laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

72
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok ke sembilan belas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang memaparkan kasus mengenai anak laki-laki yang mengalami gangguan perkembangan karena cerebral palsy 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial. FKUMP 2011 Page 1

description

Bram, laki-laki, usia 8 bulan mengalami gangguan perkembangan motorik kasar, motorik halus, sosialisasi dan kemandirian, serta bahasa dan bicara akibat cerebral palsy quadriplegia tipe spastic + microcephali + KEP et cause asfiksia neonatorum.

Transcript of laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

Page 1: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok ke sembilan belas

pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C

yang memaparkan kasus mengenai anak laki-laki yang mengalami

gangguan perkembangan karena cerebral palsy

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini,

yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari

system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan

metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

FKUMP 2011 Page 1

Page 2: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DATA TUTORIAL

Tutor : dr. Asmarani Makmun, M. Kes

Moderator : Ira Maulani

Sekretaris Meja : Umi Chusnul Chotimah

Sekretaris Papan : Irvandra Afren

Waktu : Selasa, 1 Juli 2014

Kamis, 3 Juli 2014

Rule tutorial : 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam

2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman

3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat

4. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk

ruangan

2.2 SKENARIO KASUS

Bram, laki-laki, usia 8 bulan, dibawa ke RSMP karena belum tengkurap.

Bram baru bisa memiring-miringkan badannya pada usia 6 bulan. Sampai saat ini

belum bisa makan bubur, sehingga masih diberi susu formula. Bram juga belum

bisa makan biscuit sendiri. Bram belum bisa mengoceh dan meraih benda.

Bram adalah anak kelima dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan dengan

bidan pada kehamilan 37 minggu dengan berat badan waktu lahir 2.400 gram.

Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera

setelah lahir bayi menangis, skor Apgar 1 menit 6, menit kelima 8. Dirawat di RS

selama 10 hari karena susah bernapas.

Pemeriksaan fisik:

Berat badan 6 kg, panjang badan 68 cm, lingkar kepala 40 cm

FKUMP 2011 Page 2

Page 3: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau

melihat tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh katika

dipanggil namanya dengan keras. Tidak terdapat gerakan yang tidak

terkontrol.

Pada posisi ditengkurapkan dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa

detik. Reflex Moro dan reflex menggenggam masih ditemukan. Kekuatan kedua

lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex

tendo meningkat, refelks Babinsky (+). Tidak ada kelainan anatomi pada kedua

tungkai dan kaki

2.3 SEVEN JUMP STEP

2.3.1 KLARIFIKASI ISTILAH

1 Belum Tengkurap : Salah satu gangguan perkembangan bayi

(motorik kasar)

2 Susu formula : Susu yang dibuat dari susu sapi atau kedelai

yang komposisinya disesuaikan mendekati

komposisi ASI

3 Reflex moro : Fleksi paha dan lutut bayi jarijari ruang

membuka lebar disertai kedua lengan

direntangkan kemudian ditarik kedalam.

Ditimbulkan oleh rangsangan tiba-tiba.

Reflex normal

4 Reflex babinski : Dorsofleksi ibu jari kaki pada perangsangan

telapak kaki, merupakan reflex normal pada

bayi

5 dismorfik : Gangguan pada bentuk dan struktur

organism, organ, atau bagian tertentu

(dorlan 685)

6 Reflex tendo : Reflex yang ditimbulkan oleh ketukan

tajam pada tendon atau otot ditempat yang

tepat untuk meregangkan otot tersebut

FKUMP 2011 Page 3

Page 4: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

sesaat yang kemudian diikuti oleh kontraksi

otot tersebut. (Dorland 926)

7 Tungkai : Keseluruhan ekstremitas bawah (paha-

telapak kaki)

8 Reflex

menggenggam

: Palmar graf reflex. Gerakan jari-jari tangan

mencengkram benda-benda yang

disentuhkan ke bayi.

9 Memiringkan badan : Usaha untuk membalikkan badan

(merotasi)

10 mengoceh : Berkata yang bukan-bukan atau meracau

11 Meraih benda : Kemampuan bayi untuk menggapai suatu

benda, merupakan indicator motorik halus

pada bayi

12 Apgar Score : Angka yang menunjukkan kondisi bayi

baru lahir berdasarkan HR, RR, tonus otot,

iritabilitas, reflex dan warna kulit. (Dorland

967)

13 Kontak mata : Pandangan mata yang menuju ke lawan

bicara

2.3.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bram, laki-laki, usia 8 bulan, dibawa ke RSMP karena belum

tengkurap. Bram baru bisa memiring-miringkan badannya pada usia 6

bulan.

2. Bram sampai saat ini belum bisa makan bubur, sehingga masih diberi

susu formula. Bram juga belum bisa makan biscuit sendiri. Bram

belum bisa mengoceh dan meraih benda.

3. Bram adalah anak kelima dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan dengan

bidan pada kehamilan 37 minggu dengan berat badan waktu lahir

2.400 gram. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa

kehamilan ke bidan 3 kali.

FKUMP 2011 Page 4

Page 5: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

4. Segera setelah lahir bayi menangis, skor Apgar 1 menit 6, menit

kelima 8. Dirawat di RS selama 10 hari karena susah bernapas.

5. Pemeriksaan fisik:

Berat badan 6 kg, panjang badan 68 cm, lingkar kepala 40 cm

Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau

melihat tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh

katika dipanggil namanya dengan keras. Tidak terdapat gerakan

yang tidak terkontrol.

6. Pada posisi ditengkurapkan dapat mengangkat dan menahan kepala

beberapa detik. Reflex Moro dan reflex menggenggam masih

ditemukan. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai

kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendo meningkat, refelks

Babinsky (+). Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki

2.3.3 ANALISIS MASALAH

1. Bram, laki-laki, usia 8 bulan, dibawa ke RSMP karena belum

tengkurap. Bram baru bisa memiring-miringkan badannya pada

usia 6 bulan.

a. Bagaimana proses perkembangan bayi usia 6-8 bulan?

(motorik kasar)

Jawab:

Milestone perkembangan motorik kasar usia 6-8 bulan adalah

Usia 3-6 bulan

1. Berbalik dari telungkup ke terlentang

2. Mengangkat kepala setinggi 90o

3. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil

Usia 6-9 bulan

1. Duduk sendiri (dalam sikap bersila)

2. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat

badan

3. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang

FKUMP 2011 Page 5

Page 6: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 30)

b. Apa saja yang mempengaruhi proses perkembangan bayi

(motorik)?

Jawab:

Secara umum terdapat dua factor utama yang berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anak, yaitu:

1. Factor genetic

2. Factor lingkungan

Factor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi:

a. Factor lingkungan prenatal

b. Factor lingkungan perinatal

c. Factor lingkungan pascanatal

Lingkungan biofisikopsikososial pada masa pascanatal

yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum

dapat digolongkan menjadi:

1. Factor biologis

(ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan

kesehatan, kerentanan terhadap penyakit, kondisi

kesehatan kronis, fungsi metabolism, dan hormone)

2. Factor lingkungan fisik

(cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah,

sanitasi, keadaan rumah, radiasi)

3. Factor psikososial

(stimulasi, motivasi belajar, ganjaran ataupun hukuman

yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan

kasih saying, kualitas interaksi anak-orangtua)

4. Factor keluarga dan adat istiadat

(pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan

ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga,

stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, pola

pengasuhan, adat istiadat, norma, tabu, agama,

urbanisasi, kehidupan politik)

FKUMP 2011 Page 6

Page 7: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

5. Factor kepribadian

Anak yang penakut, takut jatuh.

6. Retardasi mental

Sebagian besar anak dengan retardasi mental

mengalami keterbatasan gerak motorik.

7. Kelainan tonus otot

Anak dengan serebral palsi, sering terjadiketerbatasan

perkembangan motorik akibat dari spastisitas, athetosis,

ataksia, atau hipotonia. Kelemahan tendon dan kelainan

pada sumsum tulang belakang (gross spinal defects),

juga sering disertai dengan keterlambatan motorik.

