laporan tutorial sekennario c cerebral plasy
-
Upload
hendra-erchariri -
Category
Documents
-
view
145 -
download
4
description
Transcript of laporan tutorial sekennario c cerebral plasy
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok ke sembilan belas
pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C
yang memaparkan kasus mengenai anak laki-laki yang mengalami
gangguan perkembangan karena cerebral palsy
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini,
yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
FKUMP 2011 Page 1
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DATA TUTORIAL
Tutor : dr. Asmarani Makmun, M. Kes
Moderator : Ira Maulani
Sekretaris Meja : Umi Chusnul Chotimah
Sekretaris Papan : Irvandra Afren
Waktu : Selasa, 1 Juli 2014
Kamis, 3 Juli 2014
Rule tutorial : 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam
2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman
3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat
4. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk
ruangan
2.2 SKENARIO KASUS
Bram, laki-laki, usia 8 bulan, dibawa ke RSMP karena belum tengkurap.
Bram baru bisa memiring-miringkan badannya pada usia 6 bulan. Sampai saat ini
belum bisa makan bubur, sehingga masih diberi susu formula. Bram juga belum
bisa makan biscuit sendiri. Bram belum bisa mengoceh dan meraih benda.
Bram adalah anak kelima dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan dengan
bidan pada kehamilan 37 minggu dengan berat badan waktu lahir 2.400 gram.
Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera
setelah lahir bayi menangis, skor Apgar 1 menit 6, menit kelima 8. Dirawat di RS
selama 10 hari karena susah bernapas.
Pemeriksaan fisik:
Berat badan 6 kg, panjang badan 68 cm, lingkar kepala 40 cm
FKUMP 2011 Page 2
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau
melihat tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh katika
dipanggil namanya dengan keras. Tidak terdapat gerakan yang tidak
terkontrol.
Pada posisi ditengkurapkan dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa
detik. Reflex Moro dan reflex menggenggam masih ditemukan. Kekuatan kedua
lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex
tendo meningkat, refelks Babinsky (+). Tidak ada kelainan anatomi pada kedua
tungkai dan kaki
2.3 SEVEN JUMP STEP
2.3.1 KLARIFIKASI ISTILAH
1 Belum Tengkurap : Salah satu gangguan perkembangan bayi
(motorik kasar)
2 Susu formula : Susu yang dibuat dari susu sapi atau kedelai
yang komposisinya disesuaikan mendekati
komposisi ASI
3 Reflex moro : Fleksi paha dan lutut bayi jarijari ruang
membuka lebar disertai kedua lengan
direntangkan kemudian ditarik kedalam.
Ditimbulkan oleh rangsangan tiba-tiba.
Reflex normal
4 Reflex babinski : Dorsofleksi ibu jari kaki pada perangsangan
telapak kaki, merupakan reflex normal pada
bayi
5 dismorfik : Gangguan pada bentuk dan struktur
organism, organ, atau bagian tertentu
(dorlan 685)
6 Reflex tendo : Reflex yang ditimbulkan oleh ketukan
tajam pada tendon atau otot ditempat yang
tepat untuk meregangkan otot tersebut
FKUMP 2011 Page 3
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
sesaat yang kemudian diikuti oleh kontraksi
otot tersebut. (Dorland 926)
7 Tungkai : Keseluruhan ekstremitas bawah (paha-
telapak kaki)
8 Reflex
menggenggam
: Palmar graf reflex. Gerakan jari-jari tangan
mencengkram benda-benda yang
disentuhkan ke bayi.
9 Memiringkan badan : Usaha untuk membalikkan badan
(merotasi)
10 mengoceh : Berkata yang bukan-bukan atau meracau
11 Meraih benda : Kemampuan bayi untuk menggapai suatu
benda, merupakan indicator motorik halus
pada bayi
12 Apgar Score : Angka yang menunjukkan kondisi bayi
baru lahir berdasarkan HR, RR, tonus otot,
iritabilitas, reflex dan warna kulit. (Dorland
967)
13 Kontak mata : Pandangan mata yang menuju ke lawan
bicara
2.3.2 IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bram, laki-laki, usia 8 bulan, dibawa ke RSMP karena belum
tengkurap. Bram baru bisa memiring-miringkan badannya pada usia 6
bulan.
2. Bram sampai saat ini belum bisa makan bubur, sehingga masih diberi
susu formula. Bram juga belum bisa makan biscuit sendiri. Bram
belum bisa mengoceh dan meraih benda.
3. Bram adalah anak kelima dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan dengan
bidan pada kehamilan 37 minggu dengan berat badan waktu lahir
2.400 gram. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan periksa
kehamilan ke bidan 3 kali.
FKUMP 2011 Page 4
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
4. Segera setelah lahir bayi menangis, skor Apgar 1 menit 6, menit
kelima 8. Dirawat di RS selama 10 hari karena susah bernapas.
5. Pemeriksaan fisik:
Berat badan 6 kg, panjang badan 68 cm, lingkar kepala 40 cm
Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau
melihat tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh
katika dipanggil namanya dengan keras. Tidak terdapat gerakan
yang tidak terkontrol.
6. Pada posisi ditengkurapkan dapat mengangkat dan menahan kepala
beberapa detik. Reflex Moro dan reflex menggenggam masih
ditemukan. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai
kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendo meningkat, refelks
Babinsky (+). Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki
2.3.3 ANALISIS MASALAH
1. Bram, laki-laki, usia 8 bulan, dibawa ke RSMP karena belum
tengkurap. Bram baru bisa memiring-miringkan badannya pada
usia 6 bulan.
a. Bagaimana proses perkembangan bayi usia 6-8 bulan?
(motorik kasar)
Jawab:
Milestone perkembangan motorik kasar usia 6-8 bulan adalah
Usia 3-6 bulan
1. Berbalik dari telungkup ke terlentang
2. Mengangkat kepala setinggi 90o
3. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
Usia 6-9 bulan
1. Duduk sendiri (dalam sikap bersila)
2. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat
badan
3. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
FKUMP 2011 Page 5
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 30)
b. Apa saja yang mempengaruhi proses perkembangan bayi
(motorik)?
Jawab:
Secara umum terdapat dua factor utama yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, yaitu:
1. Factor genetic
2. Factor lingkungan
Factor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi:
a. Factor lingkungan prenatal
b. Factor lingkungan perinatal
c. Factor lingkungan pascanatal
Lingkungan biofisikopsikososial pada masa pascanatal
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum
dapat digolongkan menjadi:
1. Factor biologis
(ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan
kesehatan, kerentanan terhadap penyakit, kondisi
kesehatan kronis, fungsi metabolism, dan hormone)
2. Factor lingkungan fisik
(cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah,
sanitasi, keadaan rumah, radiasi)
3. Factor psikososial
(stimulasi, motivasi belajar, ganjaran ataupun hukuman
yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan
kasih saying, kualitas interaksi anak-orangtua)
4. Factor keluarga dan adat istiadat
(pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah dan
ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga,
stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, pola
pengasuhan, adat istiadat, norma, tabu, agama,
urbanisasi, kehidupan politik)
FKUMP 2011 Page 6
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
5. Factor kepribadian
Anak yang penakut, takut jatuh.
6. Retardasi mental
Sebagian besar anak dengan retardasi mental
mengalami keterbatasan gerak motorik.
7. Kelainan tonus otot
Anak dengan serebral palsi, sering terjadiketerbatasan
perkembangan motorik akibat dari spastisitas, athetosis,
ataksia, atau hipotonia. Kelemahan tendon dan kelainan
pada sumsum tulang belakang (gross spinal defects),
juga sering disertai dengan keterlambatan motorik.
8. Obesitas
Walaupun obesitas dapat mengakibatkan gangguan
perkembangan motorik, tetapi tidak semua anak
obesitas mengalami keterlambatan motorik.
9. Penyakit neuromuscular
Padaanak yang menderita penyakit Duchenne muscular
dystrophy sering terlambat berjalan
10. Buta
Anak yang buta sering terlambat berjalan, kemungkinan
akibat dari tidak diberikan kesempatan untuk belajar.
