Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

38
Modul Praktikum 2 Agroklimatologi TIPE IKLIM DAN POLA TANAM BERDASARKAN ANALISIS CURAH HUJAN DISUSUN OLEH: FAKULTAS PERTANIAN NAMA: YOLANDA GABRIANTY NIM: G211 13 522 KELOMPOK: 13 ASISTEN: RYAN NURALAMSYAH

description

Tugas Mata Kuliah Agroklimatologi

Transcript of Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

Page 1: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

Modul Praktikum 2

Agroklimatologi

TIPE IKLIM DAN POLA TANAM BERDASARKAN ANALISIS

CURAH HUJAN

DISUSUN OLEH:

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

BAB I

NAMA: YOLANDA GABRIANTY

NIM: G211 13 522

KELOMPOK: 13

ASISTEN: RYAN NURALAMSYAH

Page 2: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang

diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan

energi yang berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam

memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu

(Winarso, 2003).Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan unsur-unsur

iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa

kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya.

Eksploitasi lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan serta

pertambahan jumlah penduduk bumi yang berhubungan secara langsung dengan

penambahan gas rumah kaca secara global akan meningkatkan variasi tersebut.

Keadaan seperti ini mempercepat terjadinya perubahan iklim yang mengakibatkan

penyimpangan iklim dari kondisi normal.

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang

untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Iklim di suatu tempat di bumi

dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi

relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim, suatu penciri

yang membedakan iklim satu dari yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan

beberapa sistem klasifikasi iklim.

Adapun iklim erat kaitannya dengan pertanian. Hal ini karena iklim

mengindikasikan curah hujan suatu wilayah sehingga dengan mengetahui iklim

dapat ditentukan jadwal tanam dan kalender tanam suatu wilayah. Karena fungsi

iklim yang berkaitan dengan pertanian tersebut maka penting bagi mahasiswa

pertanian untuk melakukan praktikum mengenai Tipe Iklim dan PolaTanam

Berdasarkan Analisis Curah Hujan ini.

Page 3: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

1.2 Tujuan Percobaan

1. Praktikan dapat mengetahui berbagai sistem klasifikasi iklim

2. Praktikan dapat mengetahui bagaimana cara pengklasifikasian iklim tiap-

tiap sistem

3. Praktikan dapat mengenyimpukan tanaman apa yang cocok untuk berbagai

daerah berdasarkan tipe iklim yang telah diidentifikasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Iklim

            Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang

untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Iklim di suatu tempat di bumi

dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi

relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim, suatu penciri

yang membedakan iklim satu dari yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan

beberapa sistem klasifikasi iklim (Ariestya, 2013).

           Iklim merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana iklim merupakan

komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam

suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim bukan hanya

sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai tanpa

ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman serta

suksesi episode cuaca yang ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat

selalu berubah, meski dalam studi tentang iklim penekanan diberikan pada nilai

rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan atau nilai-nilai yang ekstrim

juga mempunyai arti penting. Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik

dilihat dari posisi, maupun keberadaanya, sehingga mempunyai karakteristik iklim

yang spesifik.

Menurut Elohim (2013), Berdasarkan posisi relatif suatu tempat di bumi

terhadap garis khatulistiwa dikenal kawasan-kawasan dengan kemiripan iklim

secara umum akibat perbedaan dan pola perubahan suhu udara yaitu:

Page 4: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

1. kawasan Tropika (23,5°LU-23,5°LS)

2. Kawasan Subtropika (23,5°LU-40°LU dan 23°LS-40°LS)

3. Kawasan Sedang (40°LU-66,5°LU dan 40°LS-66,5°LS)

4. Kawasan Kutub (66,5°LU-90°LU dan 66,5°LS-90°LS)

(Gambar 1, Sumber:Elohim (2013), Iklim Berdasarkan Garis Lintang)

2.2 Faktor Pengaruh Iklim

Menurut Baharianty (2011) Iklim dipengaruhi oleh beberapa faktor atau

unsur-unsur. Adapun unsur-unsur yang dapat mempengaruhi iklim suatu

wilayah/daerah secara umum menurut antara lain :

1. Penyinaran Matahari

Matahari merupakan pengatur iklim di bumi yang sangat penting dan

menjadi sumberenergi utama di bumi.Energi matahari dipancarkan ke

segala arah dalam bentuk gelombang elektromagnetik.Penyinaran

Matahari ke Bumi dipengaruhi oleh kondisi awan dan perbedaan sudut

datang sinar matahari.

