LAPORAN - trp.or.id · Kunjungan Lapangan Persiapan Pelaksanaan Pilot Project Reforma Agraria...

16
_ LAPORAN KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL | TAHUN 2014

Transcript of LAPORAN - trp.or.id · Kunjungan Lapangan Persiapan Pelaksanaan Pilot Project Reforma Agraria...

_

LAPORAN

KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL | TAHUN 2014

1

Kunjungan Lapangan Persiapan Pelaksanaan

Pilot Project Reforma Agraria Provinsi Jawa Tengah

A. Latar Belakang

Reforma agararia dalam arti sempit merupakan kebijakan yang dirancang oleh

Pemerintah dengan tujuan untuk mengurangi ketimpangan penguasaan, pemilikan,

penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Pelaksanaan reforma agraria selama ini dilakukan oleh BPN melalui

pemberian tanah kepada masyarakat yang secara ekonomi memiliki penghasilan rendah

untuk dikelola sendiri (oleh pemegang hak)dalam usaha di bidang pertanian sehingga

diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan pemberian tanah

tersebut dikenal dengan redistribusi tanah atau landreform dan telah dilaksanakan

sejak tahun 1961 hingga sekarang. Namun pelaksanaan redistribusi tanah dengan

tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat selama ini masih belum optimal

dikarenakan belum dilengkapinya kegiatan redistribusi tanah dengan pemberian akses

sumber daya yang cukup kepada masyarakat (access reform).

Dalam rangka melengkapi kegiatan redistribusi tanah maka pada tahun 2013, Tim

Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional telah melakukan identifikasi kegiatan

institusi yang dapat mendukung kegiatan pemberdayaan (access reform) serta

ditindaklanjuti dengan koordinasi bersama Kementerian/Lembaga terkait. Beberapa

Kementerian/Lembaga yang telah melakukan koordinasi dalam rangka pemberian

access reform diantaranya adalah Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan

Perikanan, Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Koperasi dan UKM, serta

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Identifikasi kegiatan K/L yang dapat

dijadikan program access reform dilakukan melalui pemilhan program dan kegiatan

I. PENDAHULUAN

2

RKP yang telah disusun oleh masing-masing Kementerian/Lembaga. Untuk

mempermudah proses identifikasi kegiatan K/L maka disusun indicator dalam proses

identfikasi tersebut yaitu, Memberikan dampak langsung kepada masyarakat;

Merupakan program yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan; Merupakan program

yang mendukung kegiatan pemanfaatan lahan.

Pelaksanaan kegiatan reforma agraria (redistribusi tanah dan access reform)

dalam penerapannya ditindak lanjuti dengan kegiatan pilot project di 2 provinsi yaitu

Jawa Tengah dan Bangka Belitung. Dalam rangka persiapan kegiatan tersebut telah

dilakukan koordinasi bersama Bappeda Provinsi dan BPN Kanwil di provinsi Jawa

Tengah dan Bangka Belitung untuk menyepakati pelaksanaan kegiatan reforma agraria,

Adapun dari hasil koordinasi yang dilakukan telah disepakati bahwa pelaksanaan

kegiatan reforma agraria di 2 (dua) provinsi tersebut akan menggunakan 2 (dua) skema

sebagai berikut:

a. Skema 1 Akses mengikuti Aset ( Kegiatan Pemberdayaan mengikuti redistribusi

tanah. Pada skema ini diharapkan K/L dapat menyediakan kegiatan pemberdayaan

kepada masyarakat terhadap bidang-bidang tanah yang telah dibagikan kepada

masyarakat.

b. Skema 2 Aset mengikuti Akses ( Kegiatan Legalisasi Tanah untuk Bidang-Bidang

yang telah diberikan Pemberdayaan). Pada skema ini BPN diharapkan dapat

memberikan sertipikat (melegalisasi) tanah yang sebelumnya telah dikenai

kegiatan pemberdayaan oleh Kementerian/Lembaga)

Dalam rangka melaksanakan kegiatan reforma agraria sesuai dengan skema di atas

maka perlu dilakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah, BPN serta SKPD setempat

agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan secara optimal. Untuk itu maka perlu

dilakukan Rapat Koordinasi dengan melibatkan beberapa pihak diantaranya Bappeda

Provinsi, BPN Kantor Wilayah, Dinas Pertanian, Dinas Kelautan, Dinas Koperasi, Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Dinas Pekerjaan Umum, di provinsi Jawa Tengah

dan Bangka Belitung.

B. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini meliputi :

1. Tercapainya kesepakatan pelaksanaan pilot project Reforma Agraria oleh

Pemerintah Daerah dan SKPD di Provinsi Jawa Tengah.

2. Tercapainya kesepakatan tugas/ alur kerja masing-masing SKPD yang terlibat

dalam pelaksanaan pilot project Reforma Agraria.

3. Tercapainya kesepakatan waktu pelaksanaan kegiatan reforma agraria di lapangan.

3

4. Terlaksananya peninjauan lapangan pada calon lokasi kegiatan Reforma Agraria di

Jawa Tengah.

C. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan Kunjungan Lapangan dalam rangka koordinasi persiapan Pilot Project

Reforma Agraria Nasional diselenggarakan dalam 2 jenis kegiatan yaitu Rapat

Koordinasi dan Survey Lapangan, dengan rincian waktu pelaksanaan sebagai berikut:

1. Rapat Koordinasi

Hari/Tanggal : Selasa, 2 September 2014

Waktu : 08.30 WIB s/d Selesai

Tempat : Hotel Santika Semarang

Peserta : Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BPN. Direktorat Landreform

BPN, Bappeda Provinsi Jawa Tengah, Kantor Wilayah Pertanahan

Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Prov. Jawa Tengah, Dinas

Cipta Karya Prov. Jawa Tengah, Dinas Koperasi dan UKM Prov. Jawa

Tengah, Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Jawa Tengah

2. Survey Lapangan

Hari/Tanggal : Rabu, 3 September 2014

Waktu : 08.30 WIB s/d Selesai

Tempat : Desa Banding – Kabupaten Ungaran

Peserta : Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BPN. Direktorat Landreform

BPN, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, Kantor

Wilayah BPN Prov. Jawa Tengah, Kantor Pertanahan Kabupaten

Ungaran

D. Metode

Kegiatan Kunjungan Lapangan dalam rangka persiapan pelaksanaan Pilot Project

Reforma Agraria dilaksanakan melalui pelaksanaan rapat koordinasi dan survey

lapangan.

E. Agenda

Waktu Agenda Pelaksana

2 September 2014 09.00 – 09.15 Pembukaan oleh Kepala Bappeda Kepala Bappeda Provinsi

Bangka Belitung 09.15 – 09.30 Pengantar Dir. Tata Ruang Direktur Tata Ruang dan

Pertanahan Bappenas

4

Waktu Agenda Pelaksana

09.30 – 09.45 Pengantar Dir. Pemberdayaan Masyarakat

Direktur Landreform BPN

09.45 – 10.00 Coffe Break Panitia 10.00 – 10.45 Paparan Kasubdit Pertanahan

Bappenas Kasubdit Pertanahan Bappenas

10.45 – 12.00 Tanya Jawab Seluruh Peserta 12.00 – 12.15 Penutup Kepala Bappeda Provinsi

Jawa Tengah 12.15 – 13.00 Makan Siang Panitia

3 September 2014 09.00 – 15.00 Kunjungan Lapangan Tim Bappenas, BPN serta

Perwakilan SKPD.

A. Pengantar oleh Kepala Bappeda Provinsi Jawa Tengah

1. Dalam upaya pemberdayaan sangat kental dengan upaya reforma agrarian, sejauh

ini di Jawa Tengah telah dilakukan beberapa praktek reforma agraria yang

meskipun masih belum dilakukan serentak namun telah dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Beberapa contoh wilayah di Jawa Tengah

yang telah dilaksanakan reforma agraria meliputi cilacap dan karanganyar.

2. Dalam optimalisasi program reforma agraria perlu dilakukan pemanfaatan lahan

lahan yang terlantar untuk dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan

petani. Untuk itu perlu segera dilakukan komitmen antara Bappenas, BPN serta

Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan reforma agraria beserta solusi penyusunan

berbagai kebijakan yang mendukung salah satunya adalah pemanfaatan tanah

terlantar untuk reforma agraria.

