Laporan Usaha Tani Bumi Aji.docx

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Awalnya pertanian dilakukan hanya semata untuk dapat bertahan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat menanam apa saja yang diperlukan, awalnya adalah umbi-umbian. Masyarakat berfikir sederhana bagaimana mempersiapkan lahan, alat- alat, hewan dan sebagainya. Namun saat ini dunia pertanian memberikan peluang besar bagi orang-orang yang bergerak dalam bidang agribisnis. Sebagai mahasiswa yang bergerak di bidang agribisnis dalam pertanian pengamatan atau survei langsung dengan mengunjungi rumah kelompok tani atau keluarga tani perlu dilakukan untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang bagaimana berusahatani sehingga mampu penjadi petani yang sukses di bidangnya serta mengetahui kendala-kendala apa saja yang menghambat berlangsungnya uasaha tani tersebut. Untuk memenuhi hal tersebut telah diadakan fieldtrip usahatani yang tempatnya terletak di Desa Beru, Kabupaten Batu. Dengan diadakannya fieldtrip ini diharapkan mahasiswa mampu mengamati dan memperoleh pengalaman dari kelompok atau keluarga tani yang telah sukses dalam menjalankan usahataninya. 1.2 Tujuan 1

description

Laporan Usaha Tani 2012

Transcript of Laporan Usaha Tani Bumi Aji.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Awalnya pertanian dilakukan hanya semata untuk dapat bertahan hidup. Untuk

memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat menanam apa saja yang diperlukan, awalnya

adalah umbi-umbian. Masyarakat berfikir sederhana bagaimana mempersiapkan lahan,

alat-alat, hewan dan sebagainya. Namun saat ini dunia pertanian memberikan peluang

besar bagi orang-orang yang bergerak dalam bidang agribisnis. Sebagai mahasiswa

yang bergerak di bidang agribisnis dalam pertanian pengamatan atau survei langsung

dengan mengunjungi rumah kelompok tani atau keluarga tani perlu dilakukan untuk

menambah wawasan serta pengetahuan tentang bagaimana berusahatani sehingga

mampu penjadi petani yang sukses di bidangnya serta mengetahui kendala-kendala apa

saja yang menghambat berlangsungnya uasaha tani tersebut.

Untuk memenuhi hal tersebut telah diadakan fieldtrip usahatani yang tempatnya

terletak di Desa Beru, Kabupaten Batu. Dengan diadakannya fieldtrip ini diharapkan

mahasiswa mampu mengamati dan memperoleh pengalaman dari kelompok atau

keluarga tani yang telah sukses dalam menjalankan usahataninya.

1.2 Tujuan

Secara umum tujuan laporan ini adalah untuk memberikan pengetahuan dalam

menganalisis usahatani dan melakukan pengamatan langsung baik dalam hal budidaya

maupun analisis pertaniannya. Secara khusus tujuan makalah ini adalah:

a. Agar mahasiswa dapat memperoleh pengalaman praktis berupa pengetahuan

kegiatan agribisnis di lingkungan kelompok tani.

b. Agar mahasiswa mampu membandingkan pengetahuan teknis yang diperoleh di

bangku kuliah dan aplikasi di lapangan.

c. Agar mahasiswa mengenal lebih dekat hambatan yang dihadapi oleh kelompok tani

dalam proses pengembangan agribisnis serta apa yang dilakukan untuk

mengatasinya, solusinya.

1

1.3 Manfaat

Manfaat yang didapatkan dari praktikum Usahatani Bumiaji

1. Mengerti kehidupan petani secara umum

2. Memahami kegiatan usaha tani pada petani sample

3. Mengetahui keadaan lahan petani sample

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Usahatani

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di

tempatitu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan

air,perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,bangunan

yang didirikan di atas tanah dsb. Usahatani sebagai sutu tempat atau bagian dari

permukaamn bumi dimanapertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu

apakah ia seorangpemilik, pengelola ataupun manager yang digaji.(Mubyarto, 1979)

Tujuan usahatani yaitu bagaimana petani dapat memperbesar hasil

sehinggakehidupan seluruh keluarganya menjadi lebih baik. Untuk mencapai tujuan

inipetani selalu memperhitungkan untung ruginya walau tidak secara tertulis.Dalam

ilmu ekonomi dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasilyang diharapkan

akan diterima pada waktu panen (penerimaan atau revenue)dengan biaya (pengorbanan

atau cost) yang harus dikeluarkan. Hasil yangdiperoleh petani pada saat panen disebut

produksi, dan biaya yang dikeluarkandisebut biaya produksi. Agar tujuan usahatani

tercapai maka usahataninyaharus produktif dan efisien. Produktif artinya usahatani itu

produktifitasnya tinggi. Produktivitas secara teknis adalah perkalian antara efisiensi

(usaha)dan kapasitas (tanah). Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil

produksi(output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input.Kapasitas

tanahmenggambarkan kemampuan tanah itu menyerap tenaga dan modal

sehinggamemberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatteknologi

tertentu.

2.2 Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan seluruh pengeluaran perusahaan untuk memperoleh

faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang

produksi perusahaan tersebut. Besarnya biaya produksi jelas berhubungan dengan

banyak sedikitnya jumlah produk yang dihasilkan. Dengan menambah jumlah barang

yang dihasilkan, maka biaya produksi akan ikut bertambah. Bertambahnya jumlah

produk menyebabkan biaya per satuan menjadi semakin rendah karena beban biaya

tetap dibagi atas banyaknya jumlah produk, sehingga hasilnya menjadi lebih kecil.

Selama cara berproduksi masih sederhana, dengan modal tetap yang sedikit pun akan

3

membuat biaya produksi rendah. Dari segi sifat biaya dalam hubungannya dengan

tingkat output, biaya produksi dapat dibagi ke dalam:

1. Biaya Total (Total Cost= TC).

Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikelu-arkan untuk menghasilkan

produksi. Biaya Total diperoleh dari hasl penjumlahan antara Total Biaya Variabel

dengan Total Biaya Tetap.

TC = TFC + TVC

Dimana biaya tetap total (Total Fixed Cost = TFC). Biaya tetap total adalah

keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak

dapat berubah jumlahnya. Sebagai contoh : biaya pembelian mesin, membangun

bangunan pabrik, membangun prasarana jalan menuju pabrik, dan sebagainya.

Sedangkan Biaya Variabel Total (Total Variable Cost = TVC). Biaya variabel total

adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi

variabel. Contoh biaya variabel : upah tenaga kerja, biaya pembelian bahan baku,

pembelian bahan bakar mesin, dan sebagainya.

Gambar 2.1 Gambar Kurva TVC dan TFC

2. Biaya Total Rata-Rata (Average Cost = AC).

Biaya total rata-rata adalah biaya total dibagi dengan jumlah produksi. Biaya

Total Rata-rata juga diperoleh dari hasil penjumlahan antara biaya variabel rata-

rata dengan biaya tetap rata-rata.

4

AC = TC /Q atau AC = AFC + AVC

Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost = AFC) adalah biaya tetap total

dibagi dengan jumlah produksi. Sedangkan Biaya Variabel Rata-Rata (Average

Variable Cost = AVC) adalah biaya variabel total dibagi dengan jumlah produksi.

3. Biaya Marginal (Marginal Cost = MC)

Biaya marginal adalah tambahan biayaproduksi yang digunakan untuk

menambah produksi satu unit.

MC = ∆ TC /∆ Q

Gambar 2.2 Kurva AVC, AFC, AC, dan MC

2.3 Pengertian Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan adalah semua yang diterima pengusaha dalam kaitannya dengan

jumlah yang dilakukannya. Penerimaan biasanya diperoleh dari jumlah produksi

dikalikan harga produk dipasarkan. Makin besar jumlah produksi maka makin besar

pula penerimaan yang akan didapatkan. Menurut Soekarwati (1993), penerimaan

merupakan perkalian antara yang dihasilkan dengan harga jual, dapat dirumuskan

sebagai berikut :

TR = P × Q

Keterangan :

TR : Total Revenue

5

P : Harga Produk

Q : Jumlah Produksi

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya

yang digunakan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka dapat dikatakan

bahwa perusahaan terus berkembang dengan baik karena pada prinsipnya, tujuan

perusahaan secara umum adalah mencari laba maksimal. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan usahatani, antara lain: luas lahan, tingkat produksi, pilihan

dan kombinasi cabang usaha, intensitas pengusaha pertanaman, dan efisiensi tenaga

kerja (Hernanto, 1991). Sedangkan menurut Mulyadi (1992), pendapatan merupakan

keuntungan yang diperoleh para pengusaha sebagai pembayaran dari melakukan

kegiatan sebagai berikut :

a. Menghadapi resiko ketidakpastian dimasa yang akan datang.

b. Melakukan inovasi/pembaharuan di dalam kegiatan ekonomi.

c. Mewujudkan kekuasaan monopoli di dalam pasar.

