Laporan Tahunan 2009

22
PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DI KOTA SURABAYA II.1. JARINGAN PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN Perencanaan jaringan pemantauan kualitas udara ambien dilakukan berdasarkan tingkat konsentrasi pencemar, penyebaran pencemar dan inventarisasi emisi. Penetapan jumlah jaringan ditentukan oleh faktor-faktor jumlah penduduk, tingkat pencemaran dan keragamannya serta kebijakan-kebijakan yang berlaku. Berdasarkan survey lokasi bersama Tim BAPEDAL Pusat, Tim Pemerintah Austria, Tim Pemerintah Kota Surabaya, Tim BAPEDAL Propinsi Jawa Timur pada tanggal 10 – 13 Maret 1999, ditetapkan lokasi penempatan Stasiun pemantauan kualitas udara ambien di Kota Surabaya sebagaimana tabel berikut : Tabel II.1. Lokasi penempatan stasiun pemantauan kualitas udara ambien STASIUN LOKASI PEMANTAUAN WILAYAH PERUNTUKAN LAHAN SUF 1 Halaman Taman Prestasi, Jl. Ketabang Kali Surabaya Pusat Pusat Kota, Pemukiman, Perkantoran SUF 2 Halaman Kantor Kelurahan Perak Timur, Jl. Selangor Surabaya Utara Perkantoran,dekat daerah Industri, Pergudangan SUF 3 Halaman Kantor Pembantu Walikota Surabaya Barat , Jl. Sukomanunggal Surabaya Barat Pemukiman,daerah pinggir kota SUF 4 Halaman Kecamatan Gayungan, Jl. Gayungan Surabaya Selatan Pemukiman - dekat Tol Surabaya-Gempol SUF 5 Halaman Convention Hall, Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya Timur Pemukiman, Kampus, Perkantoran Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Transcript of Laporan Tahunan 2009

Page 1: Laporan Tahunan 2009

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN

DI KOTA SURABAYA

II.1. JARINGAN PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN

Perencanaan jaringan pemantauan kualitas udara ambien dilakukan

berdasarkan tingkat konsentrasi pencemar, penyebaran pencemar dan inventarisasi

emisi. Penetapan jumlah jaringan ditentukan oleh faktor-faktor jumlah penduduk,

tingkat pencemaran dan keragamannya serta kebijakan-kebijakan yang berlaku.

Berdasarkan survey lokasi bersama Tim BAPEDAL Pusat, Tim Pemerintah

Austria, Tim Pemerintah Kota Surabaya, Tim BAPEDAL Propinsi Jawa Timur pada

tanggal 10 – 13 Maret 1999, ditetapkan lokasi penempatan Stasiun pemantauan

kualitas udara ambien di Kota Surabaya sebagaimana tabel berikut :

Tabel II.1. Lokasi penempatan stasiun pemantauan kualitas udara ambien

STASIUN LOKASI PEMANTAUAN WILAYAH PERUNTUKAN LAHAN

SUF 1 Halaman Taman Prestasi, Jl. Ketabang Kali

Surabaya Pusat

Pusat Kota, Pemukiman, Perkantoran

SUF 2 Halaman Kantor Kelurahan Perak Timur, Jl. Selangor

Surabaya Utara

Perkantoran,dekat daerah Industri, Pergudangan

SUF 3 Halaman Kantor Pembantu Walikota Surabaya Barat , Jl. Sukomanunggal

Surabaya Barat

Pemukiman,daerah pinggir kota

SUF 4 Halaman Kecamatan Gayungan, Jl. Gayungan

Surabaya Selatan

Pemukiman - dekat Tol Surabaya-Gempol

SUF 5 Halaman Convention Hall, Jl. Arif Rahman Hakim

Surabaya Timur

Pemukiman, Kampus, Perkantoran

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 2: Laporan Tahunan 2009

Stasiun pemantauan terdiri dari kontainer berAC lengkap dengan:

Alat pengukur kualitas udara, sistem pengukuran untuk data meteorologi, sensor

untuk pemantauan suhu dan kelembaban dalam kontainer, sistem kontrol, unit

sampel, penyediaan gas acuan, peralatan bantuan untuk aliran listrik dan transfer

data.

Stasiun bekerja secara terus menerus, otomatis dan terkontrol oleh komputer.