(Soetjiningsih, 2013: 61-68)
c. Apa gangguan perkembangan yang terjadi pada kasus?
Jawab:
Bram mengalami gangguan perkembangan motorik kasar
d. Apa saja dampak gangguan perkembangan?
Jawab:
Gangguan psikologis
Gangguan kognitif
FKUMP 2011 Page 7
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
e. Apa makna pada usia 8 bulan belum bisa tengkurap dan baru
bisa memiringkan badan pada usia 6 bulan?
Jawab:
Maknanya terjadi perlambatan perkembangan motorik kasar.
(Sugitha Adnyana IGAN, 2013)
Hal ini terjadi karena kerusakan sel otak dan perlambatan proses
meilinisasi.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi oksigen ke otak
menurun hipoksia serebri iskemik serebri Reactive
oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis serebri
kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll) perlambatan proses
mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di area presentralis
(korteks motorik)) perlambatan maturasi area motorik dan
gangguan implus di area motorik perkembangan respon
postural melambat perlambatan motorik kasar perlambatan
tengkurap dan memiring-miringkan badan. (Hendy dan
Soetjiningsih, 2013)
2. Bram sampai saat ini belum bisa makan bubur, sehingga masih
diberi susu formula. Bram juga belum bisa makan biscuit sendiri.
Bram belum bisa mengoceh dan meraih benda.
a. Apa makna Bram belum bisa makan bubur, makan biscuit,
mengoceh dan meraih benda?
Jawab:
Belum bisa makan bubur dan mengoceh gangguan
oromotorik. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
Belum bisa makan biscuit sendiri, dan meraih benda
gangguan motorik halus. (Sugitha Adnyana IGAN, 2013)
Mengoceh gangguan bahasa. (Soetjiningsih, 2013)
Belum bisa makan bubur dan mengoceh, terjadi akibat
kekakuan oromotor.
FKUMP 2011 Page 8
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi oksigen ke
otak menurun hipoksia serebri iskemik serebri
Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis
serebri kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll)
perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di
area presentralis (korteks motorik), dan traktus piramidalis)
hilangnya inhibisi sentral desendens (tractus piramidalis →
tractus kortikonuklearis (cabang tractus piramidalis yang
bercabang di otak tengah menuju nuclei nervi kranialis
motorik) → nervus kranialis motorik (N. trigeminus devisi
mandibularis, N. glossopharyngeus, N. hypoglosus)) pada sel-
sel fusimotor (neuron motor ɤ) yang mempersarafi spindel otot
pengunyah, menelan dan lidah hipersensitivitas spindel otot
hiperaktif kontraksi otot kekakuan otot-otot pengunyah,
m. stylopharyngeus (membantu menelan) dan otot-otot lidah
disfungsi oromotor gangguan menelan dan gangguan bicara
belum bisa makan bubur dan belum bisa mengoceh.
(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)
(Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin,
1999)
Belum bisa makan biscuit sendiri (ia belum bisa memegang
makanan tersebut sendiri) dan belum bisa meraih benda, terjadi
akibat kerusakan sel otak dan perlambatan proses meilinisasi
serta kekakuan pada otot tangan.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi oksigen ke
otak menurun hipoksia serebri iskemik serebri
Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis
serebri kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll)
perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di
area presentralis (korteks motorik)) perlambatan maturasi
area motorik dan gangguan implus di area motorik
FKUMP 2011 Page 9
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
perkembangan respon postural melambat perlambatan
motorik halus belum bisa makan biscuit sendiri dan belum
bisa meraih benda
(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)
Akibat kekakuan otot ekstemitas superior gerakan
ekstremitas terbatas belum bisa makan biscuit sendiri dan
belum bisa meraih benda.
(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)
b. Bagaimana perkembangan anak usia 6-8 bulan? (motorik
halus, bahasa (oromotor) dan komunikasi?
Jawab:
Milestone perkembangan motorik halus usia 6-8 bulan
Usia 3-6 bulan
1. Menggenggam pensil
2. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
3. Memegang tangannya sendiri
Usia 6-9 bulan
1. Memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya
2. Memungut dua benda, masing-masing tangan memegang satu
benda pada saat yang bersamaan
3. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 33)
Milestone perkembangan bahasa anak usia 6-8 bulan
Usia 6 bulan
1. Mulai mengenal kata-kata “da da, papa, mama” (bahasa
reseptif)
2. Protes vocal, seperti berteriak (bahasa ekspresif)
FKUMP 2011 Page 10
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Usia 7 bulan
1. Bereaksi terhadap kata-kata naik, kemari, da da (bahasa
reseptif)
2. Mulai mengeluarkan suara mirip kata-kata kacau (bahasa
ekspresif)
Usia 8 bulan
1. Menghentikan aktivitas bila namanya dipanggil (bahasa
reseptif)
2. Menirukan rangkaian suara (bahasa ekspresif)
(Soetjiningsih, 2013: 53)
Milestone perkembangan personal-sosial bayi usia 6-8 bulan
Usia 3-6 bulan
1. Lebih menyukai ibu
2. Kedekatan (attachment) bayi orangtua
3. Tersenyum spontan
4. Suka tertawa keras
5. Dapat menunjukkan rasa tidak senang jika kontak social
diputus
6. Menyukai cermin
7. Gembira pada saat melihat makanan
8. Berceloteh
Bayi usia 6-9 bulan
1. Reaksi terhadap suara ibu yang dibuat berbeda
2. Menyukai ibu
3. Menunjukkan rasa malu dan cemas pada orang yang tidak
dikenal
4. Dekat pada orang dewasa yang sudah dikenal
5. Menangis bila ayah ibunya pergi
FKUMP 2011 Page 11
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
6. Tidur nyenyak rutin mulai umur 6 bulan
7. Bermain tepuk tangan/ciluk-ba
8. Mengambil sesuatu dan dibawa ke mulut
9. Makan kue sendiri
10. Senang bercermin
(Sugitha Adnyana Igan, 2013: 47)
c. Apa saja gangguan perkembangan yang terjadi pada masalah
itu?
Jawab:
Gangguan perkembangan yang terjadi pada penderita adalah
gangguan perkembangan motorik halus, perkembangan bahasa,
perkembangan personal-sosial dan perkembangan kognitif.
d. Apa saja factor penyebab gangguan proses perkembangan
motorik halus, bahasa dan komunikasi?
Jawab:
Gangguan motorik halus sering disebabkan (menyertai)
retardasi mental dan serebral palsi.
Gangguan perkembangan bahasa :
Factor genetic, gangguan pendengaran, intelegensi rendah,
kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang
terlambat, factor keluarga, kembar, psikosis, gangguan
lateralisasi, masalah yang berhubungan dengan disleksia dan
afasia.
Gangguan bicara dapat disebabkan oleh bibir sumbing, atau
sumbing palatum, maloklusi, adenoid, dan serebral palsi
e. Apa makanan tambahan yang dapat diberikan pada bayi usia
6-8 bulan?
Jawab:
6-7 bulan ASI Saat dibutuhkan
FKUMP 2011 Page 12
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
1. Buah lunak/sari buah
2. Bubu: bubur
havermout/bubur tepung
beras
1-2 kali sehari
7-9 bulan ASI Saat dibutuhkan
1. Buah-buahan
2. Hati ayam atau kacang-
kacangan
3. Beras merah atau ubi
4. Sayuran (wortwl, bayam
5. Minyak/santan/advokad
3-4 kali sehari
f. Apa saja indikasi pemberian susu formula?
Jawab:
Indikasi medis :
a) Bayi yang hanya dapat menerima susu dengan formula khusus
b) Bayi yang membutuhkan makanan lain selain ASI dengan
jangka waktu terbatas
c) Kondisi medis ibu yang tidak dapat memberikan ASI eksklusif
karena harus mendapatkan pengobatan sesuai dengan standar
pelayanan medis
d) Kondisi medis ibu dengan HbsAg(+) dalam hal bayi belum
diberikan vaksinasi hepatitis yang pasif dan aktif dalam 12 jam
(peraturan menteri kesehatan republic indonesia nomor 39
tahun 2013)
g. Apa akibat Bram belum bisa makan bubur dan masih diberi
susu formula pada usia 8 bulan?
