LAPORAN - trp.or.id · Kunjungan Lapangan Persiapan Pelaksanaan Pilot Project Reforma Agraria...
Transcript of LAPORAN - trp.or.id · Kunjungan Lapangan Persiapan Pelaksanaan Pilot Project Reforma Agraria...
_
LAPORAN
KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL | TAHUN 2014
1
Kunjungan Lapangan Persiapan Pelaksanaan
Pilot Project Reforma Agraria Provinsi Jawa Tengah
A. Latar Belakang
Reforma agararia dalam arti sempit merupakan kebijakan yang dirancang oleh
Pemerintah dengan tujuan untuk mengurangi ketimpangan penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pelaksanaan reforma agraria selama ini dilakukan oleh BPN melalui
pemberian tanah kepada masyarakat yang secara ekonomi memiliki penghasilan rendah
untuk dikelola sendiri (oleh pemegang hak)dalam usaha di bidang pertanian sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan pemberian tanah
tersebut dikenal dengan redistribusi tanah atau landreform dan telah dilaksanakan
sejak tahun 1961 hingga sekarang. Namun pelaksanaan redistribusi tanah dengan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat selama ini masih belum optimal
dikarenakan belum dilengkapinya kegiatan redistribusi tanah dengan pemberian akses
sumber daya yang cukup kepada masyarakat (access reform).
Dalam rangka melengkapi kegiatan redistribusi tanah maka pada tahun 2013, Tim
Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional telah melakukan identifikasi kegiatan
institusi yang dapat mendukung kegiatan pemberdayaan (access reform) serta
ditindaklanjuti dengan koordinasi bersama Kementerian/Lembaga terkait. Beberapa
Kementerian/Lembaga yang telah melakukan koordinasi dalam rangka pemberian
access reform diantaranya adalah Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Koperasi dan UKM, serta
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Identifikasi kegiatan K/L yang dapat
dijadikan program access reform dilakukan melalui pemilhan program dan kegiatan
I. PENDAHULUAN
2
RKP yang telah disusun oleh masing-masing Kementerian/Lembaga. Untuk
mempermudah proses identifikasi kegiatan K/L maka disusun indicator dalam proses
identfikasi tersebut yaitu, Memberikan dampak langsung kepada masyarakat;
Merupakan program yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan; Merupakan program
yang mendukung kegiatan pemanfaatan lahan.
Pelaksanaan kegiatan reforma agraria (redistribusi tanah dan access reform)
dalam penerapannya ditindak lanjuti dengan kegiatan pilot project di 2 provinsi yaitu
Jawa Tengah dan Bangka Belitung. Dalam rangka persiapan kegiatan tersebut telah
dilakukan koordinasi bersama Bappeda Provinsi dan BPN Kanwil di provinsi Jawa
Tengah dan Bangka Belitung untuk menyepakati pelaksanaan kegiatan reforma agraria,
Adapun dari hasil koordinasi yang dilakukan telah disepakati bahwa pelaksanaan
kegiatan reforma agraria di 2 (dua) provinsi tersebut akan menggunakan 2 (dua) skema
sebagai berikut:
a. Skema 1 Akses mengikuti Aset ( Kegiatan Pemberdayaan mengikuti redistribusi
tanah. Pada skema ini diharapkan K/L dapat menyediakan kegiatan pemberdayaan
kepada masyarakat terhadap bidang-bidang tanah yang telah dibagikan kepada
masyarakat.
b. Skema 2 Aset mengikuti Akses ( Kegiatan Legalisasi Tanah untuk Bidang-Bidang
yang telah diberikan Pemberdayaan). Pada skema ini BPN diharapkan dapat
memberikan sertipikat (melegalisasi) tanah yang sebelumnya telah dikenai
kegiatan pemberdayaan oleh Kementerian/Lembaga)
Dalam rangka melaksanakan kegiatan reforma agraria sesuai dengan skema di atas
maka perlu dilakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah, BPN serta SKPD setempat
agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan secara optimal. Untuk itu maka perlu
dilakukan Rapat Koordinasi dengan melibatkan beberapa pihak diantaranya Bappeda
Provinsi, BPN Kantor Wilayah, Dinas Pertanian, Dinas Kelautan, Dinas Koperasi, Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Dinas Pekerjaan Umum, di provinsi Jawa Tengah
dan Bangka Belitung.
B. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini meliputi :
1. Tercapainya kesepakatan pelaksanaan pilot project Reforma Agraria oleh
Pemerintah Daerah dan SKPD di Provinsi Jawa Tengah.
2. Tercapainya kesepakatan tugas/ alur kerja masing-masing SKPD yang terlibat
dalam pelaksanaan pilot project Reforma Agraria.
3. Tercapainya kesepakatan waktu pelaksanaan kegiatan reforma agraria di lapangan.
3
4. Terlaksananya peninjauan lapangan pada calon lokasi kegiatan Reforma Agraria di
Jawa Tengah.
C. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Kunjungan Lapangan dalam rangka koordinasi persiapan Pilot Project
Reforma Agraria Nasional diselenggarakan dalam 2 jenis kegiatan yaitu Rapat
Koordinasi dan Survey Lapangan, dengan rincian waktu pelaksanaan sebagai berikut:
1. Rapat Koordinasi
Hari/Tanggal : Selasa, 2 September 2014
Waktu : 08.30 WIB s/d Selesai
Tempat : Hotel Santika Semarang
Peserta : Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BPN. Direktorat Landreform
BPN, Bappeda Provinsi Jawa Tengah, Kantor Wilayah Pertanahan
Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Prov. Jawa Tengah, Dinas
Cipta Karya Prov. Jawa Tengah, Dinas Koperasi dan UKM Prov. Jawa
Tengah, Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Jawa Tengah
2. Survey Lapangan
Hari/Tanggal : Rabu, 3 September 2014
Waktu : 08.30 WIB s/d Selesai
Tempat : Desa Banding – Kabupaten Ungaran
Peserta : Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BPN. Direktorat Landreform
BPN, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, Kantor
Wilayah BPN Prov. Jawa Tengah, Kantor Pertanahan Kabupaten
Ungaran
D. Metode
Kegiatan Kunjungan Lapangan dalam rangka persiapan pelaksanaan Pilot Project
Reforma Agraria dilaksanakan melalui pelaksanaan rapat koordinasi dan survey
lapangan.
E. Agenda
Waktu Agenda Pelaksana
2 September 2014 09.00 – 09.15 Pembukaan oleh Kepala Bappeda Kepala Bappeda Provinsi
Bangka Belitung 09.15 – 09.30 Pengantar Dir. Tata Ruang Direktur Tata Ruang dan
Pertanahan Bappenas
4
Waktu Agenda Pelaksana
09.30 – 09.45 Pengantar Dir. Pemberdayaan Masyarakat
Direktur Landreform BPN
09.45 – 10.00 Coffe Break Panitia 10.00 – 10.45 Paparan Kasubdit Pertanahan
Bappenas Kasubdit Pertanahan Bappenas
10.45 – 12.00 Tanya Jawab Seluruh Peserta 12.00 – 12.15 Penutup Kepala Bappeda Provinsi
Jawa Tengah 12.15 – 13.00 Makan Siang Panitia
3 September 2014 09.00 – 15.00 Kunjungan Lapangan Tim Bappenas, BPN serta
Perwakilan SKPD.
A. Pengantar oleh Kepala Bappeda Provinsi Jawa Tengah
1. Dalam upaya pemberdayaan sangat kental dengan upaya reforma agrarian, sejauh
ini di Jawa Tengah telah dilakukan beberapa praktek reforma agraria yang
meskipun masih belum dilakukan serentak namun telah dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Beberapa contoh wilayah di Jawa Tengah
yang telah dilaksanakan reforma agraria meliputi cilacap dan karanganyar.
2. Dalam optimalisasi program reforma agraria perlu dilakukan pemanfaatan lahan
lahan yang terlantar untuk dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan
petani. Untuk itu perlu segera dilakukan komitmen antara Bappenas, BPN serta
Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan reforma agraria beserta solusi penyusunan
berbagai kebijakan yang mendukung salah satunya adalah pemanfaatan tanah
terlantar untuk reforma agraria.
B. Pengantar Oleh BPN – Direktorat Pemberdayaan Masyarakat serta Direktorat
Landrefrom
1. Sejauh ini dalam program reforma agrarian (redistribusi tanah) yang telah dilakukan belum dapat diidentifikasi atau dilakukan pendataan terhadap jenis jenis
program yang mendampingi kegiatan redistribusi tersebut, diharapkan dengan
pelaksanaan pilot project dapat membantu mempermudah pendataan jenis
program yang mendampingi kegiatan tersebut sehingga mudah untuk direplikasi di
provinsi lainnya. Dengan demikian diharapkan kesejahteraan masyarakat akan
meningkat.