2. Suhu Udara

Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara yang sifatnya

menyebar dan berbeda-beda pada daerah tertentu.Persebaran

secara horizontal menunjukkan suhu udara tertinggi terdapat di daerah

tropis garis ekuator (garis khayal yang membagi bumi menjadi bagian

utara dan selatan) dan semakin ke arah kutub suhu udara semakin dingin.

Sedang persebaran secara vertikal menunjukkan, semakin tinggi tempat,

Page 5: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

maka suhu udara semakin dingin. Alat untuk mengukur suhu

disebuttermometer.

3. Kelembapan Udara (humidity)

Dalam udara terdapat air yang terjadi karena penguapan.Makin tinggi suhu

udara, makin banyak uap air yang dikandungnya.Hal ini berarti, makin

lembablah udara tersebut.Jadi, Humidity adalah banyaknya uap air yang

dikandung oleh udara.Alat pengukurnya adalah higrometer.

4. Per-Awanan

Awan merupakan massa dari butir-butir kecil air yang larut di lapisan

atmosfer bagian bawah. Awan dapat menunjukkan kondisi cuaca.

5. Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah selama waktu

tertentu.Untuk mengetahui besarnya curah hujan digunakan alat yang

disebut penakar hujan (Rain Gauge).

6. Angin

Angin adalah udara yang berggerak dari daerah yang bertekanan tinggi

(maksimum) ke daerah yang bertekanan rendah (minimum).Perbedaan

tekanan udara disebabkan oleh adanya perbedaan suhu udara.Bila suhu

udara tinggi, berarti tekanannya rendah dan sebaliknya.Alat untuk

mengukur arah dan kecepatan angin disebut anemometer.

2.3 Klasifikasi Iklim

Menurut Songle (1997) Klasifikasi iklim adalah pembagian iklim kedalam

beberapa tipe berdasarkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sebuah

wilayah. Faktor-faktor pembeda tersebut dapat berupa curah hujan dan

lain sebagainya. Adapun klasifikasi iklim terbagi atas beberapa versi, yaitu:

1. Klasifikasi Iklim Thornthwaite

2. Klasifikasi Iklim Mohr

3. Klasifikasi Iklim Oldeman

4. Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson

5. Klasifikasi Iklim Koppen

Page 6: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

2.3.1 Klasifikasi iklim Thornthwaite

Ahli klimatologi Amerika Thornthwaite mencoba membuat klasifikasi

iklim dengan lebih sederhana. Dikemukakan bahwa pentingnya endapan untuk

tanaman tidak hanya bergantung pada jumlahnya, tetapi juga pada intensitas

penguapan. Jika penguapan besar, maka endapan yang dipakai oleh tanaman akan

lebih kecil dari pada penguapannya kecil, tentu saja untuk jumlah endapan yang

sama. berbeda dengan sistim Koeppen, maka Thornthwaite menghitung

nisbah keefektifan endapan (P-E), yang didefinisikan sebagai jumlah

endapan bulanan (P) dibagi dengan jumlah penguapan bulanan (E),

yaitu: “Nisbah P-E =P/E” (Yonas, 1995).

Jumlah setahun (12 bulan) dari  nisbah P-E disebut indeks P-E. Karena

kurangnya dat pengamatan mengenai penguapan, maka untuk mengatasi kesulitan

tersebut Thornthwaite mempelajari hubungan antara endapan (P), penguapan (E),

dan suhu (T) pada 21 stasiun di Amerika Serikat, yang pengukuran

penguapannya dilakukan dari bulan April sampai September selama periode 4

sampai 12 tahun (Palimbong, 2006).

Menurut Palimbong (2006) Berdasarkan nila P-E indeks maka

Thornthwaite membagi iklim atas 5 daerah kelembaban (humacity province)

yakni :

1. Daerah basah dengan vegetasi hutan penghujan (rain forest),

2. Daerah lembap dengan vegetasi hutan (forest),

3. Daerah setengah lembap dengan vegetasi padang rumput (grass land),

4. Daerah setengah kering dengan vegetasi padang rumput luas tanpa

pohon (stepa)

5. Daerah kering dengan vegetasi gurun pasir.

Page 7: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

Adapun Golongan Kelembaban menurut Thornthwaite dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 1. Golongan Kelembapan Menurut Thornthwaite

Golongan KelembabanKeefektifitasan

TanamanIndeks P-E

Basah Hutan hujan ≥128

Lembab Hutan 64-127

Sub Humid Padang rumput 32-63

Semi arid Steppa 16-31

Arid Gurun <16

Sumber: Palimbong , 2010

Adapun Golongan Suhu menurut Thornthwaite dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 2. Golongan Suhu Menurut ThornthwaiteGolongan Suhu Indeks T-E

