Laporan Tutorial Modul 4

29
Skenario Kok Merah Putih Red dan White adalah mahasiswa kedokteran gigi yang sedang praktek di klinik fakultas tersebut, mendapati pasien wanita berusia 23 tahun yang datang karena sariawannya yang tak kunjung sembuh. Setelah dilakukan anamnesa, diketahui pasien merupakan mahasiswa kedokteran yang sedang mengerjakan skripsi dan ia merasa stres dengan tugas-tugasnya. Rasa sakit akibat sariawan ini sudah lama ia rasakan karena masih bisa ditahan dan biasanya sembuh sendiri tapi saat ini ia rasakan tiba-tiba dan dirasakan ada luka pada bibir juga bagian lain dalam mulutnya. Luka yang muncul tersebut bersifat hilang timbul, kedua mahasiswa tersebut berpikir apakah ini yang dinamakan ulkus rekuren dalam kedokteran gigi Pada pemeriksaan intra oral terlihat ada ulkus pada mukosa pipi dan mukosa bibir berbentuk oval dengan tepi merah mencolok dikelilingi jaringan eritematus dan sangat sakit bila tersentuh, serta lesi lain yang masih banyak pada bagian mukosa mulut karena memang oral hygiene pasien tersebut jelek. Red dan White baru melihat secara langsung berbagai macam lesi dalam mulut pasien, yang dapat bermanifestasi sebagai lesi merah, lesi putih, dan lesi merah putih. Mereka merasa perlu berdiskusi apa sebenarnya yang dialami pasien tersebut. Bagaimana saudara menjelaskan lesi di rongga mulut?

Transcript of Laporan Tutorial Modul 4

Page 1: Laporan Tutorial Modul 4

Skenario

Kok Merah Putih

Red dan White adalah mahasiswa kedokteran gigi yang sedang praktek di klinik fakultas tersebut, mendapati pasien wanita berusia 23 tahun yang datang karena sariawannya yang tak kunjung sembuh.

Setelah dilakukan anamnesa, diketahui pasien merupakan mahasiswa kedokteran yang sedang mengerjakan skripsi dan ia merasa stres dengan tugas-tugasnya. Rasa sakit akibat sariawan ini sudah lama ia rasakan karena masih bisa ditahan dan biasanya sembuh sendiri tapi saat ini ia rasakan tiba-tiba dan dirasakan ada luka pada bibir juga bagian lain dalam mulutnya. Luka yang muncul tersebut bersifat hilang timbul, kedua mahasiswa tersebut berpikir apakah ini yang dinamakan ulkus rekuren dalam kedokteran gigi

Pada pemeriksaan intra oral terlihat ada ulkus pada mukosa pipi dan mukosa bibir berbentuk oval dengan tepi merah mencolok dikelilingi jaringan eritematus dan sangat sakit bila tersentuh, serta lesi lain yang masih banyak pada bagian mukosa mulut karena memang oral hygiene pasien tersebut jelek.

Red dan White baru melihat secara langsung berbagai macam lesi dalam mulut pasien, yang dapat bermanifestasi sebagai lesi merah, lesi putih, dan lesi merah putih. Mereka merasa perlu berdiskusi apa sebenarnya yang dialami pasien tersebut.

Bagaimana saudara menjelaskan lesi di rongga mulut?

Page 2: Laporan Tutorial Modul 4

I. Terminologi Ulkus rekuren : lesi pada kulit atau mukosa yang menunjukkan disintegrasi jaringan

dan nekrosis secara bertahap dan terjadi secara berulang Jaringan eritematus : jaringan yang memerah karena hyperemia yang disebabkan

oleh pelebaran pembuluh darah arteri Lesi : kelainan patologis yang diakibatkan oleh perubahan fungsi atau cedera pada

jaringan yang menunjukkan gejala atau simtom

II. Identifikasi Masalah1. Apakah ada hubungan stress dengan penyakit mukosa yang diderita pasien?2. Apa saja jenis lesi rongga mulut?3. Apakah penyebab timbulnya lesi dan apa faktor predisposisinya?4. Apa perbedaan lesi merah, lesi putih dan lesi merah putih?5. Apa diagnosa terhadap penyakit yang diderita pasien?6. Bagaimana penatalaksanaan penyakit yang diderita pasien?7. Apa saja jenis ulkus?

