS : School of Business and Management, ITB, subInterest Group of Decision Making and Strategic
Negotiation, email: [email protected]
5. EXTENDED ABSTRACT :
Citarum was a clean river where local people enjoyed fishing and recreation, however now
its condition has already changed totally. Currently, the river can not provide its social
services, such as clean water, electricity, fishing, tourisms, transportation, and public
recreation. In rainy season, the color of river is brown because each drop contains mud from
bald lands erosion along the river. In dry season, the color of river is black and full of
household wastes. In spite of many seminars were held, classical problems always arise.
There are floods when rainy season and drought when dry season. There are some factorswhich cause the problem, i.e.; illegal lodging and the population exploding in upper stream,
pollution from industries in down stream, etc. This paper tries to see the Citarum problem
from a different point of view, starting from the belief that if stakeholders (or agents) in the
Citarum problem collaborate to solve the problem, and then Citarum river will be better and
better.
In previous research we had adopted PAD emotional model and drama theory in order to
develop an agent based negotiation simulation. Our previous simulation was successfully
showed that agent’s positive emotion will affect their ability to eliminate confrontation
dilemmas. But unfortunately this simulation was unable to analyze collaboration dilemmas
among agents. The purpose of this research is to develop more advance simulation that is
also able to analyze collaboration dilemmas (especially trust dilemma) among agents.
Keywords: Agent based Simulation, Negotiation, Dilemma, Drama Theory, Emotion.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 5/48
4
6. LIST OF RESEARCH OUTPUT
1) Utomo Sarjono Putro, Manahan Siallagan, Santi Novani, Dhanan Sarwo Utomo,
Managing Collaboration Using Agent Based Simulation, Proceedings of the Pacific Rim
International Conference on Multi Agents 2008, Hanoi, Vietnam, Desember 2008.
2) Utomo Sarjono Putro, Kuntoro Mangkusubroto, Khrisna Ariuyanto, Roles of Emotion in
Negotiation Process: An Application of Drama Theory in Citarum Riverbasin Problem,
Jurnal Manajemen Teknologi, Vol. 7, No. 1, 2008 (ISSN: 1412-1700)
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 6/48
5
III. EVALUASI DIRI
1. CAPAIAN :
a Tujuan yang tertulis di
proposal
: Tujuan dari Pendekatan model simulasi berbasiskan agen
dalam konfrontasi masalah sungai Citarum adalah untuk
mengetahui pengaruh emosi dan tendensi afiliasi dalam
mereduksi dilema konfrontasi dan kolaborasi masalah
sungai Citarum.
b. Tujuan yang telah tercapai : Emosi positif dan negatif yang dimiliki oleh setiap
partisipan berpengaruh terhadap ada atau tidaknya dilema
yang menghambat kolaborasi. Tendensi afiliasi yangdimiliki agen berperan penting dalam menjaga kolaborasi
yang muncul paska resolusi konflik.
c. Tujuan yang belum
dicapai
: -
2. PRODUK RISET
Produk Penelitian yang
dijanjikan di Proposal
:
a. Publikasi : a. Prosiding Internasional
b. Jurnal Ilmiah Nasional terakreditasi
b. Proto-tipe : -
c. HAKI : -
Produk Penelitian yang
dihasilkan
:
a. Publikasi : • Utomo Sarjono Putro, Manahan Siallagan, Santi
Novani, Dhanan Sarwo Utomo, ManagingCollaboration Using Agent Based Simulation,
Proceedings of the Pacific Rim International
Conference on Multi Agents 2008, Hanoi,
Vietnam, Desember 2008.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 7/48
6
• Utomo Sarjono Putro, Kuntoro Mangkusubroto,Khrisna Ariuyanto, Roles of Emotion in
Negotiation Process: An Application of Drama
Theory in Citarum Riverbasin Problem, Jurnal
Manajemen Teknologi, Vol. 7, No. 1, 2008 (ISSN:
1412-1700)
b. Proto-tipe : -
c. HAKI : -
3. Alamat Homepage KK Yang Berisi Hasil Riset
: http://dmsm.sbm.itb.ac.id/index.php?option=com_content&
view=article&id=56:managing-collaboration-using-agent-
based-simulation&catid=34:research&Itemid=614. Kegiatan Diseminasi
Hasil Riset
: Akan dipresentasikan pada:
Pacific Rim International Conference on Multi Agents
2008, Hanoi, Vietnam, Desember 2008.
5. Sinergi dengan kegiatan
dan Proyek Penelitian la
in
: -
6. Kemanfaatan Proyek
Penelitian
: Riset ini dapat membantu memberikan masukan untuk
membangun kolaborasi untuk permasalahan yangmelibatkan konflik kepentingan di permasalahan DAS
Citarum
7. Permasalahan yang
Dihadapi dan Saran
Perbaikan
: -
8. Rencana Kelanjutan
Penelitian
: Penelitian selanjutnya akan difokuskan pada proses
penghilangan dilema kolaborasi lain yakni cooperation
dilemma.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 8/48
7
II. LAPORAN RISET LENGKAP
LAPORAN AKHIR
Hibah Pascasarjana VI 2008
Pengembangan Pemodelan Berbasiskan Agen yang Melibatkan Emosi dan
Pembelajaran
Ketua Tim Riset:
Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng
KK : People Management and Entrepreneurship
Program Studi : Sarjana
Fakultas/Sekolah : Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB
INSITUT TEKNOLOGI BANDUNG
DESEMBER 2008
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 9/48
8
I. LEMBAR IDENTITAS
1. Judul : Pengembangan Pemodelan Berbasiskan Agen yang
Melibatkan Emosi dan Pembelajaran
2. Program : Hibah Pascasarjana VI
3. Kategori : Awal
4. Waktu Pelaksanaan : 5 Maret – 5 Desember 2008
5. Tim Riset
5.1 Ketua Tim
a. Nama Lengkap
b. Pangkat / Golongan
c. NIP
d. Jabatan Sekarang
e. Fakultas / Departemen
f. Kelompok Keahliang. Alamat Kantor/ Telp/Fax/e-mail
h. Alamat Rumah/Telp/Fax/e-mail
:
:
:
:
:
:
:
Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng
Lektor / IIId
132104494
Ketua Sub KK Pengambilan Keputusan dan
Negosiasi Strategis SBM-ITB
Manajemen Manusia dan KewirausahaanJl. Ganesha No. 10 Bandung 40132
Telp/ Fax (022)2513923
Jl. Gemini No. 14, Bandung 40275
Telp. 081320777841
5.2 Anggota Tim Riset
No Nama Bidang Keahlian InstansiAlokasi Waktu
Jam /
MingguBulan
1 Santi Novani, S.Si, MT Agent Based Simulation
and Modeling
SBM
ITB
10 12
2 Manahan Siallagan, S.Si, MT Agent Based Simulation
and Modeling
SBM
ITB
10 12
3 Danang Sudarsono, ST System Dynamics MSM, SBM
ITB
12 12
4 Dhanan Sarwo Utomo, S.Si Agen Based Simulation
and Modeling
MSM, SBM
ITB
10 12
5 Khrisna Ariyanto, ST, MT Neural Network SBM
ITB
10 12
6. Biaya yang disetuji ITB : Rp. 50,000,000,-
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 10/48
9
Mengetahui,
Ketua Kelompok Keahlian
(Prof. Dr. Jann Hidajat Tjakraatmadja, MSIE) Nip. 130805032
Bandung, 1 Desember 2008
Ketua Tim Riset
(Dr. Ir. Utomo Sarjono Putro, M.Eng) Nip. 132104494
Dekan
(Prof. Ir. Surna Tjahja Djajadiningrat, MSc. Ph.D)
Nip. 130367167
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 11/48
10
II. RINGKASAN PROYEK RISET
Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum adalah suatu wilayah seluas 6.080 km2
dalam tiga wilayah, yaitu propinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Curah hujan
tahunan 3000 mm/tahun pada dataran tinggi dan 2500 mm/tahun pada dataran rendah.
Kelembaban relative 80% dengan suhu rata-rata harian 250C pada dataran rendah dan
180C pada dataran tinggi. Pada jaman dahulu, sungai Citarum adalah sungai yang bersih,
namun saat ini kondisinya berubah total (Sungkono, 2005). Permasalahan klasik selalu
terjadi, yaitu banjir yang terjadi terutama pada musim hujan karena pendangkalan sungai
Citarum di bagian hilir akibat semakin banyaknya lahan gundul di hulu sungai Citarum
(Umar, 2005).
Berbagai analisis penyebab memburuknya sungai Citarum sudah diketahui,
seperti pembongkaran dan penebangan liar di DAS Citarum, dan ledakan penduduk di
wilayah hulu yang hanya seluas 177.600 hektar yang didiami oleh 4,8 juta jiwa (Maulana,
2003). Selain itu banyaknya limbah rumah tangga dan industri yang dibuang ke sungai
Citarum juga menjadi penyebab semakin memburuknya kondisi sungai Citarum. Menurut
catatan, tidak kurang dari dari 200 ton limbah setiap harinya yang dibuang ke sungai
tersebut. Celakanya lagi, limbah industri tersebut tak sedikit yang tidak diolah.
Kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat, daerah hulu dan hilir juga dianggap
menjadi penyebab tidak efektifnya program untuk memperbaiki kondisi sungai Citarum.
Berdasarkan data-data tersebut, terdapat sejumlah agen yang telibat dalam permasalahan
sungai Citarum yakni, penduduk local pada daerah hulu (USP) dan hilir (DSP), industri
tekstil (TI), kelompok pemerhati lingkungan (Green), perumahan pada daerah hulu
(USR) dan perkotaan pada daerah hilir (DSC). Dalam proses negosiasi, tiap agen dapat
mengubah posisi dan kepentingannya masing-masing sehingga, mengubah dinamika
situasi yang muncul. Terdapat sejumlah dilema yang harus dieliminasi untuk dapat
mencapai suatu kesepakatan dan kolaborasi.