Sistem pengontrolan dapat menyimpan parameter untuk 21 hari, kemudian data

yang paling lama akan diganti dengan yang baru. Dalam masa 21 hari tersebut

data harus ditransfer baik dengan cara online atau data dibawa ke laboratorium

pemantau. Di laboratorium pemantau data dan fungsi sistem harus diperiksa dan

dinyatakan sebagai data yang valid. Jika terjadi kesalahan fungsi dari system atau

terdapat data yang tidak jelas, maka situasi ini harus diklarifikasikan dan data

dinyatakan sebagai data yang valid atau tidak valid (invalid), dan jika perlu diikuti

dengan pemeliharaan sistem.

Lokasi penempatan Public Data Display adalah :

1. Depan Monumen Kapal Selam, Jl. Gubeng Pojok (Surabaya Pusat).

2. Depan BAPPEDA Propinsi Jatim, Jl. Pahlawan (Surabaya Utara).

3. Ring Road Jl. Mayjend Sungkono (Surabaya Barat).

4. Perempatan Jl. Dharmawangsa-Jl. Kertajaya (Surabaya Timur).

5. Depan BNI Graha Pangeran, Jl. A. Yani (Surabaya Selatan)

Lokasi penempatan Ruang Regional Air Quality Monitoring Center (RAQMC)

dan Ruang Operation and Maintenance yang ditempatkan di Kantor Walikota

Surabaya, Jl. Jimerto No. 25 – 27 Surabaya, Lantai I dan V.

Saat ini kondisi stasiun pemantau kualitas udara ambien yang beroperasi

optimal 3 ( tiga ) Stasiun Pemantau yaitu Stasiun Pemantau Gebang Putih, Taman

Prestasi dan Gayungan dan 2 ( dua ) Data Dislay yaitu Data Display di jalan Gubeng

Pojok ( Depan Monumen Kapal Selam) dan di perempatan jalan Dharmawangsa -

Kertajaya.

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 3: Laporan Tahunan 2009

Berikut ini adalah Peta Lokasi 5 ( lima ) Stasiun Pemantau dan 5 ( lima ) Data Display di kota Surabaya :

Gambar II.1. Peta Lokasi Stasiun Monitoring & Data Display

Legenda : SUF1 : Taman Prestasi, Jl. Ketabang Kali SUF2 : Perak timur, Jl. Selanggor SUF3 : Sukomanunggal, Jl. Sukomanunggal SUF4 : Gayungan, Jl. Raya Pagesangan SUF5 : Gebang Putih, Jl. A.Rachman Hakim

DD1 : Gubeng Pojok, DD2 : Pahlawan DD3 : Jl. Mayjen Sungkono DD4 : Achmad Yani DD5 : Dharmawangsa

SUF3

SUF4

SUF5

SUF1

SUF2

DD3

DD4

DD5

DD1

DD2 RAQMC

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 4: Laporan Tahunan 2009

II.2. PARAMETER YANG DIUKUR

Parameter yang diukur dalam stasiun pemantau kualitas udara ambien di Kota

Surabaya ada 16 (enam belas) parameter, yang terdiri dari :

1. 5 (lima) parameter kunci : PM10, SO2, O3, NO2, CO.

2. 11 (sebelas) parameter pendukung dan meteorologi : NO, NOx, kecepatan angin

(FF), kecepatan hembusan angin (FF Boe), arah angin (DD), arah hembusan angin

(DD Boe), kelembaban udara ambien, kelembaban udara container, suhu udara

ambien, suhu container dan global radiasi.

Tabel II.2. Parameter Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Periode Waktu Pengukuran No. PARAMETER WAKTU PENGUKURAN 1. Partikulat (PM10) 24 Jam (periode pengukuran rata-rata) 2. Sulfur Diokasida (SO2) 24 Jam (periode pengukuran rata-rata) 3. Carbon Monoksida (CO) 8 Jam (periode pengukuran rata-rata) 4. Ozon (O3) 1 Jam (periode pengukuran rata-rata) 5 Nitrogen Dioksida (NO2) 1 Jam (periode pengukuran rata-rata)

1. Partikulat (PM10) Sifat fisik partikel adalah ukurannya berkisar diantara 0,1 mikron sampai 10 mikron.

Selain itu pertikel mempunyai kemampuan sebagai tempat adsorbsi (absorpsi secara

fisik).