III. Analisa Masalah1. Apakah ada hubungan stress dengan penyakit mukosa yang diderita pasien?

stress dapat menurunkan fungsi sistem imun, lesi dapat disebabkan oleh OH yang buruk dan penurunan fungsi sistem imun

Stress à pembentukan jaringan lambat à penyembuhan lesi lambat Stress à sekresi saliva berkurang à penyembuhan lesi lambat

2. Apa saja jenis lesi rongga mulut?o Berdasarkan perubahan bentuk jaringan :

Lesi primer : lesi yang pertama kali timbu Lesi sekunder : lesi yang muncul setelah lesi pertama

o Berdasarkan warna :

Lesi merah Lesi putih Lesi berpigmen Lesi merah putih

o Lesi multipel kronik

o Lesi multipel akut

Page 3: Laporan Tutorial Modul 4

3. Apakah penyebab timbulnya lesi dan apa faktor predisposisinya?Penyebab : trauma lokal, infeksi, penyakit sistemik, obat-obatan, terapi radiologi, psikologis, deposisi imun kompleks

Faktor predisposisi : rokok, penggunaan tembakau

4. Apa perbedaan lesi merah, lesi putih dan lesi merah putih?Lesi putih : plak putih, tidak dapat dikerok Lesi merah : makula merah terang, bertekstur seperti beludru Lesi merah-putih : bercak merah dengan fokus putih, atau sebaliknya

5. Apa diagnosa terhadap penyakit yang diderita pasien?Stomatitis Aphtosa Rekuren

6. Bagaimana penatalaksanaan penyakit yang diderita pasien? menghilangkan faktor predisposisi, memperbaiki oral hygiene, obat antibiotik

dan anti peradangan. pada SAR à gunakan betadine mouthwash dg kandungan Povidon iodine 1%

7. Apa saja jenis ulkus?

o Ulkus rekuren

o Ulkus tunggal

o Ulkus traumatikus

o Ulkus akut

o Ulkus kronis

Page 4: Laporan Tutorial Modul 4

Red & WhitePraktek klinik

fakultasPasien wanita 23 tahun

Gejala :Sariawan

Hilang timbulLuka di

bibir

Pem. Intra Oral:Jar.

EritematusLesi di

mukosa mulutLesi & Ulkus Rongga

Mulut Ulkus

Rekuren

Ulkus Tunggal

Lesi merah-putih

Lesi Merah

Lesi Putih

Lesi Multipe

l Kronis

Akut

Etiologi, Faktor Predisposisi, Gejala Klinis, Penatalaksanaan

IV. Sistematika Masalah

V. Tujuan Pembelajaran1. Mahasiswa mampu menjelaskan lesi multipel akut 2. Mahasiswa mampu menjelaskan lesi multipel kronis 3. Mahasiswa mampu menjelaskan lesi putih 4. Mahasiswa mampu menjelaskan lesi merah 5. Mahasiswa mampu menjelaskan lesi merah-putih 6. Mahasiswa mampu menjelaskan ulkus tunggal 7. Mahasiswa mampu menjelaskan ulkus rekuren

Page 5: Laporan Tutorial Modul 4

1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Lesi Multipel Akuta. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis

Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) merupakan lesi ulseratif rongga mulut yang disebabkan oleh organisme fusosspirochaeta. Factor predisposisi penyakit ini adalah perikoronitis, margin restorasi yang berlebihan, mahkota yang tidak cekat, oral hygiene buruk, gingivitis marginal, dan kelainan darah.

