LAPORAN TAHUNAN 2008 -...

141

Transcript of LAPORAN TAHUNAN 2008 -...

Page 1: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada
Page 2: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Laporan Tahunan 2015

PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

PENANGGUNG JAWAB

Haris Syahbuddin

DISUSUN OLEH

Tim Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

PENYUNTING

Popi Rejekiningrum

Haryono

Rasta Sujono

Ganjar Jayanto

Sidik Haddy Tala’ohu

Nani Heryani

Yayan Apriyana

Woro Estiningtyas

Elza Surmaini

Suciantini

REDAKSI PELAKSANA

Tuti Muliani

Eko Prasetyo

Casma

TATA LETAK

Eko Prasetyo

DITERBITKAN OLEH:

BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

Balai Besar Litbang Sumber daya Lahan Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementerian Pertanian

2016

Jl. Tentara Pelajar 1A, Bogor 16111, Indonesia

Telp: +62-0251-8312760

Faks: +62-0251-8323909

E-mail: [email protected]

Website: http://www.balitklimat.litbang.pertanian.go.id

ISSN :1693-6043

Page 3: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamani LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

KATA PENGANTAR

Kegiatan penelitian Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

merupakan penelitian untuk menghasilkan data dan informasi serta teknologi

pengelolaan iklim dan air yang dapat diaplikasikan di lapangan sebagai bagian

dari penelitian jangka panjang pengembangan sistim informasi dan pengelolaan

sumber daya iklim dan air yang dijabarkan dalam Rencana Strategis Balitklimat

Tahun 2015 – 2019.

Pada tahun anggaran 2015, Balitklimat melaksanakan kegiatan penelitian

yang dijabarkan ke dalam 7 Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP) yaitu: (1).

Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam

Upaya Adaptasi Perubahan Iklim; (2). Penelitian Key Area Keragaman Iklim

Indonesia dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim; (3). Sistem Informasi

Sumberdaya Air Mendukung Pemanfaatan Sumberdaya Air Berkelanjutan; (4).

Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering

untuk Adaptasi Perubahan Iklim; (5). Penelitian dan Pengembangan Teknologi

Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan Sumber Daya Iklim dan Air; (6).

Monitoring On line Dinamika Ketersediaan Air Daerah Irigasi Mendukung Upaya

Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah Irigasi; (7). Pengembangan Pompa Air

Tenaga Surya untuk Irigasi dalam Upaya Mendukung Peningkatan Produksi di

Lahan Kering. Adapun kegiatan kerjasama penelitian yang dilaksanakan

Balitklimat pada tahun 2015 terdiri atas 2 kegiatan yaitu : (1). Integrated and

Participatory Management Water Resources Management toward Effective

Agricultural System in Kali Pusur Watershed ;dan (2). Pengembangan Sistim

Informasi Iklim dan Metode Prediksi Bencana di Sektor Pertanian RDA AFACI

Korea.

Hasil-hasil penelitian agroklimat dan hidrologi disebarluaskan kepada

pengguna melalui kegiatan diseminasi dan publikasi hasil-hasil penelitian bidang

Agroklimat dan Hidrologi. Profil Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

menginformasikan tentang sumber daya manusia, anggaran dan organisasi untuk

mendukung pelaksanaan penelitian.

Page 4: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamanii LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Laporan tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban

penggunaan anggaran yang tertuang dalam DIPA tahun 2015 SATKER Balai

Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan

kegiatan pendukungnya.

Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan gagasan, pikiran dan

dukungan teknis dalam penyusunan laporan tahunan ini, disampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga laporan tahunan

ini bermanfaat bagi para pengguna.

Bogor, Mei 2016

Kepala Balai,

Dr. Ir. HarisSyahbuddin, DEA

NIP. 19680415 199203 1 001

Page 5: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamaniii LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii

RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................. xii

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 16

II. PROGRAM PENELITIAN .................................................................... 18

2.1. Bidang Penelitian Agroklimat dan Hidrologi .......................................... 22

2.1.1. Pengembangan dan Advokasi Sistim Informasi Kalender Tanam

Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim ........................ 22

2.1.2. Sistem Informasi Sumber Daya Air Mendukung Pemanfaatan

Sumber Daya Air Berkelanjutan .................................................. 23

2.1.3. Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada

Lahan Kering untuk Adaptasi Perubahan Iklim ........................... 30

2.1.4. Monitoring on line Dinamika Ketersediaan Air Daerah Irigasi

Mendukung Upaya Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah

Irigasi .......................................................................................... 35

2.1.5. Penelitian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan

Sumber Daya Iklim dan Air ......................................................... 42

2.2. Bidang Penelitian Kerjasama .................................................................. 49

2.2.1. Integrated and Participatory Water Recources Management

toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed ... 50

2.2.2. Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan Metode Prediksi

Bencana di Sektor Pertanian ........................................................ 54

III. HASIL PENELITIAN UNGGULAN ..................................................... 60

3.1. Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi

Dampak Perubahan Iklim ....................................................................... 60

Page 6: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamaniv LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

3.2. Pengembangan Pompa Air Tenaga Surya untuk Irigasi dalam Upaya

Mendukung Peningkatan Produksi di Lahan Kering ............................... 65

IV. DISEMINASI HASIL PENELITIAN ..................................................... 72

4.1. Diseminasi Teknologi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi .......... 72

4.2. Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air ................................. 82

4.3. Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan, dan Dukungan

Teknologi UPSUS PJK, TSP, TTP Komoditas Unggulan Kementan....... 92

V. KEGIATAN PENUNJANG PENELITIAN ............................................ 96

5.1. Pengelolaan Tata Usaha Perkantoran ...................................................... 96

5.1.1. Pengelolaan Administrasi Keuangan, SAI, dan SABMN ............. 96

5.2.1. Pengelolaan Administrasi Kepegawaaian dan Sistem

Manajemen Mutu 9001:2008 ..................................................... 100

5.2. Penyusunan Program, Rencana Kerja, dan Anggaran ............................ 102

5.3. Sistem Pengendalian Internal, Monitoring dan Evaluasi, dan

Pelaporan .................................................................................. 106

5.4. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan ......................................... 111

5.5. Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisasi Kelembagaan ............. 112

5.6. Layanan Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium .............. 114

VI. PROFIL BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI . 123

6.1. Struktur Organisasi ............................................................................... 123

6.2. Sumber daya Manusia .......................................................................... 123

6.3. Sarana dan Prasarana Penelitian ........................................................... 127

6.4. Anggaran dan PNBP ............................................................................ 130

6.4.1. Anggaran Penelitian (DIPA, Kerjasama Penelitian) ................... 130

6.4.2. Indikator Kinerja ....................................................................... 130

6.4.3. Penerimaan Negara Bukan Pajak ............................................... 135

Page 7: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamanv LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kegiatan dan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat tahun 2015............. 18

Tabel 2. Hasil validasi Katam Terpadu ................................................................. 22

Tabel 3. LIndeks kecukupan irigasi (P: Padi , J: Palawija; B:bera) ........................ 25

Tabel 4. Ketersediaan Irigasi Tingkat Kecamatan di Beberapa Kabupaten di

Pulau Sulawesi ........................................................................................ 27

Tabel 5. Analisis Neraca Irigasi Lahan Sawah untuk menentukan Indeks

Kecukupan Irigasi Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa,

Provinsi Sulsel ........................................................................................ 28

Tabel 6. Indeks Kecukupan Irigasi Tingkat Kecamatan di Beberapa

Kabupaten di Pulau Sulawesi .................................................................. 29

Tabel 7. Daftar Daerah Irigasi lokasi Pemantauan Ketersediaan Air ...................... 36

Tabel 8. Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk tanaman cabai merah ................. 47

Tabel 9. Rata-rata tinggi tanaman, panjang dan diameter, bobot/tanaman dan

bobot/plot di Playen, Gunungkidul, DIY ................................................. 48

Tabel 10. Kerjasama penelitian tahun 2015 ............................................................. 50

Tabel 11. Persentase jumlah stasiun yang signifikan antara anomali curah

hujan dengan ENSO, DMI dan OLR di setiap Provinsi ........................... 63

Tabel 12. Spesifikasi instalasi listrik panel surya pada pompa air tenaga surya ....... 67

Tabel 13. Kebutuhan air per hari untuk setiap fase pertumbuhan tanaman cabai

pada dua perlakuan pemberian air 60% dan 80% kebutuhan tanaman ...... 89

Tabel 14. Data iklim Stasiun Cimanggu rata-rata dari tahun 2000-2007 .................. 90

Tabel 15. Data bulanan iklim Stasiun Cimanggu tahun 2015 .................................. 91

Tabel 16. Tabel anggaran dan realisasi ................................................................... 98

Tabel 17. Kenaikan Pangkat Pegawai Tahun 2015 .................................................. 99

Tabel 18. Penetapan aktif kembali dan Kenaikan Jenjang Fungsional Pegawai s/d

Akhir Tahun 2015 ................................................................................... 99

Tabel 19. Pelatihan Pegawai Tahun 2015................................................................ 99

Tabel 20. Alokasi Anggaran Menurut Jenis Belanja Balitklimat Tahun 2016 ........ 105

Tabel 21. Alokasi Anggaran Menurut Output Kegiatan Balitklimat Tahun 2016 ... 106

Tabel 22. Jenis instrumentasi dan pendukungnya di Laboratorium Agrohidromet . 115

Page 8: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamanvi LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tabel 23. Kerusakan sensor AWS lingkup Jawa Barat .......................................... 118

Tabel 24. Rekapitulasi Frekuensi Penggunaan dan kondisi peralatan Laboratorium

Agrohidromet........................................................................................ 120

Tabel 25. Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional Non Peneliti s/d

Desember 2015 ..................................................................................... 125

Tabel 26. Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional Peneliti ...................... 126

Tabel 27. Jumlah Pegawai yang sedang melaksanakan pendidikan Tahun 2015 .... 126

Tabel 28. Jumlah pegawai berdasarkan Golongan dan pendidikan Tahun 2015 ..... 126

Tabel 29. Jumlah Pegawai Organik (PNS) BALITKLIMAT berdasarkan

kelompok umur dan Pendidikan Akhir per 31 Desember 2015 .............. 127

Tabel 30. Daftar Nilai Aset Tetap per 31 Desember 2015 ..................................... 128

Tabel 31. Renovasi Gedung dan bangunan serta rumah kasa yang telah dikerjakan

sejak tahun 2008 - 2015 ........................................................................ 129

Tabel 32. Alat Transportasi................................................................................... 129

Tabel 33. Alokasi dan realisasi penggunaan anggaran Balitklimat per 31

Desember 2015 ..................................................................................... 132

Tabel 34. Gambaran PNBP Balitklimat tahun 2010 –2015 .................................... 135

Tabel 35. Perbandingan PNBP Fungsional yang disetorkan ke Kas Negara tahun

2010 s/d 2015........................................................................................ 136

Page 9: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamanvii LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus musim tanam dalam setahun .................................................. 20

Gambar 2. Siklus penyusunan dan pemutakhiran SI Katam Terpadu setiap awal

musim tanam ................................................................................. 21

Gambar 3. Tampilan katam android untuk MH 2015/2016 ................................ 22

Gambar 4. Diagram menu untuk katam web versi 2.2........................................ 23

Gambar 5. Gambaran umum model analisis distribusi Hidrologi IFAS (kiri) dan

Pembangkitan hidrograf pada titik perpotongan jaringan sungai

dengan batas administrasi untuk memprediksi ketersediaan air tingkat

kecamatan (kanan) ........................................................................... 24

Gambar 6. Metode penyusunan ATLAS Sumber Daya Air................................ 26

Gambar 7. Diagram alir prototipe Sistem Informasi Sumber Daya Air Pertanian

........................................................................................................26

Gambar 8. Keragaan debit Sungai Batu Mujur dan lokasi bendung sadap .......... 33

Gambar 9. Persiapan pemasangan pipa HDPE untuk jaringan distribusi irigasi

Distribusi air .................................................................................. 33

Gambar 10. Mekanisme Pemantauan dan Akuisisi Data ketersediaan Air ........... 37

Gambar 11. Teladan tampilan bebarapa sub menu Sistem Informasi Daearah

Irigasi (SIDI): (a) sebaran pola tanam, (b) sebaran intake tersier (c)

kondisi infrastruktur ...................................................................... 39

Gambar 12. Diagram Alir Penelitian .................................................................. 39

Gambar 13. Bendung Karangtoman, Dusun Karang Toman, Desa Mekarsari, Kec.

Cikaum, Kab. Subang .................................................................... 40

Gambar 14. Titik lokasi penempatan CCTV dan AWLR Telemetri di Desa Kepuh

Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri (-7,68551 112.11467) ........... 40

Gambar 15. Titik lokasi penempatan CCTV dan AWLR Telemetri di Desa Ngogri

Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang (-7,49839 112.20237) ... 40

Gambar 16. Instalasi AWL Telemetri dan Kamera CCTV di Lokasi Bendung

Karangtoman, Dusun Karang Toman, Desa Mekarsari, Kec. Cikaum,

Page 10: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamanviii LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Kab. Subang (kiri) dan di Desa Ngogri Kecamatan Megaluh

Kabupaten Jombang (tengah dan kanan) ........................................ 41

Gambar 17. Data tinggi muka air dan suhu di saluran tersier 30 Oktober hingga 18

Desember 2015 (a) dan Pengamatan status kondisi lahan sawah

tanggal 28 Nopember 2015 melalui kamera CCTV (b) di Dusun

Karang Toman, Desa Mekarsari, Kec. Cikaum, Kab. Subang ........ 41

Gambar 18. Data tinggi muka air dan suhu di saluran tersier selama periode 26

Oktober hingga 18 Desember 2015 (a) dan Pengamatan status

kondisi lahan sawah tanggal 30 Nopember 2015 melalui kamera

CCTV (b) di Desa Ngogri Kecamatan Megaluh Kabupaten

Jombang........................... .............. ..................................................42

Gambar 19. Hasil panen tanaman Cabai ke 1 dan ke 2 (kg/ha) ........................... 43

Gambar 20. Kondisi loadcell pada saat awal sebelum mendapat gaya tekan (atas)

dan kondisi loadcell ketika mendapatkan gaya tekanakan mengubah

dari besaran tekanan menjadi bentuk voltase.................................. 44

Gambar 21. Alat dan Komponen bagian dari sensor curah hujan berbasis

tekanan............................................................................................45

Gambar 22. Grafik hubungan antara durasi pencatatan dan besarnya curah hujan

(mm/detik) .................................................................................... 46

Gambar 23. Pompa air tenaga surya di lokasi penelitian kecamatan Playen,

Gunung kidul (tampak depan)........................................................ 46

Gambar 24. Kadar air tanah pada perlakuan petani ............................................ 47

Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada perlakuan irigasi stream line,

modifikasi furrow dan cara petani dengan irigasi 100, 85, 70, dan 55

% kebutuhan air tanaman di Playen, Gunungkidul, DIY ................ 49

Gambar 26. Pak Hendri Sedang menjelaskan Kegiatan proyek selama 10 tahun di

Workshop ...................................................................................... 52

Gambar 27. Peserta Workshop dari pemda dan Dinas terkait mendengarkan

penjelasan kegiatan........................................................................ 52

Gambar 28. Peserta Workshop dari kelompok Petani, Penyuluh ........................ 52

Gambar 29. Peserta Workshop dari BPTP DIY sedang diskusi kelompok Petani

Konservasi Air .............................................................................. 53

Page 11: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamanix LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 30. Peserta Workshop dari Balitklimat, CIRAD dan mahasiswa Perancis

sedang mencermati acara diskusi kelompok ................................... 53

Gambar 31. Peserta Workshop dari Dinas Terkait di Boyolali dan Klaten,

kelompok kebijakan ...................................................................... 53

Gambar 32. Acara diskusi kelompok sedang membahasa kegiatan proyek,

kelompok ...................................................................................... 54

Gambar 33. Berfoto bersama setelah acara Workshop di Klaten 12 Mei 2015 ... 54

Gambar 34. Diagram alir penelitian Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan

Metode Prediksi Bencana di Sektor Pertanian ................................ 56

Gambar 35. Tampilan peta sebaran stasiun di Provinsi Lampung (kiri) dan

Sulawesi Selatan (kanan) ............................................................... 57

Gambar 36. Kurva massa stasiun hujan Gunung Batu, Provinsi Lampung, dengan

nilai RMSE lebih kecil 10 menunjukkan stasiun yang lolos

berdasarkan analisis kurva massa ................................................... 57

Gambar 37. Grafik, diagram pencar dan cumulative distribution function antara

data observasi dan data GPCC yang akan digunakan untuk mengisi

data kosong ................................................................................... 58

Gambar 38. Grafik SPI dengan luas padi terkena kekeringan dan banjir ............ 58

Gambar 39. Diagram pencar antara intensitas dan tingkat keparahan periode

kering dengan luas padi terkena kekeringan di Provinsi Sulawesi

Selatan .......................................................................................... 58

Gambar 40. Sebaran signifikansi anomali curah hujan dengan ENSO pada lag 1,

2, 3 dan 4 ....................................................................................... 61

Gambar 41. Sebaran signifikansi ENSO dengan curah hujan pada setiap musim di

Indonesia ....................................................................................... 64

Gambar 42. Pemanfaatan pompa radiasi surya Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri,

Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ........................... 68

Gambar 43. Desain irigasi impact sprinkler memanfaatkan air dari pompa air

tenaga surya di Imogiri .................................................................. 68

Gambar 44. Pompa air tenaga suryadi Imogiri .................................................... 69

Gambar 45. Pompa air tenaga suryadi Muneng .................................................. 69

Page 12: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamanx LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 46. Kadar air tanah pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman

bawang merah varietas lokal (b) .................................................... 70

Gambar 47. Kadar air tanah pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman

bawang merah varietas Bima ......................................................... 70

Gambar 48. Bobot panen pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman bawang

merah varietas lokal ....................................................................... 71

Gambar 49. Bobot panen pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman bawang

merah varietas Bima ...................................................................... 71

Gambar 50. Buku laporan tahunan 2014............................................................. 74

Gambar 51. Info agroklimat dan hidrologi.......................................................... 75

Gambar 52. Mahasiswa dari Univ Andalas sedang PKL di Balitklimat ............... 76

Gambar 53. Suasana Seminar Mahasiswa PKL dari IPB di Balitklimat .............. 76

Gambar 54. Mahasiswa UB sedang presentasi di Balitklimat ............................. 76

Gambar 55. Pameran Perubahan Iklim di Jakarta ............................................... 77

Gambar 56. Beberapa Pejabat Balitbangtan berfoto didepan katam dan AWS .... 77

Gambar 57. Spanduk Selamat Datang di HPS Palembang .................................. 78

Gambar 58. Grafik Kunjungan Tamu ke Balitklimat TA 2015 ........................... 78

Gambar 59. Suasana Kunjungan dadakan Menteri Pertanian di Ruang Katam .... 79

Gambar 60. Suasana saat kunjungan tamu dari LDD Thailand ........................... 79

Gambar 61. Suasana Diskusi peserta FKK Kehumasan Kementan di RO Katam 79

Gambar 62. Peserta dari Tanzania di RO Katam dan depan Poster ..................... 80

Gambar 63. Rombongan mahasiswa Politeknik berfoto di RO Katam ................ 80

Gambar 64. Penampilan Website Balitklimat tahun 2015 ................................... 81

Gambar 65. HKI Hak Cipta Web Katam dan Cover Desain Pengelolaan Air KP 82

Gambar 66. Controller, probe sensor dan aplikasi sensor dalam pot ................... 84

Gambar 67. Sistem irigasi berdasarkan sensor kelembaban tanah ....................... 85

Gambar 68. Panel surya sebagai tenaga listrik untuk irigasi ................................ 86

Gambar 69. Sistim irigasi otomatik dengan keluaran dosis pemberian air ........... 86

Gambar 70. Contoh kebutuhan air tanaman cabai untuk setiap fase di KRPL

BALITKLIMAT berdasarkan perhitungan koefisien tanaman dan

ETP ............................................................................................... 89

Page 13: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamanxi LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 71. Pola curah hujan dan ETP stasiun iklim Cimanggu rerata 2000-2007

dan tahun 2015 .............................................................................. 90

Gambar 72. Instalasi irigasi otomatik pada lokasi HPS ke 35 diJaka Baring

Palembang, Sumatera Selatan ........................................................ 91

Gambar 73. Proporsi Alokasi Balitklimat maneurut Jenis Belanja dan Output Jens

Kegiatan TA. 2016 ...................................................................... 106

Gambar 74. Struktur Organisasi Satlak PI Balitklimat Tahun 2015 .................. 110

Gambar 75. Penggantian baterai dan perawatan box shelter logger dan sensor-

sensor .......................................................................................... 119

Gambar 76. Data dari basisdata digunakan untuk memprediksi kejadian hujan

beberapa bulan ke depan di Stasiun Naibonat NTT ...................... 119

Gambar 77. Contoh tampilan data dari basis data ............................................. 121

Gambar 78. Rumah kassa Balitklimat di BBSDLP ........................................... 122

Gambar 79. Struktur Organisasi Balitklimat ..................................................... 123

Gambar 80. Presentase Alokasi Anggaran DIPA dan Kerjasama Balitklimat TA

2015 ............................................................................................ 131

Gambar 81. Persentasi RealisasiAnggaran DIPA Satker Balitklimat TA 2015 .. 135

Page 14: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamanxii LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam rangka mewujudkan, visi, misi, dan tupoksi Balai Penelitian Agroklimat

dan Hidrologi, penyusunan program penelitian agroklimat dan hidrologi perlu

dilakukan secara teratur dan terarah sesuai dengan Rencana Strategis tahun 2015-

2019. Perencanaan program penelitian tersebut mengacu pada Rencana Strategis

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian 2015-

2015, Renstra Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2015-2019, dan

Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015-2019 sebagai perwujudan amanah

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Peraturan Presiden RI Nomor 2 tahun

2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019.

Prioritas penelitian agroklimat dan hidrologi ditetapkan berdasarkan

tantangan dan kebutuhan pembangunan pertanian secara nasional terutama yang

berkaitan dengan kedaulatan pangan, kecukupan energi dan pengelolaan

sumberdaya maritim dan kelautan, serta isu perubahan iklim.

Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman yang sangat serius terhadap

sektor pertanian dan potensial mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan

produksi pangan dan sistem produksi pertanian pada umumnya. Pengaruh

perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat multi-dimensional, mulai dari

sumberdaya, infrastruktur pertanian, dan sistem produksi pertanian, hingga aspek

ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan petani dan masyarakat

pada umumnya.

Dampak perubahan iklim perlu diidentifikasi sehingga bisa disusun

teknologi adaptasi yang sesuai dengan spesifik wilayah. Penentuan Key Area

diharapkan dapat membantu mengetahui sebaran wilayah kunci perubahan iklim.

Penelitian tentang Key Area merupakan penelitian yang baru dan belum pernah

dilakukan di Indonesia. Key area adalah wilayah yang bisa dijadikan indikator

adanya perubahan iklim (El-Nino dan La-Nina) di Indonesia dengan indikator

utama curah hujan dan parameter iklim lainnya.

Selain itu di bidang pertanian, air merupakan faktor utama penentu

kelangsungan produksi pertanian, namun pengelolaannya untuk kelangsungan

Page 15: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamanxiii LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

sumber daya air tersebut masih menghadapi banyak kendala baik pada skala

daerah irigasi maupun daerah aliran sungai (DAS) dan seringkali memunculkan

masalah baru yaitu kelangkaan air, kekeringan dan banjir, dan banyak

permasalahan air lain yang terkait. Kondisi ini diperparah dengan maraknya

kompetisi penggunaan air antara sektor pertanian dengan pengguna air lainnya

seperti domestik, municipal, dan industri. Untuk itu data dan informasi

sumberdaya air yang akurat, terekam dalam format sistem informasi berbasis

Daerah Aliran Sungai mutlak diperlukan. Permasalahan yang dihadapi saat ini

adalah keberadaan data tersebut terfragmentasi di berbagai institusi dengan

bentuk, format, jenis, waktu penyajian dan metode yang berbeda. Untuk

mengatasi kendala tersebut diperlukan kuantifikasi dan integrasi data sumberdaya

air sehingga dapat memberikan informasi secara menyeluruh baik spasial, tabular,

dan temporal tentang kondisi sumberdaya air di suatu wilayah.

Selanjutnya upaya antisipasi kekeringan di lahan kering dilakukan melalui

pengembangan pertanian melalui sistem irigasi hemat air yang dikombinasikan

dengan pengelolaan lahan untuk menjaga kelembaban tanah. Konsep pemanfaatan

sumberdaya air untuk pertanian lahan kering dilakukan dengan memanfaatkan air

yang tidak mengganggu kebutuhan air untuk domestik, karena kebutuhan air

masing-masing sektor sudah dialokasikan sesuai dengan kearifan lokal pembagian

air secara proposional. Optimalisasi pendayagunaan sumberdaya air di lahan

kering dilakukan utamanya untuk meningkatkan ketersediaan air, memperpanjang

masa tanam, dan menekan risiko kehilangan hasil untuk menciptakan sistem usaha

tani lahan kering berkelanjutan.

Labih lanjut semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi akibat

perubahan iklim global dan kelangkaan sumber daya air diperlukan penyediaan

inovasi teknologi yang inovatif dan adaptif dengan memanfaatkan teknologi

sensorik dan sumberenergi alamiah untuk optimalisasi pengelolaan sumber daya

iklim dan air.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Balai Penelitian Agroklimat dan

Hidrologi memfokuskan kegiatan penelitian guna menghasilkan data dan

informasi serta teknologi pengelolaan iklim dan air untuk mencapai sasaran dari

program utama penelitian agroklimat dan hidrologi yang dijabarkan melalui

Page 16: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamanxiv LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

rencana penelitian tim peneliti (RPTP). Kegiatan penelitian tahun anggaran

2015 merupakan rangkaian proses pelaksanaan penelitian yang tertuang dalam

Rencana Strategi 2015-2019, dengan mempertimbangkan isu-isu aktual yang

mengemuka dan menjadi kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, maka pada tahun anggaran 2015 telah dilakukan kegiatan yang

direalisasikan dalam 7 RPTP, 5 RKTM, dan 3 RDHP yang dibiayai melalui DIPA

TA. 2015 dan didukung oleh 2 kegiatan penelitian kerjasama dengan luar negeri

terkait dengan pengelolaan sumberdaya iklim dan air.

Kegiatan penelitian tahun 2015 sebagian besar merupakan lanjutan dari

tahun-tahun sebelumnya sebagai bagian dari penelitian jangka panjang Penelitian

dan Pengembangan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim untuk Pengembangan

Pertanian yang meliputi: (1). Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi

Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim; (2). Penelitian

Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim; (3).

Sistem Informasi Sumber Daya Air Mendukung Pemanfaatan Sumber Daya Air

Berkelanjutan; (4). Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada

Lahan Kering untuk Adaptasi Perubahan Iklim; (5). Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan Sumber Daya Air; (6)

Monitoring Dinamika Ketersediaan Air Daerah Irigasi Mendukung Upaya

Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah, dan (7). Pengembangan Pompa Air

Tenaga Surya untuk Irigasi dalam Upaya Mendukung Peningkatan Produksi di

Lahan Kering, serta (8). Kerjasama penelitian pengelolaan sumberdaya iklim dan

air yakni: (a) Integrated and Participatory Management Water Resources

Management Toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed-

CIRAD, Perancis; (b). Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan Metode

Prediksi Bencana di Sektor Pertanian RDA AFACI Korea.

Kebijakan pembinaan dan peningkatan jaringan kerjasama penelitian

dengan mitra nasional dan internasional pada intinya bertujuan untuk

mendiseminasikan informasi dan teknologi pengelolaan sumberdaya iklim dan air,

peningkatan kapasitas sumberdaya penelitian dan menggalang pendanaan

alternatif sebagai komplemen anggaran penelitian Balai Penelitian Agroklimat

dan Hidrologi. Dinamika kegiatan penelitian yang dikerjasamakan didasarkan

Page 17: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halamanxv LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

pada permintaan pengguna, baik yang berkaitan langsung dengan bidang

agroklimat dan hidrologi maupun pemanfaatan keahlian yang dimiliki oleh Balai

Penelitian Agroklimat dan Hidrologi antara lain bidang teknologi informasi.

Kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi meliputi 4

kegiatan, yaitu: (1). Diseminasi Teknologi Penelitian Agroklimat dan Hidrologi,

(2). Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air, dan (3) Identifikasi Calon

Lokasi, Koordinasi, Bimbingan, dan Dukungan Teknologi UPSUS PJK, TSP,

TTP Komoditas Unggulan Kementan. Khusus kegiatan Diseminasi Teknologi

Penelitian Agroklimat dan Hidrologi meliputi 2 sub kegiatan, yaitu Komunikasi

dan Publikasi Hasil Penelitian serta Pelayanan Jasa Penelitian. Diseminasi adalah

menyebarluaskan, mendiseminasikan dan mempublikasikan hasil-hasil penelitian

bidang agroklimat dan hidrologi agar dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebanyak-

banyaknya oleh masyarakat pengguna, dalam beberapa bentuk seperti: (a).

Penerbitan publikasi tercetak yaitu: (i). Buletin hasil penelitian agroklimat dan

hidrologi; (ii). Laporan tahunan; (iii). Petunjuk Teknis; (iv). Leaflet dan poster,(b)

Diseminasi/penyebarluasan dan komunikasi hasil penelitian seperti kegiatan

seminar rutin bulanan partisipasi pada beberapa kegiatan pameran yang diadakan

secara nasional maupun regional terutama digunakan untuk membina hubungan

dengan instansi-instansi di luar Badan Litbang Pertanian dan atau beberapa

instansi pengguna terkait, baik swasta, perguruan tinggi maupun Pemerintah.

Publikasi merupakan salah satu bentuk diseminasi hasil-hasil penelitian

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Publikasi yang telah diterbitkan pada

kurun waktu 2015 adalah:1 volume Buletin Hasil Penelitian, 6 edisi Info

Agroklimat dan Hidrologi; Laporan Tahunan Balai, 4 tema leaflet masing-masing

200 eksemplar, 13 poster, 200 CD KATAM MK 2015 dan MH 2015/2016.

Page 18: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman16 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

I. PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Peraturan Presiden RI

Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-

2019yang saat ini memasuki tahap ke-3 difokuskan untuk memantapkan pembangunan secara

menyeluruh dengan menekankan pembangunan kompetitif perekonomian yang berbasis

sumberdaya alam yang tersedia, sumberdaya manusia yang berkualitas dan kemampuan

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Sedangkan RPJMN 2015-2019 sebagai

tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025, memproritaskan pada upaya mencapai kedaulatan

pangan, kecukupan energi dan pengelolaan sumberdaya maritim dan kelautan.

Pada RPJMN tahap-3 (2015-2019), sektor pertanian tetap menjadi sektor penting dalam

pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian tersebut digambarkan dalam

kontribusi sektor pertanian dalam penyedia bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang

PDB, penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber utama pendapatan rumah tangga

perdesaan, penyedia bahan pakan dan bioenergi, serta berperan dalam upaya penurunan emisi

gas rumah kaca.

Pada RPJMN 2015-2019, NAWA CITA menjadi agenda prioritas Kabinet Kerja dengan

mengarahkan pembangunan pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, agar

Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara

berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal: (1)

mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (2) mengatur kebijakan pangan secara

mandiri, serta (3) melindungi dan menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha

pertanianpangan. Peningkatan kedaulatan pangan merupakan salah satu bagian dari Agenda 7

Nawa Cita yaitu Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik.Selain Kedaulatan Pangan yang ada dalam Nawa Cita, juga terdapat

Peningkatan Agroindustri sebagai bagian dari agenda 6 yaitu Meningkatkan produktivitas rakyat

dan daya saing di pasar internasional. Kedaulatan pangan dan Agroindustri menjadi bagian

dalam upaya mewujudkan perekonomian yang lebih mandiri, yang digambarkan dengan

pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan meningkat hingga 8,0 persen, tumbuhnya investasi

12,1 persen, serta ekspor yang diperkirakan tumbuh 12,2 persen di tahun 2019. Melalui upaya

ketahanan pangan dan agroindustri, diharapkan sektor pertanian tumbuh 4,5persen pertahun.

Page 19: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman17 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Dengan sasaran strategis tersebut, maka Kementerian Pertanian menyusun empat

kebijakan yaitu (1) melakukan upaya percepatan peningkatan produksi melalui pemanfaatan

secara optimal sumberdaya pertanian, (2) melaksanakan koordinasi kebijakan di bidang

peningkatan diversifikasi pangan dan pemantapan ketahanan pangan, (3) membangun dengan

pendekatan kawasan, pengarusutamaan gender dan menjalin kerjasama internasional, serta (4)

memperkuat faktor pendukung kesuksesan pembangunan pertanian

Tantangan terberat yang dihadapi Kementerian Pertanian adalah percepatan peningkatan

produksi. Untuk itu pelaksanaan program yang bersifat bussiness as usual harus ditinggalkan dan

segera memulai dengan terobosan-terobosan baru berupa langkah akselerasi pelaksanaan

program di berbagai sektor.

Penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan khususnya sumber daya iklim dan air

harus mampu mendukung terealisasinya percepatan peningkatan produksi. Hal ini didasarkan

pada kenyataan bahwa sumber daya iklim dan air merupakan faktor yang dapat menjamin

kelangsungan produksi pertanian dan mempengaruhi kualitas produk pertanian.

Keragaman produksi pertanian di suatu wilayah berkaitan erat dengan keragaman iklim.