Jawab:
FKUMP 2011 Page 13
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Belum bisa makan bubur intake inadekuat MEP/KEP
gangguan perkembangan otak retardasi mental dan mikrosefali.
(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
h. Bagaimana indikasi MPASI?
Jawab:
Indikasi MPASI
1. Kemampuan bayi menegakkan kepala
2. Bayi menunjukkan keinginan untuk makan
3. Refeks menjulurkan lidah hilang
i. Apa saja instrument penilaian perkembangan yang dapat
digunakan ?
Jawab:
Instrument skrining dan diagnosis yang tepat digunakan pada usia
dibawah satu tahun adalah
1. Tes psikomotorik
a. Uzgiris-Hunt Ordinal Scale
Fungsinya: menaksis stadium sensorimotor menurut Pieget
b. Gesell infant Scale dan Catell Infant Scale
Fungsinya: terutama menaksir perkembangan motorik pada
tahun pertama dengan beberapa perkembangan social dan
bahasa
c. Bayley Infant Scale Of Development
Fungsi: menaksir perkembangan motorik dan social
d. Denver Development Screening Test (DDST), direvisi
menjadi Denver II
Fungsi: digunakan untuk menaksir perkembangan personal
social, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak
mulai umur 1 bulan sampai 6 tahun.
e. Yale Revised Development Test
FKUMP 2011 Page 14
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Fungsinya: menaksir perkembangan motorik kasar, motorik
halus, adaptif, perilaku social, dan bahasa.
f. Diagnosis perkembangan fungsi Munchen tahun pertama
Fungsi: menaksir perkembangan umur merangkak, duduk,
berjalan, memegang, persepsi, berbicara, pengertian bahasa
dan sosialisasi.
2. Tes Perilaku Adaptif
Vineland Adaptive Behavior Scale
Fungsi: wawancara orangtua/pengasuh anak dalam hal
komunikasi, kehidupan sehari-hari, social, dan untuk anak yang
lebih muda ditanyakan juga perkembangan motoriknya.
(Soetjiningsih, 2013: 179-181)
3. Bram adalah anak kelima dari ibu usia 36 tahun. Lahir spontan
dengan bidan pada kehamilan 37 minggu dengan berat badan
waktu lahir 2.400 gram. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan
periksa kehamilan ke bidan 3 kali.
a. Bagaimana interpretasi riwayat kehamilan dan BBL?
Jawab:
Hamil 37 minggu bayi aterm
BB 2400 BBLR
ANC 3 kali ANC kurang lengkap karena seharusnya
minimal dari pemeriksaan ANC adalah 4 kali.
b. Bagaimana hubungan status kehamilan dan kelahiran dengan
kebutuhan utama?
Jawab:
Ibu: multiparitas, dan usia > 35 tahun faktor risiko terjadi
BBLR dan asfiksia neonatorum faktor risiko terjadi Respiratory
Distress Syndrome (RDS) etiologi Cerebral Palsy (CP). (Hendy
dan Soetjiningsih, 2013)
FKUMP 2011 Page 15
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Multipara & usia ibu > 35 tahun fungsi dari faal tubuh menurun
dan aliran darah uteroplasenta mulai tergannggu + berisiko timbul
penyulit kehamilan, anemia, kurang gizi dalam kehamilan
metabolisme dan pematangan organ janin terganggu BBLR dan
asfiksia neonatorum semakin berkurang produksi surfaktan dan
pematangan paru Respiratory Distress Syndrome (RDS)
perfusi Oksigen ke otak menurun hipoksia serebri iskemik
serebri Reactive oxygen species, Reactive nitrogen species,
nekrosis serebri kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll)
perlambatan proses mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di
area presentralis (korteks motorik)) dan traktus piramidalis)
hilangnya inhibisi sentral desendens pada sel-sel fusimotor (neuron
motor ɤ) yang mempersarafi spindel otot dan perlambatan maturasi
area motorik serta gangguan implus di area motorik Spastisitas
dan perlambatan perkembangan respon postural gangguan
perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan bahasa, dll
Cerebral Palsy (CP)
(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)
(Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin, 1999)
(Kosim Sholeh, dkk, 2009)
c. Apa dampak melakukan ANC hanya 3 kali selama kehamilan?
Jawab:
ANC minimal dilakukan 4 kali apabila ANC tidak lengkap saat
kehamilan dapat menyebabkan penyulit kehamilan tidak terdeteksi
dini dan tidak dapat dikontrol sehingga dapat menimbulkan
gangguan pada janin
4. Segera setelah lahir bayi menangis, skor Apgar 1 menit 6, menit
kelima 8. Dirawat di RS selama 10 hari karena susah bernapas.
a. Bagaimana interpretasi keadaan bayi baru lahir?
Jawab:
FKUMP 2011 Page 16
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Keadaan bayi Normal interpretasi
setelah lahir bayi
menangis
normal Normal, tidak ada
sumbatan saluran
napas
skor Apgar 1 menit 6,
menit kelima 8
Normalnya 8-10 Asfiksia ringan
Dirawat di RS selama
10 hari karena susah
bernapas
Tidak ada asfiksia Abnormal, asfiksia
neonatorum
b. Bagaimana hubungan skor Apgar dan dirawat 10 hari diRS
dengan kondisinya sekarang?
Jawab:
Skor APGAR 1 menit 6, menit kelima 8 Asfiksia
neonatorum
Dirawat di RS selama 10 hari karena susah bernapas
Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Asfiksia neonatorum dan Respiratory Distress Syndrome (RDS)
etiologi Cerebral Palsy (CP)
Respiratory Distress Syndrome (RDS) perfusi Oksigen ke otak
menurun hipoksia serebri iskemik serebri Reactive
oxygen species, Reactive nitrogen species, nekrosis serebri
kerusakan sel otak (oligodendrosit, dll) perlambatan proses
mielinisasi dan kerusakan jaringan otak (di area presentralis
(korteks motorik)) dan traktus piramidalis) hilangnya inhibisi
sentral desendens pada sel-sel fusimotor (neuron motor ɤ) yang
mempersarafi spindel otot dan perlambatan maturasi area motorik
serta gangguan implus di area motorik Spastisitas dan
perlambatan perkembangan respon postural gangguan
perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan bahasa, dll
Cerebral Palsy (CP)
FKUMP 2011 Page 17
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)
(Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin, 1999)
c. Apa dampak gangguan napas dirawat 10 hari di RS dengan
pertumbuhan dan perkembangan?
Jawab:
1. Hipoksia, bila berlangsung lama dapat mengakibatkan
gangguan pada organ vital seperti otak, paru, jantng dan ginjal
2. Asidosis metabolic (hipoglikemis, hipotermia)
3. Problem hematologic misalnya: anemia, polisitemia
(Kosim, M. Sholeh, 2009: 127)
Akibat dari salah satu komplikasi tersebut dapat menimbulkan
kerusakan permanen otak sehingga akan menyebabkan
gangguan perkembangan neurologis yang akan berujung
mengalami gangguan tumbuh kembang anak.
Dalam buku Nelson juga menyatakan bahwa Asfiksia lahir
merupakan penyebab CP yang tidak lazim. (Nelson, 2000: 2085)
d. Apa saja penyebab gangguan pernapasan pada neonatus?
Jawab:
1. Obstruksi jalan napas (obstruksi koanae, edema nasalis,
makroglosi, struma congenital, hemangioma)
2. Gangguan pada trachea (trakheomalasia, stenosis trachea)
3. Penyebab pulmonal (aspirasi mekonium, RDS, ateleksis, TTN,
kelainan congenital, pneumonia)
4. Penyebab non pulmonal (gagal jantung kongesif, depresi
neonatal, syok, hipotermia, bayi dari ibu dengan DM)
(Kosim, M. Sholeh, 2009: 130-131)
e. Bagaimana cara pemeriksaan Apgar Score?