A’ = Tropis ≥128

B’ = Mesothermal 64-127

C’ = Microthermal 31-63

D’ = Taiga 16-31

E’ = Tundra 1-15

F’ = Salju abadi 0

Sumber: Palimbong , 2010

2.3.2 Klasifikasi iklim Mohr

Berdasarkan penelitian tanah, Mohr membuat pembagian tiga derajat

kelembapan, yaitu:

1. Jumlah curah hujan dalam  1 bulan lebih dari 100 mm, maka bulan ini

dinamakan bulan basah, jumlah curah hujan ini melampaui jumlah

peguapan.

2. Jika jumlah curah hujan dalam 1 bulan kurang dari 60 mm, maka bulan ini

dinamakan bulan kering, penguapan banyak berasal dari air dalam tanah

daripada curah hujan.

Page 8: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

3. Jika jumlah curah hujan dalam 1 bulan antara 60 mm dan 100 mm maka

bulan ini dinamakan bulan lembap, curah hujan dan penguapan kurang

lebih seimbang.

Tentu saja jenis tanah memegang peranan, tetapi dengan nilai batas kriteria

diatas sudah cukup mewakili berbagai jenis tanah. Berdasrkan kriteria tersebut,

maka langkah pertama Mohr adalah mencari bulan kering dan bulan basah,

kemudian langkah kedua berdasarkan rata-rata bulanan seperti halnya pada

metode Koeppen, tetapi langkah kedua ini kurang sesuai untuk iklim dim

Indonesia. Jadi langkah pertama sudah sesuai bagi iklim pertanian, tinggal

melukiskan klasifikasi iklimnya yang perlu disempurnakan (Ebenhezer, 2005).

            Meskipun demikian, karya tulis Mohr menarik perhatian para ahli

klimatologi, Thornthwaite telah membuat artikel yang isinya mendiskusikan

sistim iklim dari Mohr secara panjang lebar, metode Mohr ini telah diterapkan

dengan berhasil di daerah tropis. Seperti di Trinidad dan dalam bentuk modifikasi,

sistem Mohr telah diterapkan di Kongo (Ebenhezer, 2005).

2.3.4 Klasifikasi Iklim Oldeman

Sistem klasifikasi iklim Oldeman adalah salah satu sistem klasifikasi iklim

yang banyak digunakan di Indonesia. Hal ini karena klasifikasi ini sesuai untuk

memetakan zona iklim, karena mengaitkan hubungan antara iklim, jenis tanaman,

dan waktu anam yang sesuai untuk suatu tempat. Atau pengertian lebih

sederhananya, klasifikasi Oldeman adalah sistem pembagian iklim yang membagi

iklim bedasarkan curah hujan dan vegetasi tanaman (Nicky, 2011)

Klasifikasi iklim membagi iklim kedalam 5 tipe utama dan 4 subtipe. Tipe

utama dalam klasifikasi iklim Oldeman didasarkan pada banyaknya jumlah

bulan basah berturut-turut. Sedangkan subtipe dalam Klasifikasi Oldeman

didasarkan pada banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut (Triella, 2013).

Adapun bulan basah (BB), bulan Kering (BK), dan Bulan Lembab

menurut Oldeman yaitu:

Tabel 3. Tipe Bulan Menurut OldemanTipe Bulan Banyak Curah Hujan/Bulan

Page 9: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

Bulan Basah (BB) Curah Hujan > 200 mm

Bulan Lembab (BL) Curah Hujan 100< BL<200 mm

Bulan Kering (BK) Curah Hujan < 100 mm

Sumber: Triella, 2013

Adapun Tipe Utama klasifikasi iklim menurut Oldeman dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4. Tipe Utama IklimMenurut OldemanTipe Iklim Keterangan

Tipe A Bulan basah berturut-turut > 9 bulan

Tipe B Bulan basah berturut-turut 7-9 bulan

Tipe C Bulan basah berturut-turut 5-6 bulan

Tipe D Bulan basah berturut-turut 3-4 bulan

Tipe E Bulan basah berturut-turut < 3 bulan

Sumber: Triella, 2013

Adapun Sub tipe klasifikasi iklim menurut Oldeman dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 5. Subtipe Iklim Menurut OldemanSub Tipe Iklim Keterangan

