Laporan TAHURA

18
PRAKTIKUM LAPANGAN “ORGANISME DAN LINGKUNGAN” I. TUJUAN Adapun tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui berbagai macam organisme yang terdapat di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Qasim serta menghitung frekuensi dan kerapatan pohon. II. LANDASAN TEORI Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Hutan Raya yang terdapat di Provinsi Riau adalah Taman Hutan Raya Sultan Syarif Qasim yang terletak di Minas. Taman Hutan Raya memiliki fungsi secara ekologis yaitu sebagai suatu sistem penyangga kehidupan, secara ekonomis sebagai sumber yang menghasilkan barang dan jasa, dan secara sosial sebagai sumber penghidupan dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat sekitar Taman Hutan Raya. Taman Hutan

description

laporan

Transcript of Laporan TAHURA

Page 1: Laporan TAHURA

PRAKTIKUM LAPANGAN

“ORGANISME DAN LINGKUNGAN”

I. TUJUAN

Adapun tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui berbagai macam

organisme yang terdapat di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Qasim serta

menghitung frekuensi dan kerapatan pohon.

II. LANDASAN TEORI

Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi

tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan

asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Hutan

Raya yang terdapat di Provinsi Riau adalah Taman Hutan Raya Sultan Syarif

Qasim yang terletak di Minas. Taman Hutan Raya memiliki fungsi secara

ekologis yaitu sebagai suatu sistem penyangga kehidupan, secara ekonomis

sebagai sumber yang menghasilkan barang dan jasa, dan secara sosial sebagai

sumber penghidupan dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat sekitar Taman

Hutan Raya. Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Qasim merupakan objek

wisata alami yang lokasinya paling dekat dengan pusat kota, yaitu sekitar 30 km

dari kota.

Hutan memiliki berbagai fungsi dalam menyangga kehidupan organism

di muka bumi. Berikut 7 macam fungsi hutan :

1. Hidrologis, hutan merupakan gudang penyimpan air dan tempat

menyerapnya air hujan maupun embun yang pada khirnya akan mengalirkannya

ke sungai-sungai melalui mata air-mata air yang berada di hutan. Dengan adanya

Page 2: Laporan TAHURA

hutan, air hujan yang berlimpah dapat diserap dan diimpan di dalam tanah dan

tidak terbuang percuma.

2. Melihat topografi Minahasa, bergunung-gunung dan terjal, sehingga banyak

lahan-lahan kritis yang mudah tererosi apabila datang hujan. Keberadaan hutan

sangat berperan melindungi tanah dari erosi dan longsor.

3. Hutan pula merupakan tempat memasaknya makanan bagi tanaman-

tanaman, dimana di dalam hutan ini terjadi daur unsur haranya (nutrien, makanan

bagi tanaman) dan melalui aliran permukaan tanahnya, dapat mengalirkan

makanannya ke area sekitarnya. Bayangkan jika kita tak punya lagi dapur alami

bagi tanaman-tanaman sekitarnya ataupun bagi tanaman-tanaman air yaang ada di

sungai-sungai, maka bumi Minahasa akan merana.

4. Fungsi penting hutan lainnya adalah sebagai pengatur iklim, melalui

kumpulan pohon-pohonnya dapat memprduksi Oksigen (O2) yang diperlukan

bagi kehidupan manusia dan dapat pula menjadi penyerap carbondioksida (CO2)

sisa hasil kegiatan manusia, atau menjadi paru-paru wilayah setempat bahkan jika

dikumpulkan areal hutan yang ada di daerah tropis ini, dapat menjadi paru-paru

dunia. Siklus yang terjadi di hutan, dapat mempengaruhi iklim suatu wilayah.

5. Hutan memiliki jenis kekayaan dari berbagai flora dan fauna sehingga

fungsi hutan yang penting lagi adalah sebagai area yang memproduksi embrio-

embrio flora dan fauna yang bakal menembah keanegaragaman hayati. Dengan

salah satu fungsi hutan ini, dapat mempertahankan kondisi ketahanan ekosistem di

satu wilayah.