Lesi pada ANUG merupakan ulserasi yang dangkal dan nekrotik yang paling serig timbul pada papilla interdental dan margin gingival. Lesi dilapisi oleh pseudomembran yang berwarna keabuan. Lesi juga dapat timbul pada mukosa pipi, bibir dan lidah yang berkontak dengan lesi gingival atau setelah terjadi trauma.

Necrotizing gingivitis dan necrotizing stomatitis pada pria usia 30 tahun dengan AIDS

Necrotizing gingivitis pada pria usia 32 tahun dengan HIV

Page 6: Laporan Tutorial Modul 4

Penatalaksanaan ANUG dapat dilakukan dengan membersihkan lesi pada gingival dengan irigasi atau kuretase periodontal, memberikan hydrogen peroksida sebagai obat kumur dan terapi antibiotic jika terdapat lesi yang luas pada gingival yang disertai dengan limfadenopati atau gejala sistemik.

b. Eritema Multiformis

Etiologi eritema multiformis adalah deposisi kompleks imun dalam mikrovaskular dari kulit dan mukosa. Faktor predisposisi yang paling sering menyebabkan eritema multiformis adalah herpes simpleks virus dan reaksi obat. Obat-obatan yang paling sering berhubungan dengan eritema multiformis adalah obat-obatan oxycam nonsteroidal anti-inflammatory (NSAIDs), sulvonamida, antikonvulsan seperti carbamazepine, Phenobarbital dan phenytoin; kombinasi trimethopim-sulfinamida, allupurinol, dan penicillin.

Eritema multiformis biasa ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda, jarang ditemukan pada usia di atas 50 tahun. Gejala awal eritema multiformis dapat akut dan eksplosif. Gejala umum seperti demam dan malaise terjadi pada kasus yang cukup parah. Pasien dapat tidak merasakan gejala apapun dan kurang dari 24 jam terdapat lesi pada kulit dan mukosa.

Pada mukosa terdapat makula dan papula dengan diameter 0,5 – 2 cm. Pasien tidak makan karena akan terasa sakit saat menelan. Lesi lebih sering terdapat pada bibir dan jarang terjadi pada gingival.

Page 7: Laporan Tutorial Modul 4

Untuk kasus eritema multiformis ringan dapat diberikan terapi suportif seperti obat kumur, anastesi lokal dan menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan lunak atau cair. Sedangankan untuk kasus dengan derajat sedang sampai berat dapat diberikan terapi kortikosteroid sistemik.

c. Varicella ZoosterVirus Varicella zooster merupakan herpervirus dan seperti kebanyakan herpes virus

lainnya Varicella zooster dapat menyebabkan infeksi primer dan rekuren yang bersifat laten pada ganglia sensoris. Infeksi pada manusia yang disebabkan oleh Varicella zooster adalah chickenpox dan herpes zoster.

Demam, malaise, dan ruam mencolok pada tubuh adalah tanda-tanda pertama. Ruam tersebut menyebar ke leher, wajah, dan anggota gerak, diikuti papula-papula yang membentuk vesikel dan pustule. Lesi paling sering pda wajah dan jika dikerok akan sembuh dengan pembentukan jaringan parut.

Manifestasi oral : hanya sedikit dan sering kali terjadi tanpa diketahui, diawali oleh lesi vesikuler yang pecah dan membentuk ukus-ulkus dan lingkaran eritematosus. Paling sering pada palaum lunak, mukosa pipi, dan lipatan mukobukal

Hilang spontan dalam 7-10 hari

d. Herpes ZoosterHerpes zooster merupakan infeksi kambuhan dari Varicella Zooster Virus. Biasanya

terjadi pada orang dewasa di atas usia 50 tahun, meskipun juga dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa muda.

Gejala umum pada Herpes zooster adalah berupa rasa gatal, kesemutan, rasa terbakar, nyeri, dan paresthesia. Terdapat lesi yang ditandai dengan lepuh-lepuh vesicular yang sangat sakit pada kulit dan mukosa yang meyebar unilateral di sepanjang jalan saraf dan berhenti di garis tengah.