Tabel II.3. Pengaruh PM10 Berdasarkan Kategori dan Rentang ISPU

Kategori Indeks Pengaruh PM10

Baik 0 – 50 Tidak ada efek Sedang 51 – 100 Terjadi penurunan pada jarak pandang Tidak Sehat 101 – 199 Jarak pandang turun dan terjadi pengotoran oleh

debu Sangat Tidak Sehat

200 – 299 Meningkat sensitivitas pada pasien yang berpenyakit asma dan bronhitis

Berbahaya 300 lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

Sumber : Kep-107/KABAPEDAL/11/1997

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 5: Laporan Tahunan 2009

Metode Pengukuran PM10

Zat partikulat dengan ukuran kurang dari 10 µm diukur dengan menghisap udara

melalui unit sampel yang berbeda dan partikel terakumulasi pada filter tape. Instrumen

(FH 62-1 dar Eberline) mengukur aliran udara secara terpau melalui filter tape dan

massa partikel pada filter tape dengan sinar β attenuation. Filter tape akan maju

setelah beberapa interval waktu atau massa akan melampaui jumlah tertentu.

2. Sulfur Dioksida (SO2) Sulfur dioksida (SO2) merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat rekatif

terhadap gas yang lain. Tidak berwarna, bau yang sangat tajam, sangat mengiritasi,

tidak terbakar, dan tidak meledak.

Tabel II.4. Pengaruh SO2 Berdasarkan Kategori dan Rentang ISPU

Kategori Indeks Pengaruh SO2

Baik 0 – 50 Luka pada beberapa spisies tumbuhan akibat kombinasi O3 (selama 4 jam)

Sedang 51 – 100 Luka pada beberapa spesies tumbuhan Tidak Sehat 101 – 199 Berbau, Meningkatnya kerusakan tanaman Sangat Tidak Sehat

200 – 299 Meningkat sensitivitas pada pasien yang berpenyakit asma dan bronhitis

Berbahaya 300 lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

Sumber : Kep-107/KABAPEDAL/11/1997

Metode Pengukuran SO2

Alat pengukur yang berkerja secara terus menerus (APSA-360 dari Horiba)

berdasarkan metode ultraviolet fluorescence.

Pada saat sinar ultraviolet (220 nm) menghilangkan radiasi radiasi sampel yang

mengandung SO2, SO2 akan menghasilkan sinar dengan panjang gelombang

yang lebih panjang (320 nm) dibandingkan dengan sinar yang radiasinya sudah

dihilangkan. Yang pertama disebut sebagai sinar yang disebut sebagai excited

light dan yang terakhir merupakan fluorescence. Konsentrasi sampel yang diukur

intensitas fluorescence tersebut.

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 6: Laporan Tahunan 2009

3. Ozon (O3)

Tabel II.5. Pengaruh O3 Berdasarkan Kategori dan Rentang ISPU Kategori Indeks Pengaruh O3

Baik 0 – 50 Luka pada beberapa spesies tumbuhan akibat kombinasi SO2 (selama 4 jam)

Sedang 51 – 100 Luka pada beberapa spesies tumbuhan Tidak Sehat 101 – 199 Penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih

keras Sangat Tidak Sehat

200 – 299 Olahraga ringan mengakibatkan pengaruh pernapasan pada pasien yang berpenyakit paru-paru kronis

Berbahaya 300 lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

Sumber : Kep-107/KABAPEDAL/11/1997

Metode Pengukuran O3

Alat pengukur yang berkerja secara terus menerus (APOA-360 dari Horiba)

berdasarkan metode penyerapan ultraviolet.

Metode ini berdasarkan pada karakteristik ozon yang menyerap sinar ultra violet

yang mempunyai panjang gelombang tertentu.

4. Nitrogen Dioksida (NO2) Berwarna merah-ungu-kecoklatan serta baunya menyengat, toksis dan korosif

menghisap banyak cahaya. Di udara Nitrogen dioksida (NO2) membentuk awan

kuning atau coklat.

Tabel II.6. Pengaruh NO2 Berdasarkan Kategori dan Rentang ISPU Kategori Indeks Pengaruh NO2

Baik 0 – 50 Sedikit berbau Sedang 51 – 100 Berbau Tidak Sehat 101 – 199 Berbau dan kehilangan warna, peningkatan

reaktivitas pembuluh tenggorokan pada penderita asma

Sangat Tidak Sehat

200 – 299 Meningkat sensitivitas pada pasien yang berpenyakit asma dan bronhitis

Berbahaya 300 lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

Sumber : Kep-107/KABAPEDAL/11/1997

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 7: Laporan Tahunan 2009

Metode Pengukuran NO2

Alat pengukur yang berkerja secara terus menerus (APNA-360 dari Horiba)

berdasarkan metode chemiluminescence.