6. Hutan mampu memberikan sumbangan hail alam yang cukup besar bagi

devisa negara, terutama di bidang industri, selain kayu hutan juga menghasilkan

bahan-bahan lain seperti damar, kopal, terpentein, kayu putih, rotan serta

tanaman-tanaman obat.

Page 3: Laporan TAHURA

7. Hutan juga mampu memberikan devisa bagi kegiatan turismenya, sebagai

penambah estetika alam bagi bentang alam yang kita miliki.

Taman Hutan Raya Sultan Syarif Qasim

Tahura Sultan Syarif Kasim ditunjuk oleh Gubernur KDH Tk. I Propinsi

Riau berdasarkan SK No. 367/IV/1985 tanggal 24 April 1985 tentang Penunjukan

Kelompok Hutan Sungai Takula Minas Km 20 sebagai kawasan hutan dengan

fungsi hutan wisata seluas 1.000 Ha. Tahura SSQ II Minas yang memiliki luas

6172 Ha, secara geografis terletak antara 00° 38’ s/d 00° 44’ Lintang Utara dan

101° 27’ s/d 101° 27’ Bujur Timur, Dengan kelerengan (9% -15%) dan ketinggian

antara ± 10 meter s/d 100 meter dari permukaan laut.

Garis batas Tahura melintang dari arah Utara ke Selatan, dan garis bujur

dari arah Timur ke Barat menyusuri lembah/perbukitan serta memotong beberapa

anak sungai. Beberapa sungai dan anak sungai yang mengalir di dalam kawasan

Tahura diantaranya sungai Takuana Buluh, Takuana Sungsang, Sungai Rantau

Panjang dan beberapa anak sungai yang keseluruhannya mengalir ke pantai timur

yang kemudian dikenal sebagai kelompok hutan Sei. Takuana.

Kelompok Hutan Sungai Takuana awalnya ditunjuk menjadi kawasan

hutan Wisata Minas dengan surat Keputusan Menteri Kehutanan RI nomor:

173/Kpts-II/1986 tanggal 6 Juni 1986 dan surat Keputusan Gubernur Riau nomor:

Kpts.367/IV/1985 tanggal 24 April 1985. Kawasan Hutan Wisata ini kemudian

ditingkatkan menjadi Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim dengan Surat

Keputusan Gubernur Riau nomor: Kpts.677/XI/1995 tanggal 15 Desember 1995

yang menurut RTRWP Riau (Perda 10 1994) adalah Kawasan Lindung.

Secara administratif, Tahura Sultan Syarif Kasim termasuk Kecamatan

Rumbai, Kotamadya Pekan Baru; Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Dati II

Kampar; dan Kecamatan Mandau, Kabupaten Dati II Bengkalis, Propinsi Riau.

Topografi Tahura Sultan Syarif Kasim Kondisi bervariasi dari datar,

Page 4: Laporan TAHURA

bergelombang ringan sampai sedang, dengan kemiringan 0 sampai 45%.

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson Tahura Sultan Syarif Kasim

termasuk ke dalam klasifikasi tipe A dengan curah hujan rata-rata pertahun 100

s/d 300 mm. Suhu udara minimum 21°C, maksimum 32,9°C dengan kelembaban

rata-rata 83%.

Flora

Vegetasi merupakan tipe hutan hujan tropis dengan didominasi oleh tumbuhan

jenis pohon antara lain Kompas (Koompasia maccensis), Kelat (Eugenia spp.),

Kulim (Scorodocarpu bernensis), Medang (Alseodaphne sp. ), Cengal (Hopea

sp.), Balam (Palaqium sp) dan lain sebagainya.

Fauna

Beberapa jenis satwa yang dapat dijumpai antara lain Rusa (Cervus sp.), Babi

hutan (Sus scrafa), Gajah (Elephas maximus sumatrensis), Ungko (Hilobaatidae),

Trenggiling (Manis javanica) dan berbagai jenis burung seperti Rangkong

(Beuceratidae), Punai dan lain sebagainya.

Potensi wisata alam

Di samping keadaan alamnya sendiri yang potensial sebagai tempat wisata juga

terdapat beberapa obyek yang dapat dinikmati, antara lain : sumber air, panorama

alam hutan. Beberapa kegiatan wisata yang dapat dilakukan antara lain : lintas

alam, dan berkemah.