Pada rongga mulut terdapat lesi vesicular dan ulseratif dengan tepi meradang dan berwarna snagat merah pada bibir, lidah dan mukosa pipi. Biasanya dapat sembuh tanpa jaringan parut setelah 3 minggu. Tetapi banyak pasien mendapat pengalaman sakit menetap Post herpetic neuralgia yang bertahan selama 6 bulan sampai 1 tahun

Page 8: Laporan Tutorial Modul 4

e. Herpes SimpleksPenyakit infeksi ini disebabkan oleh Herpes simpleks Virus (HSV). HSV

diklasifikasikan menjadi HSV tipe I yang sering menyebabkan infeksi pada rongga mulut, faringeal, menigoenephalitis dan dermatitis di atas pinggang. Sedangkan HSV tipe II menyebabkan infeksi pada infeksi genital, infeksi pada bayi baru lahir, dermatitis di bawah pinggang.

Gejala umum yang terjadi pada infeksi herpes simpleks primer dapat berupa demam, sakit kepala, malaise, nausea, dan muntah-muntah. Biasanya setelah 1 – 2 hari mengalami gejala prodromal, vesikel kecil muncul pada mukosa rongga mulut. Vesikel dapat dengan mudah pecah dan menjadi ulkus yang bundar dan terasa nyeri. Lesi dapat terjadi pada seluruh bagian mukosa rongga mulut. Seiringan dengan perkembangan penyakit, beberapa lesi kecil dapat bergabung dan membentuk lesi yang lebih luas dan tidak beraturan.

Vesikel pada palatum dan gingivitis marginal pada pasien dengan infeksi HSV

Kriteria penting dalam mendiagnosa penyakit ini adalah dengan adanya gingivitis akut marginalis yang luas. Seluruh gingival menjadi edema dan mengalami inflamasi. Beberapa

Page 9: Laporan Tutorial Modul 4

lesi kecil sering timbul pada gingiva. Pada pemeriksaan orofaring ditemukan tanda-tanda inflamasi dan pembesaran pada nodul limfa.

Gingivitis marginalis akut

Pada anak yang sehat, infeksi herpes simpleks primer bersifat self-limiting disease yang dapat sembuh dalam 3 atau 4 hari dan lesi akan sembuh dalam seminggu atau 10 hari, walaupun HSV dapat tetap berada pada saliva selama 1 bulan dari berawalnya penyakit.

Infeksi HSV dapat diberi perawatan dengan antivirus yang dapat menghambat replikasi DNA sel yang diinfeksi oleh HSV. Pada anak-anak dapat diberi terapi suportif, seperti pemberian anastesi local sebelum makan.

f. Infeksi CoxackievirusCoxackievirus merupakan enterovirus ribonucleid acid (RNA). Coxackievirus dibagi

menjadi 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. diketahui 24 tipe coxackievirus A dan 6 tipe coxackievirus B. Infeksi pada daerah rongga mulut yang disebabkan oleh coxackievirus tipe A adalah herpangina, penyakit hand-foot-and mouth dan limfonodular faringitis akut.

HerpanginaPenyebab utama herpagina adalah coxackievirus A4. Karena terdapat banyak

rantai antigen coaxackievirus, maka herpangina dapat terlihat lebih dari satu pada pasien yang sama. Herpangina terjadi dalam bentuk penyakit epidemic dengan kasus terbanyak pada bulan Juni – Oktober. Kasus paling sering terjadi pada anak-anak usia 3 – 10 tahun walaupun pada orang dewasa juga sering terjadi.

Setelah masa inkubasi selama 2 – 10 hari, infeksi dimulai dengan gejala umum seperti demam, meriang dan anorexia. Pasien juga mengeluhkan gejala sakit tenggorokan, disphagia dan rasa sakit pada mulut. Lesi muncul sebagai macula yang belang-belang dan dengan cepat menjadi papula dan vesikel pada faring posterior, tonsil dan palatum mole. Lesi jarang ditemu pada mukosa bukal, lidah

Page 10: Laporan Tutorial Modul 4

dan palatum durum. Dalam 24 – 48 jam vesikel pecah menjadi ulkus kecil dengan diameter 1 – 2 mm. Penyakit ini tidak parah dan biasanya sembuh dalam 1 minggu.

Sekelompok vesikel pada lidah pasien dengan herpangina

Herpangina merupakan self-limiting disease yang akan sembuh dengan sendirinya. Terapi yang diberikan dapat berupa terapi suportif seperti hidrasi yang baik dan pemberian anastesi topical jika pasien merasa sakit saat makan dan sulit menelan

Limfonodular faringitis akutPenyakit ini disebabkan coxackievirus A10. Distribusi lesi sama dengan

herpangina, tapi terdapat nodul kuning keputihan yang tidak berubah menjadi vesikel atau ulkus. Penyakit ini merupakan self-limiting disease sehingga tidak diperlukan terapi antivirus. Terapi suportif dapat diberikan jika ada keluhan dari pasien.

Hand-foot-and-mouth diseasePenyakit ini disebabkan oleh infeksi coxackievirus 16. Dikarakteristikkan

dengan demam dengan derajat rendah, vesikel dan ulkus pada rongga mulut, dan makula, papula, dan vesikel nonpruritus terutama pada permukaan tangan dan kaki. Lesi rongga mulut lebih luas daripada lesi pada herpangina dan lesi pada palatum durum, lidah dan mukosa bukal juga sering ditemui. Terapi yang diberikan adalah berupa terapi suportif.

Page 11: Laporan Tutorial Modul 4

2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Lesi Multipel Kronika. Pemphigus

Pemphigus merupakan penyakit yang berpotensi untuk mengancam hidup, menyebabkan kulit dan membran mukosa melepuh dan erosi. Lesi epithelial ini disebabkan oleh autoantibody yang bereaksi dengan glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel keratinosit. Reaksi imun terhadap sel ini menyebabkan hilangnya adhesi dari sel ke sel sehingga terjadi pembentukan bula intraepitel.

Jenis-jenis pemphigus adalah Pemphigus Vulgaris Pemphigus Vegetan Pemphigus Folliaceous Pemphigus erithematous Paraneoplastic Pemphigus Pemphigus yang berhubungan dengan obat-obatan

Gambaran klinis yang paling mencolok adalah pergkembangan cepat dari bulla multipel yang cenderung pecah dan meninggalkan erosi pada kulit atau mukosa mulut. Lesi mukokutan dini terdiri dari bula dan plak gelatin berair yang jernih dan mengkilat. Bula sangat rapuh, mudah pecah, berdarah dan menjadi keropeng. Terdapat tanda Nikolsky, yaitu apabila bula diberi tekanan, maka bula akan menyebar ke daerah-daerah sekitar.

Penatalaksanaan utama dari penyakit ini adalah kortikosteroid sistemik. Jika kortikosteroid sistemik diberi dalam jangka waktu yang panjang maka diberi azathioprine atau cyclophospamide untuk mengurangi efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang.

Page 12: Laporan Tutorial Modul 4

b. Pemphigoid BulosaMerupakan suatu penyakit mukokutan yang kronis, membatasi diri, sedikit lebih

umum dalam rongga mulut dibandingkan dengan pemphigus, dengan mortalistas dan morbiditas rendah. Penyebab penyakit ini masih belum diketahui. Pemphigoid bulosa dilaporkan terkadang berhubungan dengan penyakit lain, terutama multiple sclerosis dan keganasan, atau terapi obat terutama diuretic.

Lesi di kulit muncul lebih dulu daripada di mukosa oral. Bula intra oral biasanya merupakan gelembung yang tegang kecil, kuning atau berdarah. Bula terbentuk perlahan cenderung timbul di palatum, gingiva dan mukosa bukal. Dinding bula lebih tebal, tidak rapuh dan bertahan lebih lama daripada pemphigus karena terjadi akibat pemisahan subepitel. Dalam beberapa kasus bula bertahan beberapa hari sebelum pecah. Dapat terbentuk ulkus yang luas dan dangkal akibat penggabungan dari beberapa lesi. Ulkus ini dikelilingi oleh jaringan eritematosus.

Lesi pemphigoid bulosa pada kulit kepala

Pada pasien dengan lesi yang terlokalisasi, dapat diberikan kortikosteroid topical dosis tinggi. Sedangkan pasien dengan derajat penyakit lebih parah dapat diberikan kortikosteroid sistemik yang dapat dikombinasikan dengan obat imunosupresif lainnya.

c. Pemphigoid Cicatrical (mucous membrane pemphigoid)Pemphigoid cicatrical adalah penyakit autoimun subepitel kronis yang mengenai

membran muksa pada pasien usia di atas 50 tahun, menyebabkan ulkus pada mukosa dan meninggalkan jaringan parut. Lesi subepitel pemphigoid cicatrical dapat mengenai banyak membrane mukosa, tetapi membrane mukosa yang paling sering terkena adalah mukosa rongga mulut dan yang kedua adalah conjunctiva. Kerusakan kornea sering terjadi dan jaringan parut yang yang progresif dapat menyebabkan kebutaan (15% kasus).

Lesi pada rongga mulut terjadi pada 90% pasien pemhigoid cicatrical. Gingivitis desquamatif merupakan gejala yang paling umum, dan merupakan satu-satunya gejala penyakit ini. Lesi desquamatif juga terdapat pada pemphigus dan lichen planus, maka setiap lesi

Page 13: Laporan Tutorial Modul 4

desquamatif harus dilakukan biopsy dan dipelajari dengan pemeriksaan histology rutin serta teknik immunofluorescence untuk menentukan diagnose yang tepat.

Perawatan pemphigoid cicatrical tergantung pada keparahan gejalanya. Pada lesi rongga mulut yang parah dapat diberikan kortikosteroid sistemik untuk menghambat pembentukannya.

3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Lesi Putih

a. Granula FordyceMerupakan kelenjar sebase ektopik yang dijumpai di dalam mulut, dianggap sebagai

variasi normal mukosa rongga mulut. Merupakan kelenjar sebase ektopik yang dijumpai di dalam mulut, dianggap sebagai variasi normal mukosa rongga mulut. Dalam jumlah banyak membentuk kelompok-kelompok, plak atau bercak-bercak. Untuk penyakit ini tidak diperlukan penatalaksanaan khusus karena merupakan variasi normal.

b. Linea alba bukalisLesi ini merupakan respon terhadap gesekan gesekan pada gigi geligi, merupakan

tanda bruksism. Lesi berupa garis bergelombang, timbul dengan panjang yang bervariasi pada garis oklusi gigi pada mukosa pipi. Lesi biasa dijumpai bilateral dan tidak dapat dihapus. Tidak diperlukan penatalaksanaan khusus, hanya menghilangkan kebiasaan bruksism.

Page 14: Laporan Tutorial Modul 4

c. Keratosis Rokok

Suatu reaksi spesifik pada orang-orang yang merokok tanpa filter/mariyuana dalam jangka waktu yang sngat pendek. Lesi-lesinya berdekatan satu sama lain ketika mulut ditutup, mengenai bibir atas dan bibir bawah di lokasi penempatan rokok. Bercak-bercak keratotik ini umumnya diameter 7 mm dan terletak lateral dari garis tengah. Biasanya pada laki-laki tua.

d. Stomatitis nikotin

Suatu respons dari struktur-struktur ektodermal palatum pada mereka yang menghisap pipa/cerutu berkepanjangan. Biasanya pada pria usia pertengahan dan tua, yang mengenai posterior rugae palatum. Mula-mula iritasinya menyebabkan eritematosus yang difus pada apalatum, palatum menjadi putih keabu-abuan, terjadi banyak papula-papula kertotik yang khas dengan tengah yang merah cekung, dan berhubungan dengan lubang-lubang duktus ekretorius kel liur minor yang melebar serta meradang.

Page 15: Laporan Tutorial Modul 4

4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Lesi Meraha. Purpura

Lesi ini dikarakteristikkan dengan terkumpulnya darah di dalam jaringan lunak. Penyebabnya adalah iatrogenic, factitial atau trauma pada jaringan vaskular di dalam dermis atau submukosa. Lesi ini tidak memerlukan penatalaksanaan khusus karena akan hilang dengan sendirinya. Purpura terbagi atas 3 tipe berdasarkan luas dan penyebabnya.

Petechiae : area berwarna merah, datar dan sebesar pinpoint; biasa terjadi pada palatum mole. Petechiae pada palatum dapat mengindikasikan rupturnya kapiler palatum akibat bersin, batuk atau muntah

Ecchymosis : area yg mengandung darah dengan diameter lebih luas dari 1 cm. disebabkan oleh trauma mekanis, kelainan hemostatik, atau karena penggunaan antikoagulan

Page 16: Laporan Tutorial Modul 4

Hematom : gumpalan darah yg luas yg disebabkan oleh putusnya vaskular karena trauma. Pada rongga mulut biasa terjadi karena erupsi gigi atau ruptur vena alveolar superior selama prosedur anastesi lokal

b. TrombusMuncul pada mukosa labial sebagai nodul bundar berwarna merah-coklat atau biru.

Disebabkan oleh tidak hancurnya bekuan darah setelah terjadi luka sehingga aliran darah

Page 17: Laporan Tutorial Modul 4

tersumbat. Nodula berwarna merah sampai biru ungu. Terletak pada mukosa bibir atau lidah. Lesi keras dan dapat terasa nyeri pada palpasi. Kadang menghilang secara spontan

c. HemangiomaLesi ini disebabkan oleh hamartoma atau tumor jinak. Lesi yang tidak tetap, berwarna

merah atau biru, tidak nyeri dan terkadang memucat jika diberi tekanan. Lesi ini dapat dihilangkan dengan bedah eksisi, cryotherapy, atau terapi laser.

d. EritroplakiaPenyebab lesi ini belum diketahui secara pasti. Tetapi sebagian besar kasusnya

berhubungan dengan kebiasaan merokok berat. Lesi ini memiliki outline tidak teratur dan

Page 18: Laporan Tutorial Modul 4

sebagian terdapat area mukosa normal di dalam area eritroplakia. Lesi biasanya terdapat pada dasar mulut, ventral lidah dan palatum mole.

Penatalaksanaan : observasi 1-2 minggu, dan menghilangkan iritan yg diduga sebagai penyebab. Juga dapat dilakukan eksisi bedah

5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Lesi Merah-Putiha. Erythroleukoplakia

Erythroleukoplakia merupakan lesi merah dengan fokus putih. Pada bagian superfisial sering diinfeksi oleh candida. Lesi biasa terjadi pada lateral lidah, mukosa bukal, dasar mulut dan palatum mole. Permulaan lesi terjadi setelah paparan yang cukup lama dari karsinogen.

Pada lesi ini dapat dilakukan biopsy dan pemeriksaan histologist untuk memastikan penyebabnya. Jika terdapat infeksi candida maka pasien diterapi dengan antijamur.

b. Lesi Putih Elektrogalvanik

Page 19: Laporan Tutorial Modul 4

Merupakan lesi merah keputihan yang mirip dengan lichen planus pada mukosa bukal yang berdekatan dengan restorasi logam. Untuk penatalaksanaan lesi ini adalah dengan mengganti restorasi logam.