Jawab:
FKUMP 2011 Page 18
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita
asfiksia atau tidak. Yang dinilai adalah frekuensi jantung (Heart
rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone),
warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to
stimuli) yaitu dengan memasukkam kateter ke lubang hidung
setelah jalan nafas dibersihkan (Prawirohardjo : 2002).
Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasil penilaian tersebut
dapat diketahui apakah bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-
10), asfiksia ringan (nilai apgar 4-6), asfiksia berat (nilai apgar 0-3)
(Prawirohardjo : 2002).
5. Pemeriksaan fisik:
Berat badan 6 kg, panjang badan 68 cm, lingkar kepala 40 cm
Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata
baik, mau melihat tapi tidak mau tersenyum kepada
pemeriksa. Menoleh katika dipanggil namanya dengan keras.
Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol.
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Jawab:
BB 6 kg sangat kurus
PB 68 cm normal
Garfik WHO
FKUMP 2011 Page 19
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
BB/U = < -3 interpretasi: sangat kurus
PB/U =persentil 0 – (-2) interpretasi : Normal
Grafik CDC
Lingkar kepala:< persentil 5 interpretasi mikrosepali
LK 40 cm mikrocephali
Tidak ada gambaran dismorfik normal
Anak sadar normal
kontak mata baik normal
mau melihat tapi tidak mau tersenyum kepada pemeriksa
gangguan social dan kemandirian
Menoleh katika dipanggil namanya dengan keras gangguan
auditori
Tidak terdapat gerakan yang tidak terkontrol normal
6. Pada posisi ditengkurapkan dapat mengangkat dan menahan
kepala beberapa detik. Reflex Moro dan reflex menggenggam
masih ditemukan. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan
dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendo
meningkat, refelks Babinsky (+). Tidak ada kelainan anatomi
pada kedua tungkai dan kaki
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan khusus
(perkembangan)?
Jawab:
Hasil
Pemeriksa
an Fisik
Keadaan Normal Interpretasi Pemeriksaan
Fisik
Pada
posisi
tengkurap
dapat
mengangk
at dan
Normalnya keadaan
tersebut sudah
terjadi pada usia 3-6
bulan. Pada usia 8
bulan sudah dapat
duduk sendiri,
Adanya gangguan atau
keterlambatan
perkembangan motorik
kasar
FKUMP 2011 Page 20
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
menahan
kepala
beberapa
detik
belajar berdiri, dan
merangkak meraih
mainan atau
mendekati orang
menyingkirkan adanya
muscular dystrophy
(lumpuh generalisata)
Reflex
moro dan
menggeng
gam
masih
ditemukan
Reflex moro dan
Refleks
menggenggam
dijumpai sejak lahir
dan menghilang
setelah bayi berusia
lebih dari 6 bulan
Menunjukkan adanya
gangguan atau kerusakan
pada SSP (korteks motorik,
tractus piramidalis, nervus
kranialis, dll) dan gangguan
proses mielinisasi.
Biasanya dijumpai pada
penderita cerebral palsy
Kekuatan
kedua
lengan
dan
tungkai 3
3 = dapat
menggerakkan
anggota gerak untuk
menahan berat,
tetapi tidak dapat
menggerakkan
anggota badan untuk
melawan tahanan
pemeriksa
Menunjukkan adanya
kelemahan otot pada
keempat ekstremitas
quadriplegia
menunjukkan gejala jenis
CP yang terjadi yaitu CP
quadriplegia tipe spastic
Lengan
dan
tungkai
kaku dan
susah
untuk
ditekuk
Lengan dan tungkai
tidak susah ditekuk
Terjadinya spastisitas
(hipertonia) pada otot-otot
ekstremitas
menunjukkan adanya lesi di
Upper Motor Neuron
(UMN)
Menunjukkan gejala spastic
sentral jenis CP yang
terjadi yaitu CP
quadriplegia tipe spastic
FKUMP 2011 Page 21
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Refleks
tendon
meningkat
Refleks tendon tidak
meningkat
Terjadinya Hiperreflexia
menunjukkan adanya lesi di
Upper Motor Neuron
(UMN)
Menunjukkan gejala spastic
sentral jenis CP yang
terjadi yaitu CP
quadriplegia tipe spastic
Releks
Babinsky
(+)
Refleks Babinsky
normal timbul pada
bayi sampai usia 18
bulan dan
menghilang setelah
usia 18 bulan.
Bila masih ada pada
umur 2-2,5 tahun
menunjukkan
adanya lesi
piramidal
Normal, tetapi pada kasus
ini telah tejadi kerusakan
atau lesi pada piramidal
sehingga mungkin
timbulnya refleks babinsky
pada kasus ini semakin
nyata, maka refleks
babinsky pada kasus ini
dapat berarti patologis
akibat kerusakan
piramidalis (lesi UMN) .
Tidak ada
kelainan
anatomi
pada
kedua
tungkai
dan kaki
Tidak ada kelainan
anatomi pada kedua
tungkai dan kaki
Normal
Belum terjadi kontraktur
sendi
Menghilangkan DD adanya
gangguan otot dan tulang
(Sugitha Adnyana IGAN, 2013)
(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
(Mathias Baaehr dan Michael Frotscher, 2010)
b. Bagaimana cara pemeriksaan reflex moro?
FKUMP 2011 Page 22
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Jawab:
Refleks moro timbul akibat dari rangsangan yang mendadak.
Caranya: bayi dibaringkan terlentang, kemudian diposisikan
setengah duduk dan disanggah oleh kedua telapak tangan
pemeriksa, secara tiba-tiba tapi hati-hati kepala bayi dijatuhkan 30-
45 (merubah posisi badan anak secara mendadak)
Refleks moro juga dapat ditimbulkan denngan menimbulkan suara
keras secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi
secara mendadak.
Refleks moro positif bila terjadi abduksi-ekstensi ke keempat
ekstremitas dan pengembangan jari-jari, kecuali pada falang
distaljari telunjuk dan ibu jari yang dalam keadaan fleksi. Gerakan
itu segeri diikuti oleh adduksi-fleksi ke empat ekstremitas.
Refleks moro menghilang setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan.
c. Bagaimana cara pemeriksaan reflex menggenggam?
Jawab:
Bayi ditidurkan dalam posisi supinasi, kepala menghadap kedepan
dan tangan dalam keadaan setengah fleksi. Dengan menggunakan
jari telunjuk pemeriksa menyentuh sisi luar tangan menuju bagian
tengah telapak tangan secara cepat dan hati-hati sambil menekan
FKUMP 2011 Page 23
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
permukaan telapak tangan. Positif apabila didapatkan fleksi seluruh
jari (menggenggam jari pemeriksa)
(Darto Saharso.2005. Pemeriksaan Neurologis Pada Bayi dan
Anak)
d. Bagaimana cara pemeriksaan reflex tendon?
Jawab:
Memeriksa reflek kedalaman tendon
Reflek fisiologis
a. Reflek bisep:
Posisi: dilakukan dengan pasien duduk, dengan
membiarkan lengan untuk beristirahat di pangkuan
pasien, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90
derajat di siku.
Identifikasi tendon:minta pasien memflexikan di siku
sementara pemeriksa mengamati dan meraba fossa
antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali
tebal.
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan
pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah
diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
b. Reflek trisep :
Posisi :dilakukan dengan pasien duduk. dengan
Perlahan tarik lengan keluar dari tubuh pasien, sehingga
membentuk sudut kanan di bahu. atau Lengan bawah
harus menjuntai ke bawah langsung di siku
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
c. Reflek brachiradialis
FKUMP 2011 Page 24
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Posisi: dapat dilakukan dengan duduk. Lengan bawah
harus beristirahat longgar di pangkuan pasien.
Cara : ketukan pada tendon otot brakioradialis (Tendon
melintasi (sisi ibu jari pada lengan bawah) jari-jari
sekitar 10 cm proksimal pergelangan tangan. posisi
lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi.
