Laporan Tutorial Ske d blok 25 Kel 3

64
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya Laporan Tutorial Skenario D Blok 25 ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun laporan ini bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu akan penyelesaian dari skenario yang diberikan, sekaligus sebagai tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini. Tak ada gading yang tak retak. Tim Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan. Tim Penyusun 1

description

blok 25

Transcript of Laporan Tutorial Ske d blok 25 Kel 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya Laporan

Tutorial Skenario D Blok 25 ini dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun laporan ini bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu akan penyelesaian dari

skenario yang diberikan, sekaligus sebagai tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam

pembuatan laporan ini.

Tak ada gading yang tak retak. Tim Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan

laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca

akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.

Tim Penyusun

1

KEGIATAN TUTORIAL

Tutor : dr. H.M.A. Husnil Farouk, M.P.H, P.K.K.

Moderator : Anish Kumar

Sekretaris Meja : Putri Beauty Oktovia

Pelaksanaan : 18 Mei 2015 dan 20 Mei 2015

10.00-12.00 WIB

Peraturan selama tutorial :

1. Sebelum menyampaikan pendapat harus mengacungkan tangan

2. Alat komunikasi dan gadget hanya boleh digunakan untuk keperluan diskusi, namun

dalam mode silent dan tidak mengganggu berlangsungnya diskusi

3. Minum diperbolehkan, namun tidak untuk makan

4. Bila ingin izin keluar, diharapkan melalui moderator

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. 1

Kegiatan Tutorial .......................................................................................................... 2

Daftar Isi ....................................................................................................................... 3

Skenario ......................................................................................................................... 4

Klarifikasi Istilah .......................................................................................................... 4

Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 5

Analisis Masalah .......................................................................................................... 5

Hipotesis ........................................................................................................................ 24

Kerangka Konsep .......................................................................................................... 24

Sintesis ........................................................................................................................... 26

1. Biostatistik ............................................................................................................. 26

2. Penelitian Epidemiologi ......................................................................................... 29

Kesimpulan ................................................................................................................... 41

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 42

3

I. SKENARIO

Puskesmas yang berada di wlayah Kecamatan A dipimpin oleh dr. Achmad

memiliki masalah kesehatan penting pada masyarakatnya yaitu masih tingginya Angka

Kematian Bayi, tingginya prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), masalah

kekurangan gizi pada ibu hamil dan balita, serta komplikasi dan penyulit persalinan

seperti partus macet dan pendarahan postpartum.

Dr. Achmad menduga ada kaitan antara BBLR dan penyulit persalinan dengan

masalah kekurangan gizi pada ibu hamil, sehingga memutuskan mengadakan penelitian

pada populasi di kecamatan tersebut. Maka disiapkan rancangan penelitian

epidemiologis, dengan mengambil variabel penelitian Berat Badan lahir dan status gizi

ibu dengan kehamilan aterm. Dr. Achmad mengambil 100 sampel ibu hamil aterm yang

menderita kurang gizi dan 100 sampel ibu hamil yang cukup gizi. Sampel diikuti sampai

semuanya melahirkan bayi. Terdapat 80 bayi BBLR pada kelompok ibu hamil yang

kurang gizi, dan 10 bayi BBLR pada kelompok ibu hamil yang cukup gizi.

Dr. Achmad berharap menemukan hubungan antara faktor kurang gizi semasa

kehamilan dan BBLR.

II. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Puskesmas = Fasilitas kesehatan masyarakat di tingkat kecamatan.

2. BBLR = Berat bayi lahir kurang dari 2500 gram.

3. Partus macet = Kesulitan dari persalinan normal.

4. Perdarahan post partum = Perdarahan yang terjadi setelah melahirkan.

5. Penyulit persalinan = Hal-hal yang menyulitkan proses berlangsungnya

persalinan normal.

4

III. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Puskesmas yang berada di wlayah Kecamatan A dipimpin oleh dr. Achmad memiliki

masalah kesehatan penting pada masyarakatnya yaitu masih tingginya Angka

Kematian Bayi, tingginya prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), masalah

kekurangan gizi pada ibu hamil dan balita, serta komplikasi dan penyulit persalinan

seperti partus macet dan pendarahan postpartum.

2. Dr. Achmad menduga ada kaitan antara BBLR dan penyulit persalinan dengan

masalah kekurangan gizi pada ibu hamil, sehingga memutuskan mengadakan

penelitian pada populasi di kecamatan tersebut. Maka disiapkan rancangan

penelitian epidemiologis, dengan mengambil variabel penelitian Berat Badan lahir

dan status gizi ibu dengan kehamilan aterm. Dr. Achmad mengambil 100 sampel ibu

hamil aterm yang menderita kurang gizi dan 100 sampel ibu hamil yang cukup gizi.

Sampel diikuti sampai semuanya melahirkan bayi. Terdapat 80 bayi BBLR pada

kelompok ibu hamil yang kurang gizi, dan 10 bayi BBLR pada kelompok ibu hamil

yang cukup gizi.

3. Dr. Achmad berharap menemukan hubungan antara faktor kurang gizi semasa

kehamilan dan BBLR.

IV. ANALISIS MASALAH

1. Puskesmas yang berada di wlayah Kecamatan A dipimpin oleh dr. Achmad memiliki

masalah kesehatan penting pada masyarakatnya yaitu masih tingginya Angka

Kematian Bayi, tingginya prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),

masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan balita, serta komplikasi dan

penyulit persalinan seperti partus macet dan pendarahan postpartum.

1.1 Apa yang dimaksud dengan angka kematian bayi?

Jawab:

Angka kematian bayi (AKB) secara umum digunakan sebagai indikator untuk

menilai kualitas perawatan kesehatan ibu dan anak dalam suatu populasi.

Angka kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang

terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun

(BPS).

5

Angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap

1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai

probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan

dengan per seribu kelahiran hidup).

1.2 Apa rumus angka kematian bayi?

Jawab:

Rumus menghitung angka kematian bayi :

IMR : infant mortality rate

IMR = Jumlah kematian bayi kurang dari 1 tahun dalam 1 tahun ------------------------------------------------------------------------------------------------ x 1000

Jumlah kelahiran hidup dalam 1 tahun tersebut

Angka Kematian Neonatal Dini

Jumlah kematian bayi 7 hari

Jumlah lahir hidup pada interval yang sama

Angka Kematian Neonatal

Jumlah kematian bayi > 7 hari s/d < 28 hari

Jumlah lahir hidup pada interval yang sama

1.3 Apa penyebab dari angka kematian bayi tinggi? Jelaskan!

Jawab:

a. Masalah Neonatus

Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa

neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari). Komplikasi yang menjadi

penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan

infeksi. Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani. Namun

terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga

kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan

dengan baik, terlambatnya deteksi dini dan kesadaran orang tua untuk

mencari pertolongan kesehatan.

b. Penyakit Infeksi

Masalah kedua penyebab kematian pada bayi dan terutama balita adalah

penyakit infeksi, diare dan pneumonia, gastroenteritis, dehidrasi.

Pencegahan, deteksi dini, serta penanganan yang cepat dan tepat dapat

6

menekan kematian yang diakibatkan penyakit ini Diare erat kaitannya

dengan perilaku hidup bersih dan sehat, ketersediaan air bersih, serta

sanitasi dasar. Pneumonia terkait erat dengan indoor and outdoor pollution

(polusi di dalam dan di luar ruangan), ventilasi, kepadatan hunian, jenis

bahan bakar yang dipakai, kebiasan merokok, status gizi, status imunisasi

dan lama pemberian ASI . Sosialisasi yang terkait dengan upaya

pencegahan dan deteksi dini serta mengurangi faktor resiko menjadi hal

penting.

c. Gizi Kurang dan Gizi Buruk

Seperti marasmus, kwarshiorkor. Gangguan pertumbuhan akibat gizi

buruk tidak hanya terjadi di daerah yang kurang pangan. Tidak hanya juga

terjadi pada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah. Bahkan di

daerah penghasil pangan masih terjadi kasus gizi buruk. Pun di perkotaan

dan ditengah keluarga dengan kondisi sosial ekonomi menengah.