Kegagalan panen seringkali dilaporkan sebagai akibat dari kejadian iklim ekstrim. Di lain pihak,

secara nasional tingkat produktivitas pertanian pada beberapa daerah masih jauh di bawah

produktivitas potensialnya sebagai akibat dari kekurang-selarasan antara sistem usaha pertanian

(SUP) yang dikembangkan dengan kerakteristik iklim/cuaca. Dari berbagai kajian yang berkaitan

dengan simulasi model iklim global diperoleh bahwa keragaman iklim di masa datang

mengalami perubahan akibat dari meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Oleh

karena itu, teknologi budidaya yang dikembangkan tidak hanya diarahkan untuk mengatasi

keragaman iklim saat ini tetapi juga harus sudah dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya

perubahan iklim

Sedangkan di bidang pertanian air merupakan faktor utama penentu kelangsungan

produksi pertanian, namun pengelolaannya untuk kelangsungan sumber daya air tersebut masih

menghadapi banyak kendala baik pada skala daerah irigasi maupun daerah aliran sungai (DAS)

dan seringkali memunculkan masalah baru yaitu kelangkaan air, kekeringan dan banjir, dan

banyak permasalahan air lain yang terkait. Kondisi ini diperparah dengan maraknya kompetisi

penggunaan air antara sektor pertanian dengan pengguna air lainya baik domestik, municipal dan

industri.

Page 20: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman18 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Peningkatan produksi pertanian, untuk mencapai dan mempertahankan ketahanan

pangan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani memerlukan kemampuan pengelolaan

sumberdaya iklim dan air secara maju, modern dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan strategi,

pendekatan dan teknologi pengelolaan dan pengembangan sumberdaya iklim dan air yang

menyeluruh. Upaya ini diperlukan untuk mengantisipasi dinamika dan keragaan sumberdaya

iklim serta kompetisi pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai kepentingan yang semakin

kuat.

Dampak perubahan iklim global terhadap sektor pertanian di Indonesia sangat nyata, baik

berupa bencana banjir maupun kekeringan. Dampak tersebut cenderung terus meningkat

(frekuensi, intensitas, dan distribusi kejadiannya). Hal ini diperparah dengan kondisi daerah

aliran sungai (DAS) yang semakin rusak dan menjadi kritis akibat alih fungsi lahan yang tidak

terkendali. Dampak perubahan iklim global tidak hanya terjadi pada keseimbangan hidrologis

(masukan dan kehilangan air) pada suatu daerah tangkapan hujan atau DAS, tetapi juga

bepengaruh pada sistem usaha tani, terkait dengan ketersediaan air dan masa tanam. Perubahan

iklim global telah menyebabkan meningkatnya frekuensi kejadian iklim ekstrim (basah dan

kering) yang sulit diprediksi. Kondisi tersebut juga mempengaruhi berbagai sektor, yang

berdampak nyataterhadap ketersediaan dan ketahanan pangan nasional. Kejadian iklim ektrim

juga menyebabkan ketersediaan air permukaan sangat berfluktuatif antara musim hujan dan

musim kemarau. Hal ini diperparah dengan permasalahan kelangkaan air akibat defisit neraca

ketersediaan air, kecenderungan penurunan ketersediaan air serta peningkatan kebutuhan air

untuk berbagai sektor.

Kelangkaan air bila tidak diantisipasi dengan benar, dapat menjadi faktor penghambat

serius yang dapat mengganggu upaya pemerintah untuk mencapai target produksi beras 70,3 juta

ton pada tahun 2015. Dengan demikian, diperlukan langkah-langkah antisipasi dan adaptasi

untuk mencegah terjadinya kelangkaan air. Upaya antisipasi kelangkaan air antara lain dilakukan

melalui prediksi musim pada musim kemarau (MK) dan musim hujan (MH), validasi kalender

tanam di lahan sawah irigasi dan tadah hujan untuk mendukung pengembangan kalender tanam

terpadu dan interaktif, penyusunan model optimasi sumberdaya air di lahan kering beriklim

kering, penyusunan wilayah prioritas penanganan kekeringan, dan pengembangan sistem

peringatan dini OPT untuk mengantisipasi ledakan OPT.

Page 21: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman19 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Dalam upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya iklim dan air untuk mengantisipasi

kelangkaan air dan perubahan iklim, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi memfokuskan

kegiatan penelitian guna menghasilkan data, informasi, teknologi pengelolaan iklim dan air yang

dapat diaplikasikan di lapangan sesuai Rencana Strategis Balai Penelitian Agroklimat dan

Hidrologi Tahun 2015–2015.

Kegiatan penelitian tahun 2015 sebagian besar merupakan lanjutan penelitian tahun-

tahun sebelumnya, sebagai bagian dari penelitian jangka panjang penelitian dan pengembangan

sistem informasi dan pengelolaan sumber daya iklim dan air yang meliputi:

(1). Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya

Adaptasi Perubahan Iklim;

(2). Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim;

(3). Sistem Informasi Sumber Daya Air Mendukung Pemanfaatan Sumber Daya Air

Berkelanjutan;

(4). Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering untuk Adaptasi

Perubahan Iklim;

(5). Penelitian dan Pengembangan Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan Sumber

Daya Air;

(6). Monitoring Dinamika Ketersediaan Air Daerah Irigasi Mendukung Upaya Peningkatan

Produktivitas Lahan Sawah, dan

(7). Pengembangan Pompa Air Tenaga Surya untuk Irigasi dalam Upaya Mendukung

Peningkatan Produksi di Lahan Kering

Selain itu, telah dilaksanakan 2 kegiatan penelitian melalui kerjasama yaitu:

(1). Integrated and Participatory Management Water Resources Management Toward

Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed-CIRAD, Perancis,

(2). Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan Metode Prediksi Bencana di Sektor Pertanian

RDA AFACI Korea.

Dalam kegiatan diseminasi dan penyebaran hasil-hasil penelitian Balai Penelitian

Agroklimat dan Hidrologi disajikan dalam berbagai bentuk penerbitan publikasi ilmiah semi

Page 22: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman20 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

populer seperti: Buletin hasil penelitian agroklimat dan Hidrologi, laporan berkala informasi

agroklimat dan hidrologi, petunjuk teknis, laporan tahunan Balai, leaflet, brosur, poster dan

dokumentasi berupa CD audio, informasi melalui website. Publikasi tercetak berupa tulisan

ilmiah populer atau laporan hasil penelitian yang merupakan media yang efektif untuk

penyebarluasan informasi hasil penelitian dan dimuat dalam website, karena sifatnya dapat

menjangkau pengguna yang tersebar luas di seluruh Indonesia dan dunia internasional. Oleh

sebab itu, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dituntut untuk senantiasa mengembangkan

cara penyajian dan teknik penulisan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta kebutuhan pengguna. Hasil-hasil penelitian dikomunikasikan kepada para pengguna,

dilakukan secara langsung melalui seminar, lokakarya, dialog, pameran, ekspose. Selain itu juga

dilakukan secara tidak langsung melalui penyebaran publikasi tercetak, laporan, media elektronik

(internet, video, dll). Pada tahun anggaran 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi terus

melaksanakan dan melanjutkan editing dan updating informasi terbaru website serta

mengembangkan dalam bentuk online.

Page 23: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman21 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

II. PROGRAM PENELITIAN

Penyusunan program, rencana kerja dan anggaran merupakan kegiatan manajemen dalam rangka

menyiapkan program dan anggaran Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

Penyusunan program, rencana kerja dan anggaran mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian

Nomor: 44/Permentan/OT.140/8/2011 tentang Pedoman Umum Perencanaan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Sesuai Permentan tersebut, maka tahapan perencanaan penelitian dan

pengembangan pertanian, terdiri atas tahapan perencanaan penelitian dan pengembangan

pertanian serta mekanisme perencanaan penelitian dan pengembangan pertanian. Kegiatan

penelitian dan pengembangan dan Balitbangtan mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian

Nomor: 03/Kpts/OT.060/1/2005 tentang Pedoman Penyiapan dan Penerapan Teknologi

Pertanian. Dalam Permentan tersebut juga diatur tentang penciptaan inovasi teknologi yang

dilakukan melalui serangkaian tahapan kegiatan yang dilakukan di UK/UPT. Setiap tahapan

memiliki keterkaitan antara tahapan satu dengan tahapan lainnya dengan tahapan sebagai

berikut: 1) Tahap penelitian; 2) Tahap verifikasi dan, 3) Tahap Pengkajian.

Untuk mencapai sasaran program utama TA 2015, maka penelitian agroklimat dan

hidrologi diuraikan dalam beberapa Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP). Kegiatan

penelitian tahun anggaran 2015 merupakan rangkaian proses pelaksanaan penelitian yang

tertuang dalam Renstra 2015-2019. Dengan mempertimbangkan isu-isu aktual yang menjadi

kebijakan Balitbangtan maupun Kementerian Pertanian, maka pada tahun anggaran 2015

SATKER Balitklimat menetapkan 7 RPTP,1 RDHP terdiri atas 3 kegiatan, 1 RKTM terdiri atas

6 kegiatan; kegiatan kerjasama terdiri atas1 kegiatan on top dari Balitbangtan dan 2 kegiatan

kerjasama penelitian dengan luar negeriyang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya iklim

dan air.

Kegiatan dan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat tahun 2015, disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kegiatan dan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat tahun 2015

No. Kode Kegiatan/Output Pagu Realisasi % Realisasi

1 1800 Penelitian dan Pengembangan

Sumber Daya Lahan Pertanian 16.096.599.000 15.783.754.079 98,06

2 1800004 Laporan Pengelolaan Satker 654.699.000 652.121.100 99,61

3 1800005 Layanan Operasional dan

Pemeliharaan Laboratorium 202.792.000 178.139.050 87,84

4 1800006 Laporan Diseminasi Teknologi 1.213.970.000 1.212.579.670 99,89

Page 24: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman22 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Pengelolaan Sumber Daya

Lahan Pertanian

5 1800014 Teknologi Mitigasi dan

Adaptasi Perubahan Iklim 4.000.507.000 3.988.112.450 99,69

6 1800994 Layanan Perkantoran 6.259.768.000 6.011.069.009 96,03

7 1800996 Perangkat Pengolah Data dan

komunikasi 222.000.000 218.456.000 98,40

8 1800997 Peralatan dan Fasilitas Kantor 150.000.000 149.702.500 99,80

9 1800998 Gedung/Bangunan 3.392.863.000 3.373.574.300 99,43

2.1. Bidang Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Pada tahun 2015, penelitian agroklimat dan hidrologi yang dibiayai dari dana DIPA terdiri atas 7

(tujuh) RPTP, 5 (lima) RPTP diuraikan pada bab 2 dan 2 (dua) RPTP diuraikan lebih lanjut pada

bab 3.

2.1.1. Pengembangan dan Advokasi Sistim Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam

Upaya Adaptasi Perubahan Iklim

Kementerian Pertanian sejak tahun 2007 menyusun atlas kalender tanam tanaman padi sebagai

panduan waktu tanam padi bagi penyuluh dan petani setiap kecamatan seluruh Indonesia.

Estimasi awal waktu tanam ditentukan berdasarkan kondisi curah hujan tahunan, yaitu pada

kondisi basah, normal, dan kering. Apabila sifat iklim tahunan suatu kecamatan adalah basah,

maka diasumsikan lahan sawah kecamatan tersebut mengalami kondisi basah sepanjang tahun.

Padahal sifat iklim bersifat tidak statis sepanjang tahun. Prakiraan sifat iklim BMKG untuk

setiap zona musim menunjukkan hasil yang berbeda antar musim.

Untuk mengatasi masalah tersebut, informasi kalender tanam dipadukan dengan hasil

prediksi iklim sehingga mengubah kalender tanam yang dulunya statis menjadi dinamis.

Informasi sifat iklim yang dulunya diasumsikan sama sepanjang tahun, telah dipecah menjadi

tiga musim berbeda berdasarkan prediksi sifat iklim. Perubahan ini menjamin pengguna

mendapatkan informasi terbaru.

Pada proses selanjutnya, kalender tanam dinamik dilengkapi menjadi kalender tanam

terpadu. Karena selain membutuhkan informasi awal waktu tanam pada setiap level kecamatan,

Page 25: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman23 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

pengguna juga membutuhkan informasi mengenai wilayah rawan terkena bencana seperti

kekeringan, banjir dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Termasuk juga

informasi rekomendasi teknologi berupa varietas, benih, pupuk, dan mekanisasi pertanian yang

perlu disiapkan sebelum masuk periode musim tanam berikutnya.

Agar penyebaran informasi lebih cepat dan efisien ke seluruh Indonesia, maka informasi

ini dikemas dalam bentuk sistem informasi berbasis website. Pengembangan Sistem Kalender

Tanam Terpadu (selanjutnya disebut SI Katam Terpadu) bersifat interaktif diharapkan dapat

mempermudah dan mempercepat pengguna mengakses informasi kalender tanam.

Peluncuran SI Katam Terpadu MH dilakukan setiap bulan September, dan MK pada bulan

Februari. Penyusunan SI Katam Terpadu MH merupakan basis, karena pada peluncuran bulan

September itu sekaligus berisi pola tanam sepanjang setahun. Pada peluncuran MK dilakukan

pemutakhiran (improvement) berdasarkan data prediksi iklim terbaru.

Gambar 1. Siklus musim tanam dalam setahun

Agar pengguna tetap memiliki informasi yang mendekati kondisi lapang, SI Katam

Terpadu terus dievaluasi, diperbaiki, diperbaharui, dan dikembangkan melalui α-β testing untuk

meningkatkan akurasi informasi. Peranan petani, penyuluh, dan pengguna sangat penting di

dalam memberikan umpan balik (feedback) bagi perbaikan SI Katam Terpadu kedepan sebagai

salah satu upaya adaptasi sektor pertanian didalam menyikapi perubahan iklim.

Page 26: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman24 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

,

Gambar 2. Siklus penyusunan dan pemutakhiran SI Katam Terpadu setiap awal musim tanam

Setiap tujuan tersebut telah tercapai dan secara periodik Kepala Balitbangtan

mengeluarkan press release berdasarkan informasi SI Katam Terpadu. Aplikasi web ini telah

berjalan dengan baik, dan dapat diakses melalui http://katam.litbang.pertanian.go.id. Posisi

terakhir, data administrasi yang sudah masuk dalam sistem adalah 34 provinsi, 511kabupaten dan

6982kecamatan.

Beberapa pengembangkan yang perlu dilakukan ke depan diuraikan sebagai berikut :

Rekomendasi waktu tanam pada musim hujan, terutama didaerah endemik banjir pada saat

prediksi hujan AN, perlu mempertimbangkan periode kejadian banjir. Perlu dilakukan analisis

periode kejadian banjir pada saat prediksi curah hujan diatas normal , sehingga rekomendasi

waktu tanam dilakukan setelah periode banjir untuk menghindari gagal tanam dan puso akibat

banjir.Rekomendasi waktu tanam baik pada MH maupun MK juga memperhatikan kondisi

standing crop dan monitoring CCTV, sehingga rekomendasi tanam tidak diberikan saat tanaman

masih ada dilapangan.

Prediksi untuk komponen selain waktu tanam perlu dikembangkan menjadi prediksi yang

operasional, seperti prediksi banjir, kekeringan dan OPT, rekomendasi pupuk dan

varietas.Rekomendasi pupuk perlu dikembangkan menjadi operasional dan tidak statis. Hal ini

dapat dilakukan dengan menguji dosis pada berbagai skenario curah hujan (AN, BN, N), tanggal

tanam, dan dosis menggunakan model simulasi tanaman untuk mengetahui dosis yang paling

efisien. Uji coba rekomendasi pupuk dengan model simulasi tanam juga untuk menghindari dosis

Pengumpulan danpermutakhiran

basis data

Pemodelan

PengemasanSistem

Pemantapanhasil

Peluncuran

(Launching)

Sosialisasi

Verifikasi/Validasi

Umpanbalik

Page 27: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman25 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

pupuk yang terlalu tinggi. Berbagai hasil rekomendasi pupuk pada berbagai skenario tersebut

disimpan dalam basis data rekomendasi pupuk, sehingga dapat diotomasisasi sesuai dengan

rekomendasi waktu tanam dan sifat hujan.

Tabel 2. Hasil validasi Katam Terpadu

Gambar 3. Tampilan katam android untuk MH 2015/2016

Page 28: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman26 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 4. Diagram menu untuk katam web versi 2.2

2.1.2. Sistem Informasi Sumber Daya Air Mendukung Pemanfaatan Sumber Daya Air

Berkelanjutan

Data dan informasi sumber daya air yang akurat, terekam dalam format sistem informasi berbasis

Daerah Aliran Sungai mutlak diperlukan. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah keberadaan

data tersebut terfragmentasi di berbagai institusi dengan bentuk, format, jenis, waktu penyajian

dan metode yang berbeda. Data dan informasi sumber daya air yang terintegrasi dapat digunakan

sebagai dasar penyusunan model optimalisasi sumberdaya air untuk menjawab permasalahan

Page 29: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman27 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

kelangkaan air dan peningkatan produksi pertanian terutama dalam upaya adaptasi terhadap

perubahan iklim. Model tersebut dapat digunakan sebagai informasi awal dalam menentukan

teknologi pengelolaan air yang tepat dan untuk menjamin keberlanjutan ketersediaan sumber

daya air suatu DAS.

Penelitian dilakukan mulai Januari 2015 sampai dengan Desember 2015 di Pulau

Sulawesi. Tujuan penelitian yaitu: 1) menyusun Atlas Potensi Sumberdaya Air Pulau Sulawesi

Skala 1:250.000; dan 2) menyusun Sistem Informasi Sumberdaya Air Pertanian (SISDATAN)

Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi. Analisis dan pengolahan data yang dilakukan dalam

penelitian ini yaitu: 1) analisis ketersediaan dan kebutuhan air ; 2) analisis indeks kecukupan

irigasi, 3) penyusunan atlas sumber daya air, dan 4) penyusunan prototipe SISDATAN.

Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air

Ketersediaan air irigasi dihitung berdasarkan aplikasi model hidrologi IFAS (Integrated Flood

Analysis System) (Gambar5).

Gambar 5. Gambaran umum model analisis distribusi Hidrologi IFAS (kiri) dan Pembangkitan

hidrograf pada titik perpotongan jaringan sungai dengan batas administrasi untuk

memprediksi ketersediaan air tingkat kecamatan (kanan)

Analisis kebutuhan air bagi tanaman dilakukan berdasarkan Metode Buletin FAO No. 56

(Allen et al,, 1989), melalui persamaan: ETtan = Kc x ETo (ETtan : evapotranspirasi tanaman,

ETo : evapotranspirasi referensi, Kc : koefisien tanaman).

• Irigasi diberikan jika tinggi genangan pada lahan sawah lebih rendah dari batas ketinggian

genangan terendah yang diperkenankan :

minGGi iiiii CHETcPercGG 1

Gi: tinggi genangan air lahan sawah pada hari ke-i (mm), Gmin:tinggi genangan air lahan

sawah minimum (mm)

Page 30: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman28 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Irigasi dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

)(max iiiii CHETcPercGGIr 1

Iri: kebutuhan irigasi pada hari ke-i (mm); Gmax: tinggi genangan air lahan sawah maksimum

(mm); Gi-1 : tinggi genangan air lahan sawah pada hari ke-(i-1) (mm); Perc: perkolasi (mm);

ETc,i : evapotranspirasi tanaman pada hari ke-i (mm); CHi : curah hujan pada hari ke-i (mm).

Analisis Indeks Kecukupan Irigasi

Indeks Kecukupan Irigasi adalah indeks yang menunjukkan perbandingan antara ketersediaan

dengan kebutuhan air yang dihitung menggunakan modul neraca air, dibagi menjadi 9 indeks

yang masing-masing merepresentasikan 9 rekomendasi pola tanam (Tabel 3).

Tabel 3.Indeks kecukupan irigasi (P: Padi , J: Palawija; B:bera)

Indeks Kecukupan Irigasi

Pola Tanam

A1 P P P

A2 P P J

A3 P J J

A4 J J J

B1 P P B

B2 P J B

B3 J J B

C1 P B B

C2 J B B

Penyusunan ATLAS Sumber Daya Air

Data tabular dan temporal disusun ke dalam basis data yang terstruktur untuk kemudian

dihubungkan ke data spasialnya untuk disajikan dalam format tabel dan grafik. Metode

penyusunan ATLAS Sumber Daya Air disajikan pada Gambar 6.

Sistem Informasi Sumberdaya Air Pertanian (SISDATAN)

Proses updating, keterkinian data perlu terus dipantau. Keluaran penelitian dikemas dalam suatu

sistem basis data yang menggabungkan data spatial dan tabular yang runut waktu, mudah diedit

dan diperbaharui. Sebelum digabungkan, data tersebut disimpan sebagai database terpisah baik

untuk peta, citra maupun atribut dengan perangkat lunaknya masing-masing. Diagram alir

prototipe Sistem Informasi Sumber Daya Air Pertanian disajikan pada Gambar 7.

Page 31: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman29 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

MULAI

DATA GEOGRAFI

Peta tematik/ data vektor

Citra

Landsat 7/ data raster

Data tabular

USER

TRANSAKSI

- Lihat grafik data tabular berdasarkan kategori

tertentu

- Overlay peta berdasarkan layer tertentu

- Manipulasi data tabular (tambah, hapus, sisip,

pembaharuan data)

- Mencari data berdasarkan data tabular dan data

spasial , dan sebagainya

- Printer - Monitor (display) - File (save)

SELESAI

Proses

Output

Ketersediaan Irigasi dan Indeks Kecukupan Irigasi

Tabel 4 menyajikan ketersediaan irigasi tingkat kecamatan di beberapa kabupaten di pulau

Sulawesi. Data ketersediaan irigasi selanjutnya dimanfaatkan untuk menghitung neraca irigasi

pada lahan sawah. Tabel 5 menyajikan contoh analisis neraca irigasi untuk menetapkan indeks

kecukupan irigasi di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi, berdasarkan

skenario pola tanam Padi-Padi-Padi. Rekapitulasi indeks kecukupan irigasi tingkat kecamatan di

beberapa kabupaten di Pulau Sulawesi disajikan pada Tabel 6.

ATLAS Potensi Sumberdaya Air Pertanian

ATLAS Potensi Sumberdaya Air Pertanian ini disusun dengan melakukan overlay antara

beberapa data spasial dari Peta Rupa Bumi meliputi informasi administrasi, sungai, jalan, kontur,

serta peta tematik meliputi Peta Satuan Wilayah Sungai (SWS), Peta Daerah Aliran Sungai

(DAS), Peta Daerah Irigasi (D.I), Peta Sebaran Ketersediaan Air irigasi tingkat kecamatan serta

Gambar 6. Metode penyusunan

ATLAS Sumber Daya Air

Gambar 7. Diagram alir prototipe Sistem Informasi

Sumber Daya Air Pertanian

Page 32: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman30 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Kecamatan Kabupaten ProvinsiDaerah Aliran

Sungai

Luas Baku

Sawah (ha)

Ketersediaan

Irigasi (lt/dt)

Ketersediaan

Irigasi

(l/dt/ha)

Indeks

Ketersediaan

Irigasi

Bontolempangan Gowa Sulawesi Selatan 2312.2 1,878 0.81 2

Bontomarannu Gowa Sulawesi Selatan 963.5 1,223 1.27 1

Bontonompo Gowa Sulawesi Selatan 2670.1 1,242 0.47 3

Bungaya Gowa Sulawesi Selatan 1959.3 15,964 8.15 1

Manuju Gowa Sulawesi Selatan 1538.7 1,192 0.77 2

Pallangga Gowa Sulawesi Selatan 2890.4 67,721 23.43 1

Parangloe Gowa Sulawesi Selatan 1538.7 1,016 0.66 3

Parigi Gowa Sulawesi Selatan 1269.8 1,497 1.18 1

Somba Opu Gowa Sulawesi Selatan 1177.8 950 0.81 2

Tinggimoncong Gowa Sulawesi Selatan 1367.9 4,012 2.93 1

Bangkala Janeponto Sulawesi Selatan 1426.6 1,148 0.80 2

Bangkala Barat Janeponto Sulawesi Selatan 1536.6 1,143 0.74 2

Binamu Janeponto Sulawesi Selatan 3417.1 772 0.23 4

Bontoramba Janeponto Sulawesi Selatan 972.8 2,786 2.86 1

Tamalatea Janeponto Sulawesi Selatan 1009.9 4,236 4.19 1

Birang Kanaya Kota Makassar Sulawesi Selatan 271.8 1,193 4.39 1

Tamalate Kota Makassar Sulawesi Selatan 563.9 2,446 4.34 1

Mandai Maros Sulawesi Selatan 1807.4 19,977 11.05 1

Marusu Maros Sulawesi Selatan 2286.3 7,463 3.26 1

Galesong Takalar Sulawesi Selatan 398.2 1,340 3.37 1

Manggara Bombang Takalar Sulawesi Selatan 2233 1,599 0.72 2

Pattallassang Takalar Sulawesi Selatan 448.8 6,305 14.05 1

Polombangkeng Selatan Takalar Sulawesi Selatan 4634.3 2,871 0.62 3

Polombangkeng Utara Takalar Sulawesi Selatan 3786.2 22,409 5.92 1

Latambaga Kolaka Sulawesi Tenggara 175 2,182 12.47 1

Ladongi Kolaka Timur Sulawesi Tenggara 3300 23,078 6.99 1

Loea Kolaka Timur Sulawesi Tenggara 1180 1,290 1.09 1

Mowewe Kolaka Timur Sulawesi Tenggara 1047 32,503 31.04 1

Poli-Polia Kolaka Timur Sulawesi Tenggara 600 2,599 4.33 1

Tinondo Kolaka Timur Sulawesi Tenggara 1378 22,556 16.37 1

Tirawula Kolaka Timur Sulawesi Tenggara 737.8 3,431 4.65 1

Bondoala Konawe Sulawesi Tenggara 2793.4 8,553 3.06 1

Kapoiala Konawe Sulawesi Tenggara 248.9 1,571 6.31 1

Konawe Konawe Sulawesi Tenggara 231.2 3,523 15.24 1

Onembute Konawe Sulawesi Tenggara 632.1 1,013 1.60 1

Unaaha Konawe Sulawesi Tenggara 326.6 985 3.02 1

Wawotobi Konawe Sulawesi Tenggara 1325.6 1,162 0.88 2

Angata Konawe Selatan Sulawesi Tenggara 606 5,186 8.56 1

Basala Konawe Selatan Sulawesi Tenggara 500 5,164 10.33 1

Landono Konawe Selatan Sulawesi Tenggara 390 1,981 5.08 1

Mowila Konawe Selatan Sulawesi Tenggara 414 3,379 8.16 1

Ranomeeto Konawe Selatan Sulawesi Tenggara 1735 3,500 2.02 1

Bilalang Bolaang

Mongondow

Sulawesi Utara 363.25 1,158 3.19 1

Dumoga Barat Bolaang

Mongondow

Sulawesi Utara 2032.5 4,829 2.38 1

Dumoga Utara Bolaang

Mongondow

Sulawesi Utara 2313.4 15,737 6.80 1

Lolayan Bolaang

Mongondow

Sulawesi Utara 4987 1,765 0.35 3

Passi Barat Bolaang

Mongondow

Sulawesi Utara 3652 1,189 0.33 3

Passi Timur Bolaang

Mongondow

Sulawesi Utara 392.2 827 2.11 1

Poigar Bolaang

Mongondow

Sulawesi Utara 854 1,119 1.31 1

Sangtombolang Bolaang

Mongondow

Sulawesi Utara 2179 12,925 5.93 1

Modayang Barat Bolaang

Mongondow

Sulawesi Utara 824 1,079 1.31 1

Kotamobagu Selatan Kota

Kotamubagu

Sulawesi Utara 2333.5 1,179 0.51 3

Kotamobagu Timur Kota

Kotamubagu

Sulawesi Utara 1148.98 1,260 1.10 1

Kotamobagu Utara Kota

Kotamubagu

Sulawesi Utara 254.56 1,159 4.55 1

Janebarang

Sampara

Dumoga

Indeks kecukupan air tingkat kecamatan di Pulau Sulawesi. ATLAS ini menyajikan informasi

Ketersediaan Irigasi Tingkat Kabupaten Indeks Kecukupan Irigasi Tingkat Kecamatan.

Tabel 4. Ketersediaan Irigasi Tingkat Kecamatan di Beberapa Kabupaten di Pulau Sulawesi

Page 33: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman31 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Kecamatan Bontonompo A1 Padi-Padi-Padi

Luas Sawah Baku 2670.1 ha A1 A2 Padi-Padi-Palawija

Efisiensi Distribusi Irigasi 80% B1 Padi-Padi-Bera

< 50 50 - 75 75 - 100

0 0 12

1 0.0 45,870 47.5 0.00 0.0 75 5.0 0 75 75 0.87 2,897.2 100.0

2 0.0 44,930 42.7 1.05 44.8 75 5.0 25 75 50 0.58 1,925.2 100.0

3 0.0 43,999 38.1 1.05 40.0 75 5.0 30 75 45 0.52 1,737.1 100.0

4 5.0 48,388 46.6 1.08 50.2 75 5.0 25 75 50 0.58 1,938.6 100.0

5 6.5 50,883 43.6 1.13 49.2 75 5.0 27 75 48 0.55 1,842.2 100.0

6 11.0 62,320 42.1 1.20 50.5 75 5.0 30 75 45 0.52 1,720.6 100.0

7 25.3 127,747 46.5 1.20 55.7 75 5.0 40 75 35 0.41 1,369.2 100.0

8 0.6 84,265 50.2 1.18 59.0 75 5.0 12 75 63 0.73 2,449.9 100.0

9 15.3 119,792 46.6 1.03 48.1 75 5.0 37 75 38 0.44 1,459.9 100.0

10 78.7 847,847 43.6 0.87 38.0 75 5.0 75 75 0 0.00 0.0 100.0

11 30.8 320,517 42.1 0.72 30.3 0 0.0 0 0 0 0.00 0.0 100.0

12 22.3 330,180 46.5 0.0 0 0.0 0 0 0 0.00 0.0 100.0

13 16.0 164,536 47.5 0.00 0.0 75 5.0 0 59 59 0.68 2,279.2 100.0

14 8.1 107,242 42.7 1.05 44.8 75 5.0 17 75 58 0.67 2,230.3 100.0

15 23.9 266,346 38.1 1.05 40.0 75 5.0 54 75 21 0.24 814.8 100.0

16 15.2 152,934 46.6 1.08 50.2 75 5.0 35 75 40 0.46 1,544.5 100.0

17 2.2 118,933 43.6 1.13 49.2 75 5.0 23 75 52 0.60 2,008.3 100.0

18 1.2 58,597 42.1 1.20 50.5 75 5.0 21 75 54 0.63 2,099.8 100.0

19 8.0 70,541 46.5 1.20 55.7 75 5.0 22 75 53 0.61 2,037.5 100.0

20 8.0 110,403 50.2 1.18 59.0 75 5.0 19 75 56 0.65 2,164.0 100.0

21 4.5 73,586 46.6 1.03 48.1 75 5.0 26 75 49 0.56 1,876.0 100.0

22 8.4 92,372 43.6 0.87 38.0 75 5.0 40 75 35 0.40 1,338.2 100.0

23 15.7 134,056 42.1 0.72 30.3 0 0.0 0 0 0 0.00 0.0 100.0

24 7.4 76,716 46.5 0.0 0 0.0 0 0 0 0.00 0.0 100.0

25 14.5 89,669 47.5 0.00 0.0 75 5.0 0 61 61 0.70 2,337.1 100.0 0 0 1

26 7.1 114,323 42.7 1.05 44.8 75 5.0 18 75 57 0.66 2,211.0 100.0 0 0 1

27 7.2 74,671 38.1 1.05 40.0 75 5.0 37 75 38 0.44 1,458.9 100.0 0 0 1

28 5.4 75,181 46.6 1.08 50.2 75 5.0 25 75 50 0.58 1,923.1 100.0 0 0 1

29 10.2 90,526 43.6 1.13 49.2 75 5.0 31 75 44 0.51 1,699.3 100.0 0 0 1

30 0.9 55,880 42.1 1.20 50.5 75 5.0 20 75 55 0.63 2,110.4 100.0 0 0 1

31 0.0 52,163 46.5 1.20 55.7 75 5.0 14 75 61 0.70 2,346.6 100.0 0 0 1

32 0.0 50,954 50.2 1.18 59.0 75 5.0 11 75 64 0.74 2,473.1 100.0 0 0 1

33 0.0 49,857 46.6 1.03 48.1 75 5.0 22 75 53 0.61 2,049.8 100.0 0 0 1

34 0.0 48,793 43.6 0.87 38.0 75 5.0 32 75 43 0.50 1,662.7 100.0 0 0 1

35 0.0 47,801 42.1 0.72 30.3 0 0.0 0 0 0 0.00 0.0 100.0 0 0 1

36 0.0 46,827 46.5 0.0 0 0.0 0 0 0 0.00 0.0 100.0 0 0 1

Kecukupan

Irigasi (%)

MT I : PADI

MT II : PADI

MT III: PADI

Genangan

Sebelum

Irigasi (mm)

Genangan

setelah

Irigasi (mm)

Kebutuhan

Irigasi

Dasarian

(mm)

Kebutuhan

Irigasi

Dasarian

(lt/dt/ha)

Total

Kebutuhan

Irigasi

Dasarian

(lt/dt)

INDEKS KECUKUPAN IRIGASI

APRIL -

SEPTEMBER

Kecukupan Irigasi MT III

Musim

OKTOBER -

MARET

DekadMusim

Tanam

CH Dasarian

(mm)

Ketersediaan

Air Irigasi

Dasarian

(lt/dt)

ETP Dasarian

(mm)

KC Padi

(mm)

ET Padi

Dasarian

(mm)

Genangan

(mm)

Perkolasi

Dasarian

(mm)

Tabel 5. Analisis Neraca Irigasi Lahan Sawah untuk menentukan Indeks Kecukupan Irigasi Kecamatan Bontonompo, Kabupaten

Gowa, Provinsi Sulsel

Page 34: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman29 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Kecamatan Kabupaten Propinsi Nama DAS

Indeks

Kecukupaan

Irigasi

Rekomendasi Pola

Tanam

Bontolempangan Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Bontomarannu Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Bontonompo Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Bungaya Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Manuju Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Pallangga Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Parangloe Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Parigi Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Somba Opu Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Tinggimoncong Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Bangkala Janeponto Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Bangkala Barat Janeponto Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Binamu Janeponto Sulawesi Selatan B1 Padi-Padi-Bera

Bontoramba Janeponto Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Tamalatea Janeponto Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Birang Kanaya Kota Makassar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Manggala Kota Makassar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Panakkukang Kota Makassar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Tallo Kota Makassar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Tamalate Kota Makassar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Mandai Maros Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Marusu Maros Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Galesong Takalar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Manggara Bombang Takalar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Pattallassang Takalar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Polombangkeng Selatan Takalar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Polombangkeng Utara Takalar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi

Latambaga Kolaka Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Ladongi Kolaka Timur Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Loea Kolaka Timur Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Mowewe Kolaka Timur Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Poli-Polia Kolaka Timur Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Tinondo Kolaka Timur Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Tirawula Kolaka Timur Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Ueesi Kolaka Timur Sulawesi Tenggara C2 Palawija-Bera-Bera

Uluiwoi Kolaka Timur Sulawesi Tenggara C2 Palawija-Bera-Bera

Pakue Tengah Kolaka Utara Sulawesi Tenggara C2 Palawija-Bera-Bera

Bondoala Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Kapoiala Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Konawe Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Lambuya Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Latoma Konawe Sulawesi Tenggara C2 Palawija-Bera-Bera

Onembute Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Unaaha Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Wawotobi Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Angata Konawe Selatan Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Basala Konawe Selatan Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Landono Konawe Selatan Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Mowila Konawe Selatan Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Ranomeeto Konawe Selatan Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi

Bilalang Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi

Dumoga Barat Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi

Dumoga Utara Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi

Lolayan Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi

Passi Barat Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi

Passi Timur Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi

Poigar Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi

Sangtombolang Bolaang Mongondow Sulawesi Utara C2 Palawija-Bera-Bera

Modayang Barat Bolaang Mongondow Timur Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi

Kotamobagu Selatan Kota Kotamubagu Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi

Kotamobagu Timur Kota Kotamubagu Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi

Kotamobagu Utara Kota Kotamubagu Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi

Janebarang

Sampara

Dumoga

Tabel 6. Indeks Kecukupan Irigasi Tingkat Kecamatan di Beberapa Kabupaten di Pulau Sulawesi

Page 35: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman30 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Pulau Sulawesi Selatan memiliki 5 indeks ketersediaan irigasi yaitu:

ketersediaan irigasi <0,3; 0,3-0,5; 0,5-0,7; 0,7-0,9; >0,9 l/detik/ha.

Pulau Sulawesi memiliki 9 indeks kecukupan irigasi yaitu A1, A2, A3, A4,

B1, B2, B3, C1, dan C2. Kelas A1 sampai A4 merupakan wilayah yang memiliki

IP (indeks pertanaman 300) berturut-turut padi-padi-padi; padi-padi-palawija;

padi-palawija-palawija; palawija-palawija-palawija. Kelas B1 sampai B3 memiliki

IP 200 berturut-turut padi-padi-bera; padi-palawija-bera, palawija-palawija-bera.

Sedangkan C1 dan C2 memiliki IP 100 berturut-turut padi-bera-bera; dan

palawija-bera-bera.

Sistem Informasi Sumberdaya Air Pertanian (SISDATAN)

Prototipe Sistem Informasi Sumberdaya Air Pertanian merupakan

perangkat lunak berbasis web yang dapat memberikan informasi sumberdaya air

meliputi sebaran Daerah Irigasi, sebaran Satuan Wilayah Sungai (SWS), sebaran

Daerah Aliran Sungai (DAS), potensi ketersediaan irigasi tingkat kabupaten serta

indeks kecukupan dan neraca irigasi air tingkat kecamatan secara online.

SISDATAN dapat diakses melalui alamat http://katam.litbang.pertanian.go.id/

sisdatan/.

2.1.3. Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan

Kering untuk Adaptasi Perubahan Iklim

Penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan khususnya sumber daya iklim

dan air harus mampu mendukung terealisasinya percepatan pencapaian program

empat sukses pertanian. Di bidang pertanian air merupakan faktor utama penentu

kelangsungan produksi pertanian, namun pengelolaannya untuk kelangsungan

sumber daya air tersebut masih menghadapi kendala baik pada skala daerah irigasi

maupun daerah aliran sungai (DAS) dan seringkali memunculkan masalah baru

yaitu kelangkaan air, kekeringan dan banjir, dan banyak permasalahan air lain

yang terkait. Kondisi ini diperparah dengan maraknya kompetisi penggunaan air

antara sektor pertanian dengan pengguna air lainya baik domestik, municipal dan

industri.

Page 36: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman31 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Untuk itu data dan informasi sumberdaya air yang akurat, terekam dalam

format sistem informasi berbasis Daerah Aliran Sungai mutlak diperlukan.

Permasalahan yang dihadapi saat ini keberadaan data tersebut terfragmentasi di

berbagai institusi dengan bentuk, format, jenis, waktu penyajian dan metode yang

berbeda. Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan kuantifikasi dan integrasi

data sumberdaya air sehingga dapat memberikan informasi secara menyeluruh

baik spasial, tabular dan temporal tentang kondisi sumberdaya air di suatu

wilayah.

Data dan informasi sumberdaya air yang terintegrasi dapat digunakan

sebagai dasar penyusunan model optimalisasi sumberdaya air untuk menjawab

permasalahan kelangkaan air, peningkatan produksi pertanian terutama dalam

upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Model tersebut dapat digunakan

sebagai informasi awal dalam menentukan teknologi pengelolaan air yang tepat,

untuk menjamin keberlanjutan ketersediaan sumberdaya air suatu DAS. Lebih

lanjut model pengelolaan air tersebut perlu diaplikasikan pada skala petani untuk

menjawab permasalahan aktual di lapangan terutama upaya adaptasi perubahan

iklim melalui implementasi Food Smart Village (FSV). FSV atau desa mandiri

pangan merupakan kawasan budi daya pertanian skala rumah tangga berbasis

inovasi kemandirian pangan pada lahan sub optimal. FSV bertumpu pada 5 pilar

untuk adaptasi perubahan iklim yaitu: (a) optimasi sumber daya lahan dan air

melalui pengelolaan air permukaan, air tanah, peningkatan kesuburan tanah, dan

modifikasi iklim mikro; (b) keanekaragaman budi daya tanaman pangan dan

hortikultura sesuai dengan zone agroklimat; (c) sistim integrasi tanaman-ternak

untuk meningkatkan nilai tambah produksi pertanian dan peternakan serta

meningkatkan produktivitas lahan; (d) sistim pertanian konservasi yaitu

mengurangi praktek pengolahan tanah, penggunaan mulsa dan tanaman penutup

tanah, rotasi tanaman, tumpang sari dengan memanfaatkan tanaman penambat

nitrogen; (e) pemanfaatan kembali limbah pertanian dan ternak dalam sistim

produksi pertanian dengan memanfaatkan seoptimal mungkin hasil limbah

pertanian dan ternak melalui pendekatan 3 R yaitu: mengurangi sebanyak

mungkin kehilangan limbah di luar sistim produksi pertanian (reduce),

menggunakan kembali sebanyak mungkin limbah pertanian dan ternak (reuse),

Page 37: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman32 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

dengan demikian seluruh limbah pertanian dan ternak yang dihasilkan selalu

dalam proses daur ulang (recycle) di dalam sistim produksi pertanian.

Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Melakukan karakterisasi potensi sumber

daya lahan, air, iklim dan sosial ekonomi pada lokasi pilot pengembangan Food

Smart Village di Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten

Maros, Provinsi Sulawesi Selatan; 2). Menyusun rancang bangun teknik

pemanfaatan potensi sumberdaya air di lokasi pilot pengembangan Food Smart

Village di Kab. Bima Prov. Nusa Tenggara Barat dan Kab. Maros, Prov. Sulawesi

Selatan; 3). Melakukan implementasiFood Smart Village di Kab. Bima Prov.

Nusa Tenggara Barat dan Kab. Maros, Prov. Sulawesi Selatan; 4). Menyusun

Rekomendasi pengembangan Food Smart Village.

Penelitian ini dilakukan melalui serangkaian pendekatan dan metodologi

yaitu pengumpulan peta, data iklim dan hidrologi, pengambilan sampel tanah,

pengukuran topografi menggunakan GPS Geodetik dan total station. Potensi air

permukaan dari curah hujan dianalisis berdasarkan data pengamatan stasiun hujan

yang terdapat di lokasi penelitian, potensi air pemukaan dari embung

diidentifikasi berdasarkan volume cekungan. Untuk mengukur volume cekungan,

digunakan alat survey topografi. Pengukuran topografi dilakukan untuk

menghitung kemiringan lahan serta mengukur kontur untuk menentukan posisi

dan desain embung. Untuk memprediksi ketersediaan air embung, digunakan

aplikasi model neraca air embung. Penerapan inovasi teknologi unggulan dipilah

berdasarkan : (a) penataan, dan pengelolaan lahan, (b) pengelolaan tanah

(pengelolaan hara dan pemupukan, perbaikan status bahan organik tanah,

konservasi dan pengolahan tanah); (c) pengelolaan dan penyediaan air; (d)

pemeliharaan dan teknologi budidaya lainnya, dan (e) teknologi dan penanganan

pasca panen.

Tahapan penelitian mencakup (i) persiapan dan pengumpulan data

pendukung, (ii) survei lapangan, (iii) analisis data dan, dan (iv) penyusunan

laporan.

Potensi sumberdaya air yang digunakan sebagai sumber irigasi di Desa

Limampoecoe berasal dari Sungai Batu Mujur yang disadap di puncak bukit Batu

Mujur (Gambar 17). Pada akhir musim hujan (akhir Februari 2015), debit yang

Page 38: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman33 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

terukur pada posisi calon bendung sadap mencapai 220 liter/detik. Lebar badan

sungai pada posisi bendung sadap +42 meter. Potensi sumberdaya air permukaan

dari Sungai Batu Mujur digunakan oleh masyarakat sekitar untuk mengairi lahan

pertanian di beberapa desa yang mengelilingi bukit Batu Mujur, dengan demikian

potensi sumberdaya air yang ada dibagi ke beberapa desa tersebut. Oleh karena itu

posisi bendung sadap dipilih di bagian bawah dari puncak bukit Batu Mujur agar

wilayah lain yang memerlukan air untuk kebutuhan pertanian masih dapat

mengakses air. Ekslpoitasi sumberdaya air dari bendung sadap untuk melayani

target wilayah irigasi di Desa Limampoecoe sebesar 7,5 l/detik.

Untuk menyalurkan air dari bendung sadap ke target irigasi menggunakan

sistem disribusi jaringan irigasi tertutup (pipa). Jaringan distribusi irigasi

menggunakan pipa hdpe (high density poli ethyilene) berdiameter 4 inchi

sepanjang 450 meter dan pipa PVC berdiameter 4 inchi sepanjang 260 meter.

Penggunaan HDPE mempertimbangkan kondisi wilayah yang sangat ekstrim

karena jalur yang dilewati jaringan irigasi melaui tebing yang curam dan berbatu

sehingga terhindar dari resiko tertimpa batu.

Gambar 8. Keragaan debit Sungai Batu Mujur dan lokasi bendung sadap

Gambar 9. Persiapan pemasangan pipa HDPE untuk jaringan distribusi irigasi

Distribusi air

Page 39: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman34 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Pemasangan pipa PVC untuk jaringan irigasi tambahan sebanyak 65

batang atau sepanjang 260 m dilakukan untuk mencapai lokasi yang menjadi

tanggungjawab petani untuk menyambung jaringan irigasi sampai dengan lahan

pertanian mereka.

Eksploitasi

Berdasarkan beda tinggi antara bendung sadap dan outlet pipa distribusi

(60 meter), jarak jaringan distribusi (710 meter) dan menggunakan jaringan

distribusi (4 inchi) diperoleh debit eksploitasi sebesar 7,5 liter/detik. Dengan

teknik irigasi hemat air, debit tersebut dapat digunakan untuk melayani target

irigasi untuk budidaya jagung atau sayuran atau buah semangka seluas 9,5 hektar

atau untuk budidaya kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai) seluas 12,5 hektar.

Pemberian air irigasi dilakukan secara berkala (mingguan) disesuaikan dengan

fase pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air irigasi untuk jagung yang diaplikasikan

sebesar 80% dari rekomendasi FAO (setara 0,524 liter/detik/hektar) mampu

menghemat air sebesar 101.86 mm selama periode pertumbuhan tanaman.

Kebutuhan air irigasi untuk kedelai yang diaplikasikan sebesar 60% dari

rekomendasi FAO (setara dengan 0,24 liter/detik/hektar) mampu menghemat air

sebesar 98,6 mmselama periode pertumbuhan tanaman, dan menghasilkan biji

kering kedelai sebesar 3,05 ton. Aplikasi irigasi hemat air yang lebih ekstrim

(40% dari rekomendasi FAO) masih mampu menghasilkan biji kering kedelai

sebsar 1,3 t/ha.

Desain pengelolaan air FSV Mbawa dapat dijadikan sebagai model

pengelolaan irigasi hemat air pada daerah iklim kering berikilim kering dengan

potensi sumberdaya air yang sangat terbatas dengan debit andalan antara 5-10

liter/detik. Dengan teknik irigasi hemat air, debit tersebut dapat digunakan untuk

melayani target irigasi untuk budidaya jagung atau sayuran atau buah semangka

seluas 9,5 hektar atau untuk budidaya kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai)

seluas 12,5 hektar.

Inovasi teknologi pengelolaan sumber daya air pada lahan kering iklim

kering di Desa Fatukoa, Kabupaten Kupang dengan komoditas Tomat dan Cabai

dan inovasi teknologi pengelolaan sumberdaya air di Desa Mbawa dengan

komoditas Jagung, Kedelai, Kacang Tanah Kabupaten Bima yang dikemas dalam

Page 40: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman35 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

model Food Smart Village untuk dapat dijadikan model pengelolaan sumberdaya

air pada lahan kering beriklim kering di wilayah Nusa Tenggara yang mempunyai

keterbatasan sumberdaya air. Potensi sumber daya air yang ada dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan luas tanam antara 1,25 – 1,67 dari luas tanam

yang biasa dilakukan petani serta meningkatkan IP pada luasan yang sama di

wilayah tersebut terutama pada musim tanam kedua.

2.1.4. Monitoring on line Dinamika Ketersediaan Air Daerah Irigasi

Mendukung Upaya Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah Irigasi

Dalam upaya mendukung pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan

pemantapan ketahanan pangan nasional pemerintah menetapkan program

peningkatan produksi pangan khususnya padi, jagung, dan kedelai. Air menjadi

faktor kunci dalam peningkatan produksi, dengan demikian kepastian tersedianya

air yang cukup untuk budidaya padi sawah sangat diperlukan. Jaminan kepastian

ketersediaan air dapat diketahui melalui pemantauan dinamika ketersediaan air

secara spasial dan temporal pada jaringan irigasi di Daerah Irigasi (D.I). Agar

pemantauan dinamika ketersediaan air pada jaringan irigasi tersier lebih optimal

perlu menggunakan alat pantau otomatis yang dapat di akses secara on line.

Kegiatan pemantauan dinamika ketersediaan air diprioritaskan di lokasi-lokasi

pada peta zona prioritas peningkatan produksi padi sawah melalui program

kontingensi, selain itu lokasi pemantauan juga mempertimbangkan musim tanam

setahun. Untuk itu ditetapkan bahwa lokus pemantauan adalah di inlet jaringan

irigasi tersier.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Desember 2015 di Jawa Barat

dan Jawa Timur.Tujuan penelitian yaitu: 1) melakukan pemetaan lokasi prioritas

pemantauan dinamika ketersediaan air di jaringan irigasi tersier, 2) melakukan

pemasangan alat pantau otomatis dinamika ketersediaan air yang dapat diakses

secara online, dan 3) melakukan analisis neraca ketersediaan dan kebutuhan air di

lokasi prioritas.

Page 41: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman36 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan 2 kriteria yaitu kriteria pemilihan

D.I dan kriteria pemilihan lokasi pemantauan ketersediaan air.Pemilihan D.I

ditetapkan sbb: 1) D.I prioritas perbaikan jaringan irigasi. Sebaran lokasi prioritas

perbaikan jaringan irigasi sudah ditetapkan melalui penelitian sebelumnya

menggunakan metode pembobotan berdasarkan sumber informasi dari

Kementerian PU dan Direktorat PSP, 2) D.I yang mewakili Kewenangan Pusat,

Provinsi dan Kabupaten, 3) Mewakili agroekosistem lahan sawah dan rawa, 4)

D.I yang memiliki IP 300 dengan Pola Tanam Padi-Padi-Palawija atau Padi-

Palawija-Palawija. Daftar D.I yang terpilih sebagai lokasi penelitian disajikan

pada Tabel 7. Lokasi rencana pemasangan alat pemantau ketersediaan air

ditetapkan berdasarkan hasil survey lapangan dengan kriteria: 1) Pada salah satu

D.I terpilih, dilakukan penetapan 3 titik pengamatan yaitu: outlet saluran primer,

sekunder dan tersier, 2) Pada D.I lainnya, hanya dilakukan penetapan 1 titik

pengamatan pada inlet saluran tersier, 3) Titik pengamatan dapat diintegrasikan

dengan lokasi yang telah memiliki pengamatan pola tanam melalui CCTV, 4)

Lokasi aman dari gangguan manusia dan hewan dan berada dalam jangkauan

pengawasan, 5) Memiliki Signal GSM 3G yang kuat.

Tabel 7. Daftar Daerah Irigasi lokasi Pemantauan Ketersediaan Air

AW

S

AW

LR

1 Way Rarem 21,110Lampung Timur,

Tulang BawangWaduk Way Rarem Way Rarem Lampung

2 Rawa Sragi 9,249 Lampung SelatanSaluran Drainase

Rawa Pasang Surut

Way

SekampungLampung

3 Jatiluhur 237,790Bekasi, Karawang,

Subang, IndramayuBendung Curug Citarum Jabar 1 1

4 Colo 24,461Wonogiri, Klaten,

Sukohardjo

Waduk Gajah

Mungkur

Bengawan

SoloJateng

5 Mrican Kanan 17,001 Kediri, Jombang Bendung Mrican Brantas Jatim 1 1

6 Kampili 10,758 Gowa, Takalar Waduk Bili Bili Jeneberang Sulsel

7 Sadang Pinrang 42,931Sidrap-Pinrang-Pare

PareBendung Benteng Saddang Sulsel

7 0 2 0 2

CCTV

Instalasi Alat

Pantau

No

Jumlah

Provinsi

Tele-

metri

Karakteristik Daerah Irigasi

Nama D.I Luas (Ha)Kabupaten Layanan

IrigasiSumber Air Sungai

Wat

er L

evel

Log

ger

Page 42: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman37 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Karakterisasi Daerah Irigasi

Penyusunan peta digital daerah irigasi sbb: 1)Deliniasi batas D.I berdasarkan

Analisis Citra Satelit (IKONOS, GEO-EYE), 2) Digitalisasi Skema Irigasi:

Deliniasi Saluran Primer dan Sekunder berdasarkan tracking GPS, penentuan titik

koordinat bangunan irigasi: bendung, pintu air, intake saluran tersier, 3)

Identifikasi keragaan D.I: titik koordinat kerusakan jaringan irigasi dan

sedimentasi. Analisis Spasial dan Temporal Pola Tanam sbb: 1)Analisis citra satelit

MODIS/LANDSAT 9, 2) Pengamatan ETP dan Korelasi dengan Data Citra Satelit, 3)

Pengamatan Fase Pertumbuhan Tanaman.

Pemantauan dan Akuisisi Data Ketersediaan Air

Desain dan instalasi stasiun pengamat debit sbb: 1) Pemantauan data ketersediaan

air dilakukan melalui Stasiun Pengamat Debit Mini (SPDM) yang diinstalasi pada

outlet saluran tersier; 2) Satu Unit SPDM terdiri dari Data Logger, Transmitter,

Sensor Tinggi Muka Air, Sensor Curah Hujan, Kamera CCTV serta bangunan

penduga debit (weir). Akuisisi data ketersediaan air, sebagai berikut: 1)

Perekaman data TMA, curah hujan, dan citra kamera dilakukan secara otomatik

dan akan dikirim secara telemetri melalui fasilitas jaringan signal GSM, 2) Data

TMA dan Curah hujan yang diterima selanjutnya dinalisis menjadi data

ketersediaan air D.I dan disimpan dalam Basis Data Sistem Informasi Daerah

Irigasi (SIDI).

Gambar 10. Mekanisme Pemantauan dan Akuisisi Data ketersediaan Air

Instrumentasi Pemantauan

Bangunan Penduga

Debit (Weir)

Telemetri CCTV

Sensor Hujan

Logger +

Transmitter

Sensor TMA

Akuisisi dan Penyimpanan Data

Dalam Basis Data SISDI

Page 43: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman38 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Analisis Neraca Air Daerah Irigasi

Neraca Air D.I dihitung berdasarkan kesetimbangan antara ketersediaan air hasil

pemantauan dan akuisisi data yang tersimpan dalam Basis Data SIDI dengan Data

kebutuhan irigasi lahan sawah. Kebutuhan irigasi terdiri dari kebutuhan tanaman,

kebutuhan pengolahan tanah dan kehilangan air karena perkolasi. Analisis

kebutuhan tanaman dilakukan berdasarkan Metode Buletin FAO No. 56 (Allen et

al,, 1989), melalui persamaan: ETtan = Kc x ETo (ETtan : evapotranspirasi

tanaman, ETo : evapotranspirasi referensi, Kc : koefisien tanaman). Kebutuhan air

untuk pengolahan dan penggenangan dihitung berdasarkan rekomendasi PU,

perkolasi ditetapkan berdasarkan survei lapang. Kebutuhan irigasi lahan sawah

dihitung berdasarkan ketetapan sebagai berikut:

Irigasi diberikan jika tinggi genangan pada lahan sawah lebih rendah dari batas

ketinggian genangan terendah yang diperkenankan :

minGGi )iiiii CHETcPercGG 1

dimana, Gi : tinggi genangan air lahan sawah pada hari ke-i (mm)

Gmin : tinggi genangan air lahan sawah minimum (mm)

Irigasi dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

)(max iiiii CHETcPercGGIr 1

dimana, Iri : kebutuhan irigasi pada hari ke-i (mm)

Gmax : tinggi genangan air lahan sawah maksimum (mm)

Gi-1 : tinggi genangan air lahan sawah pada hari ke-(i-1) (mm)

Perc : perkolasi (mm)

ETc,i : evapotranspirasi tanaman pada hari ke-i (mm),

CHi : curah hujan pada hari ke-i (mm)

Pengembangan Sistem Informasi Daerah Irigasi (SIDI)

Perancangan Prototipe Database SIDImenggunakan metode Siklus Hidup

Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle / SDLC) yang terdiri dari

beberapa tahap, yaitu: analisis, desain dan implemetasi. Teladan tampilan

bebarapa sub menu SIDI disajikan Pada Gambar 11. Diagram alir penelitian

disajikan pada Gambar 12.

Page 44: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman39 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 11. Teladan tampilan bebarapa sub menu Sistem Informasi Daearah Irigasi

(SIDI): (a) sebaran pola tanam, (b) sebaran intake tersier (c) kondisi

infrastruktur

Gambar 12. Diagram Alir Penelitian

Lokasi instalasi alat pengamat tinggi muka air telemetri dan kamera CCTV

yaitu di D.I Jatiluhur, Jawa Barat yaitu: di Bendung Karangtoman, Dusun Karang

Toman, Desa Mekarsari, Kec. Cikaum, Kab. Subang (Gambar 13) dan di Bendung

Mencil, Dusun Kihiang, Desa Kihiang, Kec. Binong Kab. Subang. Di Jawa Timur

lokasi penempatan CCTV dan AWLR Telemetri adalah di D.I Mrican yaitu di

Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri dan di Kecamatan Megaluh, Kabupaten

Jombang. Lokasi penempatan CCTV dan AWLR Telemetri adalah di Kecamatan

Papar, Kediri (Gambar 14), dan di KecamatanMegaluh, Kabupaten Jombang

(Gambar 15).

(

a

)

(

b

)

(

c

)

Page 45: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman40 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 13. Bendung Karangtoman, Dusun Karang Toman, Desa Mekarsari,

Kec. Cikaum, Kab. Subang

Gambar 14. Titik lokasi penempatan CCTV dan AWLR Telemetri di Desa Kepuh

Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri (-7,68551 112.11467)

Gambar 15. Titik lokasi penempatan CCTV dan AWLR Telemetri di Desa Ngogri

Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang (-7,49839 112.20237)

Page 46: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman41 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Instalasi AWLR Telemetri dan kamera CCTV di Dusun Karang Toman,

Desa Mekarsari, Kec. Cikaum, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat dan di

Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur

disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16. Instalasi AWL Telemetri dan Kamera CCTV di Lokasi Bendung

Karangtoman, Dusun Karang Toman, Desa Mekarsari, Kec. Cikaum,

Kab. Subang (kiri) dan di Desa Ngogri Kecamatan Megaluh Kabupaten

Jombang (tengah dan kanan)

Akuisisi Data

Gambar 17 (a) dan (b) berturut-turut menyajikan hasil perekaman data

Tinggi Muka Air, Curah hujan dan Temperatur selama periode 30 Oktober hingga

18 Desember 2015 dan hasil pengamatan status kondisi lahan sawah tanggal 28

Nopember 2015 melalui kamera CCTV di lokasi Dusun Karang Toman, Desa

Mekarsari, Kec. Cikaum, Kab. Subang.

(a) (b)

Gambar 17. Data tinggi muka air dan suhu di saluran tersier 30 Oktober hingga 18

Desember 2015 (a) dan Pengamatan status kondisi lahan sawah tanggal

28 Nopember 2015 melalui kamera CCTV (b) di Dusun Karang Toman,

Desa Mekarsari, Kec. Cikaum, Kab. Subang

Page 47: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman42 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 18 (a) dan (b) berturut-turut menyajikan hasil perekaman data

Tinggi Muka Air, Curah hujan dan temperatur selama periode 26 Oktober hingga

18 Desember 2015 dan hasil pengamatan status kondisi lahan sawah tanggal 30

Nopember 2015 melalui kamera CCTV di lokasi Desa Ngogri Kecamatan

Megaluh Kabupaten Jombang.

(a) (b)

Gambar 18. Data tinggi muka air dan suhu di saluran tersier selama periode 26 Oktober

hingga 18 Desember 2015 (a) dan Pengamatan status kondisi lahan

sawah tanggal 30 Nopember 2015 melalui kamera CCTV (b) di Desa

Ngogri Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang

2.1.5. Penelitian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan Sumber

Daya Iklim dan Air

Balitklimat sebagai Balai yang memiliki tupoksi dalam melakukan penelitian

yang berkaitan dengan klimatologi dan hidrologi mempunyai peran sentral dalam

pengembangan teknologi terkait dengan sumber daya iklim dan air. Terjadinya

fenomena pemanasan global menjadikan pendekatan manajemen sumber daya

iklim dan air yang selama ini dilakukan sulit sehingga perlu dipertajam dengan

penciptaan produk yang langsung berkaitan dengan efisiensi irigasi. Selain itu,

optimalisasi pemanfaatan sumber daya iklim dan air melalui pertanian presisi juga

perlu didukung oleh satu perangkat yang mampu mendeteksi kebutuhan nyata

tanaman akan air sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas

penggunaan sumber daya terkait untuk meningkatkan produksi pertanian. Untuk

itu perlu penelitian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan Sumber

Daya Iklim dan Air dengan tujuan (1) Menguji efektivitas hydrogel berbasis

Page 48: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman43 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

teknologi nano untuk efisiensi irigasi di lahan kering; (2) Merakit prototipe sensor

curah hujan optik untuk mendukung pertanian presisi; dan (3)Mengembangkan

teknologi sumber energi alamiah (pompa air tenaga surya) untuk optimalisasi

pengelolaan sumber daya air.

Pengembangan Hydrogel untuk Efisiensi Air Berbasis Teknologi Nano

Penelitian hidrogel pada TA 2015 dilakukan di lapangan pada musim kemarau

yaitu pada lahan sawah tadah hujan. Perlakuan yang diterapkan bertujuan untuk

mengetahui pengaruh faktor efisiensi air (faktor 1) dan faktor hidrogel (faktor 2)

pada lahan tadah hujan. Secara rinci, perlakuan yang diterapkan terdiri dari dari 2

faktor yaitu: 1) Faktor irigasi yang terdiri dari 3 level yaitu irigasi 85% (A1),

irigasi 70% (A2) dan irigasi 55% (A3) dari kebutuhan air untuk tanaman Cabai

menurut FAO. 2) Faktor hidrogel yang terdiri dari 2 level yaitu tidak ditambah

hydrogel dan ditambah hidrogel 2 gram.

Hasil penelitian efisiensi air dan penerapan hidrogel di lahan tadah hujan

menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman cabaiyang terbaik pada umur 4

minggu dengan perlakuan efisiensi air 55% tanpa hydrogel dan kedua adalah

perlakuan efisiensi air 55% ditambah hydrogel.

Adapun hasil panen tanaman cabai pertama menunjukkan bahwa

perlakuan pemberian irigasi 70% ditambah hydrogel 2 gram menunjukkan hasil

terbaik (Gambar 1). Hasil panen ke-2 dengan perlakuan penambahan irigasi 55%

ditambah hydrogel lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pemberian irigasi

55% yang ditambah hydrogel dapat mempertahankan ketersediaan air yang

dibutuhkan tanaman sehingga dapat meningkatkan efisiensi irigasi (Gambar 19).

Gambar 19. Hasil panen tanaman Cabai ke 1 dan ke 2 (kg/ha)

4200440046004800

A1 H1

A1 H2

A2 H1

A2 H2

A3 H1

A3 H2

Hasil panen Cabai ke 1 per hektar

800,000900,000

1000,0001100,0001200,000

A1 H1

A1 H2

A2 H1

A2 H2

A3 H1

A3 H2

Panen Cabai ke 2 luas 1 hektar

Page 49: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman44 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Perakitan Prototipe Sensor Curah Hujan untuk Mendukung Pertanian Presisi

Bagian alat penakar curah hujan terdiri dari 2 bagian yaitu perangkat keras dan

perangkat lunak. Pada bagian perangkat keras dijabarkan komponen-komponen

apa saja yang digunakanpada perancangan alat penakar curah hujan, dan pada

bagian perangkat lunak dijabarkan isi danbentuk dari program yang digunakan

pada perancangan alat penakar curah hujan.Dalam pembuatan alat penakar curah

hujan digunakan beberapa komponen yang terdiridari Catu Daya, Mikrokontroler,

LCD, LOADCELL, IC 1402. Catu daya digunakan sebagaisumber energi untuk

menghidupkan alat penakar curah hujan, catu daya yang digunakan pada alatini

adalah catu daya yang telah banyak dijual di pasaran yaitu dengan menggunakan

aki kering 12 volt, 7.2 Amphere sebanyak 2 buah.

Sebagai otak dari alat penakar curah hujan maka digunakan

mikrokontroler, yang digunakan pada alat ini adalah mikro kontroler ATMega

1337 yang memiliki ADC dibanding mikrokontroler lainnya. Sebagai penampil

hasil keluaran dari mikrokontroler ini adalah LCD, LCD yang digunakan adalah

LCD tipe M163 yangmemiliki karakteristik 16 kolom dan 2 baris. Untuk sensor

dari alat ini digunakan sensor airsebagaipendeteksi air hujan, dan digunakan

LOADCELL dan sebagai pendeteksi jumlah air hujan. Kondisi loadcell disajikan

pada Gambar 20.

Gambar 20. Kondisi loadcell pada saat awal sebelum mendapat gaya tekan (atas) dan

kondisi loadcell ketika mendapatkan gaya tekanakan mengubah dari

besaran tekanan menjadi bentuk voltase

Page 50: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman45 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Modul rangkaian sensor curah hujan dapat dilihat pada Gambar 21 di bawah ini:

Gambar 21. Alat dan Komponen bagian dari sensor curah hujan berbasis tekanan

Untuk dapat mengetahui jumlah curah hujan yang ditangkap oleh per

satuan waktu, maka jumlah air hujan per satuan waktu perlu dijabarkan terlebih

dahulu, agar data hujan yang dapat tersimpan ke dalam memori sudah dapat dalam

satuan millimeter. Dari hasil pengujian alat sebanyak 18 sampel curah hujan

diperoleh data curah hujan yang dijabar dalam bentuk gram, dimana setiap 1 gram

curah hujan identik dengan 1 mm air. Untuk menghabiskan curah hujan yang

ditangkap dalam balok kolektor dibutuhkan waktu yang jumlahnya tergantung

dari banyak jumlah air yang ditampung dalam balok kolektor.

Uji coba alat dilakukan dengan fungsi matematika untuk mengetahui

jumlah curah hujan yang dikonversi menjadi jumlah curah hujan. Melalui analisis

regresi antara voltase yang tercatat karena adanya tekanan dari air dengan jumlah

curah hujan maka diperoleh fungsi matematika y = 0.2902x - 0.3913, dengan nilai

R² = 0.9997, dimana x adalah voltase yang tercatat karena adanya dalam satuan

detik dan Y adalah jumlah curah hujan dalam satuan volt dan Y adalah jumlah

curah hujan dalam mm. Dengan memasukan fungsi matematika ke dalam system

maka setiap ada kejadian hujan, maka alat ini secara otomatis akan menyimpan

hasilnya kedalam memori sudah dalam bentuk millimeter. Pada Gambar

22disajikan grafik hubungan antara durasi pencatatan dan besarnya curah hujan.