Pada penelitian terdahulu telah diadopsi model emosi PAD dan drama theory
dalam mensimulasikan proses negosiasi antar agen. Berdasarkan simulasi ini diperoleh
kesimpulan bahwa, jika setiap agen memiliki emosi yang positif maka, dilema-dilema
konflik yang muncul akan lebih cepat tereliminasi dan resolusi akan lebih cepat tercapai.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 12/48
11
Namun, simulasi yang telah dikembangkan terdahulu tidak mampu menganalisa dilema-
dilema yang dapat muncul pada tahap kolaborasi.
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model simulasi negosiasi yang
tidak hanya mampu menganalisa dilema-dilema konfrontasi tetapi juga, mampu
menganalisa dilema-dilema kolaborasi khususnya, trust dilemma. Dalam rangka
membangun model barui ini, diadopsi konsep tendensi afiliasi yang mencerminkan
kecenderungan suatu agen untuk bekerja sama dan berkolaborasi dengan agen-agen lain.
III. PERNYATAAN MASALAH, TUJUAN RISET, METODOLOGIDAN REFERENSI
III.1 PERNYATAAN DAN TUJUAN RISET
Sungai Citarum pada jaman dahulu mampu menyediakan jasa-jasa sosialnya
berupa air yang bersih, pembangkit listrik, perikanan, pariwisata, dan rekreasi umum
lainnya. Namun saat ini, sungai Citarum sudah tidak mampu menyediakan jasa-jasa itu
dengan baik, malahan merupakan sumber bencana bagi masyarakat sekitar berupa banjir
pada musim hujan dan juga berbagai penyakit karena kotornya air sungai pada musim
kemarau.
Banyak pihak yang terlibat dalam permasalahan tersebut, yaitu penduduk dan pemerintah daerah di daerah hulu, hilir, industri, dan lembaga swadaya masyarakat.
Beberapa usulan untuk mengembalikan fungsi sungai Citarum sudah ada, namun belum
ada suatu usulan yang komprehensif sehingga semua pihak dapat bekerja sama untuk
memecahkan masalah tersebut.
Permasalahan sungai Citarum ini sudah berlangsung sangat lama, dan sudah
berpuluh-puluh seminar dilaksanakan sehingga diasumsikan semua pihak sudah saling
berinteraksi lama dan sudah saling mengenal dan berbagi informasi. Oleh karena itu,
dalam analisis hambatan kerjasama dengan drama theory ini, akan mulai dari tahap akhir
dari build-up, di mana semua pihak sudah mempunyai common reference frame terhadap
permasalahan sungai Citarum. Pertama-tama, common reference frame awal dibuat
dengan berdasarkan atas informasi yang didapat dari surat kabar dan beberapa bahan dari
seminar mengenai DAS Citarum. Kemudian, analisis akan memasuki tahap climax
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 13/48
12
dengan mengidentifikasi dilema-dilema yang dihadapi oleh masing-masing pihak
berdasarkan common reference frame tersebut.
Penelitian ini akan menganalisis dinamika konflik dan kolaborasi antara
partisipan yang terlibat. Dalam hal ini, kami menggunakan model simulasi berbasiskan
agen dengan berbasis pada drama theory. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengsimulasikan dan menganalisis interaksi antar agen yang melibatkan strategi, emosi
dan tendensi afiliasi melalui proses negosiasi. Dalam proses negosisasi ini, dilema
masing-masing agen akan berkurang atau hilang bergantung pada strategi, emosi dan
tendensi afiliasi yang dimilikinya. Skenario terbaik apa yang dapat mengurangi atau
menghilangkan dilema pada permasalahan DAS sungai Citarum ini? Pertanyaan ini akan
dijawab dengan menggunakan simulasi dengan bahasa pemrograman SOARS.
III.2 METODOLOGI DAN REFERENSI
A. PEMODELAN BERBASISKAN AGEN (AGENT BASED MODELING)
Pemodelan berdasarkan agen (agent based modeling) adalah suatu pendekatan
baru untuk menghasilkan pengetahuan, yang dikembangkan dari konsep dan teknik
mengenai teori kompleksitas yang melibatkan banyak aktor dan interaksinya. Model ini
berawal dengan rule pembelajaran (learning) dan action yang sederhana tetapi akanmenampilkan suatu prilaku yang kompleks.
Pemodelan berdasarkan agen (agent based modeling) seperti pendekatan deduktif,
memulai dengan asumsi (rules) eksplisit, kemudian mencari konsekuensi-
konsekuensinya, namun bukan dengan menggunakan model matematika melainkan
membangun model simulasi, dan dengan pendekatan induktif, data simulasi
dipergunakan untuk menyimpulkan konsekuensi-konsekuensinya. Setiap agen memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
1. Autonomous, memiliki decision rule sendiri (bertindak atas dasar subyektifitas dan
atribut lokalnya);
2. Bounded rational, yaitu belajar dengan trial dan error , dengan mempertahankan
strategi yang efektif dan memodifikasi strategi yang buruk, juga dapat meniru strategi
agen lain yang dianggap baik.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 14/48
13
Simulasi dari interaksi antar agen dengan karakteristik di atas disebut Agent Based
Modeling, Bottom Up modeling atau Artificial Social Systems. Simulasi ini digunakan
karena konsekuensi dari interaksi yang sangat sulit dilakukan dengan model matematika.
B. DRAMA THEORY
1. Dinamika Konflik Kepentingan
Perbedaan kepentingan/konflik adalah bagian dari kehidupan manusia sebagai salah
konsekuensi dari kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Untuk menghasilkan
kesepakatan, diperlukan suatu negosiasi antar pihak yang terlibat. Dalam negosiasi,
biasanya suatu pihak akan mengusulkan suatu posisi yang ditawarkan ke pihak lain, dan
memberikan suatu ancaman bila pihak tersebut tidak menerima posisi tersebut. Kalau
pihak lain menerima posisi yang ditawarkan dengan tanpa hambatan (dilema), maka
tercapailah penyelesaian (resolusi). Tapi kalau pihak lain tersebut tidak menerima posisi
yang ditawarkan, maka akan terjadi konfrontasi. Sehingga, resolusi dari suatu konflik
bisa berupa happy ending, yaitu kolaborasi,/kerjasama atau pun tragedi (bila ancaman
dari pihak-pihak yang berkonfrontasi benar-benar dijalankan).
Drama theory dirancang untuk menganalisis bagaimana suatu situasi konflik ( frame)
akan berubah ke situasi lain ( frame baru) yang biasanya terjadi pada tahap pre play
(negosiasi) (Bennet, 1998). Suatu frame adalah deskripsi tentang pihak-pihak yang
berinteraksi, pilihan tindakan dari tiap-tiap pihak (options), posisi yang ditawarkan secara
terbuka oleh tiap pihak, posisi ancaman, dan preferensi dari masing-masing pihak
terhadap semua kemungkinan hasil interaksi.
Dalam drama theory, perubahan frame tersebut akan terjadi karena adanya dilema,
yang akan menyebabkan pihak yang berinteraksi mempunyai hambatan untuk
menghasilkan suatu resolusi. Suatu pihak akan mempunyai dilema bila dia merasa ada
hambatan untuk mencapai tujuan yang dia inginkan, karena faktor yang ada pada dia
sendiri atau pun faktor-faktor yang berasal dari pihak lain. Tujuan dari tiap pihak tersebut
direfleksikan dalam bentuk posisi (yaitu, suatu skenario masa depan yang ditawarkan
oleh pihak tersebut secara terbuka kepada pihak lain), dan dia berusaha untuk
meyakinkan pihak lain untuk menerima posisi tersebut, kalau perlu dengan janji
( promises) atau pun dengan ancaman (threats) (Bryant, 2003).
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 15/48
14
Setiap pihak akan berusaha untuk menghilangkan dilema tersebut, dengan
melibatkan emosi, baik yang positif atau pun yang negatif, rational arguments, dan
perubahan asumsi (beliefs) atau pun nilai (values). Emosi yang positif diperlukan untuk
meyakinkan pihak lain, bahwa pihak tersebut serius untuk berkolaborasi; sedangkan
emosi yang negatif diperlukan untuk menyakinkan pihak lain, bahwa pihak tersebut
serius dengan ancamannya (Bryant, 2003). Sekali dilema berhasil dihilangkan, maka
semua pihak akan mencapai suatu penyelesaian, walaupun tidak selalu berarti mengarah
pada ”happy ending”.
Dengan drama theory, setiap pihak akan dapat memperkirakan bagaimana frame
akan berubah, dengan mengetahui dilema-dilema yang dihadapi oleh pihak-pihak yang
terlibat pada suatu frame tertentu (Bennet, 1998).
2. Dilema-dilema yang menghambat kerjasama
Dalam negosiasi akan timbul dilema-dilema yang akan dihadapi oleh pihak-pihak
yang terlibat, yang akan menghambat terjadinya resolusi (Bryant, 2003). Ada dua
kelompok dilema yang terjadi dalam proses negosiasi:
a. Dilema Konfrontasi
Dilema ini terjadi dalam kondisi dimana semua pihak tidak mempunyai
posisi/tawaran/usulan yang sama (atau, minimal ada satu pihak yang mengusulkan posisi yang berbeda/tidak compatible dengan posisi pihak lain), yang
menyebabkan pihak yang mempunyai dilema tersebut tidak credible dalam
menerapkan ancamannya, yaitu:
Threat dilemma
Pihak 1 menghadapi threat dilemma terhadap pihak 2 bila ancaman pihak 1
dianggap tidak serius (tidak dapat dipercaya/credible) oleh pihak 2, karena
pihak 2 mengetahui bahwa ada future (skenario masa depan lain) selain
posisi pihak 2 yang lebih disukai oleh pihak 1 daripada posisi ancaman.
Pihak 1 hanya dianggap menggertak (bluffing) saja oleh pihak lain. Dalam
kondisi seperti ini, pihak 1 perlu untuk membuat agar ancamannya lebih
dilihat serius (credible) oleh yang lain, dengan negative emotion seperti
marah, geram, atau pun kebencian.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 16/48
15
Rejection dilemma
Pihak 1 akan menghadapi rejection dilemma terhadap pihak 2 bila pihak 1
ada hambatan untuk meyakinkan pihak lainnya bahwa dia serius dengan
penolakannya terhadap posisi pihak 2, karena mungkin pihak 1 diragukan
lebih menyukai posisi ancaman dibandingkan posisi pihak 2. Dalam kondisi
seperti ini, pihak 1 perlu untuk membuat agar ancamannya lebih dilihat
serius (credible) oleh pihak 2 dengan negative emotion.
Positioning dilemma
Pihak 1 menghadapi positioning dilemma terhadap pihak 2, bila pihak 1 lebih
menyukai posisi pihak 2 dibandingkan dengan posisinya sendiri. Namun,
pihak 1 bisa menolak posisi pihak 2 dengan harapan untuk mendapatkan
tawaran yang lebih baik, atau karena posisi pihak 2 dianggap tidak realistik,
atau pun pihak 1 lebih menyukai posisi ancaman dibandingkan posisi pihak
2; atau pun pihak 1 tidak percaya dengan pihak 2.
Persuasion dilemma
Pihak 1 akan menghadapi persuasion dilemma terhadap pihak 2 bila pihak 1
lebih menyukai posisi pihak 2 dibandingkan dengan posisi ancaman,
sehingga pihak 1 mengalami hambatan untuk meyakinkan pihak 2 untuk
menerima posisinya. b. Dilema Kolaborasi/Kerjasama
Kalau dilema konfrontasi berhasil dihilangkan, maka pihak-pihak yang
berinteraksi akan mempunyai posisi bersama (yaitu, tidak ada perbedaan
kepentingan pada posisi yang ditawarkan), namun mereka masih bisa menghadapi
dilema kolaborasi, yaitu mereka masih mempunyai kemungkinan untuk tidak
percaya satu sama lain atas komitmen terhadap posisi bersama tersebut.
Trust dilemma
Pihak 1 menghadapi trust dilemma tarhadap pihak 2 bila pihak 1 tidak yakin
bahwa pihak 2 akan komit dengan posisi bersama tersebut; dalam hal ini
pihak 1 bisa juga berpindah ke posisi lain, atau pun mencari cara agar dia
yakin dengan komitmen pihak 2.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 17/48
16
Cooperation dilemma
Pihak 1 mempunyai cooperation dilemma terhadap pihak 2 bila pihak 1 juga
tergoda untuk tidak berkomitmen dengan posisi bersama ini, mungkin ada
future lain yang lebih menarik dibandingkan posisi bersama tersebut; dan
kalau pihak 1 ingin menghilangkan dilema ini, maka pihak 1 bisa berpindah
ke posisi lain, atau pun pihak 1 dapat menyakinkan pihak 2 bahwa dia tetap
berkomitmen dengan posisi bersama tersebut.
3. Metafor Drama untuk Menjelaskan Dinamika Negosiasi
Menurut drama theory, dinamika negosiasi dapat disamakan dengan drama,
dimana dalam drama ada beberapa episode, dan tiap episode akan melibatkan tahap-tahap
seperti berikut ini (Howard, 1996a).
Gambar 1: Dinamika konflik yang dilihat sebagai sebuah drama
1SCENE
SETTING
2
BUILD-UP3
CLIMAX
4
RESOLUTION
5
DE`NOUMENT
If not
If positions are united
and trustworthy
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 18/48
17
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1, proses negosiasi menurut drama theory
akan terdiri dari lima tahap, yaitu:
1. Scene Setting
Dalam tahap ini, pihak-pihak yang berinteraksi belum mempunyai persepsi yang
sama atas situasi yang dihadapi (atau, belum mempunyai common reference),
dimana masing-masing pihak berusaha mempengaruhi pihak lain dengan frame
nya, atau pun dia belajar tentang frame yang dilihat pihak lain. Setiap pihak bisa
melihat situasi dengan frame yang berbeda, sehingga ada beberapa alternatif
frame yang tersedia pada tahap ini. Tahap ini akan menghasilkan beberapa frame
yang bisa berbeda satu dengan yang lainnya.
2. Build-up
Tahap ini mulai dengan kondisi di mana tiap pihak mempunyai frame yang
berbeda, dan masing-masing pihak berkomunikasi dengan pihak lain, sehingga
ada kemungkinan kesalahan persepsi terhadap frame pihak lainnya. Situasi ini
disebut dengan kondisi hyperframe. Namun dengan adanya interaksi dan
komunikasi di antara mereka, maka lambat laun setiap pihak akan mempunyai
frame yang sama terhadap situasi konflik yang mereka hadapi, sehingga mereka
mempunyai common reference frame. Dengan frame yang sama, maka tiap pihak
mulai bisa menawarkan posisinya masing-masing secara terbuka. Sering dalamtahap ini, posisi yang ditawarkan berbeda satu pihak dengan pihak lain, atau pun
kalau mereka menghasilkan posisi bersama, maka ada kemungkinan masing-
masing tidak percaya dengan komitmen pihak lain terhadap posisi bersama
tersebut. Kalau mereka menghasilkan posisi bersama dalam tahap ini, dan mereka
juga tidak mempunyai masalah dengan kepercayaan dengan pihak lain, maka
proses konflik bisa langsung meloncat ke tahap 4, yaitu resolusi, dimana mereka
akan siap menghasilkan suatu penyelesaian, happy ending or tragedy.
3. Climax
Tahap ini bermula ketika ada pihak yang tidak puas dengan frame bersama dan
berusaha untuk mengubahnya. Dalam hal ini, frame yang sama tersebut tidak
menghasilkan posisi bersama, atau pun kalau menghasilkan posisi bersama,
masing-masing pihak masih ada ketidakpercayaan dengan pihak lain. Dalam
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 19/48
18
kondisi tersebut, maka tiap pihak akan menghadapi satu atau lebih dilema yang
menyebabkan pihak tersebut mempunyai dorongan untuk mengubah frame-nya.
4. Resolution
Pada tahap ini semua pihak sudah mempunyai posisi yang sama dan tidak
memiliki keraguan atas komitmen pihak lain, maka proses konflik telah mencapai
resolusinya, dimana hasilnya bisa positif, atau tercapai suatu
kerjasama/kolaborasi; atau pun negatif dalam arti akan menghasilkan tragedi
dimana tiap pihak memilih posisi ancaman.
5. De`nouement
Suatu episode drama berakhir pada tahap ini, dimana tiap pihak melaksanakan
kesepakatan atau ancamannya masing-masing, setelah mereka menjalani proses
konflik/ pre play yang panjang.
III. APLIKASI MODEL SIMULASI BERBASISKAN AGEN DAN DRAMA
THEORY UNTUK KASUS DAS CITARUM
1. Memodelkan common reference frame
Permasalahan sungai Citarum ini sudah berlangsung sangat lama, dansudah berpuluh-puluh seminar dilaksanakan sehingga diasumsikan semua pihak
sudah saling berinteraksi lama dan sudah saling mengenal dan berbagi informasi.
Oleh karena itu, dalam analisis hambatan kerjasama dengan drama theory ini, akan
mulai dari tahap akhir dari build-up, di mana semua pihak sudah mempunyai
common reference frame terhadap permasalahan sungai Citarum.
Pertama-tama, common reference frame awal dibuat dengan berdasarkan
atas informasi yang didapat dari surat kabar dan beberapa bahan dari seminar
mengenai DAS Citarum. Kemudian, analisis akan memasuki tahap climax dengan
mengidentifikasi dilema-dilema yang dihadapi oleh masing-masing pihak
berdasarkan common reference frame tersebut dan definisi-definisi dilema yang
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Berdasarkan informasi tentang dilema-
dilema ini, fasilitator bisa memperkirakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 20/48
19
pihak-pihak yang terlibat untuk menghilangkan dilema agar negosiasi dapat
mengarah kepada kerjasama antar semua pihak yang terlibat.
Akhirnya, pada tahap climax ini akan ditunjukkan bagaimana fasilitator
dapat mengusulkan satu perubahan frame dari tiap-tiap pihak, dan menganalisis lagi
dilema yang ada. Proses ini dalam drama theory akan terus berulang sampai pada
suatu tahap dimana semua pihak sudah bebas dari dilema, sehingga bisa memasuki
tahap berikutnya, yaitu resolution. Common reference frame dari permasalahan
sungai Citarum dimodelkan seperti pada Gambar 2.
OPSI PARTISIPAN THREATPOSISI
USR G TI DSP USP DSC
Up Stream Regencies < <
Stop deforestation Tidak Ya Ya Ya/Tdk Ya Tidak Ya
Green > < > <
Protest Ya Tidak Tidak Tidak Ya/Tdk Tidak Tidak
Textile Industries > > >
Stop un-treatment waste
disposal to river Tidak Ya/Tdk Ya Tidak Ya Ya/Tdk Ya
Down Stream People < < < <
Stop waste disposal to river Tidak Ya/Tdk Ya Ya/Tdk Tidak Ya/Tdk Ya
Up Stream People > > > >
Stop illegal lodging Tidak Ya Ya Ya/Tdk Ya Tidak Ya
Down Stream Cities > < > < >
Strict penalties for illegal
waste disposal to river Ya Ya/Tdk Ya Tidak Tidak Ya/Tdk Tidak
Maintenance down Stream
River Tidak Ya/Tdk Ya Ya/Tdk Ya Ya/Tdk Tidak
Revenue sharing to Up
Stream Regencies
Tidak Ya Ya/Tdk Ya/Tdk Ya/Tdk Ya/Tdk Tidak
Gambar 2. Common Reference Frame Permasalahan DAS Citarum
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 21/48
20
Penjelasan umum Common Reference Frame:
Pada sebelah kiri matrik terdapat pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dan tiap pihak
mempunyai option(s) yang terdapat di bawahnya tepat; misalnya Up Stream Regencies
mempunyai satu option yaitu “stop deforestation”.
Kolom matrik di atas menggambarkan berbagai skenario yang bisa terjadi dari interaksi
dari pihak-pihak di atas, terdiri dari posisi yang ditawarkan masing-masing pihak (sesuai
dengan singkatan nama pihak, misalnya kolom G adalah posisi dari pihak Green). Yang
disebut posisi ini adalah skenario yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, dan
tawaran ini sifatnya terbuka ( public position) sehingga semua pihak bisa melihat posisi
tersebut. Suatu posisi adalah salah satu alternatif kombinasi dari penerimaan, penolakan,
atau abstain atas tiap option dari tiap partisipan. Misalnya, posisi TI di atas dapat
diterjemahkan bahwa pihak TI abstain (Yes/No) dengan option stop deforestation dari
pihak USR, menolak (No) option protest dari pihak Green, menolak (No) stop
untreatment waste disposal to river , dan seterusnya.
Selain posisi juga ada threat yaitu posisi ancaman, yaitu merupakan scenario masa depan
yang akan terjadi bila semua pihak menjalankan ancamannya masing-masing.
Penjelasan Pihak-pihak yang terlibat dan Opsi-opsinya
Di bawah tiap-tiap pihak ada option yang tersedia untuk tiap stakeholder sebagai berikut:
• Up Stream Regencies (USR, yang mewakili pemerintah daerah di daerah hulu DAS
Citarum)
Stop Deforestation: pemerintah daerah di bagian hulu DAS Citarum
menghentikan penebangan hutan di daerahnya, sehingga tidak ada peralihan tata
guna lahan dari hutan menjadi perumahan atau yang lain.
• Green (G, diwakili oleh DPKLTS)
Protest : aktifis lingkungan yang diwakili oleh Dewan Pemerhati Kehutanan dan
Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) melakukan protes bisa melalui surat kabar
atau pun mengerahkan masa untuk turun di jalan memprotes tindakan pihak
lainnya. DPKLTS bisa melancarkan protes pada semua pihak dalam interaksi
tersebut.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 22/48
21
• Textile Industry (TI), yang mewakili beberapa pabrik textile yang masih membuang
limbah yang belum diolah ke sungai Citarum)
Stop untreatment waste disposal to river : Beberapa tekstil industri yang ada di
sepanjang sungai Citarum menghentikan pembuangan limbah industri yang
belum diolah ke sungai Citarum.
• Down Stream People (DSP, yang mewakili sebagian masyarakat di sepanjang sungai
Citarum yang masih membuang sampah rumah tangganya ke sungai Citarum)
Stop waste disposal to river : Masyarakat di sepanjang sungai Citarum
menghentikan pembuangan sampah rumah tangganya ke sungai Citarum.
• Up Stream People (USP, yang mewakili sebagian masyarakat di bagian hulu sungai
Citarum yang masih melakukan penebangan liar)
Stop illegal lodging: Masyarakat di bagian hulu sungai Citarum menghentikan
penebangan liar kayu hutan.
• Down Stream Cities (DSC, yang mewakili pemerintah daerah di bagian hilir sungai
Citarum)
Strict penalties for illegal waste disposal to river : pemerintah daerah di bagian
hilir sungai Citarum menerapkan aturan yang keras terhadap pembuangan
sampah rumah tangga dan limbah industri ke sungai Citarum yang tidak
melanggar ketentuan yang telah ditetapkan.
Maintenance down stream river : pemerintah daerah di bagian hilir sungai
Citarum merawat sungai Citarum dengan membersihkan dari sampah dan
melakukan pengerukan rutin.
Revenue Sharing to Up Stream Regencies: pemerintah daerah di bagian hilir
sungai Citarum memberikan bagian dari PAD nya ke pemerintah daerah di
bagian hulu sungai Citarum untuk merawat hutan di daerahnya.
Penjelasan preferensi
Tiap pihak akan diminta untuk membandingkan suatu skenario dan posisi
ancaman Threat . Pada Gambar 2 ada > atau < pada tiap baris pihak, yang
menggambarkan preferensi dari pihak tersebut terhadap Threat bila dibandingkan dengan
posisi pada kolom panah tersebut. Misalnya, > pada baris Down Stream Cities di kolom
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 23/48
22
USR berarti bahwa DSC lebih menyukai Threat dibandingkan posisi USR (yaitu,
menurut DSC, Threat > posisi USR).
Penjelasan posisi dari tiap-tiap pihak:
1. Posisi USR
USR akan menghentikan deforestation dan meminta USP untuk menghentikan
penebangan liar, Green tidak memprotes lagi, dan DSC memberikan bagian
pendapatannya ke USR sebagai imbalannya.
2. Posisi Green
Aktifis lingkungan tidak akan memprotes, USR menghentikan deforestation, TI
menghentikan pembuangan limbah yang belum diolah, DSP menghentikan
pembuangan sampah rumah tangga ke sungai, USP menghentikan penebangan hutan
secara liar, DSC menerapkan hukuman yang keras terhadap pembuangan
sampah/limbah ke sungai yang melanggar hukum, dan merawat sungai dengan tuntas.
3. Posisi TI
Green tidak seharusnya memprotes, TI tetap membuang limbah yang belum diolah ke
sungai, dan DSC tidak melakukan hukuman yang keras terhadap pembuangan
sampah/limbah ke sungai yang ilegal.
4. Posisi DSPUSR seharusnya menghentikan deforestation, TI seharusnya menghentikan
pembuangan limbah yang belum diolah ke sungai, DSP tidak seharusnya
menghentikan pembuangan sampah rumah tangga ke sungai, USP seharusnya
menghentikan penebangan liar, DSC tidak seharusnya memberlakukan hukuman
yang keras terhadap pembuangan sampah/limbah ilegal ke sungai, dan DSC
seharusnya merawat dengan tuntas.
5. Posisi USP
USP tidak seharusnya menghentikan penebangan liar, Green tidak seharusnya
memprotes, dan USR tidak seharusnya menghentikan deforestation.
6. Posisi DSC
USR seharusnya menghentikan deforestation, Green seharusnya tidak memprotes
DSC, TI tidak seharusnya membuang limbah yang belum diolah ke sungai, DSP
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 24/48
23
seharusnya menghentikan pembuangan sampah ke sungai, USP seharusnya
menghentikan penebangan liar, dan DSC seharusnya tidak memberlakukan hukuman
keras pembuangan sampah/limbah ilegal ke sungai, tidak seharusnya merawat secara
tuntas, dan tidak seharusnya membagi pendapatannya ke USR.
Penjelasan posisi ancaman (Threat )
Posisi ancaman akan terealisasi bila masing-masing pihak menjalankan ancamannya.
Untuk kasus di atas, posisi ancamannya adalah USR tidak akan menghentikan
deforestation, Green akan memprotes, TI tidak akan menghentikan pembuangan limbah
yang belum diolah, DSP tidak akan menghentikan pembuangan sampah rumah tangga,
USP tidak akan menghentikan penebangan liar, dan DSC akan memberlakukan hukuman
yang keras terhadap pembuangan sampah/limbah ilegal ke sungai, tidak akan merawat
dengan tuntas, dan tidak akan membagi pendapatannya ke USR.
2. Model Simulasi Teori Drama
Untuk dapat membawakan suatu permasalahan teori drama ke dalam simulasi
dibutuhkan definisi-definisi yang berhubungan dengan pembentukan kerangka bersama
permasalahan. Dalam model simulasi ini diasumsikan bahwa tahap pertama teori dramayaitu scene setting sudah dilalui. Setiap agen sudah memberikan opsi yang ditawarkannya
sehingga dapat dipilih oleh agen lain.
Definisi 1:
kio adalah opsi agen-i yang dapat ditawarkannya kepada agen lain dengan k adalah
jumlah opsi yang dimiliki agen-i.
Untuk setiap opsi-k yang dimiliki oleh agen-i, agen-i dapat mempunyai pilihan menerima
atau menolak opsi tersebut pada setiap waktu-t.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 25/48
24
Definisi 2:
},{: ditolak diterimaoc ki
t
ki → adalah pilihan yang dilakukan oleh agen-i terhadap opsi-k
yang ditawarkannya.
Penerimaan atau penolakan terhadap opsi-k yang dipilih oleh agen-i didasarkan padasuatu nilai yang diberikan oleh agen-i pada waktu-t untuk pilihan menerima atau menolak
opsi-k tersebut.
Definisi 3:
ℜ→)(: ki
t
ki
t
ki ocVo adalah nilai yang diberikan terhadap pilihan opsi –k oleh agen-i pada
waktu-t yaitu
⎪⎩⎪⎨⎧
−=
ditolak oc jikaa xditerimaoc jikaaocVo
ki
t
ki
ki
t
kiki
t ki
t ki
)(;)(;))((
x adalah nilai dasar
Untuk setiap opsi-k yang ditawarkan oleh agen-i, agen-j memberikan pilihan
terhadap opsi tersebut, diterima, ditolak atau tidak memilih pada waktu-t.
Definisi 4:
},,{: memilihtidak ditolak diterimaoc kij
t
kij → adalah pilihan yang dilakukan oleh agen-i
terhadap opsi-k yang dimiliki oleh agen-j.
Penerimaan atau penolakan yang dilakukan oleh agen-i terhadap opsi-k yang ditawarkan
agen-j didasarkan pada suatu nilai persepsi yang diberikan oleh agen-i pada waktu-t.
Definisi 5:
ℜ→)(: kij
t
kij
t
kij ocVpo adalah nilai persepsi opsi yang diberikan agen-i terhadap pilihan
opsi –k yang ditawarkan oleh agen-j pada waktu-t yaitu
⎪⎩
⎪⎨⎧
−=
ditolak oc jikaa x
diterimaoc jikaaocVpo
kij
t
kij
kij
t
kij
kij
t
kij
t
kij)(;
)(;))((
x adalah nilai dasar
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 26/48
25
atau
dipilihtidak oc jikaocVpo kij
t
kijkij
t
kij
t
kij )(;0))(( =
Dari nilai yang telah diberikan terhadap opsi-k oleh agen-i dan nilai persepsi yang
telah diberikan terhadap opsi-k yang ditawarkan oleh agen-j, agen-i memiliki suatu posisi
terhadap opsi yang telah dipilihnya pada waktu-t yaitu
},...,,,{ 321
t
n
t t t t p p p p p = n= banyak agen
dengan
)}({)}({ kij
t
kijki
t
ki
t
i ococ p ∪=
Untuk posisi yang telah ada pada waktu-t yaitu tp , agen-i memberikan nilai posisi t i p
yang didasarkan pada nilai opsi t
kiVo dan nilai persepsi opsi t
kijVpo yang dimilikinya.
Definisi 6:
ℜ→t
i
t
i pVp : adalah nilai posisi yang diberikan agen-i pada waktu-t yaitu
∑+=m
t
kij
t
ki
t
i
t
i VpoVo pVp )( m=banyak opsi dan ) ji( ≠ .
