laporan teknologi produksi tanaman semusim

33
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pertanaman (cropping system) adalah suatu sistem yang menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas produksi tanaman dalam suatu sistem usaha tani. Misalnya pola pertanaman, teknik budidaya tanaman, tenaga kerja, pengelolan dan sebagainya. Model sistem pertanaman disusun berdasarkan asumsi bahwa sistem pertanaman yang terdapat di suatu wilayah, pada dasarnya merupakan ekspresi dari tanggapan petani dalam mengendalikan lingkungannya. Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pola tanam ni diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal

description

agroteknologi

Transcript of laporan teknologi produksi tanaman semusim

Page 1: laporan teknologi produksi tanaman semusim

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pertanaman (cropping system) adalah suatu sistem yang menyangkut

segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas produksi tanaman dalam suatu

sistem usaha tani. Misalnya pola pertanaman, teknik budidaya tanaman, tenaga

kerja, pengelolan dan sebagainya. Model sistem pertanaman disusun berdasarkan

asumsi bahwa sistem pertanaman yang terdapat di suatu wilayah, pada dasarnya

merupakan ekspresi dari tanggapan petani dalam mengendalikan lingkungannya.

Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan

dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam

merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari

sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola

tanam. Pola tanam ni diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara

optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan. Namun yang penting

persyaratan tumbuh antara kedua tanman atau lebih terhadap lahan hendaklah

mendekati kesamaan.

      Pola tanam di daerah tropis, biasanya disusun selama satu tahun dengan

memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang sepernuhnya

tergantung dari hujan. Makan pemilihan jenis/varietas yang ditamanpun perlu

disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.

Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun

waktu tertentu. Tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola

Page 2: laporan teknologi produksi tanaman semusim

tanam monokultur, yakni menaman tanaman sejenis pada satu arealtanam. Ada

pola tanam campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satuareal. Ada pula

pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilirbeberapa jenis

tanaman pada waktu berbeda di aeral yang sama.

Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas

lahan. Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahankaedah teoritis dan

keterampilan yang baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas

lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan lahan sempituntuk mendapatkan

hasil/pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanianterpadu, ramah

lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utamaadalah pendekatan

yang bijak.

 Pengetahuan mengenai pola tanam sangat perlu bagi petani. Sebab dari

usaha tani yang  dilakukan, diharapkan dapat mendatangkan hasil yang maksimal.

Tidak hanya hasil yang menjadi objek, bahkan keuntungan maksimum dapat

didapat dengan tidak mengabaikan pengawetan tanah dan menjaga kestabilan

kesuburan tanah.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum sitstem pertanaman ini adalah agar mahasiswa

mampu menerapkan teknik budidaya tanaman semusim dengan pola tanam

tumpangsari dan mengelola usaha tani dengan baik.

Page 3: laporan teknologi produksi tanaman semusim

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pertanaman ganda (Multiple cropping), yaitu intensifikasi pertanaman dalam

dimensi waktu dan ruang. Bentuknya adalah penanaman dua jenis tanaman atau

lebih pada lahan yang sama dalam kurun waktu satu tahun. Menurut bentuknya,

pertanaman ganda ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : pertanaman

tumpangsari (Intercropping) dan pertanaman berurutan (Sequential Cropping).

Hampir semua petani dengan lahan sempit di daerah tropis masih terus melakukan

budidaya ganda. Selama dua dasawarsa yang lalu, para ilmuwan semakin

menyadari bahwa hal ini merupakan praktek yang sangat cocok untuk

memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus meminimalkan

resiko dan melestarikan sumberdaya alam (Beets, 1982).

Thahir 1994, menyebutkan Multiple cropping adalah suatu sistimbercocok

tanam selama satu tahun atau lebih/kurang pada sebidang tanah yang terdiri

atasbeberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergilir

atau bersisipan,dengan maksud meningkatkan produktivitas tanah, atau

pendapatan petani tiap satuan luasdan satuan waktu. Menurut Seetisarn (1977),

multiple cropping didifinisikan sebagaiintensifikasi penanaman dalam dimensi

waktu dan ruang, misalnya menanam dua macamtanaman atau lebih pada

sebidang tanah sama dalam waktu satu tahun.

Produksi yang lebih tinggi pada tanaman tumpangsari dapat diperoleh

dengan diusahakan menananam tanaman yang habitusnya berbeda, sehingga 2

jenis tanaman yang ditumpangsarikan akan memanfaatkan faktor-faktor

Page 4: laporan teknologi produksi tanaman semusim

pertumbuhan dengan lebih baik jika tanaman yang ditumpangsarikan mempunyai

kanopi, struktur dan sistem perakaran yang berbeda (Prajitno, 1992).

Page 5: laporan teknologi produksi tanaman semusim

III.METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain cangkul, sabit, tali

raffia, roll meter, tugal, sprayer, oven, kantong plastik, timbangan analitik dan alat

tulis. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain benih bayam, benih buncis,

pupuk urea, pupuk KCL dan pupuk SP-36.

B. Prosedur Kerja

1. Lahan berbentuk petak disiapkan dengan ukuran petak 2 m x 3 m. Pada

praktikum kelompok kami menggunakan tanaman buncis dengan jarak tanam

40cm x 30 cm dan diselingi dengan tanaman bayam.

2. Pengolahan tanah dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengolahan tanah

pertama bertujuan untuk membajak tanah dan menghilangkan gulma yang

tumbuh; pengolahan yang kedua bertujuan untuk menggemburkan dan

menghaluskan tanah sehingga tanah menjadi gembur dan rata hingga tanah

siap untuk ditanami.

3. Penanaman dilakukan secara tumpangsari antara tanaman utama yaitu buncis

dengan bayam. Penanaman dilakukan secara serentak. Penanaman dilakukan

setelah pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar.

4. Pemupukan susulan dilakukan sebanyak ½ bagian pupuk N dan dilakukan

pada saat 4 minggu setelah tanam.

Page 6: laporan teknologi produksi tanaman semusim

5. Pengairan dilakukan, pemberian air ini dilakukan bila keadaan tanaman

kekurangan air atau kekeringan.

6. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung kepada tingkat

serangan dengan menggunakan pestisida

7. Pengamatan dilakukan. Variabel yang diiamati yaitu variabel pertumbuhan,

komponen hasil serta kondisi lingkungan

Page 7: laporan teknologi produksi tanaman semusim

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi

tanaman adalah dengan memilih sistem pola tanam yang tepat. Sistem pola tanam

dapat dilakukan dengan monokultur atau polikultur.

Pertanaman Tunggal (Monoculture) adalah penanaman satu jenis tanaman

secara berulang kali pada suatu luasan lahan tertentu. Pertanaman tunggal dapat

dilakukan untuk tanaman semusim maupun tanaman tahunan.

Kelebihan dari pola tanam monokultur yaitu teknis budidayanya relatif

mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu

jenis saja. Sedangkan kelemahannya ialah tanaman akan lebih mudah terserang

hama maupun penyakit (Sastradiharja, 2005).

Pertanaman ganda (Multiple Cropping) adalah suatu sistem pertanaman atau

usahatani yang mengusahakan dua atau lebih tanaman budidaya pada suatu luasan

lahan tertentu. Tujuan pertanaman ganda adalah untuk meningkatkan

produktivitas lahan dan mengurangi resiko kegagalan panen.

Bentuk-bentuk pertanaman ganda:

1)      Tumpang Sari (Intercropping)

Sistem tumpang sari, yaitu sistem bercocok tanaman pada sebidang tanah

dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman dalam waktu yang bersamaan.

Sistem tumpang sari ini, disamping petani dapat panen lebih dari sekali setahun

Page 8: laporan teknologi produksi tanaman semusim

dengan beraneka komoditas (deversifikasi hasil), juga resiko kegagalan panen

dapat ditekan, intensitas tanaman dapat meningkat dan pemanfaatan sumber daya

air, sinar matahari dan unsur hara yang ada akan lebih efisien.

Ada tiga jenis bertanam tumpang sari yakni :.

a) Tanaman campuran (Mixed Cropping) adalah penanaman dua atau lebih

jenis tanaman secara bersama-sama di atas lahan yang sama dengan tidak

memperhatikan jarak tanam.

b) Tanaman baris (Row Intercropping) di atas lahan yang sama ditanam dua

atau lebih tanaman dengan mempertimbangkan baris-baris dan jarak tanam

tertentu.

c) Sedangkan dalam system tanam tumpang sari pita/jalur  (Strip

Intercropping) di atas lahan yang sama ditanam dua atau lebih tanaman 

dalam jalur-jalur yang ditentukan. Sistem tumpangsari jenis terakhir ini

sering disebut sebagai system surjan.

2)      Sistem penanaman ganda yang lain yaitu sistem tumpang gilir, yang

merupakan cara bercocok tanaman dengan menggunakan 2 atau lebih jenis

tanaman pada sebidang tanah dengan pengaturan waktu. Penanaman kedua

dilakukan setelah tanaman pertama berbunga. Sehingga nantinya tanaman bisa

hidup bersamaan dalam waktu relatif lama dan penutupan tanah dapat terjamin

selama musim hujan.

Adapun kelebihan dari sistem polikultur atai sistem tanam ganda antara lain:

Page 9: laporan teknologi produksi tanaman semusim

a. Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman

yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat

mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau

allicin,

b. Menambah kesuburan tanah.

Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam tanah

bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar.

Dengan menanam yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar

dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya

akan lebih gembur.

c. Dapat menambah kesuburan tanah

Menanam tanaman kacang-kacangan berdampingan dengan tanaman jenis

lainnya dapat menambah kandungan unsur Nitrogendalam tanah karena pada

bintil akar kacang-kacangan menempel bakteri Rhizobium yangdapat mengikat

Nitrogen dari udara. Dan menanam secara berdampingan tanaman yang

perakarannya berbeda dapat membuat tanah menjadi gembur.

d. Meminimalkan hama dan penyakit tanaman

Sistem polikultur dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutuskan siklus

hidup hama dan penyakit tanaman. Menanam tanaman secara berdampingan dapat

mengurangi hama penyakit tanaman salah satu pendampingnya, misalnya :

bawang daun yang mengeluarkan baunya dapat mengusir hama ulat pada tanaman

kol atau kubis.

e. Mendapat hasil panen beragam yang menguntungkan

Page 10: laporan teknologi produksi tanaman semusim

Menanam dengan lebih dari satu tanaman tentu menghasilkan panen lebih

dari satu atau beragam tanaman. Pemilihanragam tanaman yang tepat dapat

menguntungkan karena jika satu jenis tanaman memilikinilai harga rendah dapat

ditutupi oleh nilai harga tanaman pendamping lainnya.

(Pracaya, 2002)

Kekurangan sistem polikultur adalah :

Apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai, sistem polikultur dapat

memberi dampak negatif, misalnya :

a. Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman

b. OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya

c. Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat

Tanaman yang kami gunakan dalam menerapkan sitem tanam ganda yaitu

Buncis dan Bayam. System yang kami gunakan yaitu tumpangsari, berikut

penjelasan tentang komoditas yang kami gunakan.

1. Buncis

a. Deskripsi

Buncis yang memiliki nama latin Phaseolus vulgaris merupakan tanaman

sayuran buah yang memiliki batang berbentuk sulur dengan daun trifoliate

berselang-seling . Tanaman ini banyak dibudidayakan di daerah tropis dan

subtropis, serta di daerah yang beriklim sedang pada saat musim panas.

Menurut Zulkarnain (2013), berdasarkan sifat pertumbuhannya, buncis ada 2

tipe, yaitu indeterminate dan determinate. Kultivar dengan tipe pertumuhan

indeterminate tumbuh dengan tipe ketinggian 2-3 m, sedangkan determinate dapat

Page 11: laporan teknologi produksi tanaman semusim

mencapai ketinggian 20-60 cm dengan bunga terminal setelah daun keeempat

hingga kedelapan. Bunga tanaman buncis tergolong menyerbuk sendiri karena

penyerbukannya pada saat setelah bunga membuka penuh (antesis). Buah buncis

berupa polong dengan panjang bervariasi dari 80-20 cm dan lebar 1-1½ cm.

tergantung pada kultivar dan keadaan lingkungan, jumlah biji dalam setiap polong

bervariasi antara 4-12 butir (Zulkarnain, 2013).

Bentuk dari bijinya pun bervariasi ada yang bulat dan ada pula yang

menyerupai bentuk ginjal. Warna kulit biji buncis dapat berwarna putih kuning,

kehijauan, ping, merah, ungu, cokelat, atau hitam.  Batang tanaman Buncis

umumnya berbuku-buku, yang merupakan tempat melekat tangkai daun. Daun

Buncis bersifat majemuk, dan helai daunnya berbentuk  jorong segi tiga

(Rukmana, 1994).

Di samping sifat pertumbuhan yang memanjat, kacang buncis adapula

yang memiliki pertumbuhan menyemak dan dikenal sebagai kacang jogo.

Menurut Sunaryono (2004) mengemukakan bahwa dua tipe kcang jogo yang

dibudidayakan di Indonesia, yaitu jogo cokelat dan jogo merah. Sedangkan

kacang buncis yang memiliki pertumbuhan memanjat yang banyak diusahakan di

Indonesia antara lain Surakarta, Helda, dan Hawaian Wonder.

Klasifikasi kacang buncis sebagai berikut :

Devisi : Spermatofita

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dikotilledon

Ordo : Fabales

Page 12: laporan teknologi produksi tanaman semusim

Famili : Fabaceae

Genus : Phaseolus

Spesies : Phaseolus vulgaris

b. Syarat Tumbuh

Seperti tanaman yang lain, buncis memiliki syarat tumbuh untuk

berproduksi dengan baik. Tanah dan iklim merupakan dua factor ekologis yang

perlu di perhatikan agar buncis yang di usahakan mampu tumbuh dengan baik dan

berproduksi secara maksimal.

Budidaya buncis sangat baik apabila dilakukan di tanah Andosol karena

tanah ini memiliki drainase yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan

produksi buncis. Tetapi selain di tanah Andosol menurut Yamaguchi (1983),

buncis dapat ditanam pada berbagai jenis tanah sepanjang tanah tersebut memiliki

pori udara yang cukup dan drainase yang baik untuk mendukung penambatan

oksigen oleh bintil akar.

Menurut Zulkarnain (2013), keasaman tanah yang dikehendaki untuk

pertumbuhan yang baik, berkisar 5,5-6,5. Pada tanah dengan pH kurang dari 5,5,

pertumbuhan akan terhambat karena mengalami keracunan besi, alumunium dan

mangan. Sebaliknya jika pH di atas 6,5 pertumbuhan akan terganggu karena

ketidaktersediaan sejumlah unsure-unsur hara esensial.

Optimum suhu tanah untuk perkecambahan biji adalah 30ºC. pada suhu

20ºC, persentase perkecambahan sangat tinggi dan diperlukan waktu 11 hari untuk

berkecambah. Sementara itu, pada suhu 30ºC, perkecambahan biji hanya

memerlukan waktu 6 hari (Yamaguchi, 1983).

Page 13: laporan teknologi produksi tanaman semusim

Tanaman Buncis dapat tumbuh baik apabila ditanaman di dataran tinggi

yaitu pada ketinggian 1000-1500 meter dpl. Namun tidak tertutup kemungkinan

untuk di tanam pada daerah dengan ketinggian 500-600 meter dpl. Temperatur

udara yang paling baik untuk tanaman Buncis berkisar antara  20-500C. Di luar

kisaran temperatur tersebut produksinya tidak maksimal. Umumnya tanaman

Buncis menghendaki kelembaban  50-60%,  kondisi terlalu lembab dapat

mengundang hama dan penyakit  sehingga dapat mengancam pertumbuhan

tanaman (Setiawan, 1994). Daerah yang banyak ditanami kacang buncis di

Indonesia antara lain Cisarua, Pangalengan, Pacet (Cipanas), Lembang

(Bandung), Batu dan Nangka Jajar (Malang) (Sunaryono, 2004).

Selain lingkungan tumbuh yang ideal, tindakan budidaya yang tepat juga

merupakan aspek penting untuk pertumbuhan tanaman buncis yang optimal dan

berproduksi tinggi. Budidaya buncis sama halnya dengan budidaya tanaman lain

yaitu ada persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan hingga panen.

Persiapan lahan dimulai dengan membersihkan area tanam dari gulma-

gulma agar nantinya tidak terjadi persaingan dalam mengambil nutrisi dalam

tanah. Seperti pernyataan (Zulkarnain, 2013) bahwa pembersihan gulma untuk

menghindarkan terjadinya persaingan dalam mendapatkan unsur hara dan air.

Setelah lahan bersih dari gulma, pengolahan lahan dilakukan dengan cara di

cangkul atau di bajak. Pada saat praktikum lahan yang akan ditanami buncis oleh

kami telah dipersiapkan sebelumnya. Jadi lahan telah mengalami proses

pembersihan gulma maupun pengolahan tanah. Menurut Zulkarnain (2013),

pengolahan tanah merupakan upaya untuk mendapatkan kondisi media tanam

Page 14: laporan teknologi produksi tanaman semusim

yang ideal dalam pertumbuhan dan produksi buncis. Tanah dibajak atau dicangkul

sedalam 20-30cm atau sedalam lapisan top soil.

Buncis diperbanyak secara generatif menggunakan biji yang ditanam

langsung. Benih yang digunakan harus benih yang bermutu dengan daya

kecambah 80-85% (Zulkarnain, 2013). Dalam praktikum ini kami menggunakan

benih buncis tipe merambat. Saat penanamannya kami memakai jarak tanam

40cmx30cm dan menanam 2 biji per lubang tanamnya. Hal ini hampir sama

dengan pernyataan (Rukmana, 2005) yang menyatakan bahwa untuk kacang jogo,

jarak tanam adalah 40cm x 40cm-50cm, sedangkan untuk kacang buncis, jarak

tanam adalah 20cm-30cm x 60cm-75cm dan setiap lubang tanam diisi dengan 2-3

biji kacang buncis dan ditutup dengan tanah tipis.

Untuk memudahkan pemeliharaan dan menghindari terjadinya genangan air

di sekitar batang tanaman, perlu dibuat bedengan dengan tinggi kira-kira 20cm,

lebar 100-125cm dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan atau keadaan lahan.

Hal ini berfungsi sebagai jalan sekaligus sarana pembuangan air (drainase)

(Zulkarnain, 2013).

Saat pelaksanaan praktikum kami melakukan penyulaman atau mengganti

tanaman yang rusak dan tidak tumbuh pada saat 7 hari setelah tanam. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Zulkarnain (2013) bahwa biji-biji yang tidak

berkecambah atau perkecambahannya tidak menghasilkan tanaman normal harus

segera diganti dengan benih yang baru atau disulam. Penyulaman hendaknya

dilakukan sesegera mungkin sebelum tanaman berumur 10 hari.

Page 15: laporan teknologi produksi tanaman semusim

Pemupukan yang kami lakukan yaitu pada saat 14 hari setelah tanam.

Pemupukan dengan menggunaka pupuk urea sebanyak 30g/petak, SP-36 sebanyak

60g/petak dan pupuk KCl sebanyak 60g/petak.

Pemeliharaan yang kami lakukan salah satunya pengairan. Pengairan

dilakukan dengan melihat kondisi cuaca pada saat itu. Jika kondisi tanah

kekeringan, diperlukan pengairan. Selain pengairan kami juga memasang tugal

saat tanaman buncis mulai tumbuh merambat dengan cara melilitkan batang

buncis pada tugal yang telah ditancapkan ke dalam tanah. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Zulkarnain (2013) bahwa kacang buncis tipe pertumbuhan menjalar

ke atas, perlu diberi penopang atau lanjaran sebagai tempat merambatnya.

Masa panen tergantung pada kultivar dan suhu udara, kacang buncis dapat

dipanen dalam waktu 45-80 hari setelah tanam. Kacang buncis dapat dipanen

setelah polongnya mencapai tahap perkembangan optimum dengan ciri-ciri warna

agak muda, permukaan agak kasar, biji nelum menonjol dan apabila dipatahkan

menimbulkan suara meletup (getas). Pemanenan umumnya dilakukan secara

manual, yakni polong dipetik dengan tangan (Zulkarnain, 2013).

c. Hama dan Penyakit

a) Hama

Kumbang daun epilachnia (Henosepilachna signatipennis Boisduval). Daun

daun buncis yang terserang hama ini berlubang lubang. Pada serangan berat

seluruh helaian daun dapat tersisa tulang daunnya saja, dan pertumbuhan tanaman

menjadi terhambat (kerdil) (Zulkarnain, 2013).

Page 16: laporan teknologi produksi tanaman semusim

Penggerek daun (Etiella zinckenella Treitschke). Hama ini menyerang

polong muda sehingga mengalami keerusakan dan bijinya keropos (Zulkarnain,

2013).

Kutu daun (Aphis gossypii Glofer). Tanaman yang terserang hama ini akan

bertumbuh kerdil, batang berpilin, daun mengeritting dan berwarna kuning.

(Zulkarnain, 2013).

b) Penyakit

Antraknosa (Colletotrichum lindemuthianum Sacc. Et Magnus) Lams.

Serangan cendawan ini menimbulkan bercak kecil berwarna cokelat pada polong

muda dan bercak hitam atau cokelat tua pada batang (Zulkarnain, 2013).

Embun tepung (Erysiphe polygoni D.C.). serangan cendawan ini dicirikan

oleh timbulnya area berwarna putih ke abuan (seperti beludru) dipermukaan daun

(Zulkarnain, 2013).

Layu bakteri (Peseudomonas solanasearum Smith). Gejala serangan bakteri

ini dicirikan oleh tanaman menguning, layu dan kerdil. Batangnya apabila dipijit

akan keluar lendir putih (Zukkarnain, 2013).

2. Bayam

a. Deskripsi

Bayam merupakan sayuran yang telah lama dikenal dan dibudidayakan

secara luas oleh petani di seluruh wilayah Indonesia, bahkan di negara lain.

Penyebaran tanaman bayam di Indonesia telah meluas ke seluruh wilayah, tetapi

sampai saat ini pulau Jawa merupakan sentra produksinya (Bandini dan

Azis,2001).

Page 17: laporan teknologi produksi tanaman semusim

Menurut Van Steenis (1978), mengklasifikasikan tanaman bayam

(Amaranthus sp.) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Amaranthales

Family : Amaranthaceae

Genus : Amaranthus

Spesies : Amaranthus sp.

Bentuk tanaman bayam adalah terna (perdu), tinggi tanaman dapat mencapai

1,5 – 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran menyebar dangkal pada

kedalaman antara 20 - 40 cm dan berakar tunggang (Bandini dan Aziz, 2001).

Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air, tumbuh

tinggi diatas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang yang keras

berkayu dan bercabang banyak. Bayam kadang-kadang berkayu dan bercabang

banyak (Van Steenis, 1978).

Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat daun

yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau keputih-

putihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasap (kasar) dan

kadang berduri (Azmi, 2007).

Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun bunga 4 –

5 buah, benang sari 1 – 5, dan bakal buah 2 – 3 buah. Bunga keluar dari ujung-

Page 18: laporan teknologi produksi tanaman semusim

ujung tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak.

Tanaman dapat berbunga sepanjang musim. Perkawinannya bersifat unisexual

yaitu dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan

berlangsung dengan bantuan angina dan serangga (Nazaruddin, 2000).

Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna coklat

tua sampai m mengkilap sampai hitam Kelam. Namun ada beberapa jenis bayam

yang mempunyai warna biji putih sampai merah, misalnya bayam maksi yang

bijinya merah. Setiap tanaman dapat menghasilkan biji kira-kira 1200 – 3000

biji/gram (Wirakusumah, 1998).

b. Syarat Tumbuh

Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman

antara lain ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Bayam

banyak ditanam di dataran rendah hingga menengah, terutama pada ketinggian

antara 5 – 2000 m dpl. Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman adalah tinggi,

berkisar antara 400 – 800 foot candles yang akan mempengaruhi pertumbuhan

optimum dengan suhu rata-rata 20˚C - 30˚C, curah hujan antara 1000 – 2000 mm,

dan kelembaban diatas 60%. Drainase tanah harus sudah diperhatikan meskipun

tanaman bayam tahan terhadap air hujan. Untuk itu, bedengan dibuat lebih tinggi

disbanding dengan penanaman saat musim kemarau, yaitu setinggi ± 35 cm.

Sebaliknya pada musim kemarau, penyiraman harus dilakukan secara teratur

(Bandini, 2001).

Tanaman bayam dapat tumbuh kapan saja baik pada waktu musim hujan

ataupun kemarau. Tanaman ini kebutuhan airnya cukup banyak sehingga paling

Page 19: laporan teknologi produksi tanaman semusim

tepat ditanam pada awal musim hujan, yaitu sekitar bulan Oktober – November.

Bisa juga ditanam pada awal musim kemarau, sekita bulan Maret – April

(Nazaruddin, 2000).

Bayam sebaiknya ditanam pada tanah yang gembur dan cukup subur.

Apalagi untuk bayam cabut, tekstur tanah yang berat akan menyulitkan produksi

dan panennya. Tanah netral ber-pH antara 6 – 7 paling disukai bayam untuk

pertumbuhan optimalnya (Nazaruddin, 2000).

Tanah yang subur dan bertekstur gembur serta banyak mengandung bahan

organik paling disukai tanaman bayam. Pada tanah yang tandus dan liat, bayam

masih dapat tumbuh dengan baik jika dilakukan penambahan bahan organik yang

cukup banyak. Pada tanah yang ber-pH dibawah kisaran 6-7, tanaman bayam

sukar tumbuh. Tanaman akan menunjukkan pertumbuhan yang merana bila pH

tanah dibawah 6. Begitu pula pada pH diatas 7, tanaman akan mengalami gejaja

klorosis (warna daun menjadi putih kekuning-kuningan terutama pada daun-daun

yang masih muda). Jenis bayam tertentu masih dapat tumbuh pada tanah-tanah

alkalin (basa). Tanaman bayam tidak memilih jenis tanah tertentu (Murtensen and

Bullard, 1970).

Budidaya tanaman bayam pada praktikum ini lahan yang ingin digunakan

telah dilakukan pengolahan tanah agar tanah gembur dan mengurangi populasi

gulma agar tidak terjadi persaingan dalam mengambil unsur hara dan air. Sebelum

melakukan penanaman, kami juga membeerikan pupuk kandang sebagai dasarnya.

Menurut Widjaja dan Hadisoeganda (1996), Pengoolahan tanah, tanah dicangkul

sedalam 23-30 cm, dibersihkan dari rerumputan. Sambil diberi pupuk organik

Page 20: laporan teknologi produksi tanaman semusim

secukupnya (pupuk kandang dan atau kompos) tanah terus digemburkan dan

dibedeng-bedeng selebar sekitar 100 cm, jarak antar bedengan sekitar 30-40 cm

dan panjang bedengan disesuaikan dengan bentuk lahan.

Penanaman biasanya dilakukan dengan sebar benih langsung secara merata,

tanpa alur (barisan), tanpa jarak tanam. Sebaran benih dibuat serata mungkin,

disusul dengan penutupan benih tersebut dengan selapis tanah untuk menghindari

terhanyutnya benih oleh air hujan atau air siraman (Widjaja dan Hadisoeganda,

1996). Hal ini sama seperti yang kami lakukan saat di lapang yaitu menanam

bayam dengan cara disebar membentuk barisan dan menutupnya dengan sedikit

tanah.