6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Ulkus Tunggal

a. Histoplasmosis Etiologi : jamur histoplasma capsulatum Gejala mulut : suatu papula, nodul, ulser/vegetasi. Jika lesi tunggal tidak dirawat

maka lesi akan berkembang dari papula à nodula à ulserasi à membesar disertai limfadenopati

Terapi : antifungal, yaitu amphotericin B selama 10 – 12 minggu di bawah pengawasan dokter ahli

b. Blastomikosis Etiologi : blastomyces dermatitis Gejala : malaise, demam ringan, batuk. Pada rongga mulut terdapat ulser verrucous yang tidak sakit dan tidak spesifik

dengan tepi-tepi mengeras, sering disalah artikan sebagai karsinoma sel skuamosa Penatalaksanaan : antifungal, yaitu amphotericin B, atau ketoconazole

c. Mukormikosis Etiologi : jamur saprofitik yang biasanya berada di tanah atau makanan yang

sudah rusak Manifestasi di mulut : ulserasi palatum, nekrosis oleh invasi ke pembuluh darah

palatal. Lesi besar dan dalam menyebabkan denudasi tulang di bawahnya. Ulser juga terdapat pada bibir, gingiva dan alveolar ridge

Terapi : kombinasi debrimen secara bedah pada daerah terinfeksi dan pemberian amphotericin B sistemik selama 1-3 bulan

7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Ulkus Rekuren

Page 20: Laporan Tutorial Modul 4

a. Recurrent aphtous stomatitis (RAS)etiologi : herediter, defisiensi hematologik terutama zat besi, folat dan vitamin b12, alergi terhadap makanan, gangguan hormonalGejala klinis :

Diawali rasa panas selama 2-48 jam sebelum ulser terbentuk Muncul eritema menjadi papula putih kecil Kemudian ulser melebar 2-3 hari Lesi berbentuk bulat, simteris dan dangkal. Mukosa bukal dan labial paling

sering terkena. Jarang ditemukan pada palatum, gingiva yang berkeratin

Penatalaksanaan : Suspensi antibiotik dan obat anti radang Kortikosteroid topikal Vitamin B12

b. Behcet’s SyndromePada behcet’s syndrome terdapat triad of symptom yaitu ulkus oral rekuren, ulkus

genital rekuren, dan lesi pada mata. Behcet’s syndrome disebabkan oleh imunokompleks yang mengakibatkan vaskulitis pada pembuluh darah yang berukuran kecil dan sedang dan inflamasi pada epithelium karena limfosit T dan plasma sel yang imunokompeten. Peningkatan aktivitas neutrofil juga terlihat pada penyakit ini. Selain itu juga terdapat komponen genetic pada penyakit ini.

Tempat yang paling sering terjadi lesi ini adalah pada mukosa rongga mulut. 90% pasien mengalami ulkus yang rekuren pada rongga mulut. Lesi tidak dapat dibedakan dengan stomatitis aphtosa. Lesi dapat muncul dimana saja, baik itu di mukosa rongga mulut maupun pada mukosa faring.

Area genital merupakan area yang kedua paling sering mengalami lesi ini, melibatka scrotum dan penis pada pria dan labia pada wanita. Sedangkan lesi pada mata terdiri dari uveitis, infiltrasi retinal, edema, oklusi vascular, conjunctivitis dan keratitis.

Page 21: Laporan Tutorial Modul 4

Penatalaksanaan Behcet’s syndrome tergantung pada keparahan dan banyaknya daerah yang terkena. Pada lesi rongga mulut, tidak baik jika diberi terapi obat-obatan sistemik. Sebaiknya diberi steroid topical atau inralesi.

Page 22: Laporan Tutorial Modul 4

Laporan TutorialModul 4

Lesi Rongga Mulut

Kelompok 5Fitrin YurensiaAsfahani LatiefahWahyu RamadhaniNovia Dwi DerosaAldo PatriaWinerlu SeptevaniMaya SafitriVania AmandaInggri Yelwita SeputriVicky Warian T.

Tutor : drg. Devianne

Program Studi Pendidikan Dokter GigiFakultas KedokteranUniversitas Andalas

2011