Jika nitrogen monoksida (NO) dalam gas sampel bereaksi dengan ozon (O3),

maka sebagian dari NO beroksidasi menjadi nitrogen dioksida (NO2).

Bagian dari NO2 yang dihasilkan merupakan excited state (NO2’) dan

menghasilkan radiasi sinar pada saat berubah menjadi ground state. Fenomena

ini disebut chemiluminescence.

Reaksi ini terjadi dengan sangat cepat dan hanya melibatkan NO – tanpa hampir

menghasilkan dampak pada gas-gas lainnya. Jika NO berada oada konsentrasi

yang rendah, jumlah luminescence akan sesuai dengan konsentrasinya.

APNA-360 memisahkan gas sampel ke dalam dua bagian. Pada bagian pertama

NO2 dikurangi menjadi NO oleh Konverter NOx dan kemudian digunakan sebagai

gas sampel untuk pengukuran NOx (NO + NO2). Di bagian lain, gas sampel NO

digunakan sebagaimana mestinya. Sampel gas ini diganti oleh katup solenoid

setiap 0.5 detik.

5. Karbon Monoksida (CO) Tabel II.7. Pengaruh CO Berdasarkan Kategori dan Rentang ISPU

Kategori Indeks Pengaruh CO

Baik 0 – 50 Tidak ada efek Sedang 51 – 100 Perubahan kimia darah tetapi tidak terdeteksi Tidak Sehat 101 – 199 Peningkatan pada kardiovaskular pada perokok

yang sakit jantung Sangat Tidak Sehat

200 – 299 Meningkat kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung, dan tampak beberapa kelemahan yang terlihat nyata

Berbahaya 300 lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar

Sumber : Kep-107/KABAPEDAL/11/1997

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 8: Laporan Tahunan 2009

Metode Pengukuran CO Alat pengukur yang berkerja secara terus menerus (APMA-360 dari Horiba)

berdasarkan metode penyerapan infra red.

Gas sampel dan gas zero (yang disiapkan oleh eliminasu catalic dari CO pada

udara ambien) secara bergantian dikirim ke ruang pengukuran oleh katup

solenoid yang diaktifkan pada frekuensi 1 Hz.

Selama konsentrasi gas pada gas sampel dan gas zero sama, output dari

detektor akan menjadi nol, jika tidak, signal termodul akan terproduksi.

Penyebaran bahan pencemar di udara dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi

sebagai berikut :

1. Suhu Udara Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi bahan pencemar di udara sesuai

dengan cuaca tertentu. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang

sehingga konsentrasi bahan pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu

yang dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar diudara

makin tinggi.

2. Kelembaban Kelembaban udara juga mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Pada

kelembaban yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan

pencemar di udara, menjadi zat lain yang tidak berbahaya atau menjadi pencemar

sekunder.

3. Tekanan udara Tekanan udara tertentu dapat mempercepat atau menghambat terjadinya suatu

reaksi kimia antara pencemar dengan zat pencemar di udara atau zat-zat yang ada di

udara, sehingga pencemar udara dapat bertambah atau berkurang.

4. Angin Angin adalah udara bergerak. Akibat pergerakan udara maka akan terjadi suatu

proses penyebaran yang dapat mengakibatkan pengenceran dari bahan pencemar

udara, sehingga kadar suatu pencemar pada jarak tertentu dari sumber akan

mempunyai kadar berbeda. Demikian juga halnya dengan arah dan kecepatan angin

mempengaruhi kadar bahan pencemar setempat.

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 9: Laporan Tahunan 2009

5. Keadaan awan Keadaan awan dapat mempengaruhi keadaan cuaca udara, termasuk juga

banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi. Kedua hal ini dapat mempengaruhi

reaksi kimia pencemar udara dengan zat-zat yang ada di udara.

6. Sinar Matahari Sinar matahari dapat mempengaruhi kadar bahan pencemar di udara karena

dengan adanya sinar matahari tersebut maka beberapa pencemar udara dapat

dipercepat atau diperlambat reaksinya dengan zat-zat lain di udara sehingga kadarnya

dapat berbeda menurut banyaknya sinar matahari yang menyinari bumi. Demikian

juga banyaknya panas matahari yang sampai ke bumi dapat mempengaruhi kadar

pencemar di udara.