Pemupukan dilakukan pada 2 minggu HST dengan pupuk SP-36 sebanyak

60 gr/petak, pupuk KCl sebanyak 60gr/petak. Menurut Rukmana (1995), pupuk

buatan yang diberikan pada tanaman bayam adalah 300 kg Urea, 200 kg TSP dan

100 kg KCl per hektar.

Pemeliharaan tanaman bayam yang kami lakukan adalah dengan penyiangan

dan pengairan. Pengairan dilakukan dengan melihat kondisi curah hujan pada saat

itu. Jika lahan atau kondisi tanah kering dilakukan pengairan atau penyiraman.

Seperti yang diungkapkan Rukmana (1995) bahwa pemeliharaan tanaman yang

penting ialah menjaga kelembapan tanah dan tanaman bayam memerlukan air

4liter/m2 pertanaman/hari pada saat tanaman masih muda sampai minggu pertama.

Bayam cabut biasanya mulai dipanen apabila tingginya telah mencapai kira-

kira 20 cm, yaitu pada umur antara tiga sampai empat mencapai minggu setelah

tanam. Tanaman ini dipanen (dicabut) sampai akarnya (Rukmana, 1995).

Page 21: laporan teknologi produksi tanaman semusim

c. Hama dan Penyakit

a) Hama

Hama yang sering menyerang tanaman bayam adalah ulat daun, kutu daun

dan belalang. Tanaman bayam yang terserang ulat daun atau ulat Hymenia akan

terlihat berlubang. Ulat ini memakan daun bayam sampai berlubang-lubang.

b)Penyakit

Karat putih memiliki gejala bercak-bercak putih pada daun yang disebabkan

oleh cendawan Albugo candida, terutama pada bagian daun seblah bawah.

Penyakit ini banyak terjadi apabila cuacanya lembab sekali (Zulkarnain, 2013)

Busuk daun memiliki gejala yaitu daun terinfeksi cendawan Choanephora

menjadi berwarna hitam, kemudian cabang dan daun yang terserang menjasi

busuk. Serangan meningkat apabila cuacanya terlalu lembab.

Pengamatan praktikum ini, variabel yang diamati meliputi variabel

pertumbuhan, komponen hasil serta kondisi lingkungan. Tujuan dari pengamatan

tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana hasil produksi suatu tanaman, dapat

pula menentukan pola tanam yang tepat dan jika ditanam berdampingan tanaman

apa yang cocok dan menghasilkan produksi tinggi. Selain itu, dari pengamatan

variabel tersebut kita dapat mengembangkan potensi dari suatu tanaman dan dapat

mengetahui prediksi hasil produksi suatu tanaman.

Page 22: laporan teknologi produksi tanaman semusim

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem pertanaman adalah suatu sistem yang menyangkut segala sesuatu yang

berkaitan dengan aktifitas produksi tanaman dalam suatu sistem usaha tani.

2. Pertanaman ganda (Multiple Cropping) adalah suatu sistem pertanaman atau

usahatani yang mengusahakan dua atau lebih tanaman budidaya pada suatu

luasan lahan tertentu. Tujuan pertanaman ganda adalah untuk meningkatkan

produktivitas lahan dan mengurangi resiko kegagalan panen.

B. Saran

Sebaiknya praktikum dilaksanakan selalu setiap pagi hari dan ada dosen

yang membimbing dan memberi pengarahan.

Page 23: laporan teknologi produksi tanaman semusim

Dapus

Sastradiharja, Singgih.2005. Menanam Sayuran Secara Organik. Jakarta:Azka Press

Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polibag. Jakarta : Penebar Swadaya

Rukmana, R, 1994, Bertanam Buncis, Kanisius, Yoyakarta.Setiawan, 1994, Sayuran Dataran Tinggi,  Penebar Swadaya, JakartaHadisoeganda, A. Widjaja W. 1996. Bayam Sayuran Penyangga Petani di Indonesia. Monograf No. 4. BPPP. Lembang, Bandung.