Laporan Tetap Praktikum Obat Febri Yossi
-
Upload
yosa-oktaryan -
Category
Documents
-
view
58 -
download
6
Transcript of Laporan Tetap Praktikum Obat Febri Yossi
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
TANAMAN OBAT DAN INDUSTRI
Budidaya Tanaman Lidah Buaya
Oleh :
Febri Yossi Permata
(05091007057)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lidah Buaya (Aloe vera L.) merupakan tumbuhan yang telah dikenal sejak ribuan
tahun yang lalu dan biasa digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk
perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat dengan mudah ditemukan di daerah kering afrika1.
Lidah buaya sering terlihat di pekarangan rumah maupun tumbuh secara liar. Beberapa
kelebihan yang dimiliki oleh tanaman lidah buaya antara lain pemeliharaannya yang relatif
mudah dilakukan, produksinya tahan lama, dan gangguan dari hama maupun penyakit relatif
kecil. Lidah buaya juga dikenal memiliki manfaat yang sangat luas mulai dari pengobatan
hingga kosmetik kecantikan.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman
lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai
bahan makanan dan minuman kesehatan. Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari 10
jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
tanaman obat dan bahan baku industri .
Tanaman lidah buaya telah dikeal oleh masyarakat luas sebagai tanaman obat dan
tanaman hias yang biasa ditanam di pekarangan rumah. Manfaat spesifik dari tanaman lidah
buaya yaitu dapat mengbati panas dalam, luka bakar, menghentikan pendarahan, dan
sebagainya. Pada awalnya masyarakat hanya menanam lidah buaya sebagai tanaman sela di
kebun tanaman sayuran. Pemanfaatannya pun masih terbatas hanya sebagai tanaman hias dan
bahan baku kosmetika. Masyarakat belum terlalu memperhatikan potensi keuntungan yang
diperoleh dari tanaman lidah buaya.
Kandungan yang terdapat dalam tanaman lidah buaya adalah aloe emodin, yaitu
senyawa organik yang mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti pencerap insulin beta dan
substrat 1 fospatidil antrokuinon serta dapat menghambat laju sintesis glikogen sehingga
sangat bermanfaat untuk mengurangi rasio gula darah. Di negara-negara Erop, Amerika dan
Australia lidah buaya saat ini telah dimanfaatkan sebagai bahan baku indistri makanan dan
minuman kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas, maka kita sebagai kaum agronomis dirasa sangat perlu
untuk melestarikan dan melakukan pembudidayaan tanaman lidah buaya. Oleh karena itulah
1 Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Riau.
praktikum ini penting dilakukan agar kita dapat mengetahui teknis budidaya tanaman lidah
buaya serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhuhan tanaman tersebut.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknis budidaya tanaman lidah buaya (Aloe
vera L.) serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika dan Botani
Sistematika dari tanaman lidah buaya adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Asphodelaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera L.2
Lidah buaya merupakan tanaman berbentuk roset (seperti bunga mawar) dengan
tinggi 30-60 cm dan diameter tajuk 60 cm atau lebih. Daunnya berdaging, kaku, lancip
(lanceolate) dengan warna daun hijau keabu-abuan dan memiliki bercak putih. Di bagian
pinggir daun terdapat duri-duri kecil berwarna hijau muda. Tanaman lidah buaya memiliki
batang yang tertutup oleh pelepah daun dan sebagian lagi tertimbun oleh tanah. Dari batang
tersebut akan muncul tunas-tunas baru yang selanjutnya menjadi anakan. Di daerah
subtropik, tanaman ini akan berbunga pada akhir musim dingin dan musim semi. Bunganya
berbentuk seperti lonceng berwarna kuning atau orange berukuran kira-kira 2,5 cm dan
tumbuh diatas tangkai bunga yang tingginya mencapai 1 meter.
Tanaman lidah buaya adalah tanaman sukulen tahunan. Daunnya berdaging tebal dan
banyak mengandung lendir atau gel. Lidah buaya dapat digunakan sebagai tanaman hias,
tanaman obat, maupun minuman. Dari lebih 300 jenis Aloe, hanya tiga jenis yang diusahakan
secara komersial, yaitu Aloe vera (Aloe barbadensis Miller), Aloe perryi dan Aloe ferox. Di
antara ketiga jenis Aloe tersebut, hanya jenis Aloe vera yang paling berpotensi untuk
dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan industri farmasi, pangan dan kosmetika.
Jamieson (1984) menyebutkan beberapa karakteristik dari tanaman lidah buaya antara
lain : 1) batangnya kuat da tumbuh 30-40 cm selama 10 tahun, 2) daunnya berdaging dan
menyerupai pedang, 3) pangkal daun berwarna putih dan mengapit batang, 4) datar pada
2 www.plantamor.com diakses tanggal 21/06/2012
permukaan atas daun dan menggelembung pada permukaan bawah daun, 5) pangkal daun
lebarnya 9 cm dan tebal 2,5 cm, 6) pinggir daun berduri, durinya ada yang kuat, lemah dan
pendek, 7) daun mudanya berbintik-bintik putih, 8) bunganya tegak menjulang dengan tinggi
60-90 cm, dan 9) bunga berwarna kuning panjangnya 2,5 cm.