B. Pengantar Oleh BPN – Direktorat Pemberdayaan Masyarakat serta Direktorat

Landrefrom

1. Sejauh ini dalam program reforma agrarian (redistribusi tanah) yang telah dilakukan belum dapat diidentifikasi atau dilakukan pendataan terhadap jenis jenis

program yang mendampingi kegiatan redistribusi tersebut, diharapkan dengan

pelaksanaan pilot project dapat membantu mempermudah pendataan jenis

program yang mendampingi kegiatan tersebut sehingga mudah untuk direplikasi di

provinsi lainnya. Dengan demikian diharapkan kesejahteraan masyarakat akan

meningkat.

II. PELAKSANAAN RAPAT

5

2. Provinsi Jawa Tengah sejauh ini telah memberikan performa yang baik dalam

pelaksanaan redistribusi tanah, selain itu telah banyak dihasilkan succsess story

dalam pelaksanaan access reform seperti di Kendal dsb, sehingga sangat cocok

untuk dijadikan lokasi pilot project. Dengan adanya pilot project reforma agrarian

diharapkan terjalin koordinasi dan kerjasama yang baik antar instansi yang terlibat.

C. Arahan dan Pembukaan Oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

1. Kunci sukses Reforma Agraria adalah koordinasi yang baik antara Instansi

Pemerintah Pusat dan Instansi Pemerintah Daerah, terutama Kanwil BPN dan

Bappeda Provinsi.

2. Dalam pelaksanaan Pilot Project diharapkan Bappeda Provinsi dapat menjalankan

peranan sebaga berikut 1)Mengumpulkan data-data lokasi persil (bidang) penerima

pemberdayaan dari K/L & Pemda, 2)Melakukan koordinasi lokasi antara ASET dan

AKSES, 3)Melakukan koordinasi dan identifikasi kesesuaian kriteria antara program

pemberdayaan K/L & Pemda dengan Objek-Subjek terkait bidang-bidang tanah yang

telah disertipikasi (Skema 1 - AKSES mengikuti ASET BPN).

3. Sedangkan Kanwil BPN Provinsi diharapkan dapat berperan dalam beberapa hal

sebagai berikut, 1)Mengumpulkan data-data lokasi persil (bidang) legalisasi aset

(redistribusi, Prona, lintas sektor) dari Kantah-Kantah BPN, 2)Melakukan

koordinasi lokasi antara ASET dan AKSES, 3)Melakukan koordinasi sosialisasi dan

identifikasi clean & clear pada bidang-bidang tanah yang mendapat program

pemberdayaan dari K/L & Pemda, 4)Menerbitkan sertipikat tanah pada bidang-

bidang tanah yang telah clean & clear (Skema 2 - ASET BPN mengikuti AKSES).

4. Dari rapat koordinasi kali ini diharapkan agar Kanwil BPN Provinsi dan Bappeda

Provinsi dapat berkoordinasi dengan baik dan mengambil peran bersama sebagai

koordinator utama pelaksanaan Reforma Agraria. Adapun Data dan informasi lokasi

bidang-bidang tanah yang diredistribusi dan dilegalisasi, penerima manfaat

(beneficieries), serta program pemberdayaan, agar dapat disampaikan kepada

Sekretariat Reforma Agraria Nasional.

D. Pemaparan oleh Kasubdit Pertanahan – Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Bappenas

1. Pilot Project Reforma Agraria merupakan bagian dari Roadmap kebijakan

Redistribusi dan Acces Reform, yang pada tahap selanjutnya diharapkan bisa

dilakukan pengembangan teknologi pangan

2. BPN Kanwil diharapkan mengkoordinasikan kegiatan Reforma Agraria bersama

Bappeda Provinsi, dalam menentukan bidang tanah target Reforma Agraria

3. Dalam kriteria Clean and Clear yang Bappenas susun, perlu dikonfirmasi dan

dikoreksi kembali oleh BPN, karena bahan ini akan di sounding ke dinas daerah dan

Bappeda, untuk mereka siapkan bidang tanah pemberdayaan, bisa di sertifikasi oleh

BPN.

6

4. Dengan format tabel yang dibuat, diharapkan dinas daerah, kanwil dan kantah BPN

Bangka Belitung bisa memahami dan mengikuti format tabel tersebut, yang

nantinya akan menjadi bahan laporan Kami ke Ibu Menteri

5. BPN perlu melakukan identifikasi komoditas unggulan dan pemetaan sosial

ekonomi pada lokasi Reforma Agraria untuk mendapat orientasi arah

pemberdayaan yang sesuai dengan karakteristik lokal. 6. Bappenas bersama BPN Pusat melakukan monev pada lokasi Pilot project minimal

selama 2 tahun, untuk kemudian menentukan provinsi lain sebagai lokasi pilot

project baru, dengan kegiatan stimulan berikut lainnya.