II. PELAKSANAAN RAPAT
5
2. Provinsi Jawa Tengah sejauh ini telah memberikan performa yang baik dalam
pelaksanaan redistribusi tanah, selain itu telah banyak dihasilkan succsess story
dalam pelaksanaan access reform seperti di Kendal dsb, sehingga sangat cocok
untuk dijadikan lokasi pilot project. Dengan adanya pilot project reforma agrarian
diharapkan terjalin koordinasi dan kerjasama yang baik antar instansi yang terlibat.
C. Arahan dan Pembukaan Oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
1. Kunci sukses Reforma Agraria adalah koordinasi yang baik antara Instansi
Pemerintah Pusat dan Instansi Pemerintah Daerah, terutama Kanwil BPN dan
Bappeda Provinsi.
2. Dalam pelaksanaan Pilot Project diharapkan Bappeda Provinsi dapat menjalankan
peranan sebaga berikut 1)Mengumpulkan data-data lokasi persil (bidang) penerima
pemberdayaan dari K/L & Pemda, 2)Melakukan koordinasi lokasi antara ASET dan
AKSES, 3)Melakukan koordinasi dan identifikasi kesesuaian kriteria antara program
pemberdayaan K/L & Pemda dengan Objek-Subjek terkait bidang-bidang tanah yang
telah disertipikasi (Skema 1 - AKSES mengikuti ASET BPN).
3. Sedangkan Kanwil BPN Provinsi diharapkan dapat berperan dalam beberapa hal
sebagai berikut, 1)Mengumpulkan data-data lokasi persil (bidang) legalisasi aset
(redistribusi, Prona, lintas sektor) dari Kantah-Kantah BPN, 2)Melakukan
koordinasi lokasi antara ASET dan AKSES, 3)Melakukan koordinasi sosialisasi dan
identifikasi clean & clear pada bidang-bidang tanah yang mendapat program
pemberdayaan dari K/L & Pemda, 4)Menerbitkan sertipikat tanah pada bidang-
bidang tanah yang telah clean & clear (Skema 2 - ASET BPN mengikuti AKSES).
4. Dari rapat koordinasi kali ini diharapkan agar Kanwil BPN Provinsi dan Bappeda
Provinsi dapat berkoordinasi dengan baik dan mengambil peran bersama sebagai
koordinator utama pelaksanaan Reforma Agraria. Adapun Data dan informasi lokasi
bidang-bidang tanah yang diredistribusi dan dilegalisasi, penerima manfaat
(beneficieries), serta program pemberdayaan, agar dapat disampaikan kepada
Sekretariat Reforma Agraria Nasional.
D. Pemaparan oleh Kasubdit Pertanahan – Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Bappenas
1. Pilot Project Reforma Agraria merupakan bagian dari Roadmap kebijakan
Redistribusi dan Acces Reform, yang pada tahap selanjutnya diharapkan bisa
dilakukan pengembangan teknologi pangan
2. BPN Kanwil diharapkan mengkoordinasikan kegiatan Reforma Agraria bersama
Bappeda Provinsi, dalam menentukan bidang tanah target Reforma Agraria
3. Dalam kriteria Clean and Clear yang Bappenas susun, perlu dikonfirmasi dan
dikoreksi kembali oleh BPN, karena bahan ini akan di sounding ke dinas daerah dan
Bappeda, untuk mereka siapkan bidang tanah pemberdayaan, bisa di sertifikasi oleh
BPN.
6
4. Dengan format tabel yang dibuat, diharapkan dinas daerah, kanwil dan kantah BPN
Bangka Belitung bisa memahami dan mengikuti format tabel tersebut, yang
nantinya akan menjadi bahan laporan Kami ke Ibu Menteri
5. BPN perlu melakukan identifikasi komoditas unggulan dan pemetaan sosial
ekonomi pada lokasi Reforma Agraria untuk mendapat orientasi arah
pemberdayaan yang sesuai dengan karakteristik lokal. 6. Bappenas bersama BPN Pusat melakukan monev pada lokasi Pilot project minimal
selama 2 tahun, untuk kemudian menentukan provinsi lain sebagai lokasi pilot
project baru, dengan kegiatan stimulan berikut lainnya.