Sub Tipe I Bulan kering berturut-turut < 2 bulan

Sub Tipe II Bulan kering berturut-turut 2-3 bulan

Sub Tipe III Bulan kering berturut-turut 4-6 bulan

Sub Tipe IV Bulan kering berturut-turut > 6 bulan

Sumber: Triella, 2013

Page 10: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

Adapun Penjabaran Tipe dan Sub tipe Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman

dapat dilihat pada gambar berikut ini:

(Gambar 2, Sumber:Triella (2013), Penjabaran Klasifikasi Iklim Oldeman)

Meskipun sistem klasifikasi iklim Oldeman adalah sistem yang paling

banyak di pakai di Indonesia karena beberapa kelebihan yang dimilikinya, namun

sistem klasifikasi iklim Oldeman ini juga mempunyai banyak kekurangan.

Page 11: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

Adapun kelebihan dan kekurangan sistem klasifikasi iklim menurut

Oldeman, yaitu:

1. Kelebihan

Sistem klasifikasi Oldeman memiliki cara yang paling efektif dibanding

dengan cara-cara yang lain seperti Schimidt-Ferguson dan Koppen. Hal ini

disebabkan karena metode Oldeman yang telah mempertimbangkan unsur

cuaca yang lain seperti radiasi matahari yang mempengaruhi

evapotranspirasi dan kebutuhan air tanaman sehingga dengan

memanfaatkan sistem klasifikasi ini sudah dapat diperkirakan pola tanam

dengan keterkaitan antara iklim dengan tanaman.

2. Kekurangan

Sistem ini menjadikan curah hujan sebagai salah satu indikator penting

sehingga akan terdapat banyak kesulitan dan kendalah dalam menentukan

iklim suatu wilayah yang mempunyai 4 musim. Selain itu, sistem

klasifikasi ini belum dapat menjelaskan pergeseran iklim bulanan.

2.3.5 Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson

Menurut Irene (2011) Schmidt-Ferguson mengklasifikasikan iklim

berdasarkan ukuran bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering. Kriteria tersebut

mengacu pada curah hujan yang diterima setiap daerah. Adapun bulan basah,

bulan kering dan bulan lembab yang dimaksudkan schmidt-Ferguson berbeda

dengan pendapat Oldeman. Berikut adalah kriteria bulan basah, bulan lembab, dan

bulan kering menurut schmidt-ferguson:

Tabel 6: Tipe Bulan Menurut Schmidt-FergusonTipe Bulan Banyak Curah Hujan/ Bulan

Bulan Basah Curah Hujan > 100 mm

Bulan Lembab Curah Hujan 60-100 mm

Bulan Kering Curah Hujan < 60 mm

Sumber: Irene, 2011

Page 12: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

Iklim schmidt-ferguson sering juga disebut model Q karena klasifikasi

iklim schmidt- Ferguson didasarkan atas nilai Q. Q yang dimaksudkan merupakan

perbandingan jumlah rata-rata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah.

Q= Rata−ratabulan keringRata−rata bulanbasah

Adapun klasifikasi iklim berdasarkan nilai Q menurut Schmidt-Ferguson

adalah:

Tabel 7: Tipe Iklim Berdasarkan Nilai Q menurut Schmidt-FergusonTipe Iklim Nilai Q Keterangan

Tipe A 0 < Q < 0,143 Sangat Basah

Tipe B 0,143 < Q < 0,333 Basah

Tipe C 0,333 < Q < 0, 600 Agak Basah

Tipe D 0,600 < Q < 1,000 Sedang

Tipe E 1,000 < Q < 1,670 Agak Kering

Tipe F 1,670 < Q < 3,000 Kering

Tipe G 3,000 < Q < 7,000 Sangat Kering

Tipe H 7,000 < Q Luar Biasa Kering

Sumber: Irene, 2011

Irene (2011) kelebihan dan kekurangan sistem klasifikasi Schmidt-

Ferguson menurut adalah:

1. Kelebihan

a. Sistim klasifikasi Schmidt-Ferguson dapat mengetahui pergeseran

iklim tipa tahun.

b. Sistim klasifikasi Schmidt-Ferguson dapat mempermudah untuk

pengamatan dalam melihat kapan terjadinya bulan kering dan bulan

basah.

2. Kekurangan

Kriteria untuk bulan basah maupun bulan kering untuk beberapa wilayah

tergolong rendah sehingga terjadi kesulitan dalam pengelompokan bulan

kering dan bulan basah.