Penyebab gizi kurang dan gizi buruk dapat dipilah menjadi tiga hal, yaitu:

pengetahuan dan perilaku serta kebiasaan makan; penyakit infeksi;

ketersediaan pangan. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun 2007 ke 2010, untuk gizi

kurang tetap 13,0 dan untuk gizi buruk, dari 5,4 menjadi 4,9.

d. Penyebab Kematian Bayi dan Balita Tidak Langsung

Beberapa faktor menjadi penyebab tidak langsung kematian bayi dan

balita. Dari sisi kebutuhan (demand), antara lain adalah sosial ekonomi

yang rendah, pendidikan ibu, kondisi sosial budaya yang tidak

mendukung, kedudukan dan peran perempuan yang tidak mendukung,

akses sulit, serta perilaku perawatan bayi dan balita yang tidak sehat.

Sementara ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang belum

merata, kesinambungan pelayanan KIA yang belum memadai,

pembiayaan pelayanan KIA yang belum memadai, menyumbangkan

masalah dari sisi supply.

e. Kurangnya Ketersediaan dan Penyebaran Tenaga Kesehatan

Bila dilihat ketersediaan bidan di desa, masih banyak desa yang tidak

memiliki bidan. Hanya provinsi di pulau Jawa dan sebagian kecil

Sumatera yang melebihi 80% desa yang memiliki bidan. Papua dan Papua

Barat barkisar antara 20-40%, sebagian besar provinsi di pulau

7

Kalimantan baru 40-60% desa yang memiliki bidan. Dari penyebarannya

terlihat, sebagian besar masih berkumpul di pulau Jawa. Kendala bagi

keberadaan bidan di desa antara lain:

• Di kabupaten tertentu jumlah bidan tidak sesuai dengan jumlah desa.

Untuk itu perlu dilihat ketersediaan dan pemanfaatan perawat di desa.

• Bidan desa tidak bertempat di desa sesuai dengan Surat Keputusan

Bupati

• Tidak adanya reward dan punishment bagi bidan desa

1.4 Apa yang dimaksud dengan prevalensi?

Jawab:

Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang

ditemukan dalam jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.

Angka prevalensi adalah jumlah keseluruhan orang yang sakit yang

menggambarkan kondisi tertentu yang menimpa sekelompok penduduk

tertentu pada titik waktu tertentu (Point prevalen) atau periode waktu tertentu

(Period prevalence), tanpa melihat kapan penyakit itu dimulai dibagi dengan

jumlah penduduk pada titik waktu dan periode waktu tertentu.

Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit

atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah

kasus yang ada dengan kondisi pada waktu tertentu dan penyebutnya adalah

populasi total (Dorland, 2002).

1.5 Apa yang dimaksud dengan BBLR?

Jawab:

Sebelum tahun 1961 definisi BBLR dimasukan kedalam kategori bayi yang

prematur. Setelah periode tersebut WHO mendefinisikan BBLR sebagai

kelompok bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram terlepas dari

usia kehamilan, baik prematur atau cukup bulan. (Depkes RI, 2009; Unicef,

2004; WHO, 1961)

8

1.6 Bagaimana rumus perhitungan prevalensi BBLR?

Jawab:

Rumus Perhitungan Prevalensi BBLR:

Jumlah seluruh kelahiran dengan berat < 2500 g X 1000

Jumlah seluruh lahir hidup

1.7 Ada berapa macam prevalensi rate? Jelaskan!

Jawab:

Nilai Prevalensi Point

Prevalensi dari penyakit atau kondisi kesehatan pada saat utamanya waktu-

titik ( sebagai contoh jumlah atau rasio individual dengan keluaran kondisi

kesehatan spesifik pada saat perhitungan dilakukan. Rasio prevalensi titik

dri penyakit pada 1000 populasi, sebagi contoh dihitung dengan

meggunakan rumus:

Jumlah dari Individu dengan penyakit pada saat waktu –titik X 1000

Populasi pada saat itu

Nilai Prevalensi Period

Mengukur prevalensi bukan sebagai suatu permasalahan tersendiri pada

satu waktu, namun sebagai periodeyang sedang berlangsung ( biasanya

tahun yang spesifik). Rasio prevalensi period (orang) menyajikan proporsi

populasi dengan manifestasi penyakit pada berbagai waktu selama periode.

Rumus yang digunakan yaitu:

Pembilang merupakan angka dari orang dengan penyakit selam periode

yang berlangsung, termasuk orang dengan penyakit yang lebih dulumulai

terjadi. Lebih sering diperkirakan dengan menggunakan poplasi pada peride

tengah, atau dengan merata-ratakan ukuran dari populasi pada saat awal dan

akhir periode.

1.8 Kapan kita lakukan perhitungan prevalensi rate?

9

Jawab:

Dilakukan perhitungan ketika kita mau menilai kondisi kesehatan komunitas

pada kondisi normal atau ketika kita ingin menentukan angka kejadian

penyakit tertentu.

Angka prevalensi : Menunjukkan derajat dari keberadaan penyakit dalam

suatu komunitas per unit populasi.

Angka poin prevalensi : perhitungan dikerjakan dalam periode waktu yang

singkat.

Angka periode prevalensi : digunakan sebagai indikator pada periode

waktu tertentu, dan menggunakan populasi tengah populasi.

1.9 Apa yang dimaksud dengan kekurangan gizi?

Jawab:

Kekurangan gizi adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh kurangnya

asupan zat gizi dari makanan sehingga berdampak pada timbulnya masalah

kesehatan. Defisiensi adalah bagian dari kejadian malnutrisi. Malnutrisi sendiri

terdiri atas defisiensi atau kelebihan dan kekurangan gizi. Defisiensi zat gizi

meliputi defisiensi zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) dan

defisiensi zat gizi mikro (vitamin dan mineral).

1.10 Mengapa ibu hamil bisa kekurangan gizi?

Jawab:

Diet yang ketat

Usia ibu yang masih sangat muda

Kehamilan kembar

Jarak kehamilan yang rapat

Tingkat aktivitas fisik yang tinggi

Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi

Masalah ekonomi seperti kemiskinan dan harga pangan

Berpendidikan rendah (Pengetahuan ibu hamil tentang gizi beserta

makanannya)

Kondisi tertentu seperti hamil dan menyusui dapat mengakibatkan

defisiensi zat besi karena kebutuhan ibu meningkat karena ada janin

Merokok dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi B-12

10

Perubahan iklim

Sakit dapat menyebabkan terjadinya defisiensi karena dapat mengganggu

penyerapan dan asupan makanan. Contohnya pada orang yang mengalami

infeksi diare akan sangat kurus

Kurangnya asupan dalam makanan dapat muncul secara langsung ataupun

setelah sekian lama.

Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal

(narkoba).

1.11 Kapan ibu hamil dikatakan kurang gizi?

Jawab:

Ibu hamil dikatakan menderita KEK (kurang energi kronis) dilihat dari

pengukuran LILA (lingkar lengan atas), adapun ambang batas LILA WUS (ibu

hamil) dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA

kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita lila, artinya wanita tersebut

mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan bayi berat lahir

rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan

pertumbuhan dan perkembangan anak.

Ibu hamil dikatakan kurang gizi ketika ditemukan tanda dan gejala berikut ini.

1. Perdarahan. Timbulnya vlek atau spot darah, terutama di awal-awal

kehamilan, bisa jadi tanda

2. Rasa nyeri hebat di sekitar perut.

3. Demam tinggi. Bisa menjadi indikator dari anemia,

4. Sesak napas.

5. Gangguan penglihatan.

6. Sakit kepala.

1.12 Apa yang dimaksud dengan penyulit persalinan?

Jawab:

Penyulit persalinan atau distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh

11

terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang

abnormal sering terjadi apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi

janin dan jalan lahir.

1.13 Apa saja jenis penyulit persalinan?

Jawab:

Dilatasi serviks atau penurunan janin yang tidak memadai

Persalinan memanjang—kemajuan lambat

Persalinan macet—tidak ada kemajuan

Daya ekspulsif kurang memadai—“mendorong” kurang

efektif

Disproporsi fetopelvik

Ukuran janin berlebihan

Kapasitas panggul kurang memadai

Malpresentasi atau posisi janin

Pecah ketuban tanpa diikuti persalinan

Faktor penyebab terjadinya penyulit dalam persalinan kala II

1.   Atonia Uteri

Atonia uteri (relaksi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15

detik setelah di lakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). Hal

ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan

terjadi setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri

dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya

syok hipovolemik. Penyebab terjadinya atonia uteri  antara lain gemeli,

makrosima, polihidramnion,umur yang terlalu muda atau terlalu tua,

multipara dengan jarak kelahiran pendek, partus lama, atau dapat juga

karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta.

2.   Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah

jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio

plasenta (habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena

12

dapat menyebabkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda

mati, dapat terjadi plasenta inkarseta, dapat terjadi polip plasenta, dan

terjadi degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu bagian plasenta tertinggal

maka uterus tidak dapat berkontaksiu secara efektif dan keadaan ini dapat

menimbulkan perdarahan.

Gejala dan tanda yang biasa ditemui adalah perdarahan segera, uterus

berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

Secara fungsional retensio plasenta terjadi karena his kurang kuat dan

plasenta sukar telepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya

(plasenta membranesea, plasenta anularis), dan ukurannya (plasenta yang

ukurannya kecil ). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab diatas

disebut plasenta adhesive. Tanda dan gejala retensio plasenta yaitu

plasebta belum lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus

baik. Adapun geja yang kadang-kadang timbul yaitu tali pusat tputus

akibat traksi berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.

3.    Emboli Air Ketuban

Emboli air ketuban merupakan salah satu penyebab syok dalam kebidanan

yang bukan disebabkan karena perdarahan, penyebabnya yaitu masuknya

air ketuban melalui vena endoserviks atau sinus vena endoserviks atau

sinus vena yang terbuka di daerah tempat perlekatan plasenta, masuknya

air ketuban yang mengandung rambut lanugo, verniks caseosa dan

mekonium ke dalam peredaran darah ibu akan menyumbat pembuluh-

pembuluh kapiler dalam paru-paru ibu, selain itu zat-zat dari janin tersebut

juga menimbulkan reaksi anafilaksis yang keras dan gangguan pembekuan

darah.

Penyebab dari enboli air ketuban yaitu adanya his yang kuat dan terutama

terus menerus, misanya pada pemberian utorotonika yang berlebihan

dimana ketuban sudah pecah biasanya pada akhir kala I atau segera setela

bayi lahir.

4.    Robekan Jalan Lahir

Robekan jalan lahir bersumber dari berbagai organ diantaranya vagina,

perineum, porsio, serviks dan uterus. Ciri yang khas dari robekan jalan

lahir yaitu kontraksi uterus yang kuat, keras dan mengecil. Perdarahan

13

terjadi langsung setelah bayi lahir. Perdarahan ini terus menerus setelah di

lakukan masase pemberian utorotonika langsung mengeras tapi

perdarahan tidak berkurang. Dalam keadaan apapun robekan jalan lahir

harus dapat di minimalkan karena tak jarang perdarahan terjadi kerena

robekan dan ini menimbulkan akibat yang fatal seperti terjadinya syok.

Macam-macam robekan yang dapat terjadi melalui jalan lahir

a. Robekan perineum

Robekan perineum terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan

tidak jarang pula pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat di

hindarkan atau di kurangi dengan jalan menjaga jangan sampai dasar

panggul di lalui oleh kepala janin dengan cepat. Robekan perineum

ini di bagi menjadi derajat I, 2, 3, dan derajat 4.

b. Robekan Vagina

Robekan vagina dapat terjadi karena disebabkan oleh persalinan

buatan atau cunam, vagina yang sempit, lanjutan dari laserasi serviks,

posisi oksipito posterior, bayi besar, kepala bayi terlalu cepat lahir,

kepala bayi di putar setelah sesaat kepala bayi lahir. 

c.   Robekan Serviks

Robekan yang kecil-kecil selalu terjadi pada persalinan. Oleh karena

itu, robekan yang harus mendapat perhatian kita adalah robekan yang

dalam yang kadang-kadang sampai ke vornik. Robekan biasanya

terdapat di pinggir samping serviks bahkan kadang-kadang sampai ke

segmen bawah rahim dan membuka parametrium. 

d.   Robekan yang sedemikian dapat membuka pembuluh-pembuluh

darah darah yang besar dan menimbulkan perdarahan yang hebat.

Robekan seperti ini biasanya terjadi pada persalinan buatan, ektraksi

dengan forceps, ekstraksi pada letak sungsang, versi dan aktraksi,

dekapitasi, pervorsi, dan kraniokasi terutama jika di lakukan pada

pembukaan yang belum lengkap. Robekan ini jika tidak dijahit selain

menimbulkan perdarahan juga dapat  menjadi penyebab servisitis,

parametritris, dan mungkin juga terjadi pembesran karsinoma serviks,

kadang-kadang menimbulkan perdarahan nifas yang lambat.

e.   Robekan Uteri (Ruptur Uteri)

Faktor predisposisi yang mnyebabkan rupture uteri yaitu multipara,

14

pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan yang tidak tepat,

kelainan letak dan implantasi plasenta misalnya pada plasenta akreta,

plasenta inkerta atau perkata, kelainan bentuk uterus, hidramnion.

f.    Inversion Uteri

Suatu keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri,

dapat terjadi secara mendadak ataupun perlahan.

1.14 Apa saja faktor resiko dari penyulit persalinan?

Jawab:

Faktor Ibu :

a.a. Usia ibu > 35 tahun dan <20 tahun.

a.b. Paritas (jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu, paritas yang aman

2-3).

a.c. Riwayat kelahiran preterm sebelumnya.

a.d. Jarak kehamilan dan bersalin yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun.

a.e. Hipertensi kehamilan

a.f. Malnutrisi

a.g. Anemia

a.h. Kelainan uterus

a.i. Penyakit jantung

a.j. Penyakit infeksi

Faktor kehamilan:

a. Perdarahan antepartum

b. Preeklamsi/ eklamsi

c. Hidramnion

d. Pecah ketuban dini

Faktor Gaya Hidup:

a. Konsumsi obat

b. Minum alkohol

c. Perokok

Faktor Janin:

a. Gemeli

15

b. Kelainan letak janin

c. Kelainan kongenital

2. Dr. Achmad menduga ada kaitan antara BBLR dan penyulit persalinan dengan

masalah kekurangan gizi pada ibu hamil, sehingga memutuskan mengadakan

penelitian pada populasi di kecamatan tersebut. Maka disiapkan rancangan

penelitian epidemiologis, dengan mengambil variabel penelitian Berat Badan

lahir dan status gizi ibu dengan kehamilan aterm. Dr. Achmad mengambil 100

sampel ibu hamil aterm yang menderita kurang gizi dan 100 sampel ibu hamil yang

cukup gizi. Sampel diikuti sampai semuanya melahirkan bayi. Terdapat 80 bayi

BBLR pada kelompok ibu hamil yang kurang gizi, dan 10 bayi BBLR pada

kelompok ibu hamil yang cukup gizi.