π = TR - TC

Keterangan :

π : Pendapatan/Keuntungan

TR : Total Revenue

TC : Total Biaya

Dalam menghitung penerimaan usahatani, perlu diperhatikan :

a. Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produk

pertanian bisa dipanen secara serentak.

Contoh :

- Menghitung produksi padi per ha mudah karena proses panennya serentak

- Menghitung produksi tomat relatif sulit karena tomat dipanen bisa dipanen tidak

berbarengan sesuai tingkat kematangan tomat.

b. Hati-hati dalam menghitung penerimaan :

- Produksi mungkin dijual beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi

penjualan

- Produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda

6

Bila penelitian usahatani ini menggunakan responden petani, maka diperlukan

teknik wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan

hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir.

7

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Wawancara Responden

Responden yang penulis wawancarai bernama Pak Wantoro, seorang petani Apel,

Jeruk dan Bunga di Dusun Beru, Desa Bumiaji. Wawancara dilaksanakan pada hari

Minggu, 2 Desember 2012.

3.1.1 Karakteristik Rumah Tangga Petani

Selain bekerja sebagai petani, Pak Wantoro bekerja sebagai penjual bunga

potong. Rumah Pak Wantoro terletak di Dusun Beru, Rt.01/VI, Desa Bumiaji,

Kabupaten Batu. Beliau memiliki seorang istri dan seorang anak laki-laki. Berikut

adalah Keterangan mengenai anggota keluarga Pak Wantoro.

No. Nama Hub. Dengan KK Umur Pendidikan

1. Wantoro Suami (Ayah) 40 SLTP2. Sri Susanti Istri (Ibu) 31 SLTA3. Randi Adi S. Anak 12 SMP

Tabel 3.1 Keterangan Anggota Keluarg

Luas tempat tinggal Pak Wantoro sebesar 96 m2 dengan dinding tembok,

lantai keramik, dan atap Plafon. Beliau juga memiliki 3 sepeda motor, 1 buah TV,

1 buah DrinkJar, 3 buah HP, dan masih ada beberapa alat elektronik lainnya. Pak

Wantoro tidak memiliki ternak, karena beliau tidak waktu untuk merawatnya.

Adapun kegiatan sehari-hari Pak Wantoro adalah sebagai berikut :

No. Kegiatan WaktuJumlah

JamKeterangan

1. Bangun Tidur 05.00-06.00 1 JamBangun Tidur, Sholat, Mandi, &

Persiapan

2. Ke Lahan 06.00-12.00 6 JamPerjalanan 30 Menit menggunakan Motor

3. Istirahat 12.00-15.00 3 Jam Makan Siang & Tidur Siang

4. Ke Lahan 15.00-17.00 2 JamPerjalanan 30 Menit menggunakan Motor

5. Istirahat 17.00-22.00 5 JamMandi, Makan Malam,

&Kumpul Keluarga6. Tidur 22.00-05.00 7 Jam -

Tabel 3.2 Kegiatan Sehari-hari Pak Wantoro

8

3.1.2 Kepemilikan Usahatani

Adapun kepemilikan dan luas area lahan usahatani yang dimiliki Pak

Wantoro adalah sebagai berikut.

No.

KeteranganJenis Lahan (Ha)

Sawah Kebun/Tegal Pekarangan1. Milik Sendiri

a. Digarap sendiri 0,07 0,15 -b. Disewakan - - -c. Dibagi-hasilkan - - -Jumlah (a) 0,07 0,15 -

2. Milik Orang Laina. Disewakan - - -b. Dibagi-hasilkan - - -Jumlah (b) - - -Jumlah (a+b) 0,07 0,15 -

Tabel 3.3 Luas Penggunaan Lahan Pertanian

Lahan yang digunakan Pak Wantoro untuk usahatani adalah miliknya

sendiri yang mana terdapat di dua lokasi, lahan pertama ditanami tanaman Apel

dan Jeruk (Tumpangsari) seluas 1.500 m2 dengan jarak ± 10 km dari rumah

beliau, sedangkan lahan kedua ditanami tanaman Bunga Pillow dan Bunga

Peacock (Tumpangsari) seluas 750 m2 dengan jarak ± 600 m dari rumah Pak

Wantoro. Dahulu lahan yang miliki luas 700 m2 itu sebelum dibeli adalah lahan

sawah, namun setelah dibeli oleh beliau kemudian diubah menjadi tegal yang

kemudian ditanami oleh Bunga, Pisang, dan Singkong.