7. Curah Hujan Hujan merupakan suatu partikel air di udara yang bergerak dari atas jatuh ke

bumi. Dengan adanya hujan maka bahan pencemar berupa gas tertentu dapat diserap

ke dalam partikel air. Begitu pula partikel debu baik yang inert maupun partikel debu

yang lain dapat ditangkap dan menempel pada partikel air dan dibawa jatuh ke bumi.

Dengan demikian bahan pencemar dalam bentuk partikel dapat berkurang akibat

jatuhnya hujan (dirjen PPM dan PLP, 1993).

II.3. INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA

Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), merupakan skala untuk

menggambarkan tingkat polusi udara sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.

ISPU berhubungan dengan konsentrasi pencemar di udara, namun dalam bentuk

relatif tergantung pada jumlah pencemar di udara.

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 10: Laporan Tahunan 2009

II.3.1 Perhitungan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Cara penghitungan hasil pengukuran udara ambient yang dikonversikan dalam indeks

standard pencemar udara adalah sebagai berikut :

Konsentrasi nyata ambient (Xx) ppm, mg/m3, dll

Angka nyata ISPU (1)

Xx I

Ia – Ib I = Xa – Xb

(Xa-Xb) + Ib

I = ISPU terhitung

Ia = ISPU Batas Atas

Ib = ISPU Batas Bawah

Xa = Ambien Batas Atas

Xb = Ambien Batas Bawah

Xx = Kadar Ambien nyata hasil pengukuran

Contoh perhitungan indeks standard pencemar udara (ISPU) adalah sebagai

mana berikut :

Diketahui konsentrasi ambient untuk jenis parameter SO2 adalah 322 µg/m3.

Tabel II.8. Batas Indeks Standart Pencemar Udara dalam Satuan SI

ISPU 24 jam PM10µg/m³

24 jam SO2µg/m³

8 jam CO mg/m³

1 jam O3µg/m³

1 jam NO2µg/m³

0 0 0 0 0 0

50 50 80 5 120

100 150 365 10 235

200 350 800 17 400 1130

300 420 1600 34 800 2260

400 500 2100 46 1000 3000

500 600 2620 57.5 1200 3750

Sumber : Kep–107/KABAPEDAL/11/1997

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 11: Laporan Tahunan 2009

Dari tabel II.8. diperloleh angka –angka :

Xx : Kadar ambient nyata hasil pengukuran 322

Ia : ISPU batas atas 100 (baris 3 di ISPU)

Ib : ISPU batas bawah 50 (baris 2 di ISPU)

Xa : Ambien batas atas 365 (baris 3 di SO2)

Xb : Ambien batas bawah 80 (baris 2 di SO2)

Kemudian angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus menjadi :

Ia – Ib I = Xa – Xb

(Xa-Xb) + Ib

100-50 I = 365-80

(322-80) + 50

I = 92.45

I = 92 (pembulatan)

Jadi konsentrasi udara ambient SO2 = 322 µg/m3 dihitung menjadi indeks standart

pencemar udara (ISPU) sebesar 92.

Pada saat nilai berada diantara nilai ISPU yang terdapat dalam tabel di atas,

dibutuhkan interpolasi linear. ISPU – nilai merupakan nomor yang alamiah, sehingga

hasil interpolasi harus diputar ke digit yang integer. Tabel di atas berdasarkan kondisi

ambien sebesar 25 ºC dan 1013 mbar.

Karena ISPU mewakili dampak kesehatan dari parameter polusi yang

bersangkutan. KEP-107/KABAPEDAL/11/1997 menjelaskan bahwa ISPU untuk situasi

di atas selalu merupakan nilai yang tertinggi jika beberapa pengukuran diambil untuk

mengukur nilai ISPU.

