LAPORAN TUTORIAL plak gigi.docx
-
Upload
dewimartinda -
Category
Documents
-
view
232 -
download
0
Transcript of LAPORAN TUTORIAL plak gigi.docx
LAPORAN TUTORIAL
PLAK GIGI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial Blok Stomatognasi II
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Pembimbing :
drg. Rina Sutjiati, M.Kes
Disusun oleh:
Kelompok Tutorial VI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2012
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Tutor : drg. Rina Sutjiati, M.Kes
Ketua : Ega Sofiana (111610101053)
Scriber Meja : Tiara Fortuna B B. (111610101067)
Scriber Papan : Dewi Martinda H. (111610101073)
Anggota :
1. Stefanus Christian (111610101051)
2. Mohammad Harish (111610101055)
3. Afif Surya Adena (111610101059)
4. Anugerah Nur Yuhyi (111610101063)
5. Fitria Krisnawati (111610101064)
6. Sitti Nur Qomariah (111610101066)
7. Khamda Rizki Dhamas (111610101069)
8. Sheila Dian P. (111610101071)
9. Adinda Martina (111610101072)
10. Nurbaetty Rochmah (111610101074)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul Plak Gigi. Laporan
ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VI pada skenario kedua.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg.Rina Sutjiati, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi
tutorial kelompok VI Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah
memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 21 Maret 2012
Tim Penyusun
SKENARIO 2
PLAK GIGI
Seorang pasien datang ke dokter gigi mengeluhkan karang giginya yang cepat
terbentuk di permukaan giginya karena merasa tidak enak dan menimbulkan bau
mulut. Pasien tersebut ingin karang giginya dibersihkan, karena takut gusinya mudah
berdarah bila sikat gigi. Dijelaskan bahwa karang gigi awalnya terbentuk dari biofilm
yang kemudian berkembang menjadi plak gigi dan lama-lama mengalami pengerasan
yang dipengaruhi oleh bakteri, saliva dan lingkungan rongga mulut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Plak gigi merupakan suatu lapisan lunak yan terdiri atas kumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat pada permukaan gigi yang
tidak dibersihkan. Pada plak tertentu yang mengandung koloni mikroba spesifik
dapat menimbulkan adanya karies pada gigi. Plak juga merupakan suatu penyebab
local dan utama dalam terbentuknya penyakit gigi dan mulut seperti karies,
kalkulus (karang gigi), gingivitis (radang pada gusi), periodontitis (radang pada
jaringan penyangga gigi), dan lain sebagainya. Plak pada permukaan gigi dapat
dipakai sebagai indicator kebersihan mulut. Plak gigi ini terdiri dari
mikroorganisme dan matriks selular yang terdiri dari bahan organik dan anorganik.
Pada matriks selular, 20-30 % massa plaknya terdiri dari komponen organik,
anorganik yang berasal dari saliva, cairan sulkus dan produk bakteri. Pada
pembentukan plak diawali dengan pembentukan pelikel kemudian kolonisasi awal
dan sekunder dan yang terakhir adalah pematangn plak dimana ditandai dengan
menurunnya jumlah bakteri gram (+) dan meningkatnya bakteri gram (–) yang
terjadi pada hari ke-7 pada pembentukan plak.
Adanya kumpulan plak yang termineralisasi yang menempel pada
permukaan gigi ini akan menimbulkan terbentuknya karang gigi atau biasa disebut
dengan kalkulus. Karang gigi ini berasal dari plak yang bercampur dengan zat
kapur pada saliva yang kemudian mengendap di permukaan gigi. Karang gigi atau
kalkulus ini dapat menyebabkan gigi mudah goyah dan mudah tanggal akibat
adanya penurunan gusi, gusi bengkak, gusi berdarah saat menyikat gigi dan juga
bau mulut (halitosis). Karang gigi sendiri tidak berbahaya, tetapi memiliki
permukaan yang sangat kasar di mana bakteri dapat dengan mudah melekat di
permukaannya. Karang gigi juga merupakan masalah yang dapat membuat gigi
berwarna kuning atau coklat. Karang gigi ini lebih berpori-pori dibanding enamel
sehingga mudah berubah warna. Jika sering merokok atau sering minum kopi atau
teh, akan menyebabkan karang gigi berubah warna menjadi coklat atau hitam.
Akibat adanya karang gigi ini juga dapat menimbulkan terjadinya gigi sensitive,
gusi melorot sehingga akarnya terlihat dan juga bau mulut. Karang gigi ini juga
menjadi penyebab kedua terbesar hilangnya gigi setelah karies.