Untuk posisi yang telah ada pada waktu-t yaitu tp , agen-i memberikan nilai persepsi
posisit
jp )( ji ≠ yang didasarkan pada nilai persepsi opsi yang dimilikinyat
kijVpo .
Definisi 7:
ℜ→t
j
t
i pVpp : adalah nilai persepsi posisi yang diberikan agen-i terhadap posisi agen-j
pada waktu-t yaitu
∑+=
m
t
kij
t
ki
t
j
t
i VpoVo pVpp )( m=banyak opsi dan ) ji(≠
.
Jika pilihan agen-j terhadap opsi-k adalah tidak memilih maka nilai persepsi opsi-k
didasarkan pada nilai persepsi opsi agen-i yang dipilih oleh agen-i.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 27/48
26
Untuk posisi yang telah ada pada waktu-t yaitutp , akan terbentuk suatu ancaman pada
waktu-t yaitu
},,...,,,{ 321
t
n
t t t t t t t t t = n=banyak agen.
Definisi 8:
Untuk setip agen-i memberikan ancaman t
it yang didasarkan pada:
Untuk setiap opsi iko yang dimiliki oleh agen-i, agen-i melihat pilihan setiap agen -j
terhadap opsi iko yaitu )( ik
t
j oc sedemikian sehingga:
1. Jika pilihan agen-i terhadap opsi iko adalah menerima dan jika jumlah pilihan
menerima terhadap opsi iko yang dilakukan oleh setiap agen-j lebih besar atau
sama dengan jumlah pilihan menolak terhadap opsi iko yang dilakukan oleh
setiap agen-j maka )( ik
t
i ot =menolak.
2. Jika pilihan agen-i terhadap opsi iko adalah menolak dan jika jumlah pilihan
menolak terhadap opsi iko yang dilakukan oleh setiap agen-j lebih besar atau
sama dengan jumlah pilihan menerima terhadap opsi iko yang dilakukan oleh
setiap agen-j maka )( ik
t
i ot =menerima.
Untuk ancaman t t , setiap agen-i memberikan nilai persepsi ancaman t
iVpt yaitu:
ℜ→t t
i t Vpt :
Definisi 9:
Nilai persepsi ancaman t
iVpt yang dilakukan oleh agen-i didasarkan pada nilai opsi
t
kiVo dan nilai persepsi opsi t
kijVpo yang dimilikinya yaitu:
∑+=m
t
kij
t
ki
t t
i VpoVot Vpt )(
Untuk setiap posisi agen-i t
i p , akan terbentuk suatu dilema pada waktu-t yang
berhubungan dengan posisi agen-j t
j p dan t t yaitu t
ijd .
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 28/48
27
Definisi 10:
Untuk setiap agen-i akan menentukan dilema terhadap setiap agen-j yang didasarkan
pada nilai persepsi posisi dan nilai persepsi ancaman sedemikian sehingga:
1. Jika nilai persepsi pilihan agen-j )( t
j
t
i pVpp lebih besar atau sama dengan nilai
persepsi ancaman )( t t
i t Vpt maka agen-i lebih menyukai posisi agen-j sehingga
dilema yang terbentuk adalah dilema penolakan (rejection dilemma).
2. Jika nilai persepsi pilihan agen-j )( t
j
t
i pVpp lebih kecil atau sama dengan nilai
persepsi ancaman )( t t
i t Vpt maka agen-i lebih menyukai posisi ancaman sehingga
dilema yang terbentuk adalah dilema persuasi ( persuasion dilemma).
Model simulasi teori drama ini akan membentuk suatu kerangka bersama dan dilema
yang muncul dari kerangka bersama tersebut. Dalam model simulasi ini hanya 2 dilema
yang akan dihilangkan yaitu dilema penolakan (rejection dilemma) dan dilema persuasi
(persuassion dilemma).
3. Model Negosiasi
Dalam model ini, proses negosiasi melibatkan unsur strategi dan keadaan emosidari agen dalam bernegosiasi. Unsur strategi akan menentukan seberapa besar keahlian
seorang agen dalam melakukan penawaran kepada agen lain. Keadaan emosi akan
menentukan seberapa besar pengaruh prilaku (cara berbicara, ekspresi, dan keadaan
mental) seorang agen dalam melakukan negosiasi. Hal ini memungkinkan seorang agen
dengan keahlian negosiasi yang rendah tetapi memiliki pengaruh prilaku yang baik dapat
mempengaruhi pihak lain dan pengaruh ini juga bergantung dari keadaan emosi pihak
lain.
Setiap agen yang memiliki dilema terhadap agen lain akan melakukan negosiasi
yang didasarkan pada strategi negosiasi yang digunakannya dan keadaan emosi yang
dimilikinya. Tujuan dari proses negosiasi ini adalah untuk mengajak agen lain merubah
pilihannya terhadap suatu atau beberapa opsi dimana pada opsi-opsi ini mereka memiliki
pilihan yang berlawanan (konflik). Seorang agen akan merubah pilihannya terhadap suatu
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 29/48
28
opsi bergantung pada seberapa besar pengaruh strategi dan keadaan emosi dari agen yang
melakukan penawaran terhadap keadaan emosi agen lain yang akan mempengaruhi nilai
persepsi yang dia miliki terhadap suatu opsi tertentu. Proses negosiasi ini berlangsung
pada setiap waktu ,...}3,2,1{=t . Model penghilangan dilema ini juga dapat menimbulkan
suatu kondisi dimana agen yang terlibat tidak menemukan kesepakatan terhadap suatu
atau beberapa opsi sehingga permasalahan masih mengandung dilema.
Model emosi yang akan digunakan dalam tulisan ini adalah perluasan dari model
negosiasi emosional PAD. Model keadaan emosi PAD melibatkan pendekatan tiga-
dimensi untuk mengukur emosi yaitu Pleasure (P), Arousal (A) dan Dominance (D).
Dimensi pertama yaitu Pleasure (P) memberikan arahan emosi, status emosi positif
(Pleasure) / status emosi negatif (Displeasure).
Definisi 11:
Untuk setiap agen-i memiliki keadaan emosi yaitu:
},,{ d a pi r r r Es = )1,1(,, −∈d a p r r r
Nilai-nilai mempunyai arti negatif jika mendekati -1 dan arti positif jika mendekati 1.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, angry dikodekan{-.51, .59, .25}, bored
dikodekan {-.65, -.62, -.33}, curious dikodekan {.22, .62, -.01}, dignified dikodekan
{.55, .22, .61}, elated dikodekan {.50, .42, .23}, hungry dikodekan {-.44, .14, -.21},
inhibited dikodekan{-.54, -.04, -.41}, loved dikodekan {.87, .54, -.18}, puzzled dikodekan
{-.41, .48, -.33}, sleepy dikodekan {.20, -.70, -.44}, unconcerned {-.13, -.41, .08}, dan
violent dikodekan sebagai{-.50, .62, .38}.
Definisi 12:
Untuk setiap agen-i memiliki fungsi keadaan emosi yaitu:
d a pd a pi r r r r r r Se −+= )1.(),,(
Tendensi afiliasi (affiliative tendency) didefinisikan sebagai ekspektasi seorang agen
untuk menunjukkan sikap ositif dalam berinteraksi dengan agen-agen lain. Tendensi
afiliasi merupakan kombinasi dari dimensi-dimensi emosi yang dimilikinya sebagai
berikut:
0.46 0.24 0.3ij ij ij ij Affiliation rp ra rd = + +
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 30/48
29
Definisi 13:
Ruang strategi yang dapat dimiliki oleh seorang agen merupakan himpunan bilangan
bulat positif }10,9,8,7,6,5,4,3,2,1{=st .
Ruang strategi ini mewakili keahlian dari seorang agen dalam bernegosiasi. Semakin
besar strategi yang dimiliki oleh seorang agen, semakin tinggi keahlian dalam
bernegosiasi.
4. Model untuk Mengeliminasi Dilema Konfrontasi
Untuk setiap waktu negosiasi ,...}3,2,1{=t , agen-i dan agen-j akan melakukan
negosiasi jika terdapat dilema diantara mereka. Dari posisi yang mereka miliki sekarang
1−t
i p dan 1−t
j p , mereka akan melakukan negosiasi pada opsi-opsi dimana terjadi
perbedaan dalam pilihan mereka (agen-i menolak dan agen-j menerima atau sebaliknya).
Agen-i dengan strategi sst i = dan keadaan emosi },,{ d a pi r r r Es = akan melakukan
penawaran dengan nilai penawaran:
iiii st st SeOv +×=
Persamaan ini menunjukkan besarnya pengaruh negosiasi yang dilakukan oleh
agen-i yang melibatkan strategi dan keadaan emosinya. Besar strategi sst i=
akanmengurangi nilai persepsi pilihan agen-i terhadap nilai persepsi pilihan yang dipilihnya
dan menambah nilai persepsi agen-i terhadap nilai persepsi pilihan yang tidak dipilihnya
pada opsi dimana agen-i dan agen-j tidak cocok.
Contoh 1.1:
Misalkan 51 =st dan posisi agen-1 dan agen-2 adalah sebagai berikut:
Posisi Agen-1 Posisi Agen-2
O11 Menolak (80) Menolak (63)
O12 Menerima (87) Menolak (83)
O13 Menerima (67) Menerima (67)
O23 Menerima (81) Tidak Memilih (0)
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 31/48
30
O33 Tidak Memilih (0) Menerima (81)
Jum 315 294
Agen-1 memiliki ketidakcocokan dengan agen-2 pada opsi O12, maka nilai
persepsi agen-1 terhadap pilihan Menerima (pilihan agen-1) akan berkurang 5 (87-5=82)
dan terhadap pilihan Menolak (tidak dipilih agen-1) akan bertambah 5 (13+5=18).
Misalkan keadaan emosi agen-1 adalah
}2.0,1,5.0{1 −= Es , maka fungsi keadaan emosi agen-1 adalah
2.12.0)11(5.0),,(1 −=−+×−=d a p r r r Se
Dengan adanya keadaan emosi, maka pengaruh negosiasi ini akan bernilai
1552.11111
−=+×−=+×= st st SeOv
Agen-j memiliki keadaan emosi },,{ d a p j r r r Es = yang akan mempengaruhi agen-
j dalam menerima tawaran dari agen-i. Dengan fungsi keadaan emosi agen-j
d a pd a p j r r r r r r Se −+= )1.(),,( , agen-j akan menilai penawaran agen-i dengan tingkat
penawaran yang dirasakan agen-j yaitu
ii j j OvOvSeOv +×=
Pengaruh nilai negosiasi ini akan mengurangi nilai persepsi pilihan agen-j terhadap nilai
persepsi pilihan yang dipilihnya dan menambah nilai persepsi agen-j terhadap nilai
persepsi pilihan yang tidak dipilihnya pada opsi dimana agen-i dan agen-j tidak cocok.
Proses negosiasi ini akan berlaku juga kepada agen-j yang akan bernegosiasi
dengan agen-i (kebalikannya). Dalam hal agen-i melakukan negosiasi terhadap agen-j,
agen-i berperan sebagai pihak penawar yang memiliki strategi dan agen-j berperan
sebagai pihak penerima tawaran. Proses negosiasi ini akan berlangsung sampai suatu
waktu-t tertentu dimana agen-i yang berperan sebagai pihak penawar akan berhasil dan
agen-j sebagai pihak penerima tawaran akan menerima tawaran agen-i. Hal ini akanterjadi jika nilai persepsi agen-j pada waktu-t terhadap opsi yang dipilihnya dari t=0
sampai dengan t-1 sudah lebih kecil dari nilai persepsi agen-j pada waktu-t terhadap opsi
yang tidak dipilhnya dari t=0 sampai dengan t-1. Hal ini akan merubah pilihan agen-j
terhadap opsi dimana agen-i dan agen-j memiliki ketidakcocokan.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 32/48
31
Pada setiap waktu negosiasi ke-t, jika semua agen sudah melakukan negosiasi,
nilai persepsi ini akan diperbaharui sesuai dengan pilihan dan nilai persepsi yang dimiliki
agen pada waktu-t. Seperti yang telah disebutkan di atas, model ini memungkinkan
proses penghilangan dilema tidak terjadi. Yang akan menjadi analisis pada tulisan ini
adalah mengukur pengaruh tingkat strategi dan tingkat keadaan emosi dimana setiap agen
dapat melakukan negosiasi sehingga dilema yang timbul dari permasalah dapat
dihilangkan.
5. Model untuk Mengeliminasi Trust Dilemma
Untuk memodelkan proses eliminasi dilema pada tahap kolaborasi, mula-mula
dikalkulasikan probabilitas seorang agen untuk berhianat dan probabilitas agen
menghukum agen lain yang berhianat.
minmax
max)(Pr V V
aff V iob i
−
−=
maxV adalah nilai maksimum tendensi afiliasi (1.00), minV adalah nilai minimum tendensi
afiliasi (-1.00) dan iaff adalah tendensi afiliasi bagi agen i. Nilai probabilitas yang tinggi
mencerminkan tingginya kecenderungan agen untuk menghukum agen lain yang
berhianat sebaliknya, probabilitas yang rendah menunjukkan tingginya kecenderungan
agen untuk berhianat.
Berdasarkan norm game, agen i akan mencoba untuk melanggar suatu
kesepakatan jika rand iob <)(Pr , dengan rand adalah suatu bilangan random antara 0
dan 1. Setiap agen j ( i j ≠ ), akan berusha menghukum agen i jika rand job >)(Pr . Jika
agen i berhianat maka, payoff agen i akan meningkat sebesar 1 % sedangkan, payoff
agen-agen lain akan berkurang sebesar 1%. Jika agen i berhianat dan agen j menghukum
agen i maka, payoff agen i akan berkurang sebesar 10%.
B. PROSEDUR SIMULASI
Dalam bagian ini akan disimulasikan masalah sungai Citarum berdasarkan
common frame pada bagian sebelumnya. Berdasarkan common frame ini, akan diamati
partisipan yang terlibat dalam memperoleh nilai persepsi untuk menyatakan common
frame saat ini. Nilai persepsi dari masing-masing agen berikut ini adalah menunjukkan
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 33/48
32
nilai persepsi terhadap option, jika option ini dipilih oleh agen lain. Nilai ini diperoleh
dari data berdasarkan common reference frame sebelumnya.
Tabel 1. Nilai Persepsi dari setiap agen dalam Masalah Sungai Citarum
Dalam simulasi ini, diasumsikan bahwa strategi penawaran agen adalah sama yaitu
sst i = ts∈ . Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh emosi (emotional state) masing-
masing agen. Kita asumsikan bahwa jika jumlah nilai fungsi emosi adalah positif, maka
agen akan memiliki prilaku seperti mau berkompromi dan jika nilai fungsi emosinya
negatif maka agen tidak mau berkompromi.
OPSI PARTISIPANUSR G TI DSP USP DSC
A R A R A R A R A R A R
USR
Stop deforestation 51 .49 60 40 0 0 55 45 25 75 51 49
G
Protest 47 53 43 57 49 51 0 0 13 87 49 51
TI
Stop un-treatment waste
disposal
0 0 57 43 45 55 55 45 0 0 51 49
DSP
Stop waste disposal to
river 0 0 51 49 0 0 49 51 0 0 51 49
USP
Stop illegal lodging 60 40 51 49 0 0 51 49 37 63 51 49
DSC
Strict penalties for illegal
waste disposal0 0 75 25 48 52 41 59 0 0 49 51
Maintenance down Stream
River 0 0 51 49 0 0 52 48 0 0 46 54
Revenue sharing to Up
Stream Regencies56 44 0 0 0 0 0 0 0 0 43 57
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 34/48
33
C. EKSPERIMEN
1. Skenario Pertama
Pada skenario ini, seluruh agen memiliki emosi yang positif. USR memiliki emosi
curious, G memiliki emosi loved , TI memiliki emosi elated , USP memiliki emosi
dignified , DSP memiliki emosi sleepy dan DSC memiliki emosi dignified. Pada skenario
ini digunakan parameter-parameter pada Tabel 2, dan probabilitas tendensi afiliasi
ditunjukkan pada gambar 3.
Tabel 2. Parameter-parameter pada Skenario 1
USR G TI DSP USP DSC
pr 0.22 0.87 0.5 0.2 0.55 0.55
ar 0.62 0.54 0.42 -0.7 0.22 0.22
d r -0.01 -0.18 0.23 -0.44 0.61 0.61
Sei 0.3364 1.5198 0.48 0.5 0.0610 0.0610
Gambar 3. Probabilitas tendensi afiliasi pada skenario 1
Pada gambar 3 dapat diamati bahwa probabilitas tendensi afiliasi tiap agen mendekati
nilai 1. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap agen akan berusaha menjaga kesepakatan
yang terbentuk karena nilai tendensi afiliasi bernilai positif dan mendekati 1.
2. Skenario Kedua
Pada skenario kedua, jumlah agen yang memiliki emosi positif lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah agen yang memiliki emosi negatif (USR, USP, DSP, DSC
dan TI memiliki emosi positif sementara, G memiliki emosi negatif). Agen yang
memiliki emosi negatif memiliki nilai Se yang rendah (-0.1567).
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 35/48
34
Tabel 3. Parameter-parameter pada skenario 2
USR G TI DSP USP DSC
pr 0.5 -0.13 0.55 0.87 0.87 0.5
ar 0.42 -0.41 0.22 0.54 0.54 0.42
d r 0.23 0.08 0.61 -0.18 -0.18 0.23
Sei 0.48 -0.1567 0.061 1.5198 1.5198 0.48
Gambar. 4. Probabilitas tendensi afiliasi pada skenario 2
Pada gambar 4 dapat diamati bahwa probabilitas tendensi afiliasi setiap agen mendekati 1
sehingga, dapat disimpulkan bahwa setiap agen akan menjaga komitmen yang terbentuk
di antara mereka. Agen tidak berusaha untuk berhianat karena terdapat kemungkinan
agen-agen lain akan memberikan hukuman terhadap dirinya.
3. Skenario Ketiga
Pada skenario ketiga, jumlah agen yang memiliki emosi positif lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah agen yang memiliki emosi negatif (USR, USP, DSP, DSC
dan TI memiliki emosi positif sementara, G memiliki emosi negatif). Agen yang
memiliki emosi negatif memiliki nilai Se yang cukup tinggi (-0.2916).
Table 4. Parameter-parameter pada skenario 3
USR G TI DSP USP DSC
pr 0.5 -0.44 0.55 0.87 0.87 0.5
ar 0.42 0.14 0.22 0.54 0.54 0.42
d r 0.23 -0.21 0.61 -0.18 -0.18 0.23
Sei 0.48 -0.2916 0.061 1.5198 1.5198 0.48
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 36/48
35
Gambar.5. Probabilitas tendensi afiliasi pada skenario 3
Pada gambar 4 dapat diamati bahwa probabilitas tendensi afiliasi setiap agen
mendekati 1 sehingga, dapat disimpulkan bahwa setiap agen akan menjaga komitmen
yang terbentuk di antara mereka. Agen tidak berusaha untuk berhianat karena terdapat
kemungkinan agen-agen lain akan memberikan hukuman terhadap dirinya.
4. Skenario Keempat
Pada skenario kedua, jumlah agen yang memiliki emosi positif lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah agen yang memiliki emosi negatif (USR, USP, DSP, DSC
dan TI memiliki emosi positif sementara, G memiliki emosi negatif). Agen yang
memiliki emosi negatif memiliki nilai Se yang tinggi (-1.045).
Table 5. Parameter-parameter pada skenario 5
USR G TI DSP USP DSC
pr 0.5 -0.5 0.55 0.87 0.87 0.5
ar 0.42 0.59 0.22 0.54 0.54 0.42
d r 0.23 0.25 0.61 -0.18 -0.18 0.23
Sei 0.48 -1.045 0.061 1.5198 1.5198 0.48
Gambar. 6. Probabilitas tendensi afiliasi pada skenario 4
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 37/48
36
Pada gambar 4 dapat diamati bahwa probabilitas tendensi afiliasi setiap agen
mendekati 1 sehingga, dapat disimpulkan bahwa setiap agen akan menjaga komitmen
yang terbentuk di antara mereka. Agen tidak berusaha untuk berhianat karena terdapat
kemungkinan agen-agen lain akan memberikan hukuman terhadap dirinya.