II.3.3. Dampak Pencemar Udara Berdasarkan Angka dan Kategori ISPU Baik gas maupun partikel yang berada di atmosfer dapat menyebabkan

gangguan terhadap manusia, hewan dan lingkungan. Secara umum dampak yang

terjadi berkaitan dengan angka dan kategori indeks standar pencemar udara (ISPU)

sebagaimana pada tabel berikut :

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 12: Laporan Tahunan 2009

Tabel II.9. Dampak Pencemaran Udara Pada Manusia, Hewan, dan Nilai Estetika serta Lingkungan Berdasarkan Kategori dan Rentang Indeks Standar Pencemar

Udara (ISPU) Kategori Indeks Penjelasan

Baik 0-50 Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika

Sedang 51-100 Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif, dan nilai estetika

Tidak Sehat 101-199 Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika

Sangat Tidak Sehat

200-299 Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada segmen sejumlah populasi yang terpapar

Berbahaya 300 lebih Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi yang terpapar

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 13: Laporan Tahunan 2009

II.3.4. Tindakan Pengendalian Berdasarkan Indeks Standart Pencemar Udara Tabel II.10. Pendekatan Tingkat ISPU bagi Para Pengambil Keputusan

Tingkat Tindakan 100-200 Tindakan Pencegahan

Secara terseleksi dilakukan tindakan pencegahan oleh aparat untuk membatasi aktivitas tertentu, dan pembatasan pada kegiatan industri tertentu

200-300 Tindakan Siaga Segera membatasi kegiatan pembakaran di ruang terbuka, mengurangi potensi emisi yang besar, baik dari industri maupun transportasi dan lainnya

300-400 Tindakan Peringatan Pemerintah sudah memutuskan larangan penggunaan pembakaran, pembatasan, penggunaan reaktor pabrik, pengurangan operasi pada fasilitas pabrik tertentu, dan meminta masyarakat membatasi penggunaan kendaraan pribadi dan angkutan umum, dan kegiatan lain yang memicu konsentrasi pencemar meningkat. Pemerintah sudah mempersiapkan pengungsian terbatas, pada orang-orang sakit, anak-anak dan manula, dan penggunaan masker. Pengerahan unit penanggulangan bencana atau satkorlak daerah.

Lebih 400 Tindakan Darurat Pemerintah memutuskan penghentian dari sebagian besar atau seluruh kegiatan industri dan aktivitas komersial, pelarangan penggunaan semua kendaraan pribadi dan kegiatan lain yang memicu konsentrasi pencemar meningkat. Pemerintah sudah melakukan pengungsian menyeluruh secara bertahap dan penggunaan masker. Pengerahan unit penanggulangan bencana atau satkorlak daerah, dan bantuan satuan teknis peralatan dari luar secara terpadu

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 14: Laporan Tahunan 2009

II.4. PELAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN Penyampaian hasil pemantauan kualitas udara ambien dilaporkan kepada :

I. Dinas/Bagian/Instansi terkait :

1. Bapak Walikota Surabaya

2. Dinas Perhubungan Kota Surabaya

3. BAPPEKO Surabaya

4. Bagian Bina Program Kota Surabaya

5. Bagian Keuangan Kota Surabaya

6. Badan Pengawas Kota Surabaya

II. Masyarakat :

1. Public Data Display yang dipasang di lokasi strategis sehingga masyarakat

yang melaluinya bisa melihat informasi kondisi kualitas udara

Sesuai dengan amanat Undang – Undang Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun

1997 bahwa masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas lingkungan termasuk kualitas udara di kota Surabaya ini, maka pelaporan hasil

pemantauan ini dikemas dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat

umum. Informasinya disampaikan dalam bentuk ISPU, yang dipublikasikan lewat

papan display, internet (www.Surabaya.go.id).

Informasi yang disebarkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor : Kep-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara

(ISPU). ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) adalah angka yang tidak

mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan

waktu tertentu, yang didasarkan pada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai

estetika dan makhluk hidup lainnya.

Penggunaan ISPU sangat memudahkan masyarakat untuk mengetahui kondisi

kualitas udara pada waktu tertentu karena sistem ini sangat informatif dan mudah

dipahami oleh masyarakat luas. Nilai ISPU ditampilkan setiap pukul 15.00 WIB.