Page 13: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

2.3.6 Klasifikasi Iklim Koppen

Menurut Winardi (2012) Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan

perbedaan temperatur dan curah hujan. Koppen mengungkapkan adal 5 kelompok

iklim. Kelompok iklim ini dilambangkan dengan 5 huruf besar, yaitu:

Tabel 8: Klasifikasi Tipe Iklim Menurut KoppenTipe Iklim Keterangan

Tipe A Tipe iklim hujan tropik

Tipe B Tipe iklim kering

Tipe C Tipe iklim hujan suhu sedang

Tipe D Tipe iklim hutan bersalju dingin

Tipe E kutub

Sumber: Winardi, 2012

2.4 Pengertian Pola Tanam

Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun

waktu tertentu. Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem

budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan

satu atau lebih sistem pola tanam. Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan

memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk menghindari resiko

kegagalan. Namun yang penting persyaratan tumbuh antara kedua tanman atau

lebih terhadap lahan hendaklah mendekati kesamaan (Ariestya, 2013)

Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan

produktivitas lahan.Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahan kaedah

teoritis dan keterampilan yang baik tentang semua faktor yang menentukan

produktivitas lahan tersebut.Biasanya, pengelolaan lahan sempit untuk

mendapatkan hasil/pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanian terpadu,

ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utama adalah

pendekatan yang bijak (Aristya, 2013)

Page 14: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

Menetapkan pola tanam bertujuan untuk menyesuaikan waktu tanam

dengan musim pada suatu sistem budidaya tanaman. Misalnya sistem budidaya

tanaman di lahan kering, tadah hujan, pola tanam disesuaikan dengan pola

curah hujan, sehingga diperoleh waktu tanam yang tepat. Waktu tanam

yang tepat dapat mendukung pertumbuhan tanaman untuk mencapai

hasil maksimal (Ariestya, 2013)

2.5 Faktor-Faktor Pengaruh Pola Tanam

Menurut Songle (1997) Pola tanam adalah gambaran rencana tanam

berbagai jenis tanaman yang akan dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi

dalam satu tahun. Faktor yang mempengaruhi pola tanam :

1. Iklim

Keadaan pada musim hujan dan musim kemarau akan berpengaruh pada

persediaan air untuk tanaman dimana pada musim hujan maka persediaan

air untuk tanaman berada dalam jumlah besar, sebaliknya pada musim

kemarau persediaan air akan menurun.

2. Topografi

Merupakan letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut,

berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban udara dimana keduanya

mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

3. Debit/Ketersediaan Air Yang Tersedia

Debit air pada musim hujan akan lebih besar dibandingkan pada musim

kemarau, sehingga haruslah diperhitungkan apakah debit saat itu

mencukupi jika akan ditanam suatu jenis tanaman tertentu.

4. Jenis Tanah

Yaitu tentang keadaan fisik, biologis dan kimia tanaman

5. Sosial Ekonomi

Dalam usaha pertanian faktor ini merupakan faktor yang sulit untuk

dirubah, sebab berhubungan dengan kebiasaan petani dalam menanam

suatu jenis tanaman.

Page 15: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

2.6 Faktor yang Perlu Duperhatikan Dalam Membuat Pola Tanam

Menurut Songle (1997) Berdasarkan pada tujuan pola tata tanam diatas

ada beberapa faktor yang diperhatikan untuk merencanakan pola tata tanam, yaitu:

1. Awal Tanam

Wilayah Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim

hujan.Oleh karena itu dalam pola tata tanam awal tanam merupakan hal

yang penting untuk direncanakan.Pada awal tanam, biasanya musim hujan

belum turun sehingga persediaan air relatif kecil.Untuk menghindari

kekurangan air, maka urutan tata tanam pada waktu penyiapan lahan diatur

sebaik-baiknya.

2. Jenis tanaman

Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat kebutuhan air yang berdeda-beda.

Berdasarkan hal tersebut, jenis tanaman yang diusahakan harus diatur agar

kebutuhan air dapat  terpenuhi.

3. Luas areal

Semakin luas areal persawahan yang diairi, maka kebutuhan air irigasi

semakin banyak. Pengaturan luas tanaman akan membatasi besarnya

kebutuhan air tanaman. Pengaturan ini hanya terjadi pada daerah yang

airnya terbatas.Luas tanam juga mempengaruhi besarnya intensitas

tanam.Intensitas tanam adalah perbandingan antara luas tanam per tahun

dengan luas lahan.

4. Debit yang tersedia

Apabila debit yang tersedai cukup besar, maka hampir semua jenis

tanaman dapat dipenuhi kebutuhannya sehingga pada umumnya pemberian

air dapat dilakukan terus menerus. Penentuan jenis pola tata tanam

disesuaikan dengan debit air yang tersedia pada setiap musim tanam.