KESIMPULAN
Melalui hasil simulasi telah ditunjukkan bahwa, keadaan emosi dan tendensi
afiliasi masing-masing agen akan berdampak secara signifikan terhadap proses negosiasi.
Pada tahap kolaborasi, dalam rangka menjaga komitmen yang telah disepakati, setiap
agen harus memiliki kemaua untuk menghukum agen lain yang berusaha berhianat. Efek
kondisi emosi yang positif dan tendensi afiliasi yang besar, amat penting dalam menjaga
kolaborasi yang terbentuk.
Melalui penelitian ini disarankan kepada setiap agen yang terlibat dalam
permasalahan sungai Citarum untuk memiliki kondisi emosi yang positif dan tendensi
afiliasi yang besar dalam rangka menyelesaikan permasalahan Sungai Citarum.
ACKNOWLEDGEMENT
Penelitian ini Dibiayai oleh Program Hibah Pascasarjana VI No: 0407/K01.03/Kontr-
WRRIM/PL2.1.5/IV/2008.
REFERENSI
1. Axelrod, R. (1997), The Complexity of Cooperation. Agent-Based Models of
Competition and Collaboration, Princeton University Press, Princeton, New Jersey.
2. Bryant, J. (2003), The Six dilemmas of Collaboration, John Wiley.
3. Barteneva, Daria., Lau,Nuno., Reis, Paulo Luis., (2006), “Implementation of
Emotional Behaviors in Multi Agent System Using Fuzzy Logic and
Temperamental Decision Mechanism”, Proceeding Fourth European Workshop on
Multi Agent Systems.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 38/48
37
4. Bradley, Margaret M., Codispoti , Maurizio., Sabatinelli Dean., dan Lang, Peter J.
(2001), “Emotion and Motivation II: Sex Differences in Picture Processing” ,
Emotion, Vol.1, No.3 pp:300-319.
5. Howard, N. (1996), “Negotiation as Drama: How “Games” Become Dramatic”,
International Negotiation, 1, pp. 125-152.
6. Howard, N., Bennet, P., Bryant, J. and Bradley, M. (1993), “Manifesto for a Theory
of Drama and Irrational Choice”, Systems Practice, 6(4), 429-434.
7. Howard, N. (1994a), Drama Theory and its Relation to Game Theory: Part One”,
Group Decision and Negotiation, 3, 187-206.
8. Howard, N. (1994b),”Drama Theory and its Relation to Game Theory: Part Two”,
Group Decision and Negotiation, 3, 207-235.
9. Jiang, Hong, Vidal, Jose M and Huhns, Michael N, (2004), Incorporating Emotions
into Automated Negotiation. University of South Carolina, Columbia.
10. Maulana, F. (2004), Menyelamatkan Hutan Tatar Sunda, Kompas Online 12 Mei.
11. Mehrabian, Albert. (1976). “Questionnaire measures of affiliative tendency and
sensitivity to rejection”. Psychological Reports, Vol.38, pp:199-209.
12. Mehrabian, Albert. (1997).”Analysis of Affiliation Related Traits in Term of PAD
Temperament Model”. The Journal of Psychology Vol.131, pp:101-117.
13. Putro, Utomo Sarjono, (2000), Adaptive Learning of Hypergame Situations Using aGenetic Algorithm, IEEE Transactions on Systems, Man, and Cybernetics, Vol. 30,
No. 5.
14. Putro, Utomo Sarjono, et al., (2005), Agent Based Modeling and Simulation of
Knowledge Management, Proceeding IFSR.
15. Putro, Utomo Sarjono, et.al. (2005), Drama Theory sebagai Model dari Dinamika
Konflik dalam Permasalahan DAS Citarum, Jurnal Manajemen Teknologi, Vol. 4,
No. 2.
16. Putro, Utomo Sarjono, et.al. (2007), Role of Emotion in Negotiation Process: An
Application of Drama Theory in Citarum River Basin Problem, International
Society of System Science.
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 39/48
38
17. Utomo Sarjono Putro, Manahan Siallagan, Santi Novani, Dhanan Sarwo Utomo (2008),
Managing Collaboration Using Agent Based Simulation (to appear in Proceedings of the
Pacific Rim International Conference on Multi Agents 2008, Hanoi, Vietnam).
18. Utomo Sarjono Putro, Kuntoro Mangkusubroto, Khrisna Ariuyanto (2008), Roles of
Emotion in Negotiation Process: An Application of Drama Theory in Citarum Riverbasin
Problem, Jurnal Manajemen Teknologi, Vol. 7, No. 1 (ISSN: 1412-1700)
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 40/48
39
I. LAMPIRAN DRAFT PUBLIKASI
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 41/48
40
Managing Collaboration Using Agent Based Simulation
Utomo Sarjono Putro1, Manahan Siallagan1, Santi Novani1, Dhanan Sarwo Utomo1
1School of Business and Management, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132, Indonesia
[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstract. The purpose of the present research is to identify, analyze and simulate dynamics of interaction and conflicts among agents using drama theory, and to apply it in Citarum river basinproblem. To accomplish the purpose, we first model the process in terms of drama theory that is
combined with emotional state model (PAD). One of the reasons why we adopt drama theory is that itprimarily focuses on dilemma or paradox arising from rational goal seeking behavior. It also providesus with rigorous analytical and computational tools of conflict analysis. Then, we propose a simulationmodel to describe both of dilemma of conflict, i.e., persuasion and rejection dilemma among the agents,
and the dilemma of collaboration (trust dilemma) among the agents. Finally, we conduct agent-basedsimulation by using SOARS (Spot Oriented Agent Role Simulator ) to obtain some fruitful suggestionsfor encouraging their collaboration.
Keywords: Agent based Simulation, Negotiation, Dilemma, Drama Theory, Emotion
1 Introduction
Citarum River basin is a region in Java Island, Indonesia, with 6,080 km2
area involvingthe three provinces, i.e., West Java, Banten, and Jakarta. The annual precipitation depth is
3,000 mm/year in the mountain and 2,500 mm/year in lowland. Relative humidity is 80%and daily temperature is 25○C in the lowland and 18○C in the mountain. Citarum River is
connected with 4 rivers to the west and 4 rivers to the east in West Java. In the past,
Citarum river was clean, but now the condition had changed totally [17].
Fig. 1. Citarum River Basin Region
There are some factors which cause the problem, i.e.; illegal lodging and the population
explosion in upper stream, and household waste in down stream. Agent in the Citarum problem has different interests and positions. There are several agents who participate in
Citarum river basin, i.e. local people in downstream, local people in upstream, textile
industries, environmentalist (green), regencies in upper stream and cities in down stream[19]
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 42/48
41
.
Fig. 2. Agents in Citarum River Basin Problem
In negotiation process, agents may change their position and interests; accordingly, the
situation is dynamic. There are some impediments (or dilemma) to achieve common
position and trustworthy (i.e., collaboration). Based on the previous research [16], theeffect of positive emotional state of agent is important to make negotiation. The results
from simulation show that number of dilemma among agent could be reduced
significantly or even have no dilemma.
In this research, we add a conceptual model for affiliation that is affiliate tendency. It wasdefined in terms of generalized positive social expectations and associated positive
behaviors in social interactions with others.
Although dilemma of confrontation has been eliminated, dilemma of collaboration oftenstill remains. Affiliate tendency is tendency to cooperate with other agent. It causes a new
problem among the agent that is trust dilemma. How does each agent eliminate the trust
dilemma? This paper will propose a simulation model of negotiation process involving
dilemma of conflict and trust among the agents. Then we conduct agent-based simulation by using SOARS (Spot Oriented Agent Role Simulator ) to obtain some fruitful
suggestions for encouraging their collaboration.
2 Drama Theory in Citarum River Basin Problem
Drama Theory is a metaphor of dynamic confrontation process. This paper adopts the
metaphor, and starts with the build up stage of interaction among agents in Citarumriverbasin problem. Common reference frame resulted from the stage is described by Fig.
3. The common reference frame consists of agents/participants, their options, positions
(proposals), and threat.
Cities
in down stream
Local People
in upper
streams
CITARUM
Regencies
in
the upper
stream
Textile
industries
Local People
in down
streams
Environment
alist
(Green)
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 43/48
42
Fig. 3. Common references frame in Citarum river basin problem
3 Agent Based Modeling in Drama Theory
The purpose of this paper is to identify, analyze and simulate dynamics of interaction and
conflicts among the stakeholders (or agents) in the Citarum river negotiation process.
They claim their strategies and interests as well as express emotion. To accomplish the purpose, we first model the process in terms of drama theory that is combined with
emotional state model (PAD). One of the reasons why we adopt drama theory is that it primarily focuses on dilemma and also provides us with rigorous analytical andcomputational tools of conflict analysis. Then we conduct agent-based simulation by
using SOARS. In this paper, we only discuss emotion model and temperament model
(affiliative tendency). The detail of agent based modeling in drama theory could be find
in the previous research [16].
3.1 Emotion model and Affiliative Tendency
Emotion model that will be used in this paper is the development from emotional
negotiation model PAD [9]. Emotional state model (PAD) involves three dimensions, i.e.,
Pleasure (r p), Arousal (r a) and Dominance (r d ). During negotiation, a more pleasantagent tends to compromise with others. Each agent has the emotional state [9], i.e.:
},,{ d a pi r r r Es = ; )1,1(,, −∈d a p r r r (1)
Based on the previous paper [11], angry is coded by {-.51, .59, .25}, bored is {-.65, -.62,-.33}, curious is {.22, .62, -.01}, dignified is {.55, .22, .61}, elated is {.50, .42, .23},
hungry is {-.44, .14, -.21}, inhibited is {-.54, -.04, -.41}, loved is {.87, .54, -.18}, puzzled
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 44/48
43
is {-.41, .48, -.33}, sleepy is {.20, -.70, -.44}, unconcerned is {-.13, -.41, .08}, and
violent is {-.50, .62, .38. Each agent i has the function of emotional state [9], which is:
d a pd a pi r r r r r r Se −+= )1.(),,( (2)
For example, if an agent has emotional state defined as {−0.51, 0.59, 0.25}, then function
of emotional state is 0609.125.0)59.01.(51.0)r ,r ,r (Se d a pi −=−+−= Affiliate tendency was defined in terms of generalized positive social expectations and
associated positive behaviors in social interactions with others. An individual’s emotional
states are inferred from averages of his or her emotional states across representativesamples of everyday situation. Thus, the previous paper [12] proposed that emotional
traits could also be described in terms of the pleasure-displeasure, arousal-nonarousal,
and dominance-submissiveness dimensions. Then, affiliate tendency scales were definedas follows:
ijijijij rd rarpn Affiliatio 3.024.046.0 ++= (3)
Within the present theoretical perspective, then, it is important to conceptualize andmeasure affiliate tendency as pure generalized interpersonal positive ness without either
an inclination to want to dominate and control others or to be dominated and controlled
by others.