Page 51: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman46 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 22. Grafik hubungan antara durasi pencatatan dan besarnya curah hujan

(mm/detik)

Penelitian dan Pengembangan Pompa Air Tenaga Surya untuk Optimalisasi

Pengelolaan Sumber Daya Air

Sumber daya air yang digunakan merupakan sungai yang dibendung menjadi dam

parit. Sumber air dari dam parit tersedia sepanjang tahun sehingga sangat

potensial untuk dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman. Untuk pengambilan

air dipasang pompa radiasi Tenaga Surya yang dirancang berdasarkan informasi

ketersediaan dan kebutuhan air, beda tinggi antara sumber air dengan lahan

(head), dan potensi radiasi matahari. Kemampuan tenaga pembangkit yang

terpasang untuk menghidupkan pompa selama 10 jam dapat mengisi 7 kali tandon

air dengan volume 3.100 liter. Jadi volume air yang dapat di angkat oleh pompa

air di lokasi terpasang adalah 21.700 liter air per hari. Pompa Air Tenaga Surya

disajikan pada Gambar 23.

Gambar 23. Pompa air tenaga surya di lokasi penelitian kecamatan Playen, Gunung

kidul (tampak depan)

Page 52: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman47 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Pompa tenaga surya diaplikasikan pada percobaan lapang dengan skenario

irigasi Tanaman Cabai Merah. Lahan yang dipergunakan seluas 546,48 m2,

dengan komoditas cabai varietas Phonik 55, jarak tanam 60 x 40 cm, waktu tanam

tanggal 30 Juli 2015. Rancangan yang dipergunakan adalah Rancangan Acak

Kelompok, dengan 3 ulangan dan perlakuan utama adalah jenis pemberian air

irigasi yaitu stream line dan modifikasi furrow, dengan dosis pemberian masing

masing 100 %; 85%, 70% dan 55% sesuai kebutuhan tanaman berdasarkan

perhitungan FAO dengan data input air tersedia yang dihitung berdasarkan hasil

analisis sampel fisika tanah. Kemudian sebagai pembanding terdapat perlakuan

pengairan petani, dimana pemberian irigasi sesuai kebiasaan petani dengan di leb

dengan disiram sampai tergenang, masing masing plot terdiri dari 4 bedengan,

dengan masing-masing bedengan ditanam 2 baris, dilengkapi dengan mulsa

plastik warna hitam yang diberi lubang untuk tempat tumbuh tanaman cabai. Hasil

analisisnya kebutuhan air irigasi disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk tanaman cabai merah

Kadar air tanah diukur pada setiap fase pertumbuhan tanaman pada saat

sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan irigasi serta pada hari tidak diirigasi.

Fluktuasi kadar air tanah disajikan pada Gambar 24.

Gambar 24. Kadar air tanah pada perlakuan petani

Page 53: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman48 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Kadar air untuk irigasi streamline relatif lebih tinggi dibandingkan dengan

irigasi modifikasi furrow, sedangkan untuk irigasi petani kadar airnya relatif lebih

rendah dibandingkan irigasi streamline dan modifikasi furrow. Tingginya kadar

air setelah irigasi mengindikasikan bahwa teknik irigasi streamline relatif lebih

efektif dalam mendisitribusikan air baik secara horizontal (sekeliling pertanaman)

dan vertikal (ke bawah pertanaman).

Pada Tabel 9 disajikan rata-rata tinggi tanaman, panjang dan diameter,

bobot/tanaman dan bobot/plot tanaman cabai merah.

Tabel 9. Rata-rata tinggi tanaman, panjang dan diameter, bobot/tanaman dan

bobot/plot di Playen, Gunungkidul, DIY

Perlakuan Tinggi

tanaman (cm)

Panjang

Cabai (cm)

Diameter cabai

(cm)

Bobot/tanaman

(gram)

Bobot/plot

(kg)

SL-100 55,2cd 11,9 bc 0,56 a 394.5 bc 13,48 b

SL-85 56,1 d 11,9 bc 0,56 a 378,7 bc 16,49 cd

SL-70 55,9 c 11,9 bc 0,83 a 386,3 c 18,59 e

SL-55 55,0 c 11,7 b 0,83 a 330,6 b 14,26 b

MF-100 55,1 cd 12,4 c 0,58 a 520,2 d 17,35 cd

MF-85 56,9 d 12,4 c 0,57 a 493,8 c 18,68 e

MF-70 54,5 c 12,5 c 0,61 a 552,7 d 17,87 de

MF-55 53,5 b 12,4 c 0,57 a 534,8 d 15,72 cd

Petani 44,3 a 11,2 a 0,53 a 277,66 a 6,44 a

KK (%) 5,61 3,45 30,91 a 18,20 24,99

Keterangan:

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan

tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada α = 5%

Perlakuan:

Teknik irigasi: SL: Stream Line, MF: Modifikasi Furrow 100, 85, 70, dan 55 [berturut-turut: Irigasi 100% sesuai kebutuhan tanaman berdasarkan perhitungan

FAO (Doorenbos dan Pruitt, 1977); 85, 70, dan 55% dari kebutuhan tanaman]

Kombinasi perlakuan teknik irigasi Stream Line(SL) dan Modifikasi

Furrow(MF) dengan takaran/dosis irigasi tidak berpengaruh terhadap diameter

cabai. Namun demikian rata-rata panjang cabai lebih tinggi dari perlakuan irigasi

petani yang disiram secara manual menggunakan selang plastik. Panjang cabai

pada teknik irigasi MF dengan dosis irigasi 100, 85, 70, dan 55% dari kebutuhan

air tanaman sama dengan teknik irigasi SL dosis irigasi 100, 85, 70 % dari

Page 54: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman49 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

kebutuhan air tanaman, namun lebih panjang dibandingkan dengan SL 55% dari

kebutuhan air tanaman.

Pada Gambar 25 disajikan distribusi bobot cabai rata-rata pada 12 kali

panen. Cabai yang dipanen adalah cabai yang sudah tua dan berwarna merah.

Pada periode panen pertama sampai dengan panen kesebelas, puncak panen terjadi

pada panen kelima pada umur 15 MST, setelah itu bobot panen menurun sampai

panen kesebelas. Pada panen keduabelas atau panen terakhir, terjadi peningkatan

bobot rata-rata cabai yang dipanen dibandingkan sebelumnya karena pada panen

terakhir ini seluruh cabai baik yang berwarna merah maupun hijau dipanen. Pada

saat panen terakhir telah memasuki musim hujan sehingga kalau dibiarkan

dikhawatirkan cabai akan membusuk.

Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada perlakuan irigasi stream line, modifikasi

furrow dan cara petani dengan irigasi 100, 85, 70, dan 55 % kebutuhan

air tanaman di Playen, Gunungkidul, DIY

Bobot cabai total dengan irigasi modifikasi furrow lebihtinggi daripada

irigasi Streamline dan petani.Bobot cabai per plot tertinggi adalah pada teknik

irigasi modifikasi furrow dengan dosis irigasi 85%, kemudian diikuti perlakuan

irigasi Streamline dengan dosis irigasi 70% dan Modifikasi Furrow dengan dosis

irigasi 70% berturut-turut sebesar 18,68; 18,59; dan 17,87 kg.

2.1. PENELITIAN KERJASAMA

Kerjasama penelitian dengan mitra pada dasarnya bertujuan untuk

mendiseminasikan informasi dan teknologi pengelolaan sumber daya iklim dan

air, meningkatkan kapasitas sumber daya penelitian dan menggalang pendanaan

Page 55: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman50 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

alternatif sebagai komplemen anggaran penelitian Balai Penelitian Agroklimat

dan Hidrologi. Dinamika kegiatan penelitian yang dikerjasamakan didasarkan

pada permintaan pengguna baik yang berkaitan langsung dengan bidang iklim dan

hidrologi maupun pemanfaatan keahlian yang dimiliki oleh Balai Penelitian

Agroklimat dan Hidrologi.

Pada Tahun Anggaran 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

melaksanakan dua kegiatan penelitian on top dari Balitbangtan dan juga

melanjutkan kerjasama penelitian dengan 2 Mitra yakni: CIRAD, Perancis dan

AFACI Korea Selatan. Adapun judul kegiatan penelitian seperti disajikan pada

Tabel 10.

Tabel 10. Kerjasama penelitian tahun 2015

Judul Mitra

1.Integrated and Participatory Management

Water Recources Management toward

Effective Agricultural System in Kali Pusur

Watershed

CIRAD,

Perancis/

2012-2015

2.Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan

Metode Prediksi Bencana di Sektor

Pertanian

AFACI Korea

Selatan/

2012-2015

2.2.1. Integrated and Participatory Water Recources Management toward

Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed

Workshop kegiatan Kerjasama CIRAD dan Balitklimat di DAS Kali Pusur,

Klaten, 12 Mei 2015

Dalam rangka Workshop kegiatan Kerjasama CIRAD dan Balitklimat di DAS

Kali Pusur, yang telah dilaksanakan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2014,

maka pada tahun 2015, dilakukan Evaluasi Dampak Proyek Pengelolaan

Sumberdaya Air di Kabupaten Klaten, dan Workshop dilaksanakan pada tanggal

12 Mei 2015 bertempat di Merapi Resto Jl Gayamprit Klaten Jawa Tengah. 0272-

325887.

Page 56: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman51 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Sebelum acara di mulai, pada hari Senin 11 Mei 2015, dilakukan persiapan

materi, rencana bahan preentasi dan diskusi dengan beberapa stap Peneliti di

BPTP D.I. Yogjakarta sampai sore.

Acara Workshop di hadiri oleh sebanyak 35 orang, terdiri dari Balitklimat

(5), BPTP D.I Y (3), CIRAD (3), UPN (1), Dinas Pertanian Klaten (2), PDAM

Boyolali (1), Dinas Pertanian Boyolali (1), Pemda Boyolali (2), Petani dari Desa

Juwiring, Pulung dan Gumuk (17).Workshop dimulai dengan Sambutan sekaligus

pembukaan oleh Ka BPTP D.I.Y yang di wakili oleh Kasi Kerjasama BPTP

Yogjakarta Bapak Sinung Rustijarno. SP. M.Si., kemudian dilanjutkan dengan

perkenalan dari semua peserta yang hadir, supaya lebih jauh mengenal masing

masing peserta, dilanjutkan pemutaran film/video Proyek yang berlokasi di

Gumuk, dan pemaparan sekilas perjalanan kegiatan Proyek dari tahun 2005

sampai dengan 2014, oleh Bapak Ir. Hendri Sosiawan CESA.

Dalam diskusi kelompok, peserta di bagi dalam 4 kelompok, dengan

pendamping dari BPTP D.I.Y, Balitklimat dan UPN, pembagian kelompok terdiri

dari:

Kelompok I : Petani Kapilaler atau pengguna Air,

Kelompok II, Petani Konservasi Air dari Desa Gumuk,

Kelompok III. Petani Usaha Tani Jagung desa Juwiring dan Pulung dan

Kelompok IV. Adalah Pendukung kebijakan dari Dinas Terkait, di Dinas

Pertanian kab Klaten dan Boyolali, Dinas PDAM Kab Boyolali, Dinas

Pengairan Klaten.

Materi pembahasan adalah : Dampak apa yang telah dilakukan oleh Petani

di wilayah tersebut, setelah adanya proyek ini dilaksanakan, kemudian

pembelajaran apa yang bisa didapat oleh pemerintah setempat dan kekurangan apa

yang bisa disarankan kedalam proyek ini

Page 57: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman52 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 26. Pak Hendri Sedang menjelaskan Kegiatan proyek selama 10 tahun di

Work shop

Gambar 27. Peserta Workshop dari pemda dan Dinas terkait mendengarkan

penjelasan kegiatan

Gambar 28. Peserta Workshop dari kelompok Petani, Penyuluh

Page 58: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman53 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 29. Peserta Workshop dari BPTP DIY sedang diskusi kelompok Petani

Konservasi Air

Gambar 30. Peserta Workshop dari Balitklimat, CIRAD dan mahasiswa Ferancis

sedang mencermati acara diskusi kelompok

Gambar 31. Peserta Workshop dari Dinas Terkait di Boyolali dan Klaten,

kelompok kebijakan

Page 59: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman54 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 32. Acara diskusi kelompok sedang membahasa kegiatan proyek,

kelompok

Gambar 33. berfoto bersama setelah acara Workshop di Klaten 12 Mei 2015

2.2.2. Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan Metode Prediksi Bencana

di Sektor Pertanian

Dampak dari fenomena ENSO seperti banjir dan kekeringan telah menyebabkan

gagal panen dan penurunan produksi padi yang serius di Indonesia. Agar kejadian

banjir dan kekeringan tanaman padi dapat diantipasi tepat waktu, maka informasi

nilai ambang curah hujan berpotensi menyebabkan batas tanaman padi terkena

kekeringan dan banjir sangat penting diketahui. Selanjutnya informasi prediksinya

perlu diberikan 2-4 bulan sebelumnya.

Page 60: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman55 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Salah satu indikator yang banyak digunakan untuk mendeteksi defisit dan

surplus curah hujan adalah Standardized Precipitation Index (SPI). Indeks ini

telah digunakan secara luas untuk mengidentifikasi kekeringan meteorologis,

banjir (Hayes et al., 1999; Seiller et al., 2002), dan dampaknya terhadap hasil

tanaman (Mishra dan Cherkauer, 2010). Karakteristik SPI berupa durasi,

intensitas dan tingkat keparahan dapat digunakan untuk mengetahui nilai ambang

defisit dan surplus curah hujan yang berpotensi menyebabkan bencana kekeringan

dan banjir pada tanaman padi. Untuk menganalisis SPI memerlukan data dengan

periode panjang (minimal 15 tahun) dengan kualitas data yang baik. Oleh karena

itu sebelum analisis dilakukan, pengawasan kualitas data dan pengisian data

kosong merupakan suatu keharusan.

Penelitian ini merupakan kerjsama sama dengan AFACI. AFACI

memberikan dukungan dalam penyediaan data. Dalam pelaksanaan penelitian,

selain dengan AFACI juga melibatkan peneliti dari Program studi Sains

Kebumian-Institu Teknologi Bandung. Penelitian bertujuan untuk melakukan

pemutakhirkan dan restrukturisasi basis data iklim dan hidrologi dan menentukan

nilai ambang periode defisit dan surplus curah hujan yang berpotensi

menyebabkan tanaman padi terkena banjir dan kekeringan di Provinsi Lampung

dan Sulawesi Selatan.

Kegiatan terdiri tahapan 1) Pemutakhiran database dilakukan dengan

mengumpulkan dan entri data iklim harian dari Puslitbang Pengairan, BMKG, dan

Balitklimat. Sumber data lain yang dapat diakses secara online adalah GSOD dan

BMKG. 2) Pengecekan kualitas data dilakukan dengan pemilihan stasiun

menggunakan analisis data outlier, kurva massa dan pengisian data kosong. 3)

Metode pengisian data kosong menggunakan data GPCC (Global Precipitation

Climatology Centre). 4) analisis SPI untuk mengetahui periode defisit dan surplus

curah hujan dan 5) Penentuan batas kritis intensitas dan durasi defisit dan surlus

curah hujan dengan luas tanaman padi terkena kekeringan dan banjir. Kegiatan

ini dilaksanakan selama 3 tahun dimulai tahun 2015. Diagram alir penelitian

disajikan pada Gambar 34.

Page 61: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman56 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 34. Diagram alir penelitian Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan

Metode Prediksi Bencana di Sektor Pertanian

Hasil penelitian menunjukkan bahwapada penelitian tahun pertama ini

telah dilakukan pemutakhiran dan restrukturisasi basis data iklim dan hidrologi

dan penentuan nilai ambang intensitas, durasi, dan tingkat keparahan tanaman

padi terkena kekeringan dan banjir. Hasil yang telah dicapai iuraikan secara

terstruktur sebagai berikut:

Pemutakhiran dan Restrukturisasi Basis Data Iklim

Restrukturilasi Basis data iklim dan hidrologi dilakukan dan digabung dalam

website katam terpadu yang terlebih dahulu dikembangkan dan dapat diakses

melalui alamat http://katam.litbang.pertanian.go.id/iklim. Pemutakhirkan data

Provinsi Lampung dan Sulawesi Selatan sebanyak 230 dan 620 stasiun hujan.

Dalam sistem informasi ini, pengguna dapat menelusuri data stasiun curah hujan

dalam bentuk peta interaktif yang berbasis Google Map yang mudah digunakan

dan dapat diperbesar sampai dengan tingkat kabupaten (Gambar 35).

Pengumpulan dan

pemutakhiran data

Data Iklim

Harian

(observasi

dan GSOD)

Data GPCCData

AWS/AWLR

Kontrol

kualitas Data

Basis data

Iklim dan

Hidrologi

SPI Durasi IntensitasTingkat keparahan

(severity)

Prediktor

iklim global

musiman

Model prediksi

Kekeringan dan

Banjir padi sawah

Prediksi CH

musiman

Prediksi

SPI

Prediksi

intensitas, durasi

dan tingkat

keparahan

kekeringan danbanjir

Data Banjir dan

kekeringan padi

sawah

Downscaling

prediksi

musiman

dengan metode

CA

Sistim Informasi

iklim dan

bencana di

sektor

pertanian.

Tahun1

Tahun 2

Tahun 3

Data siap diolah

Page 62: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman57 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 35. Tampilan peta sebaran stasiun di Provinsi Lampung (kiri) dan

Sulawesi Selatan (kanan)

Pengawasan Kualitas Data

Pengawasan kualitas data terdapat 3 tahapan yang dilakukan, yaitu : 1) pemilihan

data outlier, 2) pemilihan stasiun yang akan digunakan dengan analisis kurva

massa, serta 3) pengisian data kosong. Seleksi data dengan membuang data

outlier menggunakan metode gap check. Pemilihan stasiun berdasarkan kurva

massa dengan penentapan stasiun yang lolos seleksi dengan nilai RMSE maksimal

10. Berdasarkan hasil seleksi kurva massa tersebut dari 91 stasiun hujan di

Provinsi Lampung terdapat 11 stasiun dengan nilai RMSE yang lebih besar dari

10, sedangkan di Provinsi Sulawesi Selatan dari 192 stasiun hujan terdapat 60

stasiun yang nilai RMSE lebih besar dari 10. Gambar 36 menunjukkan contoh

grafik yang lolos analisis kurva massa. Data yang lolos secara jelas

memperlihatkan pola yang sangat mirip dan sedikit sekali data-data yang

menyimpang polanya dalam jangka panjang.

Gambar 36. Kurva massa stasiun hujan Gunung Batu, Provinsi Lampung, dengan

nilai RMSE lebih kecil 10 menunjukkan stasiun yang lolos

berdasarkan analisis kurva massa

1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 20100

200

400

600

800

Year

Mo

nth

ly R

ain

fall (

mm

)

Gunung Batu

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000

50

100

150

Data Amount (%)

Cu

mm

ula

tive R

ain

fall (

mm

)

RMSE: 3.03

MaxE: 7.52, MinE: -5.4275

Page 63: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman58 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tahap selanjutnya adalah pengisian data kosong u dengan data GPCC.

Data GPCC hanya digunakan untuk mengisi data yang kosong. Gambar

29menunjukkan grafik dan diagram pencar dan Cumulative Distribution Function

(CDF) yang menunjukkan perbedaan antara data observasi dengan data GPCC.

Untuk memperkecil selisih antara keduanya, kemudiaan dilakukan koreksi bias

data GPCC terhadap data observasi (Gambar 37). Setelah semua tahapan tersebut,

data siap digunkan untuk analisis

Gambar 37. Grafik, diagram pencar dan cumulative distribution function antara

data observasi dan data GPCC yang akan digunakan untuk mengisi

data kosong

Analisis Nilai Ambang Defisit dan Surplus Curah Hujan

Kondisi defisit curah hujan ditunjukkan oleh SPI negatif yang lebih kecil dari -0.5

(grafik berwarna merah). Sebaliknya surplus curah hujan ditunjukkan oleh nilai

SPI lebih besar dari 0.5. luas tanaman padi terkena kekeringan. Diagram pencar

antara periode defisit dan surplus curah hujan dengan luas tanaman padi terkena

kekeringan dan banjir menunjukkan bahwa padi terkena kekeringan banjir

umumnya bersamaan dengan kondisi SPI negatif dan positif (Gambar 38).

Gambar 38. Grafik SPI dengan luas padi terkena kekeringan dan banjir

1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 20150

500

1000

Pr

(mm

)

Gunung Batu

0 100 200 300 400 500 6000

100

200

300

400

500

600

Pr Obs (mm)

Pr

GP

CC

(m

m)

y=1.03*x

:88.09 ,r:1.00

0 100 200 300 400 500 600 7000

0.2

0.4

0.6

0.8

1

Pr (mm)

CD

F

Obs

GPCC

Page 64: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman59 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Berdasarkan diagram pencar antara intensitas dan durasi defisit dan

surplus curah hujan dengan luas padi terkena kekeringan dan banjir diketahui

bahwa karakteristik kondisi kering dan basah mempunyai dampak yang berbeda

untuk setiap kabupaten. Faktor yang sangat menentukan luas terkena kekeringan

dan banjir adalah durasinya. Baik di Provinsi Lampung maupun Sulawesi Selatan,

tanaman terkena banjir mulai pada durasi 4-5 bulan. Untuk kekeringan

intensitasnya adalah -0.5 sampai -1.5 ,sedangkan untuk banjir adalah 0.5 sampai 1

(Gambar 39).

Gambar 39. Diagram pencar antara intensitas dan tingkat keparahan periode

kering dengan luas padi terkena kekeringan di Provinsi Sulawesi

Selatan

Page 65: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman60 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

III. HASIL PENELITIAN UNGGULAN

Pada tahun anggaran 2015, terdapat 2 RPTP kegiatan penelitian termasuk dalam

kategori penelitian unggulanyang dibiayai DIPA Balitklimat tahun anggaran

2015.

3.1. Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi

Dampak Perubahan Iklim

Indonesia merupakan negara tropis kepulauan yang posisinya diapit oleh dua

benua dan dua samudera. Hal ini menyebabkan iklim Indonesia sangat dinamis

dan sulit untuk diprediksi. Kondisi ini semakin kompleks dengan terjadinya

perubahan iklim yang tidak saja berdampak terhadap pola dan perilaku iklim yang

menyimpang dari kondisi normalnya, tetapi juga ke segala sektor termasuk sektor

Pertanian. Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat multi-

dimensional, mulai dari sumberdaya, infrastruktur pertanian, dan sistim produksi

pertanian,hingga aspek ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan

petani dan masyarakat pada umumnya. Dampak perubahan iklim perlu

diidentifikasi sehingga bisa disusun teknologi adaptasi yang spesifik wilayah.

Penelitian Key Area diharapkan dapat membantu mengetahui sebaran wilayah

kunci perubahan iklim di Indonesia. Penelitian tentang Key Area merupakan

penelitian yang baru dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Key area adalah

wilayah yang bisa dijadikan indikator adanya anomali iklim di Indonesia.

Tujuan utama dari penelitian ini menentukan wilayah kunci (Key Area)

yang bisa digunakan sebagai indikator keragaman iklim di Indonesia. Data yang

digunakan adalah data bulanan curah hujan seluruh Indonesia serta data 12

indikator global, yaitu : NINO1+2, NINO3, NINO4, NINO3.4, Southern

Oscillation Index (SOI), Out Going Longwave Radiatian (OLR), Dipole Mode

Index (DMI), Japan Meteorological Agency (JMA) SST, Multivariate ENSO Index

(MEI), Trans Niño Index (TNI), ENSO Modoki Index (EMI) dan Ocean Niño

Index (ONI). Analisis yang dilakukan adalah mencari hubungan signifikansi (nilai

p≤ 0.1) antara curah hujan dengan indikator global pada lag time 1, 2, 3 dan 4

bulan untuk setiap musim Desember-Januari-Februari (DJF), Maret-April-Mei

(MAM), Juni-Juli-Agustus (JJA), September-Oktober-November (SON).

Page 66: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman61 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1) data dan peta sebaran

stasiun hujan dengan periode curah hujan bulanan lebih dari 20 tahun pada 923

stasiun hujan di seluruh Indonesia, 2) struktur data input, 3) data bulanan indikator

global (DMI, EMI, JMASST, MEI, NINO12, NINO 3, NINO 3.4, NINO 4, OLR,

ONI, SOI dan TNI) periode 1955-2014, 4) program otomatisasi analisis regresi

antara anomali curah hujan dengan indikator global dengan Minitab, 5) program

aplikasi untuk mendeteksi struktur keluaran regresi minitab, dan 6) peta sebaran

signifikansi antara anomali curah hujan dengan indikator global pada 4 periode 3

bulanan (DJF, MAMA, JJA DAN SON) pada lag 1 sampai dengan 4.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil sebaran stasiun

hujan, masih terdapat wilayah-wilayah yang minim stasiun hujan seperti di Aceh,

Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah,

Maluku dan Papua. Dari sebaran jumlah stasiun hujan yang signifikan, diperoleh

hasil bahwa pada periode DJF, MAM dan JJA lag yang paling banyak sebaran

jumlah stasiunnya adalah lag 4, sedangkan pada SON didominasi lag 2. Dari 12

indikator yang dihubungkan dengan curah hujan, indikator Nino 3.4 merupakan

indikator yang dominan signifikan terhadap curah hujan di Indonesia dimana pada

lag 4 dominan terjadi pada periode DJF, MAM dan JJA, sedangkan pada SON

dominan signifikan di lag 3 (Gambar 40).

Gambar 40. Sebaran signifikansi anomali curah hujan dengan ENSO pada lag 1,

2, 3 dan 4

Page 67: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman62 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Untuk menyederhanakan informasi dari 12 indikator global, maka

dilakukan pengelompokkan menjadi 3 yaitu ENSO, DMI dan OLR. ENSO

mencakup sepuluh indikator yang terkait antara lain : EMI, JMASST, MEI,

NINO12, NINO 3, NINO 3.4, NINO 4, ONI, SOI dan TNI. Persentase jumlah

stasiun hujan yang signifikan terhadap ENSO, DMI dan OLR pada setiap provinsi

memperlihatkan hasil yang beragam. Untuk indikator ENSO, provinsi yang

memiliki stasiun signifikan terhadap ENSO adalah : Riau, Bengkulu, Lampung,

Jawa Barat, Banten, DIY, Jawa Timur, NTB, NTT, Kalimantan Selatan,

Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan

Papua Barat. Sebaran ini hampir sama pada periode MAM, JJA dan SON (Tabel

4). Dari 15 provinsi tersebut, hampir setengahnya menunjukkan konsisten

dipengaruhi ENSO baik pada DJF, MAM, JJA maupun SON, yaitu Provinsi :

Riau, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, NTB, NTT, Kalimantan Tengah,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Pengaruh DMI

terhadap anomali curah hujan lebih sedikit dibandingkan dengan ENSO. Hal ini

terlihat dari sedikitnya stasiun hujan yang menghasilkan nilai signifikan dan

hanya pada periode tertentu, yaitu DJF dan SON. Provinsi yang terlihat signifikan

pada DJF yaitu : Jawa Timur dan Kalimantan Timur, sedangkan provinsi yang

signifikan pada SON adalah : Jawa Barat, NTB dan NTT. Untuk pengaruh OLR

terhadap anomali curah hujan relatif lebih banyak sebarannya dibandingkan DMI.

Provinsi yang menghasilkan nilai signifikan adalah : Lampung, Jawa Barat,

Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, Kalimantan

Timur, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan (Tabel 11).

Page 68: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman63 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tabel 11. Persentase jumlah stasiun yang signifikan antara anomali curah hujan

dengan ENSO, DMI dan OLR di setiap Provinsi

Dari 3 kelompok ini, ENSO merupakan indikator yang paling kuat

signifikansinya dengan curah hujan di wilayah Indonesia dibandingkan DMI dan

OLR. Berdasarkan signifikansi hubungan antara curah hujan dengan ENSO

sebagai indikator yang paling kuat, diperoleh wilayah kunci pada DJF adalah :

Riau, Bengkulu, Lampung, Jabar, Banten, DIY, Jatim, NTB, NTT, Kalteng,

Kalsel, Kaltim, Sulbar, Sulsel, Papua Barat. Pada MAM : Riau, Lampung, Jabar,

Banten, Jateng, DIY, Jatim, NTB, NTT, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulsel. Pada JJA

: Riau, Lampung, Jabar, Banten, DIY, Jatim, NTB, NTT, Kalteng, Kalsel, Kaltim,

Sulsel. Pada SON : Riau, Bengkulu, Jabar, Banten, Jateng, Jatim, NTB, NTT,

Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulbar, Sulsel, Gorontalo (Gambar 41).

DJF MAM JJA SON DJF MAM JJA SON DJF MAM JJA SON

1 NAD - - - - 1 NAD - - - - 1 NAD - - - -

2 Sumut - - - - 2 Sumut - - - - 2 Sumut - - - -

3 Sumbar - - - - 3 Sumbar - - - - 3 Sumbar - - - -

4 Riau 1 2 2 2 4 Riau - - - - 4 Riau - - - -

5 Kepri - - - - 5 Kepri - - - - 5 Kepri - - - -

6 Jambi - - - - 6 Jambi - - - - 6 Jambi - - - -

7 Sumsel - - - - 7 Sumsel - - - - 7 Sumsel - - - -

8 Babel - - - - 8 Babel - - - - 8 Babel - - - -

9 Bengkulu 1 - - 6 9 Bengkulu - - - - 9 Bengkulu - - - -

10 Lampung 3 7 7 - 10 Lampung - - - - 10 Lampung - - - 3

11 DKI - - - - 11 DKI - - - - 11 DKI - - - -

12 Jabar 20 5 5 8 12 Jabar - - - 25 12 Jabar 22 - - 44

13 Banten 2 5 2 8 13 Banten - - - - 13 Banten 4 - - -

14 Jateng - 5 - 12 14 Jateng - - - - 14 Jateng 4 - - 6

15 DIY 1 5 14 - 15 DIY - - - - 15 DIY - - - -

16 Jatim 59 33 33 29 16 Jatim 75 - - - 16 Jatim 48 - 38 24

17 Bali - - - - 17 Bali - - - - 17 Bali - - - -

18 NTB 2 2 2 2 18 NTB - - - 25 18 NTB - - 13 3

19 NTT 2 2 2 8 19 NTT - - - 50 19 NTT 13 - 50 -

20 Kalbar - - - - 20 Kalbar - - - - 20 Kalbar - - - -

21 Kalteng 1 2 2 2 21 Kalteng - - - - 21 Kalteng - - - -

22 Kalsel 2 12 12 2 22 Kalsel - - - - 22 Kalsel 4 - - 3

23 Kaltim 2 7 7 10 23 Kaltim 25 - - - 23 Kaltim 4 100 - 12

24 Kaltara - - - - 24 Kaltara - - - - 24 Kaltara - - - -

25 Sulut - - - - 25 Sulut - - - - 25 Sulut - - - -

26 Sulbar 2 - - 6 26 Sulbar - - - - 26 Sulbar - - - 3

27 Sulteng - - - - 27 Sulteng - - - - 27 Sulteng - - - -

28 Sultra - - - - 28 Sultra - - - - 28 Sultra - - - -

29 Sulsel 2 12 12 6 29 Sulsel - - - - 29 Sulsel - - - 3

30 Gorontalo - - - 2 30 Gorontalo - - - - 30 Gorontalo - - - -

31 Maluku - - - - 31 Maluku - - - - 31 Maluku - - - -

32 Maluku Utara - - - - 32 Maluku Utara - - - - 32 Maluku Utara - - - -

33 Papua Barat 1 - - - 33 Papua Barat - - - - 33 Papua Barat - - - -

34 Papua - - - - 34 Papua - - - - 34 Papua - - - -

Total persen 100 100 100 100 Total persen 100 - - 100 Total persen 100 100 100 100

NO PROVINSI

OLR

NO PROVINSI

ENSO

NO PROVINSI

DMI

Page 69: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman64 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 41. Sebaran signifikansi ENSO dengan curah hujan pada setiap musim di

Indonesia

Pada beberapa wilayah Key Area selanjutnya dilakukan kajian untuk

mengetahui hubungan ketersediaan air melalui debit sungai dengan kejadian

kekeringan. Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien determinasi antara beberapa

debit sungai bulan Mei-Juni di kabupaten Sumedang, Indramayu, Bone dan

Jeneponto dengan luas padi terkena kekeringan Mei-Oktober yang berkisar antara

0.47-0.68 mengindikasikan bahwa debit dapat menggambarkan sekitar 50%

keragaman luas padi terkena kekeringan pada sawah irigasi. Daerah dengan nilai

kritis yang lebih tinggi menunjukkan faktor curah hujan sangat menentukan luas

tanaman padi yang terkena kekeringan. Daerah tersebut bisa saja merupakan

daerah irigasi, tapi irigasinya tidak terjamin terutama pada pertanaman MK yang

ditanam setelah bulan April. Sebaliknya pada daerah dengan nilai batas kritis yang

lebih rendah, merupakan daerah dengan sistim irigasi yang berfungsi dengan baik.

Batas kritis curah hujan memberi gambaran waktu kritis dan prakiraan jumlah

curah hujan yang berpotensi menyebabkan tanaman padi terkena kekeringan.

penggunaan parameter curah hujan cukup relevan digunakan sebagai indikator

kekeringan agronomis pada sawah irigasi. Sistim informasi Key Area dibuat

untuk memudahkan pengguna dalam mengakses informasi terutama tentang

hubungan curah hujan dan indikator global. Sistim informasi Key Area dipasang

Page 70: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman65 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

di server katam yang telah berjalan dengan baik. dan dapat diakses di

http://katam.litbang.pertanian.go.id/key_area/main.aspx.

3.2. Pengembangan Pompa Air Tenaga Surya untuk Irigasi dalam Upaya

Mendukung Peningkatan Produksi di Lahan Kering

Masalah utama pengembangan pertanian di lahan kering adalah keterbatasan

ketersediaan air terutama di musim kemarau. Salah satu upaya untuk

meningkatkan produktivitas lahan adalah dengan menyediakan air untuk

digunakan sebagai irigasi suplementer dengan memanfaatkan potensi sumberdaya

air yang ada di wilayah tersebut. Sehubungan dengan kendala keterbatasan air di

lahan kering, maka perlu memanfaatkan beragam teknologi yang mampu

mengangkat dan mengalirkan air dari sumbernya ke lahan-lahan pertanian.

Penggunaan pompa air yang digerakkan dengan tenaga listrik menjadi pilihan

utama saat ini. Namun jika dilihat dari sisi pembiayaan, baik dalam tahap

pengembangan (pembangunan) maupun pengelolaan (pemeliharaan), teknologi

irigasi tersebut memunculkan persoalan di tingkat lapangan, khususnya bagi

petani dan kelompoknya yaitu ketidakmampuan petani dalam

mengoperasionalkan dan memelihara sarana dan prasarana irigasi yang dimiliki.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu teknologi irigasi yang menggunakan

pompa air yang lebih tepat guna, efisien, dan ekonomis sehingga dalam

pengelolaannya tidak tergantung pada tenaga listrik atau bahan bakar lainnya,

membutuhkan biaya operasi dan pemeliharaan (OP) yang lebih sedikit, dan

bahkan tidak membebani petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Untuk

itu telah dikembangkan pompa air tenaga surya/energi matahari. Penggunaan

energi matahari tidak memerlukan listrik, ekstra hemat energi, dan ramah

lingkungan. Selain itu penggunaannya mudah, efisiensi tinggi, kinerja stabil dan

dapat digunakan dalam jangka waktu lama. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)

merancang prototipe pompa air tenaga surya untuk irigasi pertanian dan (2)

mengembangkan model pertanian hemat energi berbasis energi terbarukan

menggunakan pompa air tenaga surya.

Page 71: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman66 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Metode yang dilakukan adalah sebagai berikut: (a). Melakukan Identifikasi

Potensi Sumber Daya Air dengan memanfaatkan potensi sumber daya air yang

ada, (b) Mendesain pompa air tenaga surya berdasarkan informasi ketersediaan

dan kebutuhan air, beda tinggi antara sumber air dengan lahan (head), dan potensi

radiasi matahari yang akan ditangkap oleh panel surya telah dirancang pompa air

tenaga surya, (c) Mengalikasikan Pompa Air Tenaga Surya untuk Irigasi Tanaman

berupa Percobaan Lapang berupa Skenario Irigasi pada Tanaman Bawang Merah.

Lokasi yang dipilih adalah Dusun Kedungmiri, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri,

Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan di Kebun Percobaan (KP)

Muneng di Desa Muneng Kidul, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo.

Sumber air di Imogiri adalah dari sungai Oyo yang mengalir sepanjang tahun

sehingga sangat potensial untuk dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman.

Petani umumnya mengalirkan air ke lahan dengan menggunakan pompa hidran

berkekuatan 5,5 hp dengan debit rata rata 0,2 l/dt. Adapun di Muneng sumber air

dari sumur dangkal yang disalurkan ke lahan dengan menggunakan pompa

sentrifugal berkekuatan 24 pk (debit rata rata 10 l/dt) melalui saluran tertutup.

Luas Lahan yang dipergunakan adalah 407 m2, dengan komoditas bawang merah

varitas Bima dengan total 8 plot masing-masing ukuran 4 m x 3 m, varietas lokal

dengan total 8 plot masing-masing ukuran 4 m x 3 m. Dengan 4 plot petani

dengan varietas Bima dan 4 plot petani dengan varietas lokal. Perlakuannya

adalah jarak tanam dan verietas, jarak tanam terdiri dari 4 yaitu: 15 cm x 15 cm,

15 cm x 20 cm, 20 cm x 20 cm, 20 cm x 25 cm, adapun varietasnya ada 2 yaitu

Bima dan lokal. Waktu tanam tanggal 25 Oktober 2015. Masing-masing

perlakuan 2 ulangan. Pemberian air menggunakan impact sprinkler masing

masing dengan dosis 100 %; 85%, 70% dan 55% sesuai kebutuhan tanaman

berdasarkan perhitungan FAO (Doorembos and Pruitt 1977) (Gambar 42).

Kemudian sebagai pembanding terdapat perlakuan pengairan petani, dimana

pemberian irigasi sesuai kebiasaan petani dengan di leb dengan disiram sampai

tergenang. Dengan data input air tersedia yang dihitung berdasarkan hasil analisis

sampel fisika tanah. Perhitungan kadar air tanah telah dilakukan pada percobaan

aplikasi irigasi pada tanaman bawang merah yang diukur pada setiap fase

Page 72: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman67 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

pertumbuhan tanaman pada saat sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan irigasi

serta pada hari tidak diirigasi (Gambar 43).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan informasi ketersediaan

dan kebutuhan air, beda tinggi antara sumber air dengan lahan (head), dan potensi

radiasi matahari yang ditangkap oleh panel surya telah dirancang pompa air

tenaga surya. Komponen pompa air tenaga surya dibagi menjadi menjadi 5 yaitu:

(1) panel surya, (2) solar charge controller, (3) battery kering (accu), (4) inverter,

dan (5) pompa air. Spesifikasi pompa air tenaga surya (PRS) yang di pasang di

Imogiri dan Muneng disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Spesifikasi instalasi listrik panel surya pada pompa air tenaga surya

No Nama Imogiri, Bantul Muneng, Probolinggo

Spesifikasi instalasi listrik panel surya

1 Panel surya (wp/unit) 100/18 100/32

2 Solar charge control (Amp/unit) 20/5 20/8

3 MCB (Amp/unit) 20-30/2 20-50/9

4 Batery kering (Amp/volt DC/unit) 100/12/10 100/12/15

5 Inverter sinusoidal (vA/volt AC/unit) 6000/220/1 10.000/230/1

6 Pembagi listrik (unit) 1 yaitu 220 VAC 1 Phase

20 A

2 yaitu 220 VAC 1 Phase 20 A

dan 230 VAC 3 Phase 35 A

Kebutuhan Daya Listrik

1 Daya listrik terpasang (watt jam/Ah) 12.000/1.000 18.000/1.500

2 Kemampuan tenaga pembangkit unt

menghidupkan pompa (jam)

5 6

3 Water torn terisi penuh (jam) 1,5 Langsung

4 Lampu penerangan (watt) 5 5

5 Potensi luas target irigasi (ha) 1-2 5-6

Untuk PRS Imogiri, kemampuan tenaga pembangkit PRS yang terpasang

untuk Hasil desain pompa air tenaga surya di Imogiri, Bantul, Yogya

menunjukkan bahwa dengan kemampuan tenaga pembangkit yang terpasang

untuk menghidupkan pompa selama 5 jam dapat mengisi 6 kali tandon air dengan

volume 2.100 liter, sehingga volume air yang dapat di angkat oleh pompa air di

lokasi terpasang (potensi air) adalah 12.600 liter per hari yang rata-rata dapat

digunakjan untuk mengairi 4-5 ha lahan pertanian (Gambar 44). Adapun di

Page 73: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman68 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Muneng, Probolinggo, Jatim dengan total head pompa 25 meter, suction 4 meter,

pipa hisap 2,5 inchi, pipa dorong 2 inchi, maka debit yang dihasilkan 14,6

liter/detik atau volume air yang dapat di angkat oleh pompa air di lokasi terpasang

(potensi air) adalah 52.560 liter/hari yang dapat digunakan untuk mengairi lahan

6-8 ha (Gambar 45).

Gambar 42. Pemanfaatan pompa radiasi surya Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri,

Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Gambar 43. Desain irigasi impact sprinkler memanfatkan air dari

pompa air tenaga surya di Imogiri

Page 74: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman69 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 44. Pompa air tenaga surya di

Imogiri

Gambar 45. Pompa air tenaga surya

di Muneng

Hasil analisis dosis dan interval irigasi menunjukkan bahwa total

kebutuhan irigasi di lahan sebesar total 123,8 mm, total kebutuhan air diaplikasi

untuk mengairi tanaman bawang merah dengan teknik irigasi impact sprinkler

sebesar dalam interval irigasi masing-masing dua harian dengan rata-rata

pemberian 2,2-3,7 mm. Kadar air untuk perlakukan irigasi impact sprinkler relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan irigasi perlakuan petani.Tingginya kadar air

setelah irigasi mengindikasikan bahwa teknik irigasi impact sprinkler lebih efektif

dalam mendisitribusikan air baik secara horizontal (sekeliling pertanaman) dan

vertikal (ke bawah pertanaman). 7 Pertumbuhan tanaman bawang merah yang

direpresentasikan melalui tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan varietas

lokal dan Bima mempunyai rata-rata tinggi tanaman bawang merah lebih tinggi

dari perlakuan irigasi pola petani. Tinggi tanaman bawang merah pada teknik

irigasi impact sprinkler dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm, 15 cm x 20 cm, 20 cm

x 20 cm, 20 cm x 25 cm lebih tinggi dibandingkan dengan pola petani. Tinggi

tanaman tertinggi sebesar 38,5 cm dicapai pada perlakuan varietas Bima dengan

jarak tanam 15 cm x 15 cm, sedangkan yang terpendek varietas lokal pola petani .

Jumlah umbi bawang merah rata-rata pada masing-masing jarak tanam untuk

varietas lokal dan Bima rata-rata berkisar 5-7 biji, tetapi untuk varietas Bima

terdapat tanaman yang mempunyai jumlah umbi 8 biji. Bobot bawang merah total

pada varietas Bima lebih banyak dibandingkan varietas lokal, bobot per plot

terbanyak pada varietas lokal adalah pada perlakuan jarak tanam 15 cm x 15 cm,

Page 75: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman70 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

kemudian diikuti masing-masing pada jarak tanam 15 cm x 20 cm, 20 cm x 25

cm, dan 20 cm x 20 cm, sedangkan bobot per plot tertinggi pada varietas Bima

adalah pada perlakuan jarak tanam 15 cm x 15 cm, kemudian diikuti masing-

masing pada jarak tanam 20 cm x 25 cm, 15 cm x 20 cm, dan 20 cm x 20 cm.

Bila dibandingkan dengan pola petani, maka bobot bawang merah varietas Bima

dan lokal pada keempat jarak tanam masih lebih berat (Gambar 39-42).

Perhitungan efisiensi pompa menunjukkan bahwa dengan menggunakan pompa

radiasi surya dapat menghemat konsumsi BBM dari 140 liter menjadi 58 liter dan

biaya pembelian BBM dari Rp. 1.036.000,- menjadi Rp. 425.500, sehingga

terjadi penghematan 243%.

Adapun perhitungan emisi GRK yang dikeluarkan oleh petani/kelompok tani

untuk menghidupkan mesin pompa berbahan bakar bensin selama musim tanam

bawang merah di Imogiri sebesar 0,352 ton CO2.

(a) (b)

Gambar 46. Kadar air tanah pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman bawang

merah varietas lokal (b)

(a)

(b)

Gambar 47. Kadar air tanah pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman bawang

merah varietas Bima

Page 76: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman71 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

(a) (b)

Gambar 48. Bobot panen pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman bawang

merah varietas lokal

(a)

(b)

Gambar 49. Bobot panen pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman bawang

merah varietas Bima

Page 77: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman72 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

IV. DISEMINASI HASIL PENELITIAN

Pada tahun anggaran 2015, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi memiliki

RDHP Diseminasi Teknologi Penelitian Agroklimat dan Hidrologi yang terdiri

atas 3 kegiatan yakni: a). Diseminasi Teknologi Agroklimat dan Hidrologi; b).

Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air; dan c). Identifikasi Calon

Lokasi, Koordinasi, Bimbingan, dan Dukungan Teknologi UPSUS PJK, TSP,

TTP Komoditas Unggulan Kementan.

Diseminasi dan penyebaran hasil-hasil penelitian, Balitklimat dikemas

dalam berbagai bentuk penerbitan publikasi ilmiah semi popular seperti: Buletin

hasil penelitian agroklimat dan hidrologi, info agroklimat dan hidrologi, petunjuk

teknis, laporan tahunan Balai, leaflet, brosur, poster dan dokumentasi berupa CD

audio, informasi melalui website. Publikasi tercetak berupa tulisan ilmiah, ilmiah

populer atau laporan hasil penelitian merupakan media yang baik dan efektif

dalam penyebarluasan informasi hasil penelitian dan dimuat dalam website,

karena sifatnya dapat menjangkau pengguna yang tersebar luas di seluruh

Indonesia dan dunia internasional.

4.1. Diseminasi Teknologi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Kegiatan diseminasi dan penyebaran hasil-hasil penelitian lingkup Balitklimat,

dikemas dalam berbagai bentuk penerbitan publikasi ilmiah semi popular seperti:

(Buletin hasil penelitian agroklimat dan hidrologi, laporan berkala info agroklimat

dan hidrologi, petunjuk teknis, laporan tahunan Balai, leaflet, brosur, poster dan

dokumentasi berupa CD audio, informasi melalui website. Publikasi tercetak

berupa tulisan ilmiah, ilmiah populer atau laporan hasil penelitian merupakan

media yang baik dan efektif dalam penyebarluasan informasi hasil penelitian dan

dimuat dalam website, karena sifatnya dapat menjangkau pengguna yang tersebar

luas di seluruh Indonesia dan dunia internasional. Balitklimat dituntut untuk

senantiasa mengembangkan cara penyajian dan teknik penulisan, seiring dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan pengguna. Data dan

informasi agroklimat dan hidrologi serta teknologi pengelolaannya yang disajikan

dalam berbagai bentuk perlu didokumentasikan secara baik. Dokumentasi tersebut

Page 78: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman73 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

nanti menjadi sumber atau bahan referensi yang penting bagi pengguna. Hasil

penelitian perlu dikomunikasikan kepada para pengguna, dilakukan secara

langsung melalui seminar, lokakarya, dialog, pameran, ekspose. Selain itu juga

dapat dilakukan secara tidak langsung melalui penyebaran publikasi tercetak,

laporan, media elektronik (internet, radio, video, dll). Komunikasi digital melalui

internet dan promosi hasil penelitian melalui websiteyang dapat menjangkau

wilayah yang lebih luas dalam waktu yang singkat. Oleh sebab itu, pada tahun

anggaran 2015 Balitklimat terus melaksanakan dan melanjutkan editing dan

updating informasi terbaru website serta mengembangkannya dalam bentuk

online.

Tujuan jangka pendek adalah mempublikasikan hasil-hasil penelitian

agroklimat dan hidrologi agar dapat digunakan sebaik-baiknya oleh pengguna.

Melakukan komunikasi dan pelayanan prima hasil penelitian agroklimat dan

hidrologi kepada pengguna, meningkatkan komunikasi dan publikasi hasil

penelitian dengan berbagai stakeholder, dengan meningkatkan pelayanan

perpustakaan digital, sedangkan dalam Jangka panjangadalah meningkatkan

efisiensi dan efektivitas hasil penelitian, membangun jaringan dengan instansi

diluar Kementan, yang pada akhirnya dapat mempercepat adopsi dan penerapan

oleh pengguna.

Prakiraan dan dampak adalah terpublikasikan dalam bentuk publikasi

tercetak, terdiseminasikan dan terkomunikasikan melalui media pameran,

seminar, siaran radio dan website kepada pengguna, dan terdokumentasikan

dengan baik, diharapkan tersebar luasnya informasi hasil-hasil penelitian

agroklimat dan hidrologi, sehingga termanfaatkannya teknologi hasil penelitian

dan diperolehnya umpan balik dari pengguna. Dengan menyebarnya

teknologi/informasi hasil penelitian ke berbgai kalangan sehingga dapat

mempercepat proses alih teknologi. Informasi dan teknologi di bidang pertanian

dapat dikembangkan di lembaga-lembaga penelitian dan pendidikan, dan diacu

oleh para pengguna untuk mengambil keputusan strategis di pusat dan daerah.

4.1.1. Penerbitan Laporan Tahunan

Pada tahun anggaran 2015, diterbitkan laporan tahunan Balai yang merupakan

laporan pelaksanaan kegiatan Balitklimat tahun anggaran sebelumnya (TA. 2014).

Page 79: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman74 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Pada tahun anggaran 2014 Satker

Balitklimat melakukan kegiatan yang

direalisasikan dalam 5 RPTP,5 RKTM, dan 4

RDHP yang dibiayai melalui DIPA TA 2014

dandidukung oleh 1 kegiatan penelitian kerjasama

dengan Badan Penelitian dan Pengeembangan

Pertanian Kementerian Pertanian dan 2 kegiatan

penelitian kerjasama dengan luar negeri terkait

dengan pengelolaan sumber daya iklim

dan air.

Kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi meliputi 4

kegiatan, yaitu: (1). Diseminasi Teknologi Penelitian Agroklimat dan Hidrologi,

(2) Pengembangan Website dan Perpustakaan Digital Agroklimat, (3) Visitor Plot

Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air, dan (4) Model Diseminasi Katam Terpadu

dan Teknologi Pengelolaan Air. Khusus kegiatan Diseminasi Teknologi Penelitian

Agroklimat dan Hidrologi meliputi 2 sub kegiatan, yaitu Komunikasi dan

Publikasi Hasil Penelitian serta Pelayanan Jasa Penelitian.

Buletin dan Info hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berdasarkan SK Ka

Balitklimat Tahun 2015

1. Info Agroklimat bulan Februari 2015; adalah Penggunaan Perunut Hidrologis Untuk

Karakterisasi Sumber Air di Daerah Aliran Sungai (oleh Dr. Nani Heryani).

2. Info Agroklimat bulan April 2015 : berjudul Dam Parit Bertingkat (Channel

Reservoir In Cascade) Untuk Antisipasi Kekeringan Oleh Dr. Nani Heryani

3.Info Agroklimat bulan Juni 2015 berjudul Penelitian dan Pengembangan Pompa

Air Tenaga Surya untuk Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Air (Studi

lapang Purabaya, Imogiri dan Playen)

4.Info Agroklimat bulan Agustus 2015 ; berjudul Monitoring cepat (Quick

Assessment) menggunakan HandPhone berbasis Android oleh Haryono.

SP.,MM dan Fadhlullah Ramadani S.Kom., M.Sc

5.Info Agroklimat Bulan Oktober 2015 ; berjudul Instalasi Irigasi pada HPS ke-35

di Gelar Teknologi Pertanian, Jakabaring Palembang, Sumatera Selatan

Gambar 50. Buku laporan tahunan 2014

Page 80: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman75 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 51. Info agroklimat dan hidrologi

Pemasyarakatan Hasil Penelitian

Kegiatan pemasyarakatan hasil pertanian dilakukan oleh Balai sendiri atau

oleh Instansi lain, sebagai narasumber, antara lain Balai Diklat Pelatihan Pertanian

atau pelatihan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Seminar Rutin

Selama tahun 2015, Seminar rutin yang diadakan oleh Peneliti maupun

Mahasiswa yang magang.

Seminar mahasiswa PKL dari Universitas Andalas, Padang (06 Februari

2015)

Pada Tahun 2015 Satker Balitklimat menerima Mahasiswa PKL (Praktek

kerja lapang), dari Universitas Andalas Padang Sumatera Barat, sebanyak 7

mahasiswa, berdasarkan surat permintaan dari Ketua Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Unand no 790/UN.I6.11/TEP/2014, tanggal 8

Desember 2014

Page 81: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman76 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 52. Mahasiswa dari Univ Andalas sedang PKL di Balitklimat

Seminar mahasiswa PKL dari Institut Pertanian Bogor 10 April 2015

Seminar rutin Balitklimat kali ini berlangsung pada hari jum’at 10 April

2015, dimulai pukul 09:00 bertempat di Ruang Rapat Balitklimat lantai 2. Sebagai

akhir dari PKL Mahasiswa IPB yang telah dilaksanakan selama 2 bulan.

Gambar 53. Suasana Seminar Mahasiswa PKL dari IPB di Balitklimat

Seminar PKL Mahasiswa Universitas Brawijaya, 4 Desember 2015

Gambar 54. Mahasiswa UB sedang presentasi di Balitklimat

Page 82: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman77 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Partisipasi Kegiatan Pameran

Sampai dengan akhir tahun 2015, partisipasi kegiatan pameran yang telah

diikuti oleh Balitklimat adalah, sebagai berikut:

"5th Indonesia Climate Change; Education Forum and Expo”, 14-17 Mei 2015

Gambar 55. Pameran Perubahan Iklim di Jakarta

Kickoff Program Nasional Pengembangan 100 Taman Sains dan Teknologi

di Bandung Techno Park”, 7 Mei 2015

Pada Kamis 7 Mei 2015, telah dilaksanakan Kickoff Program Nasional

Pengembangan 100 Taman Sains dan teknologi, yang bertempat di Bandung

Techno Park, Jl Telekomunikasi Bandung, di hadiri dari berbagai Kementerian

antara lain Kementerin Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, BATAN,

LIPI, BPPT, Kemeneterian Industri, Pemerintah Kabupaten Kota dan Perguruan

Tinggi.

Gambar 56. Beberapa Pejabat Balitbangtan berfoto didepan katam dan AWS

Page 83: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman78 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Teknologi Irigasi Hadir di HPS ke 35, 17-22 Oktober 2015

Gambar 57. Spanduk Selamat Datang di HPS Palembang

Kunjungan Tamu ke Balai Penelitian Agroklimat dan hidrologi

Selama Tahun 2015, kunjungan ke Balitklimat baik studi Banding maupun

magang, adalah sebagai berikut :

Gambar 58. Grafik Kunjungan Tamu ke Balitklimat TA 2015

Page 84: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman79 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Menteri Pertanian Meninjau Ruang Operasional Katam Terpadu. Bogor, 7

April 2015

Gambar 59. Suasana Kunjungan dadakan Menteri Pertanian di Ruang Katam

Kunjungan Delegasi Land Development Department (LDD) Thailand, 26 Mei

2015

Gambar 60. Suasana saat kunjungan tamu dari LDD Thailand

Field Trip Forum Komunikasi Kelitbangan Kementan ke Balitklimat, 4 Juni 2015

Gambar 61. Suasana Diskusi peserta FKK Kehumasan Kementan di RO Katam

Page 85: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman80 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Kunjungan MAFC Tanzania ke Balitklimat, 24 Juni 2015

Gambar 62. Peserta dari Tanzania di RO Katam dan depan Poster

Kunjungan Mahasiswa Program Studi Budidaya Tanaman Pangan,

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH SUMATERA

BARATKe Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Bogor, 12 November

2015

Gambar 63. Rombongan mahasiswa Politeknik berfoto di RO Katam

Update Website

Update Website selama tahun 2015 sudah dilakukan 12 kali, materi yang di update

adalah sbb ; (Lengkapnya ada di Website Balitklimat)

Page 86: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman81 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 64. Penampilan Website Balitklimat tahun 2015

HKI (Hak Kekayaan Inteletual)

Selamat tahun 2015, proses HKI atau Hak Kekayaan Intelektual yang sudah

dilaksanakan adalah Hak Paten atas Alat AWS telemetri sudah diterima

sertifikatnya dengan Inventor Bapak Dr. Astu Unadi, Dr. Aris Pramudia dan Dipl.

Ing. E. Bayu Budiman, dengan nomor paten adalah IDP 00035180 tertanggal 19

Desember 2013, karena berbagai permasalahan baik teknis maupun non teknis

baru diterima pada tahun 2015, dan pada akhir tahun 2015, juga Royalti AWS

untuk Peneliti sudah diterima dengan nilai uang sebanayak Rp 16.800.000,- yang

diserahkan langsung oleh Bapak Ka Badan Litbang Dr. M Syakir di Sekretariat

Badan Litbang Jakarta. HKI Hak Cipta, pada tahun 2015, telah menerima

sertifikat sebanyak 17 HKI yang diusulkan untuk Atlas Kalender tanam, dan

dalam proses pengusulan HKI, yaitu Aplikasi Web Kalender tanam Terpadu Versi

1.0. dan Desain Pengelolan Air di 21 KP yaitu; KP Aripan; KP Asembagus; KP

Bajeng; KP Cukurgondang; KP Kraton; KP Laing; KP Manoko; KP Margahayu;

KP Maros; KP Pakuwon; KP Sandubaya; KP Subang; KP Sumani; KP Taman

Bogo; KP Tlekung; KP Banjarbaru; KP Cimanggu; KP Kima Atas; KP Pandean;

KP Pandu dan KP Segunung.

Page 87: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman82 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 65. HKI Hak Cipta Web Katam dan Cover Desain Pengelolaan Air KP

4.2. Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air

Dalam peningkatan produksi tanaman hortikultura, aspek cuaca dan iklim

memegang peranan yang cukup penting karena hampir semua aspek pertanian,

mulai dari pemilihan jenis tanaman, pola tanam, teknik budi daya dan

perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit dipengaruhi oleh iklim dan

cuaca. Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan kondisi

iklim mikro yang sesuai dalam budi daya tanaman adalah pertanian rumah kaca

(greenhouse farming) atau pertanian rumah kasa (screenhouse farming). Rumah

kasa dapat memfasilitasi dan mengontrol kondisi lingkungan yang dibutuhkan

oleh tanaman, melindungi tanaman dari curah hujan yang tinggi dan kelebihan

intensitas cahaya. Budi daya tanaman dalam rumah kasa adalah salah satu teknik

budi daya dengan cara memodifikasi iklim mikro untuk mendorong pertumbuhan

dan perkembangan tanaman. Teknologi ini dapat menghasilkan produksi yang

berkualitas, karena iklim mikro dapat dimodifikasi dan pemberian hara dapat

diatur sesuai kebutuhan tanaman. Data iklim dan hidrologi dimanfaatkan sebagai

dasar untuk pengelolaan air dan modifikasi iklim mikro tanaman hortikultura.

Pengelolaan air dilakukan untuk peningkatan akurasi pemberian irigasi tanaman

sehingga pemanfaatan air lebih efesien.

Dalam pengembangan dan pelaksanaan kegiatan dilakukan tahapan

sebagai berikut: 1). tahapan kegiatan dalam otomatisasi irigasi dan iklim mikro

terkendali dan 2). perancangan dan pengembangan model KRPL, dalam

kegiatannya merupakan implementasi sistim irigasi otomatik pada tanaman

Page 88: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman83 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

KRPL. Pada tahun 2015 ini Kegiatan Visitor Plot lebih di titik beratkan pada

pelengkapan instrumentasi irigasi otomatik dan inovasi penggunaan tenaga surya

untuk kepentingan energi terbarukan, dikarenakan pelaksanaan renovasi bangunan

kantor BALITKLIMAT.

Direncanakan pada tahun 2016, Visitor Plot juga akan mengembangkan

Datta Logger sebagai intrumentasi kontrol kondisi lingkungan iklim mikro dan

hidrologi untuk aplikasi irigasi otomatik.

Otomatisasi Irigasi

Penggunaan sensor kelembaban tanah, sistem waktu dan kontroler untuk

mengontrol dan mejalankan sistem irigasi otomatik di BALITKLIMAT. Kontroler

yang digunakan untuk membaca keluaran sensor kelembaban tanah adalah

kontroler MT4W keluaran Autonics juga di gunakan dan dicoba keluaran dari

National Control Device (NCD). Tipe kontroler MT4W diseting langsung di

lokasi. Informasi kadar air tanah digunakan sebagai parameter dalam pemberian

irigasi.

Air yang diberikan kepada tanaman dikendalikan secara terukur dan pasti.

Dalam implentasi sistim irigasi untuk tanaman KRPL dalam kegiatan visitor plot

tahun 2015 menggunakan model sistim irigasi waktu dan model sistim irigasi

sensor. Dalam pengembangan kombinasi model sistim irigasi waktu dan sensor di

buat sistim irigasi yang keluarannya menjadi model sistim irigasi dosis, yaitu air

yang diberikan sudah dalam volume air yang dibutuhkan oleh tanaman

berdasarkan kebutuhan air tanaman dan debit nosel irigasi yang digunakan.

Pelengkapan instrumen irigasi dosis air dilakukan pada tahun 2015 dan

aplikasinyan tahun 2016.

a) Sistem pemberian air berdasarkan waktu

KRPL di BALITKLIMAT, penyiraman tanaman dalam pot dilakukan dengan

menggunakan sistem berdasarkan waktu. Pada sistem waktu, air irigasi untuk

penyiraman diberikan berdasarkan penyetingan jadwal waktu pemberian air.

Jadwal penyiraman untuk tanaman KRPL BALITKLIMAT dilaksanakan tiga kali

dalam sehari yaitu pada jam 08.00, Jam 12.00 dan jam 16.00 dengan lama

penyiraman masing-masing 5, 7 dan 5 menit.

Page 89: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman84 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

b) Sistem pemberian air berdasarkan sensor

Pada sistem kedua adalah sistem pemberian irigasi untuk menyiram

tanaman dengan penggunaan sensor kebasahan tanah atau kelembaban tanah.

Sistem ini dikembangkan untuk pemberian air agar lebih efisien.Sistem

merupakan pengembangan dari teknik pemberian air irigasi dengan sistem waktu

ke sistem sensor.Kontroler dapat di atur berdasarkan nilai kapasitas lapang air.

Dalam sistem ini, air untuk menyiram tanaman telah menggunakan campuran

nutrisi untuk tanaman dengan kandungan nutrisi 2%. Pemberian air irigasi dengan

sistem sensor memiliki keunggulan yaitu air tidak akan diberikan jika kondisi

tanah masih basah dan masih cukup air untuk aktivitas tanaman. Penyetingan nilai

kontroler untuk pemberian irigasi dilakukan dengan mengetahui kapasitas lapang

air (Field Capacity) dari media tanaman atau tanah yang digunakan.Kontroler

berfungsi membaca sensor kelembaban tanah kemudian mengatur nilai

kelembabanya. Nilai kelembaban angka di layar monitor kontroler dibaca dalam

satuan nilai kering. Kontroler dapat diseting nilai tertinggi dan terendah untuk

dapat menyalakan dan mematikan keran elektrik (solenoid). Dengan nilai seting

tertinggi dan terendah maka air dapat diatur berdasarkan kebutuhan tanaman.

Gambar 66. Controller, probe sensor dan aplikasi sensor dalam pot

Page 90: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman85 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 67. Sistem irigasi berdasarkan sensor kelembaban tanah

c) Sistem pemberian air berdasarkan Dosis Irigasi

Sistem pemberian air irigasi berdasarkan sensor dibuat dan di

implementasikan di KRPL BALITKLIMAT yakni sistem pemberian air irigasi

berdasarkan dosis.Sistem pemberian air berdasarkan dosis ini adalah kombinasi

pemakaian kontroler yang menggunakan sensor dan waktu. Pemberian

berdasarkan dosis sangat efisien dibandingkan dengan jenis lainnya.Dosis

pemberian berdasarkan indikator kebasahan tanah dan kebutuhan sesuai tanaman

yang ditanam.

Dosis irigasi dapat diberikan sekali pemberian penyiraman untuk 2-3 hari.

Dengan bantuan sistem panel surya digunakan sebagai tenaga listrik untuk

mejalankan istrumentasi irigasinya. Mulai tahun 2016 akan dikembangkan sistem

pemberian dosis irigasi berdasarkan indikator kebasahan tanah dan kuat cahaya

atau PAR (Photosyntethically Active Radiation). Sistem-sistem ini dapat di

implementasikan di KRPL, Rumah Kaca dan kebun.

Page 91: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman86 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 68. Panel surya sebagai tenaga listrik untuk irigasi

Gambar 69. Sistim irigasi otomatik dengan keluaran dosis pemberian air

Jenis-jenis output nosel air untuk irigasi

Air dialirkan melalui pipa-pipa tersier agar dapat mencapai pot-pot atau lahan

yang berisi tanaman digunakan nosel-nosel irigasi. Nosel ini berfungsi sebagai

pengeluaran air untuk penyiraman agar seragam dalam pemberian dosisnya.Irigasi

dalam kegiatan visitor plot yang dikembangkan dan digunakan di Balitklimat

untuk penyiraman tanaman dalam pot atau lahan diantaranya, sebagai

berikut:Regulating stick, Singel piece jet (spray jet), Shrubbler, PC emitter,

Stream line, Sprinkler, dll.

Nosel tersebut sangat ideal digunakan dilihat dari segi praktis, dosis air

dan harga yang terjangkau. Penggunaan nosel-nosel untuk menyiram tanaman

Page 92: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman87 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

dalam pot sangat penting dipertimbangkan dalam merancang sistim irigasi

otomatik.

Jaringan pipa irigasi

Jaringan pipa irigasi di sekitar gedung BALITKLIMAT akanditata kembali pada

kegiatan tahun 2016. Mengotomatisasi jaringan irigasi diperlukan peralatan

diantaranya pompa air, pipa pvc, fiting pvc, selang LDPE, nosel-nosel irigasi,

keran elektrik dan kontroler sebagai pengatur. Kontroler berfungsi sebagai kendali

dalam mengatur membuka dan menutup keran elektrik. Kontroler bisa

menggunakan sistem waktu atau menggunakan sistem sensor suhu tanah,

kelembaban tanah dan sebagainya. Dalam kontroler sistem waktu untuk setiap

blok dipasang satu keran elektrik untuk mengontrol aliran air saat penyimanan

dalam satu jaringan irigasi. Dipasaran paling banyak hanya tersedia 6-8 blok

sistem keran eletrik untuk membuka dan menutup keran elektrik dengan satu

master keran elektrik untuk mengatur aliran air utama menuju ke setiap blok.

Jaringan irigasi yang ideal untuk lingkungan KRPL adanya sumber air,

tangki air (water torn), pompa hisap, pompa tekan, jaringan pipa atau selang

LDPE (Low Density Propyl Etylene) dan sistim kontroler otomatik. Jaringan

untuk mengantarkan air penyiraman menuju setiap pot tanaman menggunakan

pipa pvc dan LDPE ini kemudian dalam pembagiannya dipasang keran elektrik

untuk setiap blok tanaman yang akan disiram. Keran elektrik diatur membuka dan

menutupnya menggunakan kontroler sistem waktu atau sistem sensor. Balitklimat

mengembangan sistem sensor kelembaban tanah dengan penggunaan gypsum

sebagai media sensornya.

Media Tanam

Media tanam yang digunakan dalam pot visitor plot berupapupuk kandang (sapid

an kambing), sekam padi dan tanah dengan perbandingan 3:2:1. Pemberian pupuk

buatan NPK majemuk dengan kandungan NPK 15:15:15 sesuai dengan komoditas

yang ditanam. Pupuk kandang diberi EM4 untuk mempercepat dekomposisi

(diperam selama 20 hari). Media kemudian di disterilkan dari jamur dengan cara

memasak atau menggunakan uap air panas mendidih dalam tabung dan diberi

tekanan melalui kompresor dan uap panas dialirkan melalui pipa anti panas yang

Page 93: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman88 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

telah diberi lubang, atau media dimasukan drum kemudian di panaskan. Pipa

berlubang yang mengalirkan uap panas tersebut di benam dengan media tanam

dan media kemudian di tutup terpal plastik. Media dibiarkan sampai menjadi

panas karena uap air.

Media campuran hasil pemasakan tersebut kemudian dimasukan dalam pot

atau polibag dan lima hari kemudian segera ditanam bibit yang sebelumnya sudah

disediakan.

Jenis Tanaman

Komoditas tanaman yang ditanam dikawasan KRPL perkantoran Balitklimat dan

Rumah kasa Balitklimat umumnya tanaman hortikultura, 18 jenis sayuran ditanam

di KRPL BALITKLIMAT. Jenis sayuran adalah sebagai berikut:

Sawi, Pakcoy, bayam, kangkung darat, tomat, terong ungu, terong putih, terong

bulat, cabai rawit, cabai merah, pepaya, bengkuang dan juga ditanam melon dan

cabai paprika di rumah kasa.

Kebutuhan Air Tanaman

Untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, diperlukan penyiraman secara periodik

dan terukur sehingga tanaman menjadi sehat dan dapat berprodroduksi

menghasilkan produk yang baik. Data yang diperlukan adalah data koefisien

tanaman yang ditanam dan data evapotranspirasi total (ETo) dari perhitungan

parameter iklim. Data iklim didapat dari stasiun iklim AWS (Automatic Weather

Station) Cimanggu.

Untuk menentukan kebutuhan air tanaman secara efektif, efisien dan

ekonomis di hitung terlebih dahulu kebutuhan air untuk tanaman yang di tanam.

Kebutuhan air tanaman dihitung dari koefisien tanaman (Kc), epavotransvirasi

total (Eto) dan luasan lahan yang ditanami tanaman sehingga kebutuhan air yang

digunakan terukur. Sebagai contoh kebutuhan air tanaman cabai berdasarkan

perhitungan koefisien tanaman dan ETP dari parameter-parameter data iklim

(Gambar 63).Perhitungan kebutuhan air tanaman merujuk pada FAO Irrigation

and Drainage Paper No 56, Crop Evapotrasnpiration - Guidelines for computing

crop water requirements.

Page 94: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman89 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tabel 13. Kebutuhan air per hari untuk setiap fase pertumbuhan tanaman cabai pada

dua perlakuan pemberian air 60% dan 80% kebutuhan tanaman

Fase Pertumbuhan

Panjang Fase

Pertumbuhan

Tanaman (Hari)

ETo

(mm/hari

)

Kc ETc

(mm/hari) Etc-80% Etc-60%

Fase Vegetatif I

(Inisiasi) 10 5.8 0.5 2.9 2.3 1.7

Fase Vegetatif II 25 5.8 0.8 4.6 3.7 2.8

Pembungaan 10 5.8 1.1 6.4 5.1 3.8

Pembentukan Biji 10 5.8 0.9 4.9 3.9 3.0

Pemasakan Biji 10 5.8 0.6 3.5 2.8 2.1

Jumlah hari 210

Jumlah Minggu 30

Gambar 70. Contoh kebutuhan air tanaman cabai untuk setiap fase di KRPL

BALITKLIMAT berdasarkan perhitungan koefisien tanaman dan

ETP

Data Iklim

Data iklim sangat diperlukan untuk kegiatan KRPL di BALITKLIMAT sebagai

acuan untuk menghitung kebutuhan air tanaman. Data iklim diperoleh dari stasiun

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Fase Vegetatif I (Inisiasi/Initial)

Fase Perkembangan (Development)

Fase Pertengahan (Mid Season)

Fase lambat (Late)

100%

80%

60%

40%

25%

mm

Air

Page 95: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman90 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

iklim cimanggu, parameter data iklim yang diperoleh adalah curah hujan,

kelembaban udara, suhu udara, radiasi matahari, kecepatan angin dan arah angin.

Data dibutuhkan untuk menghitung evapotranspirasi. Data iklim rata-rata bulanan

stasiun data iklim Cimanggu disajikan pada tabel di bawah ini.

Gambar 71. Pola curah hujan dan ETP stasiun iklim Cimanggu rerata 2000-2007

dan tahun 2015

Tabel 14. Data iklim Stasiun Cimanggu rata-rata dari tahun 2000-2007

Bulan Suhu udara (

oC) Kelembaban udara (%)

Curah

hujan

Kec.

Angin

Radiasi

surya Etp

Min. Maks. Rerata Min. Maks. Rerata mm m/detik MJ/m2 mm

Januari 19.6 27.6 23.6 51 83 72 399 0.7 12.31 3.0

Februari 19.5 26.9 23.2 55 85 75 346 0.6 11.55 2.7

Maret 19.8 28.2 24.0 49 84 71 342 0.7 13.80 3.2

April 20.7 29.9 25.3 49 88 74 434 0.7 14.38 3.3

Mei 22.8 32.7 27.7 53 96 80 354 0.9 15.69 3.6

Juni 22.2 32.2 27.2 51 94 77 323 0.9 14.98 3.4

Juli 22.1 32.3 27.2 48 93 75 213 1.0 15.75 3.6

Agustus 21.1 31.8 26.5 41 87 68 142 1.1 16.95 4.0

September 22.1 33.4 27.8 38 87 71 235 1.0 17.91 4.2

Oktober 22.6 33.5 28.0 45 92 74 390 1.2 17.33 4.4

Nopember 22.7 32.6 27.7 53 95 79 438 1.1 15.70 3.9

Desember 23.3 30.6 26.9 55 94 80 369 0.9 14.64 3.6

Jumlah 3985 10.8 180.96 42.9

Rerata 21.6 31.0 26.3 49 90 75 332 0.9 15.08 3.6

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

0

100

200

300

400

500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

CH-2000-2007 CH 2015 ETP 2000-2007 ETP 2015

Page 96: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman91 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tabel 15. Data bulanan iklim Stasiun Cimanggu tahun 2015

Bulan Suhu udara (

oC) Kelembaban udara (%)

Curah

hujan

Kec.

Angin

Radiasi

surya Etp

Min. Maks. Rerata Min. Maks. Rerata mm m/detik MJ/m2 mm

Januari 22.1 30.3 25.0 61 100 86 283 0.3 12.19 3.2

Februari 22.0 29.8 24.9 63 101 87 397 0.4 11.22 3.0

Maret 22.2 31.7 25.7 53 99 82 357 0.4 13.63 3.6

April 22.7 31.9 26.0 55 101 84 298 0.4 12.91 3.4

Mei 22.5 32.9 26.6 47 99 78 268 0.4 13.83 3.7

Juni 22.5 33.1 26.8 45 95 74 59 0.3 13.26 3.5

Juli 21.9 33.5 26.7 38 92 69 97 0.5 14.34 3.8

Agustus 22.1 33.4 26.8 39 90 69 38 0.6 15.26 4.0

September 21.8 34.3 26.9 33 89 65 93 0.6 16.15 4.3

Oktober 22.4 34.7 27.3 33 90 67 255 0.4 15.97 4.2

Nopember 22.6 33.5 26.4 47 99 81 74 0.2 14.93 4.0

Desember

Jumlah 2219 153.68 40.8

Rerata 22.3 32.6 26.3 47 96 77 202 0.4 13.97 3.7

Pendampingan Teknologi

Selain melaksanakan diseminasi pada visitor plot di BALITKLIMAT, dilakukan

pendampingan untuk menginstalasi mikro irigasi di lokasi hari pangan sedunia

yang dilaksanakan di Jaka Baring-Palembang, Sumatera Selatan pada bulan Juli

2015.

Gambar 72. Instalasi irigasi otomatik pada lokasi HPS ke 35 diJaka Baring

Palembang, Sumatera Selatan

Page 97: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman92 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

4.3. Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan, dan Dukungan

Teknologi UPSUS PJK, TSP, TTP Komoditas Unggulan Kementan

Menindaklanjuti arahan Presiden RI pada sidang Kabinet Paripurna tanggal 3

November 2014, ditegaskan bahwa agar pencapaian swasembada padi, jagung,

dan kedelai dapat dicapai dalam waktu sesegera mungkin. Dalam upaya

pencapaian swasembada padi, jagung, dan kedelai maka, Kementerian Pertanian

menindaklanjuti denganmelaksanakan program upaya khusus (UPSUS) sebagai

berikut: (1) Optimasi lahan melalui bantuan sarana produksi (benih, pupuk, dan

alat mesin pertanian) pada akhir tahun 2014, (2) Perbaikan jaringan irigasi serta

bantuan sarana produksi melalui Refocussing APBN TA. 2015, dan (3) Perbaikan

jaringan irigasi dan kegiatan pendukung melalui APBN-Perubahan Tahun 2015.

Untuk mendukung upaya tersebut perlu melakukan identifikasi calon lokasi,

koordinasi, bimbingan, dan dukungan teknologi upaya khusus agar tercapai

peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai minimal 10% dari capaian

produksi tahun sebelumnya.

Taman Teknologi Pertanian (TTP) merupakan suatu kawasan untuk

menerapkan berbagai teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan

pengolahan hasil (pasca panen) yang telah dikaji oleh berbagai LPNK, universitas

pemerintah/ swasta, untuk diterapkan dalam skala ekonomi, yang juga berfungsi

sebagai tempat pelatihan dan pusat transfer teknologi ke masyarakat luas. Fungsi

TTP adalah sebagai pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan,

perikanan, dan pengolahan hasil (pasca panen) yang telah dikaji oleh lembaga

penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi dan

tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi

bisnis ke masyarakat luas. Sedangkan Taman Sains Pertanian (TSP) berfungsi

sebagai: (1) penyedia pengetahuan terkini oleh dosen universitas setempat,

peneliti dari lembaga litbang pemerintah, dan pakar teknologi yang siap

diterapkan untuk kegiatan ekonomi; (2) penyedia solusi-solusi teknologi yang

tidak terselesaikan di Techno Park; dan (3) sebagai pusat pengembangan aplikasi

teknologi lanjut bagi perekonomian lokal.

Guna mendukung TTP dan TSP perlu melakukan identifikasi calon lokasi,

koordinasi, bimbingan, dan dukungan teknologi di lokasi TTP dan TSP.

Page 98: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman93 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Koordinasi, bimbingan, dan dukungan teknologi yang dilakukan melalui kegiatan

yang difokuskan antara lain pada: (1) pemetaan keragaan jaringan irigasi melalui

Refocusing APBN TA. 2015 dan kegiatan identifikasi potensi dan distribusi

curah hujan, (2) pemetaan potensi masa tanam, (3) pemetaan sentra produk padi,

jagung, dan kedelai, (4) monitoring ketersediaan air di daerah irigasi, waduk, dan

bendung, pemetaan wilayah layanan irigasi, (5) survei, investigasi, dan desain

irigasi tersier melalui APBN-Perubahan Tahun 2015, dan (6) pendampingan

dalam pengembangan inovasi teknologi pengelolaan iklim dan air pada kawasan

TSP dan TTP.

Adapun lokasi UPSUS adalah di Sumatera Utara, Sumatera Seltan, Jawa

Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara

Timur, dan Maluku Utara. Sedangkan lokasi TSP adalah di Jawa Barat, Jawa

Tengah, Kalimantan Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.

Sedangkan lokasi TTP adalah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan

Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku.

Pada tahun 2015, kegiatan ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi calon

lokasi di lokasi UPSUS, TTP dan TSP; (2) Melakukan koordinasi, bimbingan, dan

dukungan teknologi di lokasi UPSUS, TTP dan TSP.

Kegiatan ini mengkombinasikan kegiatan identifikasi, koordinasi,

bimbingan, dan dukungan teknologi. Kegiatan dilaksanakan melalui identifikasi,

koordinasi, dan dukungan teknologi untuk pelaksanaan: (1) pemetaan keragaan

jaringan irigasi melalui Refocussing APBN TA. 2015 dan kegiatan identifikasi

potensi dan distribusi curah hujan, (2) pemetaan potensi masa tanam, (3)

pemetaan sentra produksi padi, jagung, dan kedelai, (4) monitoring ketersediaan

air di daerah irigasi, waduk, dan bendung, pemetaan wilayah layanan irigasi, (5)

survei, investigasi, dan desain irigasi tersier melalui APBN-Perubahan Tahun

2015, dan (6) pendampingan dalam pengembangan inovasi teknologi pengelolaan

iklim dan air pada kawasan TSP dan TTP.

Kegiatan pendampingan dan pengawalan ini dilaksanakan pada tahun 2015

melalui beberapa tahapan, yaitu: persiapan, identifikasi, pembimbingan dan

dukungan teknologi.

Page 99: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman94 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Survey pemetaan keragaan jaringan irigasi dan desain irigasi tersier

dilakukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Survey bertujuan untuk

menentukan calon lokasi implementasi infrastruktur sumber air irigasi

suplementer mengatasi daerah endemik kekeringan.

Survey lokasi calon implementasi embung/long storage di Kabupaten

Indramayu dilakukanoleh Tim terpadu yang terdiri dari Dinas Pertanian Kab.

Indramayu, Kodim 0616 Indramayu, Ditjen PSP dan Balitbangtan. Tim telah

mengidentifikasi 9 lokasi potensial di 6 Kecamatan di Kabupaten Indramayu

yaitu: Indramayu, Sindang, Losarang, Gabus Wetan, Trisi dan Kroya.

Lokasi yang direkomendasikan untuk tindak lanjut implementasi

pengembangan infrastruktur sumber irigasi suplementer adalah: Dam Parit di

desa (Temiyang, Kec. Kroya; Puntang, Kec. Losarang; Rambatan Wetan Kec.

Sindang; Rancahan Kec. Gabus Wetan.

Hasil survei menunjukkan bahwa, di Kab Cirebon terdapat 21 embung

yang memiliki sumber air utama dari curah hujan, dan saat ini sebagian besar

embung dalam kondisi kering karena sudah berhari-hari tidak mendapat suplai air.

Selanjutnya survey dilakukan pada 2 calon lokasi long storage yang terletak di

bagian utara Kabupaten Cirebon yakni long storage di desa Surakarta Kec.

Suranenggala dan desa Suranenggala Lor dan Suranenggala Kidul, Kec.

Suranenggala.

Telah dilakukan pendampingan dan pengawalan pelaksanaan kegiatan

melalui dukungan teknologi pengelolaan iklim dan air di kawasan TSP dan

TTPmelalui : (1) pemetaan keragaan jaringan irigasi melalui Refocussing APBN

TA. 2015 dan kegiatan identifikasi potensi dan distribusi curah hujan, (2)

pemetaan potensi masa tanam, (3) pemetaan sentra produk padi, jagung, dan

kedelai, (4) monitoring ketersediaan air di daerah irigasi, waduk, dan bendung,

pemetaan wilayah layanan irigasi, (5) survei, investigasi, dan desain irigasi tersier

melalui APBN-Perubahan Tahun 2015, dan (6) pendampingan dalam

pengembangan inovasi teknologi pengelolaan iklim dan air pada kawasan TSP

dan TTP.

Hasil survei pemetaan keragaan jaringan irigasi dan desain irigasi tersier

yang dilakukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon telah menghasilkan calon

Page 100: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman95 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

lokasi implementasi infrastruktur sumber air irigasi suplementer untuk mengatasi

daerah endemik kekeringan. Selain itu telah dihasilkan calon lokasi implementasi

embung/long storage di Kabupaten Indramayu melalui survei yang dilakukan oleh

Tim terpadu yang terdiri dari Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Kodim 0616

Indramayu, Ditjen PSP dan Badan Litbang Pertanian. Tim telah mengidentifikasi

9 lokasi potensial di 6 Kecamatan di Kabupaten Indramayu yaitu: Indramayu,

Sindang, Losarang, Gabus Wetan, Trisi dan Kroya.

Telah dihasilkan titik-titik potensi air tanah dalam sebagai alternatif

sumber air irigasi di TTP Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, TTP

Banyubang, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, TTP Cikajang , Kabupaten

Garut, Jawa Barat.

Dukungan teknologi di lokasi TTP dan TSP untuk pengelolaan iklim dan

air telah dilakukan dengan menyusun desain pengelolaan air (eksploitasi air,

distribusi air, dan teknik irigasi) untuk pengembangan pertanian di lokasi TTP dan

TSP, menetapkan potensi waktu tanam dan kebutuhan air komoditas yang

dikembangkan, menjadi narasumber pada Temu Teknis dalam rangka evaluasi

kegiatan dan penyusunan desain pengembangan teknologi yang dilakukan di

masing-masing lokasi TSP dan TTP yaitu di: TTP Teurerubeh, Kecamatan Kota

Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Nangroe Aceh Darusalam, TTP Batilai,

Kecamatan Takisung dan Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut,

Kalimantan Selatan, TTP Terpadu Mandiri Telang, Kabupaten Banyuasin,

Sumatera Selatan, TTP Buyu Maranindi Lestari Desa Sulewana, Kabupaten Poso,

Sulawesi Tengah, TSP Windu Jaya, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, TSP Balai

Penelitian Serealia, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, TSP di Kebun Percobaan

Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Pendampingan UPSUS di Kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten

Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara untuk mengidentifikasikondisi jaringan

irigasi, bendung dan luas, area tanaman padi dalam rangka memberikan

rekomendasi optimalisasi pengelolaan iklim dan air mendukung swasembada

Padi, Jagung dan Kedelai.

Page 101: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman96 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

V. KEGIATAN PENUNJANG PENELITIAN

5.1. Pengelolaan Tata Usaha Perkantoran

Untuk meningkatkan kinerja institusi dalam rangka mendukung pelaksanaan

reformasi birokrasi dan transparansi pelaporan keuangan, perlu dukungan

akuntabilitas pelaporan dan pelaksanaan administrasi kepegawaian serta keuangan

yang akurat, cepat, efisien, dan efektif pada TA 2015 Balai Penelitian Agroklimat

dan Hidrologi, telah melakukan peningkatan sistem kinerja melalui kegiatan

Pengelolaan Tata Usaha dan Perkantoran.

Kegiatan Pengelolaan Tata Usaha Perkantoran terdiri dari 2 sub kegiatan

yaitu: 1). Pengelolaan Administrasi Keuangan, SAI dan BMN; 2). Pengelolaan

Administrasi Kepegawaian dan Sistem Manajemen Mutu. ISO 9001:2008.

5.1.1. Pengelolaan Administrasi Keuangan, SAI, dan SABMN

Pengelolaan Sistem Akuntansi Instansi

Sistim Akuntansi Keuangan Pengguna Anggaran (SAKPA) adalah kegiatan

penyelenggaraan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana,

termasuk transaksi pendapatan dan belanja yang berada dalam tanggung jawab

suatu instansi Pemerintah dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan

baik pelaksanaan anggaran maupun yang meliputi perencanaan penggunaan

anggaran dan perencanaan penerimaan negara bukan pajak. Setiap Instansi

pemerintah yang mendapatkan dana dari APBN maupun Pinjaman, wajib

menyusun dan menyampaikan laporan Sistem Akuntansi Instansi baik akuntansi

keuangan maupun akuntansi barang milik negara sebagai bentuk

pertanggungjawaban kepada publik.

Tujuan: 1) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang

kondisi anggaran dan kegiatan keuangan satuan kerja/instansi atau pemerintah

pusat, 2) Menyediakan informasi keuangan yang bisa dipercaya tentang posisi

keuangan instansi/satker atau pemerintah pusat, 3) menyediakan informasi

keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian

Page 102: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman97 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

kegiatan dan keuangan instansi/satker atau pemerintah pusat secara efektif dan

efisien.

Keluaran: 1) Keluaran dari Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran

(UAKPA); a. Laporan Realisasi Anggaran; b. Laporan Realisasi Belanja beserta

Laporan Realisasi Pengembalian Belanja baik yang melalui KPPN, BUN maupun

KPPN & BUN; c. Laporan Realisasi Pendapatan beserta Laporan Realisasi

Pengembalian Pendapatan baik yang melalui KPPN, BUN maupun KPPN &

BUN; d. Neraca dan Neraca Percobaan; e. Catatan atas Laporan Keuangan. 2)

Keluaran dari Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB); a. Buku

Inventaris (BI) Intrakomptabel dan Ekstrakomptabel; b. Kartu Inventaris Barang

(KIB) Tanah, Gedung, dan Alat Angkutan Bermotor; c. Daftar Inventaris Lainnya

(DIL); d. Daftar Inventaris Ruangan (DIR); e. Laporan BMN Semesteran dan

Tahunan; f. Laporan Kondisi Barang (LKB).

Hasil dari kegiatan pengelolaan administrasi keuangan dan pelaksanaan

anggaran TA 2015 adalah: Laporan realisasi anggaran 8 (delapan) output dengan

nilai input sebesar Rp. 16.096.599.000 yang terbagi dari 2 sumber dana yaitu:

APBN sebesar Rp. 15.524.072.000 dan Hibah sebesar Rp. 572.527.000 dan terdiri

dari: 1). Laporan Pengelolaan Satker dengan nilai input sebesar Rp.

654.699.000dan realisasi sebesar Rp. 652.121.100 atau 99.61%; 2). Layanan

Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium dengan nilai input sebesar Rp.

172.800.000,00 dan Realisasi sebesar Rp. 172.323.850 atau 99.72%.; 3). Laporan

Diseminasi Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan Pertanian dengan nilai

input sebesar Rp. 1.213.970.000,00 dan realisasi sebesar Rp. 1.212.579.670 atau

99.78%.; 4). Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dengan nilai input

sebesar Rp. 3.427.980.000,00 dan realisasi sebesar Rp. 3.415.586.275 atau

99.64%. 5). Layanan Perkantoran dengan nilai input sebesar Rp.

6.259.768.000dan realisasi sebesar 6.004.776.631 atau 96.03%.; 6). Pengadaan

perangkat pengolah data dan informasidengan nilai input sebesar Rp.

222.000.000. dan realisasi sebesar 218.456.000 atau 98.40%. 7). Pengadaan

Peralatan dan Fasilitas Perkantoran dengan nilai input sebesar Rp.

150.000.000,00.dan realisasi sebesar Rp. 149.702.500 atau 99.80%.; dan 8).

Page 103: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman98 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Rehabilitasi Gedung dan Bangunan Kantor dengan nilai input sebesar Rp

3.392.863.000,00 dan realisasi sebesar Rp. 3.373.574.300 atau 99.43%.

Laporan Realisasi Anggaran untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2015 dan

2014 (SAIBA)

Tabel 16. Tabel anggaran dan realisasi

Uraian 2015 % thd

Anggaran

2014

Anggaran Realisasi Realisasi

Pendapatan Negara dan Hibah

Penerimaan Negara Bukan Pajak 46.900.000 34.033.147 72.57 177.549.556

Jumlah Pendapatan Negara dan

Hibah 46.900.000 34.033.147 72.57 177.549.556

Belanja Negara

Rupiah Murni 15.524.072.000 15.204.935.526 97.94 11.632.286.913

Belanja Pegawai 4.499.311.000 4.258.710.118 94.65 3.700.316.893

Belanja Barang 6.842398.000 6.787.839.408 99.20 4.202.814.120

Belanja Modal 4.182.363.000 4.158.386.000 99.43 3.729.155.900

Hibah 572.527.000 572.526.175 100.00 0

Belanja Pegawai 0 0 0 0

Belanja Barang 398.963.000 398.962.575 100.00 0

Belanja Modal 173.564.000 173.563.600 100.00 0

Jumlah Belanja Negara 16.096.599.000 15.777.461.701 98.02 11.632.286.913

Pengelolaan Administrasi Kepegawaian

Pengelolaan data kepegawaian pada Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

dilakukan dengan menggunakan program Sistem Informasi Manajemen Aparatur

Sipil Negara (SIMASN) baik yang statis maupun berbasis Web yang telah dimulai

tahun 2014. Tujuan kegiatan ini adalah: untuk mendapatkan data-data

kepegawaian yang sudah dikelompokkan seperti: (1) Daftar Nominatif Pegawai,

(2) Daftar Urut Kepangkatan (DUK), (3) Daftar Nominatif Pegawai, (4) Daftar

Pegawai Menurut Golongan, (5) Daftar Pegawai Menurut Pendidikan, (6) Daftar

Peneliti, (7) Daftar Pegawai Petugas Belajar, (8) Daftar Pegawai Menurut Jenis

Kelamin, (9) Daftar Pegawai Yang Telah mengikuti kursus penjenjangan, (10)

Daftar Pegawai Yang belum mengikuti Pra Jabatan, dll.

Page 104: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman99 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Hasil komputerisasi data kepegawaian dengan menggunakan SimPeg versi

2010 menghasilkan keluaran-keluaran antara lain: (1) Daftar Nominatif, (2) Daftar

Urut Kepangkatan (DUK), (3) Daftar Pegawai, (4) Daftar Pejabat, (5) Daftar SKP,

(6) Laporan, dan (7) Rekapitulasi-rekapitulasi.

Tabel 17. Kenaikan Pangkat Pegawai Tahun 2015

No Periode Jumlah Nama Pegawai Keterangan

1 1 April 10 1. Dr. Ir. Woro Estiningtyas, MSi

2. Asda

3. Dhany Hendra Pradana, ST

4. Muhamad Nur Imansyah, S.Kom

5. Husna Alfiani, ST

6. Yulius Argo Baroto, ST

7. Catur Nengsusmoyo, S.Kom

8. Dian Andriani, A.Md

9. Sulistyawati, A.Md

10. Sujihaddin

IIId ke IVa

IIIb ke IIIc

IIIa ke IIIb

IIIa ke IIIb

IIIa ke IIIb

IIIa ke IIIb

IIIa ke IIIb

IId ke IIIa

IIc ke IId

IIb ke IIc

2 1 Oktober 2 11. Aris Dwi Saputra, SE

12. Asep Hidayat

IIIa ke IIIb

IIb ke IIc

Tabel 18. Penetapan aktif kembali dan Kenaikan Jenjang Fungsional Pegawai s/d

Akhir Tahun 2015

No Periode Jumlah Nama Pegawai Keterangan

1. 1 Januari 1 Dr. Ir. Nono Sutrisno, MS Penetapan kembali dalam Jabatan

Peneliti Madya level 2

2. 1 Nopember 1 Fadhlullah Ramadhani,

S.Kom. M.Sc

Kenaikan Jab Fung dari Peneliti

Pertama ke Peneliti Muda

3. 1 Oktober 1 Dr. Elza Surmaini Aktif Kembali Jabatan Fungsional

Peneliti Madya

Tabel 19. Pelatihan Pegawai Tahun 2015

No Periode Jumlah Nama Pegawai Jenis Pelatihan

1 Januari- Juni 1 1. Dr. Popi Rejekiningrum Diplomasi dan Negosiasi

dalam Perundingan

Internasional

2 Juli - Des 1 Dr. Suciantini Regional Training Course on

Nutrient Management

2 Husna Alfiani, ST Keahlian Pengadaan Barang

dan Jasa 3 Yulius Argo Baroto, ST

Page 105: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman100 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

4 Muhammad Nur Imansyah, S.Kom

5 Drs. Ganjar Jayanto Bimtek Disiplin Pegawai

sesuai PP 53 tahun 2010

5.1.2. Pengelolaan Administrasi Kepegawaaian dan Sistem Manajemen

Mutu 9001:2008

Kegiatan penguatan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dilaksanakan untuk

semakin menguatkan penerapan sistem manajemen mutu yang telah dicapai oleh

instansi dengan secara terus menerus melaksanakan perbaikan berkelanjutan.

Kegiatan penguatan ISO Tahun 2015 adalah Audit Surveilance II setelah

dilakukan resertifikasi untuk memastikan apakah ISO 9001-2008 masih

diterapkan secara konsisten oleh balai, pendampingan sebelum dilakukan audit

Surveilance II oleh nara sumber yang berkompeten dan berpengalaman.

Kegiatannya meliputi persiapan audit yang terdiri dari penyusunan pertanyaan

untuk audit internal, perbaikan dan revisi daftar induk Dokumen dan rekaman,

evaluasi pelatihan, penyusunan sasaran mutu, perbaikan pedoman dan prosedur

mutu, audit internal, tinjauan manajemen dan pendampingan pasca audit eksternal

oleh lembaga yang berwenang menerbitkan sertifikat ISO 9001-2008. Sebelum

dilakukan audit eksternal oleh konsultan ISO Mutu Agung Lestari, telah

dilakukan internal audit Balai yang sudah dilaksanakan secara serentak pada

Tanggal 4 - 8 Mei Tahun 2015. Audit internal dilakukan kepada Top Manajemen

dengan agenda Kebijakan mutu, tujuan sasaran mutu, tanggung jawab dan

wewenang, tinjauan manajemen; Wakil manajemen dengan agenda Perencanaan,

kebijakan mutu, tujuan sasaran mutu, wakil manajemen,pengendalian dokumen

dan rekaman, internal audit, tindakan perbaikan,dan pencegahan, tinjauan

manajemen; Seksi Pelayanan Teknik dengan agenda Perencanaan, penyusunan

program, pengendalian dokumen dan rekaman, koordinasi program, evaluasi dan

pemantauan; Seksi Jasa Penelitian dengan agenda pengendalian dokumen dan

rekaman, pemantauan kerjasama, kepuasan pelanggan, pendayagunaan hasil

penelitian(diseminasi, publikasi, seminar), website, dan kepuasan pelanggan. Sub

Bagian Tata Usaha dengan agenda Pengadaan dan peningkatan kompetensi

Page 106: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman101 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

pegawai, pemeliharaan sarana prasarana / lingkungan, pengadaan, inventarisasi,

pendataan, keuangan, tindakan perbaikan dan pencegahan. Kelti Agroklimat

dengan agenda Penyusunan proposal, pelaksanaan kegiatan, pelaporan, tindakan

perbaikan dan pencegahan, kepuasan pelanggan; Kelti Hidrologi dengan agenda

Penyusunan proposal, pelaksanaan kegiatan, pelaporan, tindakan perbaikan dan

pencegahan, kepuasan pelanggan; Perpustakaan dengan agenda Pengadaan buku,

inventarisasi buku, klasifikasi dan penghapusan, pelayanan perpustakaan,

pengendalian dokumen dan rekaman, tindakan perbaikan dan pencegahan,

kepuasan pelanggan; Laboratorium dengan agenda Perencanaan, sumber daya

manusia, sarana prasarana, pemantauan alat ukur, tindakan perbaikan dan

pencegahan, pengendalian dokumen dan rekaman, kepuasan pelanggan.

Kegiatan penguatan ISO dilaksanakan melalui tinjauan dokumen. Tahapan

tinjauan doklumen ini dilaksanakan melalui prosedur kerja dengan cara

Penyesuaian dokumen dengan data terbaru dan Evaluasi dokumen oleh Tim ISO

9001:2008, audit internal, tinjauan manajemen dan Audit Eksternal.

Hasil kegiatan diantaranya adalah: Revisi Pedoman Mutu; Revisi Prosedur

Mutu; Penambahan dan penggabungan SOP dalam prosedur mutu dan tindak

lanjut audit eksternal.

Beberapa saran dari tinjauan manajemen adalah: Sosialisasi ulang visi,misi

dan kebijakan mutu melalui berbagai media, antara lain, ditempel di poster, dan

dimasukkan di halaman antarmuka muka (interface) web sebelum mengakses

internet dan memasukkan password; Perlu adanya peningkatan kompetensi

auditor dan penambahan jumlah auditor, untuk mempertajam proses audit yang

ada.

Rekomendasi dari tinjauan Manajemen adalah: Tahun 2015 dokumen

harus disesuaikan dengan Visi Misi terbaru. Apabila memungkinkan

menggunakan Konsultan. Sekaligus refreshment bagi Auditor Internal.

Audit Surveilance 2 oleh PT Mutu Agung Lestari telah dilakukan tanggal

1 - 2 Desember 2015. Hasil audit ditemukan ketidak sesuaian yang harus

diperbaiki dan ditindaklanjuti rinciannya adalah 3 minor, 1 major dan 4 saran :

Minor 1(perencanaan dan realisasi layanan); Klausul 7.1 ;7.5; 8.4 perihal

pemantauan dan evaluasi temuannya: belum ditemukan cukup bukti rekaman

Page 107: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman102 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

tertulis rencana monev lapangan; belum ditemukan cukup bukti notulensi rapat

terkait evaluasi terhadap penelitian Key area; belum dilakukan analisis data

terhadap pemantauan trend proses pada kegiatan yang dilakukan pada seksi

Yantek. Minor 2 (pengadaan barang dan jasa) Klausul 7.4; 8.4 temuan: belum

ditemukan cukup bukti kejelasan kriteria ketepatan waktu; hasil evaluasi pemasok

belum secara jelas menggambarkan kinerja rekanan; Analisa data terhadap kinerja

rekanan belum dilaksanakan. Minor 3 klausul 8.2.2 (Audit internal) temuan:

beberapa bagian belum mencakup rencana audit dibeberapa aspek kegiatan. Major

(tindakan perbaikan), temuannya beberapa ketidaksesuaian yang teridentifikasi

pada audit sebelumnya belum secara efektif dilakukan perbaikan diantaranya:

belum ditemukan cukup bukti data pemantuan terhadap beberapa target sasaran;

belum dilakukan analisa kompetensi secara konsistenanatar lain: auditor internal,

sekretaris ISO, teknisi litkayasa dll. Evaluasi efektifitas pelatihan belum dilakukan

secara konsisten; pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana belum dilakukan

secara menyeluruh adapun 4 saran adalah: Sangat direkomendasikan agar

pengaturan terhadap rekaman elektronik diatur dalam SOP; realisasi terhadap

target pencapaian pelatihan perlu diperjelas; sangat direkomendasikan untuk

membuat jadwal kalibrasi terhadap alat ukur yang sering digunakan, identifikasi

ketelusuran alat; output tinjauan manajemen diperjelas, sangat direkomendasikan

untuk melakukan evaluasi terhadap pencapaian tindaklanjut atas saran dari tim

monev. Terhadap 3 temuan minor dan 1 major telah ditindaklanjuti dan telah

dinyatakan closed oleh auditor dan direkomendasikan untuk tetap dipertahankan

sertifikat ISO-nya.

5.2. Penyusunan Program, Rencana Kerja, dan Anggaran

Penyusunan program,rencana kerja dan anggaran merupakan kegiatan yang

bersifat administratif dalam rangka memfasilitasi penyusunan program dan

rencanaan kerja sertamenyusun anggaran Balai Penelitian Agroklimat dan

Hidrologi. Penyusunan program dimaksudkan dalam rangka menjabarkan tugas

dan fungsi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi guna menentukan indikator

kinerja yang terukur. Penyusunan rencana kerja dimaksudkan untuk menjabarkan

Page 108: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman103 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

program kerja kedalam rencana kerja tahunan. Sedangkan penyusunan anggaran

dimaksudkan untuk penentuan alokasi angaran sesuai rencana kerja tahunan.

Penyusunan program kerja berpedoman kepada Rentra Badan Litbang

Pertanian, penyusunan rencana kerja berpedoman pada Permentan Nomor

44/Permentan/OT.140/8/2011 tentang Pedoman Umum Perencanaan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian sedangkan penyusnan anggaran berpedoman pada

Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Dan Pengesahan

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.

Tujuan kegiatan penyusunan program, rencana kerja dan angaran adalah:

1) Menyusun program penelitian sesuai tupoksi Balai Penelitian Agroklimat dan

Hidrologi guna menentukan indiukator kinerja yang terukur; 2) Menyusun

rencana kerja tahunan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2)

Memfasilitasi penyusunan matrik program tahun 2016; 3) Memfasilitasi

penyusunan dan evaluasi proposal RPTP/RDHP/RKTM Tahun 2016;4)

Melakukan updatingi-Prog proposal Tahun 2015 dan Entry I-Prog proposal tahun

2016; 5) Menyusun RKA-KL, DIPA dan POK Tahun Anggaran 2016.

Keluaran kegiatan penyusunan program, rencana kerja dan angaran tahun

2015 adalah sebagai berikut: 1) Update IKU Balitklimat 2015-2019;2) 1 paket

matrik program penelitian, desiminasi dan manajemen tahun 2016; 5 Proposal

RPTP/RDHP/RKTM tahun 2016; 3) 5 Proposal kegiatan Penelitian/RPTP, 1

proposal kegiatan Desiminasi/RDHP dan 7 proposal kegiatan

manajemen/RKTM; 4) Database I-PROG Balitbangtan terupdate data proposal

kegiatan RPTP/RDHP/RKTM tahun 2016; 5) 1 paket dokumen anggaran berupa

RKA-KL, DIPA dan POK Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun 2016.

Pada tahun anggaran 2015, SATKER Balitklimat melaksanakan 7 RPTP

(setiap RPTP dijabarkan menjadi 2 atau lebih kegiatan penelitian), 3 RDHP, dan 6

RKTM. Evaluasi laporan akhir 2015 dilaksanakan pada bulan Desember 2015.

Matriks penelitian Balitklimat tahun 2016 disusun guna mendapatkan gambaran

secara umum tentang program penelitian tahun 2015 terutama yang berkaitan

dengan rambu-rambu: justifikasi penelitian, kontinuitas dan konsistensi pada

program penelitian agroklimat dan hidrologi, serta kesesuaian output/keluaran

Page 109: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman104 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

yang ingin dicapai dari setiap kegiatan penelitian. Pada tahun 2015 Balitklimat

melaksanakan 7 RPTP, 3 RDHP serta 6 RKTM. Alokasi anggaran tahun 2015

dituangkan ke dalam DIPA TA 2015 yang disusun berdasarkan prioritas

penelitian didukung oleh kegiatan admisnistratif berdasarkan pagu definitif.

Berdasarkan hasil perencanaan tersebut di atas, maka pada tahun anggaran

2016 Balai Penelitian Agroklimat akan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Penelitian/RPTP, sebanyak 5 kegiatan dengan pagu anggaran

sebesar Rp. 2.655.000000,00 dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

a. Penelitian Kalender Tanam Terpadu untuk Mendukung Upsus Pajale

pada Lahan Sawah Irigasi dan Lahan Rawa untuk Adaptasi Perubahan

Iklim;

b. Penelitian dan Pengembangan Analisis Key Area Iklim dan Neraca

Air mendukung Upsus Pajale;

c. Penelitian Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Iklim dan Air Terpadu

pada Berbagai Ekosistem Mendukung Upsus Pajale, Cabai dan

Kakao;

d. Penelitian dan Pengembangan Pompa Radiasi Tenaga Surya untuk

Pengembangan Tanaman Kedele, Cabai, dan Bawang;

e. Penelitioan Penentuan KC Tanaman Kakao untuk Pengembangan

Neraca Air Tanaman dalam Menghadapi Perubahan Iklim.

2. Kegiatan Diseminasi/RDHP, sebanyak 1 kegiatan dengan pagu anggaran

sebesar Rp. 254.600.000,00, yaitu Disemninasi Teknologi Hasil Penelitian

Agroklimat dan hidrologi.

3. Kegiatan Rekomendasi Kebijakan, sebanyak 6 kegiatan dengan pagu

sebesar Rp. 4.000.000,00, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

a. Penyusunan dan Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi

Iklim serta Kebijakan untuk Program Aksi Pertanian Menghadapi

Perubahan Iklim dan Iklim Ekstrim;

b. Analisis dan Pemetaan Tingkat Kerentanan Pangan terhadap Anomali

Iklim (Elnino dan lanina);

Page 110: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman105 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

c. Identifikasi Potensi serta Rancangan Strategi dan Teknik Pengelolaan

(Eksploitasi) Sumberdaya Air Alternatif untuk Menghadapi Anomali

Iklim;

d. Pendalaman Identifikasi Wilayah Potensial Pengembangan IP 300

Berdasarkan Peta Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU

untuk Penyusunan Strategi Optimalisasi Pemanfaatannya;

e. Identifikasi dan Pemetaan Wilayah SDLP Rawabn Kebakaran Akibat

Iklim Ekstrim Penyusun Strategi Antisipasi dan Kebijakannya;

f. Pengembangan Sistem Koordinasi dan Komunikasi Informasi Iklim

dan Air serta Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan

Antisipasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dan Iklim Ekstrim.

4. Kegiatan Manajemen/RKTM, sebanyak 7 kegiatan dengan pagu anggaran

sebesar Rp. 1.990.400.000,00, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

a. Pengelolaan Keuangan dan Perlengkapan;

b. Pengelolaan Kepegawaian dan Rumah Tangga

c. Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisdasi Kelembagaan

d. Pelaksanaan pendampingan dan koordinasi Upsus Pajale

e. Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium serta Kebun Percobaan

f. Perencanaan dan Angaran

g. Monitoring, Evalusi dan SPI

5. Kegiatan Layanan perkantoran, sebanyak 2 kegiatran dengan pagu

anggaran sebesar Rp. 6.725.999.000,00. Dengan rincian kegiatan sebagai

berikut:

a. Pembayaran Gaji dan Tunjangan Pegawai

b. Operasional Satker dan Pemeliharaan Kantor.

Tabel 20. Alokasi Anggaran Menurut Jenis Belanja Balitklimat Tahun 2016

Jenis Belanja Jumlah %

B. Pegawai 4.621.429.000 29,58

B. Barang Operasional 2.104.570.000 13,47

B. Barang Non Operasional 8.900.000.000 56,96

Total 15.625.999.000 100,00

Page 111: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman106 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tabel 21. Alokasi Anggaran Menurt Output Kegiatan Balitklimat Tahun 2016

Output Anggaran %

Manajemen (RKTM) 1.990.400.000 12,7

Diseminasi (RDHP) 254.600.000 1,6

Penelitian (RPTP) 6.655.000.000 42,6

Layanan Umum (Gaji dan Tunjangan) 6.725.999.000 43,0

Total 15.625.999.000 100,0

Anggaran Menurut Jenis Belanja Anggaran Menurt Output Kegiatan

Gambar 73. Proporsi Alokasi Balitklimat maneurut Jenis Belanja dan Output Jens

Kegiatan TA. 2016

5.3. Sistem Pengendalian Internal, Monitoring dan Evaluasi, dan

Pelaporan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008, Sistem Pengendalian

Internal (SPI) bertujuan untuk meningkatkan kinerja, transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, pengamanan aset negara dan

pelaksanaan kegiatan tupoksi. Pengawasan internal adalah seluruh proses kegiatan

audit, review, pemaantauan dan evaluasiterhadap penyelenggaraan tugas pokok

dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa

Page 112: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman107 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan

secara efektif, efisien, dan akuntabel dalam mewujudkan tata kelola

kepemerintahan yang baik.

Selaras dengan tujuan SPI tersebut, maka pelaksanaan SPI di lingkungan

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi bertujuan untuk melakukan

pengendalian pada kegiatan pengelolaan Anggaran Pembangunan dan Belanja

Negara (APBN) dan melakukan penilaian penerapan sistim pengendalian intern di

lingkup Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sehingga guna pencapaian

tujuan organisasi melalui kegiatan yang dilaksanakan secara efektif, efisien,

akuntabel, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan

terhadap peraturan perundang-undangan.

Ruang lingkup SPI meliputi 5 (lima) unsur, yaitu: (1) Lingkungan

pengendalian; (2) Penilaian resiko; (3) Kegiatan pengendalian; (4) Informasi dan

komunikasi; serta (5) Pemantauan.

(1) Lingkungan Pengendalian

Menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian adalah melalui upaya:

(a) Penegakan integritas dan nilai etika; (b) Komitmen terhadap kompentensi;

(c) Kepemimpinan yang kondusif; (d) Pembentukan struktur organisasi sesuai

kebutuhan; (e) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; (f)

Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM; (g)

Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; (h)

Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.

(2) Penilaian Resiko

Penilaian resiko terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guna menghidari

penyimpangan, dilakukan melalui upaya: (a) Menetapkan tujuan

program/kegiatan; (b) Mengidentifikasi resiko; (c) Melakukan analisis sebab

dan dampak resiko.

(3) Kegiatan Pengendalian

Kebijakan dan prosedur pengendalian harus ditetapkan, dilaksanakan dan

dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan masih

sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan. Kegiatan pengendalian dilakukan

Page 113: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman108 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

melalui upaya: (a) Reviu atas kinerja pelaksana kegiatan; (b) Pembinaan

sumberdaya manusia (SDM); (c) Pengendalian atas pengelolaan sistim

informasi (SI) yang meliputi: (c-1) Pengamanan sistim informasi, (c-2)

Pengendalian atas akses, (c-3) Pengendalian atas pengembangan dan

perubahan perangkat lunak aplikasi, (c-4) Pengendalian atas perangkat lunak

sistim, (c-5) Pemisahan tugas; (c-6) Kontinyuitas pelayanan, (c-7)

Pengendalian otoritas, (c-8) Pengendalian kelengkapan, (c-9) Pengendalian

akurasi, (c-10) Pengendalian terhadap keandalan proses dan file data; (d)

Pengendalian fisik atas aset negara; (e) Penetapan dan reviu atas indikator dan

ukuran kinerja; Pemisahan fungsi; (f) Otorisasi atas transaksi dan kejadian

penting; Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;

(g) Pembatasan akses atas sumber daya; (h) Akuntabilitas terhadap sumber

daya; dan (i) Dokumentasi SPI, transaksi dan kejadian penting.

(4) Informasi dan Komunikasi

Informasi yang relevan dan dapat diandalkan, diperlukan dalam mengelola

suatu organissi. Informasi tersbut meliputi informasi intern (laporan keuangan,

aset, hasil kegiatan penelitian, diseminasi dan penelitian) dan infoprmasi

ekstern (kebijakan pemerintah, masukan dari masyarakat, dan pemangku

kepentingan). Untuk mendapatkan informasi tersebut perlu dilakukan

identifikasi, pencatatan, penyimpanan dengan baik, serta dikomunikasikan

tepat waktu dan sasaran. Untuk itu perlu: (a) Melakukan identifikasi hasil

analisis informasi yang diperlukan untuk pengendalian berupa informasi

pengelolaan keuangan, aset dan capaian kinerja; (b) Menciptakan model

pelaporan yang berisi informasi secara lengkap, tepat dan akurat; (c) Menjamin

seluruh pedomam umum, pedoman teknis pelaksanaan, dan peraturan-

peraturan dapat dipahamin oleh seluruh pegawai; (d) menyediakan fasilitas dan

sarana komunikasi yang memadai; (e) Menciptakan mekanisme yang

menjamin seluruh informasi sampai kepada seluruh bagian dan pegawai; (f)

Menjamin adanya mekanisme penyampaian penyempurnaan informasi dari

pegawai; (g) Menyediakan sarana komunikasi yang efektif dengan para

pegawai dan para pemangku kepentingan; (h) Melakukan pemantauan

kelayakan dan keakuratan informasi dan memberi kemudahan untuk

Page 114: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman109 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

mengaksenya; (i) Memberi dukungan terhadap pengembangan teknologi

informasi; (j) Memberikan respon yang baik atas setiap kritik dan saran yang

membangun; (k) Memanfaatkan secara efisien dan efektif berbagai bentuk

sarana komunikasi seperti: rakor, raker, ratek, laporan, seminar, media cetak,

media elektronik, dan lain-lain.

(5)Pemantauan

Pemantauan SPI dilakukan untuk dapat menilai kualitas kerja dari waktu ke

waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat

ditindaklanjuti. Pemantau SPI dilaksanakan melalui: (1) Pemantauan

berkelanjutan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan,

rekonsiliasi, dan tindakan lain terkait pelaksanaan tugas; (2) Evaluasi terpisah

melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas SPI; (3) Tindak

lanjut atas rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya melalui (a) Melakukan

reviu dan evaluasi temuan hasil audit, penilaian dan mengidentifikasi saran dan

rekomendasi perbaikan; (b) Memberikan tanggapan hasil audit dan

rekomendasi pada saat proses audit berlangsung; (c) menetapkan kegiatan yang

terencana untuk menindaklanjuti seluruh temuan dan rekomendasi dalam

jangka waktu yang telah ditentukan.

Pelaksanaan sistim pengendalian intern merupakan satu kesatuan dari

pemantauan, monitoring dan evaluasi yang implementasinya diawali dengan

penyusunan Juknis dan SOP SPI SATKER Balitklimat. Setiap unit kerja dan unit

pelaksana teknis yang memiliki anggaran mandiri wajib melakukan SPI, guna

meningkatkan kinerja, transparansi, akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,

dan pengamanan aset negara.

Untuk membiayai seluruh kegiatan pencapaian sasaran, pada tahun

anggaran 2015, Balitklimat memperoleh dana yang dituangkan dalam DIPA

(Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) TA 2015 sebesar Rp. 16.096.599.000,- Dana

tersebut digunakan untuk membiayai 7 proposal RPTP, 3 proposal RDHP, dan 6

proposal RKTM yang merupakan kegiatan pendukung.

Sampai dengan 31 Desember 2015, total realisasi anggaran Balitklimat

sebesar Rp. 15.783.754.079,- (98,06%). Dengan demikian sisa anggaran atau

capaian efisiensi keuangan adalah sebesar Rp. 312.844.921,- atau 1,94%. Dengan

Page 115: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman110 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

efisiensi sejumlah itu, Balitklimat dapat melaksanakan kegiatan dengan

pencapaian sasaran sangat berhasil. Output tahun 2015 selain kegiatan penelitian,

desiminasi, dan manajemen adalah berupa peralatan monitoring katam terpadu,

standing crop, dan renovasi sarana serta prasarana gedung kantor Balitklimat.

Selama pelaksanaan kegiatan TA 2015, beberapa kendala yang dihadapi

antara lain: faktor alam sepertianomali iklim dan keterbatasan jumlah SDM

berkeahlian khusus. Untuk menanggulangi keterbatasan jumlah SDM berkeahlian

khusus, diatasi melalui optimalisasi sarana dan SDM yang ada maupun dengan

cara melakukan outsourcing baik dari perguruan tinggi maupun institusi lain di

luar Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Hasil penilaian dari kelembagaan Satuan Pelaksana Pengendalian

Internaladalah sebagai berikut: (a) Tim Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

(SPI) tahun 2015 dan Tim Monitoring dan Evaluasi yakni SK KPA SATKER

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi No.: 15/Kpts/ KPA/I.8.3/I/2015,

tanggal 02 Januari 2015 merupakan satuan pelaksana PI (Tim SPI)berdasarkan SK

kepala Balai No.: No. 21/Kpts/KPA/I.8.3/1/2015,(b) Kompetensi SDM telah

sesuai dengan Pedum SPI; (c) anggaran kegiatan SPI dialokasikan dalam DIPA

Balitklimat sebesar Rp. 117.220.000.

Adapun struktur organisasi Satlak PI Balitklimat Tahun 2015 seperti

disajikan pada Gambar 74.

Gambar 74. Struktur Organisasi Satlak PI Balitklimat Tahun 2015

Penanggung jawab

(Kepala Balai)

Ketua

Kasie Yantek

Sekretaris

Ka Sub Bag TU

Anggota Anggota Anggota

Page 116: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman111 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

5.4. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan merupakan alat ukur untuk

memantau sejauh mana pelaksanaan kegiatan penelitian. Pemantauan merupakan

kegiatan yang teratur, berkesinambungan dan dilakukan terhadap kegiatan yang

sedang berlangsung. Sedangkan evaluasi lebih ditekankan pada suatu periode

tertentu dalam suatu kurun waktu kegiatan, dan diatur sesuai dengan kebutuhan.

Evaluasi menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan dan atau

perencanaan berikutnya. Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan dapat

membantu para pelaksana dan pengelola kegiatan dalam memantau dan mengukur

tingkat keberhasilan kegiatan yang dikelolanya.

Kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan

penelitian terutama realisisasi fisik dan keuangan (bulanan, triwulan, tengah

tahun, dan akhir tahun), 2) Melakukan evaluasi kinerja lingkup SATKER

Balitklimat berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIN) TA 2015.

Sedangkan keluarannya adalah: 1) 6 paket laporan bulanan realisasi fisik

dan anggaran dari 6 RKTM;2) 1 paket laporan bulanan realisasi fisik dan

keuangan dari 1 RDHP/3 kegiatan); 3). 7 paket laporan bulanan realisasi fisik dan

anggaran kegiatan RPTP; 3). 6 laporan tengah tahun RKTM, 1 RDHP/3 kegiatan

dan 7 kegiatan penelitian RPTP; 4). 1 x presentasi kegiatan penelitian tengah

tahun dan 1 x presentasi kegiatan penelitian akhir tahun; 5). 6 laporan akhir

RKTM, 3 laporan akhir RDHP dan 7 laporan akhir kegiatan penelitian/RPTP; 6).

1 laporan LAKIN SATKER Balitklimat 2015; 7). 1 Laporan penilaian penerapan

Sistim Pengendalian Intern dan 1 laporan hasil monitoring dan pengendalian

pelaksanaan kegiatan dan keuangan APBN, di lingkup Balai Penelitian

Agroklimat dan Hidrologi.

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan dalam tiga tahap, yakni: (1).

Evaluasi pra kegiatan, yang meliputi evaluasi rencana strategis, matrik program

dan proposal penelitian, (2). Monitoring/evaluasi kegiatan yang sedang berjalan

(termasuk evaluasi tengah tahun), (3). Eevaluasi pasca kegiatan, yakni evaluasi

terhadap laporan akhir penelitian. Pedoman monitoring dan evaluasi disusun

Page 117: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman112 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

sebagai salah satu tolok ukur pelaksanaan kegiatan pemantauan dalam memantau

pelaksanaan kegiatan.

Sistim Pengelolaan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

yang bersumber dari APBN dilaksanakan secara: tertib, taat aturan, ekonomis,

efektif, efisien, transparan dan akuntabel guna mendukung pelaksanaan tupoksi

Balitklimat dengan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan

ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga dapat

meningkatkan kinerja dan produktivitas Balitklimat.

Melalui laporan realisasi penggunaan anggaran dan laporan pelaksanaan

fisik kegiatan bulanan, triwulanan, tengah tahunan dan akhir tahun dari masing-

masing unit kegiatan dapat dipantau kemajuan, kendala yang dihadapi dan upaya

menanggulangi kendala yang dihadapi.

Guna membiayai seluruh kegiatan pencapaian sasaran, pada tahun anggaran

2015, Balitklimat mendapatkan alokasi dana yang dituangkan dalam DIPA TA

2015 sebesar Rp. 16.096.599.000,- Dana tersebut digunakan untuk membiayai 7

proposal Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP), 3 proposal Rencana Diseminasi

Hasil Penelitian (RDHP), dan 6 proposal Rencana Kegiatan Tingkat Manajemen

(RKTM) yang merupakan kegiatan pendukung (dukungan manajemen).

Sampai dengan 31 Desember 2015, realisasi anggaran yang dicapai sebesar

Rp. 15.783.754.079,- (98,06%) dengan realisasi fisik kegiatan mencapai 100%.

Sisa anggaran yang disetor kembali ke Kas Negara adalah sebesar Rp.

312.844.921,- atau 1,94%. Dengan efisiensi sejumlah itu, Balitklimat dapat

melaksanakan kegiatan dengan kategori pencapaian sasaran sangat berhasil.

5.5. Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisasi Kelembagaan

Paradigma baru dalam proses penganggaran di sektor publik adalah penerapan

anggaran berbasis kinerja. Sistem anggaran berbasis kinerja ini memerlukan

perencanaan, pengendalian dan evaluasi kinerja untuk menghindari duplikasi

dalam penggunaan anggaran negara. Oleh sebab itu setiap pengguna anggaran

dituntut untuk dapat mengelola anggaran secara tertib, taat aturan, efektif dan

Page 118: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman113 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

efisien serta dapat dipertanggungjawabkan guna mendukung pelaksanaan tupoksi

satuan kerja yang bersangkutan.

Sebagai wujud dukungan tehadap pelaksanaan anggaran tersebut, maka

pada TA 2015, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi menetapkan satu unit

kegiatan Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisasi Kelembagaan, khusus untuk

menangani pengelolaan anggaran yang bersumber dari APBN.

Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat aturan,

efektif, efisien, transparan dan akuntabel, perlu penanganan khusus dalam suatu

kegitan tersendiri. Sehubungan dengan hal itu, Balai Penelitian Agroklimat dan

Hidrologi menetapkan satu unit kegiatan penunjang tersendiri yang khusus

menangani pengelolaan keuangan negara dalam kegiatan “Penataan Manajemen

Kelembagaan”.

Tujuan kegiatan ini adalah melaksanakan pengelolaan penggunaan

keuangan negara yang tertuang dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Balai

Penelitian Agroklimat dan Hidrologi secara tertib, taat aturan, efektif, efisien,

transparan, akuntabel dan tepat sasaran.

Keluaran yang diharapkan dalam jangka pendek adalah berupa laporan

bulanan, laporan triwulanan, laporan tengah tahunan dan laporan akhir tahunan

dari seluruh kegiatan yang dibiayai dari keuangan negara melalui DIPA SATKER

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Keluaran jangka panjang yang

diharapkan adalah sistem pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat aturan,

efektif, efisien, transparan, akuntabel dan tepat sasaran.

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Balai Penelitian

Agroklimat dan Hidrologi tahun 2015 mempunyai Output Penelitian dan

Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian yang terdiri dari 9 (sembilan)

Output Kegiatan yaitu: (1) Laporan Pengelolaan Satker; (2) Layanan Operasional

dan Pemeliharaan Laboratorium; (3) Laporan Diseminasi Teknologi Pengelolaan

Sumber daya Lahan Pertanian; (4) Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan

Iklim; (5) Layanan Perkantoran; (6) Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi;

(7) Peralatan dan Fasilitas Perkantoran; dan (8) Gedung/Bangunan.

Page 119: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman114 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Sampai dengan 31 Desember 2015 realisasi anggaran sebesar Rp.

15.783.754.079,- atau 98,06% dari total pagu anggaran DIPA tahun 2015 sebesar

Rp. 16.096.599.000,-. Seluruh sasaran fisik tahun 2015 dapat terealisasi dan

dilaksanakan dengan baik dengan rincian sebagai berikut: 1) Realisasi anggaran

Pengelolaan Satker sebesar Rp. 652.121.100,- dari pagu anggaran sebesar Rp.

654.699.000,- atau 99,61%; 2) Realisasi anggaran Layanan Operasional dan

Pemeliharaan Laboratorium sebesar Rp. 178.139.050,- dari pagu anggaran sebesar

Rp. 202.792.000,- atau 87,84%; 3) Realisasi anggaran Diseminasi Teknologi

Pengelolaan Sumber daya Lahan Pertanian sebesar Rp. 1.212.579.670,- dari pagu

anggaran sebesar Rp. 1.213.970.000,- atau 99,89%; 4) Realisasi anggaran bidang

penelitian Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim sebesar Rp.

3.988.112.450,- dari pagu anggaran sebesar Rp. 4.000.507.000,- atau 99,69%; 5)

Realisasi anggaran untuk Layanan Perkantoran sebesar Rp. 6.011.069.009,- dari

pagu anggaran sebesar Rp. 6.259.768.000,- atau 96,03%; 6) Realisasi anggaran

untuk Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi sebesar Rp. 218.456.000,- dari

pagu anggaran sebesar Rp. 222.000.000,- atau 98,40%; 7) Realisasi anggaran

untuk Peralatan dan Fasilitas Perkantoran sebesar Rp. 149.702.500,- dari pagu

anggaran sebesar Rp. 150.000.000,- atau 99,80%; 8) Realisasi anggaran untuk

Gedung/Bangunan sebesar Rp. 3.373.574.300,- dari pagu anggaran sebesar Rp.

3.392.863.000,- atau 99,43%.

5.6. Layanan Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium

Salah satu sarana pendukung untuk pelaksanaan kegiatan penelitian di Balitklimat

adalah Laboratorium Agrohidromet. Laboratorium Agrohidromet digunakan

untuk membantu institusi dalam memecahkan permasalahan instrumentasi dan

data terkait kegiatan penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Laboratorium

Agrohidromet juga melayani dari luar institusi. Peneliti dan teknisi merupakan

anggota laboratorium yang terbagi ke dalam empat divisi, yaitu: Pemantauan dan

Pengamatan Iklim dan Hidrologi Pertanian, Identifikasi Sumberdaya Iklim dan

Air, Pengembangan Sistem Informasi Agroklimat dan Hidrologi dan Modifikasi

Iklim Mikro dan Teknik Irigasi.

Page 120: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman115 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Aset penting laboratorium adalah database dan instrumentasi untuk

mendukung pengukuran terkait pelaksanaan kegiatan Agroklimat dan Hidrologi,

seperti; AWS, AWLR, serta intrumentasi lainnya (Tabel 22). Pengadaan peralatan

laboratorium dilakukan secara bertahap sesuai dengan tuntutan kebutuhan.

Namun, pemanfaatannya belum sepenuhnya optimal, terkendala oleh minimnya

kemampuan SDM dalam pengoperasian dan pemanfaatan prasarana tersebut.

Tabel 22. Jenis instrumentasi dan pendukungnya di Laboratorium Agrohidromet

No. Nama Alat

1. Total Station Leica TS 02

2. Kompas Suunto

3. GPS Garmin 76 csx

4. GPS Navigasi Garmin tipe 2610

5. GPS Geodetic Leica SR 20

6. Dynamax Flowmeter

7. Sap Flowmeter

8. Theodolit Sokkia DT 500

9. Currentmeter tipe Electromagnetic Valeport 802 OTT C2

10. Currentmeter tipe C2

11. Counter Current Meter

12. Cable Suspended Currentmeter

13. River Surveyor

14. Geoscanner

15. Resistivitymeter ABEM SAS 1000

16. Earth Resistivitymeter Naniura

17. Contact Gauge

18. AWS Portable Met One USA

19. Digital Luxmeter Luxtron

20. Whirling Hygrometer Elcometer

21. Tube Solarimeter

22. Hydrothermograph

Page 121: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman116 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

23. Tensiometer IMKO

24. Moisture Temperaturemeter

25. Soil Moisturemeter Irrometer

26. Sensor Water Quality YSI 6600+650 MDS

27. Water Level Data Logger

28. Porometer Licor

29. LAImeter Licor

30. Digital Planimeter Placom

31. Planimeter Manual

32. Alat Pengukur Sedimen OTT Kempten tipe US-GH 74

33. Portable Sonar Norcross Hawkeye DF 2000PX

34. Sprinter Leica

35. Helicopter Aeromodelling RC dengan perlengkapan aerial survey

36. Mini Copter Kecil

37. Balon Aerial Photograph MA-01-07 DS 1

38. Sparepart Logger AWS CIMEL

39. Logger AWS TELEMETRI

40. Baterai AWS

41. Catridge (kaset) AWS CIMEL

42. Sensor-sensor AWS CIMEL

43. Sensor-sensor AWS TELEMETRI

44. Digitizer

45. Plotter

46. Server

47. Data Logger

48. Kamera Digital Sony

49. Kamera SLR Canon EOS 7D kit 1

50. Kamera Nikon

51. Slide Projector

52. Laptop

53. Handy Talky Motorola GP2000

Page 122: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman117 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

54. Bor Tanah

55. Bor Lisrik

56. Alat Lab Pengatur Cuaca buatan ASABI (Rumah kassa)

57. Peralatan Lapang Pendukung Pengukuran Aliran Sungai

Tujuan pelaksanaan laboratorium adalah: 1) meningkatkan database hasil

pemantauan dan pengamatan stasiun iklim dan hidrologi pertanian nasional, 2)

meningkatkan kapasitas analisis dan prediksi iklim dan hidrologi, 3)

meningkatkan kemampuan identifikasi dan teknologi pengelolaan sumberdaya

iklim dan air dan 4) mengembangkan teknologi modifikasi iklim mikro dan

teknologi irigasi.

Divisi Pemantauan dan Pengamatan Iklim dan Hidrologi Pertanian

Pemantauan dan pengamatan iklim dibagi menjadi dua bagian, di lokasi

Jawa Barat dan lokasi luar Jawa Barat. Untuk lokasi Jawa Barat ada beberapa

stasiun; Cimanggu, Muara, Pacet, Pakuwon, Sukamandi, Kuningan, dan

Pusakanagara. Pengambilan data lingkup Jawa Barat selain Sukamandi,

Kuningan, dan Pusakanagara dilaksanakan secara bergilir. Pengumpulan data

Stasiun Sukamandi, Kuningan, dan Pusakanagara dilaksanakan oleh BBPADI.

Untuk luar Jawa Barat, data diambil oleh instansi setempat. Dari 76 stasiun iklim

yang terbagi dalam AWS Cimel dan AWS Telemetri lingkup Badan Litbang

Kementan tidak seluruh AWS tersebut dapat menyuplai data secara lengkap,

bahkan di beberapa AWS terdapat sensor yang rusak.

Kegiatan perawatan dan pengambilan kaset berisi data iklim stasiun Cimel

di lingkup Bogor – Sukabumi dan Cianjur dilakukan setiap bulan yang dilakukan

oleh teknisi dan peneliti Balitklimat. Sensor yang rusak untuk lingkup Jawa Barat

telah diperbaiki dan diganti baterai (Tabel 23). Perbaikan sensor AWS dan AWLR

dilakukan di laboratorium untuk kemudian digunakan kembali untuk mengganti

sensor-sensor yang rusak. Pada tahun anggaran 2015, dilakukan pembelian sensor

suhu dan kelembaban udara serta catridge dan baterai dari Cimel untuk mengganti

sensor yang telah rusak. Untuk stasiun yang menjadi tanggung jawab Balitklimat,

perawatan stasiun dilakukan sejalan dengan penggantian kaset/catridge untuk

Page 123: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman118 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

AWS/AWLR dari Cimel. Perawatan dimaksudkan untuk membersihkan sensor,

misalnya kondisi penakar curah hujan tersumbat dedaunan sehingga air tergenang

mengakibatkan data sensor curah hujan tidak terbaca, kemudian box logger

dipenuhi sarang semut sehingga perlu sering dibersihkan. Koordinasi dengan

penjaga stasiun AWS/AWLR untuk melakukan pemeliharaan lingkungan dan

stasiun ditingkatkan menjadi lebih sering. Untuk sensor yang tidak atau belum

terpasang, akan dilakukan pemasangan seiring dengan ketersediaan sensor yang

dimiliki laboratorium. Sementara itu, untuk skala nasional dilakukan identifikasi

kebutuhan sensor maupun logger AWS/AWLRuntuk instansi yang mengirim

informasi kerusakan AWS/AWLR di lingkungannya.