3.1.3 Pendapatan Usahatani

Pendapatan dalam hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu Pendapatan dari

Bidang Pertanian, dan Pendapatan dari Bidang Non Pertanian.

No.

Komoditi Jumlah

Nil

ai

Sat

uan(

Rp) Dijual (Rp)

Dik

onsu

msi

(R

p)

Katerangan

1. Apel (6 bulan) 4.000 kg 4.000 16.000.000 - Jumlah produksi tidak 2. Jeruk (6 bulan) 1.000 kg 3.500 3.500.000 -

9

menentu, tergantung

3. Pillow (3 bulan) 1500 ptg 300450.000 -

4.Dagang Bunga Potong (1 bulan)

75.000 ikat 3.000 225.000.000 -

Tabel 3.4 Penerimaan Usahatani dan Non Usahatani Pak Wantoro

Dari data diatas, penulis juga dapat menganalisis keuntungan yang pak

Wantoro peroleh pada 1 kali masa tanam (Apel, Jeruk & Bunga Pillow) dan 1

bulan penjualan (Bunga Potong).

a. Pendapatan Usahatani Apel

Total Revenue (TR) : Rp. 16.000.000,-

Total Cost (TC) : Rp. 6.483.750,- (Tanpa pembelian bibit)

Pendapatan (π) = TR – TC

=16.000.000 – 6.483.750

= Rp 9.516.250,-

b. Pendapatan Usahatani Jeruk

Total Revenue (TR) : Rp 3.500.000,-

Total Cost (TC) : Rp 2.946.250,- (Tanpa pembelian bibit)

Pendapatan (π) = TR – TC

= 3.500.000 – 2.946.250

= Rp 553.750,-

c. Pendapatan Usahatani Bunga Pillow

Total Revenue (TR) : Rp 450.000,-

Total Cost (TC) : Rp 182.500,-

Pendapatan (π) = TR – TC

= 450.000 – 242.500

= Rp 207.500,-

d. Pendapatan Perdagangan Bunga Potong

Total Revenue (TR) : Rp 225.000.000

Total Cost (TC) : Rp 150.000.000 + Rp 3.000.000 (Transport) +

Rp 1500.000,- (Sopir)

Pendapatan (π) = TR – TC

= 225.000.000 – 154.500.000

= Rp 70.500.000,-

10

3.1.4 Analisis Usahatani

Usahatani yang dijalani Pak Wantoro adalah Apel, Jeruk, dan Bunga

Pillow. Adapun hasil analisis usahatani ketiga komoditas tersebut adalah :

a. Analisis Usahatani, BEP dan R/C Ratio Apel

No.

Perincian Satuan KuanitasHarga

Satuan (Rp) Total (Rp)

1. Sarana Produksi "Apel" :Bibit tangkai 300 15.000 4.500.000Pupuk Kandang Kg 150 200 30.000Pupuk Urea Kg 150 1.900 285.000Fungisida "Alpine" Ml 7.500 300 2.250.000Insektisida “Marshal” Ml 7.500 100 750.000

3. Peralatan :Penyusutan Pacul (2 Buah) Semester 4 60.000 15.000Penyusutan Gunting Semester 4 45.000 11.250Penyusutan Sabit (1 Buah) Semester 6 15.000 2.500Penyusutan Alat Semprot Semester 10 3.000.000 300.000Perawatan Alat Semprot Bulan 6 10.000 60.000

4. Tenaga Kerja :Pemupukan (1 Orang) HOK 2 20.000 40.000Pemeliharaan (1 Orang) HOK 120 20.000 2.400.000Pemberantasan HPT (1 Org) HOK 8 20.000 160.000Pengolahan Tanah (3 Orang) HOK 1 20.000 60.000Penanaman (3 Orang HOK 1 20.000 60.000Panen (3 Orang) HOK 1 20.000 60.000