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 15: Laporan Tahunan 2009

HASIL PEMANTAUAN KUALITAS UDARA TAHUN 2008 III.1. BERDASARKAN KONSENTRASI RATA-RATA HARIAN

Grafik berikut memperlihatkan profil konsentrasi rata-rata harian masing parameter selama Bulan Januari – Desember 2008

Grafik III.1. Konsentrasi rata-rata harian PM 10 tahun 2008

0

50

100

150

200

250

300

350

01/01

/2008

15/01

/2008

29/01

/2008

12/02

/2008

26/02

/2008

11/03

/2008

25/03

/2008

08/04

/2008

22/04

/2008

06/05

/2008

20/05

/2008

03/06

/2008

17/06

/2008

01/07

/2008

15/07

/2008

29/07

/2008

12/08

/2008

26/08

/2008

09/09

/2008

23/09

/2008

07/10

/2008

21/10

/2008

04/11

/2008

18/11

/2008

02/12

/2008

16/12

/2008

30/12

/2008

mik

rogr

am/m

eter

kub

ik

Standart

Grafik III.2. Konsentrasi rata- rata harian SO2 tahun 2008

0

50

100

150

200

250

300

350

400

01/01

/2008

15/01

/2008

29/01

/2008

12/02

/2008

26/02

/2008

11/03

/2008

25/03

/2008

08/04

/2008

22/04

/2008

06/05

/2008

20/05

/2008

03/06

/2008

17/06

/2008

01/07

/2008

15/07

/2008

29/07

/2008

12/08

/2008

26/08

/2008

09/09

/2008

23/09

/2008

07/10

/2008

21/10

/2008

04/11

/2008

18/11

/2008

02/12

/2008

16/12

/2008

30/12

/2008

mik

rogr

am/m

eter

kub

ik

Standart

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 16: Laporan Tahunan 2009

Grafik III.3. Konsentrasi rata rata harian CO Tahun 2008

0

2

4

6

8

10

12

01/0

1/20

08

01/0

2/20

08

01/0

3/20

08

01/0

4/20

08

01/0

5/20

08

01/0

6/20

08

01/0

7/20

08

01/0

8/20

08

01/0

9/20

08

01/1

0/20

08

01/1

1/20

08

01/1

2/20

08

mili

met

er/m

eter

kub

ik

Standart

Grafik III.4. Kosentrasi rata rata harian O3 tahun 2008

0

50

100

150

200

250

01/0

1/20

08

01/0

2/20

08

01/0

3/20

08

01/0

4/20

08

01/0

5/20

08

01/0

6/20

08

01/0

7/20

08

01/0

8/20

08

01/0

9/20

08

01/1

0/20

08

01/1

1/20

08

01/1

2/20

08

mik

rogr

am/m

eter

kub

ik

Standart

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 17: Laporan Tahunan 2009

Grafik III.5. Konsentrasi rata- rata harian NO2 tahun 2008

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

01/01

/2008

15/01

/2008

29/01

/2008

12/02

/2008

26/02

/2008

11/03

/2008

25/03

/2008

08/04

/2008

22/04

/2008

06/05

/2008

20/05

/2008

03/06

/2008

17/06

/2008

01/07

/2008

15/07

/2008

29/07

/2008

12/08

/2008

26/08

/2008

09/09

/2008

23/09

/2008

07/10

/2008

21/10

/2008

04/11

/2008

18/11

/2008

02/12

/2008

16/12

/2008

30/12

/2008

mik

rogr

am/m

eter

kub

ik

Dari Grafik rata – rata harian masing – masing parameter terlihat secara

umum kualitas udara kota Surabaya dibawah batas Indeks Standart Pencemar

Udara ( Tabel II.6 ), kecuali PM 10. Untuk PM 10 terdapat 2 hari melebihi

standart yaitu pada bulan maret dan desember.

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 18: Laporan Tahunan 2009

III.2. BERDASARKAN PARAMETER KRITIS Grafik berikut memperlihatkan profil kritikal parameter selama Bulan

Januari – Desember 2008

Grafik III.6. Jumlah hari parameter kritis tahun 2008

0

5

10

15

20

25

30

35

jan feb mart apr mei jun jul ags sep okt nov des

hari

PM 10

SO2

CO

O3

Berdasarkan Grafik diatas terlihat kritikal parameter didominasi oleh PM

10 dan O3 kecuali pada bulan desember SO2 dan CO tampak menonjol.