Tabel 23. Kerusakan sensor AWS lingkup Jawa Barat

No. AWS/AWLR Jenis Kerusakan

1. Pakuwon Sensor arah angin dan radiasi matahari

2. Cimanggu Sensor arah angin pembacaan data abs (abstain)

sehingga diperlukan perbaikan/penggantian

sensor

3. KP Muara Sensor arah angin pembacaan data abs (abstain)

sehingga diperlukan perbaikan/penggantian

sensor

Pada tahun 2015, kegiatan perawatan/monitoringdan penggantian spare part

AWS untuk stasiun di luar Jawa Barat dilaksanakan di KP. Monterado,

Kalimantan Barat. Lokasi AWS terletak di Desa Gerantung, Kecamatan

Monterado, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Pemeliharaan

dan pengambilan data AWS dilakukan oleh BPTP Kalimantan Barat. Kondisi

terakhir logger dalam keadaan tidak berfungsi. Hal ini disebabkan oleh kondisi

baterai yang sudah melemah sehingga harus dilakukan penggantian spare part.

Penggantian baterai dilakukan menggunakan baterai baru dengan kode BS 06 (B

6375). Kondisi cuaca di KP Monterado setiap hari mendung dan hujan sehingga

pengisian baterai melalui solar cell kurang maksimal. Selain dilakukan

penggantian baterai dilakukan pula perawatan box shelter logger dan sensor-

sensornya (Gambar 75). Kalibrasi alat dilakukan dalam dua cara, yaitu kalibrasi

yang dilakukan sendiri dan kalibrasi yang dilakukan oleh pabrik/lembaga terkait.

Hinggabulan Desember tahun 2015, database iklim nasional telah

menyimpan data dari 4174 stasiun curah hujan. Kegiatan analisis rutin yang

Page 124: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman119 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

dilakukan adalah melakukan prediksi curah hujan bulanan. Contoh hasil analisis

prediksi hujan bulanan dengan menggunakan data AWS secara periodik disajikan

sebagai berikut (Gambar 76).

Gambar 75. Penggantian baterai dan perawatan box shelter logger dan sensor-

sensor

Gambar 76. Data dari basisdata digunakan untuk memprediksi kejadian hujan

beberapa bulan ke depan di Stasiun Naibonat NTT

Page 125: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman120 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Divisi Identifikasi Sumberdaya Iklim dan Air

DivisiIdentifikasiSumberdaya Iklim dan Air bertanggungjawab pada

pemeliharaan dan operasional peralatan sumberdaya iklim dan air. Pemeliharaan

peralatan survey telah dilakukan dengan melakukan kalibrasi beberapa jenis

peralatan antara lain : Total Stasion, GPS Geodetik, dan Theodolit, serta

perbaikan alat total stasion dan theodolit. Seluruh peralatan yang digunakan untuk

kegiatan survey dan analisis dicatat. Berdasarkan rekapitulasi frekuensi

penggunaan alat untuk kegiatan penelitian dari bulan Januari hingga Desember

2015 diketahui bahwa alat yang paling sering digunakan adalah current meter,

GPS, total stasion, sprinter, dan theodolit (Tabel 24).

Tabel 24. Rekapitulasi Frekuensi Penggunaan dan kondisi peralatan Laboratorium

Agrohidromet

No. Nama Alat Frekuensi Penggunaan

Kondisi Alat Kali Hari

1. Bor tanah 2 28 Baik

2. Contact gauge 3 23 Baik

3. Current Meter 16 204 Baik

4. Geoscanner 1 10 Baik

5. GPS 15 111 Baik

6. Handycam 1 5 Baik

7. Handy Talky 12 116 Baik

8. Naniura 3 24 Baik

9. Kamera 1 3 Baik

10. Kompas 6 76 Baik

11. Porometer 1 19 Baik

12. Sonar 4 95 Baik

13. Sprinter 5 72 Baik

14. Theodolit 4 52 Baik

15. Total Station 6 45 Rusak dan

sudah

diperbaiki

16. Tube Solarimeter 1 90 Baik

Page 126: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman121 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

17. Water Quality 1 19 Baik

Divisi Pengembangan Sistem Informasi Agroklimat dan Hidrologi

Divisi penelitian yang dilakukan di Balitklimat meliputi pengamatan, inventarisasi

data, analisis dan pemodelan, aplikasi teknologi/spasialisasi hasil analisis, serta

penyebaran informasi dan pemanfaatan oleh pengguna. Sementara itu fungsi

utama dari Laboratorium Agrohidromet difokuskan pada pengamatan dan

inventarisasi sumberdaya iklim dan air, kegiatan analisis selanjutnya dilakukan

pada penelitian. Bagian ini bertugas sebagai pendukung jalannya alur kegiatan

penelitian yang ada di Balitklimat. Sejalan dengan peningkatan Sistem Informasi

Kalender Tanam Terpadu, bagian ini memberikan dukungan yang sangat baik

untuk penyebaran sistem informasi dan sekaligus monitoringnya.

Gambar 77. Contoh tampilan data dari basisdata

Divisi Modifikasi Iklim Mikro dan Teknik Irigasi

Pada divisi Modifikasi Iklim Mikro dan Teknik Irigasi, dilakukan perawatan

tanaman di rumah kassa. Rumah kassa Balitklimat berukuran panjang 20 meter,

lebar 8 meter, dan ketinggiannya 3,25 meter. Letak rumah kassa Balitklimat

semula berdampingan dengan bangunan utama Balitklimat, dengan orientasi

Page 127: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman122 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Barat-Timur. Desain rumah kassa telah disesuaikan dengan desain rumah kassa

untuk daerah tropis namun tidak dilengkapi dengan ventilasi otomatis dan tidak

tertutup sempurna. Fungsi ventilasi diperoleh dari dinding rumah kassa yang

terbuat dari screen yang memungkinkan aliran udara.Sejalan dengan pengaturan

ruang di Balitklimat, rumah kassa tersebut dipindahkan ke halaman belakang

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

(BBSDLP). Tampilan rumah kassa serta saluran irigasinya disajikan pada

Gambar 71.

Gambar 78. Rumah kassa Balitklimat di BBSDLP

Page 128: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman123 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

VI. PROFIL BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

6.1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi, dan Tatakerja Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

sampai saat ini masih ditetapkan berdasarkan Permentan No.

22/Permentan/OT.140/3/2013 Tanggal 11 Maret 2013 dan belum mengalami

perubahan, yang mencakup tugas pokok, fungsi, rincian tata hubungan kerja dan

pelaksanaan organisasi seperti gambar berikut:

STRUKTUR ORGANISASI

BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

Gambar 79. Struktur Organisasi Balitklimat

6.2. Sumber Daya Manusia

Sumberdaya manusia memegang peran yang sangat penting dan strategis dalam

mendukung Reformasi birokrasi dan kinerja institusi khusunya Balitklimat

menuju institusi yang akuntabel, transparan, efisien dan efektif. Perencanaan,

pembinaan dan pengembangan SDM di Balitklimat yang berkualitas dan kegiatan

pendukungnya dapat memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap

perbaikan potensi, kinerja dan dorongan untuk terus berprestasi dan

mengembangkan diri. Pelaksanaan reformasi birokrasi dilingkup Kementerian

KEPALA

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SEKSI

PELAYANAN TEKNIK

KELOMPOK

JABATAN FUNGSIONAL

SEKSI

JASA PENELITIAN

Page 129: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman124 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Pertanian sejak tahun 2009 dengan berpedoman pada Perpres Nomor 81 Tahun

2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025 dan Permenpan

Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014, telah

memberikan dampak yang sangat jelas bagi pegawai dilingkungan Kementerian

Pertanian, sebagai reward-nya seluruh pegawai dilingkungan Kementan, yang

telah melaksanakan sebagian program dan kegiatan Reformasi Birokrasi diberikan

tunjangan kinerja berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 134 Tahun 2015. Untuk

lebih meningkatkan kinerja dan efektivitas pemberian tunjangan kinerja bagi

pegawai di lingkupKementan, telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 06 Tahun 2016 tentang Pedoman Pemberian Tunjangan Kinerja Bagi

Pegawai di Lingkungan Kementerian Pertanian.

Dalam melaksanakan mandatnya Balitklimat pada tahun 2015, didukung

oleh 61 orang pegawai organik (PNS) dan 24 orang tenaga non organik (out

sourcing/pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja). Tabel 25 dan 26 Jumlah

Pegawai BALITKLIMAT berdasarkan jabatan fungsional, Pendidikan Akhir dan

Gol per 31 Desember 2015.

SDM Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berdasarkan pendidikan

dapat dilihat pada tabel 28. Untuk meningkatkan kapasitas pegawai,

pengembangan SDM dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan baik

jangka panjang maupun pendek diantaranya pendidikan bergelar, dari D3 sampai

S3, melalui program beasiswa maupun ijin belajar dengan biaya sendiri, serta

pelatihan tabel 27 SDM yang sedang melaksanakan tugas belajar. Selama kurun

waktu tahun 2015 Balitklimat mendapatkan tambahan pegawai karena mutasi dari

UPT lain dan pengurangan karena ada yang meninggal dunia. Untuk memenuhi

kondisi yang ideal agar jumlah peneliti dan teknisi seimbang dengan jumlah

RPTP yang dilaksanakan oleh Balitklimat dan menggantikan pegawai yang

memasuki usia pensiun maka pemenuhan penambahan pegawai melalui usulan

kepada Biro Organisasi dan Kepegawaian Kementan dengan jumlah formasi

sesuai pegawai yang pensiun walaupun pada kenyataannya selalu tidak terpenuhi.

Tetapi apabila UU ASN dan RPP-nya sudah disetujui oleh DPR maka

untuk memenuhi kekurangan tenaga peneliti dan teknisi serta tenaga penunjang

yang akan memasuki pensiun dapat dipenuhi dari P3K(Pegawai Pemerintah

Page 130: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman125 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

dengan Perjanjian Kerja) yang hak-haknya sama dengan PNS namun tidak

mendapatkan pensiun. Berkurangnya tenaga PNS yang ada, sementara rekruitmen

setiap tahun antara yang diusulkan dengan pemenuhan tidak sebanding. Terutama

SDM administrasi dan keuangan yang sama dengan SDM peneliti, terutama SDM

yang memiliki keahlian di bidang pengelolaan keuangan dan manajemen. Padahal,

SDM di bidang pengelolaan keuangan dan manajemen memiliki peran penting

dalam menangani proses-proses administrasi berdasarkan peraturan perundangan

yang semakin kompleks dan berbasis aplikasi.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, serta untuk mewujudkan hasil

yang ingin dicapai pada akhir Renstra 2019, maka Balai Penelitian Agroklimat

dan Hidrologi memerlukan pegawai sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengetahui

kebutuhan sumberdaya manusia bisa dihitung berdasarkan Analisis Beban Kerja

(ABK) dan Analisis Jabatan (Anjab). Hasil perhitungan kebutuhan SDM

berdasarkan Anjab dan ABK.

Untuk Jabatan Administrasi pada Sub. Bagian Tata Usaha yang belum

terpenuhi adalah: verifikator keuangan, Petugas SAKPA dan pembuat Daftar Gaji,

pengadministrasi keuangan, sekretaris pimpinan masing-masing dibutuhkan1

orang, untuk Seksi Pelayanan Teknik adalah: Penyusun Laporan, Penyusun

Rencana Kerja dan Anggaran serta Penghimpun/pengolah data masing-masing

dibutuhkan 1 orang; Seksi Jasa Penelitian adalah: Pramu pameran dan Peraga,

Petugas Pendayagunaan hasil Penelitian dan pada Kelompok Fungsional yang

belum terpenuhi adalah: Peneliti Pertama 10 orang, Peneliti Muda 6 orang, dan

Teknisi Litkayasa 9 orang.

Tabel 25. Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan FungsionalNon Peneliti s/d

Desember 2015

NO JABATAN FUNGSIONAL JUMLAH

1. Teknisi Litkayasa Penyelia 5

2. Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjut 1

3. Teknisi Litkayasa Pelaksana 1

4. Teknisi Litkayasa Pelaksana Pemula -

5. Teknisi Litkayasa Non Klas -

Page 131: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman126 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

6. Arsiparis Muda 1

7. Arsiparis Pertama 1

8. Pustakawan Pelaksana 1

9. Calon Pranata Komputer Pertama 3

JUMLAH 13

Tabel 26 . Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional Peneliti

NO JABATAN FUNGSIONAL PENELITI JUMLAH

1. Peneliti Utama -

2. Peneliti Madya 7

3. Peneliti Muda 11

4. Peneliti Pertama 2

5. Calon Peneliti Pertama 4

5. Peneliti Non Klasifikasi 3

J U M L A H 27

Tabel 27. Jumlah Pegawai yang sedang melaksanakan pendidikan Tahun 2015

NO Jenjang Pendidikan JUMLAH

1. S3 3

2. S2 1

J U M L A H 4

Tabel 28. Jumlah pegawai berdasarkan Golongan dan pendidikan Tahun 2015

No Gol/Ruang S3 S2 S1 SM D3 D1 SLTA Jumlah

1 I 0 0 0 0 0 0 0 0

2 II 0 0 0 0 1 0 12 13

3 III 1 7 16 1 3 0 5 33

4 IV 10 5 0 0 0 0 0 14

Jumlah 11 12 16 1 4 0 17 61

Page 132: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman127 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tabel 29. Jumlah Pegawai Organik (PNS) BALITKLIMAT berdasarkan

kelompok umur dan Pendidikan Akhir per 31 Desember 2015

No Usia(Thn) S3 S2 S1 SM D3 SLTA Jumlah

1 26-30 0 0 2 0 0 0 2

2 31-35 0 0 6 0 1 1 8

3 36-40 0 3 1 0 0 2 6

4 41-45 0 3 0 0 1 4 8

5 46-50 6 0 2 0 1 4 13

6 51-55 3 3 1 1 1 2 11

7 56-60 2 3 4 0 0 4 13

8 >60 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 11 12 16 1 4 17 61

6.3. Sarana dan Prasarana Penelitian

Dalam rangka pelaksanaan operasional kegiatan, Balai Penelitian Agroklimat dan

Hidrologi memerlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai , baik

barang-barang bergerak maupun tidak bergerak. Barang tidak bergerak meliputi

antara lain tanah dan bangunan gedung kantor, sedangkan barang bergerak

meliputi kendaraan, peralatan laboratorium, peralatan penelitian, pengolah data,

peralatan kantor dan lain-lain. Sarana dan prasarana Balai Penelitian Agroklimat

dan Hidrologi sumber perolehannya melalui transfer masuk dari Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian dan pengadaan melalui DIPA Balai Penelitian

Agaroklimat dan Hidrologi.

Barang Tidak Bergerak

Barang tidak bergerak berupa tanah dan bangunan gedung kantor. Balai Penelitian

Agroklimat dan Hidrologi berada di satu lingkup Kampus Penelitian Pertanian

Cimanggu, Jalan Tentara Pelajar Nomor 1ª, Kelurahan Menteng, Kecamatan

Bogor Barat, Kota Bogor 16111. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

belum memiliki aset tetap berupa tanah. Tanah tempat Gedung dan Bangunan

berdiri serta halaman yang digunakan masih berstatus pinjam pakai dari Balai

Penelitian Tanaman Rempah dan Aromatika, tanah persil yang dipinjam oleh

Balitklimat seluas 8.800 m2. Barang inventaris tidak bergerak, yaitu bangunan

Page 133: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman128 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

perkantoran berasal dari eks Puslitbangbun seluas 500 m2, transfer masuk dari

Badan Litbang Pertanian berupa gedung perkantoran 2 lantai seluas 1.400

m2,bangunan laboratorium pengatur cuaca seluas 160 m

2 dan penambahan hasil

renovasi TA 2013 lantai 2 diatas Mess Balitklimat seluas 312,65 m2, sedangkan

garasi mobil seluas 80 m2 dan garasi motor seluas 24 m

2. Pada tahun 2014 dan

2015, Balitklimat melakukan renovasi dan perluasan bangunan laboratorium

menjadi gedung Multi Purpose (Laboratorium, Perpustakaan, Arsip, dan

Diseminasi) yang dibangun 2 lantai dengan masing-masing lantai seluas 411,6 m2

dan sudah selesai 100% serta sudah difungsikan. Daftar Nilai aset tetap sampai

dengan akhir Tahun 2015 (Tabel 30).

Tabel 30. Daftar Nilai Aset Tetap per 31 Desember 2015

Nama Aset Tetap Saldo Awal Mutasi

Saldo Akhir Tambah Kurang

1 2 3 4 5

Tanah 0 0 0 0

Peralatan dan Mesin 15.939.829.604 1.083.007.800 0 17.022.837.404

Gedung dan

Bangunan 11.539.044.575 3.111.559.300 0 14.650.603.875

Jalan, Irigasi, dan

Jaringan 50.402.000 137.382.500 0 187.784.500

Aset Tetap Lainnya 348.902.500 0 0 348.902.500

Aset Tak berwujud 116.950.000 5.625.000 0 122.575.000

Akumulasi

Penyusutan (15.563.828.154) (2.063.912.591) 0 (17.627.740.745)

Jumlah 12.431.300.525 2.273.662.009 0 14.704.962.534

Mutasi tambah aset tetap terdiri atas:

Penambahan : Pembelian dan transfer masuk TA 2015 : Rp. 4.337.574.600,-

Pengurangan : Penyusutan (SIMAK BMN) TA 2015 : Rp. 2.063.912.591,-

Fasilitas

Setiap tahun secara berangsur melalui DIPA SATKER Balitklimat juga

mengadakan penambahan aset belanja modal berwujud peralatan laboratrium atau

Page 134: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman129 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

penunjangnya, peralatan kantor dan penambahan nilai gedung berupa renovasi

gedung utama dan gedung mess dan Gedung Lab

Pada tahun 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi melaksanakan

Rehabilitasi dan perluasan bangunan berupa: penyelesaian renovasi gedung

Laboratorium secara vertikal menjadi Gedung Multipurpose 2 Lantai (Lab,

Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi, serta Diseminasi) dan selesai 100%.

Tabel 31. Renovasi Gedung dan bangunan serta rumah kasa yang telah dikerjakan

sejak tahun 2008 - 2015

No Jenis/

Fungsi

Satuan

luas

Tahun

2008

Tahun

2011

Tahun

2012

Tahun

2013

Tahun

2014

Tahun

2015

1. Bangunan gedung

kantor permanen M2

420 411,6 411,6

2.

Rumah Kasa/

Modifikasi cuaca

buatan tipe lorong

M2

3. Mes tamu M2

4. Garasi Mobil Dinas M2

5. Garasi kendaran

bermotor roda dua M2

112

6. Gudang M2

7. Pos Satpam M2 30,25

8. Gazebo M2 37.5

Fasilitas transportasiberupa kendaraan roda 2, 3, dan 4 yang telah dimiliki

Balitklimat adalah seperti pada Tabel 32.

Tabel 32.Alat Transportasi

No. Nama alat Baik Total

1 Mini bus (penumpang 14 orang ke bawah) 6 6

2 Sepeda motor roda 2 6 6

3 Sepeda motor roda 3 1 1

3 Pick Up double cabin 2 2

Untuk mendukung pengelolaan database Agroklimat dan Hidrologi yang

merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi Balai Penelitian Agroklimat dan

Page 135: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman130 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Hidrologi. dilengkapi peralatan pendukung penelitian yaitu stasiun pencatatan

iklim otomatis (AWS) yang dikelola oleh Badan Litbang Pertanian (Balitklimat)

berjumlah 75 unit dan AWS Telemetri yang pengadaannya oleh Balai Besar

Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian berjumlah 21 unit yang dipasang pada

daerah sentra produksi pangan maupun yang dititipkan pada kebun percobaan

Lingkup Balitbangtan. Untuk mendukung Sistem Informasi Kalender Tanam

Terpadu telah dilaksankan pengadaan Alat CCTV berjumlah 54 dan telah

dipasang di 7 Propinsi masing-masing adalah: Lampung, Banten, Jawa Barat,

Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur dan Bali ditempat-tempat yang mempunyai

hamparan luasan sawah minimal 100 Ha,selain itu juga kelengkapan monitor di

ruang operasional KATAM TERPADU berjumlah 16 monitor.

6.4. Anggaran dan PNBP

6.4.1. Anggaran Penelitian (DIPA, Kerjasama Penelitian)

Sistem penganggaran berbasis kinerja (unified budget) yang tertuang dalam

Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga, Anggaran SATKER Balai

Penelitian Agroklimat dan Hidrologi pada tahun 2015 berasal dari Program

Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing dalam kegiatan

Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian yang dituangkan

melalui DIPA Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun anggaran

2015 dan didukung oleh anggaran kerjasama penelitian dengan mitra kerjasama

dalam dan luar negeri. Dalam Pagu, alokasi anggaran DIPA dan kerjasama yang

diterima Balitklimat TA 2015 adalah sebesar Rp. 16.096.599.000,- dengan

perincian: 1) belanja pegawai dengan jumlah anggaran sebesar Rp.

4.499.311.000,-; 2) Belanja barang dengan jumlah anggaran sebesar Rp

7.241.361.000,-; dan 3) Belanja modal dengan jumlah anggaran sebesar Rp.

4.355.927.000,-.

Page 136: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman131 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Gambar 80. Presentase Alokasi Anggaran DIPA dan Kerjasama Balitklimat TA

2015

Dana Mitra kerjasama penelitian luar negeri merupakan sisa dana tahun

sebelumnya yang sudah digunakan tetapi belum disahkan dan sisa dana tahun

2014 yang dibelanjakan tahun 2015 dan belum disahkan yakni: 1) CIRAD,

Perancis (Integrated and Participatory Management Water Recources

Management Toward Effective Agricukltural System in Kali Pusur Watershed

(No. Reg. 72689501) dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 516.000.000,-; dan 2)

RDA Avacy Korea (Production and Services of Agro-Meteorological Information

for the Adaptation to Climate in Indonesia (No. Reg. 73409501) dengan alokasi

anggaran sebesar Rp. 88.482.000,- atau total dana kerjasama penelitian sebesar

Rp. 604.458.000,-. Sampai bulan Desember 2015, realisasi keuangan kerjasama

penelitian mencapai: 1) Cirad, Perancis (Integrated and Participatory

Management Water Recources Management Toward Effective Agricultural

System in Kali Pusur Watershed, realisasi mencapai Rp. 515.975.175,- atau

sebesar 99.99 %; dan 2) RDA Avacy Korea (Production and Services of Agro-

Meteorological Information for the Adaptation to Climate in Indonesia, realisasi

mencapai Rp. 88.481.654,- atau sebesar 99.99 %; atautermasuk kategori sangat

berhasil.

Alokasi dan realisasi penggunaan anggaran pada SATKER Balitklimat TA

2015 disajikan pada Tabel 33.

28.98 %

46.85%

28.06% Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Page 137: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman132 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Tabel 33. Alokasi dan realisasi penggunaan anggaran Balitklimat per 31

Desember 2015

Sumber anggaran Pagu Realisasi

A. SATKER Balitklimat Rp. %

1. Belanja Pegawai 4.499.311.000 4.265.002.499 94,79

2. Belanja Barang 7.241.361.000 7.186.801.983 99,21

3. Belanja Modal 4.355.927.000 4.331.949.600 99,43

J u m l a h 16.096.599.000 15.783.754.079 98,06

Efisiensi 312.845.267 1,46

B. Kerjasama Penelitian

1. Kerjasama CIRAD, Perancis 516.000.000 515.975.175 99,99

2. Kerjasama RDA Avacy,

Korea 88.482.000 88.481.654 99,99

J u m l a h 604.482.000 604.456.829 99,99

realisasi belanja pegawai mencapai Rp 3.701.862.487,- atau 89,09%; realisasi

belanja barang mencapai Rp. 4.191.994.120,- atau 98,20%; dan realisasi belanja

modal mencapai Rp. 3.729.155.900,- atau 99,00%. Secara keseluruhan total DIPA

Balitklimat TA 2015, realisasi mencapai Rp. 15.783.754.079,- atau 98,06%

tergolong kategori sangat berhasil (Gambar 74). Ini berarti dapat dicapai efisiensi

biaya sebesar Rp. 312.844.921,- atau 1,94%.

6.4.2. Indikator Kinerja

Analisis akuntabilitas kinerja merupakan salah satu proses untuk menilai

keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan perencanaan

kinerja. Dengan demikian perlu diuraikan fokus dari setiap kegiatan penelitian

yang berisi penjelasan singkat mengenai keberhasilan, permasalahan, hambatan

dan kegagalan, serta inisiatif tindak lanjut yang telah dilakukan. Uraian berikut

merupakan rekapitulasi dari analisis akuntabilitas kinerja kegiatan penelitian

agroklimat dan hidrologi yang dilaksanakan selama tahun anggaran 2015.

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja lingkup Balai Penelitian Agroklimat

dan Hidrologi, yang tercermin dari hasil evaluasi rencana kinerja tahunan (RKT)

Page 138: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman133 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

sebagaimana ditunjukkan oleh pengukuran kinerja kegiatan (PKK), sehingga

dapat disusun suatu pelaporan akuntabilitas kinerja yang menyajikan

data/informasi: keberhasilan/kegagalan, hambatan/kendala, permasalahan dan

inisiatif tindak lanjut dalam upaya pencapaian kinerja kegiatan unggulan. Analisis

tersebut meliputi uraian mengenai keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dan

program kebijakan guna mewujudkan sasaran, tujuan dan visi serta misi

sebagaimana telah ditetapkan dalam Renstra. Faktor penentu keberhasilan

dilakukan dengan mengidentifikasi indikator yang dapat menunjukkan tingkat

pencapaian tujuan/sasaran yang telah ditetapkan. Penetapan indikator evaluasi

kinerja kegiatan unggulan lingkup Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

tahun anggaran 2015antara lain meliputi: input, output, dan outcome untuk

memperoleh nilai capaian kegiatan yang merupakan indikator tingkat keberhasilan

pencapaian kegiatan, menggunakan skala pengukuran ordinal dengan kisaran

sebagai berikut: 1) < 55: tidak berhasil; 2) 55-70:cukup ber-hasil; 3) 70-85:

berhasil; dan 4) 85-100: sangat berhasil.

Secara keseluruhan pada tahun anggaran 2015, kinerja SATKER Balai

Penelitian Agroklimat dan Hidrologi termasuk kategori sangat berhasil dengan

realisasi keuangan sampai dengan 31 Desember 2015mencapai

98,06%.Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan

kegiatan melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat,

mulai dari tahap perencanaan hingga tahap akhir kegiatan. Keberhasilan

pencapaian sasaran tersebut juga didorong oleh komitmen dari para peneliti

(SDM) dan dukungan manajemen penelitian, baik aspek pelayanan keuangan,

analisis dan pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian.

Total anggaran DIPA Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun

2015 sebesar Rp. 16.096.599.000,-. Sampai dengan 31 Desember 2015,

akuntabilitas keuangan per kualifikasi belanja adalah: Realisasi fisik mencapai

100% dengan realisasi belanja pegawai mencapai Rp 3.701.862.487,- atau

89,09%; realisasi belanja barang mencapai Rp. 4.191.994.120,- atau 98,20%; dan

realisasi belanja modal mencapai Rp. 3.729.155.900,- atau 99,00%. Secara

keseluruhan total DIPA Balitklimat TA 2015, realisasi mencapai Rp.

Page 139: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman134 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

15.783.754.079,- atau 98,06% tergolong kategori sangat berhasil (Gambar 74). Ini

berarti dapat dicapai efisiensi biaya sebesar Rp. 312.844.921,- atau 1,94%.

Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan

kegiatan melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat,

mulai dari tahap perencanaan sampai tahap akhir kegiatan. Keberhasilan

pencapaian sasaran tersebut juga didorong oleh komitmen para peneliti (SDM)

dan dukungan manajemen penelitian, baik aspek pelayanan keuangan, pengolahan

data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian.

Kendala yang dihadapi oleh para peneliti untuk menghasilkan output

indikator kinerja secara umum antara lain: Kurangnya akurasi dalam informasi

kalender tanam, Kurangnya akurasi dalam menentukan waktu tanam dalam

informasi kalender tanam. Kurangnya akurasi dalam penentuan wilayah kunci

karena terbatasnya data secara spasial dan temporal. Jumlah stasiun hidrologi

terbatas menyebabkan tingkat akurasi informasi spasial dan temporal kurang

memadai, survei topografi membutuhkan waktu lama sehingga menyebabkan

informasi topografi menjadi terbatas. Perlu data dan informasi sumberdaya air

yang akurat dan terekam dalam format sistem informasi berbasis DAS.

Keterbatasan SDM berkualitas dan berkeahlian khusus dalam penelitian

nano teknologi, minimnya ketersediaan data primer dan sekunder, kerusakan pada

sensor pengamat iklim dan hidrologi, format/jenis data serta metode yang berbeda

dan ketersediaan data pendukung yang terbatas. Kurangnya informasi tentang

metode sintesis partikel nano dari tenaga ahlimenyebabkan Keterlambatan

pencapaian output sesuai jadwal yang sudah direncanakan. Kendala cuaca lainnya

yaitu intensitas matahari yang selalu berubah menyebabkan efisiensi kerja pompa

air tenaga surya menjadi rendah sehingga air irigasi yang dihasilkan kurang

optimal. Keterbatasan SDM berkualitas dan berkeahlian khusus juga menjadi

kendala bagi Satker dalam mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian, analisis

laboratorium dan pengolahan data.

Guna mengatasi tingkat akurasi data, maka dilakukan koordinasi dengan

pihak penyedia data sekunder dan kegiatan verifikasi serta validasi terus

ditingkatkan bekerjasama dengan BBP2TP. Kurangnya ketersediaan data potensi

sumber daya air dan efektivitas adopsi teknologi oleh petani perlu dilakukan

Page 140: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman135 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

aplikasi model hidrologi berbasis spasial dan temporal serta mengadakan demplot

gelar teknologi melalui implementasi Food Smart Village. Untuk mengatasi

kurangnya tenaga ahli di bidang nano teknologi, maka dilakukan kerjasama

dengan instansi lain (lingkup Kemtan, LIPI BPPT, dan Perguruan Tinggi).

Kendala intensitas matahari yang selalu berubah disiasati dengan menngunakan

pompa air tenaga surya yang dilengkapi dengan baterai/aki.

Gambar 81. Persentasi RealisasiAnggaran DIPA Satker Balitklimat TA 2015

6.4.3. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Selama tahun 2015, jumlah penerimaan negara sebagai pendapatan negara bukan

pajak (PNBP) di Balitklimat adalah sebesar Rp.34.033.147,- yang terdiri atas:

penerimaan umum sebesar Rp.17.093.147,- (50.22 %) dan penerimaan fungsional

sebesar Rp.16.940.000,- (49.78 %). Secara total, PNBP Balitklimat pada tahun

2015 ini mengalami penurunan, sehingga penerimaan umum PNBP juga turun.

Akan tetapi untuk penerimaan fungsional mengalami kenaikan yang signifikan

(Tabel 34).

Tabel 34. Gambaran PNBP Balitklimat tahun 2010 –2015

(Rp. 000)

Jenis

Penerimaan

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Umum 9.802 30.640 28.236 23.942 174.823 17.093

Fungsional 31.075 29.085 52.197 5.352 2.727 16.940

89,09

98,20

99,00

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal

Page 141: LAPORAN TAHUNAN 2008 - balitklimat.litbang.pertanian.go.idbalitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2020/01/Laporan-Tahunan...Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada

Halaman136 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Jumlah 40.877 59.725 85.933 29.294 177.551 34.033

PNBP merupakan sumber pembiayaan tambahan untuk kegiatan yang

belum terdanai dari DIPA maupun kerjasama. Pemanfaatan PNBP di Balai

Penelitian Agroklimat dan Hidrologi adalah untuk membiayai perbaikan peralatan

laboratorium, dan keperluan pengelolaan Mess. Penetapan target PNBP dilakukan

berdasarkan kecenderungan dari realisasi penerimaan tahun sebelumnya. Pada

awal berdiri Balitklimat, belum banyak sumber-sumber pendapatan yang bisa

digali sehingga target yang ditetapkan cenderung tidak tercapai. Dengan makin

berkembangnya sarana dan fasilitas balai maka,sejak tahun 2010 terlihat sangat

jelas perkembangan penerimaan PNBP. Perbandingan PNBP selama 6 tahun

(2010-2015) disajikan pada Tabel 35.

Tabel 35. Perbandingan PNBP Fungsional yang disetorkan ke Kas Negara tahun

2010 s/d 2015

(Rp. 000)

Jenis Penerimaan

Fungsional

T a h u n

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Penjualan

peta/Inform/Film 4.975 1.515 12.852 300 2 0

Sewa gedung,

bangunan 11.450 12.895 25.590 14.230 0 0

Sewa benda-benda

bergerak 14.650 14.675 19.255 2.205 0 0

Penjualan hasil

pertanian 0 0 0 0 827 390

Pendapatan jasa

pelatihan, dll 0 0 0 0 0 15

Pendapatan jasa

lainny 0 0 0 0 0 2.000

Jumlah 31.075.000 29.085.000 57.697.000 16.735.000 2.727.000 16.940.000