B. Syarat Tumbuh Tanaman Lidah Buaya
Lidah buaya dapat tumbuh pada daerah kering hingga basah dengan kisaran suhu 16-
33 C. Curah hujan tahunan 1000-3000 mm dan memiliki musim kering yang agak panjang.
Membutuhkan cahaya matahari penuh dengan intensitas cahaya yang tinggi.
Tanah yang dikehendaki lidah buaya adalah tanah subur, kaya bahan organik, dan
gembur. Kesuburan tanah pada lapisan olah sedalam 30 cm sangat diperlukan karena akarnya
pendek. Apabila tanaman ditanam di daerah yang bertanah mineral maupun tanah organik,
agar dapat tumbuh dengan baik diperlukan tambahan pupuk. Tanah berpasir perlu diberi
pupuk organik. Bila lidah buaya ditanam di tanah berpasir, produksi gelnya sangat rendah
dan daunnya kecil-kecil. Tanah yang terlalu padat perlu digemburkan atau diberi pupuk
kandang agar lebih gembur dan dapat menyerap air.
Lidah buaya dapat tumbuh baik di daerah bertanah gambut yang pH-nya rendah.
Pemberian pupuk kandang dan abu menyebabkan tanaman memberikan hasil yang cukup
baik. Meskipun demikian, pH ideal untuk tanaman lidah buaya adalah 5,5 – 6. Tanah yang
terlalu asam dapat mengakibatkan tanaman lidah buaya keracunan logam berat, sehingga
ujung-ujung daun menjadi kuning seperti terbakar, pertumbuhan terhambat, dan jumlah
anakan berkurang. Agar tanah seperti ini bisa ditanami lidah buaya, para petani membuat
galengan-galengan kecil atau bedengan, sehingga sirkulasi air dan udara selalu dalam
keadaan baik untuk tanaman.
C. Manfaat Lidah Buaya Dalam Pengobatan
Lidah buaya, mengandung banyak gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Komponennya dengan
bentuk gel yang sebagian besar adalah air mencapai 99.5% jumlah total, serta dengan total
padatan terlarut hanya 0,49 %, lemak 0,067 %, karbohidrat 0,043 %, protein 0,038 %,
vitamin 0,49 %, vitamin C 3,476 mg (Furnawanthi, 2002). Sedangkan kandungan gizi yang
tinggi di dalamnya adalah vitamin C.
Beberapa manfaat lidah buaya bagi kesehatan antara lain :
Mengurangi gula dalam darah.
Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe emodin, sebuah
senyawa organik dari golongan antrokuinon yang mengaktivasi jenjang sinyal insulin
seperti pencerap insulin-beta dan -substrat1, fosfatidil inositol-3 kinase dan
meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat glikogen sintase kinase
3beta, sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah. Selain itu,
Menurut Ayurveda, pengobatan tradisional India, manfaat lidah buaya telah
hipoglikemik. Yaitu dapat mengurangi glukosa darah (gula dalam darah) pada orang
dengan diabetes.
Obat antiseptic & obat luka bakar
Tanaman lidah buaya daun dan akarnya mengandung saponin dan flavonoid, di
samping itu daunnya mengandung tanin dan polifenol (Hutapea, 2000). Saponin ini
mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk menyembuhakan
luka terbuka, sedangkan tanin dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap infeksi
luka karena mempunyai daya antiseptik dan obat luka bakar. Flavonoid dan polifenol
mempunyai aktivitas sebagai antiseptic (Harborne, 1987)
Obat pencahar
Karena lidah buaya lateks (kuning jus diekstraksi dari lapisan luar daun) mengandung
molekul dengan efek pencahar yang kuat (disebut "anthranoids"), tanaman bisa efektif
dalam kasus-kasus sembelit. Manfaat ini juga diakui oleh WHO dan ditunjukkan
dalam beberapa penelitian.
Regenerasi kulit
Kaya antioksidan (flavonoid, vitamin C, beta-karoten), lidah buaya akan memiliki
anti-penuaan. Sebuah studi yang dilakukan di Turki 2009, menunjukkan bahwa lidah
buaya dapat membantu regenerasi jaringan kulit. Selain itu dapat memudarkan bekas
luka dan garis garis putih/merah akibat kehamilan atau strecth mark, merawat luka
kecil akibat teriris pisau dan tergores serta memudarkan bintik-bintik kehitaman pada
kulit.