Plak gigi ini juga merupakan biofilm gigi dimana biofilm terdiri dari
kumpulan bakteri yang melekat erat pada permukaan gigi dan permukaan jaringan
rongga mulut lainnya. Biofilm ini bertindak untuk melindungi dan meningkatkan
nutrisi bakteri yang tinggal di dalamnya. Matriks dari biofilm akan melindungi
bakteri dari efek antibiotik dan antiseptik. Penyingkiran biofilm hanya dapat
dilakukan secara mekanis dengan menggunakan sikat gigi atau dental flosh.
Struktur dari biofilm sangat unik dan tergantung dengan lingkungan tempatnya
berada misalkan kandungan nutrisi dan keadaan fisiknya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja komposisi dari plak gigi ?
2. Apa penyebab terbentuknya plak gigi ?
3. Bagaimanakah proses pembentukan plak gigi ?
4. Apa sajakah dampak plak pada kesehatan rongga mulut ?
5. Apa saja klasifikasi dari plak gigi ?
6. Bagaimanakah cara mengatasi plak gigi ?
7. Apa saja yang menyebabkan karang gigi terbentuk dengan cepat ?
8. Mengapa gusi cepat berdarah dan bau mulut ?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan pembentukan :
a. Biofilm
b. Plak gigi
c. Karang gigi
2. Mampu menjelaskan mikroorganisme yang berperan dalam pembentukan
plak gigi
3. Mampu menjelaskan komposisi dari plak gigi
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 PROSES PEMBENTUKAN
II.1.1 BIOFILM
Biofilm merupakan suatu agregat mikroba sejenis maupun berbeda jenis
yang melekat pada permukaan substrat biologis maupun non biologis, dimana satu sel
dengan sel yang lainnya saling terikat dan melekat pada substrat dengan perantaraan
suatu matrik extracellular polymeric substance (EPS) atau disebut juga
exopolysaccharide (Hall-Stoodley, 2004; Madigan et al, 1997). Biofilm adalah
lapisan yang terbentuk oleh koloni sel-sel mikroba dan melekat pada permukaan
substrat, berada dalam keadaan diam, karakter berlendir, dan tidak mudah terlepas
(Madigan et al, 1997).
Biofilm merupakan salah satu contoh dari hubungan kompleks antara
berbagai mikroba yang seringkali berasal dari spesies yang berbeda. Biasanya
menempel pada permukaan gigi (plak gigi), kerak dalam aliran air, tirai kamar mandi
(buih sabun juga merupakan biofilm), alat medis yang ditanam dalam tubuh (pipa
dalam saluran tubuh) dan lapisan lendir sistem pencernaan. Para ilmuwan
memperkirakan bahwa biofilm merupakan habitat mikroba yang alami. Biofilm
berkembang dari suatu matriks ekstraseluler yang terdiri atas DNA, protein, dan
serabut polisakarida dari glikokaliks sel. Matriks melekat satu sel dengan yang lain
dan juga pada permukaan substrat. Biofilm merupakan lingkungan mikro yang
mengandung nutrien dan melindungi koloni bakteri (dari tekanan lingkungan, radiasi
sinar ultraviolet, obat antimikroba, pH, suhu, dan kelembaban).
Plak pada gigi adalah suatu bentuk biofilm yang mengarah pada kerusakan
gigi (cavities/gigi berlubang). Pembentukan dimulai dari kolonisasi Streptococcus
mutans pada gigi. Bakteri ini menguraikan karbohidrat terutama sukrosa (gula tebu)
sebagai sumber nutrien dan untuk pembentukan glikokaliks. Sukrosa diuraikan
menjadi monosakarida sebagai sumber energi sel, dengan bantuan enzim. Enzim
kedua yang dikeluarkan oleh sel berupa rantai polisakarida yang tidak larut untuk
menguraikan fruktosa, yang disebut sebagai molekul glukan (seperti matriks
glikokaliks yang mengelilingi sel). Adanya glukan ini akan melekatkan Streptococcus
mutans pada gigi, menyediakan tempat bagi spesies bakteri mulut lain dan menjerat
partikel nutrien. Suatu biofilm kini telah terbentuk.
Bakteri di dalam biofilm mencerna nutrien dan melepaskan zat asam, yang
dapat merusak gigi dengan matriks biofilm. Asam secara berangsur-angsur akan
mengikis mineral penyusun gigi, menyebabkan gigi berlubang dan pada akhirnya bisa
menghilangkan gigi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bakteri dalam biofilm
menunjukkan perbedaan yang mencolok dari individu, bakteri yang berenang bebas.
Contohnya suatu sel yang berenang bebas, bakteri tanah Pseudomonas putida
bergerak dengan flagel. Ketika ia menjadi suatu bagian dari biofilm maka akan
kehilangan gen protein pembentuk flagel dan sebagai gantinya memulai sintesis pili.
Sebagai tambahan, gen yang menyandikan ketahanan terhadap antibiotik pada
Pseudomonas putida akan menjadi lebih aktif saat berada dalam biofilm.
Bakteri dalam biofilm berkomunikasi melalui pesan kimia untuk
membantu mengatur dan membentuk struktur tiga dimensi. Arsitektur suatu biofilm
menyediakan perlindungan daripada bakteri yang berenang bebas. Sebagai contohnya
pada saat kadar oksigen rendah di bagian dalam biofilm maka akan lebih
mengaktifkan zat antibiotik. Lebih dari itu, kehadiran begitu banyak jenis bakteri
dalam biofilm akan meningkatkan kemungkinan bakteri dalam komunitas biofilm
dalam melawan dan menjadi kebal tehadap pemberian antibiotik.
II.1.2 MEKANISME PEMBENTUKAN PLAK
Plak umumnya dijumpai pada sepertiga gingiva permukaan gigi, karena
daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan.
Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit, dan fisur pada permukaan
gigi, dibawah restorasi yang mengemper, dan sekitar gigi yang erupsinya tidak
teratur. Lokasi dan laju pembentukan plak adalah bervariasi diantara individu. Faktor
yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah higiena oral, serta faktor-faktor
penjamu seperti diet, dan komposisi serta laju aliran saliva.
Proses pembentukan plak dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu:
a. Pembentukan pelikel dental
Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal
dari pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi akan
dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkus,
begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan debris. Komponen khas pelikel
pada berbagai daerah bervariasi komposisinya. Pengamatan terhadap pelikel enamel
baru terbentuk (dua jam) menunjukkan bahwa komposisi asam aminonya berbeda
dari komposisi saliva, hal ini berarti bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi
makromolekul sekitar secara selektif. Pelikel merupakan suatu lapisan organik bebas
bakteri dan terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih
berkontak dengan ludah dan pada permukaan gigi dan berupa material stein yang
terang apabila diwarnai dengan bahan pewarna plak. Pelikel berfungsi sebagai
penghalang protektif, yang bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah
desikasi (pengeringan jaringan). Selain itu pelikel merupakan substrat tempat bakteri
dari sekitarnya melekat. Selain itu, pelikel bekerja seperti perekat bersisi dua, satu sisi
melekat ke permukaan gigi, sedangkan permukaan lainnya merupakan sisi yang
melekatkan bakteri pada permukaan gigi. Bakteri dapat melekat ke permukaan gigi
diperantarai oleh reseptor berupa lapisan tipis protein saliva dan glikoprotein yang
menutupi permukaan gigi yang sering dikenal dengan pelikel. Pelikel dan matriks
plak merupakan hasil dari host dan produk bakteri yang terdiri dari beberapa
komponen meliputi albumin, lisozim, amilase, imunoglobulin A, prolin yang kaya
protein dan mucins. Lapisan pelikel pada permukaan gigi dikolonisasi oleh bakteri
Gram positif seperti S.sanguis, S. mutans dan A.viscosus. Komponen bakteri seperti
glukosyltransferase dan glucans juga dapat ditemukan dalam pelikel dan memainkan
peran yang sangat signifikan dalam hal perlekatan. Suatu ikatan antara adsorbsi dan
desorbsi molekul saliva terjadi 90-120 menit setelah menyikat gigi. Setelah 2 jam
pelikel pada permukaan lingual terbentuk setebal 20-80 nm sedangkan pelikel di
daerah bukal bisa mencapai 200-700 nm. Ketebalan pelikel ini bisa berubah sewaktu-
waktu tergantung pada tempat melekatnya. Pada saat molekul protein saliva berikatan
dengan permukaan gigi protein dapat mengalami perubahan. Hal ini merupakan
petunjuk adanya reseptor baru untuk perlekatan dimana terjadi aktivitas
glukosyltransferase dan menghasilkan glucans dengan struktur yang dimodifikasi.
Komposisi molekul dan kimia fisik pelikel merupakan hal yang sangat menentukan
bentuk kolonisasi mikroba. Setelah pelikel terbentuk bakteri melekat pada pelikel
tersebut dan mengalami proliferasi. Bakteri yang pertama kali melekat pada
permukaan pelikel biasanya golongan coccus. Seiring berjalannya waktu plak
dikolonisasi oleh bermacam-macam bentuk berupa filamen, flagel dan spiral. Koloni
awal yang terdapat pada plak adalah spesies komensal utama meliputi Streptococcus
(S. sanguis, S. Gordonii dan S.oralis) dan A.viscosus. Pengkoloni awal tersebut
melekat ke permukaan gigi dengan bantuan adhesin yaitu molekul spesifik yang
terdapat pada permukaan bakteri. Contoh adhesin ini adalah S. gordonii dapat
berikatan dengan bantuan α-amylase sedangkan A. naeslundii dan F. nucleatum
berinteraksi dengan statherin. S. mutans berikatan dengan glucans protein binding.
b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi
Dalam beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental. Bakteri
yang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah
didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif, seperti Actinomices viscosus
dan Streptococus sanguis. 18-20 Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan
bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri.
Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental. Masa plak kemudian
mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat,
maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannya
terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal yang
aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram positif menjadi lingkungan yang sangat
miskin oksigen dimana yang dominan adalah mikroorganisme anaerob gram-negatif.
c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak
Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi awal permukaan gigi
melalui dua mekanisme terpisah, yaitu:
• Multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan gigi
• Multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan bakteri baru
Dalam tiga hari, Pengkoloni sekunder yang tidak turut sebagai pengkoloni
awal ke permukaaan gigi yang bersih, diantaranya Prevotella intermedia, Prevotella
loescheii, spesies Capnocyttophaga, Fusobakterium nucleatum, dan Porphyromonas
gingivalis. Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam
massa plak. Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke
bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Fase akhir pematangan plak pada
hari ke 7 ditandai dengan menurunnya jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya
bakteri gram negatif.
Plak ini hanya dapat dibersihkan dengan pembersihan mekanis seperti
menggunakan sikat gigi ataupun alat pembersih dari dokter gigi lainnya.
II.1.3 MEKANISME PEMBENTUKAN KALKULUS
Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri dan umumnya
bakteri plak memegang peranan penting dalam menentukan pembentukan kalkulus.
Pelekatan kalkulus dimulai dengan pembentukan plak gigi, sedangkan permukaan
kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival selalu diliputi oleh plak gigi.
Kalkulus merupakan suatu endapan amorf atau kristal lunak yang terbentuk pada gigi
atau protesa dan membentuk lapisan konsentris. Kalkulus ini biasanya terbentuk
setelah 2 – 14 hari terbentuknya plak. Kalkulus disebut juga "tartar" merupakan
endapan keras hasil mineralisasi plak gigi, melekat erat mengelilingi mahkota dan
akar gigi. Selain pada permukaan gigi, kalkulus juga terdapat pada gigi tiruan dan
restorasi gigi dan hanya bisa hilang dengan tindakan scalling. Penelitian morfologi
kalkulus menggunakan scanning electron microscopy (SEM) menunjukkan bahwa
kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival kasar dan porus serta terdapat retensi
dan plak gigi. Permukaan luar kalkulus selalu diliputi oleh organisme - organisme
bentuk filamen dan bulat, sedangkan permukaan dalam kalkulus tidak. Ada
perbedaan jumlah koloni pada plak gigi dengan atau tanpa kalkulus supragingival.
Pada plak gigi kelompok kalkulus terdapat lebih banyak spesies Bacteroides
intermedius, Bacteroides melaninogenicus serta Capnocytophaga. Organisme yang
terdapat pada plak gigi yang sudah matang juga terdapat pada kalkulus. Ditemukan
ada 22 mikroorganisme di dalamnya. Bakteri plak diperkirakan memegang peranan
penting dalam pembentukan kalkulus, yaitu dalam proses mineralisasi, meningkatkan
kejenuhan cairan di sekitarnya sehingga lingkungannya menjadi tidak stabil atau
merusak faktor penghambat mineralisasi. Sumber mineral untuk kalkulus
supragingival diperoleh dan saliva, sedangkan kalkulus subgingival dari serum darah.
Kalkulus terjadi karena pengendapan garam kalsium fosfat, kalsium karbonat dan
magnesium fosfat. Komposisi kalkulus dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut
serta waktu pembentukan kalkulus. Pada suatu saat kalkulus dapat cepat terbentuk,
sedangkan pada saat yang lain lambat atau tidak terbentuk kalkulus.
Kalkulus melekat erat dengan gigi dan hanya bisa di bersihkan dengan
scaller, atau alat ekstraktor oleh dokter gigi. Kalkulus mula-mula kuning, lama -
kelamaan dapat berwarna coklat atau kehitaman sesuai dengan kebiasaan seperti
merokok atau minum kopi. Kalkulus dapat menyebabkan gigi goyang dan mudah
tanggal karena penurunan gusi, gusi bengkak, gusi berdarah terutama saat menyikat
gigi dan halitosis (bau mulut).
Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneliti mengenai proses
terbentuknya kalkulus, antara lain:
1. Teori CO
Menurut teori ini, pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat adanya
perbedaan tekanan CO2 dalam rongga mulut dengan tekanan CO2 dari duktus saliva,
yang menyebabkan pH saliva meningkat sehingga larutan menjadi jenuh.
2. Teori protein
Pada konsentrasi tinggi, protein koloida saliva bersinggung-an dengan
permukaan gigi maka protein tersebut akan keluar dari saliva, sehingga mengurangi
stabilitas larutannya dan terjadi pengendapan garam kalsium fosfat.
3. Teori fosfatase
Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri. Fosfatase
membantu proses hidrolisa fosfat saliva se-hingga terjadi pengendapan garam
kalsium fosfat.
4. Teori esterase
Esterase terdapat pada mikroorganisme, membantu proses hidrolisis ester
lemak menjadi asam lemak bebas yang dengan kalsium membentuk kalsium fosfat.
5. Teori ammonia
Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan membentuk
amonia sehingga pH saliva naik dan terjadi peng-endapan garam kalsium fosfat.
6. Teori pembenihan
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan fosfor
yang akan membentuk kristal inti hidroksi apatit dan berfungsi sebagai benih kristal
kalsium fosfat dari saliva jenuh.
Diketahui ada dua macam kalkulus menurut letaknya terhadap gingival
margin yaitu kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival. Kalkulus
supragingival terletak di atas margin gingiva, dapat terlihat langsung di dalam mulut,
warnanya putih kekuning-kuningan dan distribusinya dipengaruhi oleh muara duktus
saliva mayor. Kalkulus subgingival terletak di bawah margin gingiva, tidak dapat
terlihat langsung di dalam mulut, dan warnanya kehitaman. Endapan kalkulus
supragingival terbanyak adalah pada permukaan bukal gigi molar pertama maksila,
dan pada permukaan lingual gigi insisivus pertama dan kedua mandibula. Endapan
kalkulus subgingival paling banyak terdapat pada gigi insisivus pertama dan kedua
mandibula, diikuti oleh gigi molar pertama maksila, kemudian gigi-gigi anterior
maksila.
Pembentukan kalkulus supragingival pada orang Asia (tentara Indonesia)
lebih banyak, dan gigi yang terkena juga lebih banyak dibandingkan dengan orang
Eropa (Oslo). Perbedaan pembentukan tersebut tidak disebabkan oleh umur, jenis
kelamin, frekuensi menyikat gigi atau daya abrasif dari pasta gigi, diperkirakan
perbedaan tersebut karena kebiasaan makan dan jenis makanannya. Beras
mengandung silikon yang daya abrasifnya rendah sehingga meningkatkan rata-rata
pembentukan kalkulus pada orang Asia. Silika yang ditambahkan dalam makanan
tikus akan meningkatkan pembentukan kalkulus. Karang gigi ini menjadi tempat
melekatnya kuman-kuman di dalam mulut. Akibatnya dapat menyebabkan berbagai
penyakit gusi, seperti radang gusi (gingivitis) yang ditandai dengan gusi tampak lebih
merah, agak membengkak, dan sering berdarah saat menggosok gigi. Hal ini dapat
berlanjut menjadi radang jaringan penyangga gigi lainnya (periodontitis) bila tidak
segera dirawat. Bila sudah tahap ini dapat menimbulkan gigi goyang karena jaringan
penyangga gigi sudah rusak.
Pencegahan karang gigi adalah dengan menyikat gigi dengan baik dan
benar setiap hari. Penyikatan gigi sebaiknya dilakukan 2 x sehari, yaitu setiap kali
setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Karena pada waktu tidur aktifitas gigi
dan mulut berhenti dan memudahkan bakteri untuk berkembang biak. Selain itu
pembersihan gigi dapat menggunakan benang khusus atau dental floss yang dibuat
untuk kedokteran gigi untuk membersihkan sela – sela gigi. Sedangkan cara menyikat
gigi yang baik benar adalah : Untuk bagian depan permukaan gigi yaitu bagian bibir
dan pipi, dilakukan dengan cara memutar. Untuk bagian mengunyah dan menggigit,
dilakukan dengan cara maju – mundur. Sedangkan pada bagian dalam yaitu bagian
lidah dan langit – langit dilakukan dengan cara mencongkel ( Ambarwati, 1994 : 32 ).
Apabila setelah makan dan tidak sempat gosok gigi, lakukan kumur dengan air.
Untuk menghilangkan sisa makanan. Atau dengan makan buah – buahan yang
berserat dan banyak mengandung air. Pembersihan karang gigi atau scalling
sebaiknya dilakukan secara rutin tiap 2 sampai 4 kali dalam setahun dengan pergi ke
dokter gigi. Atau atas pertimbangan dokter atas kondisi yang ditemukan. Laju
pembentukan karang gigi setiap individu berbeda – beda dipicu oleh bebagi faktor
dalam tubuh misalnya pada penderita diabetes biasanya karang gigi cepat terbentuk
karena kondisi tingkat kekentalan air liur sangat tinggi dan jumlahnya sedikit, karena
itu semakin capat karang gigi terbentuk sering pula kita melakukan
perawatan pembersihan ( Sriono, 2005 : 52 ).
II.2 FLORA NORMAL RONGGA MULUT
Flora rongga mulut terdiri dari kelompok mikrorganisme meliputi: bakteri,
fungi, mikoplasma, protozoa serta virus. Klasifikasi bakteri di RM didasarkan pada:
a. Pewarnaan, Gram positif & Gram negative,
b. Kebutuhan oksigen, aerob & anaerob.
II.2.1 Kokus Gram Positif
Gram positif bentuk kokus, chains, terkadang berkapsul, non motile,
anaerob fakultatif, media: selektif MSA.
II.2.1.1 Genus Streptococus
1. Kelompok Mutans
Species utama adalah Streptococcus mutans serotipe c, e, f ; S.
sobrinus serotipe d, g; S. rattus serotipe b; S. ferus; Steptococcus downei
serotipe h, S. macacae. Karakteristik kultur : konveks, opaque, menghasilkan
polisakarida ekstraseluler pada media yang mengandung sukrosa, MSA +
bacitracin agar. Keberadaan di RM & infeksi : tooth surface, dental caries
2. Kelompok Mitis
Spesies utama : Streptococcus.mitis, S. sanguis, S. gordoni, S.oralis,
S. crista Karakteristik kultur : koloni tidak melekat (S.mitis & S.oralis ), kecil
& elastis (S. sanguis) pd MSA. Keberadaan di RM & infeksi: plak gigi, lidah
dan pipi, infeksi endokarditis kecuali S.mitis.
3. Kelompok Salivarius
Spesies utama : S. salivarius; S.vestibularis. Karakteristik kultur:
koloni mukoid dan besar pada MSA, juga menghasilkan fruktan ekstra seluler
(polimer dari fruktosa dengan struktur levan). S.vestibularis tidak
menghasilkan polisakarida ekstraseluler dari sukrosa menghasilkan urease dan
hidrogen peroksida. Keberadaan di RM & infeksi: dorsum lidah & saliva pada
umumnya tidak bersifat pathogen
4. Anaerobic streptococci (genus Peptostreptococcus)
Spesies utama: P. anaerobicus, P. micros, P.magnus. Karakteristik
kultur: anaerob, pertumbuhan lambat, biasanya non hemolitik. Keberadaan di
RM & infeksi: pada gigi, khususnya karies dentin, abses periodontal
&dentoalveolar dalam kultur campur.
5. Kelompok Anginosus
Spesies utama : Streptococcus constellatus, S. intermedius, S.
anginosus. Karakteristik kultur : Tergantung CO2, ukuran kecil, koloni tidak
melekat pada MSA. Keberadaan di RM & infeksi: krevikuler gingiva, infeksi
dentoalveolar & endodontik.
II.2.1.2 Genus Stomatococcus
Spesies utama : Stomatococcus (bentuk Micrococcus) mucilagenosus.
Karakteristik kultur : koagulase negatif, koloni besar melekat pada permukaan
agar darah, anaerob fakultatif. Keberadaan di RM & infeksi : umumnya pada
lidah, krevikuler gingiva, bukan merupakan patogen oportunis.
II.2.1.3 Genus Staphylococcus
Gram positif bentuk kokus, bergerombol, tidak berspora, non motile,
beberapa strain memiliki kapsul. Spesies utama : Staphylococcus aureus, S.
epidermis (S.albus), S. saphrophyticus. Keberadaan di RM & infeksi:Proporsi
Staphylococcus aureus lebih banyak terdapat dalam saliva subyek sehat.
II.2.2 Kokus Gram Negatif
II.2.2.1 Genus Neisseria diplokokkus gram negative
Spesies utama : Neisseria subflava, N.mucosa, N. sica. Karakteristik
kultur : menghasilkan asakharolitik dan non polisakarida, aerob fakultatif.
Keberadaan di RM & infeksi: diisolasi dalam jumlah yang lebih sedikit dari
lidah, saliva, mukosa rongga mulut dan awal pembenukan plak,
mengkonsumsi O2 pada tahap awal pembentukan plak, menyediakan kondisi
kondusif untuk pertumbuhan anaerob, jarang berkaitan dengan penyakit.
II.2.2.2 Genus Veilonella kokkus kecil gram negative
Spesies utama: Veilonella parvula, V. dispar, V. atypical. Karakteristik
kultur: anaerob obligat, media selektif Rogosa vancomysin agar, tidak
menghasilkan glukokinase dan frukto kinase sehingga tidak bisa
memetabolisme karbohidrat. Oleh karena itu ia menggunakan laktat hasil dari
bakteri lain & dan pH plak, berhubungan dengan karies gigi. Keberadaan di
RM & infeksi: Diisolasi dari permukaan lidah, saliva dan plak gigi, tidak
berhubungan dengan penyakit.
Bakteri – bakteri tersebut banyak yang dapat menempel pada biofilm yang
kemudian menjadi plak gigi yang seiring dengan berjalannya waktu bakteri – bakteri
tersebut berkoloni serta berkembang biak sehingga jumlahnya meningkat yang pada
akhirnya dapat menyebabkan karies maupun gingivitis dan periodontitis. Keadaan
lingkungan, seperti susunan ludah, substrat yang disediakan, konsentrasi zat asam dan
efektivitas pembersihan buatan dan fisiologis sangat mempengaruhi susunan flora
pembentuk plak. Oleh karena itu juga tidak begitu mengherankan bahwa susunan
plak berbeda dari tempat ke tempat.
Prevalensi (% jumlah total bakteri) flora dominan plak supragingival pada
dua tempat berbeda di dalam mulut.
Jenis Bakteri Fissura Aproksimal
S. mutans 20 10
S. sanguis 15 5
Streptokokus lainnya 5 10
Aktinomises Viskosus 10 20
Aktinomises Naeslundi 15 25
Aktinomises israelli 5 10
Batang gram – positif lainnya
(Rotia, Araknia, Bakterionema,
dll)
6 5
Veilonella 20 10
Laktobasillus <1 <1
Batang gram – negative lainnya
(Fusobakteri, Bakteriodes, Vibrio,
dll)
5 5
( Prof. Dr. Houwink, dkk, 1993)
Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan bakteri dari plak
gigi adalah streptokokus dan aktinomisetes. Juga mencolok bahwa S. mutans hanya
suatu persentase kecil dari jumlah total streptokokus. Terutama dalam fissure terdapat
streptokokus dalam persentase relative tinggi, sering dalam persentase yang lebih
tinggi daripada dalam plak aproksimal, dimana justru spesies aktinomises merupakan
jumlah yang lebih besar. Terutama actynomyces naeslundi dalam jumlah besar.
Namun, prevalensi S. mutans yang sedikit ini dalam waktu lama dan konsentrasi
tinggi yang berarti konsentrasi zat asam tinggi dapat menyebabkan terjadinya karies
bercak putih. Pada hamper semua plak, veilonella dapat ditemukan. Lactobasillus
hanya ditemukan langka dalam plak gigi.
II.3 Komposisi Plak
Ada 3 komposisi yang membentuk plak dental yaitu mikroorganisme,
matriks interseluler yang terdiri dari komponen organik dan komponen anorganik.
Kompisisi plak yang terbesar adalah mikroorganisme. Diperkirakan lebih dari 400
spesies bakteri dijumpai dalam plak dental. Mikroorganisme non - bakteri yang
dijumpai dalam plak adalah spesies Mycoplasma, ragi, protozoa, dan virus.
Mikroorganisme tersebut berada diantara matriks interseluler yang juga mengandung
sedikit jaringan seperti sel-sel epitel, makrofag, dan leukosit. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa bakteri yang dominan dalam semua plak gigi adalah jenis kokus
terutama Streptokokus yang dapat menghasilkan asam dengan cepat dari hasil
metabolisme karbohidrat. Mikroorganisme tersebut selain mampu membentuk asam
(asidogenik) juga tahan asam (asidurik).