E. Pembahasan dan Diskusi
1. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah
a. Pengertian reforma agraria, yang menjadi pilot project adalah redistribusi lahan
untuk mengentas kemiskinan. Di era otonomi daerah yg memiliki masyakarat dan
kegiatan ada di kabupaten. Di provinsi hanya dana sedangkan yg mengusulkan
kabupaten, sehingga pelaksanaan kegiatan sangat tergantung kepada kebijakan
masing masing pemerintah Kabupaten Kota, sehingga seharusnya rapat dapat
melibatkan kabupaten kota selaku pelaksana teknis lapangan agar dapat
memahami arah program dan kegiatan yang menjadi pilot project.
b. Sebaiknya dilakukan penyepakatan wilayah yang menjadi focus pelaksanaan pilot
project sehingga dinas di kabupaten dan provinsi dapat memfokuskan perhatian
dan dukungan dalam pelaksanaan pilot.
c. Diharapkan ada surat resmi dari Bappenas ke Bappeda untuk pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan di provinsi, sehingga dapat memudahkan koordinasi
dimasa yang akan datang.
d. Kegiatan dari reforma agraria salah satunya legalisasi aset di dinas ada kegiatan
sertipikasi yg diikuti oleh pra-sertipikasi-pasca. Di dinas perkebunan juga
dilaksanakan sertipikasi di perkebunan rakyat, mengikuti skema 2 yaitu access
diberikan asset. Dan sertipikat yg telah ada berkembang menjadi permodalan.
Sudah banyak yg berhasil.
e. Perlu dilakukan identifikasi dan inventarisasi kegiatan yang berdampak langsung
ke masyarakat, identifikasi legalitas tanah yang menjadi objek, lalu diidentifikasi
juga lahan lahan yang sudah disertipikasi sudah ada tindaklanjutnya belum,
kemudian apakah tanah redisnya sudah ada pemberdayaan, apabila informasi
tersebut bisa didapatkan maka pilot project ini lebih mudah dilaksanakan.
f. Di purbalingga sudah ada sertipikasi 2300 perkebunan namun dilahan nilam,
namun tidak ada pemberdayaan yang bergerak kesitu. Sementara itu tahun ini
ada 100 sertipikat kegiatan perrtanian untuk penanaman lada namun terdapat
fenomena apabila petani diberikan sertipikat terdapat kecenderungan merubah
fungsi lahan eksisting sehingga perlu control yang lebih kuat.
7
2. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah
a. Dalam pelaksanaan pilot project sepertinya yang akan menjadi hambatan
khususnya adalah pelaksanaan koordinasi. Sejauh ini apabila terdapat kegiatan
bersama dengan BPN misalkan dalam penyusunan tata ruang beberapa Kantor
Pertanahan sulit untuk ikut berkoordinasi. Untuk mengatasi hal tersebut
diharapkan dalam rangka mendukung kegiatan ini dapat dibentuk kelembagaan
di provinsi seperti BKPRD sehingga ada badan adhoc melalui SK Bupati atau
Bappeda untuk dapay mengkoordinasikan kegiatan ini.
3. Bappeda Provinsi Jawa Tengah
a. Sejauh ini Bappeda telah melakukan koordinasi internal dengan bidang lain di
provinsi serta telah mengumpulkan dinas dan BPN. Namun terdapat kesimpulan
bahwa sebagian dinas tidak membutuhkan lahan untuk pemberdayaan.
Diharapkan BPN Pusat dapat memberikan data lokasi yang telah ditentukan
sehingga dapat ditindaklanjuti identifikasi program pemberdayaan di lokasi
tersebut oleh daerah.
b. Akan dilakukan upaya koordinasi seperti pelaksanaan musrenbang yang secara
khusus dapat membahas permasalahan terkait pelaksanaan pilot project ini
sehingga dapat memudahkan penentuan SKPD mana yang dibutuhkan untuk
mengisi pemberdayaan dan SKPD mana yang membutuhkan Lahan.