Membantu pencernaan
Penelitian telah menunjukkan gel lidah buaya mampu mengusir dan membinasakan
racun dan bahan asing lainnya yang biasanya menempel pada usus. Racun dan benda
asing yang menempel pada usus sangatlah berbahaya sebab mengakibatkan akumulasi
limbah sehingga dapat memblokir saluran usus dan mengurangi kemampuan tubuh
untuk menyerap nutrisi. Manfaat lidah buaya adalah dapat menghilangkan limbah dan
membantu dalam pengaturan asam. Hal tersebut dapat mencegah Anda dari menderita
gangguan pencernaan dan juga dapat membersihkan darah serta meningkatkan
sirkulasi normal
D. Budidaya Tanaman Lidah Buaya
Lidah buaya tumbuh Iiar di tempat berudara panas tapi sering juga ditanam di pot dan
pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Daunnya meruncing berbentuk taji. Tebalnya kira-
kira 1 cm. Dalamnya bening. Daun ini getas dan tepinya bergerigi. Panjangnya bisa sampai
30 cm. Yang biasa digunakan adalah daun dan akarnya.
Sebagaimana diketahui bahwa gambut merupakan salah satu jenis tanah yang
bermasalah dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman, karena sifatnya dari mulai ekstrim
masam sampai masam, maka dalam pemanfaatannya untuk dijadikan lahan pertanian terlebih
dalulu lahan gambut ini harus dikondisikan sehingga sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
lidah buaya.
Tanaman lidah buaya tidak menghendaki lahan yang basah atau terdapat genangan air
yang cukup lama, sedangkan pada lahan gambut umumnya mengandung air relatif banyak
karena kemampuannya dalam mengikatkan air. Teknik budidaya tanaman lidah buaya pada
lahan gambut dapat dijelaskan, sebagai berikut:
-Pembibitan-
Pembibitan adalah tempat menumbuhkan dan memelihara bahan tanaman kecil sampai
tanaman tersebut siap ditanam di lahan. Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk membibitkat
tanaman lidah buaya yaitu di bedengan dan di kantong plastik (polybag).
-Persiapan bedengan pembibitan-
Mula-mula tanah diolah dengan mengunakan cangkul sampai gembur. Kemudian dibuat
bedengan dengan lebar 120 cm, tinggi bedengan 30 cm dan panjang sesuai dengan kebutuhan
dan keadaan lahan.
Bersamaan dengan penggemburan tanah dilakukan pemberian pupuk kandang atau kompos
sebanyak 2 kg per m2 yang dicampur rata. Dapat pula ditambahkan pupuk kimia SP-36
sebanyak 20 gram per m2.
-Persiapan polybag pembibitan-
Siapkan tanah gembur dan pupuk kandang atau kompos, kemudian campurkan kedua media
tersebut hingga rata dengan perbandingan 1:1 yaitu satu bagian tanah dicampur dengan satu
bagian pupuk kandang. Dapat pula ditambah pupuk kimia SP-36 sebanyak 50 gram per m3
media.
-Penanaman bahan tanam-
Bahan tanam yang digunakan pada pembibitan lidah buaya diambil dari anakan yang tumbuh
di sekitar tanaman induknya.
Anakan yang diambil kira-kira sebesar ibu jari dengan jumlah daun 3 atau 4 daun pelepah.
Anakan tersebut ditanam pada bedengan dengan jarak 25 cm x 25 cm. Untuk pembibitan
mengunakan polybag ditanam satu anakan setip polybag, kemudian polybag ditata rapi.
Untuk menjaga supaya bibit tanaman lidah buaya tumbuh baik maka perlu dilakukan
pemeliharaan yang meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan dan pengendalian hama
dan penyakit. Penyiraman cukup dilakukan dua hari sekali apabila tidak turun hujan. Untuk
menjaga jumlah bibit yang diharapkan, maka apabila ada bibit yang mati perlu dilakukan
penyulaman. Pada pembibitan biasanya tumbuh berbagai macam rumput yang tumbuhnya
tidak diharapkan. Supaya rumput tersebut tidak menjadi saingan bibit dalam menyerap unsur
hara maka rumput harus disiang dengan cara mencabutnya. Untuk menghindari bibit dari
gangguan hama dan penyakit perlu disemprot dengan obat pembasmi hama dan penyakit.
-Persiapan tanam-
Lidah buaya merupakan tanaman perdu yang tinggi batangnya tidak lebih dari satu meter dan
mempunyai perakaran yang tidak panjang. Oleh karena itu lidah buaya dapat ditanam di
lahan sempit bahkan di teras-teras rumah. Dengan demikian lidah buaya dapat ditanam di
lahan maupun pada wadah tertentu seperti pot atau ember.
Untuk penanaman lidah buaya di lahan, perlu disiapkan bedengan penanaman. Persiapan
lahan diawali dengan pembersihan lahan yaitu memotong semak-semak dan pohon-pohon
jika ada, menggali perakarannya, dilanjutkan dengan menyingkirkan seluruh sisa tanaman
tersebut dan bebatuan agar tidak menjadi sumber penyakit dan hama pengganggu tanaman
atau menjadi gangguan dalam penyiapan lahan selanjutnya. Lahan digarpu atau dicangkul
untuk membalikan tanah, kemudian lahan dibiarkan beberapa hari. Selanjutnya lahan
digemburkan untuk memudahkan pembuatan bedengan. Bedengan dibuat dengan cara
memindahkan tanah pada bagian yang akan dibuat parit ke kiri dan ke kanan parit. Supaya
bentuk bedengan lurus, maka digunakan tali rafia yang dibentangkan dari ujung bedengan ke
ujung bedengan lainnya. Lebar bedengan dibuat 120 cm dengan tinggi 20 cm dan jarak antara
dedengan adalah 40 cm, sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahannya.