8. Obesitas

Walaupun obesitas dapat mengakibatkan gangguan

perkembangan motorik, tetapi tidak semua anak

obesitas mengalami keterlambatan motorik.

9. Penyakit neuromuscular

Padaanak yang menderita penyakit Duchenne muscular

dystrophy sering terlambat berjalan

10. Buta

Anak yang buta sering terlambat berjalan, kemungkinan

akibat dari tidak diberikan kesempatan untuk belajar.

(Soetjiningsih, 2013: 61-68)

c. Apa gangguan perkembangan yang terjadi pada kasus?

Jawab:

Bram mengalami gangguan perkembangan motorik kasar

d. Apa saja dampak gangguan perkembangan?

Jawab:

Gangguan psikologis

Gangguan kognitif

FKUMP 2011 Page 7

Page 8: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

e. Apa makna pada usia 8 bulan belum bisa tengkurap dan baru

bisa memiringkan badan pada usia 6 bulan?

Jawab:

Maknanya terjadi perlambatan perkembangan motorik kasar.

(Sugitha Adnyana IGAN, 2013)

Hal ini terjadi karena kerusakan sel otak dan perlambatan proses

meilinisasi.

Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi oksigen ke otak

menurun hipoksia serebri iskemik serebri Reactive

oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis serebri

kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll) perlambatan proses

mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di area presentralis

(korteks motorik)) perlambatan maturasi area motorik dan

gangguan implus di area motorik perkembangan respon

postural melambat perlambatan motorik kasar perlambatan

tengkurap dan memiring-miringkan badan. (Hendy dan

Soetjiningsih, 2013)

2. Bram sampai saat ini belum bisa makan bubur, sehingga masih

diberi susu formula. Bram juga belum bisa makan biscuit sendiri.

Bram belum bisa mengoceh dan meraih benda.

a. Apa makna Bram belum bisa makan bubur, makan biscuit,

mengoceh dan meraih benda?

Jawab:

Belum bisa makan bubur dan mengoceh gangguan

oromotorik. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Belum bisa makan biscuit sendiri, dan meraih benda

gangguan motorik halus. (Sugitha Adnyana IGAN, 2013)

Mengoceh gangguan bahasa. (Soetjiningsih, 2013)

Belum bisa makan bubur dan mengoceh, terjadi akibat

kekakuan oromotor.

FKUMP 2011 Page 8

Page 9: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi oksigen ke

otak menurun hipoksia serebri iskemik serebri

Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis

serebri kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll)

perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di

area presentralis (korteks motorik), dan traktus piramidalis)

hilangnya inhibisi sentral desendens (tractus piramidalis →

tractus kortikonuklearis (cabang tractus piramidalis yang

bercabang di otak tengah menuju nuclei nervi kranialis

motorik) → nervus kranialis motorik (N. trigeminus devisi

mandibularis, N. glossopharyngeus, N. hypoglosus)) pada sel-

sel fusimotor (neuron motor ɤ) yang mempersarafi spindel otot

pengunyah, menelan dan lidah hipersensitivitas spindel otot

hiperaktif kontraksi otot kekakuan otot-otot pengunyah,

m. stylopharyngeus (membantu menelan) dan otot-otot lidah

disfungsi oromotor gangguan menelan dan gangguan bicara

belum bisa makan bubur dan belum bisa mengoceh.

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)

(Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin,

1999)

Belum bisa makan biscuit sendiri (ia belum bisa memegang

makanan tersebut sendiri) dan belum bisa meraih benda, terjadi

akibat kerusakan sel otak dan perlambatan proses meilinisasi

serta kekakuan pada otot tangan.

Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi oksigen ke

otak menurun hipoksia serebri iskemik serebri

Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis

serebri kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll)

perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di

area presentralis (korteks motorik)) perlambatan maturasi

area motorik dan gangguan implus di area motorik

FKUMP 2011 Page 9

Page 10: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

perkembangan respon postural melambat perlambatan

motorik halus belum bisa makan biscuit sendiri dan belum

bisa meraih benda

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)

Akibat kekakuan otot ekstemitas superior gerakan

ekstremitas terbatas belum bisa makan biscuit sendiri dan

belum bisa meraih benda.

(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)

b. Bagaimana perkembangan anak usia 6-8 bulan? (motorik

halus, bahasa (oromotor) dan komunikasi?

Jawab:

Milestone perkembangan motorik halus usia 6-8 bulan

Usia 3-6 bulan

1. Menggenggam pensil

2. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya

3. Memegang tangannya sendiri

Usia 6-9 bulan

1. Memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya

2. Memungut dua benda, masing-masing tangan memegang satu

benda pada saat yang bersamaan

3. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup

(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 33)

Milestone perkembangan bahasa anak usia 6-8 bulan

Usia 6 bulan

1. Mulai mengenal kata-kata “da da, papa, mama” (bahasa

reseptif)

2. Protes vocal, seperti berteriak (bahasa ekspresif)

FKUMP 2011 Page 10

Page 11: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Usia 7 bulan

1. Bereaksi terhadap kata-kata naik, kemari, da da (bahasa

reseptif)

2. Mulai mengeluarkan suara mirip kata-kata kacau (bahasa

ekspresif)

Usia 8 bulan

1. Menghentikan aktivitas bila namanya dipanggil (bahasa

reseptif)

2. Menirukan rangkaian suara (bahasa ekspresif)

(Soetjiningsih, 2013: 53)

Milestone perkembangan personal-sosial bayi usia 6-8 bulan

Usia 3-6 bulan

1. Lebih menyukai ibu

2. Kedekatan (attachment) bayi orangtua

3. Tersenyum spontan

4. Suka tertawa keras

5. Dapat menunjukkan rasa tidak senang jika kontak social

diputus

6. Menyukai cermin

7. Gembira pada saat melihat makanan

8. Berceloteh

Bayi usia 6-9 bulan

1. Reaksi terhadap suara ibu yang dibuat berbeda

2. Menyukai ibu

3. Menunjukkan rasa malu dan cemas pada orang yang tidak

dikenal

4. Dekat pada orang dewasa yang sudah dikenal

5. Menangis bila ayah ibunya pergi

FKUMP 2011 Page 11

Page 12: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

6. Tidur nyenyak rutin mulai umur 6 bulan

7. Bermain tepuk tangan/ciluk-ba

8. Mengambil sesuatu dan dibawa ke mulut

9. Makan kue sendiri

10. Senang bercermin

(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 47)

c. Apa saja gangguan perkembangan yang terjadi pada masalah

itu?

Jawab:

Gangguan perkembangan yang terjadi pada penderita adalah

gangguan perkembangan motorik halus, perkembangan bahasa,

perkembangan personal-sosial dan perkembangan kognitif.

d. Apa saja factor penyebab gangguan proses perkembangan

motorik halus, bahasa dan komunikasi?

Jawab:

Gangguan motorik halus sering disebabkan (menyertai)

retardasi mental dan serebral palsi.

Gangguan perkembangan bahasa :

Factor genetic, gangguan pendengaran, intelegensi rendah,

kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang

terlambat, factor keluarga, kembar, psikosis, gangguan

lateralisasi, masalah yang berhubungan dengan disleksia dan

afasia.

Gangguan bicara dapat disebabkan oleh bibir sumbing, atau

sumbing palatum, maloklusi, adenoid, dan serebral palsi

e. Apa makanan tambahan yang dapat diberikan pada bayi usia

6-8 bulan?

Jawab:

6-7 bulan ASI Saat dibutuhkan

FKUMP 2011 Page 12

Page 13: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

1. Buah lunak/sari buah

2. Bubu: bubur

havermout/bubur tepung

beras

1-2 kali sehari

7-9 bulan ASI Saat dibutuhkan

1. Buah-buahan

2. Hati ayam atau kacang-

kacangan

3. Beras merah atau ubi

4. Sayuran (wortwl, bayam

5. Minyak/santan/advokad

3-4 kali sehari

f. Apa saja indikasi pemberian susu formula?