4. Biro Perencanaan – BPN RI
a. Sebaiknya segera dilakukan rapat koordinasi antar Kanwil dan Bappeda, dimulai
dengan inventarisasi ssubjek dan objek oleh BPN kemudiam dinaikan ke Bappeda
untuk di koordinasikan dengan dinas teknis lebih lanjut.
b. Terdapat permasalahan pada saat pelaksanaan antara subjek dengan objek tidak
sama, kadang kadang subjeknya tidak masuk ke program pemberdayaan.
Sarannya program pemberdayaannya berkelompk sehingga peta masalahnya
lebih mudah dibaca.
c. Tindaklanjut rapat kali ini diharapkan dapat mempertimbangkan rencana dan
arah kebijakan 5 tahun mendatang. Selain itu perlu sinkronisasi dengan program
K/L sehingga scenario pelaksanaan pilot dapat lebih jelas dan terarah.
5. Direktorat Landreform – BPN RI
a. Tujuan dari pelaksanaan pilot project ini adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat juga sama dengan tujuan kegiatan permberdayaan di K/L.
Namun demikian terdapat kriteria pelaksanaan yang berbeda sehingga perlu
dipahami oleh masing masing stakeholder yang terlibat dan perlu dilakukan
koordinasi yang lebih intens.
8
b. Pelaksanaan kegiatan redistribusi tanah dilakukan dengan menggunakan satuan
bidang untuk itu sebaiknya kegiatan pemberdayaan sebagai pelengkap
dilaksanakan dalam kelompok sehingga dapat terukur dan lebih mudah
dilaksanakan pemantauannya.
6. Kasubdit Pertanahan – Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas
a. Jika ada lembaga sepoerti BKPRD mungkin akan lebih mudah namun sementara
belum dibentuk dulu, tapi apabila dibutuhkan nanti dibicarakan lebih lanjut.
b. Sementara sepertinya ada kesalahpahaman dari SKPD terkait dengan kebutuhan
tanah, yang dimaksudkan bukan membutuhkan lahan untuk ekstensifikasi namun
lebih kepada program yang berkaitan dengan lahan. Jadi yang diutanyakan
adalah: apakah ada bidang pemberdayaan di skpd yang berkaitan dengan
pertanian? Baru akan teridentifikasi. Namun apabila tidak ada program seperti
itu tidak oerlu dipaksakan.
c. Ada beberapa daerah yang masuk lintor karena kesalahan pengganggaran
jumlahnya sehingga tidak sesuai. Misal pada TA. 1 SKPD minta 500.000 bidang
namun ternyata setelah diidentifikasi tidak clean and clear sehingga yang diminta
itu tidak tercapai. Nah sehingga perlu diusahakan untuk clean and clear.
d. Adajuga kementerian lembaga yang minta diseripikatkan tanah masyarakat
namun tidak mendapat program pemberdayaaan. Ada juga yang tidak membuat
kesepakatan untuk sertipikasi lintas sektor, sehingga terdapat potensi yang tidak
digarap, nah ketiadaan program pemberdayaan tersebut menjadi celah untuk
dikoordinasikan sehingga bisa diadakan pemberdayaan namun tidak mudah.
e. BPN tidak memiliki data access dan K/L atau SKPD tidak memiliki data asset,
program pilot project ini diadakan untuk mengkoordinasikan data tersebut
sehingga masing masing saling mengetahui dan dapat berjalan optimal.
f. Perubahan lahan itu bukan kewenangannya BPN. BPN hanya mengeluarkan
rekjomendasi untuk ditindaklanjuti daerah.
g. Kita sudah koordinasi dengan PU untuk melakukan ekstragasi peta untuk
memunculkan identifikasi alih fungsi sehingga bisa menahan alih fungsi
khususnya untuk lahan yang besar seperti HGU.
h. Jika diketahui berapa potensi TOL/TORA dan yang sudah dilakukan berapa, akan
lebih mudah dilakukan pelaporan, sehingga dapat diputuskan dan ditetapkan
berapa yang dilepaskan. Sekarang ini angka belum ada.
i. Untuk kegiatan pilot tahun ini difokuskan pada belajar melakukan koordinasi
lokasi antar program BPN dengan K/L sehingga dapat memberikan manfaat
sebesar besarnya bagi masyarakat dan memudahkan pengukuran capaian
kegiatan.
9
j. Kegiatan ini berjangka waktu dan bukan merupakan proyek abadi, sehingga
diharapkan dapat dengan serius dijalankan oleh berbagi pihak agar dapat
memberikan dampak yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat.