III.3. BERDASARKAN NILAI ISPU ( INDEKS STANDART PENCEMAR UDARA )

Pada tahun 2008 untuk hari sedang sebanyak 272 hari dan hari baik sebanyak

86 hari ( total 358 hari ) sehingga capaian kinerja tahun 2008 sebagai berikut :

% Kualitas Udara yang layak hirup

= Σ hari dgn kualitas baik & sedang dlm setahun Σ hari dalam setahun

X 100 %

= 358 366

X 100 %

= 97,81 %

III.4. Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambient Tahun 2001 - 2008

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 19: Laporan Tahunan 2009

Grafik berikut menunjukkan nilai ISPU berdasarkan presentasi

dan jumlah hari di Kota Surabaya Tahun 2001 – 2008

Grafik III.7. Jumlah hari parameter kritis tahun 2001 - 2008

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

hari

PM 10SO2CO

O3Linear (PM 10)

Linear (SO2)Linear (O3)

Linear (CO)

Dari grafik terlihat sepanjang tahun 2001 – 2008 untuk parameter PM 10,

O3 dan CO cenderung turun sedangkan SO2 cenderung naik

Grafik III.8. Kecenderungan Kualitas Udara tahun 2001 - 2008

y = -1,2053x + 89,22R2 = 0,31

y = 1,2663x + 8,7181R2 = 0,349

y = -0,061x + 2,0621R2 = 0,03330

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

hari

Tidak Sehat

Baik

Sedang

Linear (Sedang)

Linear (Baik)

Linear (Tidak Sehat)

Dari Grafik terlihat untuk jumlah hari baik cenderung naik sementara

jumlah hari sedang dan hari buruk cenderung turun.

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 20: Laporan Tahunan 2009

LAMPIRAN

Tabel 1. Hasil pemantauan kualitas udara tahun 2008

ISPU Bulan Tot % Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Baik 16 25 7 5 3 2 0 2 8 10 8 0 86 23,50

Sedang 15 4 22 24 27 27 29 29 22 21 22 30 272 74,32

Tidak Sehat 0 0 2 1 1 1 2 0 0 0 0 1 8 2,19

Sangat Tidak Sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Berbahaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 2. Hasil pemantauan kualitas udara tahun 2001 sampai dengan 2008

NILAI

ISPU

Mrt – Des 2001

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 – 50 BAIK 27 42 51 63 62 26 60 86

51 - 100 SEDANG 272 312 312 299 259 334 300 272

101 - 199 TIDAK SEHAT 7 11 2 4 9 5 5 8

200 - 299 SANGAT TIDAK

SEHAT

0 0 0 0 0 0 0 0

300 - LEBIH BERBAHAYA 0 0 0 0 0 0 0 0

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 21: Laporan Tahunan 2009

Perhitungan persentase kualitas hari berdasarkan nilai ISPU a) Tahun 2001 (bulan Maret-Desember) terdapat :

7 hari tidak sehat ( 2,29 %) 27 hari Baik ( 8,82 %) 272 hari sedang ( 88.89 %) 27 hari Baik dan 272 hari sedang ( 97,71 %)

b) Tahun 2002 terdapat : 11 hari tidak sehat ( 3,01 % ) 42 hari Baik ( 11.57 %) 312 hari sedang ( 85,48 %) 42 hari Baik dan 312 hari sedang ( 96,99 %)

c) Tahun 2003 2 hari tidak sehat ( 0,55 %) 51 hari baik ( 13,97 %) 312 hari sedang ( 85,48 %) 51 hari baik dan 312 hari sedang ( 99,45 %)

d) Tahun 2004 4 hari tidak sehat ( 1,09 % ) 63 hari baik ( 17,22 %) 299 hari sedang ( 81,69 %) 63 hari baik dan 299 hari sedang ( 98,91 %)

e) Tahun 2005 9 hari tidak sehat ( 2,73 %) 62 hari baik ( 18,79 %) 259 hari sedang ( 78,48%) 62 hari baik dan 259 hari sedang ( 97,27 %)

f) Tahun 2006 5 hari tidak sehat ( 1,37 %) 26 hari baik ( 7,12 %) 334 hari sedang ( 91,51 %) 26 hari baik dan 334 hari sedang ( 98,63 %)

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008

Page 22: Laporan Tahunan 2009

g) Tahun 2007 5 hari tidak sehat ( 1,37 %) 60 hari baik ( 16,44 %) 300 hari sedang ( 82,19 %) 60 hari baik dan 300 hari sedang ( 98,63 %)

h) Tahun 2008 8 hari tidak sehat ( 2,19 %) 86 hari baik ( 23,50 %) 276 hari sedang ( 74,32 %) 86 hari baik dan 276 hari sedang ( 97,81%)

Laporan Pemeliharaan Stasiun Monitoring Udara Ambient Tahun 2008