2.7 Keuntungan Membuat Pola Tanam

Menurut Triella ( 2013) Keuntungan pola tanam, dapat diperoleh dengan

menggunakan pola tanam yang tepat, keuntungan tersebut antara lain dapat

meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. Intensitas penggunaan

Page 16: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

lahan meningkat, dengan memanfaatkan sumber daya lahan dan waktu lebih

efisien, meningkatkan pula produktivitas lahan.

1. Frekuensi panen atau produksi meningkat

Penanaman beberapa jenis tanaman pada suatu lahan menyebabkan

seringnya petani memperoleh hasil panen dalam satu tahun. Mengurangi

resiko kegagalan panen; kegagalan panen oleh serangan jasad pengganggu,

maupun keadaan iklim yang kurang baik dengan mengusahakan beberapa

komoditas.

2. Meningkatkan penyebaran tenaga kerja sepanjang tahun.

Dengan ini banyak kegiatan dilapangan sehingga dapat menyebarkan

tenaga kerja dan menyerap tenaga kerja lebih banyak. Mencegah

terjadinya kerusakan tanah arau erosi, terutama pada lahan yang berlereng,

karena tanah selalu dalam keadaan yang tertutup, dan disertai dengan

pengolahan tanah yang minimal.

3. Diversifikasi pangan dapat memperoleh hasil pangan yang beraneka ragam

dan bergizi.

Dengan mengusahakan beraneka ragam tanaman, maka akan diperoleh

aneka ragam hasil panen yang bernilai gizi seperti : karbohidrat, protein,

lemak, vitamin dan mineral.

4. Efisiensi penggunaan tenaga keluarga meningkat, dan biaya produksi

dapat ditekan serendah mungkin.

Biaya produksi seperti biaya pengolahan tanah dapat ditekan

dengan pengolahan tanah yang minimal ( minimum tillage). Biaya

pengendalian jasad pengganggu dapat ditekan dengan pengendalian jasad

pengganggu terpadu.

2.8 Kaitan Pola Tanam Dengan Iklim

Menurut Winardi (2012) Secara singkat iklim adalah kondisi rata-rata

cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di permukaan bumi.

Adapun keadaan cuaca suatu daerah salah satunya dipengaruhi oleh curah hujan

dalam wilayah tersebut. Sedangkan Pola Tanam secara singkat dapat diartikan

Page 17: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

pengaturan penggunaan lahan dalam kurun waktu tertentu. Pengaturan

penggunaan lahan yang dimaksud

yaitu bagaimana mengatur sistim kerja dalam menggunakan lahan seperti waktu

tanam dan tanaman apa yang cocok untuk ditanam pada suatu sistem budidaya

tanaman di suatu wilayah.

Untuk mengetahui waktu tanam suatu wilayah dan tanaman apa yang

cocok untuk dibudidayakan pada wilayah tersebut perlu memperhatikan curah

hujan. Seperti yang sudah dijelaskan dalam paragraf sebelumnya, curah hujan

merupakan suatu aspek atau faktor penentu cuaca yang mana cuaca berkaitan erat

dengan iklim suatu wilayah.

Misalnya sistem budidaya tanaman dilahan kering atau lahan tadah hujan.

Pola tanamn pada daerah tersebut perlu memperhatikan pola curah hujan wilayah

tersebut. Hal ini bertujuan agar diperoleh waktu tanam yang tepat dalam

penentuan pola tanam. Waktu tanam yang tepat dapat mendukung pertumbuhan

tanaman untuk mencapai hasil produksi yang maksimal. Jadi kaitan Pola Tanam

dengan Iklim secara singkat yaitu: Iklim dipengaruhi oleh Cuaca. Cuaca

dipengaruhi oleh Curah Hujan. Curah Hujan adalah salah satu faktor yang perlu

diperhatikan dalam penentuan Waktu Tanam suatu wilayah. Waktu Tanam

merupakan salah satu bagian dalam penentuan Pola Tanam suatu wilayah.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai Tipe Iklim dan Pola Tanam Beradsarkan Analisis

Curah Hujan ini dilakukan di Lab 3, Jurusan Agronomi, Prodi Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum ini

dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 19 November 2015, dimulai pada pukul

08.00 WIB sampai dengan pukul 10.00 WITA.

Page 18: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu Laptop, LCD (proyektor), alat tulis menulis, dan

buku sumber. Sedangkan bahan yang dignakan adalah data iklim dan curah hujan

pada kecamatan masing-masing kelompok selama 7 tahun terakhir.

3.3 Metode Percobaan

1. Mengidentifikasi berbagai teori tentang pengklasifikasian iklim

2. Mengumpulkan data curah hujan beberapa daerah

3. Mengidentifikasi iklim beberapa daerah berdasarkan data curah hujan

daerah tersebut dengan metode klasifikasi iklim Oldeman. Adapun cara

kerja dari tipe iklim menurut oldeman yaitu :

a. Menyiapkan data mentah 7 tahun terakhir pada kecamatan tertentu

yang ingin diolah datanya.

b. Menentukan jumlah curah hujan dan rata-ratanya yang terjadi dalam

waktu perhari, kemudian perbulan, lalu pertahun

c. Menggabungkan data dengan teman satu kelompok yang mengerjakan

pada tahun yang lain (jangka 7 tahun terakhir).

d. Menghitung jumlah bobot curah hujan dengan rumus “ =30/31*C5 ”

dengan “30” merupakan angka rata-rata hari dalam satu bulan, “31”

merupakan jumlah hari dalam bulan yang diamati dan “C5”

merupakan cells curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut (dalam

tahun tertentu).

e. Menghitung dan memilah jumlah bobot hujan yang ada dengan

ketetapan Oldeman, yaitu jika ia termasuk :

1) Bulan Basah (BB) .> 200mm/bulan

2) Bulan Lembab (BL) 100-200 mm/bulan

3) Bulan kering (BK) < 100 mm/bulan

f. Menghitung jumlah Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK) yang

terjadi dalam bobot curah hujan yang ada, sehingga dapat menentukan

pada bulan berapa sebaiknya dilakukan pola penanaman yang sesuai.

g. Menghitung nilai Q, yait Q = bulan kering /bubasah x 100 %

Page 19: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

h. Memasukkan nilai Q yang ada kedalam 8 pembagian tipe Iklim

menurut sifatnya (Oldeman)

i. Memasukkan kedalam tipe utama (Huruf) dan sub tipe (angka),

sehingga akan diperoleh tipe iklim serta penjabaran akan varietas yang

dapat ditanami.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Curah Hujan Bulanan Tahun 2002-2012 Kabupaten Takalar

Langkah awal untuk menentukan iklim suatu wilayah menurut sistem

klasifikasi iklim Oldeman yaitu pengumpulan data curah hujan suatu wilayah

dalam waktu yang cukup lama minimal 10 tahun. Hal ini bertujuan agar dengan

data curah hujan tersebut dapat di tentukan Tipe Bulan berdasarkan Klasifikasi

Tipe Bulan menurut Oldeman. Adapun data curah hujan Kabupaten Takalar

tahun 2002-2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

(Gambar 2: Curah Hujan Bulanan Tahun 2002-2012 Kab. Takalar

Page 20: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

4.1.2 Bobot Curah Hujan Bulanan Tahun 2002-2012

(Gambar 3: Bobot Curah Hujan Bulanan Tahun 2002-2012 Kab.Takalar)

4.1.3 Curah Hujan Rata-Rata/ Bulan dan Tipe Bulan

Untuk menentukan Tipe Bulan maka Harus terlebih dahulu diketahui

Curah Hujan Rata-Rata setiap bulan pada suatu wilayah minimal dlam kurun

waktu 10 tahun. Curah Hujan rata-rata setiap bulan selama 10 tahun ( 2002-2012)

Kabupaten Takalar beserta Tipe Bulan berdasar data rata-rata Curah Hujan

menurut pembagian Tipe Bulan Oldeman dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9: Curah Hujan Rata-Rata dan Klasifikasi Tipe Bulan Menurut sistem Oldeman

No Bulan Curah Hujan Rata-Rata Tipe Bulan1 Januari 585,92375 Bulan Basah2 Februari 448,24675 Bulan Basah3 Maret 287,15543 Bulan Basah4 April 207,90909 Bulan Basah5 Mei 75,043988 Bulan Kering6 Juni 51,181818 Bulan Kering7 Juli 17,067449 Bulan Kering8 Agustus 0,5278592 Bulan Kering9 September 9,9090909 Bulan Kering10 Oktober 46,803519 Bulan Kering11 November 145,09091 Bulan Lembab12 Desember 489,14956 Bulan Basah

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015

Page 21: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

4.1.4 Klasifikasi Tipe Iklim Kabupaten Takalar Menurut Oldeman

Klasifikasi iklim menurut oldeman dapat ditentukan dengan melihat

jumlah Bulan Basah berturut-turut dan Jumlah Bulan Kering berturut-turut suatu

wilayah. Banyaknya Bulan Basah berturut-turut, Bulan Lembab dan Bulan

Kering berturut-turut di Kab. Takalar tahun 2002-2012 dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 10: Jumlah Bulan Basah berturut-turut, Bulan Lembab, dan Bulan Kering berturut-turut Kab. TakalarTipe Bulan JumlahBulan Basah 5 bulan berturut-turut

Bulan Lembab 1 bulanBulan Kering 6 bulan berturut-turut

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan data jumlah Bulan Basah berturut-turut dan Bulan Kering

Berturut pada Tabel 10 maka dapat disimpulkan bahwa menurut sistem klasifikasi

iklim Oldeman Kabupaten Takalar memiliki tipe iklim utama yaitu: Tipe Iklim C

dan Subtipe Iklim yaitu: Subtipe III. Maka iklim kabupaten takalar adalah C III.

4.2 Pembahasan

Menurut Klasifikasi Iklim Oldeman maka Kabupaten Takalar masuk

dalam golongan wilayah yang beriklim C III. Hal ini karena jumlah Bulan Basah

(BB) berturut-turut Kabupaten Takalar adalah 5 bulan. Sedangkan jumlah bulan

kering berturut-turut Kabupaten Takalar adalah 6 bulan. Menurut klasifikasi iklim

Oldeman Tipe utama Iklim C yaitu tipe iklim yang memiliki jumlah bulan basah

berturut-turut 5-6 bulan sedangkan subtipe iklim III adalah subtipe iklim yang

memiliki jumlah bulan kering berturut-turut 4-6 bulan.

Menurut penjabaran Tipe iklim Oldeman, wilayah dengan tipe iklim C III

dalam setahun dapat menanam tanaman padi 1 kali dan tanaman palawija 2 kali.

Namun, untuk penanaman palawija yang kedua kalinya perlu dilakukan dengan

hati-hati agar jangan jatuh pada bulan kering sehingga pertumbuhan tanaman

menjadi terhambat.

Page 22: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dengan melakukan pengamatan data iklimdapat kita simpulkan bahwa:

1. Kedua pengklasifikasian tipe iklim diatas mengacu kepada

perkembangan vegatasi yang dapat tumbuh disetiap daerah.

2. Perbedaan nilai yang di berikan terhadap standarisasi bulan basah dan

bulan kering terhadap pengklasifikasian tipe iklim memiliki landasan

tersendiri.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam melakukan pengolahan data format tabel yang telah

diberikan oleh praktikan harus disertai dengan rumus yang telah ditentukan agar

mempermudah praktikan dalam pengisian data.

Page 23: Laporan Tipe Iklim dan Pola tanam

DAFTAR PUSTAKA

Ariestya, 2013. Hubungan Iklim dengan Pertanian. http://www.academia.edu .Diakses pada tanggal 24 November 2015. Pukul 15.00 Wita, Makassar.

Elohim, 2013. Iklim dan Curah Hujan http://pustaka.unpad.ac.id . Diakses pada tanggal 24 November 2015. Pukul 16.00 Wita, Makassar.

Baharianty, 2011. Perubahan iklim dampak dan pengaruhnya http://ditjenbun.-pertanian.go.id Diakses pada tanggal 24 November 2015. Pukul 16.00 Wita, Makassar.

Songle, T.H.K, 1997. Klimatologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Yonas, L. 1975. An agroclimate map of Java and Madura. Contributions of the. Central Research Institute for Agriculture. Bogor, Indonesia

Palimbong, L.D. 2006. Soil Physics. Modern Asia. Jhon Wiley & Sons,INC., New york

Ebenhezer, A.G.2005. KLIMATOLOGI Pengaruh Cuaca Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara.Jakarta.

Nicky, C. D. 2011. Hidrologi teknik. Erlagga. Jakarta

Triella, 2013. Agroklimatologi . http://id.wikipedia.org . Diakses pada tanggal 24 November 2015 Pukul 18.00 WITA, Makassar.

Irene, 2011. Makalah Perubahan Iklim. www.irene113.blogspot.com. Diakases pada tanggal 24 November 2014 pada pukul 09:20 WITA, Makassar

Winardi, P. 2012. Laporan Pengamatan Iklim BMKG. www.academia.edu. Diakses pada tanggal 24 November 2015. Pukul 20.00 WITA, Makassar