E. Pembahasan dan Diskusi

1. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah

a. Pengertian reforma agraria, yang menjadi pilot project adalah redistribusi lahan

untuk mengentas kemiskinan. Di era otonomi daerah yg memiliki masyakarat dan

kegiatan ada di kabupaten. Di provinsi hanya dana sedangkan yg mengusulkan

kabupaten, sehingga pelaksanaan kegiatan sangat tergantung kepada kebijakan

masing masing pemerintah Kabupaten Kota, sehingga seharusnya rapat dapat

melibatkan kabupaten kota selaku pelaksana teknis lapangan agar dapat

memahami arah program dan kegiatan yang menjadi pilot project.

b. Sebaiknya dilakukan penyepakatan wilayah yang menjadi focus pelaksanaan pilot

project sehingga dinas di kabupaten dan provinsi dapat memfokuskan perhatian

dan dukungan dalam pelaksanaan pilot.

c. Diharapkan ada surat resmi dari Bappenas ke Bappeda untuk pelaksanaan

kegiatan pemberdayaan di provinsi, sehingga dapat memudahkan koordinasi

dimasa yang akan datang.

d. Kegiatan dari reforma agraria salah satunya legalisasi aset di dinas ada kegiatan

sertipikasi yg diikuti oleh pra-sertipikasi-pasca. Di dinas perkebunan juga

dilaksanakan sertipikasi di perkebunan rakyat, mengikuti skema 2 yaitu access

diberikan asset. Dan sertipikat yg telah ada berkembang menjadi permodalan.

Sudah banyak yg berhasil.

e. Perlu dilakukan identifikasi dan inventarisasi kegiatan yang berdampak langsung

ke masyarakat, identifikasi legalitas tanah yang menjadi objek, lalu diidentifikasi

juga lahan lahan yang sudah disertipikasi sudah ada tindaklanjutnya belum,

kemudian apakah tanah redisnya sudah ada pemberdayaan, apabila informasi

tersebut bisa didapatkan maka pilot project ini lebih mudah dilaksanakan.

f. Di purbalingga sudah ada sertipikasi 2300 perkebunan namun dilahan nilam,

namun tidak ada pemberdayaan yang bergerak kesitu. Sementara itu tahun ini

ada 100 sertipikat kegiatan perrtanian untuk penanaman lada namun terdapat

fenomena apabila petani diberikan sertipikat terdapat kecenderungan merubah

fungsi lahan eksisting sehingga perlu control yang lebih kuat.

7

2. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah

a. Dalam pelaksanaan pilot project sepertinya yang akan menjadi hambatan

khususnya adalah pelaksanaan koordinasi. Sejauh ini apabila terdapat kegiatan

bersama dengan BPN misalkan dalam penyusunan tata ruang beberapa Kantor

Pertanahan sulit untuk ikut berkoordinasi. Untuk mengatasi hal tersebut

diharapkan dalam rangka mendukung kegiatan ini dapat dibentuk kelembagaan

di provinsi seperti BKPRD sehingga ada badan adhoc melalui SK Bupati atau

Bappeda untuk dapay mengkoordinasikan kegiatan ini.

3. Bappeda Provinsi Jawa Tengah

a. Sejauh ini Bappeda telah melakukan koordinasi internal dengan bidang lain di

provinsi serta telah mengumpulkan dinas dan BPN. Namun terdapat kesimpulan

bahwa sebagian dinas tidak membutuhkan lahan untuk pemberdayaan.

Diharapkan BPN Pusat dapat memberikan data lokasi yang telah ditentukan

sehingga dapat ditindaklanjuti identifikasi program pemberdayaan di lokasi

tersebut oleh daerah.

b. Akan dilakukan upaya koordinasi seperti pelaksanaan musrenbang yang secara

khusus dapat membahas permasalahan terkait pelaksanaan pilot project ini

sehingga dapat memudahkan penentuan SKPD mana yang dibutuhkan untuk

mengisi pemberdayaan dan SKPD mana yang membutuhkan Lahan.