Matriks interseluler merupakan 20-30% massa plak yang mengandung
bahan organik dan bahan anorganik. Komponen organik terdiri dari bahan organik
yang mencakup polisakarida (dekstran, levan dan galaktosa), protein, glikoprotein
dan lemak. Komponen anorganik yang ditemukan terutama kalsium dan fosfor yang
terutama berasal dari saliva. Selain kedua komponen tersebut, plak juga mengandung
magnesium, potassium, dan juga sodium. Kandungan organik semakin meningkat
seiring dengan pembentukan kalkulus. Dalam 1 mg plak mengandung 3 x 108 bakteri.
BAB III
KESIMPULAN
1. Plak pada gigi adalah suatu bentuk biofilm yang mengarah pada kerusakan
gigi (cavities/gigi berlubang). Pembentukan dimulai dari kolonisasi
Streptococcus mutans pada gigi. Bakteri ini menguraikan karbohidrat
terutama sukrosa (gula tebu) sebagai sumber nutrien dan untuk
pembentukan glikokaliks. Sukrosa diuraikan menjadi monosakarida
sebagai sumber energi sel, dengan bantuan enzim. Enzim kedua yang
dikeluarkan oleh sel berupa rantai polisakarida yang tidak larut untuk
menguraikan fruktosa, yang disebut sebagai molekul glukan (seperti
matriks glikokaliks yang mengelilingi sel). Adanya glukan ini akan
melekatkan Streptococcus mutans pada gigi, menyediakan tempat bagi
spesies bakteri mulut lain dan menjerat partikel nutrient yang
menyebabkan terbentuknya biofilm. Biofilm yang lama kelamaan semakin
banyak bateri yang melekta padanya menyebabkan terbentuknya plak gigi.
Plak yang mengalami mineralisasi akan disebut kalkulus atau karang gigi.
2. Prevalensi flora normal yang terbanyak dalam rongga mulut adalah bakteri
berbentu kokus, baik kokus gram positif maupun gram negative, aerob
maupun anaerob, seperti streptokokus, stomatokokus, staphylokokus,
neisseria serta veilonella. Selain itu, terdapat pula bakteri jenis
lactobasillus, namun jumlahnya sangat sedikit di rongga mulut. Bakteri –
bakteri ini berperan dalam menyebabkan terjadinya karies, gingivitis
maupun periodontitis.
3. Ada 3 komposisi yang membentuk plak dental yaitu mikroorganisme,
matriks interseluler yang terdiri dari komponen organik dan komponen
anorganik. Kompisisi plak yang terbesar adalah mikroorganisme.
Diperkirakan lebih dari 400 spesies bakteri dijumpai dalam plak dental.
Mikroorganisme non - bakteri yang dijumpai dalam plak adalah spesies
Mycoplasma, ragi, protozoa, dan virus. Komponen organik terdiri dari
bahan organik yang mencakup polisakarida (dekstran, levan dan
galaktosa), protein, glikoprotein dan lemak. Sedangkan komponen
anorganiknya terdiri dari kalsium, fosfor, magnesium, potassium, dan juga
sodium.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Donna. 2007. Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari - hari. Jakarta: Kompas
DrsMed – FK UNRI (http://yayanakhyar.wordpress.com)
Gerald I, Roth and Camles Robert. 1981. Oral Biology. The C. V. Mosby
Company.
Houwink, Prof. Dr. B, dkk. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
http://kalbe.co.id
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18086/3/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19051/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21346/4/Chapter%20II.pdf
http://sachi-hestysachi.blogspot.com/2011/04/plak-pelikel-biofilm.html
Imam. 1990. Perlindungan Khusus. Surabaya: SPRG Pratiwi
Imam. 1996. Ilmu Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut. Surabaya: AKG
Sindoro
KH, Haake. Dental Plaque: Structural, Microbiological and Developmental
Files of Characteristics.
http://www.dent.ucla.edu/pic/members/microbio/mdphome.html
Limantara, Ambarwati. 1994. Pendidikan Kesehatan Gigi. Surabaya: SPRG
Sindoro
Nield JS, Gerhrig. Dental plaque biofilms.
http://www.dentalcarestamford.com
SH, Daliemunthe. 2008. Pengantar periodonsia. Medan: USU Press
Sriono, Niken Widyanti. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan.
Yogyakarta: Medika Fakultas Kedokteran Gigi UGM
S.U, Sri Lelyati. Kalkulus – Hubungannya Dengan Penyakit Periodontal dan
Penanganannya. Jakarta: Bagian Periodontologi FKG UI