Sarana kemudahan dan pelayanan

Sarana kemudahan yang ada antara lain pendopo, jalan masuk, jalan setapak dari

semen, jalan utama, tempat parkir, pintu gerbang, MCK, jembatan dan camping

ground.

Page 5: Laporan TAHURA

Pencapaian ke lokasi

Tahura Sultan Syarif Kasim terletak di pinggir jalan raya yang menghubungkan

kota Pekan Baru - Minas - Duri - Dumai, dapat dicapai dengan kendaraan darat

1,5 jam dari kota Pekan Baru.

PH meter (soil tester)

Ph tester dengan type ini adalah untuk mengukur keasaman tanah,

sehingga dapat diketahui apakah tanah tersebut dapat optimal untuk pemupukan.

Dengan menancapkan alat ini pada tanah maka akan dapat diketahui berapa nilai

keasaman tanah yang diukur.

Spesifikasi Produk

Skala pH 3,5 s/d 8

Moisture 0 s/d 100%

Akurasi 10%  

Page 6: Laporan TAHURA

III. PROSEDUR PENELITIAN

III.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum lapangan di

Taman Hutan Raya Sultan Syarif Qasim adalah sebagai berikut :

a. Tali

b. Meteran

c. Alat-alat tulis

d. PH meter (soil tester)

III.2 Prosedur Kerja

1. Diukur tali sepanjang 20 meter. Lalu, disebarkan 5 plot pengamatan

dengan ukuran 10 m2 (berupa kuadrat dari tali) secara acak pada lokasi

yang telah ditentukan.

2. Diukur keliling batang pada posisi setinggi dada untuk setiap individu

pohon yang terdapat di setiap plot tersebut.

3. Dihitung perkiraan luas area yang tertutup oleh tajuk senua jenis

tumbuhan, yaitu persentase tutupan tajuk tumbuhan terhadap permukaan

tanah pada setiap plot yang dikerjakan.

4. Ditulis data hasil pengamatan pada tabel.

5. Diukur Ph tanah dengan menggunakan Ph meter (soil tester).

III.3 Deskripsi Area

Praktikum lapangan yang diadakan pada tanggal 2 Januari 2010

bertempat di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Qasim. Taman hutan raya (Tahura)

adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa

yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan

bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,

budaya, pariwisata dan rekreasi.

Page 7: Laporan TAHURA

Tahura Sultan Syarif Qasim adalah satu-satunya objek wisata hutan alami

di Pekanbaru dengan jarak yang tergolong dekat, yaitu sekitar 30 km dari pusat

kota. Secara administratif, Tahura Sultan Syarif Kasim termasuk Kecamatan

Rumbai, Kotamadya Pekan Baru; Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Dati II

Kampar; dan Kecamatan Mandau, Kabupaten Dati II Bengkalis, Propinsi Riau.

Topografi Tahura Sultan Syarif Kasim bervariasi dari datar,

bergelombang ringan sampai sedang, dengan kemiringan 0 sampai 45%. Suhu

udara minimum 21°C, maksimum 32,9°C dengan kelembaban rata-rata 83%.

Tahura Sultan Syarif Kasim II Minas memiliki luas sekitar 6172 Ha.

Garis batas Tahura melintang dari arah Utara ke Selatan, dan garis bujur

dari arah Timur ke Barat menyusuri lembah/perbukitan serta memotong beberapa

anak sungai. Beberapa sungai dan anak sungai yang mengalir di dalam kawasan

Tahura diantaranya sungai Takuana Buluh, Takuana Sungsang, Sungai Rantau

Panjang dan beberapa anak sungai yang keseluruhannya mengalir ke pantai timur

yang kemudian dikenal sebagai kelompok hutan Sei. Takuana.