4. Biro Perencanaan – BPN RI

a. Sebaiknya segera dilakukan rapat koordinasi antar Kanwil dan Bappeda, dimulai

dengan inventarisasi ssubjek dan objek oleh BPN kemudiam dinaikan ke Bappeda

untuk di koordinasikan dengan dinas teknis lebih lanjut.

b. Terdapat permasalahan pada saat pelaksanaan antara subjek dengan objek tidak

sama, kadang kadang subjeknya tidak masuk ke program pemberdayaan.

Sarannya program pemberdayaannya berkelompk sehingga peta masalahnya

lebih mudah dibaca.

c. Tindaklanjut rapat kali ini diharapkan dapat mempertimbangkan rencana dan

arah kebijakan 5 tahun mendatang. Selain itu perlu sinkronisasi dengan program

K/L sehingga scenario pelaksanaan pilot dapat lebih jelas dan terarah.

5. Direktorat Landreform – BPN RI

a. Tujuan dari pelaksanaan pilot project ini adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat juga sama dengan tujuan kegiatan permberdayaan di K/L.

Namun demikian terdapat kriteria pelaksanaan yang berbeda sehingga perlu

dipahami oleh masing masing stakeholder yang terlibat dan perlu dilakukan

koordinasi yang lebih intens.

8

b. Pelaksanaan kegiatan redistribusi tanah dilakukan dengan menggunakan satuan

bidang untuk itu sebaiknya kegiatan pemberdayaan sebagai pelengkap

dilaksanakan dalam kelompok sehingga dapat terukur dan lebih mudah

dilaksanakan pemantauannya.

6. Kasubdit Pertanahan – Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas

a. Jika ada lembaga sepoerti BKPRD mungkin akan lebih mudah namun sementara

belum dibentuk dulu, tapi apabila dibutuhkan nanti dibicarakan lebih lanjut.

b. Sementara sepertinya ada kesalahpahaman dari SKPD terkait dengan kebutuhan

tanah, yang dimaksudkan bukan membutuhkan lahan untuk ekstensifikasi namun

lebih kepada program yang berkaitan dengan lahan. Jadi yang diutanyakan

adalah: apakah ada bidang pemberdayaan di skpd yang berkaitan dengan

pertanian? Baru akan teridentifikasi. Namun apabila tidak ada program seperti

itu tidak oerlu dipaksakan.

c. Ada beberapa daerah yang masuk lintor karena kesalahan pengganggaran

jumlahnya sehingga tidak sesuai. Misal pada TA. 1 SKPD minta 500.000 bidang

namun ternyata setelah diidentifikasi tidak clean and clear sehingga yang diminta

itu tidak tercapai. Nah sehingga perlu diusahakan untuk clean and clear.

d. Adajuga kementerian lembaga yang minta diseripikatkan tanah masyarakat

namun tidak mendapat program pemberdayaaan. Ada juga yang tidak membuat

kesepakatan untuk sertipikasi lintas sektor, sehingga terdapat potensi yang tidak

digarap, nah ketiadaan program pemberdayaan tersebut menjadi celah untuk

dikoordinasikan sehingga bisa diadakan pemberdayaan namun tidak mudah.

e. BPN tidak memiliki data access dan K/L atau SKPD tidak memiliki data asset,

program pilot project ini diadakan untuk mengkoordinasikan data tersebut

sehingga masing masing saling mengetahui dan dapat berjalan optimal.

f. Perubahan lahan itu bukan kewenangannya BPN. BPN hanya mengeluarkan

rekjomendasi untuk ditindaklanjuti daerah.

g. Kita sudah koordinasi dengan PU untuk melakukan ekstragasi peta untuk

memunculkan identifikasi alih fungsi sehingga bisa menahan alih fungsi

khususnya untuk lahan yang besar seperti HGU.

h. Jika diketahui berapa potensi TOL/TORA dan yang sudah dilakukan berapa, akan

lebih mudah dilakukan pelaporan, sehingga dapat diputuskan dan ditetapkan

berapa yang dilepaskan. Sekarang ini angka belum ada.

i. Untuk kegiatan pilot tahun ini difokuskan pada belajar melakukan koordinasi

lokasi antar program BPN dengan K/L sehingga dapat memberikan manfaat

sebesar besarnya bagi masyarakat dan memudahkan pengukuran capaian

kegiatan.

9

j. Kegiatan ini berjangka waktu dan bukan merupakan proyek abadi, sehingga

diharapkan dapat dengan serius dijalankan oleh berbagi pihak agar dapat

memberikan dampak yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat.