Respons: flexi pada lengan bawah, supinasi pada siku
dan tangan
d. Reflek patella
posisi klien: dapat dilakukan dengan duduk atau
berbaring terlentang
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi
m.quadrisep femoris
e. Reflek achiles
Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja
ujian. Atau dengan berbaring terlentang dengan posisi
kaki melintasi diatas kaki di atas yang lain atau
mengatur kaki dalam posisi tipe katak.
Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.
Cara : ketukan hammer pada tendon achilles
Respon: plantar fleksi kaki krena kontraksi
m.gastroenemius. (Faqih Ruhyanudin. 2011)
e. Bagaimana cara pemeriksaan reflex babinski?
Jawab:
Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki
diluruskan.
Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar
kaki tetap pada tempatnya.
Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior
ke anterior
FKUMP 2011 Page 25
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Respon: posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari
kaki dan pengembangan jari kaki lainnya. (Faqih Ruhyanudin.
2011)
f. Apa hubungan social budaya dengan kasus ini? (bedong)
Jawab:
Penggunaan bedong
1. Mitos: supaya kaki bayi lurus
2. Fakta: tidak ada hubungan sama sekali
3. Dampak: gangguan perkembangan motorik pada tungkai
Penggunaan Gurita:
1. Mitos: supaya perut kencang, supaya hangat dan untuk
melindungi pusat
2. Fakta: untuk menahan tali pusat yang masih basah
3. Dampak: tidak ada dampak yang signifikan
7. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?
Jawab:
Terdapat kriteria untuk menegakkan diagnosis CP, yaitu dengan
membagi kelainan motorik atas 6 katagori:
1. Posture and movement pattern.
2. Oral motor pattern.
3. Strabismus.
4. Tone of muscle.
5. Evaluation of postural reactions and landmarks.
6. Reflexes Deep tendon, infantile and plantar.
Menurut Levine disimpulkan bahwa:
Diagnosis CP dapat ditegakkan, jika minimum terdapat 4 abnormalitas
dari 6 katagori di atas. Dengan kriteria diatas dapat dibedakan apakah
ini CP atau bukan. Apabila terdapat hanya 1 katagori kelainan motorik
FKUMP 2011 Page 26
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
diatas, bukan suatu diagnostik, hanya kecurigaan CP. (sumber:
soetjiningsih 2014)
8. Apa saja WD pada kasus ini?
Jawab:
CP tipe
spastic
CP tipe
diskinetic
CP tipe
ataxic
kasus
Jenis kelamin Lk>Pr Lk>Pr Lk>Pr Lk
Motorik kasar
(tengkurap)
Terlamba
t dan
statis
Terlamba
t dan
statis
Terlam
bat dan
statis
Usia 8
bulan
belum bisa
Anak pertama >>>
62,5%
>>>
62,5%
>>>
62,5%
Anak
kelima
Usia Ibu >40th >40th >40th 36 tahun
Persalinan spontan 87,5% 87,5% 87,5% +
Usia kehamilan 75%
aterm/pre
term
75%
aterm/pre
term
75%
aterm/p
reterm
Aterm
ANC FR FR FR ANC 3
kali
Tidak langsung
menangis
>>+ >>+ >>+ Langsung
menangis
Apgar Score Asfiksia
berat
Asfiksia
berat
Asfiksi
a berat
Asfiksia
ringan
BBL BBLR BBLR BBLR BBLR
Motorik halus (makan
biscuit sendiri, meraih
benda,
terlambat terlambat terlamb
at
+
Bicara dan bahasa Resiko
bertamba
h pada
quadriple
Biasa
terjadi
karena
otot
normal Belum
bisa
mengoceh
FKUMP 2011 Page 27
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
gis orofaring
terkena
BB >>
malnutris
i
>>
malnutris
i
>>
malnutr
isi
KEP
Oromotor tergangg
u
tergangg
u
tergang
gu
+
mikrocephali +pada
Quadripl
egia
Jarang
karena
kognitifn
ya jarang
kena
+ +
Gerak yang tidak
terkontrol
_ + _ _
Reflex primitive
(Moro, menggenggam,
tendon meningkat
+ + + +
Kekuatan kedua
lengan dan tungkai
menurun menurun menuru
n
Kekuatan
3
(menurun)
Lengan dan tungkai
kaku dan susah untuk
ditekuk
+ _ _ +
9. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ini?
Jawab:
Untuk mendiagnosis CP disamping berdasarkan anamnesis yang teliti,
gejala–gejala klinis, juga diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya.
(Soetjiningsih, 1995) Berikut adalah beberapa tes yang digunakan
untuk
mendiagnosis CP:
FKUMP 2011 Page 28
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
1. Elektroensefalogram (EEG)
EEG dapat dilakukan dari usia bayi sampai dewasa. Merupakan
salah satu pemeriksaan penting pada pasien dengan kelainan susunan
saraf pusat. Alat ini bekerja dengan prinsip mencatat aktivitas elektrik
di dalam otak, terutama pada bagian korteks (lapisan luar otak yang
tebal). Dengan pemeriksaan ini, aktifitas sel-sel saraf otak di korteks
yang fungsinya untuk kegiatan sehari-hari, seperti tidur, istirahat dan
lain-lain, dapat direkam. Pada infeksi susunan saraf pusat seperti
meningitis, ensefalitis, pemeriksaan EEG perlu dilakukan untuk
melihat kemungkinan, misalnya terjadi kejang yang tersembunyi atau
adanya bagian otak yang terganggu. (Anonim, 2004)
2. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)
Alat ini sangat berguna untuk membuktikan dugaan adanya
kerusakan pada otot atau syaraf. NCV digunakan terlebih dahulu
sebelum EMG, dan digunakan untuk mengukur kecepatan saat dimana
saraf–saraf mentransmisikan sinyal. Selama pemeriksaan NCV,
elektroda ditempelkan pada kulit yang dilalui syaraf yang spesifik
untuk suatu otot atau sekelompok otot. Prinsip kerja NCV adalah
memberikan stimulus elektrik yang dihantarkan melalui elektrode,
kemudian respon dari otot dideteksi, diolah dan ditampilkan. Kekuatan
dari sinyal yang diberikan juga dihitung. Kondisi neurologis dapat
menyebabkan NCV melambat atau menjadi lebih lambat pada salah
satu sisi tubuh. EMG mengukur impulse dari saraf dalam otot.
Elektrode kecil diletakkan dalam otot pada lengan dan kaki dan respon
elektronik diamati dengan menggunakan suatu alat yang menampilkan
gerakan suatu arus listrik (oscilloscope). Alat ini mendeteksi
bagaimana otot bekerja.
3. Tes Laboratorium
a. Analisis kromosom
FKUMP 2011 Page 29
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Analisis kromosom dapat menunjukkan identifikasi suatu
anomali genetik (contohnya Down’s Syndrome) ketika anomali
tersebut muncul pada sistem organ.
b. Tes fungsi tiroid
Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang
rendah yang dapat menyebabkan beberapa cacat bawaan dan retardasi
mental berat.
c. Tes kadar ammonia dalam darah
Kadar ammonia yang tinggi di dalam darah (hyperammonemia)
bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat (seperti otak dan sumsum
tulang belakang). Defisiensi beberapa enzim menyebabkan kerusakan
asam amino yang menimbulkan hyperammonemia. Hal ini dapat
disebabkan oleh kerusakan liver atau kelainan metabolisme bawaan.