 Total Biaya 10.983.750

Total Biaya Tanpa Bibit/Masa Tanam ke-2 Tahun 2012 6.483.750

Penerimaan 16.000.000

Tabel 3.4 Analisis Usahatani Tanaman Apel

BEPunit=TCP

¿ 6.483.7504.000

¿1.621 kg

¿1,62 ton

BEPharga=TCQ

¿ 6.483.7504.000

¿ Rp 1.621/kg

BEP harga menunjukkan harga jual minimal apel agar biaya produksi

dapat terpenuhi dimana apabila penjualan apel dengan harga sebesar Rp

1.621,-/kgmaka penerimaan akan sama dengan biaya produksi. Artinya

dengan penjualan apel seharga Rp 1.621,-/kg, usaha tani tersebut tidak

mendapat untung ataupun rugi.

11

BEP unit menunjukkan jumlah atau kuantitas minimal yang harus

dihasilkan agar biaya produksi dapat terpenuhi. Dengan jumlah produksi

sebesar 1,62 ton maka dengan usaha tani seperti diatas maka usahatani

tersebut tidak mendapatkan untung atau rugi.

RC

Ratio=TRTC

¿ 16.000.0006.483.750

¿2,47

Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa hasil R/C Ratio diatas

sebesar 2,47 maka R/C Ratio > 1 sehingga usaha tersebut tidak

menguntungkan atau rugi dan layak untuk dilanjutkan.

b. Analisis Usahatani, BEP, dan R/C Ratio Jeruk

No.

Perincian Satuan KuanitasHarga

Satuan (Rp) Total (Rp)

2. Sarana Produksi "Jeruk" :Bibit tangkai 150 6.000 900.000Pupuk Kandang Kg 150 200 30.000Pupuk Ponska Kg 150 2.300 345.000Fungisida "Marshal" Ml 7.500 100 750.000

3. Peralatan :Penyusutan Pacul (4 Buah) Semester 4 30.000 7.500Penyusutan Gunting (4 Buah) Semester 4 45.000 11.250Penyusutan Sabit (4 Buah) Semester 6 15.000 2.500Penyusutan Alat Semprot Semester 10 3.000.000 300.000Perawatan Alat Semprot Bulan 6 10.000 60.000

4. Tenaga Kerja :Pemupukan (1 Orang) HOK 2 20.000 40.000Pemeliharaan (1 Orang) HOK 60 20.000 1.200.000Pemberantasan HPT (1 Org) HOK 4 20.000 80.000Pengolahan Tanah (2 Orang) HOK 1 20.000 40.000Penanaman (2 Orang) HOK 1 20.000 40.000Panen (2 Orang) HOK 1 20.000 40.000

 Total Biaya 3.846.250

Total Biaya Tanpa Bibit/Masa Tanam ke-2 Tahun 2012 2.946.250

Penerimaan 3.500.000

Tabel 3.5 Analisis Usahatani Tanaman Jeruk

BEPunit=TCP

¿ 2.946 .2503.500

¿841.7 kg BEPharga=TCQ

¿ 2.946 .2501.000

12

¿0,8 ton ¿ Rp 2.946/kg

BEP harga menunjukkan harga jual minimal apel agar biaya produksi

dapat terpenuhi dimana apabila penjualan jeruk dengan harga sebesar Rp

2.946,-/kg maka penerimaan akan sama dengan biaya produksi. Artinya

dengan penjualan jeruk seharga Rp 2.946,-/kg, usaha tani tersebut tidak

mendapat untung ataupun rugi.

BEP unit menunjukkan jumlah atau kuantitas minimal yang harus

dihasilkan agar biaya produksi dapat terpenuhi. Dengan jumlah produksi

sebesar 0,8 ton maka dengan usaha tani seperti diatas maka usahatani

tersebut tidak mendapatkan untung atau rugi.

RC

Ratio=TRTC

¿ 3.500.0002.946 .250

¿1,19

Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa hasil R/C Ratio diatas

sebesar 1,19 maka R/C Ratio > 1 sehingga usaha tersebut tidak

menguntungkan atau rugi dan layak untuk dilanjutkan.

c. Analisis Usahatani Bunga Pillow

No. Perincian Satuan KuanitasHarga

Satuan (Rp)Total (Rp)