F. Kesimpulan dan Tindak lanjut

1. Kanwil BPN Provinsi dan Bappeda Provinsi diharapkan dapat berkoordinasi dengan

baik dan mengambil peran bersama sebagai koordinator utama pelaksanaan Reforma

di Provinsi Jawa Tengah.

2. Selain koordinasi, kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Kanwil/Kantah dan Dinas

terkait adalah inventarisasi lokasi by name by address secara detail baik lokasi

legalisasi aset maupun program pemberdayaan masyarakat.

3. Bappenas akan meninjau kembali hasil pelaksanaan pilot project Reforma Agraria

pada bulan November 2014 sebagai bentuk rangkaian Monitoring dan Evaluasi dari

pelaksanaa pilot project tahun ini..

10

Kunjungan lapangan dalam rangka survey lokasi pelaksanaan redistribusi tanah

dilakukan pada hari Rabu, 3 September 2014 di Desa Banding, Kecamatan Beringin

Kabupaten Ungaran – Jawa Tengah. Kunjungan lapangan dilaksanakan bersama dengan

Tim dari BPN-RI ( Direktorat Landreform dan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat),

Kanwil BPN Jawa Tengah serta Kantor Pertanahan Kabupaten Ungaran. Pemilihan lokasi

kunjungan lapangan di fokuskan pada lokasi pelaksanaan redistribusi yang telah

dilaksanakan pada tahun 2014.

Berdasarkan hasil kunjungan lapangan dapat diketahui bahwa telah dilakukan

redistibusi tanah di desa Banding dengan jumlah kurang lebih 200 KK. Adapun target

penerima redistribusi sebagian besar merupakan petani dan pengusaha besek. Namun

proses pelaksanaan redistribusi di Desa Banding belum selesai hingga pemberian

sertipikat tanah, pemberian sertipikat tanah akan dilaksanakan pada tanggal 17

September 2014. Berdasarkan diskusi langsung yang dilakukan dengan para penerima

program redistribusi tanah dapat diketahui bahwa tanah yang dijadikan objek

redistribusi merupakan bekas penguasaan asing yang kemudian ditinggalkan dan

dijadikan sebagai ground govertment (gg) yang kemudian dikuasai oleh warga secara

turun temurun (melalui perambahan), namun baru kali ini dapat disahkan penguasaan

dan pemilikannya melalui program redistribusi. Dari hasil kunjungan lapangan tersebut

juga diketahui kondisi tanah yang telah diredistribusikan bukan merupakan tanah

produktif untuk lahan pertanian basah karena tanah tersebut berada di dataran tinggi

dan tidak dilengkapi dengan sarana irigasi. Penerima redistribusi di Desa Banding pun

tidak dapat memanfaatkan secara maksimal.

Sebagai tindak lanjut akan dilakukan koordinasi melalui Kantor Pertanahan

Kabupaten Ungaran dan Kantor Wilayah BPN Jawa Tengah bersama dengan Bappeda

dan dinas terkait untuk menentukan jenis program pemberdayaan yang cocok untuk

kondisi lahan redistribusi seperti di Desa Banding. Adapun lokasi pilot project yang akan

kemudian ditindaklanjuti dan di koordinasikan hingga saat ini belum ditentukan

mengingat belum dilaksanakannya koordinasi oleh Pemerintah Daerah, Bappeda serta

BPN setempat.

III. PELAKSANAAN

KUNJUNGAN LAPANGAN

11

IV. LAMPIRAN

DOKUMENTASI

Arahan dan pembukaan oleh Direktur

Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas

Penyampaian Paparan oleh Kasubdit

Pertanahan Direktorat Tata Ruang dan

Pertanahan Bappenas

Sesi diskusi dan Tanya jawab dalam

Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma

Agrarian Nasional Di Jawa Tengah

Situasi di Kantor Kepala Desa Banding

Kecamatan Beringin Kabupaten Ungaran

Jawa Tengah

12

Kunjungan Lapangan Lokasi Redistribusi

Tanah di Desa Banding Kecamatan

Beringin.

Kondisi Lokasi Redistribusi Tanah di Desa

Banding – Kecamatan Beringin,

Kabupaten Ungaran

Kondisi Lokasi Redistribusi Tanah di Desa

Banding – Kecamatan Beringin,

Kabupaten Ungaran

Wawancara bersama dengan penerima

manfaat program redistribusi tanah

13

14

15