Jawab:

Indikasi medis :

a) Bayi yang hanya dapat menerima susu dengan formula khusus

b) Bayi yang membutuhkan makanan lain selain ASI dengan

jangka waktu terbatas

c) Kondisi medis ibu yang tidak dapat memberikan ASI eksklusif

karena harus mendapatkan pengobatan sesuai dengan standar

pelayanan medis

d) Kondisi medis ibu dengan HbsAg(+) dalam hal bayi belum

diberikan vaksinasi hepatitis yang pasif dan aktif dalam 12 jam

(peraturan menteri kesehatan republic indonesia nomor 39

tahun 2013)

g. Apa akibat Bram belum bisa makan bubur dan masih diberi

susu formula pada usia 8 bulan?

Jawab:

FKUMP 2011 Page 13

Page 14: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Belum bisa makan bubur intake inadekuat MEP/KEP

gangguan perkembangan otak retardasi mental dan mikrosefali.

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

h. Bagaimana indikasi MPASI?

Jawab:

Indikasi MPASI

1. Kemampuan bayi menegakkan kepala

2. Bayi menunjukkan keinginan untuk makan

3. Refeks menjulurkan lidah hilang

i. Apa saja instrument penilaian perkembangan yang dapat

digunakan ?

Jawab:

Instrument skrining dan diagnosis yang tepat digunakan pada usia

dibawah satu tahun adalah

1. Tes psikomotorik

a. Uzgiris-Hunt Ordinal Scale

Fungsinya: menaksis stadium sensorimotor menurut Pieget

b. Gesell infant Scale dan Catell Infant Scale

Fungsinya: terutama menaksir perkembangan motorik pada

tahun pertama dengan beberapa perkembangan social dan

bahasa

c. Bayley Infant Scale Of Development

Fungsi: menaksir perkembangan motorik dan social

d. Denver Development Screening Test (DDST), direvisi

menjadi Denver II

Fungsi: digunakan untuk menaksir perkembangan personal

social, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak

mulai umur 1 bulan sampai 6 tahun.

e. Yale Revised Development Test

FKUMP 2011 Page 14

Page 15: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Fungsinya: menaksir perkembangan motorik kasar, motorik

halus, adaptif, perilaku social, dan bahasa.

f. Diagnosis perkembangan fungsi Munchen tahun pertama

Fungsi: menaksir perkembangan umur merangkak, duduk,

berjalan, memegang, persepsi, berbicara, pengertian bahasa

dan sosialisasi.

2. Tes Perilaku Adaptif

Vineland Adaptive Behavior Scale

Fungsi: wawancara orangtua/pengasuh anak dalam hal

komunikasi, kehidupan sehari-hari, social, dan untuk anak yang

lebih muda ditanyakan juga perkembangan motoriknya.

(Soetjiningsih, 2013: 179-181)

3. Bram adalah anak kelima dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan

dengan bidan pada kehamilan 37 minggu dengan berat badan

waktu lahir 2.400 gram. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan

periksa kehamilan ke bidan 3 kali.

a. Bagaimana interpretasi riwayat kehamilan dan BBL?

Jawab:

Hamil 37 minggu bayi aterm

BB 2400 BBLR

ANC 3 kali ANC kurang lengkap karena seharusnya

minimal dari pemeriksaan ANC adalah 4 kali.

b. Bagaimana hubungan status kehamilan dan kelahiran dengan

kebutuhan utama?

Jawab:

Ibu: multiparitas, dan usia > 35 tahun faktor risiko terjadi

BBLR dan asfiksia neonatorum faktor risiko terjadi Respiratory

Distress Syndrome (RDS) etiologi Cerebral Palsy (CP). (Hendy

dan Soetjiningsih, 2013)

FKUMP 2011 Page 15

Page 16: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Multipara & usia ibu > 35 tahun fungsi dari faal tubuh menurun

dan aliran darah uteroplasenta mulai tergannggu + berisiko timbul

penyulit kehamilan, anemia, kurang gizi dalam kehamilan

metabolisme dan pematangan organ janin terganggu BBLR dan

asfiksia neonatorum semakin berkurang produksi surfaktan dan

pematangan paru Respiratory Distress Syndrome (RDS)

perfusi Oksigen ke otak menurun hipoksia serebri iskemik

serebri Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species,

nekrosis serebri kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll)

perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di

area presentralis (korteks motorik)) dan traktus piramidalis)

hilangnya inhibisi sentral desendens pada sel-sel fusimotor (neuron

motor ɤ) yang mempersarafi spindel otot dan perlambatan maturasi

area motorik serta gangguan implus di area motorik Spastisitas

dan perlambatan perkembangan respon postural gangguan

perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan bahasa, dll

Cerebral Palsy (CP)

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)

(Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin, 1999)

(Kosim Sholeh, dkk, 2009)

c. Apa dampak melakukan ANC hanya 3 kali selama kehamilan?

Jawab:

ANC minimal dilakukan 4 kali apabila ANC tidak lengkap saat

kehamilan dapat menyebabkan penyulit kehamilan tidak terdeteksi

dini dan tidak dapat dikontrol sehingga dapat menimbulkan

gangguan pada janin

4. Segera setelah lahir bayi menangis, skor Apgar 1 menit 6, menit

kelima 8. Dirawat di RS selama 10 hari karena susah bernapas.

a. Bagaimana interpretasi keadaan bayi baru lahir?

Jawab:

FKUMP 2011 Page 16

Page 17: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Keadaan bayi Normal interpretasi

setelah lahir bayi

menangis

normal Normal, tidak ada

sumbatan saluran

napas

skor Apgar 1 menit 6,

menit kelima 8

Normalnya 8-10 Asfiksia ringan

Dirawat di RS selama

10 hari karena susah

bernapas

Tidak ada asfiksia Abnormal, asfiksia

neonatorum

b. Bagaimana hubungan skor Apgar dan dirawat 10 hari diRS

dengan kondisinya sekarang?

Jawab:

Skor APGAR 1 menit 6, menit kelima 8 Asfiksia

neonatorum

Dirawat di RS selama 10 hari karena susah bernapas

Respiratory Distress Syndrome (RDS)

Asfiksia neonatorum dan Respiratory Distress Syndrome (RDS)

etiologi Cerebral Palsy (CP)

Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi Oksigen ke otak

menurun hipoksia serebri iskemik serebri Reactive

oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis serebri

kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll) perlambatan proses

mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di area presentralis

(korteks motorik)) dan traktus piramidalis) hilangnya inhibisi

sentral desendens pada sel-sel fusimotor (neuron motor ɤ) yang

mempersarafi spindel otot dan perlambatan maturasi area motorik

serta gangguan implus di area motorik Spastisitas dan

perlambatan perkembangan respon postural gangguan

perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan bahasa, dll

Cerebral Palsy (CP)

FKUMP 2011 Page 17

Page 18: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)

(Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin, 1999)

c. Apa dampak gangguan napas dirawat 10 hari di RS dengan

pertumbuhan dan perkembangan?

Jawab:

1. Hipoksia, bila berlangsung lama dapat mengakibatkan

gangguan pada organ vital seperti otak, paru, jantng dan ginjal

2. Asidosis metabolic (hipoglikemis, hipotermia)

3. Problem hematologic misalnya: anemia, polisitemia

(Kosim, M. Sholeh, 2009: 127)

Akibat dari salah satu komplikasi tersebut dapat menimbulkan

kerusakan permanen otak sehingga akan menyebabkan

gangguan perkembangan neurologis yang akan berujung

mengalami gangguan tumbuh kembang anak.

Dalam buku Nelson juga menyatakan bahwa Asfiksia lahir

merupakan penyebab CP yang tidak lazim. (Nelson, 2000: 2085)

d. Apa saja penyebab gangguan pernapasan pada neonatus?

Jawab:

1. Obstruksi jalan napas (obstruksi koanae, edema nasalis,

makroglosi, struma congenital, hemangioma)

2. Gangguan pada trachea (trakheomalasia, stenosis trachea)

3. Penyebab pulmonal (aspirasi mekonium, RDS, ateleksis, TTN,

kelainan congenital, pneumonia)

4. Penyebab non pulmonal (gagal jantung kongesif, depresi

neonatal, syok, hipotermia, bayi dari ibu dengan DM)

(Kosim, M. Sholeh, 2009: 130-131)

e. Bagaimana cara pemeriksaan Apgar Score?