3.2 Modeling to Eliminate Trust Dilemma
To eliminate trust dilemma in collaboration stage, we use affiliate tendency value. First,we calculate probability of cheating and punishing another agent who cheated.
minmax
max)(Pr V V
aff V iob i
−
−=
(4)
maxV is maximum value of affiliate tendency (1.00); minV is minimum value of affiliate tendency (-1.00)
and iaff is affiliate tendency for agent i. The higher probability is the higher probability of the agent to
punish another agent who cheated. In contrast, the lower probability is the higher probability of the agent to
cheat.
Based on norm game [1], agent i will attempt to cheat the commitment if rand iob <)(Pr ,
where rand is random value which is generated from uniform distribution in range [0,1].
For each agent j ( i j ≠ ), he/she will attempt to punish agent i if rand job >)(Pr . If agent
i cheat, then agent i’s payoff will increase by 1 %, while the payoff of other agents willdecrease by 1%. If agent i cheat and agent j punish, then payoff of agent i will decrease
by 10%.
4 Simulation Using SOARS and Result
In order to simulate this problem, we use SOARS to describe the initial frame for
Citarum river basin problem as seen in figure 3. There are so many dilemmas in the
common frame. Based on the previous research [16], we can eliminate the dilemma of
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 45/48
44
conflict. In this current paper, we assume that bargaining strategy of agent was same, that
is sst i = ts∈ . We make four experiments to look measure level of emotional state, so the
agent could negotiate in order to reduce dilemma and to eliminate trust dilemma.
4.1 First Scenario
In this scenario, whole of agents have positive emotion. USR is having a strong desire to
know about something, G is having strong feeling of deep affection for something, TI isexcitement, USP is calm, DSP is quiet and DSC is calm. In this scenario, we use the
parameters as described in Table 1, and then the probability of affiliate tendency could be
seen in figure 4.
Table 1. Parameters in Scenario 1
USR G TI DSP USP DSC
pr 0.22 0.87 0.5 0.2 0.55 0.55
ar 0.62 0.54 0.42 -0.7 0.22 0.22
d r -0.01 -0.18 0.23 -0.44 0.61 0.61
Sei 0.3364 1.5198 0.48 0.5 0.0610 0.0610
Fig. 4. Probability of Affiliate tendency in Scenario 1
From figure 4, we can see that the probability of affiliative tendency for each agent is
close to 1, it means that no agent will cheat the commitment, because affiliate tendency is
positive and the value is large. Each agent will avoid cheating because the other agent can
punish him/her.
4.2 Second Scenario
In this scenario, number of agent who has positive emotion is more than number of agent
who has negative emotion, and level of emotional state for agent with negative emotion is
low. USR, USP, DSP, DSC and TI have positive emotion, meanwhile G has negativeemotion. USR and DSC are excitement, USP and DSP have strong feeling of deep
affection for something and TI is calm, G is not worried. In this scenario, we use the
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 46/48
45
parameters as described in Table 2, and then the probability of affiliate tendency could be
seen in figure 5.
Table 2. Parameters in Scenario 2
USR G TI DSP USP DSC
pr 0.5 -0.13 0.55 0.87 0.87 0.5
ar 0.42 -0.41 0.22 0.54 0.54 0.42
d r 0.23 0.08 0.61 -0.18 -0.18 0.23
Sei 0.48 -0.1567 0.061 1.5198 1.5198 0.48
Fig. 5. Probability of Affiliate tendency in Scenario 2
From figure 5, we can see that the probability of affiliative tendency for each agent is
close to 1, it means that no agent will cheat the commitment, because the affiliatetendency is positive and the value is large. Each agent will avoid cheating because the
other agent can punish him/her.
4.3 Third Scenario
In this scenario, number of agent who has positive emotion is more than number of agentwho has negative emotion, and level of emotional state for agent with negative emotion is
moderate. USR, USP, DSP, DSC and TI have positive emotion, meanwhile G has
negative emotion. USR and DSC are excitement, USP and DSP have strong feeling of
deep affection for something and TI is calm, and G has a strong desire for something. Inthis scenario, we use the parameters as described in Table 3, and then the probability of
the affiliate tendency could be seen in figure 6.
Table 3. Parameter in Scenario 3
USR G TI DSP USP DSC
pr 0.5 -0.44 0.55 0.87 0.87 0.5
ar 0.42 0.14 0.22 0.54 0.54 0.42
d r 0.23 -0.21 0.61 -0.18 -0.18 0.23
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 47/48
46
Sei 0.48 -0.2916 0.061 1.5198 1.5198 0.48
Fig. 6. Probability of Affiliate tendency in Scenario 3
From figure 6, we can see that the probability of affiliative tendency for each agent isclose to 1, it means that all agents will keep their commitment, because affiliate tendency
is positive and the value is large. Each agent will avoid cheating because the other agent
can punish him/her.
4.4 Fourth Scenario
In this scenario, number of agents who have positive emotion is more than number of agents who have negative emotion, but level of emotional state for negative emotion is
high. USR, USP, DSP, DSC and TI have positive emotion, meanwhile G has negative
emotion. USR and DSC are excitement, USP and DSP have strong feeling of deepaffection for something, TI is calm, and G is angry. In this scenario, we use the
parameters as described in Table 4, and then the probability of affiliate tendency could be
seen in figure 7.
Table 4. Parameter in Scenario 4
USR G TI DSP USP DSC
pr 0.5 -0.5 0.55 0.87 0.87 0.5
ar 0.42 0.59 0.22 0.54 0.54 0.42
d r 0.23 0.25 0.61 -0.18 -0.18 0.23
Sei 0.48 -1.045 0.061 1.5198 1.5198 0.48
Fig. 7. Probability of Affiliate tendency in Scenario 4
5/12/2018 LAPORAN_AKHIR_HPTP-1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/laporanakhirhptp-1 48/48
47
From Figure 7, we can see that the probability of affiliative tendency for each agent is
close to 1, it means that no agent will cheat the commitment, because affiliate tendency is
positive and the value is large. Each agent will avoid cheating because the other agent can
punish him/her.
4 Conclusion
From the results of simulation, we showed how the emotional states and affiliate
tendency of agents significantly affect the negotiations process. In the collaborationstage, to maintain the commitment, each agent must be willing to punish the other agent
who attempt to cheat. The effect of positive emotional state of agent and the affiliate
tendency is important to maintain collaboration.The results suggests that each agent should have a positive emotion and positive affiliate
tendencies in order to achieve collaboration in the Citarum riverbasin problem.
References
1. Axelrod, R. (1997), The Complexity of Cooperation. Agent-Based Models of Competition and Collaboration,Princeton University Press, Princeton, New Jersey.
2. Bryant, J. (2003), The Six dilemmas of Collaboration, John Wiley.
3. Barteneva, Daria., Lau,Nuno., Reis, Paulo Luis., (2006), “Implementation of Emotional Behaviors in MultiAgent System Using Fuzzy Logic and Temperamental Decision Mechanism”, Proceeding Fourth EuropeanWorkshop on Multi Agent Systems.
4. Bradley, Margaret M., Codispoti , Maurizio., Sabatinelli Dean., dan Lang, Peter J. (2001), “Emotion and
Motivation II: Sex Differences in Picture Processing” , Emotion, Vol.1, No.3 pp:300-319.5. Howard, N. (1996), “Negotiation as Drama: How “Games” Become Dramatic”, International Negotiation, 1, pp.
125-152.6. Howard, N., Bennet, P., Bryant, J. and Bradley, M. (1993), “Manifesto for a Theory of Drama and Irrational
Choice”, Systems Practice, 6(4), 429-434.7. Howard, N. (1994a), Drama Theory and its Relation to Game Theory: Part One”, Group Decision and
Negotiation, 3, 187-206.8. Howard, N. (1994b),”Drama Theory and its Relation to Game Theory: Part Two”, Group Decision and
Negotiation, 3, 207-235.9. Jiang, Hong, Vidal, Jose M and Huhns, Michael N, (2004), Incorporating Emotions into Automated Negotiation.
University of South Carolina, Columbia.10. Maulana, F. (2004), Menyelamatkan Hutan Tatar Sunda, Kompas Online 12 Mei.11. Mehrabian, Albert. (1976). “Questionnaire measures of affiliative tendency and sensitivity to rejection”.
Psychological Reports, Vol.38, pp:199-209.12. Mehrabian, Albert. (1997).”Analysis of Affiliation Related Traits in Term of PAD Temperament Model”. The
Journal of Psychology Vol.131, pp:101-117.13. Putro, Utomo Sarjono, (2000), Adaptive Learning of Hypergame Situations Using a Genetic Algorithm, IEEE
Transactions on Systems, Man, and Cybernetics, Vol. 30, No. 5.14. Putro, Utomo Sarjono, et al., (2005), Agent Based Modeling and Simulation of Knowledge Management,
Proceeding IFSR.15. Putro, Utomo Sarjono, et.al. (2005), Drama Theory sebagai Model dari Dinamika Konflik dalam PermasalahanDAS Citarum, Jurnal Manajemen Teknologi, Vol. 4, No. 2.
16. Putro, Utomo Sarjono, et.al. (2007), Role of Emotion in Negotiation Process: An Application of Drama Theory
in Citarum River Basin Problem, International Society of System Science.