F. Kesimpulan dan Tindak lanjut
1. Kanwil BPN Provinsi dan Bappeda Provinsi diharapkan dapat berkoordinasi dengan
baik dan mengambil peran bersama sebagai koordinator utama pelaksanaan Reforma
di Provinsi Jawa Tengah.
2. Selain koordinasi, kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Kanwil/Kantah dan Dinas
terkait adalah inventarisasi lokasi by name by address secara detail baik lokasi
legalisasi aset maupun program pemberdayaan masyarakat.
3. Bappenas akan meninjau kembali hasil pelaksanaan pilot project Reforma Agraria
pada bulan November 2014 sebagai bentuk rangkaian Monitoring dan Evaluasi dari
pelaksanaa pilot project tahun ini..
10
Kunjungan lapangan dalam rangka survey lokasi pelaksanaan redistribusi tanah
dilakukan pada hari Rabu, 3 September 2014 di Desa Banding, Kecamatan Beringin
Kabupaten Ungaran – Jawa Tengah. Kunjungan lapangan dilaksanakan bersama dengan
Tim dari BPN-RI ( Direktorat Landreform dan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat),
Kanwil BPN Jawa Tengah serta Kantor Pertanahan Kabupaten Ungaran. Pemilihan lokasi
kunjungan lapangan di fokuskan pada lokasi pelaksanaan redistribusi yang telah
dilaksanakan pada tahun 2014.
Berdasarkan hasil kunjungan lapangan dapat diketahui bahwa telah dilakukan
redistibusi tanah di desa Banding dengan jumlah kurang lebih 200 KK. Adapun target
penerima redistribusi sebagian besar merupakan petani dan pengusaha besek. Namun
proses pelaksanaan redistribusi di Desa Banding belum selesai hingga pemberian
sertipikat tanah, pemberian sertipikat tanah akan dilaksanakan pada tanggal 17
September 2014. Berdasarkan diskusi langsung yang dilakukan dengan para penerima
program redistribusi tanah dapat diketahui bahwa tanah yang dijadikan objek
redistribusi merupakan bekas penguasaan asing yang kemudian ditinggalkan dan
dijadikan sebagai ground govertment (gg) yang kemudian dikuasai oleh warga secara
turun temurun (melalui perambahan), namun baru kali ini dapat disahkan penguasaan
dan pemilikannya melalui program redistribusi. Dari hasil kunjungan lapangan tersebut
juga diketahui kondisi tanah yang telah diredistribusikan bukan merupakan tanah
produktif untuk lahan pertanian basah karena tanah tersebut berada di dataran tinggi
dan tidak dilengkapi dengan sarana irigasi. Penerima redistribusi di Desa Banding pun
tidak dapat memanfaatkan secara maksimal.
Sebagai tindak lanjut akan dilakukan koordinasi melalui Kantor Pertanahan
Kabupaten Ungaran dan Kantor Wilayah BPN Jawa Tengah bersama dengan Bappeda
dan dinas terkait untuk menentukan jenis program pemberdayaan yang cocok untuk
kondisi lahan redistribusi seperti di Desa Banding. Adapun lokasi pilot project yang akan
kemudian ditindaklanjuti dan di koordinasikan hingga saat ini belum ditentukan
mengingat belum dilaksanakannya koordinasi oleh Pemerintah Daerah, Bappeda serta
BPN setempat.
III. PELAKSANAAN
KUNJUNGAN LAPANGAN
11
IV. LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Arahan dan pembukaan oleh Direktur
Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas
Penyampaian Paparan oleh Kasubdit
Pertanahan Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan Bappenas
Sesi diskusi dan Tanya jawab dalam
Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma
Agrarian Nasional Di Jawa Tengah
Situasi di Kantor Kepala Desa Banding
Kecamatan Beringin Kabupaten Ungaran
Jawa Tengah
12
Kunjungan Lapangan Lokasi Redistribusi
Tanah di Desa Banding Kecamatan
Beringin.
Kondisi Lokasi Redistribusi Tanah di Desa
Banding – Kecamatan Beringin,
Kabupaten Ungaran
Kondisi Lokasi Redistribusi Tanah di Desa
Banding – Kecamatan Beringin,
Kabupaten Ungaran
Wawancara bersama dengan penerima
manfaat program redistribusi tanah