Jawab:

FKUMP 2011 Page 18

Page 19: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita

asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (Heart

rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone),

warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to

stimuli) yaitu dengan memasukkam kateter ke lubang hidung

setelah jalan nafas dibersihkan (Prawirohardjo : 2002).

Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasil penilaian tersebut

dapat diketahui apakah bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-

10), asfiksia ringan (nilai apgar 4-6), asfiksia berat (nilai apgar 0-3)

(Prawirohardjo : 2002).

5. Pemeriksaan fisik:

Berat badan 6 kg, panjang badan 68 cm, lingkar kepala 40 cm

Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata

baik, mau melihat tapi tidak mau tersenyum kepada

pemeriksa. Menoleh katika dipanggil namanya dengan keras.

Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol.

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?

Jawab:

BB 6 kg sangat kurus

PB 68 cm normal

Garfik WHO

FKUMP 2011 Page 19

Page 20: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

BB/U = < -3 interpretasi: sangat kurus

PB/U =persentil 0 – (-2) interpretasi : Normal

Grafik CDC

Lingkar kepala:< persentil 5 interpretasi mikrosepali

LK 40 cm mikrocephali

Tidak ada gambaran dismorfik normal

Anak sadar normal

kontak mata baik normal

mau melihat tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa

gangguan social dan kemandirian

Menoleh katika dipanggil namanya dengan keras gangguan

auditori

Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol normal

6. Pada posisi ditengkurapkan dapat mengangkat dan menahan

kepala beberapa detik. Reflex Moro dan reflex menggenggam

masih ditemukan. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan

dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendo

meningkat, refelks Babinsky (+). Tidak ada kelainan anatomi

pada kedua tungkai dan kaki

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan khusus

(perkembangan)?

Jawab:

Hasil

Pemeriksa

an Fisik

Keadaan Normal Interpretasi Pemeriksaan

Fisik

Pada

posisi

tengkurap

dapat

mengangk

at dan

Normalnya keadaan

tersebut sudah

terjadi pada usia 3-6

bulan. Pada usia 8

bulan sudah dapat

duduk sendiri,

Adanya gangguan atau

keterlambatan

perkembangan motorik

kasar

FKUMP 2011 Page 20

Page 21: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

menahan

kepala

beberapa

detik

belajar berdiri, dan

merangkak meraih

mainan atau

mendekati orang

menyingkirkan adanya

muscular dystrophy

(lumpuh generalisata)

Reflex

moro dan

menggeng

gam

masih

ditemukan

Reflex moro dan

Refleks

menggenggam

dijumpai sejak lahir

dan menghilang

setelah bayi berusia

lebih dari 6 bulan

Menunjukkan adanya

gangguan atau kerusakan

pada SSP (korteks motorik,

tractus piramidalis, nervus

kranialis, dll) dan gangguan

proses mielinisasi.

Biasanya dijumpai pada

penderita cerebral palsy

Kekuatan

kedua

lengan

dan

tungkai 3

3 = dapat

menggerakkan

anggota gerak untuk

menahan berat,

tetapi tidak dapat

menggerakkan

anggota badan untuk

melawan tahanan

pemeriksa

Menunjukkan adanya

kelemahan otot pada

keempat ekstremitas

quadriplegia

menunjukkan gejala jenis

CP yang terjadi yaitu CP

quadriplegia tipe spastic

Lengan

dan

tungkai

kaku dan

susah

untuk

ditekuk

Lengan dan tungkai

tidak susah ditekuk

Terjadinya spastisitas

(hipertonia) pada otot-otot

ekstremitas

menunjukkan adanya lesi di

Upper Motor Neuron

(UMN)

Menunjukkan gejala spastic

sentral jenis CP yang

terjadi yaitu CP

quadriplegia tipe spastic

FKUMP 2011 Page 21

Page 22: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Refleks

tendon

meningkat

Refleks tendon tidak

meningkat

Terjadinya Hiperreflexia

menunjukkan adanya lesi di

Upper Motor Neuron

(UMN)

Menunjukkan gejala spastic

sentral jenis CP yang

terjadi yaitu CP

quadriplegia tipe spastic

Releks

Babinsky

(+)

Refleks Babinsky

normal timbul pada

bayi sampai usia 18

bulan dan

menghilang setelah

usia 18 bulan.

Bila masih ada pada

umur 2-2,5 tahun

menunjukkan

adanya lesi

piramidal

Normal, tetapi pada kasus

ini telah tejadi kerusakan

atau lesi pada piramidal

sehingga mungkin

timbulnya refleks babinsky

pada kasus ini semakin

nyata, maka refleks

babinsky pada kasus ini

dapat berarti patologis

akibat kerusakan

piramidalis (lesi UMN) .

Tidak ada

kelainan

anatomi

pada

kedua

tungkai

dan kaki

Tidak ada kelainan

anatomi pada kedua

tungkai dan kaki

Normal

Belum terjadi kontraktur

sendi

Menghilangkan DD adanya

gangguan otot dan tulang

(Sugitha Adnyana IGAN, 2013)

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)

b. Bagaimana cara pemeriksaan reflex moro?

FKUMP 2011 Page 22

Page 23: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Jawab:

Refleks moro timbul akibat dari rangsangan yang mendadak.

Caranya: bayi dibaringkan terlentang, kemudian diposisikan

setengah duduk dan disanggah oleh kedua telapak tangan

pemeriksa, secara tiba-tiba tapi hati-hati kepala bayi dijatuhkan 30-

45 (merubah posisi badan anak secara mendadak)

Refleks moro juga dapat ditimbulkan denngan menimbulkan suara

keras secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi

secara mendadak.

Refleks moro positif bila terjadi abduksi-ekstensi ke keempat

ekstremitas dan pengembangan jari-jari, kecuali pada falang

distaljari telunjuk dan ibu jari yang dalam keadaan fleksi. Gerakan

itu segeri diikuti oleh adduksi-fleksi ke empat ekstremitas.

Refleks moro menghilang setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan.

c. Bagaimana cara pemeriksaan reflex menggenggam?

Jawab:

Bayi ditidurkan dalam posisi supinasi, kepala menghadap kedepan

dan tangan dalam keadaan setengah fleksi. Dengan menggunakan

jari telunjuk pemeriksa menyentuh sisi luar tangan menuju bagian

tengah telapak tangan secara cepat dan hati-hati sambil menekan

FKUMP 2011 Page 23

Page 24: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

permukaan telapak tangan. Positif apabila didapatkan fleksi seluruh

jari (menggenggam jari pemeriksa)

(Darto Saharso.2005. Pemeriksaan Neurologis Pada Bayi dan

Anak)

d. Bagaimana cara pemeriksaan reflex tendon?

Jawab:

Memeriksa reflek kedalaman tendon

Reflek fisiologis

a. Reflek bisep:

Posisi: dilakukan dengan pasien duduk, dengan

membiarkan lengan untuk beristirahat di pangkuan

pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90

derajat di siku.

Identifikasi tendon:minta pasien memflexikan di siku

sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa

antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali

tebal.

Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan

pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah

diketuk pada sendi siku.

Respon : fleksi lengan pada sendi siku

b. Reflek trisep :

Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan

Perlahan tarik lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga

membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan bawah

harus menjuntai ke bawah langsung di siku

Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan

fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi

Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku

c. Reflek brachiradialis

FKUMP 2011 Page 24

Page 25: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah

harus beristirahat longgar di pangkuan pasien.

Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon

melintasi (sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari

sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. posisi

lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.

Respons: flexi pada lengan bawah, supinasi pada siku

dan tangan

d. Reflek patella

posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau

berbaring terlentang

Cara : ketukan pada tendon patella

Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi

m.quadrisep femoris

e. Reflek achiles

Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja

ujian. Atau dengan berbaring terlentang dengan posisi

kaki melintasi diatas kaki di atas yang lain atau

mengatur kaki dalam posisi tipe katak.

Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.

Cara : ketukan hammer pada tendon achilles

Respon: plantar fleksi kaki krena kontraksi

m.gastroenemius. (Faqih Ruhyanudin. 2011)

e. Bagaimana cara pemeriksaan reflex babinski?

Jawab:

Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki

diluruskan.

Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar

kaki tetap pada tempatnya.

Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior

ke anterior

FKUMP 2011 Page 25

Page 26: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Respon: posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari

kaki dan pengembangan jari kaki lainnya. (Faqih Ruhyanudin.

2011)

f. Apa hubungan social budaya dengan kasus ini? (bedong)

Jawab:

Penggunaan bedong

1. Mitos: supaya kaki bayi lurus

2. Fakta: tidak ada hubungan sama sekali

3. Dampak: gangguan perkembangan motorik pada tungkai

Penggunaan Gurita:

1. Mitos: supaya perut kencang, supaya hangat dan untuk

melindungi pusat

2. Fakta: untuk menahan tali pusat yang masih basah

3. Dampak: tidak ada dampak yang signifikan

7. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?

Jawab:

Terdapat kriteria untuk menegakkan diagnosis CP, yaitu dengan

membagi kelainan motorik atas 6 katagori:

1. Posture and movement pattern.

2. Oral motor pattern.

3. Strabismus.

4. Tone of muscle.

5. Evaluation of postural reactions and landmarks.

6. Reflexes Deep tendon, infantile and plantar.

Menurut Levine disimpulkan bahwa:

Diagnosis CP dapat ditegakkan, jika minimum terdapat 4 abnormalitas

dari 6 katagori di atas. Dengan kriteria diatas dapat dibedakan apakah

ini CP atau bukan. Apabila terdapat hanya 1 katagori kelainan motorik

FKUMP 2011 Page 26

Page 27: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

diatas, bukan suatu diagnostik, hanya kecurigaan CP. (sumber:

soetjiningsih 2014)

8. Apa saja WD pada kasus ini?

Jawab:

CP tipe

spastic

CP tipe

diskinetic

CP tipe

ataxic

kasus

Jenis kelamin Lk>Pr Lk>Pr Lk>Pr Lk

Motorik kasar

(tengkurap)

Terlamba

t dan

statis

Terlamba

t dan

statis

Terlam

bat dan

statis

Usia 8

bulan

belum bisa

Anak pertama >>>

62,5%

>>>

62,5%

>>>

62,5%

Anak

kelima

Usia Ibu >40th >40th >40th 36 tahun

Persalinan spontan 87,5% 87,5% 87,5% +

Usia kehamilan 75%

aterm/pre

term

75%

aterm/pre

term

75%

aterm/p

reterm

Aterm

ANC FR FR FR ANC 3

kali

Tidak langsung

menangis

>>+ >>+ >>+ Langsung

menangis

Apgar Score Asfiksia

berat

Asfiksia

berat

Asfiksi

a berat

Asfiksia

ringan

BBL BBLR BBLR BBLR BBLR

Motorik halus (makan

biscuit sendiri, meraih

benda,

terlambat terlambat terlamb

at

+

Bicara dan bahasa Resiko

bertamba

h pada

quadriple

Biasa

terjadi

karena

otot

normal Belum

bisa

mengoceh

FKUMP 2011 Page 27

Page 28: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

gis orofaring

terkena

BB >>

malnutris

i

>>

malnutris

i

>>

malnutr

isi

KEP

Oromotor tergangg

u

tergangg

u

tergang

gu

+

mikrocephali +pada

Quadripl

egia

Jarang

karena

kognitifn

ya jarang

kena

+ +

Gerak yang tidak

terkontrol

_ + _ _

Reflex primitive

(Moro, menggenggam,

tendon meningkat

+ + + +

Kekuatan kedua

lengan dan tungkai

menurun menurun menuru

n

Kekuatan

3

(menurun)

Lengan dan tungkai

kaku dan susah untuk

ditekuk

+ _ _ +

9. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ini?

Jawab:

Untuk mendiagnosis CP disamping berdasarkan anamnesis yang teliti,

gejala–gejala klinis, juga diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya.

(Soetjiningsih, 1995) Berikut adalah beberapa tes yang digunakan

untuk

mendiagnosis CP:

FKUMP 2011 Page 28

Page 29: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

1. Elektroensefalogram (EEG)

EEG dapat dilakukan dari usia bayi sampai dewasa. Merupakan

salah satu pemeriksaan penting pada pasien dengan kelainan susunan

saraf pusat. Alat ini bekerja dengan prinsip mencatat aktivitas elektrik

di dalam otak, terutama pada bagian korteks (lapisan luar otak yang

tebal). Dengan pemeriksaan ini, aktifitas sel-sel saraf otak di korteks

yang fungsinya untuk kegiatan sehari-hari, seperti tidur, istirahat dan

lain-lain, dapat direkam. Pada infeksi susunan saraf pusat seperti

meningitis, ensefalitis, pemeriksaan EEG perlu dilakukan untuk

melihat kemungkinan, misalnya terjadi kejang yang tersembunyi atau

adanya bagian otak yang terganggu. (Anonim, 2004)

2. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)

Alat ini sangat berguna untuk membuktikan dugaan adanya

kerusakan pada otot atau syaraf. NCV digunakan terlebih dahulu

sebelum EMG, dan digunakan untuk mengukur kecepatan saat dimana

saraf–saraf mentransmisikan sinyal. Selama pemeriksaan NCV,

elektroda ditempelkan pada kulit yang dilalui syaraf yang spesifik

untuk suatu otot atau sekelompok otot. Prinsip kerja NCV adalah

memberikan stimulus elektrik yang dihantarkan melalui elektrode,

kemudian respon dari otot dideteksi, diolah dan ditampilkan. Kekuatan

dari sinyal yang diberikan juga dihitung. Kondisi neurologis dapat

menyebabkan NCV melambat atau menjadi lebih lambat pada salah

satu sisi tubuh. EMG mengukur impulse dari saraf dalam otot.

Elektrode kecil diletakkan dalam otot pada lengan dan kaki dan respon

elektronik diamati dengan menggunakan suatu alat yang menampilkan

gerakan suatu arus listrik (oscilloscope). Alat ini mendeteksi

bagaimana otot bekerja.

3. Tes Laboratorium

a. Analisis kromosom

FKUMP 2011 Page 29

Page 30: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Analisis kromosom dapat menunjukkan identifikasi suatu

anomali genetik (contohnya Down’s Syndrome) ketika anomali

tersebut muncul pada sistem organ.

b. Tes fungsi tiroid

Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang

rendah yang dapat menyebabkan beberapa cacat bawaan dan retardasi

mental berat.

c. Tes kadar ammonia dalam darah

Kadar ammonia yang tinggi di dalam darah (hyperammonemia)

bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat (seperti otak dan sumsum

tulang belakang). Defisiensi beberapa enzim menyebabkan kerusakan

asam amino yang menimbulkan hyperammonemia. Hal ini dapat

disebabkan oleh kerusakan liver atau kelainan metabolisme bawaan.

4. Imaging test

Tes gambar sangat membantu dalam mendiagnosa

hidrosefalus, abnormalitas struktural dan tumor. Informasi yang

diberikan dapat membantu dokter memeriksa prognosis jangka

panjang seorang anak.

a. Magnetic Resonance Imaging atau MRI

MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk

menciptakan gambar dari struktur internal otak. Studi ini dilakukan

pada anak–anak yang lebih tua. MRI dapat mendefinisikan

abnormalitas dari white matter dan korteks motorik lebih jelas

daripada metode–metode lainnya.

b. CT scan

Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi

komputer, menghasilkan suatu gambar yang memperlihatkan setiap

FKUMP 2011 Page 30

Page 31: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

bagian tubuh secara terinci termasuk tulang, otot, lemak dan organ-

organ tubuh. Suatu computed tomography scan dapat menunjukkan

malformasi bawaan, hemorrhage dan PVL pada bayi.

c. Ultrasound

Ultrasound menggunakan echo dari gelombang suara yang

dipantulkan ke dalam tubuh untuk membentuk suatu gambar yang

disebut sonogram. Alat ini seringkali digunakan pada bayi sebelum

tulang tengkorak mengalami pengerasan dan menutup untuk

mendeteksi kista dan struktur otak yang abnormal. (Anonim, 2004).

d. Tes BERA

10. Apa WD pada kasus ini?

Jawab:

Cerebral palsy quadriplegia tipe spastic + microcephali + KEP

11. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini?

Jawab:

Insidensi dari cerebral palsy sebanyak 2 kasus per 1000 kelahiran

hidup, dimana 5 dari 1000 anak memperlihatkan defisit motorik yang

sesuai dengan cerebral palsy. Lima puluh persen kasus termasuk

ringan dan 10% termasuk kasus berat. Yang dimaksud ringan adalah

penderita dapat mengurus dirinya sendiri dan yang tergolong berat

adalah penderita yang membutuhkan pelayanan khusus. Dua puluh

lima persen memiliki intelegensia (IQ) rata-rata normal sementara 30%

kasus menunjukan IQ dibawah 70. Tiga puluh lima persen disertai

kejang dan 50% menunjukan gangguan bicara. Laki-laki lebih banyak

dari perempuan (1,4 : 1,0), dengan rata-rata 70 % ada pada tipe spastik,

15% tipe atetotik, 5% ataksia, dan sisanya campuran (Utomo, AHP.

2013).

Berdasarkan penelusuran rekam medis di Poliklinik Rawat Jalan

Neurologi SMF Kesehatan Anak RSF dalam kurun waktu 1 Januari

FKUMP 2011 Page 31

Page 32: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

2008 sampai 31 Desember 2010, didapatkan 191 pasien palsi serebral

spastic. Rerata usia saat diagnosis palsi serebral spastik ditegakkan

27,8 bulan dengan rentang usia 7-60 bulan. Didapatkan subjek laki-

laki dan perempuan dengan perbandingan 1:1,1. Berdasarkan riwayat

kelahiran didapatkan kelahiran spontan pada 160 subjek (83,8%), usia

gestasi cukup bulan pada 151 subjek (79,1%) dan berat lahir normal

didapatkan pada 147 subjek (77%). (Alinda Rubiati Wibowo & Deddy

Ria Saputra. 2012)

12. Apa saja etiologi pada kasus ini?

Jawab:

Palsi serebral atau lumpuh otak disebabkan oleh banyak faktor yang

terjadi pada masa perkembangan otak baik pranatal, natal dan pasca

natal. Penyebab dari gangguan tersebut antara lain:

Etiologi dari Cerebral palsy dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu

prenatal, perinatal, dan pascanatal.

1. Prenatal

Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan

pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan

penyakit inklusi sitomegalik. Kelainan yang menonjol biasanya

gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoksia dalam

kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi

maternal, atau tali pusat yang abnormal), terkena radiasi sinar-

X dan keracunan kehamilan dapat menimbulkan cerebral

palsy.

Gangguan kromoson atau zat teratogenik yang terjadi pada 8

minggu pertama kehamilan yang mengganggu embriogenesis

dan mengakibatkan malformasi organ yang berat.

Zat teratogenik yang mengganggu sesudah trimeter I kehamilan

akan mempengaruhi maturasi otak.

2. Perinatal

a. Anoksia

FKUMP 2011 Page 32

Page 33: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah

brain injury. Keadaan inillah yang menyebabkan terjadinya

anoksia. Hal ini terdapat pada kedaan presentasi bayi abnormal,

disproporsi sefalo-pelvis, partus lama, plasenta previa, infeksi

plasenta, partus menggunakan bantuan instrument tertentu dan

lahir dengan secsio caesaria .

b. Perdarahan otak

Perdarahan ortak dan anoksia dapat terjadi bersama-sama,

sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang

mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan

peredaran darah hingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat

terjadi di ruang subarachnoid akan menyebabkan

pennyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus.

Perdarahan spatium subdural dapat menekan korteks serebri

sehingga timbul kelumpuhan spastis .

c. Prematuritas

Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita

perdarahan otak yang lebih banyak dari pada bayi cukup bulan,

karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah dan

lain-lain masih belum sempurna .

d. Ikterus

Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan

jaringan otak yang permanen akibat masuknya bilirubin ke

ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas

golongan darah.

e. Meningitis Purulenta

Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak

tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa

Cerebral palsy.

f. Hipoksik iskemik dapat menyebabkan kelainan mikro anatomi

sekunder akibat migrasi neural crest dari neuron. Bila terjadi

FKUMP 2011 Page 33

Page 34: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

pada masa perinatal akan mengakibatkan iskemi atau

perdarahan otak yang kemudian mengakibatkan infark otak.

3. Pascanatal

Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu

perkembangan dapat menyebabkan cerbral palsy antara lain :

a) Trauma kapitis dan luka parut pada otak pasca-operasi.

b) Infeksi misalnya meningitis bakterial, abses

serebri,tromboplebitis,ensefalomielitis.

c) Kern icterus. Seperti kasus pada gejala sekuele neurogik dari

eritroblastosis fetal atau defisiensi enzim hati. (Utomo, AHP.

2013).

d) Pada masa pascanatal penyebabnya adalah infeksi,

meningoensefalitis, trauma kepala, toksin dan lainnya. Oleh

berbagai sebab di atas bila yang terkena korteks motorik akan

timbul kelainan yang disebut palsi serebral suatu kelainan yang

ditandai dengan lambatnya perkembangan motorik, kelainan

sikap tubuh atau gerakan, dan tonus otot. (Oka Lely AA &

Soetjiningsih. 2000)

13. Apa saja manifestasi klinis pada kasus ini?

Jawab:

Kelainan lain yang menyertai gangguan motorik pada palsi serebral

adalah tuli frekuensi tinggi, gangguan penglihatan (antara lain

strabismus) maupun disleksia, kemunduran intelektual, agnosia,

disfagia dan disartria. Khususnya kemunduran intelegensi (kompetensi

kognitif ) dapat terjadi primer mungkin akibat kerusakan otak yang

juga menimbulkan palsi serebral ataupun sekunder akibat gangguan

motorik dan kadang sensorik yang terjadi pada palsi serebral. Beberapa

anak palsi serebral tak menunjukkan gangguan motorik yang mencolok

tetapi terbukti mengalami gangguan belajar dengan kesulitan pada

bidang menulis dan membaca. (Oka Lely AA & Soetjiningsih. 2000)

FKUMP 2011 Page 34

Page 35: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Gangguan motorik berupa kelainan fungsi dan lokalisasi serta kelainan

bukan motorik yang menyulitkan gambaran klinis CP. Kelainan fungsi

motorik terdiri dari : (Anonim, 2002)

1. Spastisitas

Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan

klonus dan refleks Babinski yang positif. Tonus otot yang

meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam

keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada

suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan

kecemderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi,

fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan pronasi, serta jari–

jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang di telapak

tangan. Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan

lutut, kaki dalam fleksi plantar dan telapak kaki berputar ke dalam.

Tonic neck reflex dan refleks neonatal menghilang pada waktunya.

Kerusakan biasanya terletak di traktus kortikospinalis. Golongan

spastisitas ini meliputi ⅔ – ¾ penderita CP. Bentuk kelumpuhan

spastisitas tergantung pada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:

- Monoplegia / monoparesis : kelumpuhan pada keempat

anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari

yang lainnya.

- Hemiplegia / hemiparesis : kelumpuhan lengan dan tungkai di

pihak / belahan tubuh yang sama

- Diplegia / diparesis : kelumpuhan pada keempat anggota gerak,

tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan

- Tetraplegia / tetraparesis : kelumpuhan pada keempat anggota

gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan

dengan tungkai.

2. Tonus otot yang berubah

Bayi pada golongan ini pada bulan pertama kehidupannya tampak

flasid dan berbaring seperti kodok terlentang, sehingga tampak

FKUMP 2011 Page 35

Page 36: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang usia 1 tahun

terjadi perubahan tonus otot dari yang rendah hingga tinggi. Bila

dibiarkan berbaring akan tampak flasid dan seperti kodok

terlentang, tetapi apabila dirangsang atau mulai diperiksa tonus

ototnya berubah menjadi spastis.

3. Koreoatetosis

Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan

yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6

bulan pertama tampak bayi flasid, tetapi setelah itu barulah muncul

kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya

perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan

ataksia. Kerusakan terletak di ganglia basal dan disebabkan oleh

asfiksia berat atau kernikterus pada masa neonatus. Golongan ini

meliputi 5 – 15 % dari kasus CP.

4. Ataksia

Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini

biasanya flasid dan menunjukkan perkembangan motorik yang

terlambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar

duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan

canggung dan kaku. Kerusakan terletak di serebelum. Terdapat

kira–kira 5 % dari kasus CP.

5. Gangguan pendengaran

Terdapat pada 5 – 10 % anak dengan CP. Gangguan berupa

kelainan neurologen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit

menangkap kata–kata. Terdapat pada golongan koreoatetosis.

6. Gangguan bicara

Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental.

Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah

FKUMP 2011 Page 36

Page 37: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

menyebabkan sukar mengontrol otot–otot tersebut sehingga anak

sulit membentuk kata–kata dan sering tampak anak berliur.

7. Gangguan penglihatan

Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan

kelainan refraksi. Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi

katarak. Hampir 25 % penderita CP menderita kelainan mata

14. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini? (edukasi ibu)

Jawab:

Penderita Cerebral palsy mempunyai banyak kelainan sesuai

dengan lesi yang terjadi di otak, bersama-sama dengan gangguan

motorik. Dengan kondisi tersebut penanganan penderita CP

memerlukan kerjasama yang baik dan merupakan satu tim yang terdiri

atas dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli

ortopedi, fisioterapis, okupasional terapis, dokter gigi dan ahli gizi.

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Tujuan utama terapi adalah meminimalisasi kecacatan dan

meningkatkan kemampuan untuk beraktifitas mandiri, fungsi sosial

dan intelektual. Tujuan pengobatan bukan membuat anak menjadi

seperti anak normal lainnya, tetapi mengembangkan sisa kemampuan

yang ada pada anak tersebut seooptimal mungkin, sehingga diharapkan

anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan atau dengan

sedikit bantuan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Dalam menangani penderita CP, harus memperhatikan berbagai

aspek dan diperlukan kerjasama multidisiplin seperti disiplin anak,

saraf, mata, THT, bedah ortopedi, bedah saraf, psikologi, rehabilitasi

medis, ahli wicara, pekerja social, guru sekolah luar biasa. Disamping

itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat. (Hendy

dan Soetjiningsih, 2013)

Prinsip manajemen :

a. Komunikasi-Informasi-Edukasi

FKUMP 2011 Page 37

Page 38: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

b. Terapi nutrisi

c. Stimulasi

d. Fisioterapi

e. Farmakologi

f. Operatif (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

1. Aspek medis

a. Aspek medis umum:

1. Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi

penderita ini. Karena sering terdapat kelainan pada gigi,

kesulitan menelan, sukar untuk menyatakan keinginan

untuk makan. Pencatatan rutin perkembangan BB anak

perlu dilaksanakan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Nutrisi diberikan per oral dalam bentuk yang tidak perlu

diproses mekanik. Untuk rentang usia 1-3 tahun,

Kebutuhan energy 100 kkal/kgBB/hari, kebutuhan protein 2

gr/hari. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

2. Hal-hal lain yang sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti

imunisasi, perawatan kesehatan, dan lain-lain. (Hendy dan

Soetjiningsih, 2013)

3. Konstipasi sering terjadi pada anak CP. Dekubitus terjadi

pada anak-anak yang tidak sering berpindah-pindah posisi.

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

b. Terapi dengan obat-obatan

Sesuai kebutuhan anak (tergantung gejala), seperti obat-obatan

untuk relaksasi otot (untuk spastisitas bisa diberikan baclofen

dan diazepam; bila gejala berupa rigiditas bisa diberikan

levodopa; Botolinum toxin (Botox) intramuskuler bisa

mengurangi spastisitas untuk 3-6 bulan. Hal ini akan

meningkatkan luas gerak sendi (ROM), menurunkan

deformitas, meningkatkan respon terhadap fisioterapi dan

FKUMP 2011 Page 38

Page 39: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

okupasional terapi dan mengurangi tindakan operasi untuk

spastisitas.), anti kejang, athetosis, ataksia, psikotropik, dan

lain-lain. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

• Baclofen ( golongan skeletal muscle relaxant) cara kerjanya:

analog GABA yang menginhibisi influks Ca ke terminal

presinaptik dan mensupresi neurotransmitter eksitasi.

Dosisnya: 10-15 mg/hari PO dinaikkan 5 mg/hari. Tidak > 60

mg/hari (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

• Diazepam (golongan Benzodiazepine) untuk memicu

relaksasi otot Dosisnya 0,8-0,12 mg/kg PO (Hendy dan

Soetjiningsih, 2013)

• Botox cara kerjanya: memblok asetilkolin di neuromuskular

junction 12 U/kg, max 400U, masing-masing otot kecil

menerima 1-2 U/kg dan otot besar 4-6 U/kg, injeksi (Hendy

dan Soetjiningsih, 2013)

c. Terapi melalui pembedahan ortopedi

Banyak hal yang dapat dibantu dengan tindakan ortopedi,

misalnya tendon yang memendek akibat kekakuan/spastisitas

otot, rasa sakit yang terlalu mengganggu dan lain-lain yang

dengan fisioterapi tidak berhasil. Tujuan dari tindakan bedah

adalah untuk stabilitas, melemahkan otot yang terlalu kuat atau

untuk transfer dari fungsi. Pada beberapa kasus, untuk

membebaskan kontraktur persendian yang semakin memburuk

akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan pembedahan.

Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang

makanan dan untuk mengendalikan refluks gastroesofageal.

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

d. Terapi rehabilitasi meliputi:

1. Fisioterapi

FKUMP 2011 Page 39

Page 40: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

a. Teknik tradisional : latihan luas gerak sendi,

“stretching”, latihan penguatan dan peningkatan daya

tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan pindah,

latihan jalan. Contohnya adalah teknik dari Deaver.

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

b. “Motor function training” dengan menggunakan system

khusus, yang umumnya dikelompokkan sebagai

“neuromuscular facilitation exercise”. Dimana

digunakan pengetahuan neurofisiologi dan

neuropatologi dari refleks didalam latihan, untuk

mencapai suatu postur dan gerak yang dikehendaki.

Secara umum konsep latihan ini berdasarkan prinsip

bahwa dengan beberapa bentuk stimulasi akan

ditimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang

kemudian bila ini dilakukan berulang-ulang akan

berintegrasi ke dalam pola gerak motorik yang

bersangkutan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

Contohnya adalah teknik dari Phelps, Fay-Doman,

Bobath, Brunnstrom, Kabat-Knott-Vos. (Hendy dan

Soetjiningsih, 2013)