4. Imaging test
Tes gambar sangat membantu dalam mendiagnosa
hidrosefalus, abnormalitas struktural dan tumor. Informasi yang
diberikan dapat membantu dokter memeriksa prognosis jangka
panjang seorang anak.
a. Magnetic Resonance Imaging atau MRI
MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk
menciptakan gambar dari struktur internal otak. Studi ini dilakukan
pada anak–anak yang lebih tua. MRI dapat mendefinisikan
abnormalitas dari white matter dan korteks motorik lebih jelas
daripada metode–metode lainnya.
b. CT scan
Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi
komputer, menghasilkan suatu gambar yang memperlihatkan setiap
FKUMP 2011 Page 30
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
bagian tubuh secara terinci termasuk tulang, otot, lemak dan organ-
organ tubuh. Suatu computed tomography scan dapat menunjukkan
malformasi bawaan, hemorrhage dan PVL pada bayi.
c. Ultrasound
Ultrasound menggunakan echo dari gelombang suara yang
dipantulkan ke dalam tubuh untuk membentuk suatu gambar yang
disebut sonogram. Alat ini seringkali digunakan pada bayi sebelum
tulang tengkorak mengalami pengerasan dan menutup untuk
mendeteksi kista dan struktur otak yang abnormal. (Anonim, 2004).
d. Tes BERA
10. Apa WD pada kasus ini?
Jawab:
Cerebral palsy quadriplegia tipe spastic + microcephali + KEP
11. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini?
Jawab:
Insidensi dari cerebral palsy sebanyak 2 kasus per 1000 kelahiran
hidup, dimana 5 dari 1000 anak memperlihatkan defisit motorik yang
sesuai dengan cerebral palsy. Lima puluh persen kasus termasuk
ringan dan 10% termasuk kasus berat. Yang dimaksud ringan adalah
penderita dapat mengurus dirinya sendiri dan yang tergolong berat
adalah penderita yang membutuhkan pelayanan khusus. Dua puluh
lima persen memiliki intelegensia (IQ) rata-rata normal sementara 30%
kasus menunjukan IQ dibawah 70. Tiga puluh lima persen disertai
kejang dan 50% menunjukan gangguan bicara. Laki-laki lebih banyak
dari perempuan (1,4 : 1,0), dengan rata-rata 70 % ada pada tipe spastik,
15% tipe atetotik, 5% ataksia, dan sisanya campuran (Utomo, AHP.
2013).
Berdasarkan penelusuran rekam medis di Poliklinik Rawat Jalan
Neurologi SMF Kesehatan Anak RSF dalam kurun waktu 1 Januari
FKUMP 2011 Page 31
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
2008 sampai 31 Desember 2010, didapatkan 191 pasien palsi serebral
spastic. Rerata usia saat diagnosis palsi serebral spastik ditegakkan
27,8 bulan dengan rentang usia 7-60 bulan. Didapatkan subjek laki-
laki dan perempuan dengan perbandingan 1:1,1. Berdasarkan riwayat
kelahiran didapatkan kelahiran spontan pada 160 subjek (83,8%), usia
gestasi cukup bulan pada 151 subjek (79,1%) dan berat lahir normal
didapatkan pada 147 subjek (77%). (Alinda Rubiati Wibowo & Deddy
Ria Saputra. 2012)
12. Apa saja etiologi pada kasus ini?
Jawab:
Palsi serebral atau lumpuh otak disebabkan oleh banyak faktor yang
terjadi pada masa perkembangan otak baik pranatal, natal dan pasca
natal. Penyebab dari gangguan tersebut antara lain:
Etiologi dari Cerebral palsy dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu
prenatal, perinatal, dan pascanatal.
1. Prenatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan
pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan
penyakit inklusi sitomegalik. Kelainan yang menonjol biasanya
gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoksia dalam
kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi
maternal, atau tali pusat yang abnormal), terkena radiasi sinar-
X dan keracunan kehamilan dapat menimbulkan cerebral
palsy.
Gangguan kromoson atau zat teratogenik yang terjadi pada 8
minggu pertama kehamilan yang mengganggu embriogenesis
dan mengakibatkan malformasi organ yang berat.
Zat teratogenik yang mengganggu sesudah trimeter I kehamilan
akan mempengaruhi maturasi otak.
2. Perinatal
a. Anoksia
FKUMP 2011 Page 32
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah
brain injury. Keadaan inillah yang menyebabkan terjadinya
anoksia. Hal ini terdapat pada kedaan presentasi bayi abnormal,
disproporsi sefalo-pelvis, partus lama, plasenta previa, infeksi
plasenta, partus menggunakan bantuan instrument tertentu dan
lahir dengan secsio caesaria .
b. Perdarahan otak
Perdarahan ortak dan anoksia dapat terjadi bersama-sama,
sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang
mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan
peredaran darah hingga terjadi anoksia. Perdarahan dapat
terjadi di ruang subarachnoid akan menyebabkan
pennyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus.
Perdarahan spatium subdural dapat menekan korteks serebri
sehingga timbul kelumpuhan spastis .
c. Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita
perdarahan otak yang lebih banyak dari pada bayi cukup bulan,
karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah dan
lain-lain masih belum sempurna .
d. Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan
jaringan otak yang permanen akibat masuknya bilirubin ke
ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas
golongan darah.
e. Meningitis Purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak
tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa
Cerebral palsy.
f. Hipoksik iskemik dapat menyebabkan kelainan mikro anatomi
sekunder akibat migrasi neural crest dari neuron. Bila terjadi
FKUMP 2011 Page 33
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
pada masa perinatal akan mengakibatkan iskemi atau
perdarahan otak yang kemudian mengakibatkan infark otak.
3. Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu
perkembangan dapat menyebabkan cerbral palsy antara lain :
a) Trauma kapitis dan luka parut pada otak pasca-operasi.
b) Infeksi misalnya meningitis bakterial, abses
serebri,tromboplebitis,ensefalomielitis.
c) Kern icterus. Seperti kasus pada gejala sekuele neurogik dari
eritroblastosis fetal atau defisiensi enzim hati. (Utomo, AHP.
2013).
d) Pada masa pascanatal penyebabnya adalah infeksi,
meningoensefalitis, trauma kepala, toksin dan lainnya. Oleh
berbagai sebab di atas bila yang terkena korteks motorik akan
timbul kelainan yang disebut palsi serebral suatu kelainan yang
ditandai dengan lambatnya perkembangan motorik, kelainan
sikap tubuh atau gerakan, dan tonus otot. (Oka Lely AA &
Soetjiningsih. 2000)
13. Apa saja manifestasi klinis pada kasus ini?
Jawab:
Kelainan lain yang menyertai gangguan motorik pada palsi serebral
adalah tuli frekuensi tinggi, gangguan penglihatan (antara lain
strabismus) maupun disleksia, kemunduran intelektual, agnosia,
disfagia dan disartria. Khususnya kemunduran intelegensi (kompetensi
kognitif ) dapat terjadi primer mungkin akibat kerusakan otak yang
juga menimbulkan palsi serebral ataupun sekunder akibat gangguan
motorik dan kadang sensorik yang terjadi pada palsi serebral. Beberapa
anak palsi serebral tak menunjukkan gangguan motorik yang mencolok
tetapi terbukti mengalami gangguan belajar dengan kesulitan pada
bidang menulis dan membaca. (Oka Lely AA & Soetjiningsih. 2000)
FKUMP 2011 Page 34
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Gangguan motorik berupa kelainan fungsi dan lokalisasi serta kelainan
bukan motorik yang menyulitkan gambaran klinis CP. Kelainan fungsi
motorik terdiri dari : (Anonim, 2002)
1. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan
klonus dan refleks Babinski yang positif. Tonus otot yang
meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam
keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada
suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan
kecemderungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi,
fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan pronasi, serta jari–
jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang di telapak
tangan. Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan
lutut, kaki dalam fleksi plantar dan telapak kaki berputar ke dalam.
Tonic neck reflex dan refleks neonatal menghilang pada waktunya.
Kerusakan biasanya terletak di traktus kortikospinalis. Golongan
spastisitas ini meliputi ⅔ – ¾ penderita CP. Bentuk kelumpuhan
spastisitas tergantung pada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:
- Monoplegia / monoparesis : kelumpuhan pada keempat
anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari
yang lainnya.
- Hemiplegia / hemiparesis : kelumpuhan lengan dan tungkai di
pihak / belahan tubuh yang sama
- Diplegia / diparesis : kelumpuhan pada keempat anggota gerak,
tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan
- Tetraplegia / tetraparesis : kelumpuhan pada keempat anggota
gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan
dengan tungkai.
2. Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini pada bulan pertama kehidupannya tampak
flasid dan berbaring seperti kodok terlentang, sehingga tampak
FKUMP 2011 Page 35
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang usia 1 tahun
terjadi perubahan tonus otot dari yang rendah hingga tinggi. Bila
dibiarkan berbaring akan tampak flasid dan seperti kodok
terlentang, tetapi apabila dirangsang atau mulai diperiksa tonus
ototnya berubah menjadi spastis.
3. Koreoatetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan
yang terjadi dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6
bulan pertama tampak bayi flasid, tetapi setelah itu barulah muncul
kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya
perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan
ataksia. Kerusakan terletak di ganglia basal dan disebabkan oleh
asfiksia berat atau kernikterus pada masa neonatus. Golongan ini
meliputi 5 – 15 % dari kasus CP.
4. Ataksia
Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini
biasanya flasid dan menunjukkan perkembangan motorik yang
terlambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar
duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan
canggung dan kaku. Kerusakan terletak di serebelum. Terdapat
kira–kira 5 % dari kasus CP.
5. Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5 – 10 % anak dengan CP. Gangguan berupa
kelainan neurologen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit
menangkap kata–kata. Terdapat pada golongan koreoatetosis.
6. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental.
Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah
FKUMP 2011 Page 36
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
menyebabkan sukar mengontrol otot–otot tersebut sehingga anak
sulit membentuk kata–kata dan sering tampak anak berliur.
7. Gangguan penglihatan
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan
kelainan refraksi. Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi
katarak. Hampir 25 % penderita CP menderita kelainan mata
14. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini? (edukasi ibu)
Jawab:
Penderita Cerebral palsy mempunyai banyak kelainan sesuai
dengan lesi yang terjadi di otak, bersama-sama dengan gangguan
motorik. Dengan kondisi tersebut penanganan penderita CP
memerlukan kerjasama yang baik dan merupakan satu tim yang terdiri
atas dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli
ortopedi, fisioterapis, okupasional terapis, dokter gigi dan ahli gizi.
(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
Tujuan utama terapi adalah meminimalisasi kecacatan dan
meningkatkan kemampuan untuk beraktifitas mandiri, fungsi sosial
dan intelektual. Tujuan pengobatan bukan membuat anak menjadi
seperti anak normal lainnya, tetapi mengembangkan sisa kemampuan
yang ada pada anak tersebut seooptimal mungkin, sehingga diharapkan
anak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan atau dengan
sedikit bantuan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
Dalam menangani penderita CP, harus memperhatikan berbagai
aspek dan diperlukan kerjasama multidisiplin seperti disiplin anak,
saraf, mata, THT, bedah ortopedi, bedah saraf, psikologi, rehabilitasi
medis, ahli wicara, pekerja social, guru sekolah luar biasa. Disamping
itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat. (Hendy
dan Soetjiningsih, 2013)
Prinsip manajemen :
a. Komunikasi-Informasi-Edukasi
FKUMP 2011 Page 37
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
b. Terapi nutrisi
c. Stimulasi
d. Fisioterapi
e. Farmakologi
f. Operatif (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
1. Aspek medis
a. Aspek medis umum:
1. Gizi: gizi yang baik perlu bagi setiap anak, khususnya bagi
penderita ini. Karena sering terdapat kelainan pada gigi,
kesulitan menelan, sukar untuk menyatakan keinginan
untuk makan. Pencatatan rutin perkembangan BB anak
perlu dilaksanakan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
Nutrisi diberikan per oral dalam bentuk yang tidak perlu
diproses mekanik. Untuk rentang usia 1-3 tahun,
Kebutuhan energy 100 kkal/kgBB/hari, kebutuhan protein 2
gr/hari. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
2. Hal-hal lain yang sewajarnya perlu dilaksanakan, seperti
imunisasi, perawatan kesehatan, dan lain-lain. (Hendy dan
Soetjiningsih, 2013)
3. Konstipasi sering terjadi pada anak CP. Dekubitus terjadi
pada anak-anak yang tidak sering berpindah-pindah posisi.
(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
b. Terapi dengan obat-obatan
Sesuai kebutuhan anak (tergantung gejala), seperti obat-obatan
untuk relaksasi otot (untuk spastisitas bisa diberikan baclofen
dan diazepam; bila gejala berupa rigiditas bisa diberikan
levodopa; Botolinum toxin (Botox) intramuskuler bisa
mengurangi spastisitas untuk 3-6 bulan. Hal ini akan
meningkatkan luas gerak sendi (ROM), menurunkan
deformitas, meningkatkan respon terhadap fisioterapi dan
FKUMP 2011 Page 38
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
okupasional terapi dan mengurangi tindakan operasi untuk
spastisitas.), anti kejang, athetosis, ataksia, psikotropik, dan
lain-lain. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
• Baclofen ( golongan skeletal muscle relaxant) cara kerjanya:
analog GABA yang menginhibisi influks Ca ke terminal
presinaptik dan mensupresi neurotransmitter eksitasi.
Dosisnya: 10-15 mg/hari PO dinaikkan 5 mg/hari. Tidak > 60
mg/hari (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
• Diazepam (golongan Benzodiazepine) untuk memicu
relaksasi otot Dosisnya 0,8-0,12 mg/kg PO (Hendy dan
Soetjiningsih, 2013)
• Botox cara kerjanya: memblok asetilkolin di neuromuskular
junction 12 U/kg, max 400U, masing-masing otot kecil
menerima 1-2 U/kg dan otot besar 4-6 U/kg, injeksi (Hendy
dan Soetjiningsih, 2013)
c. Terapi melalui pembedahan ortopedi
Banyak hal yang dapat dibantu dengan tindakan ortopedi,
misalnya tendon yang memendek akibat kekakuan/spastisitas
otot, rasa sakit yang terlalu mengganggu dan lain-lain yang
dengan fisioterapi tidak berhasil. Tujuan dari tindakan bedah
adalah untuk stabilitas, melemahkan otot yang terlalu kuat atau
untuk transfer dari fungsi. Pada beberapa kasus, untuk
membebaskan kontraktur persendian yang semakin memburuk
akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang
makanan dan untuk mengendalikan refluks gastroesofageal.
(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
d. Terapi rehabilitasi meliputi:
1. Fisioterapi
FKUMP 2011 Page 39
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
a. Teknik tradisional : latihan luas gerak sendi,
“stretching”, latihan penguatan dan peningkatan daya
tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan pindah,
latihan jalan. Contohnya adalah teknik dari Deaver.
(Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
b. “Motor function training” dengan menggunakan system
khusus, yang umumnya dikelompokkan sebagai
“neuromuscular facilitation exercise”. Dimana
digunakan pengetahuan neurofisiologi dan
neuropatologi dari refleks didalam latihan, untuk
mencapai suatu postur dan gerak yang dikehendaki.