Disini terdapat berbagai tumbuhan dan hewan. Tumbuhan yang banyak

dibudidayakan adalah pohon-pohon yang memiliki tinggi dan keliling yang cukup

besar. Contohnya adalah pohon simpur dan pohon sendok sendok. Pohon-pohon

yang terdapat pada taman hutan raya memiliki keliling rata-rata yang mencapai 30

cm dan tinggi batang yang mencapai kira-kira 5 meter. Lingkungan Tahura Sultan

Syarif Qasim sudah seperti selayaknya hutan alami. Hal ini disebabkan tutupan

tajuk pohon-pohon yang rindang dan hampir 95% menutupi permukaan atas

hutan.

Pohon-pohon yang hijau dan rindang semakin membuat udara sejuk dan

segar. Lingkungan disekitar hutan juga terawat dengan semestinya. Meskipun

masih terdapat kekurangan yang kecil, yaitu sampah dan lumpur yang terdapat di

jalanan. Jalanan yang terdapat di Tahura SSQ berlumpur. Hal ini disebabkan oleh

hujan yang turun ketika malam harinya. Sehingga membuat praktikan-praktikan

mengalami kesulitan ketika berjalan menuju lokasi. Sampah yang terdapat di

Tahura tersebut adalah makanan ringan dan daun-daun. Selain itu, fasilitas yang

Page 8: Laporan TAHURA

disediakan juga lumayan lengkap. Adapun fasilitas yang terdapat di Tahura adalah

mushala, taman bermain anak-anak, dan pendopo yang merupakan tempat

peristirahatan.

Jalan utama, jalan setapak dan MCK juga terdapat di Tahura SSQ II. Hal

ini juga mempermudah untuk mencapai lokasi praktikum. Jalanan tersebut ada

yang berlumpur dan ada juga yang tidak. Namun, jalanan yang berlumpur tidak

menghambati jalannya praktikum.

Plot pengamatan terbagi atas 4 daerah, yaitu 2 bagian hutan disekitar

jalan masuk dan 2 bagian lagi disekitar tangga menuju pendopo. Hutan-hutan

tersebut terletak di daerah kelerengan yang mencapai 0% hingga 40%. Kelerengan

tidak membuat pengamatan menjadi terhambat. Hutan yang terdapat di jalan

masuk memiliki pohon-pohon yang sedikit dan tidak terlalu rapat dibandungkan

dengan pohon-pohon yang terdapat di hutan sekitar jalan menuju pendopo.

Namun hal ini tidak mempengaruhi hasil pengamatan. Disekitar hutan juga

terdapat sungai yang membentang di sekitar jalan menuju pendopo.

Page 9: Laporan TAHURA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 HASIL

1. Frekuensi suatu jenis (F) = jumlah plot yang ditempati suatu jenis

jumlah seluruh plot

a. Sendok sendok = 1/5

b. Simpur = 1/5

c. Spesies 1 = 1/5

d. Spesies 2 = 1/5

e. Spesies 3 = 3/5

f. Spesies 4 = 3/5

g. Spesies 5 = 1/5

h. Spesies 6 = 3/5

i. Spesies 7 = 2/5

j. Spesies 8 = 2/5

k. Spesies 9 = 1/5

l. Spesies 10 = 1/5

2. Frekuensi relatif = frekuensi suatu jenis x 100%frekuensi seluruh jenis

a. Sendok sendok : 0,6/4,4 x 100% = 13,65%

b. Simpur : 0,2/4,4 x 100% = 4,54%

c. Spesies 1 : 0,2/4,4 x 100% = 4,54%

d. Spesies 2 : 0,2/4,4 x 100% = 4,54%

e. Spesies 3 : 0,6/4,4 x 100% = 13,65%

f. Spesies 4 : 0,6/4,4 x 100% = 13,65%

Page 10: Laporan TAHURA

IV.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan pada tabel hasil pengamatan dapat diketahui bahwa objek

yang diamati adalah keliling pohon yang mencapai lebih dari 30 cm. Pada saat

pengukuran di 5 plot pengamatan, terdapat pohon yang memiliki keliling kurang

dari 30 cm. Pohon yang memiliki keliling kurang dari 30 cm, tidak dapat

dikatakan pohon. Sehingga tidak dimasukkan ke dalam tabel hasil pengamatan.

Selain mengukur keliling pohon, tutupan tajuk juga diamati.