-Penanaman Bibit -
Setelah bedengan dibentuk kemudian dibuat lubang tanam dengan jarak antara lubang dalam
satu barisan tanam adalah 0,8 meter (dalam satu bedengan terdapat satu baris tanaman).
Besarnya lubang tanam 30 cm x 30 cm dengan kedalaman 30 cm untuk penempatan pupuk
kandang.
Banyaknya pupuk kandang yang digunakan adalah sebanyak 5 kg per lubang tanam
sedangkan pupuk kimia adalah 10 gram Urea, 10 gram SP-36 dan 5 gram KCl, kemudian
pupuk tersebut diaduk rata menggunakan cangkul. Supaya barisan tanaman dalam bedengan
terlihat rata sejajar, maka pada saat melakukan penanaman kita pasang tali rafia dari ujung
bedengan yang satu ke ujung yang lain, tali rafia tepat berada di tengah-tengah bedengan
tempat lubang tanam berada. Bibit yang ditanam terlebih dahulu dipilih bibit yang baik yaitu
bibit yang seragam dengan ukuran 25 – 30 cm dan tidak sakit, kemudian diambil (berikut
tanahnya) dengan hati-hati dari bedengan persemaian atau dilepaskan berikut tanahnya dari
polybag pesemaian. Tanam bibit di lubang yang telah disediakan kemudian timbun sampai
pangkal batang/leher akar, posisi tanam harus tegak dan searah. Tekan tanah pada saat
penanaman agar posisi tanaman tidak berubah lagi saat disiram. Penyiraman dilakukan sesaat
setelah penanaman selesai.
Untuk penanaman menggunakan wadah terlebih dahulu harus menyiapkan media tumbuhnya
yaitu campuran tanah gembur dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 (dua bagian
tanah dicampur dengan satu bagian pupuk kandang). Wadah yang digunakan bisa berupa pot,
ember plastik atau plastik polybag asalkan volumenya lebih dari 10 liter. Sebaiknya untuk
penanaman lidah buaya menggunakan wadah berupa pot atau ember, karena lidah buaya
mempunyai umur yang panjang sehingga tidak sering mengganti wadah karena rusak. Isikan
media ke dalam wadah dengan ditambahkan 10 gram Urea, 10 gram SP-36 dan 5 gram KCl
kemudian campurkan hingga rata. Tanam bibit lidah buaya seperti menanam pada bedengan.
-Pemeliharaan Tanaman-
Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan penyulaman, penyiraman, penyiangan,
pemupukan, pengendalian hama-penyakit, pembuangan daun-daun yang busuk, penyobekan,
dan pembumbunan tanaman.
Penyulaman
Apabila di lahan terdapat tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak baik, maka harus
segera dilakukan penyulaman dengan tanaman yang baru. Penyulaman ini dapat dilakukan 1
– 3 minggu setelah tanam supaya tanaman baru tersebut dapat mengejar pertumbuhan
tanaman yang lain.
Bibit yang digunakan untuk menyulam berasal dari bibit pendederan yang sengaja
ditinggalkan di pembibitan untuk cadangan. Penyulaman dapat terus dilakukan selama masih
mempunyai bahan tanam yang seumur dengan tanaman di lahan.
Penyiraman
Penyiraman merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman lidah buaya. Salah satu
tujuan penyiraman adalah mengganti air yang hilang akibat diserap tanaman atau penguapan.
Penyiraman lidah buaya diberikan berdasarkan kondisi media tanam. Jika lidah buaya
ditanam pada musim hujan, tentu tidak memerlukan kegiatan penyiraman karena air hujan
dapat menyediakan air yang cukup untuk mendorong pertumbuhan tanaman. Sebaliknya jika
musim kemarau, kegiatan penyiraman menjadi penting terutama setelah bibit ditanam di
lahan. Cara dan banyaknya air penyiraman yang diberikan perlu diperhatikan karena dapat
menyebabkan pengaruh yang tidak baik. Air yang diberikan jangan sampai menggenangi
perakaran karena akan mengakibatkan busuk akar. Perlu kita ketahui bahwa tanaman lidah
buaya tidak tahan terhadap kelembaban yang tinggi karena akan mengundang penyakit
Fusarium yang mengakibatkan busuk akar atau busuk batang yang akhirnya tanaman akan
mati.
Cara penyiraman dapat dipilih sesuai dengan kondisi yang ada. Apabila air penyiraman
tersedia banyak, penyiraman dapat dilakukan dengan cara genangan dengan mengalirkan air
ke parit-parit. Dengan cara ini diharapkan air dapat meresap secara merata sampai daerah
perakaran. Setelah kondisi media cukup lembab air genangan harus segera dibuang. Apabila
tanaman lidah buaya yang kita tanam tidak banyak atau penanaman dalam wadah penyiraman
cukup dilakukan menggunakan gembor.
Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis tumbuhan pengganggu yang hidup di
sekitar tanaman lidah buaya. Tindakan pemeliharaan yang satu ini paling sering dilakukan
sebagai kegiatan pemeliharaan rutin. Rumput-rumput yang tumbuh mengganggu di lahan
lidah buaya harus dicabut dan dibuang. Rumput-rumput ini tak hanya menjadi pesaing dalam
berebut makanan yang berupa unsur hara, akan tetapi dapat juga sebagai sumber
bersarangnya hama dan penyakit. Tanaman liar ini perlu dikendalikan secara terus menerus
yaitu pada saat rumput masih kecil.
Lidah buaya ditanam dengan jarak tanam yang jelas dan teratur, sehingga penyiangan dapat
dilakukan dengan alat cungkir atau sabit. Untuk menghindari terlukanya batang lidah buaya
oleh sabit, maka untuk penyiangan di sekitar batang sebaiknya dilakukan tanpa alat dengan
cara mencabutnya.
Untuk parit pengairan atau sela antar bedengan yang ditumbuhi rumput, dapat digunakan
cangkul.
Pemupukan susulan
Pemupukan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara bagi tanaman dan
memperbaiki kondisi tanah, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menyerap
unsur hara dalam jumlah yang cukup. Tanah yang masih subur (kaya akan bahan organik)
mampu menyediakan hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup. Akan tetapi
sayangnya tanah yang kaya akan bahan organik sudah semakin jarang, sehingga kegiatan
pemupukan harus dilakukan. Ada dua jenis pupuk yang biasa digunakan yaitu pupuk kimia
dan pupuk organik. Pupuk kimia adalah pupuk buatan pabrik seperti Urea, SP-36 dan KCl,
sedangkan pupuk organik adalah pupuk alami yang terbuat dari sisa-sisa tanaman berupa
kompos dan kotoran hewan. Karena lidah buaya banyak digunakan untuk keperluan
kesehatan, maka diusahakan untuk menghindari terkontaminasi dengan bahan kimia.
Tanaman lidah buaya sebaiknya dipupuk dengan pupuk organik berupa kompos atau kotoran
hewan. Memang kandungan unsur hara pupuk organik jauh di bawah pupuk kimia, tetapi
pupuk organik mempunyai kelebihan yaitu membantu menggemburkan tanah dan menyatu
secara alami, menambah unsur hara, dan memperbaiki struktur tanah.
Banyaknya pupuk organik yang digunakan tergantung kondisi tanaman dan kesuburan tanah,
karena pupuk organik tidak meracuni tanaman, maka lebih banyak lebih baik. Akan tetapi
sebagai acuan dapat diberikan sebanyak dua kilogram pertanaman. Apabila memerlukan
pupuk kimia tambahan, berikan 20 gram Urea dan 5 gram KCl, masing-masing untuk satu
tanaman. Cara pemberiannya dikubur di sekeliling tanaman yang sebelumnya dibuat larikan
kecil. Pemupukan cukup dilakukan 6 bulan sekali.
Pengendalian hama dan penyakit
Salah satu faktor yang menentukan hasil panen lidah buaya yang berkualitas adalah
bagaimana cara mengatasi hama dan penyakitnya. Tanaman akan mudah terserang hama dan
penyakit apabila prasarana dan lingkungan sekitar tanaman tidak baik. Selama masa
pemeliharaan berlangsung, fasilitas kebun seperti saluran pembuangan air, parit antara
bedengan perlu ditata agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Apalagi kalau penanaman
dilakukan pada musim hujan. Saluran pembuangan air dan parit harus dapat mengalirkan air
hujan atau air irigasi keluar dari areal kebun. Apabila terjadi genangan air yang cukup lama
akan berakibat tidak baik bagi tanaman. Akar yang tergenang akan mudah terinfeksi oleh
penyakit busuk akar. Agar genangan air dapat dicegah, saluran pembuangan harus dapat
menyalurkan air limpahan. Demikian pula lingkungan di sekitar kebun harus selalu terjaga
kebersihannya, sehingga terbebas dari rumput sisa penyiangan dan daun lidah buaya yang
membusuk. Oleh karena itu, keberadaannya harus selalu terkontrol sehingga dapat segera
dibuang atau ditimbun dalam tanah.
Adapun hama yang biasa menyerang lidah buaya di kebun adalah ulat daun dan bekicot. Cara
pengendaliannya dapat dilakukan secara fisik dengan membunuh hama yang ditemui.
Lakukan pengendalian hama dan penyakit dengan menyemprotkan pestisida, apabila
serangan sudah banyak. Gunakan dosis pestisida sesuai dengan anjuran yang tertera pada
label kemasan
Sedangkan penyakit yang sering menyerang lidah buaya adalah busuk batang yang
disebabkan oleh Fusarium sp. Pengendaliannya adalah dengan menjaga kebersihan dan
kelembaban lingkungan kebun. Apabila ada tanaman lidah buaya yang sudah terserang, maka
harus segera mencabut dan menimbunnya dalam tanah.
Pembuangan daun busuk
Pembuangan daun-daun yang busuk dan rusak dilakukan sepanjang pemeliharaan tanaman.
Kerusakan daun tersebut dapat diakibatkan oleh serangan hama dan penyakit atau akibat
kekeringan.
Pembuangan daun busuk tersebut harus dilakukan secara rutin, dapat juga dilakukan
bersamaan dengan penyiangan. Pembuangan sisa tanaman tersebut jangan sembarangan
karena akan menjadi sumber penularan penyakit pada tanaman yang sehat, sebaiknya sisa
tanaman itu ditimbun dalam tanah.
Pemisahan anakan
Lidah buaya yang berumur 5-6 bulan, anakan sudah mulai keluar di sekitar tanaman dari
batang yang tertimbun. Anakan tersebut harus segera dipisahkan agar pertumbuhan tanaman
induknya tidak terganggu. Pemisahan anakan harus dilakukan secara hati-hati dengan
mengunakan pisau tajam agar tidak mengganggu perakaran tanaman induknyanya. Anakan
hasil pemisahan ini dapat disemaikan di pembibitan sebagai sumber bibit.
Pembumbunan
Tanaman lidah buaya akan kelihatan tumbuh subur setelah berumur 3 bulan setelah tanam.
Akarnya mulai menyebar dan daunnya semakin bertambah baik jumlah maupun besarnya,
sehingga akan menjadi beban bagi batang dan perakarannya. Untuk menghindari terjadinya
rebah karena terbebani daun, maka tegaknya batang harus diperkokoh dengan cara
membumbunnya. Pembumbunan dilakukan dengan memindahkan tanah dari bagian kiri dan
kanan barisan tanaman ke sekitar tanaman sedemikian rupa sehingga bedengan tanam akan
terbentuk secara teratur. Bekas tanah yang dipindahkan selanjutnya berfungsi sebagai saluran
drainase antar bedengan yang dapat menyalurkan kelebihan air dari kebun.
-Panen-
Panen lidah buaya dilakukan terhadap daunnya, sehingga sejak pemeliharaan tanaman kecil
sampai tanaman siap dipanen keutuhan daun harus tetap terjaga dari kerusakan. Lidah buaya
pertama kali dapat dipanen pada umur 8 – 12 bulan tergantung pada penampakan daunnya.
Pada usia ini daun lidah buaya telah mencapai bobot minimal 0,4 kg dengan tebal minimal 2
cm. Keadaan daun ini sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanahnya. Jumlah daun yang
dipanen adalah satu atau dua helai yang paling tua yang berada paling bawah. Tidak ada
syarat khusus untuk daun lidah buaya yang akan dipanen. Syarat tersebut biasanya
disesuaikan dengan tujuan pengolahan selanjutnya. Secara umum daun lidah buaya yang akan
dipanen harus memenuhi syarat sebagai berikut :
- Daun tidak cacat atau luka
- Warna daun hijau mulus
- Daun tidak busuk
- Daun mempunyai tekstur keras.
Keutuhan zat yang terkandung dalam lidah buaya sangat dipengaruhi oleh suhu, cahaya dan
udara. Daun lidah buaya yang baru dipanen akan mudah busuk apabila kondisi lingkungan
tempat penyimpanan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Kondisi ini akan lebih parah
apabila daun lidah buaya tersebut luka akibat metode panen yang kurang tepat. Oleh karena
itu cara panen dan kebersihan daun harus mendapat perhatian. Gunakan pisau yang tajam
untuk menyayat pangkal daun, yang selanjutnya daun tersebut diputar untuk dipisahkan dari
batangnya. Diusahakan lingkar pelepah yang menempel pada batang terkelupas, hal ini untuk
memenuhi kriteria yang diminta dan untuk memudahkan pertumbuhan perakaran baru.
Penyiapan Lahan
Lahan gambut yang telah ditetapkan sebagai lokasi untuk budidaya tanaman lidah buaya, terlebih
dahulu harus dibuat parit keliling yang berfungsi untuk membuang air tanah yang berlebihan (drainase).
Saat awal pembibitan merupakan tahap dimana kebutuhan air harus diperhatikan. Bibit mungkin akan
berwarna kemerah-merahan karena belum beradaptasi dengan lingkungan. Dengan pengairan yang
cukup, seminggu setelah pembibitan, bibit akan menunjukkan pertumbuhan normal/pulih dari stres
lingkungan akibat pemisahan dari induk. Pengairan yang berlebihan harus dicegah karena bibit mudah
busuk akibat serangan cendawan pada keadaan lembab.
Parit/saluran air dibuat disekeliling lahan dan pada arah memotong tengah areal lahan dengan ukuran
parit: lebar atas 50 cm, lebar bawah : 35 cm dan kedalaman berkisar 50-60 cm (tergantung tebal lapisan
gambut dan kondisi genangan air tanahnya).
Ukuran Parit Keliling dan Parit Tengah Memotong Lahan
2. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan yang dimaksud adalah membersihkan lahan dari semua vegetasi yang ada dengan
cara menebas dan menebang pohon semak belukar sampai semua vegetasi/tumbuhan terpotong.