2.1 Apa yang dimaksud dengan “populasi”?

Jawab:

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang

ingin diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut

ukuran populasi, sedangkan suatu nilai yang menggambarkan ciri/karakteristik

populasi disebut parameter (Sugiarto,dkk,2001).

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subyek yang

menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1997 : 57),

Menurut Nawawi (1985 : 141) pengertian dari populasi itu adalah totalitas

semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran

kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai

sekumpulan objek yang lengkap.

Dari kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah

objek maupun subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-

syarat tertentu dengan masalah penelitian.

Dalam buku Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis (Prof. Sudigdo),

menyatakan bahwa populasi dalam bahasa sehari-hari sering dikaitkan dengan

jumlah penduduk di suatu tempat atau suatu negara. Dalam penelitian,

populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu.

16

2.2 Ada berapa macam populasi? Sebutkan dan jelaskan macam-macamnya!

Jawab:

a. Populasi target

Sasaran akhir penerapan hasil penelitian, sementara banyak ahli sering

menyebut dengan ranah atau domain. Populasi target sifatnya umum,

ditandai dengan karakteristik demografis (kelompok usia, jenis kelamin),

dan karakteristik klinis (misalnya sehat, osteoporosis). Contohnya: anak

sehat, remaja pengguna narkoba, ibu hamil dengan gizi kurang, dll.

a. Populasi terjangkau

Sering disebut sebagai populasi sumber yakni populasi yang dapat

dijangkau oleh peneliti. Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi

targer yang dibatasi oleh tempat dan waktu.

2.3 Apa yang dimaksud dengan rancangan penelitian epidemiologis?

Jawab:

Rancangan penelitian disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun

peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan peneliti. Pada

hakekatnya desain penelitian merupakan suatu wahana untuk mencapai tujuan

peneliti, yang juga berperan sebagai rambu-rambu yang akan menuntun

peneliti dalam seluruh proses penelitian.

2.4 Ada berapa macam rancangan penelitian epidemiologis? Jelaskan!

Jawab:

Ada tiga macam, yaitu:

a. Rancangan Penelitian Cross Sectional

Populasi(sampel)

Faktor resiko + Faktor resiko –

Efek + Efek - Efek + Efek -

b. Rancangan Penelitian Case Control

17

Kasus (kelompok dengan subyek efek)

Faktor resiko +

Faktor resiko –Populasi(sampel)

Faktor resiko +

Faktor resiko –

c. Rancangan Penelitian Cohort

Efek +

Efek -Populasi(sampel)

Efek +

Efek –

2.5 Apa yang dimaksud dengan “variabel”?

Jawab:

Hatch & Farhady, (1981): variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang

atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau

satu objek dengan objek yang lain.

Karlinger (1973): variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari.

Kidder (1981): variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti

mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.

Sugiyono (2009:38): variabel penelitian pada dasarnya adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya.

Catatan: Dalam pembuatan skripsi di Fakultas Kedokteran Unsri, variabel

adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya.

2.6 Ada berapa macam “variabel”?

18

Retrospektif

Retrospektif

Kontrol (kelompok subyek tanpa efek)

Faktor resiko +

Prospektif

Faktor resiko +

Prospektif

Jawab:

Dalam terminologi Metodologik, dikenal beberapa macam variabel penelitian.

Berdasarkan hubungan antara satu variabel satu dengan variabel yang lain,

maka macam – macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :

a. Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel ini sering disebut sebagai Variabel Stimulus, Predictor,

Antecedent, Variabel Pengaruh, Variabel Perlakuan, Kausa, Treatment,

Risiko, atau Variable Bebas. Dalam SEM (Structural Equation Modeling)

atau Pemodelan Persamaan Struktural, Variabel Independen disebut juga

sebagai Variabel Eksogen. Variabel Bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel Dependen (terikat). Dinamakan sebagai Variabel Bebas karena

bebas dalam mempengaruhi variabel lain.

b. Variabel Dependen (Variabel terikat)

Sering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria, Konsekuen, Variabel

Efek, Variabel Terpengaruh, Variabel Terikat atau Variabel Tergantung.

Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan

Struktural, Variabel Independen disebut juga sebagai Variabel Indogen.

Variabel Terikat merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Disebut Variabel Terikat karena

variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel independent.

c. Variabel Moderator

Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (Memperkuat dan

Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat.

Variabel Moderator disebut juga Variabel Independen Kedua.

d. Variabel Intervening

Dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan variabel intervening adalah

Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara Variabel

Bebas dengan Variabel Terikat, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.

Variabel ini merupakan variabel Penyela/Antara yang terletak diantara

Variabel Bebas dan Variabel Terikat, sehingga Variabel Bebas tidak secara

langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya Variabel Terikat.

e. Variabel Kontrol

19

Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan

sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak

dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel Kontrol sering

dipakai oleh peneliti dalam penelitian yang bersifat membandingkan,

melalui penelitian eksperimental.

2.7 Bagaimana hubungan antar variabel?

Jawab:

Pada kasus skenario didapatkan variabel penelitian sebagai berikut:

a. Status gizi ibu dengan kehamilan atterm

Status gizi pada kasus termasuk dalam variabel independen atau variabel

bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen.

b. Berat badan lahir

Berat badan lahir pada kasus termasuk dalam variabel dependen atau

variabel terikat, merupakan yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas.

2.8 Apa yang dimaksud dengan “sampel”?

20

Jawab:

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili

populasi dalam penelitian. (Prof. Sudigdo).

Catatan: Dalam pembuatan skripsi di Fakultas Kedokteran Unsri, sampel

adalah bagian dari populasi terjangkau.

2.9 Bagaimana cara mengambil sampel?

Jawab:

Ada beberapa teknik dalam pengambilan sampel, namun secara garis besar

dapat dibagi menjadi dua:

a. Probability Sampling atau Random Sampling

Simple random sampling, pengambilan sample secara acak sederhana, ialah

sebuah sample yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian

atau satuan elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

dipilih menjadi sample.

Metode yang digunakan dengan cara

(1) undian (digoncang seperti arisan),

(2) ordinal (angka kelipatan),

(3) tabel bilangan random

Proportionate stratified random sampling, misal dengan siswa sebagai

sampelnya, maka perlu ada klasifikasi siswa berdasar strata (misal kelas I,

II dan III).

Disproportional stratified random sampling

Area Sampling, teknik pengambilan sample berdasar wilayah.

Kluster sampling, teknik pengambilan sample berdasar gugus atau

clusters, misal: sebuah penelitian ingin mengetahui pendapatan keluarga

dalam suatu desa, dengan berbagai klaster, missal dari segi pekerjaan:

Tani, Buruh, PNS, Nelayan.

b. Non-Probability Sampling

Non probability sampling terdiri dari:

21

Sampling sistematis, yaitu memilih sampel dari suatu urutan daftar

menurut urutan tertentu, missal tiap individu urutan no ke-n (10, 15, 20

dst).

Sampling kuota, (quota sampling), teknik sampling yang didasarkan

pada terpenuhinya jumlah sample yang diinginkan (ditentukan).

Sampling aksidental, sample yang diambil dari siapa saja yang kebetulan

ada, misalnya dengan menanyai siapa saja yang ditemui dijalan…untuk

meminta pendapat tentang kenaikan harga sembako.

Purposive sampling, teknik pengambilan sample didasrkan atas tujuan

tertentu. (orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai

sampel).

Sampling jenuh (sensus).

Snowball sampling, dimulai dari kelompok kecil yang diminta untuk

menunjukkan kawan masing-masing. Kemudian kawan tersebut diminta

untuk menunjukkan kawannya lagi dan seterusnya sampai secukupnya.

2.10 Bagaimana menghitung besar sampel?

Jawab:

Untuk mengetahui ukuran sampel kita harus mengetahui jumlah populasi di

daerah tersebut. Apabila jumlah populasi 1000 dengan kesalahan 5%, maka

jumlah sampelnya 285.

3. Dr. Achmad berharap menemukan hubungan antara faktor kurang gizi semasa

kehamilan dan BBLR.

3.1 Design apa yang digunakan dr. Achmad dalam penelitian nya? Bagaimana

22

proses penelitian yang dilakukan dr. Achmad?

Jawab:

dr. Achmad melakukan penelitian dengan design Cohort karena beliau ingin

melihat adanya hubungan antara status gizi ibu hamil dengan BBLR secara

prospektif (sampel diikuti sampai semua ibu hamil melahirkan bayi).

Tabel Analisis Kohort :

Sampel BBLR+ BBLR - Jumlah

Ibu hamil kurang gizi 80 () 20 ()

= 45 = 55

100

Ibu hamil cukup gizi 10 () 90 ()

= 45 = 55

100

Jumlah 90 110 200

*Keterangan:

Uji statistik yang digunakan yaitu chi square karena variabel tersebut adalah

variabel kategorik nominal dengan batas kepercayaan 95% atau

Sel a : 

Sel b : 

Sel c :

Sel d : 

Jadi, chi square = 108

Pada tabel chi square 0,05 didapatkan 3,841.

df (degree of freedom) = (b-1) (k-1)

= (2-1) x (2-1) = 1

Kesimpulan: chi square pada tabel lebih kecil dari hitungan.

1. H0 tidak ada hubungan antara BBLR dengan ibu hamil kurang gizi

23

2. H1 ada hubungan antara BBLR dengan ibu hamil kurang gizi

Jadi, Ho ditolak H1 diterima.

3.2 Apa kesimpulan dari penelitian dr. Achmad?

Jawab:

Ada hubungan antara BBLR dengan gizi kurang pada ibu hamil dengan batas

kepercayaan 95%.

V. HIPOTESIS

Dr. Achmad mendapatkan laporan tingginya angka kematian bayi dan tingginya

prevalensi BBLR sehingga beliau ingin melakukan penelitian hubungan antara kurang

gizi semasa kehamilan dengan tingginya prevalensi BBLR.

VI. KERANGKA KKKKKONSEP

24

  Puskesmas kecamatan A 

Dipimpin oleh

Dr.achmad

Masalah :

1. AKB tinggi

2. Tingginya prevalensi BBLR

3. Ibu hamil dan balita kurang gizi

Mengadakan penelitian pada populasi tersebut

Dengan studi kohort

Variable     penelitian

Sampel yang 

VII. SINTESIS

1. Biostatistik

Statistik adalah sekumpulan konsep dan metode yang digunakan untuk

mengumpulkan dan menginterpretasi data tentang bidang kegiatan tertentu dan

mengambil kesimpulan dalam situasi yang ada ketidakpastian dan variasi.

Menurut sejarah kata “statistik” diambil dari bahasa Latin “status” yang berarti

“negara”. Untuk beberapa dekade, statistika semata-mata hanya dikaitkan dengan

penyajian fakta-fakta dan angka-angka tentang situasi perekonomian,

kependudukan dan politik yang terjadi di suatau negara. sampai sekarangpun

banyak kita jumpai laporan-laporan pemerintah yang memuata dokumentasi

25

Indipenden  dependen 

Ibu hamil  Berat badan lahir

Ibu hamil aterm

Sampel diteliti

Sampel kontrol

Ibu hamil gizi kurang

Ibu hamil gizi baik

Penelitian diikuti sampai melahirkan bayi

Hasil penelitianSampel diteliti

BBLR : 80Sampel kontrol

BBLR : 10

Ada hubungan antara BBLR dengan ibu hamil gizi kurang dengan kepercayaan 95%

numerik dan memakai judul “Statistik Produksi Pertanian”, “Statistik tenaga

kerja”, “Statistik Pendidikan” dan lain-lain sebagainya yang merupakan sisa-sisa

arti asli kata-kata statistik.

Biostatistik adalah data atau informasi yang berkaitan dengan masalah

kesehatan. Statistik kesehatan sangat bermanfaat untuk kepentingan administratif,

seperti merencanakan program pelayanan kesehatan, menentukan alternative

penyelesaian masalah kesehatan, dan melakukan analisis tentang berbagai penyakit

selama periode waktu tertentu. Statistik kesehatan dikenal dengan istilah

“biostatistik”.  Biostatistik terdiri dari dua kata dasar yaitu bio dan statistik. Bio

berarti hidup, sedangkan statistik adalah kumpulan angka-angka. Sehingga secara

harfiah biostatistik adalah kumpulan angka-angka tentang kehidupan.

Jenis-jenis biostatistik

Statistik secara umum dibagi menjadi dua jenis yaitu statistic deskriptif dan

statistik inferensial.

I. Statistik Deskriptif

Kegiatan mulai dari pengumpulan data, pengolahan, sampai mendapatkan

informasi dengan jalan menyajikan dan analisis data yang telah terkumpul.

Tujuan dari statistik deskriptif adalah memberikan gambaran tentang keadaan

yang berkaitan dengan penyakit atau masalah kesehatan berdasarkan data yang

telah dikumpulkan. Untuk data numerik informasi yang diberikan berupa

perhitungan nilai tengah (mean, median, modus), nilai variasi. Sedangkan untuk

data kategori informasinya adalah nilai proporsi/persentase.

II. Statistik Inferensial /statistik Induktif

Tujuan dari statistik inferensial adalah untuk menarik kesimpulan cirri-ciri

populasi berdasarkan data yang diperoleh melalui sampel. Statistik inferensial

merupakan kumpulan cara atau metode yang dapat mengeneralisasikan nilai-

nilai dari sampel dikumpulkan menjadi nilai populasi. Hal ini dilakukan dengan

menggunakan teori estimasi atau uji hipotesis.

Pengertian Data

Menurut Luknis Sabri dan Sutanto. P.H (2010), data adalah bentuk jamak

(plural) dari kata dotum, data adalah himpunan angka yang merupakan nilai dari

26

unit sampel kita sebagai hasil mengamati/mengukurnya.

Sutanto (2007) mengemukakan data adalah merupakan kumpulan angka/huruf

hasil dari penelitian terhadap staf/karakteristik yang akan kita teliti. Data

merupakan materi mentah yang membentuk semua laporan riset (Dempsey, 2002).

Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa data adalah sekumpulan

informasi yang biasanya berbentuk angka yang dihasilkan dari pengukuran atau

penghitungan.

Jenis-Jenis Data

1. Jenis Data Menurut Cara Memperolehnya

a)  Data Primer

Data primer adalah secara langsung diambil dari objek / objek penelitian

oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Contoh: Mewawancarai

langsung penonton bioskop 21 untuk meneliti preferensi konsumen

bioskop.

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek

penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan

oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial

maupun non komersial. Contohnya adalah pada peneliti yang

menggunakan data statistik hasil riset dari surat kabar atau majalah.

2. Macam-Macam Data Berdasarkan Sumber Data

a)  Data Internal

Data internal adalah data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada

suatu organisasi secara internal. Misal : data keuangan, data pegawai, data

produksi, dsb.

b)   Data Eksternal

Data eksternal adalah data yang menggambarkan situasi serta kondisi

yang ada di luar organisasi. Contohnya adalah data jumlah penggunaan

suatu produk pada konsumen, tingkat preferensi pelanggan, persebaran

penduduk, dan lain sebagainya.