Secara umum konsep latihan ini berdasarkan prinsip
bahwa dengan beberapa bentuk stimulasi akan
ditimbulkan reaksi otot yang dikehendaki, yang
kemudian bila ini dilakukan berulang-ulang akan
berintegrasi ke dalam pola gerak motorik yang
bersangkutan. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
Contohnya adalah teknik dari Phelps, Fay-Doman,
Bobath, Brunnstrom, Kabat-Knott-Vos. (Hendy dan
Soetjiningsih, 2013)
2. Okupasional terapi
Terutama untuk latihan melakukan aktivitas sehari-hari,
evaluasi penggunaan alat-alat bantu, latihan keterampilan
tangan dan aktivitas “bimanual”. Latihan “bimanual” ini
dimaksudkan agar menghasilkan pola dominan pada salah
satu sisi hemisfer otak. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
3. Ortotik
Dengan penggunaan bracing, bertujuan untuk mengurangi
beban aksial, stabilisasi serta untuk pencegahan dan koreksi
deformitas. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
4. Terapi wicara
FKUMP 2011 Page 40
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Gangguan bicara disini dapat berupa disfonia, disritmia,
disartria, disfasia, dan bentuk campuran. Bertujuan untuk
mengembangkan anak dapat berbahasa secara pasif dan
aktif. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
5. Nightsplinting
Mengambil keuntungan dari tonus yang menurun yang
terjadi selama tidur untuk menambah regangan otot
antagonis yang lemah. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
6. Pemakaian alat bantu
Berupa kruk ketiak, rollator, walker dan kursi roda
manual/listrik. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
II. Aspek non medis
a. Pendidikan
Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai
kecacatan mental, maka pada umumnya pendidikannya
memerlukan pendidikan khusus (SLB D). (Hendy dan
Soetjiningsih, 2013)
b. Pekerjaan
Tujuan yang ideal dari suatu usaha rehabilitasi adalah agar
penderita dapat bekerja secara produktif, sehingga dapat
berpenghasilan untuk membiayai hidupnya. Mengingat
kecacatannya, sering kali tujuan tersebut sulit dicapai. Tetapi
meskipun dari segi ekonomis tidak menguntungkan, pemberian
kesempatan kerja tetap diperlukan, agar dapat menimbulkan
harga diri bagi penderita yang bersangkutan. (Hendy dan
Soetjiningsih, 2013)
c. Problem social
Bila terdapat masalah social, diperlukan pekerja social untuk
membantu menyelesaikannya. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
d. Lain-lain
FKUMP 2011 Page 41
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Hal-hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian dan aktifitas-
aktifitas kemasyarakatan perlu juga dilaksanakan oleh
penderita ini. (Hendy dan Soetjiningsih, 2013)
15. Apa komplikasi pada kasus ini?
Jawab:
a. Control neurologis abnormal
b. Sensasi dan persepsi abnormal
c. Gangguan gastrointestinal (missal:muntah, konstipasi, atau
obstruksi usus)
d. Abnormalitas pendengaran dan penglihatan
e. Fungsi oral-motor terganggu
f. Massa tulang berkurang signifikan pada dewasa dan anak-anak
yang tidak dirawat
g. Kesehatan mental
h. Kejang
i. Kontraktur dan spastisitas
j. Inkontinensia urin
k. Retardasi mental
l. Masalah pendengaran
m. Malnutrisi
n. Gagal tumbuh
o. Isolasi social
p. Osteoporosis
q. Dysphagia (Hendy & Soetjiningsih, 2013: hal 541-542)
16. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Jawab:
Quo Ad fungsionam : malam
Quo Ad Vitam : bonam
17. Bagaimana KDU pada kasus ini?
Jawab:
FKUMP 2011 Page 42
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
KDU 2
18. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini?
Jawab:
Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan
kepada setiap orangtua,anak juga buah hati,anak juga cahaya
mata,tumpuan harapan serta kebanggaan keluarga.Anak adalah
generasi mendatang yang mewarnai masa kini dan diharapkan dapat
membawa kemajuan dimasa mendatang.Anak juga merupakan ujian
bagi setiap orangtua sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah
al-Anfal ayat 28 yang berbunyi :
Artinya :”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu
hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala
yang besar.”2 (QS.al-Anfal ayat 28).
Ayat tersebut diatas,menjelaskan salah satu ujian yang
diberikan Allah kepada orang tua adalah anak-anak mereka.Itulah
sebabnya setiap orangtua hendaklah benar-benar bertanggung jawab
terhadap amanah yang diberikan Allah Swt sekaligus menjadi batu
ujian yang harus dijalankan.Jika anak yang di didik mengikuti ajaran
Islam maka orangtua akan memperoleh ganjaran pahala yang besar
dari hasil ketaatan mereka.
FKUMP 2011 Page 43
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
II.3.4 KESIMPULAN
Bram, laki-laki, usia 8 bulan mengalami gangguan perkembangan motorik
kasar, motorik halus, sosialisasi dan kemandirian, serta bahasa dan bicara
akibat cerebral palsy quadriplegia tipe spastic + microcephali + KEP et
cause asfiksia neonatorum.
II.3.5 KERANGKA KONSEP
FKUMP 2011 Page 44
Factor risiko
1. Multipara2. Usia Ekstrim3. BBLR4. ANC tidak lengkap
Respiratory distress syndrome
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bram, laki-laki, usia 8 bulan mengalami gangguan perkembangan motorik
kasar, motorik halus, sosialisasi dan kemandirian, serta bahasa dan bicara
akibat cerebral palsy quadriplegia tipe spastic + microcephali + KEP et cause
asfiksia neonatorum.
FKUMP 2011 Page 45
Cerebral Palsy Quadriplegia tipe spastic
Gangguan perkembangan
Motorik halus
Belum bisa meraih benda
Gangguan oromotor
Motorik kasar
Belum bisa tengkurap
Belum bisa makan biscuit sendiri
Social-kemandirian
Mau melihat tapi tidak mau tersenyum
Bahasa dan bicara
Belum bisa mengoceh
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
DAFTAR PUSTAKA
Alinda Rubiati Wibowo & Deddy Ria Saputra. 2012. Prevalens dan Profil Klinis
pada Anak Palsi Serebral Spastik dengan Epilepsi. Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RSUP Fatmawati, Jakarta. Diunduh dari URL:
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/14-1-1.pdf. Tanggal 1 juli 2014.
Anonim. 2002. Cerebral Palsy dalam Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Editor
: Rusepno Hasan dan Husein Alatas. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Cetakan Kesepuluh (2002).
Jakarta : Infomedika. Hal : 884-88.
Faqih Ruhyanudin. 2011. Pemeriksaan Neurologis. Staff UMM. Malang.
Diunduh dari URL: http://faqudin.staff.umm.ac.id. Tanggal 2 juli 2014.
Hendy dan Soetjiningsih. 2013. Palsi Serebral. Dalam: Soethinigsih dan IG.N
Gde Ranuh (Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
FKUMP 2011 Page 46
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Kosim, M. sholeh. Gangguan Napas pada Bayi Baru Lahir. Dalam: Kosim, M.
Sholeh, Yunanto, Ari dkk. 2009. Buku Ajar Neonatologi, Ed. 1. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI. Hal: 127-131
Kosim Sholeh, dkk (Penyunting). 2009. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mathias Baaehr dan Michael Frotscher. 2010. Diagnosis Topik Neurologi Duus:
anatomi, fisiologi, tanda, gejala. Ed. 4. Jakarta: EGC
Oka Lely AA & Soetjiningsih. 2000. Aspek Kognitif Dan Psikososial pada Anak
Dengan Palsi Serebral. Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Diunduh dari URL:
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-2-7.pdf. Tanggal 1 juli 2014.
Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan
Anak Nelson. Vol. 1. Edisi 15. Jakarta: EGC
Soetjiningsih. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang. Dalam:
Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta:
EGC. Hal: 61-68
Soetjiningsih. Instrument Skrining dan Diagnosis Perkembangan Anak. Dalam:
Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta:
EGC. Hal: 179-181
Soetjiningsih, dr. DSAK. 1995. Tumbuh Kembang Anak / oleh Soetjiningsih ;
Editor IG.N. Gde Ranuh. Jakarta : ECG, 223 – 35.
Soetjiningsih. 2013. Perkembangan Bahasa. Dalam: Soethinigsih dan IG.N Gde
Ranuh (Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Soetjiningsih. Perkembangan Bahasa. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh Gde. 2013.
Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 53
Sugitha, Adnyana IGAN. Perkembangan Motorik. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh
Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 30-33
FKUMP 2011 Page 47
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK XIX
Sugitha, Adnyana IGAN. Perkembangan Personal-Sosial. Dalam: Soetjiningsih
& Ranuh Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal:
47
Sugitha, Adnyana IGAN. Perkembangan kognitif. Dalam: Soetjiningsih & Ranuh
Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak, Ed. 2. Jakarta: EGC. Hal: 21
Sugitha Adnyana IGAN. 2013. Perkembangan Motorik. Dalam: Soethinigsih dan
IG.N Gde Ranuh (Penyunting). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Utomo, AHP. 2013. Cerebral Palsy Tipe Spastic Diplegy Pada Anak Usian Dua
Tahun. Jurnal Medula, 1 (4).
FKUMP 2011 Page 48