1. Bibit tangkai 700 2.500 1.750.000Pupuk Kandang Kg 150 200 30.000

2. Peralatan :

3.Penyusutan Pacul Triwula

n 8 30.000 3.750

Penyusutan Gunting Triwulan

8 60.000 7.500

Penyusutan Sabit Triwulan

12 15.000 1.250

Tenaga Kerja

4. Pemupukan (1 Orang) HOK 1 20.000 20.000Pemeliharaan (1 Orang) HOK 6 20.000 120.000Pengolahan Tanah (1 Org) HOK 1 20.000 20.000Penanaman (1 Orang) HOK 1 20.000 20.000

13

Panen (1 Orang) HOK 1 20.000 20.000

 Total Biaya 1.992.500

Total Biaya Tanpa Bibit/Masa Tanam ke-4 Tahun 2012 242.500

Penerimaan 450.000

Tabel 3.6 Analisis Usahatani Tanaman Bunga Pillow

BEPunit=TCP

¿ 242.500300

¿808 potong BEPharga=TCQ

¿ 242.5001500

¿ Rp 162/kg

BEP harga menunjukkan harga jual minimal bunga pillow agar biaya

produksi dapat terpenuhi dimana apabila penjualan bunga pillow dengan

harga sebesar Rp 162,-/kg maka penerimaan akan sama dengan biaya

produksi. Artinya dengan penjualan bunga pillow seharga Rp 162,-/kg, usaha

tani tersebut tidak mendapat untung ataupun rugi.

BEP unit menunjukkan jumlah atau kuantitas minimal yang harus

dihasilkan agar biaya produksi dapat terpenuhi. Dengan jumlah produksi

sebesar 808 potong maka dengan usaha tani seperti diatas maka usahatani

tersebut tidak mendapatkan untung atau rugi.

RC

Ratio=TRTC

¿ 3.500.0002.946 .250

¿1,19

Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa hasil R/C Ratio diatas

sebesar 1,19 maka R/C Ratio > 1 sehingga usaha tersebut tidak

menguntungkan atau rugi dan layak untuk dilanjutkan.

3.2 Pembahasan Wawancara dan Analisis Data

Dari data diatas dapat dilakukan pembahasan mengenai karakteristik rumah

tangga petani, kepemilikan usahatani, biaya usahatani, penerimaan, pendapatan,

pemasaran dan kendala-kendala yang dihadapi dalam usahatani, kelembagaan.

3.2.1 Karakteristik Rumah Tangga

Dari hasil data diatas, Pak Wantoro tergolong keluarga inti/kecil, karena

hanya memiliki seorang istri dan satu orang anak laki-laki yang duduk di bangku

14

SMP. Dari luas rumah dan bahan bangunan rumah, beliau bukan termasuk petani

miskin, namun juga bukan petani kaya. 3 sepeda motor, dan beberapa alat

elektronik yang beliau miliki adalah hasil kerja Pak Wantoro. Sebagian besar

pendapatannya digunakan untuk kebutuhan Pangan, Biaya Sekolah, dan Modal

Usahataninya.

Tingkat pendidikan terakhir beliau adalah SLTA (SMP). Tingkat

pendidikan akhir ini umumnya juga mempengaruhi pola berpikir dan cara

penyerapan teknologi dalam kaitannya dengan cara atau metode bertani mereka.

Petani yang tingkat pendidikannya kurang, terkadang kurang terbuka juga dalam

pola bertaninya dan sulit untuk menerima cara-cara baru dalam mengembangkan

produksi pertanian. Sedangkan petani yang cukup baik tingkat pendidikannya

kadang lebih cenderung mudah berkembang dalam memajukan pertaniannya.

Mereka dapat menerima apabila memang ada teknologi atau cara-cara baru yang

lebih kondusif dan efisien serta tetap memiliki nilai ramah lingkungan dan tidak

menutup diri atau bertindak kolot.

Pola hidup sehat yang diterapkan oleh keluarga Pak Wantoro selama ini

sudah tepat. Jarang sekali penyakit yang menyerang, namun pernah salah satu

keluarga terserang penyakit Diare dan Flu. Apabila terserang penyakit, keluarga

Pak Wantoro berobat ke Puskesmas “Pandanrejo” karena puskemas tersebut

merupakan sarana kesehatan yang paling dekat dengan rumah Pak Wantoro.

3.2.2 Kepemilikan Usahatani

. Untuk fieldtrip kali ini, penulis hanya mengujungi lahan Bunga Pillow dan

tidak mengunjungi Lahan Apel & Jeruk, karena jarak antara rumah ke lahan yang

jauh dan ketebatasan kendaraan.

Pola tanam yang diterapkan oleh Bapak Margono sama dengan pola tanam

yang dilakukan oleh hamper semua petani yang ada di desa Wonomulyo, yaitu

tumpangsari.Secara teorotis petani tidak mengetahui secara langsung manfaat

pola tanam seperti itu, tetapi dari segi pengalaman pola tanam seperti itu dapat

mengurangi perkembangbiakkan hama tanaman, yakni dengan peningkatan

vegetasi yang cocok bagi keberadaan musuh alami.

Dalam hal kepemilikan lahan, petani di Desa Bumiaji ini sebagian besar

memiliki tanah sendiri, sehingga mereka cenderung mengolah tanah yang mereka

miliki sebagai lahan pertanian. Namun, tidak sedikit juga petani-petani disana

15

yang tergolong sukses meskipun tanah yang mereka olah/ garap adalah tanah

hasil menyewa atau bukan milik sendiri.

3.2.3 Penerimaan, Pendapatan, dan Pemasaran

Pendapatan Pak Wantoro diperoleh dari hasil usahatani Apel, Jeruk, Bunga

Pillow, dan hasil perdagangan bunga potong. Semua hasil usahataninya dijual

semua, dan tidak ada yang dikonsumsi sendiri. Modal awal yang dikeluarkan

beliau ± Rp 25.000.000,-. Dalam sekali masa tanam, Usahatani Pak Wantoro

mampu menghasilkan 4 Ton Apel dengan harga jual Rp 4.000,-/kg, 1 Ton Jeruk

dengan harga jual Rp 3.500,-/kg, dan 1.500 potong Bunga Pillow dengan harga

Rp 300,-/potong.

Untuk pemasaran, Pak Wantoro memasarkan hasil usahataninya yang

berupa Apel dan Jeruk ke Pasar-pasar Induk di Kota Batu, Kota Malang, dan

sekitarnya. Harga apel dan jeruk berfluktuasi. Hal tersebut menurut pak Wantoro

dibebabkan oleh faktor cuaca dan harga di tingkat petani lainnya. Sedangkan

untuk bunga Pillow dipasarkan ke Pasar Kembang, Surabaya. Namun dalam

menjual bunga potong tidak hanya Pillow saja, tetapi juga menjual bunga lain

seperti Mawar, Krisan, Peacok, dan lain sebagainya yang dibelinya dari petani

lain. Selama 1 bulan bisa sampai melakukan 15 kali proses pengiriman bunga

potong dari Batu ke Surabaya.

3.2.4 Analisis dan Kendala Usatani

Dari hasil analisis usahatani yang telah penulis kemukakan di subbab

sebelumnya dapat disimpulkan bahwa total biaya sekali masa tanam yang

dibutuhan dalam usahatani Apel Rp 6.483.750;Jeruk Rp 2.946.250; dan Bunga

Pillow Rp 242.500. Dari hasil perhitungan BEP dan R/C Ratio dapat disimpulkan

juga bahwa usahatani apel, jeruk, dan bunga pillow layak untuk dikembangkan

karena usahatani tersebut menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit karena

R/C Ratio > 1.

Menurut Pak Wantoro semua hasil usahatani yang dilakukan oleh beliau

sudah menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-

harinya terutama untuk mencukupi kebutuhan pangan dan biaya sekolah anaknya.

Kendala yang dihadapi oleh Pak Wantoro adalah beliau sulit untuk merinci dana

karena beliau tidak ulet dalam membuat anggaran dana sehingga susah

menentukan tingkat keuntungan dan analisis kelayakan usahatani yang beliau

lakukan. Selain itu sebagian besar kendala yang dihadapi para petani di Desa

16

Wonomulyo adalah masalah permodalan. Hal ini dikarenakan ada saatnya petani

mengalami gagal panen sehingga pendapatan yang didapat akan minus sehingga

untuk mengatasi masalah ini petani mengandalkan pinjaman atau hutangan dari

bank.Kekurangan dari cara bertanaman mereka yaitu adalah sebagian besar

perawatan tanaman masih menggunakan bahan kimia, sehingga dalam jangka

panjang hal ini dapat menurunkan produktivitas lahan pertanian mereka

khususnya terhadap kemunduran kondisi lingkungan.

3.2.5 Kelembagaan

Menurut Pranadji (2003), Kelembagaan Kelompok tani merupakan

kelembagaan tani yang langsung mengorganisir para petani dalam

mengembangkan usahataninya. Kelompok tani ini merupakan organisasi yang

dapat dikatakan berfungsi dan ada secara nyata. Di samping berfungsi sebagai

wahana penyuluhan dan penggerak kegiatan anggotanya, beberapa kelompok tani

juga mempunyai kegiatan lain, seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan

arisan kerja untuk kegiatan usahatani.

Kelembagaan Usahatani atau Kelompok Tani yang ada di Dusun Beru,

Desa Bumiaji bernama Abimanyu I dan Abimanyu II. Selain itu ada juga HIPPA

(Himpunan Petani Pemakai Air) yang mengelola air untuk pertanian dan

konsumsi warga dusun Beru. Namun, Pak Wantoro tidak menjadi anggota

Gapoktan Abimanyu karena beliau merasa kurang tertarik untuk mengikuti

organisasi tersebut dan menurutnya Gapoktan Abimanyu kurang begitu

berkembang baik dalam pemberdayaan anggotanya maupun pemberian informasi

baru mengenai Usahatani. Pak Wantoro hanya mengikuti HIPPA, yang mana

kebutuhan air rumah tangganya berasal dari pengelolaan HIPPA tersebut.

Menurut Dimyati (2007), permasalahan yang masih melekat pada sosok

petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah:

1. Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah

manajemen produksi maupun jaringan pemasaran.

2. Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas

petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm).

3. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum

berjalan secara optimal.

Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu melakukan upaya

pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan petani (seperti:

17

kelompok tani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan

output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan diharapkan

dapat melindungi bargaining position petani. Tindakan perlindungan sebagai

keberpihakan pada petani tersebut, baik sebagai produsen maupun penikmat hasil

jerih payah usahatani mereka terutama diwujudkan melalui tingkat harga output

yang layak dan menguntungkan petani. Dengan demikian, penguatan dan

pemberdayaan kelembagaan tersebut juga untuk menghasilkan pencapaian

kesinambungan dan keberlanjutan daya dukung SDA dan berbagai usaha untuk

menopang dan menunjang aktivitas kehidupan pembangunan pertanian di

pedesaan.

18

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan Responden yang penulis wawancarai bernama Pak Wantoro, seorang

petani Apel, Jeruk dan Bunga di Dusun Beru, Desa Bumiaji. Wawancara dilaksanakan

pada hari Minggu, 2 Desember 2012, didapati kesimpulan bahwa Luas tempat tinggal

Pak Wantoro sebesar 96 m2 dengan dinding tembok, lantai keramik, dan atap Plafon

bersama dengan seorang istri dan seorang anak. Beliau juga memiliki 3 sepeda motor, 1

buah TV, 1 buah DrinkJar, 3 buah HP, dan masih ada beberapa alat elektronik lainnya.

Pak wantoro memiliki lahan seluas 1.500 m2 yang ditanami apel dan jeruk dan

750 m2 yang ditanami bunga pillow,bunga peacock, pisang, dan singkong. Sedangkan

penghasilan pak wantoro pada bidang usahatani komoditas apel sebesar Rp

10.266.250,- komoditas jeruk sebesar Rp 553.750,- komoditas bunga pillow sebesar Rp

267.500,- dan perdagangan bunga potong sebesar Rp 71.250.000,- setiap masing-

masing musimnya dan mempunyai R-C ratio yang baik sehingga layak untuk

dikembangkan.

Dari luas rumah dan bahan bangunan rumah pak wantoro tergolong petani

sedang dan tidak terlalu kaya ataupun miskin. Pola tanam yang diterapkan adalah pola

tumpangsari. Pak Wantoro tidak menjadi anggota Gapoktan Abimanyu karena beliau

merasa kurang tertarik untuk mengikuti organisasi tersebut dan menurutnya Gapoktan

Abimanyu kurang begitu berkembang baik dalam pemberdayaan anggotanya maupun

pemberian informasi baru mengenai Usahatani.

4.2 Saran

Dalam kegiatan usahatani selain memperhatikan keuntungan yang semaksimal

mungkin, harus pula diperhatikan tingkat resiko yang ada pada usahatani baik dibidang

on farm ataupun pada pemasarannya. Selain itu, penggunaan pupuk dan pestisida harus

diaplikasikan secara bijak agar penggunaannya efektif dan efisien untuk pengoptimalan

bidang on farm.

19