27

3. Klasifikasi Data Berdasarkan Jenis Datanya

a)   Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kualitas, seperti penyataan

terhadap KB yang dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu : setuju,

kurang setuju, tidak setuju). Berbentuk kata-kata atau

pengkategorian.Dalam mengolah data mengunakan komputer, kategori

tersebut harus dilakuka proses “coding” terlebih dahulu. Misalkan : untuk

setuju di beri kode 2, kurang setuju diberi kode 1 dan tidak setuju diberi

kode 0. Data Kualitatif disebut juga dengan data kategori.

b)   Data Kuantitatif.  Data dalam bentuk bilangan (numerik), misalnya :

jumlah balita yang mendapatkan imunisasi, Berat Badan Bayi. Diperoleh

dengan cara menghitung maupun mengukur. Data Kuantitatif disebut juga

dengan data numerik.

4. Pembagian Jenis Data Berdasarkan Sifat Data

a)   Data Literal (diskrit) adalah data yang berbentuk  bilangan  bulat,

misalnya: Jumlah anak dalam keluarga, jumlah penyakit TBC, jumlah

kecelakaan jalan raya. Diperoleh dengan cara menghitung.

b)    Data Kontinyu adalah data yang berbentuk rangkaian data, nilainya

berbentuk desimal. Misalnya : Tinggi Badan, Berat Badan, Tekanan

Darah. Diperoleh dengan cara mengukur.

5. Jenis-jenis Data Menurut Waktu Pengumpulannya

a)   Data Cross Section

Data cross-section adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu.

Contohnya laporan keuangan per 31 desember 2006, data pelanggan PT.

angin ribut bulan mei 2004, dan lain sebagainya.

b)  Data Time Series / Berkala

Data berkala adalah data yang menggambarkan sesuatu dari waktu ke

waktu atau periode secara historis. Contoh data time series adalah data

perkembangan nilai tukar dollar amerika terhadap euro eropa dari tahun

2004 sampai 2006, jumlah pengikut jamaah Nurdin M. Top dan Doktor

Azahari dari bulan ke bulan, dan sebagainya.

2. Penelitian Epidemiologi

Definisi

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan

28

dan kegunaan tertentu. Metode penelitian berhubungan erat

dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain

penelitian harus cocok dengan pendekatan  penelitian yang dipilih.

 Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula

dengan metode penelitian yang ditetapkan. Sebelum penelitian dilaksanakan,

peneliti perlu menjawab sekurang-kurangnya tiga pertanyaan pokok (Nazir, 1985)

yaitu:

1.  Urutan kerja atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan suatu

penelitian?

2.  Alat-alat (instrumen) apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun dalam

mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis

data?

3.  Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?

Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut memberikan kepada peneliti urutan-urutan

pekerjaan yang terus dilakukan dalam suatu penelitian. Hal ini sangat membantu

peneliti untuk mengendalikan kegiatan atau tahap-tahap kegiatan serta

mempermudah mengetahui kemajuan (proses) penelitian. Metode

penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau

langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan

cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis.  Dalam  prakteknya terdapat

sejumlah metode yang biasa digunakan untuk kepentingan penelitian.

Macam-macam Metode Penelitian

Berdasarkan sifat-sifat masalahnya, Suryabrata (1983) mengemukakan

sejumlah metode penelitian yaitu sebagai berikut :

1.  Penelitian Historis yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau

secara sistematis dan obyektif.

2.  Penelitian Deskriptif yang yang bertujuan untuk  membuat deskripsi secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah

tertentu.

3.  Penelitian Perkembangan yang bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan

pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.

29

4.  Penelitian Kasus/Lapangan yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif

latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungansuatu obyek

5.  Penelitian Korelasional yang bertujuan untuk  mengkaji tingkat keterkaitan

antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan koefisien

korelasi

6.  Penelitian Eksperimental suguhan yang bertujuan untuk  menyelidiki

kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan kontrol/kendali

7.  Penelitian Eksperimental semu yang bertujuan untuk  mengkaji kemungkinan

hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak memungkinkan ada

kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi pengganti bagi situasi dengan

pengendalian.

8.  Penelitian Kausal-komparatif yang bertujuan untuk  menyelidiki

kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen tetapi 

dilakukan dengan pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi

penyebab, sebagai pembanding.

9.  Penelitian   Tindakan yang bertujuan untuk  mengembangkan keterampilan baru

atau pendekatan baru dan diterapkan langsung serta dikaji hasilnya.

Jenis-jenis Metode Penelitian

1 Metode Kuantitatif

Metode penelitian kuantitatif dapat digunakan jika:

1.1. Masalah yang merupakan titik tolak dari penelitian sudah jelas data-

datanya;

1.2. Peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi, tetapi

tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi;

1.3. Ingin diketahui pengaruh perlakuan (treatment) tertentu terhadap yang lain.

Hal ini cocok jika menggunakan metode eksperimen yang merupakan

bagian dari metode kualitatif. Misalnya; ingin meneliti pengaruh jamu

tertentu terhadap derajad kesehatan;

1.4. Peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian dapat

berbentuk hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif;

1.5. Peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang

empiris dan dapat diukur;

30

1.6. Ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas

pengetahuan, teori dan produk tertentu.

2. Metode Kualitatif

Metode penelitian kualitatif dapat digunakan jika:

1.1. Masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah

masih gelap. Sebab dengan metode kualitatif, peneliti langsung masuk ke objek

penelitian dan dapat melakukan eksplorasi secara mendalam;

1.2. Ingin memahami makna dibalik data yang tampak. Karena gejala sosial sering

tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang;

1.3. Ingin memahami interaksi sosial. Karena interaksi sosial yang kompleks hanya

dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif

dengan cara berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial;

1.4. Ingin memahami perasaan orang. Karena perasaan orang sulit dimengerti kalau

tidak ikut serta merasakan apa yang dirasakan orang tersebut;

1.5. Ingin mengembangkan teori. Pengembangan teori yang dimaksud dibangun

berdasarkan situasi, kondisi dan teori yang diperoleh di lapangan;

1.6. Ingin memastikan kebenaran data. Karena data sosial sulit dipastikan

kebenarannya jika belum menemukan apa yang dimaksud. Ibarat mau mencari

siapa yang menjadi provokator, maka sebelum provokator yang dimaksud

ditemukan, penelitian belum dinyatakan selesai;

1.7. Ingin meneliti sejarah perkembangan. Misalnya ingin melacak kehidupan

seseorang tokoh, sejarah lembaga atau masyarakat, dan lain-lain.

Desain Penelitian

1. Ruang lingkup design penelitian

1.1 Penentuan Judul Penelitian

Penentuan judul penelitian sangat penting karena dapat mengetahui objek

penelitian, subjek apa yang akan diteliti, dimana lokasi penelitian, tujuan

yang ingin di capai dan sasarannya.

Ada beberapa petunjuk bagi seorang peneliti yang akan melakukan

penelitian dalam menentukan judul, yaitu :

·  Keterjangkauan

·  Ketersedian Data

·   Signifikansi Judul yang dipilih

31

Beberapa syarat yang diperlukan untuk memilih judul penelitian, yaitu:

·  Judul ditetapkan setelah peneliti mengetahui permasalahan pokok objek

yang akan diteliti

·   Judul penelitian mencerminkan keseluruhan isi penulisan

·   Judul harus mengemukakan kalimat singkat dan jelas

1.2 Penentuan masalah penelitian.

Masalah penelitian itu merupakan pedoman kegiatan penelitian. Dalam

penelitian, masalah berperan untuk mengarahkan kegiatan penelitian. Tanpa

rumusan masalah, peneliti akan kesulitan dalam pelaksanaan dan penulisan

penelitiannya.

Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam perumusan masalah yaitu:

·   Masih berhubungan dengan judul utama

·   Mendukumg tujuan penelitian

·   Mengembangkan atau memperluas cara-cara pengujian suatu teori

·   Memberikan  sumbangan terhadap metodelogi penenelitian

·   Menunjukan variable-variabel yang diteliti.

1.3 Penentuan tujuan penelitian.

Tujuan penelitian dapat mengarahkan peneliti untuk mencapai sasaran dan

target yang ingin dicapai. Tujuan penelitian terdiri dari tujuan utama dan

tujuan sekunder. Tujuan utama sangat erat kaitannya dengan judul dan

masalah penelitian, sedangkan tujuan sekunder sangat tergantung pada

keinginan pribadi seorang peneliti, dengan kata lain lebih bersifat subjektif

bagi peneliti.

1.4 Penentuan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan namun perlu

menguji kebenarannya. Ada beberapa cara untuk merumuskan hipotesis

anatara lain yaitu sebagai berikut:

·  Hipotesis yang baik harus searah dan mendukung Judul, Masalah, dan

Tujuan Penelitian

·   Hipotesis harus dapat diuji dengan data empiris

·   Hipotesis harus bersifat spesifik

Dalam statistik dikenal ada dua macam hipotesis yaitu:

·   Hipotesis nol (H0): hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan dan

tidak ada perbedaan atau tidak ada pengaruh antara variabel yang satu

32

dengan variabel yang lain

·   Hipotesis alternative (Ha): hipotesis yang menyatakan adannya

ketidaksamaan atau adanya perbedaan dan saling mempengaruhi anatara

variabel satu dengan variable yang lain

1.5 Penentuan populasi dan sampel penelitian.

            Yang harus diperhatikan dalam menentukan sampel penelitian, adalah:

·  Tentukan populasi di daerah penelitian.

·   Tentukan jumlah sampel yang akan diteliti

·   Tentukan metode pengambilan sampel

1.6 Penentuan metode dan teknik pengumpulan data.

Metode pengumpulan data terdiri atas beberapa cara yaitu:

·   Osevasi

·   Wawancara

·   Angket

·   Pengumpulan data skunder

·   Pengumpulan data melalui penginderaan jauh

1.1. Penentuan cara mengolah dan menganalisis data.

2. Jenis-jenis Design Penelitian

Pengelompokkan design penelitian yang menyeluruh belum dapat dibuat

dewasa ini, karena masing-masing ahli mengelompokkan jenis design penelitian

sesuai dengan kondisi ilmuwan itu sendiri.

Ilmuwan McGrath (1970) mengelompokkan design penelitian menjadi lima,

yaitu:

·  Percobaan dengan control

·   Studi (belajar)

·   Survey (pengamatan)

·    Investigasi (meneliti)

·   Penelitian tindakan

Sedangkan menurut Barnes (1964), design penelitian dibagi menjadi:

·   Studi “ Sebelum – Sesudah” dengan kelompok control

·   Studi “ Sesudah Saja” dengan kelompok control

33

·   Studi “ Sebelum – Sesudah” dengan satu kelompok

·   Studi “ Sesudah Saja” tanpa control

·   Percobaan ex post facto

Shah (1972) mencoba membagi design penelitian menjadi enam jenis, yaitu:

·   Design untuk penelitian yang ada control

·   Design untuk studi deskriptif dan analitis

·   Design untuk studi lapangan

·   Design untuk studi dengan dimensi waktu

·   Design untuk studi evaluatif - nonevaluatif

·   Design dengan menggunakan data primer atau data sekunder

Design penelitian memiliki beragam jenis dilihat dari berbagai perspektif, antara

lain:

2.1 Desain penelitian dilihat dari perumusan masalahnya;

·   Penelitian eksploratif

·   Penelitian uji hipotesis

2.2 Desain penelitian berdasarkan metode pengumpulan data;

·  Penelitian pengamatan

·   Penelitian Survai

2.3 Desain penelitian dilihat dari pengendalian variabel-variabel oleh peneliti ;

·   Penelitian eksperimental

·   Penelitian ex post facto

2.4 Desain penelitian menurut tujuannya;

·  Penelitian deskriptif

·   Penelitian komparatif

·   Penelitian asosiatif

2.5 Desain penelitian menurut dimensi waktunya;

·   Penelitian Time Series

·   Penelitian Cross Section

2.6 Desain Penelitian dilihat dari lingkungan studi dapat dikelompokkan;

·   Studi dan Eksperimen Lapangan

·   Ekspreimen Laboratorium

3. Design Dalam Merencanakan Penelitian

34

Dalam memecahkan masalah, design dimulai dengan mengadakan penyelidikan

dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui. Dari

penyelidikan itu, akan terjawab bagaimana hipotesis dirumuskan dan diuji

dengan data yang diperoleh untuk memcahkan suatu masalah. Dari sini pula

dapat dicari beberapa petunjuk tentang design yang akan dibuat untuk penelitian

yang akan dikembangkan.

4. Design Pelaksanaan Penelitian

     Design pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan atau

pengamatan serta memilih pengukuran,-pengukuran variabel, memilih prosedur

dan teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data kemudian

membuat coding dan editing, serta memproses data yang telah dikumpulkan.

Suchman (1967) telah membagi design dalam pelaksanaan penelitian, yaitu :

Design sampel

Design alat (instrument)

Design administrasi

Design analisis

Studi Analitik

1. Penelitian Cohort

Adalah membandingkan kelompok yang terpapar dari kelompok yang tidak

terpapar dalam timbulnya efek/penyakit akibat faktor risiko.

Penelitian kohort adalah sebuah penelitian yang bersifat longitudinal dengan

mengikuti proses perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan waktu.

Penelitian prosfektif ini dimaksudkan untuk menemukan insiden penyakit pada

kelompok yang tertpajan oleh faktor risiko maupun pada kelompok yang tidak

terpajan, kemudian insiden penyakit pada kedua kelompok tersebut secara

statisitik dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan sebab

akibat antara pajanan dan penyakit yang diteliti.

Penelitian kohort ini mengikuti paradigm dari sebab dan akibat, secara garis

besar proses perjalanan penelitian prosfektif sebagai berikut:

Pada awal penelitian, kelompok terpajan maupun kelompok tidak terpajan

belum menampakkan gejala penyakit yang diteliti.

35

Kedua kelompok diikuti kedepan berdasarkan sekuensi waktu

(prospektif).

Dilakukan penganmatan untuk mencari insiden penyakit (efek) dan pada

kedua.

Insiden penyakit pada kedua kelompok dibandingkan dengan

menggunakan perhitungan statistic untuk menguji hipotesis tentang

hubungan sebab akibat antara pajanna dan insiden penyakit (efek).

Macam-macam penelitian Kohort:

Penelitian Satu Kohort

Penelitian ini bersifat diskriptif karena pada awalnya peneliti tidak

terdapat kelompok terpajan dan kelompok tidak terpajan sebagai control.

Setelah dilakukan pengamatan diketahui bahwa kohort tersebut terdapat

kelompok individu yang akan terpajan oleh faktor risiko dan kelompok

tersebut sebagian akan menderita penyakit akibat pajanan dan sebagian

tidak.

Penelitian Dua Kohort

Sejak awal penelitinya telah dipisahkan menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok terpajan oleh risiko timbulnya penyakit tertentu dan kelompok

lain yang tidak terpajan oleh faktor risiko dan kemudian proses alamiah

kedua kelompok tersebut diikuti untuk menentukan insiden penyakit yang

dimaksud kemudian dianalisis.

Tujuan penelitian kohort adalah untuk

·  Memfollow up kelompok subyek.