2. Okupasional terapi

Terutama untuk latihan melakukan aktivitas sehari-hari,

evaluasi penggunaan alat-alat bantu, latihan keterampilan

tangan dan aktivitas “bimanual”. Latihan “bimanual” ini

dimaksudkan agar menghasilkan pola dominan pada salah

satu sisi hemisfer otak. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

3. Ortotik

Dengan penggunaan bracing, bertujuan untuk mengurangi

beban aksial, stabilisasi serta untuk pencegahan dan koreksi

deformitas. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

4. Terapi wicara

FKUMP 2011 Page 40

Page 41: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Gangguan bicara disini dapat berupa disfonia, disritmia,

disartria, disfasia, dan bentuk campuran. Bertujuan untuk

mengembangkan anak dapat berbahasa secara pasif dan

aktif. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

5. Nightsplinting

Mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang

terjadi selama tidur untuk menambah regangan otot

antagonis yang lemah. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

6. Pemakaian alat bantu

Berupa kruk ketiak, rollator, walker dan kursi roda

manual/listrik. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

II. Aspek non medis

a. Pendidikan

Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai

kecacatan mental, maka pada umumnya pendidikannya

memerlukan pendidikan khusus (SLB D). (Hendy dan

Soetjiningsih, 2013)

b. Pekerjaan

Tujuan yang ideal dari suatu usaha rehabilitasi adalah agar

penderita dapat bekerja secara produktif, sehingga dapat

berpenghasilan untuk membiayai hidupnya. Mengingat

kecacatannya, sering kali tujuan tersebut sulit dicapai. Tetapi

meskipun dari segi ekonomis tidak menguntungkan, pemberian

kesempatan kerja tetap diperlukan, agar dapat menimbulkan

harga diri bagi penderita yang bersangkutan. (Hendy dan

Soetjiningsih, 2013)

c. Problem social

Bila terdapat masalah social, diperlukan pekerja social untuk

membantu menyelesaikannya. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

d. Lain-lain

FKUMP 2011 Page 41

Page 42: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Hal-hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian dan aktifitas-

aktifitas kemasyarakatan perlu juga dilaksanakan oleh

penderita ini. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)

15. Apa komplikasi pada kasus ini?

Jawab:

a. Control neurologis abnormal

b. Sensasi dan persepsi abnormal

c. Gangguan gastrointestinal (missal:muntah, konstipasi, atau

obstruksi usus)

d. Abnormalitas pendengaran dan penglihatan

e. Fungsi oral-motor terganggu

f. Massa tulang berkurang signifikan pada dewasa dan anak-anak

yang tidak dirawat

g. Kesehatan mental

h. Kejang

i. Kontraktur dan spastisitas

j. Inkontinensia urin

k. Retardasi mental

l. Masalah pendengaran

m. Malnutrisi

n. Gagal tumbuh

o. Isolasi social

p. Osteoporosis

q. Dysphagia (Hendy & Soetjiningsih, 2013: hal 541-542)

16. Bagaimana prognosis pada kasus ini?

Jawab:

Quo Ad fungsionam : malam

Quo Ad Vitam : bonam

17. Bagaimana KDU pada kasus ini?

Jawab:

FKUMP 2011 Page 42

Page 43: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

KDU 2

18. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini?

Jawab:

Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan

kepada setiap orangtua,anak juga buah hati,anak juga cahaya

mata,tumpuan harapan serta kebanggaan keluarga.Anak adalah

generasi mendatang yang mewarnai masa kini dan diharapkan dapat

membawa kemajuan dimasa mendatang.Anak juga merupakan ujian

bagi setiap orangtua sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah

al-Anfal ayat 28 yang berbunyi :

Artinya :”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu

hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala

yang besar.”2 (QS.al-Anfal ayat 28).

Ayat tersebut diatas,menjelaskan salah satu ujian yang

diberikan Allah kepada orang tua adalah anak-anak mereka.Itulah

sebabnya setiap orangtua hendaklah benar-benar bertanggung jawab

terhadap amanah yang diberikan Allah Swt sekaligus menjadi batu

ujian yang harus dijalankan.Jika anak yang di didik mengikuti ajaran

Islam maka orangtua akan memperoleh ganjaran pahala yang besar

dari hasil ketaatan mereka.

FKUMP 2011 Page 43

Page 44: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

II.3.4 KESIMPULAN

Bram, laki-laki, usia 8 bulan mengalami gangguan perkembangan motorik

kasar, motorik halus, sosialisasi dan kemandirian, serta bahasa dan bicara

akibat cerebral palsy quadriplegia tipe spastic + microcephali + KEP et

cause asfiksia neonatorum.

II.3.5 KERANGKA KONSEP

FKUMP 2011 Page 44

Factor risiko

1. Multipara2. Usia Ekstrim3. BBLR4. ANC tidak lengkap

Respiratory distress syndrome

Page 45: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bram, laki-laki, usia 8 bulan mengalami gangguan perkembangan motorik

kasar, motorik halus, sosialisasi dan kemandirian, serta bahasa dan bicara

akibat cerebral palsy quadriplegia tipe spastic + microcephali + KEP et cause

asfiksia neonatorum.

FKUMP 2011 Page 45

Cerebral Palsy Quadriplegia tipe spastic

Gangguan perkembangan

Motorik halus

Belum bisa meraih benda

Gangguan oromotor

Motorik kasar

Belum bisa tengkurap

Belum bisa makan biscuit sendiri

Social-kemandirian

Mau melihat tapi tidak mau tersenyum

Bahasa dan bicara

Belum bisa mengoceh

Page 46: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

DAFTAR PUSTAKA

Alinda Rubiati Wibowo & Deddy Ria Saputra. 2012. Prevalens dan Profil Klinis

pada Anak Palsi Serebral Spastik dengan Epilepsi. Departemen Ilmu

Kesehatan Anak RSUP Fatmawati, Jakarta. Diunduh dari URL:

http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-1-1.pdf. Tanggal 1 juli 2014.

Anonim. 2002. Cerebral Palsy dalam Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Editor

: Rusepno Hasan dan Husein Alatas. Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Cetakan Kesepuluh (2002).

Jakarta : Infomedika. Hal : 884-88.

Faqih Ruhyanudin. 2011. Pemeriksaan Neurologis. Staff UMM. Malang.

Diunduh dari URL: http://faqudin.staff.umm.ac.id. Tanggal 2 juli 2014.

Hendy dan Soetjiningsih. 2013. Palsi Serebral. Dalam: Soethinigsih dan IG.N

Gde Ranuh (Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

FKUMP 2011 Page 46

Page 47: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Kosim, M. sholeh. Gangguan Napas pada Bayi Baru Lahir. Dalam: Kosim, M.

Sholeh, Yunanto, Ari dkk. 2009. Buku Ajar Neonatologi, Ed. 1. Jakarta:

Badan Penerbit IDAI. Hal: 127-131

Kosim Sholeh, dkk (Penyunting). 2009. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan

Dokter Anak Indonesia (IDAI)

Mathias Baaehr dan Michael Frotscher. 2010. Diagnosis Topik Neurologi Duus:

anatomi, fisiologi, tanda, gejala. Ed. 4. Jakarta: EGC

Oka Lely AA & Soetjiningsih. 2000. Aspek Kognitif Dan Psikososial pada Anak

Dengan Palsi Serebral. Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Diunduh dari URL:

http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-2-7.pdf. Tanggal 1 juli 2014.

Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan

Anak Nelson. Vol. 1. Edisi 15. Jakarta: EGC

Soetjiningsih. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang. Dalam:

Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta:

EGC. Hal: 61-68

Soetjiningsih. Instrument Skrining dan Diagnosis Perkembangan Anak. Dalam:

Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta:

EGC. Hal: 179-181

Soetjiningsih, dr. DSAK. 1995. Tumbuh Kembang Anak / oleh Soetjiningsih ;

Editor IG.N. Gde Ranuh. Jakarta : ECG, 223 – 35.

Soetjiningsih. 2013. Perkembangan Bahasa. Dalam: Soethinigsih dan IG.N Gde

Ranuh (Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Soetjiningsih. Perkembangan Bahasa. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013.

Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 53

Sugitha, Adnyana IGAN. Perkembangan Motorik. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh

Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 30-33

FKUMP 2011 Page 47

Page 48: laporan tutorial sekennario c cerebral plasy

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX

Sugitha, Adnyana IGAN. Perkembangan Personal-Sosial. Dalam: Soetjiningsih

& Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal:

47

Sugitha, Adnyana IGAN. Perkembangan kognitif. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh

Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 21

Sugitha Adnyana IGAN. 2013. Perkembangan Motorik. Dalam: Soethinigsih dan

IG.N Gde Ranuh (Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Utomo, AHP. 2013. Cerebral Palsy Tipe Spastic Diplegy Pada Anak Usian Dua

Tahun. Jurnal Medula, 1 (4).

FKUMP 2011 Page 48