Selanjutnya tebasan dibiarkan hingga kering, untuk batang kayu yang bisa diangkut dan dikumpulkan
menjadi satu ditempat pembakaran, untuk semak belukar yang kering dikumpulkan dan dibakar
ditempat, setelah lahan bersih pekerjaan berikutnya adalah pembuatan bedengan/guludan.
3. Pembuatan Bedengan/Guludan
Pembuatan bedengan/guludan sekaligus merupakan pengolahan tanah atau pecangkulan,
bedengan/guludan dibuat dengan ukuran disesuaikan dengan jarak tanam yang akan digunakan, antara
lain :
a. Jarak tanam : 1,25 m x 1,00 m (Populasi : 8. 000 Pohon/Ha)
b. Jarak tanam : 1,25 m x 1,25 m (Populasi : 6. 000 Pohon/Ha)
Bedengan untuk jarak tanam (a) dan (b) dibuat dengan ukuran lebar 75 cm dan tinggi 20-30 cm, dan
panjang disesuaikan dengan kondisi lahan atau tergantung selera/keinginan, tapi ada juga yang
membuat bedengan dengan panjang 25 meter.
Ukuran Bedengan
(Jarak antar tanaman = 1,00 m atau 1,25 m)
Apabila bedengan untuk tanaman lidah buaya dibuat belakangan maka lahan yang sudah bersih
langsung diberi tanda untuk pembuatan lubang tanam (ajir), dengan demikian bedengan tanaman akan
terbentuk setelah bibit tanaman lidah buaya sudah ditanam sekaligus merupakan pembumbunan
tanaman.
4. Penyiapan Sarana Produksi
Sarana produksi yang harus dipersiapkan adalah bibit, pupuk (organik dan anorganik), abu, kulit udang
atau busukan ikan (bila mudah diperoleh) dan fungisida.
Pada penyiapan bibit tanaman lidah buaya harus dipersiapkan dengan baik sejak pengolahan lahan
dimulai yaitu bibit tanaman lidah buaya, sudah berumur 3 atau 4 bulan dan telah didederkan selama
minimal 1 bulan, bibit dapat diambil dari anakan langsung yang telah mencapai ukuran sebesar ibu jari
dengan tinggi 10 cm – 15 cm, selanjutnya dipisahkan dari induk tanaman dan ditanam pada tempat
pendederan yang telah disiapkan (jarak tanam pendederan 15 cm x 20 cm atau 15 cm x 15 cm), selama
pendederan bibit tanaman diberikan perlakuan pemupukan (pupuk kandang, abu dan pupuk urea).
5. Persiapan Tanaman
Lahan yang sudah dibuat bedengan selanjutnya diberikan ajir sebagai tanda jarak tanam dan tempat
penanaman bibit. Minimal 1 minggu (7 hari) sebelum tanam, pada ajir/tanda tanam tadi dibuat lubang
tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm. Setelah lubang tanam dipersiapkan, selanjutnya
masukkan/tempatkan campuran pupuk urea, TSP, KCL, abu, pupuk kandang dan kulit udang ke dalam
lubang tanam dan tutup lagi dengan tanah dan letakkan lagi ajir tepat ditengah lubang, sebagai tanda
untuk menanamkan bibit lidah buaya.
6. Bibit Lidah Buaya
Bibit yang akan ditanam, harus diseleksi bersamaan dengan saat pencabutan bibit dari tempat
pendederan. Bibit lidah buaya umumnya berukuran tinggi 20 – 30 cm dengan minimal 6 (enam) daun
pelepah.
Anakan yang telah cukup besar, berusia sekitar 1-2 bulan, dipisahkan dari tanaman induk
(ditangkarkan). Anakan akan muncul dari tanaman induk pada usia 5-6 bulan. Penjarangan anakan ini
sangat penting dilakukan agar tanaman lidah buaya dapat tumbuh besar.
Pembiakan dapat dilakukan melalui anakan (umum dilakukan), benih, maupun setek batang. Pembibitan
dari anakan dapat dilakukan di bedengan atau di polibag. Pembibitan di bedengan dapat dilakukan
dengan membuat bedengan berukuran 1-1.5 m x 10 m atau menurut kebutuhan dengan jarak tanam 10
cm x 10 cm. Bedengan harus benar-benar remah agar pertumbuhan akar bibit tidak terganggu. Bibit
yang terganggu perkembangan akarnya akibat tanah yang keras tidak akan tumbuh berkembang.
Sebelum ditanami bibit, bedengan ditaburi pupuk kandang sebanyak 20 – 40 kg (1-2 karung) per bedeng
dan diaduk secara merata. Penaburan kapur pertanian dianjurkan untuk mengurangi serangan
cendawan. Penambahan urea sebanyak 7,5 kg per bedeng bisa dilakukan untuk merangsang
pertumbuhan bibit.
Sedangkan pembibitan di polibag, bisa dilakukan dengan media tanah dicampur pupuk kandang 1 : 1
atau 1 : 2 dan ditambahkan NPK 5 gram per polibag tiap dua minggu. Setelah itu polibag ditaruh di
tempat yang cukup teduh namun masih terkena sinar matahari.
7. Penanaman
Bibit yang sudah diseleksi (terpilih) harus benar-benar sehat, tidak terdapat luka pada daun pelepah.
Pencabutan bibit dapat dilakukan bersamaan dengan saat hari tanam (tidak dimalamkan atau terlalu
lama terkena sinar matahari langsung/berjemur).
Daun-daun bagian bawah yang telah berwarna kekuningan dan daun yang terserang penyakit perlu
dibuang. Daun dijaga agar tidak sampai tertimbun tanah yang akan menyebabkan busuk akibat
serangan cendawan. Pengairan perlu dilakukan ketika lahan terlihat kering (lama tidak turun hujan).
Pengairan yang telat akan menyebabkan tanaman layu dan daun berubah warna kuning kemerahan
yang memerlukan waktu agar pulih kembali.
Setelah 3-4 hari dari pemberian pupuk, bibit tanaman dicabut dan dipindah tanamkan di lapangan yakni
pada lubang yang sudah diberikan campuran pupuk. Penanaman bibit dengan cara dibenamkan sedalam
4 cm – 6 cm dan tanah disekitar bibit dipadatkan agar bibit tidak mudah tumbang. Penanaman
hendaknya dilakukan pada pagi hari (jam 07.00 – 10.00) atau sore (jam 16.00).
Setelah 10 – 14 hari setelah tanam, dilakukan pengamatan terhadap bibit, apabila terdapat bibit yang
mati segera dilakukan penyulaman. Penyulaman di lahan dilakukan setelah tanaman berumur 1-2 MST
(minggu setelah tanam), yakni dengan cara mengganti tanaman yang mati atau kurang baik
pertumbuhannya dengan tanaman baru. Jumlah bibit yang diperlukan tergantung jarak tanam yang
digunakan dan umumnya berjumlah 8.000 tanaman/hektar (jarak tanam 1,00 x 1,25 m).
10. Penyiangan (Pengendalian Gulma)
Penyiangan dilakukan pada saat sebelum dilakukan pemupukan susulan, namun demikian penyiangan
dapat saja dilakukan secepatnya bila gulma disekitar tanaman lidah buaya sudah terlihat banyak yang
tumbuh. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau kored, bersamaan
dengan penyiangan dilakukan pembersihan alur antar bedengan dan menaikkan tanah-tanah yang turun
dari bedengan karena curah hujan.. Penyiangan pada tanaman lidah buaya sangat penting dilakukan
karena peertumbuhan gulma yang cenderung pesat dan menganggu tanaman.
Disamping pekerjaan yang bersamaan dengan penyiangan, bagi tanaman yang sudah berumur 1 tahun
keatas akan terlihat anakan lidah buaya yang harus dibuang atau dipisahkan untuk didederkan dan
ditanam kembali atau untuk di jual.
11. Panen dan Pasca Panen
Panen daun pelepah lidah buaya umumnya baru dapat dilakukan memasuki umur tanaman 10-12 bulan
atau melihat perkembangan dan pertumbuhan tanaman, apabila sudah sesuai ukuran permintaan pasar
dapat dilakukan pemanenan.
Lidah buaya yang tumbuh dengan subur ukuran pelepah pertama (bagian bawah) berkisar 40-70 cm
dengan tebal daging pelepah antara 2 – 3 cm dan berat mencapai 0,60 kg sampai 1,40 kg.
Pada hamparan tanaman yang sama panen dapat dilakukan sebulan sekali sebanyak 1-2 daun pelepah.
Namun petani biasanya melakukan panen pada hamparan yang sama tidak sekaligus (1 kali) mengingat
tingkat pertumbuhan tanaman yang berbeda, sehingga panen dapat dilakukan beberapa kali dalam
hamparan yang sama tetapi lain tanaman.
Panen dilakukan untuk daun pelepah pertama (terbawah) dengan cara menyobek bagian bawah daun
pelepah yang menempel pada batang tanaman dan penyobekan dapat dilakukan dengan menggunakan
pisau yang tajam serta tidak melukai daging pelepah maupun batang tanaman.
Setelah daun pelepah dipanen selanjutnya dibersihkan atau dicuci dalam rendaman air untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel.
Daun pelepah yang sudah bersih selanjutnya disusun rapi pada rak sampai tidak terlihat lagi bintik-bintik
air bekas pencucian pada daun pelepah, setelah kering daun pelepah lidah buaya siap untuk di
packing/dikemas dan dikirim untuk memenuhi permintaan pasar.
Untuk memenuhi permintaan pasar terhadap daun pelepah lidah buaya segar dari luar Kota Pontianak
baik itu untuk dikirim ke Jakarta atau ekspor, umumnya lidah buaya yang sudah bersih dan memebuhi
standart permintaan sebelum dikemas terlebih dahulu satu persatu pelepah lidah buaya dibungkus
dengan kertas koran dan dikemas dalam peti kayu. Satu buah peti kayu berisi 40 – 50 daun pelepah
lidah buaya segar.