·   Menentukan adanya dampak yang timbul dari perlakuan penelitian

·   Untuk menetapkan beban paparan, variabel paparan diukur dengan metoda

wawancara atau observasi pada suatu periode waktu tertentu

·   Menetapkan risiko akibat paparan terhadap insiden outcome spesifik pada

mereka yang mendapat maupun yang tidak mendapat paparan

·   Membandingkan kelompok yang terpapar dari kelompok yang tidak

terpapar dalam timbulnya efek/penyakit akibat faktor risiko.

Kelebihan penelitian Kohort adalah:

1. Studi kohor merupakan desain yang terbaik dalam menetukan insidensi

dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.

2.  Dapat dipakai untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi antara faktor risiko

36

dan penyakit.

3.  Memberikan keterangan yang lengkap mengenai faktor risiko yang

dialami oleh individu dan riwayat alamiah perjalanan penyakit.

4.  Dapat sangat mereduksi bias informasi. Tidak akan terjadi masalah

recall atau memori.

5. Masalah etika lebih sedikit dibandingkan studi eksperimental.

6.  Dapat dipakai langsung untuk mengukur incidence rate dari penyakit dan

risiko relatif dari faktor risiko yang sedang diteliti.

7.  Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang yang bukan ahli

epidemiologi.

8.  Karena pengamatan dilakukan secara kontinudan longitudinal, maka studi

kohor memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah

kesehatan yang semakin meningkat.

Kekurangan penelitian kohort adalah:

1.  Memerlukan ukuran sampel yang besar, terutama untuk jenis penyakit

yang sedikit dijumpai di masyarakat.

2.  Memerlukan waktu follow up yang cukup lama.untuk itu perlu dijumpai

penyakit-penyakit yang masa inkubasi singkat.

3.  Biaya yang diperlukan selama studi cukupbesar dan mahal.

4.  Follow up kadang-kadang sulit dilakukan dan loss of follow up dapat

mempengaruhi hasil penelitian.

5.  Studi kohort sering kali rumit. Untuk menghindarinya pilihlah populasi

yang stabil, dan tidak berpindah-pindah tampat.

6. Kurang efisien dari segi waktu maupun biaya untuk meneliti kasus yang

jarang terjadi.

7.  Terancam terjadinya drop out atau terjadinya perubahan intensitas paparan

atau faktor risiko yang dapat mengganggu analisis.

2. Penelitian Kasus Kontrol

37

Adalah mempelajari sekelompok individu yang sakit / mengalami masalah

kesehatan (kasus) dengan yang tidak sakit atau tidak mengalami masalah

kesehatan (kontrol).

Kasus Kontrol /case control adalah studi analitik yang menganalisis hubungan

kausal dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit

(outcome) terlebih dahulu kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor

risiko). Riwayat paparan dalam penelitian ini dapat diketahui dari register

medis atau berdasarkan wawancara dari responden penelitian. Kelemahan dari

studi ini adalah ketika responden penelitian sulit mengingat kembali riwayat

paparan yang dialami terutama jika paparan sudah dilewati selama bertahun-

tahun, sehingga dalam penelitian kasus control sangat rawan recall bias,

disamping bias seleksi. Namu kelebihan dari studi ini yaitu waktu penelitian

relative singkat, murah dan cocok untuk meneliti penyakit langka dan

memiliki periode laten yang panjang.

Tujuan penelitian case control adalah untuk

·   Menentukan perbedaan kelompok menurut riwayat paparan atau

karakteristik individu untuk menetapkan status faktor risiko.

·      Dibandingkan apakah ada perbedaan proporsi mengenai terpapar terhadap

faktor risiko.

Kelebihan penelitian case control adalah:

1.  Kasus biasanya tersedia dan mudah didapatkan. Karena itu penelitian ini

cocok untuk penyakit yang jarang atau untuk mempelajari perihal klinik.

2.    Dapat dilakukan dengan cepat dan murah dan dapat dilakukan di tempat

fasilitas klinik.

3.    Hasil penelitian sudah menunjang ke arah dukungan hipotesis kausal

dengan menegakkan adanya asosiasi.

4.    Data historis biasanya tersedia pada catatan medisk pasien sehingga

memungkinkan memakai data sekunder.

5.    Jumlah subjek lebih kecil dibanding kebutuhan sampel untuk

penelitian cross-sectional dan kohor.

38

Kelemahan penelitian case control adalah:

1. Peka terhadap recall bias, karena informasi mengenai peristiwa-peristiwa

yang lalu tergantung padamemori (daya ingat) subjek.

2.    Data yang diperoleh secara sekunder, dari rumah sakit sering tidak

lengkap atau tidak dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan.

3.    Kriteria diagnosis yang dipakai antar petugas kesehatan sehingga terjadi

perbedaan dalam haasil diagnosis kasus maupun control.

4.    Kasus yang diperoleh adalah kasus yang selamat (selective survivor)

karena tidak bisa menemukan kasus yang telah meninggal. Dengan

demikian kasus yang diperoleh mungkin tidak representative.

5.    Kasus yang diperoleh di rumah sakit mungkin tidak representatif dari

populasi sakit.

3. Penelitian Cross Sectional

Penelitian cross sectional merupakan rancangan studi epidemiologi yang

mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status

penyakit dan paparan secara bersamaan pada individu-individu dengan

populasi tunggal pada suatu saat atau periode.

Tujuan:

• Untuk mengetahui masalah kesehatan masyarakat di suatu wilayah

• Untuk mengetahui prevalensi penyakit tertentu di suatu daerah

• Untuk memperkirakan adanya hubungan sebab akibat bila penyakit itu

mengalami perubahan yang jelas dan tetap

• Untuk memperoleh hipotesis spesifik yang akan diuji melalui penelitian

analitis

Kelebihan penelitian cross sectional:

• Studi observasional / non eksperimental

• Desain relatif mudah murah, hasil cepat diperoleh

• Memiliki satu kelebihan pokok, yaitu bahwa studi didasarkan pada sampel

populasi utama yang ada (alami) dan tidak bergantung pada individu yang

mengajukan diri untuk mendapatkan perlakuan medis

• Dapat meneliti banyak variabel sekaligus

• Jarang terancam drop out

39

• Dapat dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya

• Tidak mengalami hambatan etik

• Bila variabel lebih dari 1, data dapat dikumpulkan secara bersamaan

• Agar dapat menggambarkan karakter populasi dengan akurat, maka subjek

pada studi Cross Sectional harus diambil dengan prosedur pengambilan

sampel sedemikian rupa (acak) sehingga diperoleh sampel yang

representatif /mewakili populasi sasaran

Kekurangan penelitian cross sectional:

• Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data faktor resiko

dan efek diambil bersamaan

• Dibutuhkan jumlah subyek yang banyak, terutama bila variabel yang

dipelajari banyak

• Tidak dapat dijelaskan, mana yang lebih dulu, exposure atau disease

• Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi, maupun prognosis

• Mungkin terjadi bias prevalensi

• Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang

• Kesimpulan korelasi antara faktor resiko dan efek paling lemah.

VIII. KESIMPULAN

dr Achmad menemukan angka kematian bayi yang tinggi dan prevalensi BBLR yang

tinggi sehingga mengadakan penelitian hubungan antara kurang gizi semasa kehamilan

dan BBLR dengan menggunakan studi kohort prospektif, dari hasil penelitian

didapatkan ada hubungan antara BBLR dengan gizi kurang pada ibu hamil dengan

batas kepercayaan 95%.

40

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, dkk. 2012. Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Fk Unpad. 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. 2002. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sabri Luknis dan Sutanto Priyo Hastono. 1999. Modul (MA 2600) Biostatistik dan Statistik

Kesehatan. Jakarta: Jurusan Kependudukan dan Biostatistik FKM UI.

Sastroasmoro, Sudigdo. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV.

Sagung Seto.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiarto, dkk. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

41

Tjekyan, Suryadi. 2015. Pengantar Epidemiologi. Palembang: Unsri Pres.

42