Rata-rata tutupan tajuk pada tiap plot adalah lebih dari 90%. Tutupan

tajuk dipengaruhi oleh berbagi faktor, yaitu semakin rendah suhu udara dan

kelembaban udara lebih tinggi, maka tutupan tajuk lebih rapat dan mendekati

100%. Pada tabel rekapitulasi data, terdapat nilai F yang bervariasi. Namun, nilai

untuk masing-masing individu tidak ada yang mencapai 0,75. Hal ini berarti

pohon-pohon tidak tersebar dengan rata.

Selain mengukur keliling pohon, diadakan juga pengukuran pH tanah.

didapatkan Ph sebesar 4,4. Hal ini menandakan bahwa tanah tersebut cocok untuk

ditanam. Di plot pengamatan terdapat berbagai macam pohon. Namun hanya

beberapa jenis yang namanya diketahui. Antara lain simpur (Dillenia indica) dan

sendok sendok.

Berikut klasifikasi pohon Simpur :

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Dilleniidae

Ordo: Dilleniales

Famili: Dilleniaceae (suku simpur-simpuran)

Genus: Dillenia

Spesies: Dillenia indica L.

Page 11: Laporan TAHURA

V. PENUTUP

V.1 KESIMPULAN

Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi

tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan

asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Hutan

Raya yang terdapat di Provinsi Riau adalah Taman Hutan Raya Sultan Syarif

Qasim yang terletak di Minas. Hutan berfungsi sebagai pengatur iklim, pengatur

debit air, dan juga menjaga debit air di ekosistem.

Tahura Sultan Syarif Kasim ditunjuk oleh Gubernur KDH Tk. I Propinsi

Riau berdasarkan SK No. 367/IV/1985 tanggal 24 April 1985 tentang Penunjukan

Kelompok Hutan Sungai Takula Minas Km 20 sebagai kawasan hutan dengan

fungsi hutan wisata seluas 1.000 Ha. Tahura SSQ II Minas yang memiliki luas

6172 Ha, secara geografis terletak antara 00° 38’ s/d 00° 44’ Lintang Utara dan

101° 27’ s/d 101° 27’ Bujur Timur, Dengan kelerengan (9% -15%) dan ketinggian

antara ± 10 meter s/d 100 meter dari permukaan laut.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa

kerapatan (K) berkisar dari 0,012 hingga 0,01. Lalu, pada nilai KR berkisar dari

2,94% hingga 17,26%, pada nilai F berkisar dari 0,2 hingga 0,6, pada nilai 4,54%

hingga 13,63% dan NP berkisar 7,48 hingga 31,23. Berdasarkan tabel

rekapitulasi, tidak ditemukan daerah yang pohon-pohon tersebar rata. Hal ini

karena nilai frekuensi tidak ada yang mencapai 0,75. Mungkin faktor ketelitian

yang menjadi penyebabnya.

Selain itu diadakan pengukuran Ph tanah. Didapatkan Ph 4,4. Hal ini

membuktikan bahwa tanah yang terdapat di tahura tersebut subur untuk ditanam.

Page 12: Laporan TAHURA

V.2 SARAN

Perjalanan menuju Tahura SSQ II sangat menyenangkan. Namun,

kekurangan yang didapatkan adalah tidak tepatnya jam keberangkatan. Hal ini

menyebabkan perjalanan pulang menuju Panam menjadi terlalu lama. Ada

baiknya jika hal ini tidak terjadi lagi di praktikum-praktikum selanjutnya.

Page 13: Laporan TAHURA

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 1994. Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Jakarta :

Yayasan Obor Indonesia

Hopson, J.L dan Wessels, N.K.1990. Essential of Biology. Toronto : McGraw Hill

Publishing Company

http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/2628

http://www.ditjenphka.go.id/index.php?a=kh

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara

Muntasib, E.K.S Harini dan Hermawan, Rachmad. 2007. Mengenal Ekosistem

Hutan dan Ekosistem Agro. Jakarta : Yayasan ke Hati

Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor :

Laboratorium Ekologi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Kusmana dan Istomo. 1995. Ekologi Hutan. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor