LAPORAN TAHUNAN 2008 -...
Transcript of LAPORAN TAHUNAN 2008 -...
Laporan Tahunan 2015
PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
PENANGGUNG JAWAB
Haris Syahbuddin
DISUSUN OLEH
Tim Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
PENYUNTING
Popi Rejekiningrum
Haryono
Rasta Sujono
Ganjar Jayanto
Sidik Haddy Tala’ohu
Nani Heryani
Yayan Apriyana
Woro Estiningtyas
Elza Surmaini
Suciantini
REDAKSI PELAKSANA
Tuti Muliani
Eko Prasetyo
Casma
TATA LETAK
Eko Prasetyo
DITERBITKAN OLEH:
BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
Balai Besar Litbang Sumber daya Lahan Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
2016
Jl. Tentara Pelajar 1A, Bogor 16111, Indonesia
Telp: +62-0251-8312760
Faks: +62-0251-8323909
E-mail: [email protected]
Website: http://www.balitklimat.litbang.pertanian.go.id
ISSN :1693-6043
Halamani LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
KATA PENGANTAR
Kegiatan penelitian Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
merupakan penelitian untuk menghasilkan data dan informasi serta teknologi
pengelolaan iklim dan air yang dapat diaplikasikan di lapangan sebagai bagian
dari penelitian jangka panjang pengembangan sistim informasi dan pengelolaan
sumber daya iklim dan air yang dijabarkan dalam Rencana Strategis Balitklimat
Tahun 2015 – 2019.
Pada tahun anggaran 2015, Balitklimat melaksanakan kegiatan penelitian
yang dijabarkan ke dalam 7 Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP) yaitu: (1).
Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam
Upaya Adaptasi Perubahan Iklim; (2). Penelitian Key Area Keragaman Iklim
Indonesia dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim; (3). Sistem Informasi
Sumberdaya Air Mendukung Pemanfaatan Sumberdaya Air Berkelanjutan; (4).
Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering
untuk Adaptasi Perubahan Iklim; (5). Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan Sumber Daya Iklim dan Air; (6).
Monitoring On line Dinamika Ketersediaan Air Daerah Irigasi Mendukung Upaya
Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah Irigasi; (7). Pengembangan Pompa Air
Tenaga Surya untuk Irigasi dalam Upaya Mendukung Peningkatan Produksi di
Lahan Kering. Adapun kegiatan kerjasama penelitian yang dilaksanakan
Balitklimat pada tahun 2015 terdiri atas 2 kegiatan yaitu : (1). Integrated and
Participatory Management Water Resources Management toward Effective
Agricultural System in Kali Pusur Watershed ;dan (2). Pengembangan Sistim
Informasi Iklim dan Metode Prediksi Bencana di Sektor Pertanian RDA AFACI
Korea.
Hasil-hasil penelitian agroklimat dan hidrologi disebarluaskan kepada
pengguna melalui kegiatan diseminasi dan publikasi hasil-hasil penelitian bidang
Agroklimat dan Hidrologi. Profil Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
menginformasikan tentang sumber daya manusia, anggaran dan organisasi untuk
mendukung pelaksanaan penelitian.
Halamanii LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Laporan tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban
penggunaan anggaran yang tertuang dalam DIPA tahun 2015 SATKER Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan
kegiatan pendukungnya.
Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan gagasan, pikiran dan
dukungan teknis dalam penyusunan laporan tahunan ini, disampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga laporan tahunan
ini bermanfaat bagi para pengguna.
Bogor, Mei 2016
Kepala Balai,
Dr. Ir. HarisSyahbuddin, DEA
NIP. 19680415 199203 1 001
Halamaniii LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................. xii
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 16
II. PROGRAM PENELITIAN .................................................................... 18
2.1. Bidang Penelitian Agroklimat dan Hidrologi .......................................... 22
2.1.1. Pengembangan dan Advokasi Sistim Informasi Kalender Tanam
Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim ........................ 22
2.1.2. Sistem Informasi Sumber Daya Air Mendukung Pemanfaatan
Sumber Daya Air Berkelanjutan .................................................. 23
2.1.3. Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada
Lahan Kering untuk Adaptasi Perubahan Iklim ........................... 30
2.1.4. Monitoring on line Dinamika Ketersediaan Air Daerah Irigasi
Mendukung Upaya Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah
Irigasi .......................................................................................... 35
2.1.5. Penelitian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan
Sumber Daya Iklim dan Air ......................................................... 42
2.2. Bidang Penelitian Kerjasama .................................................................. 49
2.2.1. Integrated and Participatory Water Recources Management
toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed ... 50
2.2.2. Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan Metode Prediksi
Bencana di Sektor Pertanian ........................................................ 54
III. HASIL PENELITIAN UNGGULAN ..................................................... 60
3.1. Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi
Dampak Perubahan Iklim ....................................................................... 60
Halamaniv LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
3.2. Pengembangan Pompa Air Tenaga Surya untuk Irigasi dalam Upaya
Mendukung Peningkatan Produksi di Lahan Kering ............................... 65
IV. DISEMINASI HASIL PENELITIAN ..................................................... 72
4.1. Diseminasi Teknologi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi .......... 72
4.2. Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air ................................. 82
4.3. Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan, dan Dukungan
Teknologi UPSUS PJK, TSP, TTP Komoditas Unggulan Kementan....... 92
V. KEGIATAN PENUNJANG PENELITIAN ............................................ 96
5.1. Pengelolaan Tata Usaha Perkantoran ...................................................... 96
5.1.1. Pengelolaan Administrasi Keuangan, SAI, dan SABMN ............. 96
5.2.1. Pengelolaan Administrasi Kepegawaaian dan Sistem
Manajemen Mutu 9001:2008 ..................................................... 100
5.2. Penyusunan Program, Rencana Kerja, dan Anggaran ............................ 102
5.3. Sistem Pengendalian Internal, Monitoring dan Evaluasi, dan
Pelaporan .................................................................................. 106
5.4. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan ......................................... 111
5.5. Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisasi Kelembagaan ............. 112
5.6. Layanan Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium .............. 114
VI. PROFIL BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI . 123
6.1. Struktur Organisasi ............................................................................... 123
6.2. Sumber daya Manusia .......................................................................... 123
6.3. Sarana dan Prasarana Penelitian ........................................................... 127
6.4. Anggaran dan PNBP ............................................................................ 130
6.4.1. Anggaran Penelitian (DIPA, Kerjasama Penelitian) ................... 130
6.4.2. Indikator Kinerja ....................................................................... 130
6.4.3. Penerimaan Negara Bukan Pajak ............................................... 135
Halamanv LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kegiatan dan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat tahun 2015............. 18
Tabel 2. Hasil validasi Katam Terpadu ................................................................. 22
Tabel 3. LIndeks kecukupan irigasi (P: Padi , J: Palawija; B:bera) ........................ 25
Tabel 4. Ketersediaan Irigasi Tingkat Kecamatan di Beberapa Kabupaten di
Pulau Sulawesi ........................................................................................ 27
Tabel 5. Analisis Neraca Irigasi Lahan Sawah untuk menentukan Indeks
Kecukupan Irigasi Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulsel ........................................................................................ 28
Tabel 6. Indeks Kecukupan Irigasi Tingkat Kecamatan di Beberapa
Kabupaten di Pulau Sulawesi .................................................................. 29
Tabel 7. Daftar Daerah Irigasi lokasi Pemantauan Ketersediaan Air ...................... 36
Tabel 8. Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk tanaman cabai merah ................. 47
Tabel 9. Rata-rata tinggi tanaman, panjang dan diameter, bobot/tanaman dan
bobot/plot di Playen, Gunungkidul, DIY ................................................. 48
Tabel 10. Kerjasama penelitian tahun 2015 ............................................................. 50
Tabel 11. Persentase jumlah stasiun yang signifikan antara anomali curah
hujan dengan ENSO, DMI dan OLR di setiap Provinsi ........................... 63
Tabel 12. Spesifikasi instalasi listrik panel surya pada pompa air tenaga surya ....... 67
Tabel 13. Kebutuhan air per hari untuk setiap fase pertumbuhan tanaman cabai
pada dua perlakuan pemberian air 60% dan 80% kebutuhan tanaman ...... 89
Tabel 14. Data iklim Stasiun Cimanggu rata-rata dari tahun 2000-2007 .................. 90
Tabel 15. Data bulanan iklim Stasiun Cimanggu tahun 2015 .................................. 91
Tabel 16. Tabel anggaran dan realisasi ................................................................... 98
Tabel 17. Kenaikan Pangkat Pegawai Tahun 2015 .................................................. 99
Tabel 18. Penetapan aktif kembali dan Kenaikan Jenjang Fungsional Pegawai s/d
Akhir Tahun 2015 ................................................................................... 99
Tabel 19. Pelatihan Pegawai Tahun 2015................................................................ 99
Tabel 20. Alokasi Anggaran Menurut Jenis Belanja Balitklimat Tahun 2016 ........ 105
Tabel 21. Alokasi Anggaran Menurut Output Kegiatan Balitklimat Tahun 2016 ... 106
Tabel 22. Jenis instrumentasi dan pendukungnya di Laboratorium Agrohidromet . 115
Halamanvi LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Tabel 23. Kerusakan sensor AWS lingkup Jawa Barat .......................................... 118
Tabel 24. Rekapitulasi Frekuensi Penggunaan dan kondisi peralatan Laboratorium
Agrohidromet........................................................................................ 120
Tabel 25. Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional Non Peneliti s/d
Desember 2015 ..................................................................................... 125
Tabel 26. Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional Peneliti ...................... 126
Tabel 27. Jumlah Pegawai yang sedang melaksanakan pendidikan Tahun 2015 .... 126
Tabel 28. Jumlah pegawai berdasarkan Golongan dan pendidikan Tahun 2015 ..... 126
Tabel 29. Jumlah Pegawai Organik (PNS) BALITKLIMAT berdasarkan
kelompok umur dan Pendidikan Akhir per 31 Desember 2015 .............. 127
Tabel 30. Daftar Nilai Aset Tetap per 31 Desember 2015 ..................................... 128
Tabel 31. Renovasi Gedung dan bangunan serta rumah kasa yang telah dikerjakan
sejak tahun 2008 - 2015 ........................................................................ 129
Tabel 32. Alat Transportasi................................................................................... 129
Tabel 33. Alokasi dan realisasi penggunaan anggaran Balitklimat per 31
Desember 2015 ..................................................................................... 132
Tabel 34. Gambaran PNBP Balitklimat tahun 2010 –2015 .................................... 135
Tabel 35. Perbandingan PNBP Fungsional yang disetorkan ke Kas Negara tahun
2010 s/d 2015........................................................................................ 136
Halamanvii LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus musim tanam dalam setahun .................................................. 20
Gambar 2. Siklus penyusunan dan pemutakhiran SI Katam Terpadu setiap awal
musim tanam ................................................................................. 21
Gambar 3. Tampilan katam android untuk MH 2015/2016 ................................ 22
Gambar 4. Diagram menu untuk katam web versi 2.2........................................ 23
Gambar 5. Gambaran umum model analisis distribusi Hidrologi IFAS (kiri) dan
Pembangkitan hidrograf pada titik perpotongan jaringan sungai
dengan batas administrasi untuk memprediksi ketersediaan air tingkat
kecamatan (kanan) ........................................................................... 24
Gambar 6. Metode penyusunan ATLAS Sumber Daya Air................................ 26
Gambar 7. Diagram alir prototipe Sistem Informasi Sumber Daya Air Pertanian
........................................................................................................26
Gambar 8. Keragaan debit Sungai Batu Mujur dan lokasi bendung sadap .......... 33
Gambar 9. Persiapan pemasangan pipa HDPE untuk jaringan distribusi irigasi
Distribusi air .................................................................................. 33
Gambar 10. Mekanisme Pemantauan dan Akuisisi Data ketersediaan Air ........... 37
Gambar 11. Teladan tampilan bebarapa sub menu Sistem Informasi Daearah
Irigasi (SIDI): (a) sebaran pola tanam, (b) sebaran intake tersier (c)
kondisi infrastruktur ...................................................................... 39
Gambar 12. Diagram Alir Penelitian .................................................................. 39
Gambar 13. Bendung Karangtoman, Dusun Karang Toman, Desa Mekarsari, Kec.
Cikaum, Kab. Subang .................................................................... 40
Gambar 14. Titik lokasi penempatan CCTV dan AWLR Telemetri di Desa Kepuh
Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri (-7,68551 112.11467) ........... 40
Gambar 15. Titik lokasi penempatan CCTV dan AWLR Telemetri di Desa Ngogri
Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang (-7,49839 112.20237) ... 40
Gambar 16. Instalasi AWL Telemetri dan Kamera CCTV di Lokasi Bendung
Karangtoman, Dusun Karang Toman, Desa Mekarsari, Kec. Cikaum,
Halamanviii LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Kab. Subang (kiri) dan di Desa Ngogri Kecamatan Megaluh
Kabupaten Jombang (tengah dan kanan) ........................................ 41
Gambar 17. Data tinggi muka air dan suhu di saluran tersier 30 Oktober hingga 18
Desember 2015 (a) dan Pengamatan status kondisi lahan sawah
tanggal 28 Nopember 2015 melalui kamera CCTV (b) di Dusun
Karang Toman, Desa Mekarsari, Kec. Cikaum, Kab. Subang ........ 41
Gambar 18. Data tinggi muka air dan suhu di saluran tersier selama periode 26
Oktober hingga 18 Desember 2015 (a) dan Pengamatan status
kondisi lahan sawah tanggal 30 Nopember 2015 melalui kamera
CCTV (b) di Desa Ngogri Kecamatan Megaluh Kabupaten
Jombang........................... .............. ..................................................42
Gambar 19. Hasil panen tanaman Cabai ke 1 dan ke 2 (kg/ha) ........................... 43
Gambar 20. Kondisi loadcell pada saat awal sebelum mendapat gaya tekan (atas)
dan kondisi loadcell ketika mendapatkan gaya tekanakan mengubah
dari besaran tekanan menjadi bentuk voltase.................................. 44
Gambar 21. Alat dan Komponen bagian dari sensor curah hujan berbasis
tekanan............................................................................................45
Gambar 22. Grafik hubungan antara durasi pencatatan dan besarnya curah hujan
(mm/detik) .................................................................................... 46
Gambar 23. Pompa air tenaga surya di lokasi penelitian kecamatan Playen,
Gunung kidul (tampak depan)........................................................ 46
Gambar 24. Kadar air tanah pada perlakuan petani ............................................ 47
Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada perlakuan irigasi stream line,
modifikasi furrow dan cara petani dengan irigasi 100, 85, 70, dan 55
% kebutuhan air tanaman di Playen, Gunungkidul, DIY ................ 49
Gambar 26. Pak Hendri Sedang menjelaskan Kegiatan proyek selama 10 tahun di
Workshop ...................................................................................... 52
Gambar 27. Peserta Workshop dari pemda dan Dinas terkait mendengarkan
penjelasan kegiatan........................................................................ 52
Gambar 28. Peserta Workshop dari kelompok Petani, Penyuluh ........................ 52
Gambar 29. Peserta Workshop dari BPTP DIY sedang diskusi kelompok Petani
Konservasi Air .............................................................................. 53
Halamanix LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 30. Peserta Workshop dari Balitklimat, CIRAD dan mahasiswa Perancis
sedang mencermati acara diskusi kelompok ................................... 53
Gambar 31. Peserta Workshop dari Dinas Terkait di Boyolali dan Klaten,
kelompok kebijakan ...................................................................... 53
Gambar 32. Acara diskusi kelompok sedang membahasa kegiatan proyek,
kelompok ...................................................................................... 54
Gambar 33. Berfoto bersama setelah acara Workshop di Klaten 12 Mei 2015 ... 54
Gambar 34. Diagram alir penelitian Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan
Metode Prediksi Bencana di Sektor Pertanian ................................ 56
Gambar 35. Tampilan peta sebaran stasiun di Provinsi Lampung (kiri) dan
Sulawesi Selatan (kanan) ............................................................... 57
Gambar 36. Kurva massa stasiun hujan Gunung Batu, Provinsi Lampung, dengan
nilai RMSE lebih kecil 10 menunjukkan stasiun yang lolos
berdasarkan analisis kurva massa ................................................... 57
Gambar 37. Grafik, diagram pencar dan cumulative distribution function antara
data observasi dan data GPCC yang akan digunakan untuk mengisi
data kosong ................................................................................... 58
Gambar 38. Grafik SPI dengan luas padi terkena kekeringan dan banjir ............ 58
Gambar 39. Diagram pencar antara intensitas dan tingkat keparahan periode
kering dengan luas padi terkena kekeringan di Provinsi Sulawesi
Selatan .......................................................................................... 58
Gambar 40. Sebaran signifikansi anomali curah hujan dengan ENSO pada lag 1,
2, 3 dan 4 ....................................................................................... 61
Gambar 41. Sebaran signifikansi ENSO dengan curah hujan pada setiap musim di
Indonesia ....................................................................................... 64
Gambar 42. Pemanfaatan pompa radiasi surya Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ........................... 68
Gambar 43. Desain irigasi impact sprinkler memanfaatkan air dari pompa air
tenaga surya di Imogiri .................................................................. 68
Gambar 44. Pompa air tenaga suryadi Imogiri .................................................... 69
Gambar 45. Pompa air tenaga suryadi Muneng .................................................. 69
Halamanx LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 46. Kadar air tanah pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman
bawang merah varietas lokal (b) .................................................... 70
Gambar 47. Kadar air tanah pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman
bawang merah varietas Bima ......................................................... 70
Gambar 48. Bobot panen pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman bawang
merah varietas lokal ....................................................................... 71
Gambar 49. Bobot panen pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman bawang
merah varietas Bima ...................................................................... 71
Gambar 50. Buku laporan tahunan 2014............................................................. 74
Gambar 51. Info agroklimat dan hidrologi.......................................................... 75
Gambar 52. Mahasiswa dari Univ Andalas sedang PKL di Balitklimat ............... 76
Gambar 53. Suasana Seminar Mahasiswa PKL dari IPB di Balitklimat .............. 76
Gambar 54. Mahasiswa UB sedang presentasi di Balitklimat ............................. 76
Gambar 55. Pameran Perubahan Iklim di Jakarta ............................................... 77
Gambar 56. Beberapa Pejabat Balitbangtan berfoto didepan katam dan AWS .... 77
Gambar 57. Spanduk Selamat Datang di HPS Palembang .................................. 78
Gambar 58. Grafik Kunjungan Tamu ke Balitklimat TA 2015 ........................... 78
Gambar 59. Suasana Kunjungan dadakan Menteri Pertanian di Ruang Katam .... 79
Gambar 60. Suasana saat kunjungan tamu dari LDD Thailand ........................... 79
Gambar 61. Suasana Diskusi peserta FKK Kehumasan Kementan di RO Katam 79
Gambar 62. Peserta dari Tanzania di RO Katam dan depan Poster ..................... 80
Gambar 63. Rombongan mahasiswa Politeknik berfoto di RO Katam ................ 80
Gambar 64. Penampilan Website Balitklimat tahun 2015 ................................... 81
Gambar 65. HKI Hak Cipta Web Katam dan Cover Desain Pengelolaan Air KP 82
Gambar 66. Controller, probe sensor dan aplikasi sensor dalam pot ................... 84
Gambar 67. Sistem irigasi berdasarkan sensor kelembaban tanah ....................... 85
Gambar 68. Panel surya sebagai tenaga listrik untuk irigasi ................................ 86
Gambar 69. Sistim irigasi otomatik dengan keluaran dosis pemberian air ........... 86
Gambar 70. Contoh kebutuhan air tanaman cabai untuk setiap fase di KRPL
BALITKLIMAT berdasarkan perhitungan koefisien tanaman dan
ETP ............................................................................................... 89
Halamanxi LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 71. Pola curah hujan dan ETP stasiun iklim Cimanggu rerata 2000-2007
dan tahun 2015 .............................................................................. 90
Gambar 72. Instalasi irigasi otomatik pada lokasi HPS ke 35 diJaka Baring
Palembang, Sumatera Selatan ........................................................ 91
Gambar 73. Proporsi Alokasi Balitklimat maneurut Jenis Belanja dan Output Jens
Kegiatan TA. 2016 ...................................................................... 106
Gambar 74. Struktur Organisasi Satlak PI Balitklimat Tahun 2015 .................. 110
Gambar 75. Penggantian baterai dan perawatan box shelter logger dan sensor-
sensor .......................................................................................... 119
Gambar 76. Data dari basisdata digunakan untuk memprediksi kejadian hujan
beberapa bulan ke depan di Stasiun Naibonat NTT ...................... 119
Gambar 77. Contoh tampilan data dari basis data ............................................. 121
Gambar 78. Rumah kassa Balitklimat di BBSDLP ........................................... 122
Gambar 79. Struktur Organisasi Balitklimat ..................................................... 123
Gambar 80. Presentase Alokasi Anggaran DIPA dan Kerjasama Balitklimat TA
2015 ............................................................................................ 131
Gambar 81. Persentasi RealisasiAnggaran DIPA Satker Balitklimat TA 2015 .. 135
Halamanxii LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dalam rangka mewujudkan, visi, misi, dan tupoksi Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi, penyusunan program penelitian agroklimat dan hidrologi perlu
dilakukan secara teratur dan terarah sesuai dengan Rencana Strategis tahun 2015-
2019. Perencanaan program penelitian tersebut mengacu pada Rencana Strategis
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian 2015-
2015, Renstra Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2015-2019, dan
Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015-2019 sebagai perwujudan amanah
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Peraturan Presiden RI Nomor 2 tahun
2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019.
Prioritas penelitian agroklimat dan hidrologi ditetapkan berdasarkan
tantangan dan kebutuhan pembangunan pertanian secara nasional terutama yang
berkaitan dengan kedaulatan pangan, kecukupan energi dan pengelolaan
sumberdaya maritim dan kelautan, serta isu perubahan iklim.
Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman yang sangat serius terhadap
sektor pertanian dan potensial mendatangkan masalah baru bagi keberlanjutan
produksi pangan dan sistem produksi pertanian pada umumnya. Pengaruh
perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat multi-dimensional, mulai dari
sumberdaya, infrastruktur pertanian, dan sistem produksi pertanian, hingga aspek
ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan petani dan masyarakat
pada umumnya.
Dampak perubahan iklim perlu diidentifikasi sehingga bisa disusun
teknologi adaptasi yang sesuai dengan spesifik wilayah. Penentuan Key Area
diharapkan dapat membantu mengetahui sebaran wilayah kunci perubahan iklim.
Penelitian tentang Key Area merupakan penelitian yang baru dan belum pernah
dilakukan di Indonesia. Key area adalah wilayah yang bisa dijadikan indikator
adanya perubahan iklim (El-Nino dan La-Nina) di Indonesia dengan indikator
utama curah hujan dan parameter iklim lainnya.
Selain itu di bidang pertanian, air merupakan faktor utama penentu
kelangsungan produksi pertanian, namun pengelolaannya untuk kelangsungan
Halamanxiii LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
sumber daya air tersebut masih menghadapi banyak kendala baik pada skala
daerah irigasi maupun daerah aliran sungai (DAS) dan seringkali memunculkan
masalah baru yaitu kelangkaan air, kekeringan dan banjir, dan banyak
permasalahan air lain yang terkait. Kondisi ini diperparah dengan maraknya
kompetisi penggunaan air antara sektor pertanian dengan pengguna air lainnya
seperti domestik, municipal, dan industri. Untuk itu data dan informasi
sumberdaya air yang akurat, terekam dalam format sistem informasi berbasis
Daerah Aliran Sungai mutlak diperlukan. Permasalahan yang dihadapi saat ini
adalah keberadaan data tersebut terfragmentasi di berbagai institusi dengan
bentuk, format, jenis, waktu penyajian dan metode yang berbeda. Untuk
mengatasi kendala tersebut diperlukan kuantifikasi dan integrasi data sumberdaya
air sehingga dapat memberikan informasi secara menyeluruh baik spasial, tabular,
dan temporal tentang kondisi sumberdaya air di suatu wilayah.
Selanjutnya upaya antisipasi kekeringan di lahan kering dilakukan melalui
pengembangan pertanian melalui sistem irigasi hemat air yang dikombinasikan
dengan pengelolaan lahan untuk menjaga kelembaban tanah. Konsep pemanfaatan
sumberdaya air untuk pertanian lahan kering dilakukan dengan memanfaatkan air
yang tidak mengganggu kebutuhan air untuk domestik, karena kebutuhan air
masing-masing sektor sudah dialokasikan sesuai dengan kearifan lokal pembagian
air secara proposional. Optimalisasi pendayagunaan sumberdaya air di lahan
kering dilakukan utamanya untuk meningkatkan ketersediaan air, memperpanjang
masa tanam, dan menekan risiko kehilangan hasil untuk menciptakan sistem usaha
tani lahan kering berkelanjutan.
Labih lanjut semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi akibat
perubahan iklim global dan kelangkaan sumber daya air diperlukan penyediaan
inovasi teknologi yang inovatif dan adaptif dengan memanfaatkan teknologi
sensorik dan sumberenergi alamiah untuk optimalisasi pengelolaan sumber daya
iklim dan air.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi memfokuskan kegiatan penelitian guna menghasilkan data dan
informasi serta teknologi pengelolaan iklim dan air untuk mencapai sasaran dari
program utama penelitian agroklimat dan hidrologi yang dijabarkan melalui
Halamanxiv LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
rencana penelitian tim peneliti (RPTP). Kegiatan penelitian tahun anggaran
2015 merupakan rangkaian proses pelaksanaan penelitian yang tertuang dalam
Rencana Strategi 2015-2019, dengan mempertimbangkan isu-isu aktual yang
mengemuka dan menjadi kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, maka pada tahun anggaran 2015 telah dilakukan kegiatan yang
direalisasikan dalam 7 RPTP, 5 RKTM, dan 3 RDHP yang dibiayai melalui DIPA
TA. 2015 dan didukung oleh 2 kegiatan penelitian kerjasama dengan luar negeri
terkait dengan pengelolaan sumberdaya iklim dan air.
Kegiatan penelitian tahun 2015 sebagian besar merupakan lanjutan dari
tahun-tahun sebelumnya sebagai bagian dari penelitian jangka panjang Penelitian
dan Pengembangan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim untuk Pengembangan
Pertanian yang meliputi: (1). Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi
Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim; (2). Penelitian
Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim; (3).
Sistem Informasi Sumber Daya Air Mendukung Pemanfaatan Sumber Daya Air
Berkelanjutan; (4). Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada
Lahan Kering untuk Adaptasi Perubahan Iklim; (5). Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan Sumber Daya Air; (6)
Monitoring Dinamika Ketersediaan Air Daerah Irigasi Mendukung Upaya
Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah, dan (7). Pengembangan Pompa Air
Tenaga Surya untuk Irigasi dalam Upaya Mendukung Peningkatan Produksi di
Lahan Kering, serta (8). Kerjasama penelitian pengelolaan sumberdaya iklim dan
air yakni: (a) Integrated and Participatory Management Water Resources
Management Toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed-
CIRAD, Perancis; (b). Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan Metode
Prediksi Bencana di Sektor Pertanian RDA AFACI Korea.
Kebijakan pembinaan dan peningkatan jaringan kerjasama penelitian
dengan mitra nasional dan internasional pada intinya bertujuan untuk
mendiseminasikan informasi dan teknologi pengelolaan sumberdaya iklim dan air,
peningkatan kapasitas sumberdaya penelitian dan menggalang pendanaan
alternatif sebagai komplemen anggaran penelitian Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi. Dinamika kegiatan penelitian yang dikerjasamakan didasarkan
Halamanxv LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
pada permintaan pengguna, baik yang berkaitan langsung dengan bidang
agroklimat dan hidrologi maupun pemanfaatan keahlian yang dimiliki oleh Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi antara lain bidang teknologi informasi.
Kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi meliputi 4
kegiatan, yaitu: (1). Diseminasi Teknologi Penelitian Agroklimat dan Hidrologi,
(2). Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air, dan (3) Identifikasi Calon
Lokasi, Koordinasi, Bimbingan, dan Dukungan Teknologi UPSUS PJK, TSP,
TTP Komoditas Unggulan Kementan. Khusus kegiatan Diseminasi Teknologi
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi meliputi 2 sub kegiatan, yaitu Komunikasi
dan Publikasi Hasil Penelitian serta Pelayanan Jasa Penelitian. Diseminasi adalah
menyebarluaskan, mendiseminasikan dan mempublikasikan hasil-hasil penelitian
bidang agroklimat dan hidrologi agar dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebanyak-
banyaknya oleh masyarakat pengguna, dalam beberapa bentuk seperti: (a).
Penerbitan publikasi tercetak yaitu: (i). Buletin hasil penelitian agroklimat dan
hidrologi; (ii). Laporan tahunan; (iii). Petunjuk Teknis; (iv). Leaflet dan poster,(b)
Diseminasi/penyebarluasan dan komunikasi hasil penelitian seperti kegiatan
seminar rutin bulanan partisipasi pada beberapa kegiatan pameran yang diadakan
secara nasional maupun regional terutama digunakan untuk membina hubungan
dengan instansi-instansi di luar Badan Litbang Pertanian dan atau beberapa
instansi pengguna terkait, baik swasta, perguruan tinggi maupun Pemerintah.
Publikasi merupakan salah satu bentuk diseminasi hasil-hasil penelitian
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Publikasi yang telah diterbitkan pada
kurun waktu 2015 adalah:1 volume Buletin Hasil Penelitian, 6 edisi Info
Agroklimat dan Hidrologi; Laporan Tahunan Balai, 4 tema leaflet masing-masing
200 eksemplar, 13 poster, 200 CD KATAM MK 2015 dan MH 2015/2016.
Halaman16 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
I. PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Peraturan Presiden RI
Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-
2019yang saat ini memasuki tahap ke-3 difokuskan untuk memantapkan pembangunan secara
menyeluruh dengan menekankan pembangunan kompetitif perekonomian yang berbasis
sumberdaya alam yang tersedia, sumberdaya manusia yang berkualitas dan kemampuan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Sedangkan RPJMN 2015-2019 sebagai
tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025, memproritaskan pada upaya mencapai kedaulatan
pangan, kecukupan energi dan pengelolaan sumberdaya maritim dan kelautan.
Pada RPJMN tahap-3 (2015-2019), sektor pertanian tetap menjadi sektor penting dalam
pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian tersebut digambarkan dalam
kontribusi sektor pertanian dalam penyedia bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang
PDB, penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber utama pendapatan rumah tangga
perdesaan, penyedia bahan pakan dan bioenergi, serta berperan dalam upaya penurunan emisi
gas rumah kaca.
Pada RPJMN 2015-2019, NAWA CITA menjadi agenda prioritas Kabinet Kerja dengan
mengarahkan pembangunan pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, agar
Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara
berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal: (1)
mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (2) mengatur kebijakan pangan secara
mandiri, serta (3) melindungi dan menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha
pertanianpangan. Peningkatan kedaulatan pangan merupakan salah satu bagian dari Agenda 7
Nawa Cita yaitu Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.Selain Kedaulatan Pangan yang ada dalam Nawa Cita, juga terdapat
Peningkatan Agroindustri sebagai bagian dari agenda 6 yaitu Meningkatkan produktivitas rakyat
dan daya saing di pasar internasional. Kedaulatan pangan dan Agroindustri menjadi bagian
dalam upaya mewujudkan perekonomian yang lebih mandiri, yang digambarkan dengan
pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan meningkat hingga 8,0 persen, tumbuhnya investasi
12,1 persen, serta ekspor yang diperkirakan tumbuh 12,2 persen di tahun 2019. Melalui upaya
ketahanan pangan dan agroindustri, diharapkan sektor pertanian tumbuh 4,5persen pertahun.
Halaman17 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Dengan sasaran strategis tersebut, maka Kementerian Pertanian menyusun empat
kebijakan yaitu (1) melakukan upaya percepatan peningkatan produksi melalui pemanfaatan
secara optimal sumberdaya pertanian, (2) melaksanakan koordinasi kebijakan di bidang
peningkatan diversifikasi pangan dan pemantapan ketahanan pangan, (3) membangun dengan
pendekatan kawasan, pengarusutamaan gender dan menjalin kerjasama internasional, serta (4)
memperkuat faktor pendukung kesuksesan pembangunan pertanian
Tantangan terberat yang dihadapi Kementerian Pertanian adalah percepatan peningkatan
produksi. Untuk itu pelaksanaan program yang bersifat bussiness as usual harus ditinggalkan dan
segera memulai dengan terobosan-terobosan baru berupa langkah akselerasi pelaksanaan
program di berbagai sektor.
Penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan khususnya sumber daya iklim dan air
harus mampu mendukung terealisasinya percepatan peningkatan produksi. Hal ini didasarkan
pada kenyataan bahwa sumber daya iklim dan air merupakan faktor yang dapat menjamin
kelangsungan produksi pertanian dan mempengaruhi kualitas produk pertanian.
Keragaman produksi pertanian di suatu wilayah berkaitan erat dengan keragaman iklim.
Kegagalan panen seringkali dilaporkan sebagai akibat dari kejadian iklim ekstrim. Di lain pihak,
secara nasional tingkat produktivitas pertanian pada beberapa daerah masih jauh di bawah
produktivitas potensialnya sebagai akibat dari kekurang-selarasan antara sistem usaha pertanian
(SUP) yang dikembangkan dengan kerakteristik iklim/cuaca. Dari berbagai kajian yang berkaitan
dengan simulasi model iklim global diperoleh bahwa keragaman iklim di masa datang
mengalami perubahan akibat dari meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Oleh
karena itu, teknologi budidaya yang dikembangkan tidak hanya diarahkan untuk mengatasi
keragaman iklim saat ini tetapi juga harus sudah dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya
perubahan iklim
Sedangkan di bidang pertanian air merupakan faktor utama penentu kelangsungan
produksi pertanian, namun pengelolaannya untuk kelangsungan sumber daya air tersebut masih
menghadapi banyak kendala baik pada skala daerah irigasi maupun daerah aliran sungai (DAS)
dan seringkali memunculkan masalah baru yaitu kelangkaan air, kekeringan dan banjir, dan
banyak permasalahan air lain yang terkait. Kondisi ini diperparah dengan maraknya kompetisi
penggunaan air antara sektor pertanian dengan pengguna air lainya baik domestik, municipal dan
industri.
Halaman18 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Peningkatan produksi pertanian, untuk mencapai dan mempertahankan ketahanan
pangan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani memerlukan kemampuan pengelolaan
sumberdaya iklim dan air secara maju, modern dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan strategi,
pendekatan dan teknologi pengelolaan dan pengembangan sumberdaya iklim dan air yang
menyeluruh. Upaya ini diperlukan untuk mengantisipasi dinamika dan keragaan sumberdaya
iklim serta kompetisi pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai kepentingan yang semakin
kuat.
Dampak perubahan iklim global terhadap sektor pertanian di Indonesia sangat nyata, baik
berupa bencana banjir maupun kekeringan. Dampak tersebut cenderung terus meningkat
(frekuensi, intensitas, dan distribusi kejadiannya). Hal ini diperparah dengan kondisi daerah
aliran sungai (DAS) yang semakin rusak dan menjadi kritis akibat alih fungsi lahan yang tidak
terkendali. Dampak perubahan iklim global tidak hanya terjadi pada keseimbangan hidrologis
(masukan dan kehilangan air) pada suatu daerah tangkapan hujan atau DAS, tetapi juga
bepengaruh pada sistem usaha tani, terkait dengan ketersediaan air dan masa tanam. Perubahan
iklim global telah menyebabkan meningkatnya frekuensi kejadian iklim ekstrim (basah dan
kering) yang sulit diprediksi. Kondisi tersebut juga mempengaruhi berbagai sektor, yang
berdampak nyataterhadap ketersediaan dan ketahanan pangan nasional. Kejadian iklim ektrim
juga menyebabkan ketersediaan air permukaan sangat berfluktuatif antara musim hujan dan
musim kemarau. Hal ini diperparah dengan permasalahan kelangkaan air akibat defisit neraca
ketersediaan air, kecenderungan penurunan ketersediaan air serta peningkatan kebutuhan air
untuk berbagai sektor.
Kelangkaan air bila tidak diantisipasi dengan benar, dapat menjadi faktor penghambat
serius yang dapat mengganggu upaya pemerintah untuk mencapai target produksi beras 70,3 juta
ton pada tahun 2015. Dengan demikian, diperlukan langkah-langkah antisipasi dan adaptasi
untuk mencegah terjadinya kelangkaan air. Upaya antisipasi kelangkaan air antara lain dilakukan
melalui prediksi musim pada musim kemarau (MK) dan musim hujan (MH), validasi kalender
tanam di lahan sawah irigasi dan tadah hujan untuk mendukung pengembangan kalender tanam
terpadu dan interaktif, penyusunan model optimasi sumberdaya air di lahan kering beriklim
kering, penyusunan wilayah prioritas penanganan kekeringan, dan pengembangan sistem
peringatan dini OPT untuk mengantisipasi ledakan OPT.
Halaman19 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Dalam upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya iklim dan air untuk mengantisipasi
kelangkaan air dan perubahan iklim, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi memfokuskan
kegiatan penelitian guna menghasilkan data, informasi, teknologi pengelolaan iklim dan air yang
dapat diaplikasikan di lapangan sesuai Rencana Strategis Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi Tahun 2015–2015.
Kegiatan penelitian tahun 2015 sebagian besar merupakan lanjutan penelitian tahun-
tahun sebelumnya, sebagai bagian dari penelitian jangka panjang penelitian dan pengembangan
sistem informasi dan pengelolaan sumber daya iklim dan air yang meliputi:
(1). Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya
Adaptasi Perubahan Iklim;
(2). Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim;
(3). Sistem Informasi Sumber Daya Air Mendukung Pemanfaatan Sumber Daya Air
Berkelanjutan;
(4). Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering untuk Adaptasi
Perubahan Iklim;
(5). Penelitian dan Pengembangan Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan Sumber
Daya Air;
(6). Monitoring Dinamika Ketersediaan Air Daerah Irigasi Mendukung Upaya Peningkatan
Produktivitas Lahan Sawah, dan
(7). Pengembangan Pompa Air Tenaga Surya untuk Irigasi dalam Upaya Mendukung
Peningkatan Produksi di Lahan Kering
Selain itu, telah dilaksanakan 2 kegiatan penelitian melalui kerjasama yaitu:
(1). Integrated and Participatory Management Water Resources Management Toward
Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed-CIRAD, Perancis,
(2). Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan Metode Prediksi Bencana di Sektor Pertanian
RDA AFACI Korea.
Dalam kegiatan diseminasi dan penyebaran hasil-hasil penelitian Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi disajikan dalam berbagai bentuk penerbitan publikasi ilmiah semi
Halaman20 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
populer seperti: Buletin hasil penelitian agroklimat dan Hidrologi, laporan berkala informasi
agroklimat dan hidrologi, petunjuk teknis, laporan tahunan Balai, leaflet, brosur, poster dan
dokumentasi berupa CD audio, informasi melalui website. Publikasi tercetak berupa tulisan
ilmiah populer atau laporan hasil penelitian yang merupakan media yang efektif untuk
penyebarluasan informasi hasil penelitian dan dimuat dalam website, karena sifatnya dapat
menjangkau pengguna yang tersebar luas di seluruh Indonesia dan dunia internasional. Oleh
sebab itu, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dituntut untuk senantiasa mengembangkan
cara penyajian dan teknik penulisan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta kebutuhan pengguna. Hasil-hasil penelitian dikomunikasikan kepada para pengguna,
dilakukan secara langsung melalui seminar, lokakarya, dialog, pameran, ekspose. Selain itu juga
dilakukan secara tidak langsung melalui penyebaran publikasi tercetak, laporan, media elektronik
(internet, video, dll). Pada tahun anggaran 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi terus
melaksanakan dan melanjutkan editing dan updating informasi terbaru website serta
mengembangkan dalam bentuk online.
Halaman21 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
II. PROGRAM PENELITIAN
Penyusunan program, rencana kerja dan anggaran merupakan kegiatan manajemen dalam rangka
menyiapkan program dan anggaran Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.
Penyusunan program, rencana kerja dan anggaran mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian
Nomor: 44/Permentan/OT.140/8/2011 tentang Pedoman Umum Perencanaan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Sesuai Permentan tersebut, maka tahapan perencanaan penelitian dan
pengembangan pertanian, terdiri atas tahapan perencanaan penelitian dan pengembangan
pertanian serta mekanisme perencanaan penelitian dan pengembangan pertanian. Kegiatan
penelitian dan pengembangan dan Balitbangtan mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian
Nomor: 03/Kpts/OT.060/1/2005 tentang Pedoman Penyiapan dan Penerapan Teknologi
Pertanian. Dalam Permentan tersebut juga diatur tentang penciptaan inovasi teknologi yang
dilakukan melalui serangkaian tahapan kegiatan yang dilakukan di UK/UPT. Setiap tahapan
memiliki keterkaitan antara tahapan satu dengan tahapan lainnya dengan tahapan sebagai
berikut: 1) Tahap penelitian; 2) Tahap verifikasi dan, 3) Tahap Pengkajian.
Untuk mencapai sasaran program utama TA 2015, maka penelitian agroklimat dan
hidrologi diuraikan dalam beberapa Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP). Kegiatan
penelitian tahun anggaran 2015 merupakan rangkaian proses pelaksanaan penelitian yang
tertuang dalam Renstra 2015-2019. Dengan mempertimbangkan isu-isu aktual yang menjadi
kebijakan Balitbangtan maupun Kementerian Pertanian, maka pada tahun anggaran 2015
SATKER Balitklimat menetapkan 7 RPTP,1 RDHP terdiri atas 3 kegiatan, 1 RKTM terdiri atas
6 kegiatan; kegiatan kerjasama terdiri atas1 kegiatan on top dari Balitbangtan dan 2 kegiatan
kerjasama penelitian dengan luar negeriyang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya iklim
dan air.
Kegiatan dan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat tahun 2015, disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kegiatan dan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat tahun 2015
No. Kode Kegiatan/Output Pagu Realisasi % Realisasi
1 1800 Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Lahan Pertanian 16.096.599.000 15.783.754.079 98,06
2 1800004 Laporan Pengelolaan Satker 654.699.000 652.121.100 99,61
3 1800005 Layanan Operasional dan
Pemeliharaan Laboratorium 202.792.000 178.139.050 87,84
4 1800006 Laporan Diseminasi Teknologi 1.213.970.000 1.212.579.670 99,89
Halaman22 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Pengelolaan Sumber Daya
Lahan Pertanian
5 1800014 Teknologi Mitigasi dan
Adaptasi Perubahan Iklim 4.000.507.000 3.988.112.450 99,69
6 1800994 Layanan Perkantoran 6.259.768.000 6.011.069.009 96,03
7 1800996 Perangkat Pengolah Data dan
komunikasi 222.000.000 218.456.000 98,40
8 1800997 Peralatan dan Fasilitas Kantor 150.000.000 149.702.500 99,80
9 1800998 Gedung/Bangunan 3.392.863.000 3.373.574.300 99,43
2.1. Bidang Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Pada tahun 2015, penelitian agroklimat dan hidrologi yang dibiayai dari dana DIPA terdiri atas 7
(tujuh) RPTP, 5 (lima) RPTP diuraikan pada bab 2 dan 2 (dua) RPTP diuraikan lebih lanjut pada
bab 3.
2.1.1. Pengembangan dan Advokasi Sistim Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam
Upaya Adaptasi Perubahan Iklim
Kementerian Pertanian sejak tahun 2007 menyusun atlas kalender tanam tanaman padi sebagai
panduan waktu tanam padi bagi penyuluh dan petani setiap kecamatan seluruh Indonesia.
Estimasi awal waktu tanam ditentukan berdasarkan kondisi curah hujan tahunan, yaitu pada
kondisi basah, normal, dan kering. Apabila sifat iklim tahunan suatu kecamatan adalah basah,
maka diasumsikan lahan sawah kecamatan tersebut mengalami kondisi basah sepanjang tahun.
Padahal sifat iklim bersifat tidak statis sepanjang tahun. Prakiraan sifat iklim BMKG untuk
setiap zona musim menunjukkan hasil yang berbeda antar musim.
Untuk mengatasi masalah tersebut, informasi kalender tanam dipadukan dengan hasil
prediksi iklim sehingga mengubah kalender tanam yang dulunya statis menjadi dinamis.
Informasi sifat iklim yang dulunya diasumsikan sama sepanjang tahun, telah dipecah menjadi
tiga musim berbeda berdasarkan prediksi sifat iklim. Perubahan ini menjamin pengguna
mendapatkan informasi terbaru.
Pada proses selanjutnya, kalender tanam dinamik dilengkapi menjadi kalender tanam
terpadu. Karena selain membutuhkan informasi awal waktu tanam pada setiap level kecamatan,
Halaman23 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
pengguna juga membutuhkan informasi mengenai wilayah rawan terkena bencana seperti
kekeringan, banjir dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Termasuk juga
informasi rekomendasi teknologi berupa varietas, benih, pupuk, dan mekanisasi pertanian yang
perlu disiapkan sebelum masuk periode musim tanam berikutnya.
Agar penyebaran informasi lebih cepat dan efisien ke seluruh Indonesia, maka informasi
ini dikemas dalam bentuk sistem informasi berbasis website. Pengembangan Sistem Kalender
Tanam Terpadu (selanjutnya disebut SI Katam Terpadu) bersifat interaktif diharapkan dapat
mempermudah dan mempercepat pengguna mengakses informasi kalender tanam.
Peluncuran SI Katam Terpadu MH dilakukan setiap bulan September, dan MK pada bulan
Februari. Penyusunan SI Katam Terpadu MH merupakan basis, karena pada peluncuran bulan
September itu sekaligus berisi pola tanam sepanjang setahun. Pada peluncuran MK dilakukan
pemutakhiran (improvement) berdasarkan data prediksi iklim terbaru.
Gambar 1. Siklus musim tanam dalam setahun
Agar pengguna tetap memiliki informasi yang mendekati kondisi lapang, SI Katam
Terpadu terus dievaluasi, diperbaiki, diperbaharui, dan dikembangkan melalui α-β testing untuk
meningkatkan akurasi informasi. Peranan petani, penyuluh, dan pengguna sangat penting di
dalam memberikan umpan balik (feedback) bagi perbaikan SI Katam Terpadu kedepan sebagai
salah satu upaya adaptasi sektor pertanian didalam menyikapi perubahan iklim.
Halaman24 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
,
Gambar 2. Siklus penyusunan dan pemutakhiran SI Katam Terpadu setiap awal musim tanam
Setiap tujuan tersebut telah tercapai dan secara periodik Kepala Balitbangtan
mengeluarkan press release berdasarkan informasi SI Katam Terpadu. Aplikasi web ini telah
berjalan dengan baik, dan dapat diakses melalui http://katam.litbang.pertanian.go.id. Posisi
terakhir, data administrasi yang sudah masuk dalam sistem adalah 34 provinsi, 511kabupaten dan
6982kecamatan.
Beberapa pengembangkan yang perlu dilakukan ke depan diuraikan sebagai berikut :
Rekomendasi waktu tanam pada musim hujan, terutama didaerah endemik banjir pada saat
prediksi hujan AN, perlu mempertimbangkan periode kejadian banjir. Perlu dilakukan analisis
periode kejadian banjir pada saat prediksi curah hujan diatas normal , sehingga rekomendasi
waktu tanam dilakukan setelah periode banjir untuk menghindari gagal tanam dan puso akibat
banjir.Rekomendasi waktu tanam baik pada MH maupun MK juga memperhatikan kondisi
standing crop dan monitoring CCTV, sehingga rekomendasi tanam tidak diberikan saat tanaman
masih ada dilapangan.
Prediksi untuk komponen selain waktu tanam perlu dikembangkan menjadi prediksi yang
operasional, seperti prediksi banjir, kekeringan dan OPT, rekomendasi pupuk dan
varietas.Rekomendasi pupuk perlu dikembangkan menjadi operasional dan tidak statis. Hal ini
dapat dilakukan dengan menguji dosis pada berbagai skenario curah hujan (AN, BN, N), tanggal
tanam, dan dosis menggunakan model simulasi tanaman untuk mengetahui dosis yang paling
efisien. Uji coba rekomendasi pupuk dengan model simulasi tanam juga untuk menghindari dosis
Pengumpulan danpermutakhiran
basis data
Pemodelan
PengemasanSistem
Pemantapanhasil
Peluncuran
(Launching)
Sosialisasi
Verifikasi/Validasi
Umpanbalik
Halaman25 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
pupuk yang terlalu tinggi. Berbagai hasil rekomendasi pupuk pada berbagai skenario tersebut
disimpan dalam basis data rekomendasi pupuk, sehingga dapat diotomasisasi sesuai dengan
rekomendasi waktu tanam dan sifat hujan.
Tabel 2. Hasil validasi Katam Terpadu
Gambar 3. Tampilan katam android untuk MH 2015/2016
Halaman26 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 4. Diagram menu untuk katam web versi 2.2
2.1.2. Sistem Informasi Sumber Daya Air Mendukung Pemanfaatan Sumber Daya Air
Berkelanjutan
Data dan informasi sumber daya air yang akurat, terekam dalam format sistem informasi berbasis
Daerah Aliran Sungai mutlak diperlukan. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah keberadaan
data tersebut terfragmentasi di berbagai institusi dengan bentuk, format, jenis, waktu penyajian
dan metode yang berbeda. Data dan informasi sumber daya air yang terintegrasi dapat digunakan
sebagai dasar penyusunan model optimalisasi sumberdaya air untuk menjawab permasalahan
Halaman27 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
kelangkaan air dan peningkatan produksi pertanian terutama dalam upaya adaptasi terhadap
perubahan iklim. Model tersebut dapat digunakan sebagai informasi awal dalam menentukan
teknologi pengelolaan air yang tepat dan untuk menjamin keberlanjutan ketersediaan sumber
daya air suatu DAS.
Penelitian dilakukan mulai Januari 2015 sampai dengan Desember 2015 di Pulau
Sulawesi. Tujuan penelitian yaitu: 1) menyusun Atlas Potensi Sumberdaya Air Pulau Sulawesi
Skala 1:250.000; dan 2) menyusun Sistem Informasi Sumberdaya Air Pertanian (SISDATAN)
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi. Analisis dan pengolahan data yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu: 1) analisis ketersediaan dan kebutuhan air ; 2) analisis indeks kecukupan
irigasi, 3) penyusunan atlas sumber daya air, dan 4) penyusunan prototipe SISDATAN.
Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air
Ketersediaan air irigasi dihitung berdasarkan aplikasi model hidrologi IFAS (Integrated Flood
Analysis System) (Gambar5).
Gambar 5. Gambaran umum model analisis distribusi Hidrologi IFAS (kiri) dan Pembangkitan
hidrograf pada titik perpotongan jaringan sungai dengan batas administrasi untuk
memprediksi ketersediaan air tingkat kecamatan (kanan)
Analisis kebutuhan air bagi tanaman dilakukan berdasarkan Metode Buletin FAO No. 56
(Allen et al,, 1989), melalui persamaan: ETtan = Kc x ETo (ETtan : evapotranspirasi tanaman,
ETo : evapotranspirasi referensi, Kc : koefisien tanaman).
• Irigasi diberikan jika tinggi genangan pada lahan sawah lebih rendah dari batas ketinggian
genangan terendah yang diperkenankan :
minGGi iiiii CHETcPercGG 1
Gi: tinggi genangan air lahan sawah pada hari ke-i (mm), Gmin:tinggi genangan air lahan
sawah minimum (mm)
Halaman28 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Irigasi dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:
)(max iiiii CHETcPercGGIr 1
Iri: kebutuhan irigasi pada hari ke-i (mm); Gmax: tinggi genangan air lahan sawah maksimum
(mm); Gi-1 : tinggi genangan air lahan sawah pada hari ke-(i-1) (mm); Perc: perkolasi (mm);
ETc,i : evapotranspirasi tanaman pada hari ke-i (mm); CHi : curah hujan pada hari ke-i (mm).
Analisis Indeks Kecukupan Irigasi
Indeks Kecukupan Irigasi adalah indeks yang menunjukkan perbandingan antara ketersediaan
dengan kebutuhan air yang dihitung menggunakan modul neraca air, dibagi menjadi 9 indeks
yang masing-masing merepresentasikan 9 rekomendasi pola tanam (Tabel 3).
Tabel 3.Indeks kecukupan irigasi (P: Padi , J: Palawija; B:bera)
Indeks Kecukupan Irigasi
Pola Tanam
A1 P P P
A2 P P J
A3 P J J
A4 J J J
B1 P P B
B2 P J B
B3 J J B
C1 P B B
C2 J B B
Penyusunan ATLAS Sumber Daya Air
Data tabular dan temporal disusun ke dalam basis data yang terstruktur untuk kemudian
dihubungkan ke data spasialnya untuk disajikan dalam format tabel dan grafik. Metode
penyusunan ATLAS Sumber Daya Air disajikan pada Gambar 6.
Sistem Informasi Sumberdaya Air Pertanian (SISDATAN)
Proses updating, keterkinian data perlu terus dipantau. Keluaran penelitian dikemas dalam suatu
sistem basis data yang menggabungkan data spatial dan tabular yang runut waktu, mudah diedit
dan diperbaharui. Sebelum digabungkan, data tersebut disimpan sebagai database terpisah baik
untuk peta, citra maupun atribut dengan perangkat lunaknya masing-masing. Diagram alir
prototipe Sistem Informasi Sumber Daya Air Pertanian disajikan pada Gambar 7.
Halaman29 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
MULAI
DATA GEOGRAFI
Peta tematik/ data vektor
Citra
Landsat 7/ data raster
Data tabular
USER
TRANSAKSI
- Lihat grafik data tabular berdasarkan kategori
tertentu
- Overlay peta berdasarkan layer tertentu
- Manipulasi data tabular (tambah, hapus, sisip,
pembaharuan data)
- Mencari data berdasarkan data tabular dan data
spasial , dan sebagainya
- Printer - Monitor (display) - File (save)
SELESAI
Proses
Output
Ketersediaan Irigasi dan Indeks Kecukupan Irigasi
Tabel 4 menyajikan ketersediaan irigasi tingkat kecamatan di beberapa kabupaten di pulau
Sulawesi. Data ketersediaan irigasi selanjutnya dimanfaatkan untuk menghitung neraca irigasi
pada lahan sawah. Tabel 5 menyajikan contoh analisis neraca irigasi untuk menetapkan indeks
kecukupan irigasi di Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi, berdasarkan
skenario pola tanam Padi-Padi-Padi. Rekapitulasi indeks kecukupan irigasi tingkat kecamatan di
beberapa kabupaten di Pulau Sulawesi disajikan pada Tabel 6.
ATLAS Potensi Sumberdaya Air Pertanian
ATLAS Potensi Sumberdaya Air Pertanian ini disusun dengan melakukan overlay antara
beberapa data spasial dari Peta Rupa Bumi meliputi informasi administrasi, sungai, jalan, kontur,
serta peta tematik meliputi Peta Satuan Wilayah Sungai (SWS), Peta Daerah Aliran Sungai
(DAS), Peta Daerah Irigasi (D.I), Peta Sebaran Ketersediaan Air irigasi tingkat kecamatan serta
Gambar 6. Metode penyusunan
ATLAS Sumber Daya Air
Gambar 7. Diagram alir prototipe Sistem Informasi
Sumber Daya Air Pertanian
Halaman30 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Kecamatan Kabupaten ProvinsiDaerah Aliran
Sungai
Luas Baku
Sawah (ha)
Ketersediaan
Irigasi (lt/dt)
Ketersediaan
Irigasi
(l/dt/ha)
Indeks
Ketersediaan
Irigasi
Bontolempangan Gowa Sulawesi Selatan 2312.2 1,878 0.81 2
Bontomarannu Gowa Sulawesi Selatan 963.5 1,223 1.27 1
Bontonompo Gowa Sulawesi Selatan 2670.1 1,242 0.47 3
Bungaya Gowa Sulawesi Selatan 1959.3 15,964 8.15 1
Manuju Gowa Sulawesi Selatan 1538.7 1,192 0.77 2
Pallangga Gowa Sulawesi Selatan 2890.4 67,721 23.43 1
Parangloe Gowa Sulawesi Selatan 1538.7 1,016 0.66 3
Parigi Gowa Sulawesi Selatan 1269.8 1,497 1.18 1
Somba Opu Gowa Sulawesi Selatan 1177.8 950 0.81 2
Tinggimoncong Gowa Sulawesi Selatan 1367.9 4,012 2.93 1
Bangkala Janeponto Sulawesi Selatan 1426.6 1,148 0.80 2
Bangkala Barat Janeponto Sulawesi Selatan 1536.6 1,143 0.74 2
Binamu Janeponto Sulawesi Selatan 3417.1 772 0.23 4
Bontoramba Janeponto Sulawesi Selatan 972.8 2,786 2.86 1
Tamalatea Janeponto Sulawesi Selatan 1009.9 4,236 4.19 1
Birang Kanaya Kota Makassar Sulawesi Selatan 271.8 1,193 4.39 1
Tamalate Kota Makassar Sulawesi Selatan 563.9 2,446 4.34 1
Mandai Maros Sulawesi Selatan 1807.4 19,977 11.05 1
Marusu Maros Sulawesi Selatan 2286.3 7,463 3.26 1
Galesong Takalar Sulawesi Selatan 398.2 1,340 3.37 1
Manggara Bombang Takalar Sulawesi Selatan 2233 1,599 0.72 2
Pattallassang Takalar Sulawesi Selatan 448.8 6,305 14.05 1
Polombangkeng Selatan Takalar Sulawesi Selatan 4634.3 2,871 0.62 3
Polombangkeng Utara Takalar Sulawesi Selatan 3786.2 22,409 5.92 1
Latambaga Kolaka Sulawesi Tenggara 175 2,182 12.47 1
Ladongi Kolaka Timur Sulawesi Tenggara 3300 23,078 6.99 1
Loea Kolaka Timur Sulawesi Tenggara 1180 1,290 1.09 1
Mowewe Kolaka Timur Sulawesi Tenggara 1047 32,503 31.04 1
Poli-Polia Kolaka Timur Sulawesi Tenggara 600 2,599 4.33 1
Tinondo Kolaka Timur Sulawesi Tenggara 1378 22,556 16.37 1
Tirawula Kolaka Timur Sulawesi Tenggara 737.8 3,431 4.65 1
Bondoala Konawe Sulawesi Tenggara 2793.4 8,553 3.06 1
Kapoiala Konawe Sulawesi Tenggara 248.9 1,571 6.31 1
Konawe Konawe Sulawesi Tenggara 231.2 3,523 15.24 1
Onembute Konawe Sulawesi Tenggara 632.1 1,013 1.60 1
Unaaha Konawe Sulawesi Tenggara 326.6 985 3.02 1
Wawotobi Konawe Sulawesi Tenggara 1325.6 1,162 0.88 2
Angata Konawe Selatan Sulawesi Tenggara 606 5,186 8.56 1
Basala Konawe Selatan Sulawesi Tenggara 500 5,164 10.33 1
Landono Konawe Selatan Sulawesi Tenggara 390 1,981 5.08 1
Mowila Konawe Selatan Sulawesi Tenggara 414 3,379 8.16 1
Ranomeeto Konawe Selatan Sulawesi Tenggara 1735 3,500 2.02 1
Bilalang Bolaang
Mongondow
Sulawesi Utara 363.25 1,158 3.19 1
Dumoga Barat Bolaang
Mongondow
Sulawesi Utara 2032.5 4,829 2.38 1
Dumoga Utara Bolaang
Mongondow
Sulawesi Utara 2313.4 15,737 6.80 1
Lolayan Bolaang
Mongondow
Sulawesi Utara 4987 1,765 0.35 3
Passi Barat Bolaang
Mongondow
Sulawesi Utara 3652 1,189 0.33 3
Passi Timur Bolaang
Mongondow
Sulawesi Utara 392.2 827 2.11 1
Poigar Bolaang
Mongondow
Sulawesi Utara 854 1,119 1.31 1
Sangtombolang Bolaang
Mongondow
Sulawesi Utara 2179 12,925 5.93 1
Modayang Barat Bolaang
Mongondow
Sulawesi Utara 824 1,079 1.31 1
Kotamobagu Selatan Kota
Kotamubagu
Sulawesi Utara 2333.5 1,179 0.51 3
Kotamobagu Timur Kota
Kotamubagu
Sulawesi Utara 1148.98 1,260 1.10 1
Kotamobagu Utara Kota
Kotamubagu
Sulawesi Utara 254.56 1,159 4.55 1
Janebarang
Sampara
Dumoga
Indeks kecukupan air tingkat kecamatan di Pulau Sulawesi. ATLAS ini menyajikan informasi
Ketersediaan Irigasi Tingkat Kabupaten Indeks Kecukupan Irigasi Tingkat Kecamatan.
Tabel 4. Ketersediaan Irigasi Tingkat Kecamatan di Beberapa Kabupaten di Pulau Sulawesi
Halaman31 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Kecamatan Bontonompo A1 Padi-Padi-Padi
Luas Sawah Baku 2670.1 ha A1 A2 Padi-Padi-Palawija
Efisiensi Distribusi Irigasi 80% B1 Padi-Padi-Bera
< 50 50 - 75 75 - 100
0 0 12
1 0.0 45,870 47.5 0.00 0.0 75 5.0 0 75 75 0.87 2,897.2 100.0
2 0.0 44,930 42.7 1.05 44.8 75 5.0 25 75 50 0.58 1,925.2 100.0
3 0.0 43,999 38.1 1.05 40.0 75 5.0 30 75 45 0.52 1,737.1 100.0
4 5.0 48,388 46.6 1.08 50.2 75 5.0 25 75 50 0.58 1,938.6 100.0
5 6.5 50,883 43.6 1.13 49.2 75 5.0 27 75 48 0.55 1,842.2 100.0
6 11.0 62,320 42.1 1.20 50.5 75 5.0 30 75 45 0.52 1,720.6 100.0
7 25.3 127,747 46.5 1.20 55.7 75 5.0 40 75 35 0.41 1,369.2 100.0
8 0.6 84,265 50.2 1.18 59.0 75 5.0 12 75 63 0.73 2,449.9 100.0
9 15.3 119,792 46.6 1.03 48.1 75 5.0 37 75 38 0.44 1,459.9 100.0
10 78.7 847,847 43.6 0.87 38.0 75 5.0 75 75 0 0.00 0.0 100.0
11 30.8 320,517 42.1 0.72 30.3 0 0.0 0 0 0 0.00 0.0 100.0
12 22.3 330,180 46.5 0.0 0 0.0 0 0 0 0.00 0.0 100.0
13 16.0 164,536 47.5 0.00 0.0 75 5.0 0 59 59 0.68 2,279.2 100.0
14 8.1 107,242 42.7 1.05 44.8 75 5.0 17 75 58 0.67 2,230.3 100.0
15 23.9 266,346 38.1 1.05 40.0 75 5.0 54 75 21 0.24 814.8 100.0
16 15.2 152,934 46.6 1.08 50.2 75 5.0 35 75 40 0.46 1,544.5 100.0
17 2.2 118,933 43.6 1.13 49.2 75 5.0 23 75 52 0.60 2,008.3 100.0
18 1.2 58,597 42.1 1.20 50.5 75 5.0 21 75 54 0.63 2,099.8 100.0
19 8.0 70,541 46.5 1.20 55.7 75 5.0 22 75 53 0.61 2,037.5 100.0
20 8.0 110,403 50.2 1.18 59.0 75 5.0 19 75 56 0.65 2,164.0 100.0
21 4.5 73,586 46.6 1.03 48.1 75 5.0 26 75 49 0.56 1,876.0 100.0
22 8.4 92,372 43.6 0.87 38.0 75 5.0 40 75 35 0.40 1,338.2 100.0
23 15.7 134,056 42.1 0.72 30.3 0 0.0 0 0 0 0.00 0.0 100.0
24 7.4 76,716 46.5 0.0 0 0.0 0 0 0 0.00 0.0 100.0
25 14.5 89,669 47.5 0.00 0.0 75 5.0 0 61 61 0.70 2,337.1 100.0 0 0 1
26 7.1 114,323 42.7 1.05 44.8 75 5.0 18 75 57 0.66 2,211.0 100.0 0 0 1
27 7.2 74,671 38.1 1.05 40.0 75 5.0 37 75 38 0.44 1,458.9 100.0 0 0 1
28 5.4 75,181 46.6 1.08 50.2 75 5.0 25 75 50 0.58 1,923.1 100.0 0 0 1
29 10.2 90,526 43.6 1.13 49.2 75 5.0 31 75 44 0.51 1,699.3 100.0 0 0 1
30 0.9 55,880 42.1 1.20 50.5 75 5.0 20 75 55 0.63 2,110.4 100.0 0 0 1
31 0.0 52,163 46.5 1.20 55.7 75 5.0 14 75 61 0.70 2,346.6 100.0 0 0 1
32 0.0 50,954 50.2 1.18 59.0 75 5.0 11 75 64 0.74 2,473.1 100.0 0 0 1
33 0.0 49,857 46.6 1.03 48.1 75 5.0 22 75 53 0.61 2,049.8 100.0 0 0 1
34 0.0 48,793 43.6 0.87 38.0 75 5.0 32 75 43 0.50 1,662.7 100.0 0 0 1
35 0.0 47,801 42.1 0.72 30.3 0 0.0 0 0 0 0.00 0.0 100.0 0 0 1
36 0.0 46,827 46.5 0.0 0 0.0 0 0 0 0.00 0.0 100.0 0 0 1
Kecukupan
Irigasi (%)
MT I : PADI
MT II : PADI
MT III: PADI
Genangan
Sebelum
Irigasi (mm)
Genangan
setelah
Irigasi (mm)
Kebutuhan
Irigasi
Dasarian
(mm)
Kebutuhan
Irigasi
Dasarian
(lt/dt/ha)
Total
Kebutuhan
Irigasi
Dasarian
(lt/dt)
INDEKS KECUKUPAN IRIGASI
APRIL -
SEPTEMBER
Kecukupan Irigasi MT III
Musim
OKTOBER -
MARET
DekadMusim
Tanam
CH Dasarian
(mm)
Ketersediaan
Air Irigasi
Dasarian
(lt/dt)
ETP Dasarian
(mm)
KC Padi
(mm)
ET Padi
Dasarian
(mm)
Genangan
(mm)
Perkolasi
Dasarian
(mm)
Tabel 5. Analisis Neraca Irigasi Lahan Sawah untuk menentukan Indeks Kecukupan Irigasi Kecamatan Bontonompo, Kabupaten
Gowa, Provinsi Sulsel
Halaman29 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Kecamatan Kabupaten Propinsi Nama DAS
Indeks
Kecukupaan
Irigasi
Rekomendasi Pola
Tanam
Bontolempangan Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Bontomarannu Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Bontonompo Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Bungaya Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Manuju Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Pallangga Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Parangloe Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Parigi Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Somba Opu Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Tinggimoncong Gowa Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Bangkala Janeponto Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Bangkala Barat Janeponto Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Binamu Janeponto Sulawesi Selatan B1 Padi-Padi-Bera
Bontoramba Janeponto Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Tamalatea Janeponto Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Birang Kanaya Kota Makassar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Manggala Kota Makassar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Panakkukang Kota Makassar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Tallo Kota Makassar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Tamalate Kota Makassar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Mandai Maros Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Marusu Maros Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Galesong Takalar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Manggara Bombang Takalar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Pattallassang Takalar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Polombangkeng Selatan Takalar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Polombangkeng Utara Takalar Sulawesi Selatan A1 Padi-Padi-Padi
Latambaga Kolaka Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Ladongi Kolaka Timur Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Loea Kolaka Timur Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Mowewe Kolaka Timur Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Poli-Polia Kolaka Timur Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Tinondo Kolaka Timur Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Tirawula Kolaka Timur Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Ueesi Kolaka Timur Sulawesi Tenggara C2 Palawija-Bera-Bera
Uluiwoi Kolaka Timur Sulawesi Tenggara C2 Palawija-Bera-Bera
Pakue Tengah Kolaka Utara Sulawesi Tenggara C2 Palawija-Bera-Bera
Bondoala Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Kapoiala Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Konawe Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Lambuya Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Latoma Konawe Sulawesi Tenggara C2 Palawija-Bera-Bera
Onembute Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Unaaha Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Wawotobi Konawe Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Angata Konawe Selatan Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Basala Konawe Selatan Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Landono Konawe Selatan Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Mowila Konawe Selatan Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Ranomeeto Konawe Selatan Sulawesi Tenggara A1 Padi-Padi-Padi
Bilalang Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi
Dumoga Barat Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi
Dumoga Utara Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi
Lolayan Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi
Passi Barat Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi
Passi Timur Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi
Poigar Bolaang Mongondow Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi
Sangtombolang Bolaang Mongondow Sulawesi Utara C2 Palawija-Bera-Bera
Modayang Barat Bolaang Mongondow Timur Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi
Kotamobagu Selatan Kota Kotamubagu Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi
Kotamobagu Timur Kota Kotamubagu Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi
Kotamobagu Utara Kota Kotamubagu Sulawesi Utara A1 Padi-Padi-Padi
Janebarang
Sampara
Dumoga
Tabel 6. Indeks Kecukupan Irigasi Tingkat Kecamatan di Beberapa Kabupaten di Pulau Sulawesi
Halaman30 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Pulau Sulawesi Selatan memiliki 5 indeks ketersediaan irigasi yaitu:
ketersediaan irigasi <0,3; 0,3-0,5; 0,5-0,7; 0,7-0,9; >0,9 l/detik/ha.
Pulau Sulawesi memiliki 9 indeks kecukupan irigasi yaitu A1, A2, A3, A4,
B1, B2, B3, C1, dan C2. Kelas A1 sampai A4 merupakan wilayah yang memiliki
IP (indeks pertanaman 300) berturut-turut padi-padi-padi; padi-padi-palawija;
padi-palawija-palawija; palawija-palawija-palawija. Kelas B1 sampai B3 memiliki
IP 200 berturut-turut padi-padi-bera; padi-palawija-bera, palawija-palawija-bera.
Sedangkan C1 dan C2 memiliki IP 100 berturut-turut padi-bera-bera; dan
palawija-bera-bera.
Sistem Informasi Sumberdaya Air Pertanian (SISDATAN)
Prototipe Sistem Informasi Sumberdaya Air Pertanian merupakan
perangkat lunak berbasis web yang dapat memberikan informasi sumberdaya air
meliputi sebaran Daerah Irigasi, sebaran Satuan Wilayah Sungai (SWS), sebaran
Daerah Aliran Sungai (DAS), potensi ketersediaan irigasi tingkat kabupaten serta
indeks kecukupan dan neraca irigasi air tingkat kecamatan secara online.
SISDATAN dapat diakses melalui alamat http://katam.litbang.pertanian.go.id/
sisdatan/.
2.1.3. Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan
Kering untuk Adaptasi Perubahan Iklim
Penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan khususnya sumber daya iklim
dan air harus mampu mendukung terealisasinya percepatan pencapaian program
empat sukses pertanian. Di bidang pertanian air merupakan faktor utama penentu
kelangsungan produksi pertanian, namun pengelolaannya untuk kelangsungan
sumber daya air tersebut masih menghadapi kendala baik pada skala daerah irigasi
maupun daerah aliran sungai (DAS) dan seringkali memunculkan masalah baru
yaitu kelangkaan air, kekeringan dan banjir, dan banyak permasalahan air lain
yang terkait. Kondisi ini diperparah dengan maraknya kompetisi penggunaan air
antara sektor pertanian dengan pengguna air lainya baik domestik, municipal dan
industri.
Halaman31 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Untuk itu data dan informasi sumberdaya air yang akurat, terekam dalam
format sistem informasi berbasis Daerah Aliran Sungai mutlak diperlukan.
Permasalahan yang dihadapi saat ini keberadaan data tersebut terfragmentasi di
berbagai institusi dengan bentuk, format, jenis, waktu penyajian dan metode yang
berbeda. Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan kuantifikasi dan integrasi
data sumberdaya air sehingga dapat memberikan informasi secara menyeluruh
baik spasial, tabular dan temporal tentang kondisi sumberdaya air di suatu
wilayah.
Data dan informasi sumberdaya air yang terintegrasi dapat digunakan
sebagai dasar penyusunan model optimalisasi sumberdaya air untuk menjawab
permasalahan kelangkaan air, peningkatan produksi pertanian terutama dalam
upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Model tersebut dapat digunakan
sebagai informasi awal dalam menentukan teknologi pengelolaan air yang tepat,
untuk menjamin keberlanjutan ketersediaan sumberdaya air suatu DAS. Lebih
lanjut model pengelolaan air tersebut perlu diaplikasikan pada skala petani untuk
menjawab permasalahan aktual di lapangan terutama upaya adaptasi perubahan
iklim melalui implementasi Food Smart Village (FSV). FSV atau desa mandiri
pangan merupakan kawasan budi daya pertanian skala rumah tangga berbasis
inovasi kemandirian pangan pada lahan sub optimal. FSV bertumpu pada 5 pilar
untuk adaptasi perubahan iklim yaitu: (a) optimasi sumber daya lahan dan air
melalui pengelolaan air permukaan, air tanah, peningkatan kesuburan tanah, dan
modifikasi iklim mikro; (b) keanekaragaman budi daya tanaman pangan dan
hortikultura sesuai dengan zone agroklimat; (c) sistim integrasi tanaman-ternak
untuk meningkatkan nilai tambah produksi pertanian dan peternakan serta
meningkatkan produktivitas lahan; (d) sistim pertanian konservasi yaitu
mengurangi praktek pengolahan tanah, penggunaan mulsa dan tanaman penutup
tanah, rotasi tanaman, tumpang sari dengan memanfaatkan tanaman penambat
nitrogen; (e) pemanfaatan kembali limbah pertanian dan ternak dalam sistim
produksi pertanian dengan memanfaatkan seoptimal mungkin hasil limbah
pertanian dan ternak melalui pendekatan 3 R yaitu: mengurangi sebanyak
mungkin kehilangan limbah di luar sistim produksi pertanian (reduce),
menggunakan kembali sebanyak mungkin limbah pertanian dan ternak (reuse),
Halaman32 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
dengan demikian seluruh limbah pertanian dan ternak yang dihasilkan selalu
dalam proses daur ulang (recycle) di dalam sistim produksi pertanian.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Melakukan karakterisasi potensi sumber
daya lahan, air, iklim dan sosial ekonomi pada lokasi pilot pengembangan Food
Smart Village di Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten
Maros, Provinsi Sulawesi Selatan; 2). Menyusun rancang bangun teknik
pemanfaatan potensi sumberdaya air di lokasi pilot pengembangan Food Smart
Village di Kab. Bima Prov. Nusa Tenggara Barat dan Kab. Maros, Prov. Sulawesi
Selatan; 3). Melakukan implementasiFood Smart Village di Kab. Bima Prov.
Nusa Tenggara Barat dan Kab. Maros, Prov. Sulawesi Selatan; 4). Menyusun
Rekomendasi pengembangan Food Smart Village.
Penelitian ini dilakukan melalui serangkaian pendekatan dan metodologi
yaitu pengumpulan peta, data iklim dan hidrologi, pengambilan sampel tanah,
pengukuran topografi menggunakan GPS Geodetik dan total station. Potensi air
permukaan dari curah hujan dianalisis berdasarkan data pengamatan stasiun hujan
yang terdapat di lokasi penelitian, potensi air pemukaan dari embung
diidentifikasi berdasarkan volume cekungan. Untuk mengukur volume cekungan,
digunakan alat survey topografi. Pengukuran topografi dilakukan untuk
menghitung kemiringan lahan serta mengukur kontur untuk menentukan posisi
dan desain embung. Untuk memprediksi ketersediaan air embung, digunakan
aplikasi model neraca air embung. Penerapan inovasi teknologi unggulan dipilah
berdasarkan : (a) penataan, dan pengelolaan lahan, (b) pengelolaan tanah
(pengelolaan hara dan pemupukan, perbaikan status bahan organik tanah,
konservasi dan pengolahan tanah); (c) pengelolaan dan penyediaan air; (d)
pemeliharaan dan teknologi budidaya lainnya, dan (e) teknologi dan penanganan
pasca panen.
Tahapan penelitian mencakup (i) persiapan dan pengumpulan data
pendukung, (ii) survei lapangan, (iii) analisis data dan, dan (iv) penyusunan
laporan.
Potensi sumberdaya air yang digunakan sebagai sumber irigasi di Desa
Limampoecoe berasal dari Sungai Batu Mujur yang disadap di puncak bukit Batu
Mujur (Gambar 17). Pada akhir musim hujan (akhir Februari 2015), debit yang
Halaman33 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
terukur pada posisi calon bendung sadap mencapai 220 liter/detik. Lebar badan
sungai pada posisi bendung sadap +42 meter. Potensi sumberdaya air permukaan
dari Sungai Batu Mujur digunakan oleh masyarakat sekitar untuk mengairi lahan
pertanian di beberapa desa yang mengelilingi bukit Batu Mujur, dengan demikian
potensi sumberdaya air yang ada dibagi ke beberapa desa tersebut. Oleh karena itu
posisi bendung sadap dipilih di bagian bawah dari puncak bukit Batu Mujur agar
wilayah lain yang memerlukan air untuk kebutuhan pertanian masih dapat
mengakses air. Ekslpoitasi sumberdaya air dari bendung sadap untuk melayani
target wilayah irigasi di Desa Limampoecoe sebesar 7,5 l/detik.
Untuk menyalurkan air dari bendung sadap ke target irigasi menggunakan
sistem disribusi jaringan irigasi tertutup (pipa). Jaringan distribusi irigasi
menggunakan pipa hdpe (high density poli ethyilene) berdiameter 4 inchi
sepanjang 450 meter dan pipa PVC berdiameter 4 inchi sepanjang 260 meter.
Penggunaan HDPE mempertimbangkan kondisi wilayah yang sangat ekstrim
karena jalur yang dilewati jaringan irigasi melaui tebing yang curam dan berbatu
sehingga terhindar dari resiko tertimpa batu.
Gambar 8. Keragaan debit Sungai Batu Mujur dan lokasi bendung sadap
Gambar 9. Persiapan pemasangan pipa HDPE untuk jaringan distribusi irigasi
Distribusi air
Halaman34 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Pemasangan pipa PVC untuk jaringan irigasi tambahan sebanyak 65
batang atau sepanjang 260 m dilakukan untuk mencapai lokasi yang menjadi
tanggungjawab petani untuk menyambung jaringan irigasi sampai dengan lahan
pertanian mereka.
Eksploitasi
Berdasarkan beda tinggi antara bendung sadap dan outlet pipa distribusi
(60 meter), jarak jaringan distribusi (710 meter) dan menggunakan jaringan
distribusi (4 inchi) diperoleh debit eksploitasi sebesar 7,5 liter/detik. Dengan
teknik irigasi hemat air, debit tersebut dapat digunakan untuk melayani target
irigasi untuk budidaya jagung atau sayuran atau buah semangka seluas 9,5 hektar
atau untuk budidaya kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai) seluas 12,5 hektar.
Pemberian air irigasi dilakukan secara berkala (mingguan) disesuaikan dengan
fase pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air irigasi untuk jagung yang diaplikasikan
sebesar 80% dari rekomendasi FAO (setara 0,524 liter/detik/hektar) mampu
menghemat air sebesar 101.86 mm selama periode pertumbuhan tanaman.
Kebutuhan air irigasi untuk kedelai yang diaplikasikan sebesar 60% dari
rekomendasi FAO (setara dengan 0,24 liter/detik/hektar) mampu menghemat air
sebesar 98,6 mmselama periode pertumbuhan tanaman, dan menghasilkan biji
kering kedelai sebesar 3,05 ton. Aplikasi irigasi hemat air yang lebih ekstrim
(40% dari rekomendasi FAO) masih mampu menghasilkan biji kering kedelai
sebsar 1,3 t/ha.
Desain pengelolaan air FSV Mbawa dapat dijadikan sebagai model
pengelolaan irigasi hemat air pada daerah iklim kering berikilim kering dengan
potensi sumberdaya air yang sangat terbatas dengan debit andalan antara 5-10
liter/detik. Dengan teknik irigasi hemat air, debit tersebut dapat digunakan untuk
melayani target irigasi untuk budidaya jagung atau sayuran atau buah semangka
seluas 9,5 hektar atau untuk budidaya kacang-kacangan (kacang tanah, kedelai)
seluas 12,5 hektar.
Inovasi teknologi pengelolaan sumber daya air pada lahan kering iklim
kering di Desa Fatukoa, Kabupaten Kupang dengan komoditas Tomat dan Cabai
dan inovasi teknologi pengelolaan sumberdaya air di Desa Mbawa dengan
komoditas Jagung, Kedelai, Kacang Tanah Kabupaten Bima yang dikemas dalam
Halaman35 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
model Food Smart Village untuk dapat dijadikan model pengelolaan sumberdaya
air pada lahan kering beriklim kering di wilayah Nusa Tenggara yang mempunyai
keterbatasan sumberdaya air. Potensi sumber daya air yang ada dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan luas tanam antara 1,25 – 1,67 dari luas tanam
yang biasa dilakukan petani serta meningkatkan IP pada luasan yang sama di
wilayah tersebut terutama pada musim tanam kedua.
2.1.4. Monitoring on line Dinamika Ketersediaan Air Daerah Irigasi
Mendukung Upaya Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah Irigasi
Dalam upaya mendukung pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan
pemantapan ketahanan pangan nasional pemerintah menetapkan program
peningkatan produksi pangan khususnya padi, jagung, dan kedelai. Air menjadi
faktor kunci dalam peningkatan produksi, dengan demikian kepastian tersedianya
air yang cukup untuk budidaya padi sawah sangat diperlukan. Jaminan kepastian
ketersediaan air dapat diketahui melalui pemantauan dinamika ketersediaan air
secara spasial dan temporal pada jaringan irigasi di Daerah Irigasi (D.I). Agar
pemantauan dinamika ketersediaan air pada jaringan irigasi tersier lebih optimal
perlu menggunakan alat pantau otomatis yang dapat di akses secara on line.
Kegiatan pemantauan dinamika ketersediaan air diprioritaskan di lokasi-lokasi
pada peta zona prioritas peningkatan produksi padi sawah melalui program
kontingensi, selain itu lokasi pemantauan juga mempertimbangkan musim tanam
setahun. Untuk itu ditetapkan bahwa lokus pemantauan adalah di inlet jaringan
irigasi tersier.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Desember 2015 di Jawa Barat
dan Jawa Timur.Tujuan penelitian yaitu: 1) melakukan pemetaan lokasi prioritas
pemantauan dinamika ketersediaan air di jaringan irigasi tersier, 2) melakukan
pemasangan alat pantau otomatis dinamika ketersediaan air yang dapat diakses
secara online, dan 3) melakukan analisis neraca ketersediaan dan kebutuhan air di
lokasi prioritas.
Halaman36 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan 2 kriteria yaitu kriteria pemilihan
D.I dan kriteria pemilihan lokasi pemantauan ketersediaan air.Pemilihan D.I
ditetapkan sbb: 1) D.I prioritas perbaikan jaringan irigasi. Sebaran lokasi prioritas
perbaikan jaringan irigasi sudah ditetapkan melalui penelitian sebelumnya
menggunakan metode pembobotan berdasarkan sumber informasi dari
Kementerian PU dan Direktorat PSP, 2) D.I yang mewakili Kewenangan Pusat,
Provinsi dan Kabupaten, 3) Mewakili agroekosistem lahan sawah dan rawa, 4)
D.I yang memiliki IP 300 dengan Pola Tanam Padi-Padi-Palawija atau Padi-
Palawija-Palawija. Daftar D.I yang terpilih sebagai lokasi penelitian disajikan
pada Tabel 7. Lokasi rencana pemasangan alat pemantau ketersediaan air
ditetapkan berdasarkan hasil survey lapangan dengan kriteria: 1) Pada salah satu
D.I terpilih, dilakukan penetapan 3 titik pengamatan yaitu: outlet saluran primer,
sekunder dan tersier, 2) Pada D.I lainnya, hanya dilakukan penetapan 1 titik
pengamatan pada inlet saluran tersier, 3) Titik pengamatan dapat diintegrasikan
dengan lokasi yang telah memiliki pengamatan pola tanam melalui CCTV, 4)
Lokasi aman dari gangguan manusia dan hewan dan berada dalam jangkauan
pengawasan, 5) Memiliki Signal GSM 3G yang kuat.
Tabel 7. Daftar Daerah Irigasi lokasi Pemantauan Ketersediaan Air
AW
S
AW
LR
1 Way Rarem 21,110Lampung Timur,
Tulang BawangWaduk Way Rarem Way Rarem Lampung
2 Rawa Sragi 9,249 Lampung SelatanSaluran Drainase
Rawa Pasang Surut
Way
SekampungLampung
3 Jatiluhur 237,790Bekasi, Karawang,
Subang, IndramayuBendung Curug Citarum Jabar 1 1
4 Colo 24,461Wonogiri, Klaten,
Sukohardjo
Waduk Gajah
Mungkur
Bengawan
SoloJateng
5 Mrican Kanan 17,001 Kediri, Jombang Bendung Mrican Brantas Jatim 1 1
6 Kampili 10,758 Gowa, Takalar Waduk Bili Bili Jeneberang Sulsel
7 Sadang Pinrang 42,931Sidrap-Pinrang-Pare
PareBendung Benteng Saddang Sulsel
7 0 2 0 2
CCTV
Instalasi Alat
Pantau
No
Jumlah
Provinsi
Tele-
metri
Karakteristik Daerah Irigasi
Nama D.I Luas (Ha)Kabupaten Layanan
IrigasiSumber Air Sungai
Wat
er L
evel
Log
ger
Halaman37 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Karakterisasi Daerah Irigasi
Penyusunan peta digital daerah irigasi sbb: 1)Deliniasi batas D.I berdasarkan
Analisis Citra Satelit (IKONOS, GEO-EYE), 2) Digitalisasi Skema Irigasi:
Deliniasi Saluran Primer dan Sekunder berdasarkan tracking GPS, penentuan titik
koordinat bangunan irigasi: bendung, pintu air, intake saluran tersier, 3)
Identifikasi keragaan D.I: titik koordinat kerusakan jaringan irigasi dan
sedimentasi. Analisis Spasial dan Temporal Pola Tanam sbb: 1)Analisis citra satelit
MODIS/LANDSAT 9, 2) Pengamatan ETP dan Korelasi dengan Data Citra Satelit, 3)
Pengamatan Fase Pertumbuhan Tanaman.
Pemantauan dan Akuisisi Data Ketersediaan Air
Desain dan instalasi stasiun pengamat debit sbb: 1) Pemantauan data ketersediaan
air dilakukan melalui Stasiun Pengamat Debit Mini (SPDM) yang diinstalasi pada
outlet saluran tersier; 2) Satu Unit SPDM terdiri dari Data Logger, Transmitter,
Sensor Tinggi Muka Air, Sensor Curah Hujan, Kamera CCTV serta bangunan
penduga debit (weir). Akuisisi data ketersediaan air, sebagai berikut: 1)
Perekaman data TMA, curah hujan, dan citra kamera dilakukan secara otomatik
dan akan dikirim secara telemetri melalui fasilitas jaringan signal GSM, 2) Data
TMA dan Curah hujan yang diterima selanjutnya dinalisis menjadi data
ketersediaan air D.I dan disimpan dalam Basis Data Sistem Informasi Daerah
Irigasi (SIDI).
Gambar 10. Mekanisme Pemantauan dan Akuisisi Data ketersediaan Air
Instrumentasi Pemantauan
Bangunan Penduga
Debit (Weir)
Telemetri CCTV
Sensor Hujan
Logger +
Transmitter
Sensor TMA
Akuisisi dan Penyimpanan Data
Dalam Basis Data SISDI
Halaman38 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Analisis Neraca Air Daerah Irigasi
Neraca Air D.I dihitung berdasarkan kesetimbangan antara ketersediaan air hasil
pemantauan dan akuisisi data yang tersimpan dalam Basis Data SIDI dengan Data
kebutuhan irigasi lahan sawah. Kebutuhan irigasi terdiri dari kebutuhan tanaman,
kebutuhan pengolahan tanah dan kehilangan air karena perkolasi. Analisis
kebutuhan tanaman dilakukan berdasarkan Metode Buletin FAO No. 56 (Allen et
al,, 1989), melalui persamaan: ETtan = Kc x ETo (ETtan : evapotranspirasi
tanaman, ETo : evapotranspirasi referensi, Kc : koefisien tanaman). Kebutuhan air
untuk pengolahan dan penggenangan dihitung berdasarkan rekomendasi PU,
perkolasi ditetapkan berdasarkan survei lapang. Kebutuhan irigasi lahan sawah
dihitung berdasarkan ketetapan sebagai berikut:
Irigasi diberikan jika tinggi genangan pada lahan sawah lebih rendah dari batas
ketinggian genangan terendah yang diperkenankan :
minGGi )iiiii CHETcPercGG 1
dimana, Gi : tinggi genangan air lahan sawah pada hari ke-i (mm)
Gmin : tinggi genangan air lahan sawah minimum (mm)
Irigasi dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:
)(max iiiii CHETcPercGGIr 1
dimana, Iri : kebutuhan irigasi pada hari ke-i (mm)
Gmax : tinggi genangan air lahan sawah maksimum (mm)
Gi-1 : tinggi genangan air lahan sawah pada hari ke-(i-1) (mm)
Perc : perkolasi (mm)
ETc,i : evapotranspirasi tanaman pada hari ke-i (mm),
CHi : curah hujan pada hari ke-i (mm)
Pengembangan Sistem Informasi Daerah Irigasi (SIDI)
Perancangan Prototipe Database SIDImenggunakan metode Siklus Hidup
Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle / SDLC) yang terdiri dari
beberapa tahap, yaitu: analisis, desain dan implemetasi. Teladan tampilan
bebarapa sub menu SIDI disajikan Pada Gambar 11. Diagram alir penelitian
disajikan pada Gambar 12.
Halaman39 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 11. Teladan tampilan bebarapa sub menu Sistem Informasi Daearah Irigasi
(SIDI): (a) sebaran pola tanam, (b) sebaran intake tersier (c) kondisi
infrastruktur
Gambar 12. Diagram Alir Penelitian
Lokasi instalasi alat pengamat tinggi muka air telemetri dan kamera CCTV
yaitu di D.I Jatiluhur, Jawa Barat yaitu: di Bendung Karangtoman, Dusun Karang
Toman, Desa Mekarsari, Kec. Cikaum, Kab. Subang (Gambar 13) dan di Bendung
Mencil, Dusun Kihiang, Desa Kihiang, Kec. Binong Kab. Subang. Di Jawa Timur
lokasi penempatan CCTV dan AWLR Telemetri adalah di D.I Mrican yaitu di
Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri dan di Kecamatan Megaluh, Kabupaten
Jombang. Lokasi penempatan CCTV dan AWLR Telemetri adalah di Kecamatan
Papar, Kediri (Gambar 14), dan di KecamatanMegaluh, Kabupaten Jombang
(Gambar 15).
(
a
)
(
b
)
(
c
)
Halaman40 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 13. Bendung Karangtoman, Dusun Karang Toman, Desa Mekarsari,
Kec. Cikaum, Kab. Subang
Gambar 14. Titik lokasi penempatan CCTV dan AWLR Telemetri di Desa Kepuh
Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri (-7,68551 112.11467)
Gambar 15. Titik lokasi penempatan CCTV dan AWLR Telemetri di Desa Ngogri
Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang (-7,49839 112.20237)
Halaman41 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Instalasi AWLR Telemetri dan kamera CCTV di Dusun Karang Toman,
Desa Mekarsari, Kec. Cikaum, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat dan di
Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur
disajikan pada Gambar 16.
Gambar 16. Instalasi AWL Telemetri dan Kamera CCTV di Lokasi Bendung
Karangtoman, Dusun Karang Toman, Desa Mekarsari, Kec. Cikaum,
Kab. Subang (kiri) dan di Desa Ngogri Kecamatan Megaluh Kabupaten
Jombang (tengah dan kanan)
Akuisisi Data
Gambar 17 (a) dan (b) berturut-turut menyajikan hasil perekaman data
Tinggi Muka Air, Curah hujan dan Temperatur selama periode 30 Oktober hingga
18 Desember 2015 dan hasil pengamatan status kondisi lahan sawah tanggal 28
Nopember 2015 melalui kamera CCTV di lokasi Dusun Karang Toman, Desa
Mekarsari, Kec. Cikaum, Kab. Subang.
(a) (b)
Gambar 17. Data tinggi muka air dan suhu di saluran tersier 30 Oktober hingga 18
Desember 2015 (a) dan Pengamatan status kondisi lahan sawah tanggal
28 Nopember 2015 melalui kamera CCTV (b) di Dusun Karang Toman,
Desa Mekarsari, Kec. Cikaum, Kab. Subang
Halaman42 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 18 (a) dan (b) berturut-turut menyajikan hasil perekaman data
Tinggi Muka Air, Curah hujan dan temperatur selama periode 26 Oktober hingga
18 Desember 2015 dan hasil pengamatan status kondisi lahan sawah tanggal 30
Nopember 2015 melalui kamera CCTV di lokasi Desa Ngogri Kecamatan
Megaluh Kabupaten Jombang.
(a) (b)
Gambar 18. Data tinggi muka air dan suhu di saluran tersier selama periode 26 Oktober
hingga 18 Desember 2015 (a) dan Pengamatan status kondisi lahan
sawah tanggal 30 Nopember 2015 melalui kamera CCTV (b) di Desa
Ngogri Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang
2.1.5. Penelitian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan Sumber
Daya Iklim dan Air
Balitklimat sebagai Balai yang memiliki tupoksi dalam melakukan penelitian
yang berkaitan dengan klimatologi dan hidrologi mempunyai peran sentral dalam
pengembangan teknologi terkait dengan sumber daya iklim dan air. Terjadinya
fenomena pemanasan global menjadikan pendekatan manajemen sumber daya
iklim dan air yang selama ini dilakukan sulit sehingga perlu dipertajam dengan
penciptaan produk yang langsung berkaitan dengan efisiensi irigasi. Selain itu,
optimalisasi pemanfaatan sumber daya iklim dan air melalui pertanian presisi juga
perlu didukung oleh satu perangkat yang mampu mendeteksi kebutuhan nyata
tanaman akan air sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penggunaan sumber daya terkait untuk meningkatkan produksi pertanian. Untuk
itu perlu penelitian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan Sumber
Daya Iklim dan Air dengan tujuan (1) Menguji efektivitas hydrogel berbasis
Halaman43 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
teknologi nano untuk efisiensi irigasi di lahan kering; (2) Merakit prototipe sensor
curah hujan optik untuk mendukung pertanian presisi; dan (3)Mengembangkan
teknologi sumber energi alamiah (pompa air tenaga surya) untuk optimalisasi
pengelolaan sumber daya air.
Pengembangan Hydrogel untuk Efisiensi Air Berbasis Teknologi Nano
Penelitian hidrogel pada TA 2015 dilakukan di lapangan pada musim kemarau
yaitu pada lahan sawah tadah hujan. Perlakuan yang diterapkan bertujuan untuk
mengetahui pengaruh faktor efisiensi air (faktor 1) dan faktor hidrogel (faktor 2)
pada lahan tadah hujan. Secara rinci, perlakuan yang diterapkan terdiri dari dari 2
faktor yaitu: 1) Faktor irigasi yang terdiri dari 3 level yaitu irigasi 85% (A1),
irigasi 70% (A2) dan irigasi 55% (A3) dari kebutuhan air untuk tanaman Cabai
menurut FAO. 2) Faktor hidrogel yang terdiri dari 2 level yaitu tidak ditambah
hydrogel dan ditambah hidrogel 2 gram.
Hasil penelitian efisiensi air dan penerapan hidrogel di lahan tadah hujan
menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman cabaiyang terbaik pada umur 4
minggu dengan perlakuan efisiensi air 55% tanpa hydrogel dan kedua adalah
perlakuan efisiensi air 55% ditambah hydrogel.
Adapun hasil panen tanaman cabai pertama menunjukkan bahwa
perlakuan pemberian irigasi 70% ditambah hydrogel 2 gram menunjukkan hasil
terbaik (Gambar 1). Hasil panen ke-2 dengan perlakuan penambahan irigasi 55%
ditambah hydrogel lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pemberian irigasi
55% yang ditambah hydrogel dapat mempertahankan ketersediaan air yang
dibutuhkan tanaman sehingga dapat meningkatkan efisiensi irigasi (Gambar 19).
Gambar 19. Hasil panen tanaman Cabai ke 1 dan ke 2 (kg/ha)
4200440046004800
A1 H1
A1 H2
A2 H1
A2 H2
A3 H1
A3 H2
Hasil panen Cabai ke 1 per hektar
800,000900,000
1000,0001100,0001200,000
A1 H1
A1 H2
A2 H1
A2 H2
A3 H1
A3 H2
Panen Cabai ke 2 luas 1 hektar
Halaman44 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Perakitan Prototipe Sensor Curah Hujan untuk Mendukung Pertanian Presisi
Bagian alat penakar curah hujan terdiri dari 2 bagian yaitu perangkat keras dan
perangkat lunak. Pada bagian perangkat keras dijabarkan komponen-komponen
apa saja yang digunakanpada perancangan alat penakar curah hujan, dan pada
bagian perangkat lunak dijabarkan isi danbentuk dari program yang digunakan
pada perancangan alat penakar curah hujan.Dalam pembuatan alat penakar curah
hujan digunakan beberapa komponen yang terdiridari Catu Daya, Mikrokontroler,
LCD, LOADCELL, IC 1402. Catu daya digunakan sebagaisumber energi untuk
menghidupkan alat penakar curah hujan, catu daya yang digunakan pada alatini
adalah catu daya yang telah banyak dijual di pasaran yaitu dengan menggunakan
aki kering 12 volt, 7.2 Amphere sebanyak 2 buah.
Sebagai otak dari alat penakar curah hujan maka digunakan
mikrokontroler, yang digunakan pada alat ini adalah mikro kontroler ATMega
1337 yang memiliki ADC dibanding mikrokontroler lainnya. Sebagai penampil
hasil keluaran dari mikrokontroler ini adalah LCD, LCD yang digunakan adalah
LCD tipe M163 yangmemiliki karakteristik 16 kolom dan 2 baris. Untuk sensor
dari alat ini digunakan sensor airsebagaipendeteksi air hujan, dan digunakan
LOADCELL dan sebagai pendeteksi jumlah air hujan. Kondisi loadcell disajikan
pada Gambar 20.
Gambar 20. Kondisi loadcell pada saat awal sebelum mendapat gaya tekan (atas) dan
kondisi loadcell ketika mendapatkan gaya tekanakan mengubah dari
besaran tekanan menjadi bentuk voltase
Halaman45 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Modul rangkaian sensor curah hujan dapat dilihat pada Gambar 21 di bawah ini:
Gambar 21. Alat dan Komponen bagian dari sensor curah hujan berbasis tekanan
Untuk dapat mengetahui jumlah curah hujan yang ditangkap oleh per
satuan waktu, maka jumlah air hujan per satuan waktu perlu dijabarkan terlebih
dahulu, agar data hujan yang dapat tersimpan ke dalam memori sudah dapat dalam
satuan millimeter. Dari hasil pengujian alat sebanyak 18 sampel curah hujan
diperoleh data curah hujan yang dijabar dalam bentuk gram, dimana setiap 1 gram
curah hujan identik dengan 1 mm air. Untuk menghabiskan curah hujan yang
ditangkap dalam balok kolektor dibutuhkan waktu yang jumlahnya tergantung
dari banyak jumlah air yang ditampung dalam balok kolektor.
Uji coba alat dilakukan dengan fungsi matematika untuk mengetahui
jumlah curah hujan yang dikonversi menjadi jumlah curah hujan. Melalui analisis
regresi antara voltase yang tercatat karena adanya tekanan dari air dengan jumlah
curah hujan maka diperoleh fungsi matematika y = 0.2902x - 0.3913, dengan nilai
R² = 0.9997, dimana x adalah voltase yang tercatat karena adanya dalam satuan
detik dan Y adalah jumlah curah hujan dalam satuan volt dan Y adalah jumlah
curah hujan dalam mm. Dengan memasukan fungsi matematika ke dalam system
maka setiap ada kejadian hujan, maka alat ini secara otomatis akan menyimpan
hasilnya kedalam memori sudah dalam bentuk millimeter. Pada Gambar
22disajikan grafik hubungan antara durasi pencatatan dan besarnya curah hujan.
Halaman46 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 22. Grafik hubungan antara durasi pencatatan dan besarnya curah hujan
(mm/detik)
Penelitian dan Pengembangan Pompa Air Tenaga Surya untuk Optimalisasi
Pengelolaan Sumber Daya Air
Sumber daya air yang digunakan merupakan sungai yang dibendung menjadi dam
parit. Sumber air dari dam parit tersedia sepanjang tahun sehingga sangat
potensial untuk dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman. Untuk pengambilan
air dipasang pompa radiasi Tenaga Surya yang dirancang berdasarkan informasi
ketersediaan dan kebutuhan air, beda tinggi antara sumber air dengan lahan
(head), dan potensi radiasi matahari. Kemampuan tenaga pembangkit yang
terpasang untuk menghidupkan pompa selama 10 jam dapat mengisi 7 kali tandon
air dengan volume 3.100 liter. Jadi volume air yang dapat di angkat oleh pompa
air di lokasi terpasang adalah 21.700 liter air per hari. Pompa Air Tenaga Surya
disajikan pada Gambar 23.
Gambar 23. Pompa air tenaga surya di lokasi penelitian kecamatan Playen, Gunung
kidul (tampak depan)
Halaman47 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Pompa tenaga surya diaplikasikan pada percobaan lapang dengan skenario
irigasi Tanaman Cabai Merah. Lahan yang dipergunakan seluas 546,48 m2,
dengan komoditas cabai varietas Phonik 55, jarak tanam 60 x 40 cm, waktu tanam
tanggal 30 Juli 2015. Rancangan yang dipergunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok, dengan 3 ulangan dan perlakuan utama adalah jenis pemberian air
irigasi yaitu stream line dan modifikasi furrow, dengan dosis pemberian masing
masing 100 %; 85%, 70% dan 55% sesuai kebutuhan tanaman berdasarkan
perhitungan FAO dengan data input air tersedia yang dihitung berdasarkan hasil
analisis sampel fisika tanah. Kemudian sebagai pembanding terdapat perlakuan
pengairan petani, dimana pemberian irigasi sesuai kebiasaan petani dengan di leb
dengan disiram sampai tergenang, masing masing plot terdiri dari 4 bedengan,
dengan masing-masing bedengan ditanam 2 baris, dilengkapi dengan mulsa
plastik warna hitam yang diberi lubang untuk tempat tumbuh tanaman cabai. Hasil
analisisnya kebutuhan air irigasi disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk tanaman cabai merah
Kadar air tanah diukur pada setiap fase pertumbuhan tanaman pada saat
sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan irigasi serta pada hari tidak diirigasi.
Fluktuasi kadar air tanah disajikan pada Gambar 24.
Gambar 24. Kadar air tanah pada perlakuan petani
Halaman48 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Kadar air untuk irigasi streamline relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
irigasi modifikasi furrow, sedangkan untuk irigasi petani kadar airnya relatif lebih
rendah dibandingkan irigasi streamline dan modifikasi furrow. Tingginya kadar
air setelah irigasi mengindikasikan bahwa teknik irigasi streamline relatif lebih
efektif dalam mendisitribusikan air baik secara horizontal (sekeliling pertanaman)
dan vertikal (ke bawah pertanaman).
Pada Tabel 9 disajikan rata-rata tinggi tanaman, panjang dan diameter,
bobot/tanaman dan bobot/plot tanaman cabai merah.
Tabel 9. Rata-rata tinggi tanaman, panjang dan diameter, bobot/tanaman dan
bobot/plot di Playen, Gunungkidul, DIY
Perlakuan Tinggi
tanaman (cm)
Panjang
Cabai (cm)
Diameter cabai
(cm)
Bobot/tanaman
(gram)
Bobot/plot
(kg)
SL-100 55,2cd 11,9 bc 0,56 a 394.5 bc 13,48 b
SL-85 56,1 d 11,9 bc 0,56 a 378,7 bc 16,49 cd
SL-70 55,9 c 11,9 bc 0,83 a 386,3 c 18,59 e
SL-55 55,0 c 11,7 b 0,83 a 330,6 b 14,26 b
MF-100 55,1 cd 12,4 c 0,58 a 520,2 d 17,35 cd
MF-85 56,9 d 12,4 c 0,57 a 493,8 c 18,68 e
MF-70 54,5 c 12,5 c 0,61 a 552,7 d 17,87 de
MF-55 53,5 b 12,4 c 0,57 a 534,8 d 15,72 cd
Petani 44,3 a 11,2 a 0,53 a 277,66 a 6,44 a
KK (%) 5,61 3,45 30,91 a 18,20 24,99
Keterangan:
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada α = 5%
Perlakuan:
Teknik irigasi: SL: Stream Line, MF: Modifikasi Furrow 100, 85, 70, dan 55 [berturut-turut: Irigasi 100% sesuai kebutuhan tanaman berdasarkan perhitungan
FAO (Doorenbos dan Pruitt, 1977); 85, 70, dan 55% dari kebutuhan tanaman]
Kombinasi perlakuan teknik irigasi Stream Line(SL) dan Modifikasi
Furrow(MF) dengan takaran/dosis irigasi tidak berpengaruh terhadap diameter
cabai. Namun demikian rata-rata panjang cabai lebih tinggi dari perlakuan irigasi
petani yang disiram secara manual menggunakan selang plastik. Panjang cabai
pada teknik irigasi MF dengan dosis irigasi 100, 85, 70, dan 55% dari kebutuhan
air tanaman sama dengan teknik irigasi SL dosis irigasi 100, 85, 70 % dari
Halaman49 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
kebutuhan air tanaman, namun lebih panjang dibandingkan dengan SL 55% dari
kebutuhan air tanaman.
Pada Gambar 25 disajikan distribusi bobot cabai rata-rata pada 12 kali
panen. Cabai yang dipanen adalah cabai yang sudah tua dan berwarna merah.
Pada periode panen pertama sampai dengan panen kesebelas, puncak panen terjadi
pada panen kelima pada umur 15 MST, setelah itu bobot panen menurun sampai
panen kesebelas. Pada panen keduabelas atau panen terakhir, terjadi peningkatan
bobot rata-rata cabai yang dipanen dibandingkan sebelumnya karena pada panen
terakhir ini seluruh cabai baik yang berwarna merah maupun hijau dipanen. Pada
saat panen terakhir telah memasuki musim hujan sehingga kalau dibiarkan
dikhawatirkan cabai akan membusuk.
Gambar 25. Bobot rata-rata cabai/plot pada perlakuan irigasi stream line, modifikasi
furrow dan cara petani dengan irigasi 100, 85, 70, dan 55 % kebutuhan
air tanaman di Playen, Gunungkidul, DIY
Bobot cabai total dengan irigasi modifikasi furrow lebihtinggi daripada
irigasi Streamline dan petani.Bobot cabai per plot tertinggi adalah pada teknik
irigasi modifikasi furrow dengan dosis irigasi 85%, kemudian diikuti perlakuan
irigasi Streamline dengan dosis irigasi 70% dan Modifikasi Furrow dengan dosis
irigasi 70% berturut-turut sebesar 18,68; 18,59; dan 17,87 kg.
2.1. PENELITIAN KERJASAMA
Kerjasama penelitian dengan mitra pada dasarnya bertujuan untuk
mendiseminasikan informasi dan teknologi pengelolaan sumber daya iklim dan
air, meningkatkan kapasitas sumber daya penelitian dan menggalang pendanaan
Halaman50 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
alternatif sebagai komplemen anggaran penelitian Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi. Dinamika kegiatan penelitian yang dikerjasamakan didasarkan
pada permintaan pengguna baik yang berkaitan langsung dengan bidang iklim dan
hidrologi maupun pemanfaatan keahlian yang dimiliki oleh Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi.
Pada Tahun Anggaran 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
melaksanakan dua kegiatan penelitian on top dari Balitbangtan dan juga
melanjutkan kerjasama penelitian dengan 2 Mitra yakni: CIRAD, Perancis dan
AFACI Korea Selatan. Adapun judul kegiatan penelitian seperti disajikan pada
Tabel 10.
Tabel 10. Kerjasama penelitian tahun 2015
Judul Mitra
1.Integrated and Participatory Management
Water Recources Management toward
Effective Agricultural System in Kali Pusur
Watershed
CIRAD,
Perancis/
2012-2015
2.Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan
Metode Prediksi Bencana di Sektor
Pertanian
AFACI Korea
Selatan/
2012-2015
2.2.1. Integrated and Participatory Water Recources Management toward
Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed
Workshop kegiatan Kerjasama CIRAD dan Balitklimat di DAS Kali Pusur,
Klaten, 12 Mei 2015
Dalam rangka Workshop kegiatan Kerjasama CIRAD dan Balitklimat di DAS
Kali Pusur, yang telah dilaksanakan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2014,
maka pada tahun 2015, dilakukan Evaluasi Dampak Proyek Pengelolaan
Sumberdaya Air di Kabupaten Klaten, dan Workshop dilaksanakan pada tanggal
12 Mei 2015 bertempat di Merapi Resto Jl Gayamprit Klaten Jawa Tengah. 0272-
325887.
Halaman51 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Sebelum acara di mulai, pada hari Senin 11 Mei 2015, dilakukan persiapan
materi, rencana bahan preentasi dan diskusi dengan beberapa stap Peneliti di
BPTP D.I. Yogjakarta sampai sore.
Acara Workshop di hadiri oleh sebanyak 35 orang, terdiri dari Balitklimat
(5), BPTP D.I Y (3), CIRAD (3), UPN (1), Dinas Pertanian Klaten (2), PDAM
Boyolali (1), Dinas Pertanian Boyolali (1), Pemda Boyolali (2), Petani dari Desa
Juwiring, Pulung dan Gumuk (17).Workshop dimulai dengan Sambutan sekaligus
pembukaan oleh Ka BPTP D.I.Y yang di wakili oleh Kasi Kerjasama BPTP
Yogjakarta Bapak Sinung Rustijarno. SP. M.Si., kemudian dilanjutkan dengan
perkenalan dari semua peserta yang hadir, supaya lebih jauh mengenal masing
masing peserta, dilanjutkan pemutaran film/video Proyek yang berlokasi di
Gumuk, dan pemaparan sekilas perjalanan kegiatan Proyek dari tahun 2005
sampai dengan 2014, oleh Bapak Ir. Hendri Sosiawan CESA.
Dalam diskusi kelompok, peserta di bagi dalam 4 kelompok, dengan
pendamping dari BPTP D.I.Y, Balitklimat dan UPN, pembagian kelompok terdiri
dari:
Kelompok I : Petani Kapilaler atau pengguna Air,
Kelompok II, Petani Konservasi Air dari Desa Gumuk,
Kelompok III. Petani Usaha Tani Jagung desa Juwiring dan Pulung dan
Kelompok IV. Adalah Pendukung kebijakan dari Dinas Terkait, di Dinas
Pertanian kab Klaten dan Boyolali, Dinas PDAM Kab Boyolali, Dinas
Pengairan Klaten.
Materi pembahasan adalah : Dampak apa yang telah dilakukan oleh Petani
di wilayah tersebut, setelah adanya proyek ini dilaksanakan, kemudian
pembelajaran apa yang bisa didapat oleh pemerintah setempat dan kekurangan apa
yang bisa disarankan kedalam proyek ini
Halaman52 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 26. Pak Hendri Sedang menjelaskan Kegiatan proyek selama 10 tahun di
Work shop
Gambar 27. Peserta Workshop dari pemda dan Dinas terkait mendengarkan
penjelasan kegiatan
Gambar 28. Peserta Workshop dari kelompok Petani, Penyuluh
Halaman53 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 29. Peserta Workshop dari BPTP DIY sedang diskusi kelompok Petani
Konservasi Air
Gambar 30. Peserta Workshop dari Balitklimat, CIRAD dan mahasiswa Ferancis
sedang mencermati acara diskusi kelompok
Gambar 31. Peserta Workshop dari Dinas Terkait di Boyolali dan Klaten,
kelompok kebijakan
Halaman54 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 32. Acara diskusi kelompok sedang membahasa kegiatan proyek,
kelompok
Gambar 33. berfoto bersama setelah acara Workshop di Klaten 12 Mei 2015
2.2.2. Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan Metode Prediksi Bencana
di Sektor Pertanian
Dampak dari fenomena ENSO seperti banjir dan kekeringan telah menyebabkan
gagal panen dan penurunan produksi padi yang serius di Indonesia. Agar kejadian
banjir dan kekeringan tanaman padi dapat diantipasi tepat waktu, maka informasi
nilai ambang curah hujan berpotensi menyebabkan batas tanaman padi terkena
kekeringan dan banjir sangat penting diketahui. Selanjutnya informasi prediksinya
perlu diberikan 2-4 bulan sebelumnya.
Halaman55 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Salah satu indikator yang banyak digunakan untuk mendeteksi defisit dan
surplus curah hujan adalah Standardized Precipitation Index (SPI). Indeks ini
telah digunakan secara luas untuk mengidentifikasi kekeringan meteorologis,
banjir (Hayes et al., 1999; Seiller et al., 2002), dan dampaknya terhadap hasil
tanaman (Mishra dan Cherkauer, 2010). Karakteristik SPI berupa durasi,
intensitas dan tingkat keparahan dapat digunakan untuk mengetahui nilai ambang
defisit dan surplus curah hujan yang berpotensi menyebabkan bencana kekeringan
dan banjir pada tanaman padi. Untuk menganalisis SPI memerlukan data dengan
periode panjang (minimal 15 tahun) dengan kualitas data yang baik. Oleh karena
itu sebelum analisis dilakukan, pengawasan kualitas data dan pengisian data
kosong merupakan suatu keharusan.
Penelitian ini merupakan kerjsama sama dengan AFACI. AFACI
memberikan dukungan dalam penyediaan data. Dalam pelaksanaan penelitian,
selain dengan AFACI juga melibatkan peneliti dari Program studi Sains
Kebumian-Institu Teknologi Bandung. Penelitian bertujuan untuk melakukan
pemutakhirkan dan restrukturisasi basis data iklim dan hidrologi dan menentukan
nilai ambang periode defisit dan surplus curah hujan yang berpotensi
menyebabkan tanaman padi terkena banjir dan kekeringan di Provinsi Lampung
dan Sulawesi Selatan.
Kegiatan terdiri tahapan 1) Pemutakhiran database dilakukan dengan
mengumpulkan dan entri data iklim harian dari Puslitbang Pengairan, BMKG, dan
Balitklimat. Sumber data lain yang dapat diakses secara online adalah GSOD dan
BMKG. 2) Pengecekan kualitas data dilakukan dengan pemilihan stasiun
menggunakan analisis data outlier, kurva massa dan pengisian data kosong. 3)
Metode pengisian data kosong menggunakan data GPCC (Global Precipitation
Climatology Centre). 4) analisis SPI untuk mengetahui periode defisit dan surplus
curah hujan dan 5) Penentuan batas kritis intensitas dan durasi defisit dan surlus
curah hujan dengan luas tanaman padi terkena kekeringan dan banjir. Kegiatan
ini dilaksanakan selama 3 tahun dimulai tahun 2015. Diagram alir penelitian
disajikan pada Gambar 34.
Halaman56 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 34. Diagram alir penelitian Pengembangan Sistim Informasi Iklim dan
Metode Prediksi Bencana di Sektor Pertanian
Hasil penelitian menunjukkan bahwapada penelitian tahun pertama ini
telah dilakukan pemutakhiran dan restrukturisasi basis data iklim dan hidrologi
dan penentuan nilai ambang intensitas, durasi, dan tingkat keparahan tanaman
padi terkena kekeringan dan banjir. Hasil yang telah dicapai iuraikan secara
terstruktur sebagai berikut:
Pemutakhiran dan Restrukturisasi Basis Data Iklim
Restrukturilasi Basis data iklim dan hidrologi dilakukan dan digabung dalam
website katam terpadu yang terlebih dahulu dikembangkan dan dapat diakses
melalui alamat http://katam.litbang.pertanian.go.id/iklim. Pemutakhirkan data
Provinsi Lampung dan Sulawesi Selatan sebanyak 230 dan 620 stasiun hujan.
Dalam sistem informasi ini, pengguna dapat menelusuri data stasiun curah hujan
dalam bentuk peta interaktif yang berbasis Google Map yang mudah digunakan
dan dapat diperbesar sampai dengan tingkat kabupaten (Gambar 35).
Pengumpulan dan
pemutakhiran data
Data Iklim
Harian
(observasi
dan GSOD)
Data GPCCData
AWS/AWLR
Kontrol
kualitas Data
Basis data
Iklim dan
Hidrologi
SPI Durasi IntensitasTingkat keparahan
(severity)
Prediktor
iklim global
musiman
Model prediksi
Kekeringan dan
Banjir padi sawah
Prediksi CH
musiman
Prediksi
SPI
Prediksi
intensitas, durasi
dan tingkat
keparahan
kekeringan danbanjir
Data Banjir dan
kekeringan padi
sawah
Downscaling
prediksi
musiman
dengan metode
CA
Sistim Informasi
iklim dan
bencana di
sektor
pertanian.
Tahun1
Tahun 2
Tahun 3
Data siap diolah
Halaman57 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 35. Tampilan peta sebaran stasiun di Provinsi Lampung (kiri) dan
Sulawesi Selatan (kanan)
Pengawasan Kualitas Data
Pengawasan kualitas data terdapat 3 tahapan yang dilakukan, yaitu : 1) pemilihan
data outlier, 2) pemilihan stasiun yang akan digunakan dengan analisis kurva
massa, serta 3) pengisian data kosong. Seleksi data dengan membuang data
outlier menggunakan metode gap check. Pemilihan stasiun berdasarkan kurva
massa dengan penentapan stasiun yang lolos seleksi dengan nilai RMSE maksimal
10. Berdasarkan hasil seleksi kurva massa tersebut dari 91 stasiun hujan di
Provinsi Lampung terdapat 11 stasiun dengan nilai RMSE yang lebih besar dari
10, sedangkan di Provinsi Sulawesi Selatan dari 192 stasiun hujan terdapat 60
stasiun yang nilai RMSE lebih besar dari 10. Gambar 36 menunjukkan contoh
grafik yang lolos analisis kurva massa. Data yang lolos secara jelas
memperlihatkan pola yang sangat mirip dan sedikit sekali data-data yang
menyimpang polanya dalam jangka panjang.
Gambar 36. Kurva massa stasiun hujan Gunung Batu, Provinsi Lampung, dengan
nilai RMSE lebih kecil 10 menunjukkan stasiun yang lolos
berdasarkan analisis kurva massa
1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 20100
200
400
600
800
Year
Mo
nth
ly R
ain
fall (
mm
)
Gunung Batu
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000
50
100
150
Data Amount (%)
Cu
mm
ula
tive R
ain
fall (
mm
)
RMSE: 3.03
MaxE: 7.52, MinE: -5.4275
Halaman58 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Tahap selanjutnya adalah pengisian data kosong u dengan data GPCC.
Data GPCC hanya digunakan untuk mengisi data yang kosong. Gambar
29menunjukkan grafik dan diagram pencar dan Cumulative Distribution Function
(CDF) yang menunjukkan perbedaan antara data observasi dengan data GPCC.
Untuk memperkecil selisih antara keduanya, kemudiaan dilakukan koreksi bias
data GPCC terhadap data observasi (Gambar 37). Setelah semua tahapan tersebut,
data siap digunkan untuk analisis
Gambar 37. Grafik, diagram pencar dan cumulative distribution function antara
data observasi dan data GPCC yang akan digunakan untuk mengisi
data kosong
Analisis Nilai Ambang Defisit dan Surplus Curah Hujan
Kondisi defisit curah hujan ditunjukkan oleh SPI negatif yang lebih kecil dari -0.5
(grafik berwarna merah). Sebaliknya surplus curah hujan ditunjukkan oleh nilai
SPI lebih besar dari 0.5. luas tanaman padi terkena kekeringan. Diagram pencar
antara periode defisit dan surplus curah hujan dengan luas tanaman padi terkena
kekeringan dan banjir menunjukkan bahwa padi terkena kekeringan banjir
umumnya bersamaan dengan kondisi SPI negatif dan positif (Gambar 38).
Gambar 38. Grafik SPI dengan luas padi terkena kekeringan dan banjir
1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 20150
500
1000
Pr
(mm
)
Gunung Batu
0 100 200 300 400 500 6000
100
200
300
400
500
600
Pr Obs (mm)
Pr
GP
CC
(m
m)
y=1.03*x
:88.09 ,r:1.00
0 100 200 300 400 500 600 7000
0.2
0.4
0.6
0.8
1
Pr (mm)
CD
F
Obs
GPCC
Halaman59 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Berdasarkan diagram pencar antara intensitas dan durasi defisit dan
surplus curah hujan dengan luas padi terkena kekeringan dan banjir diketahui
bahwa karakteristik kondisi kering dan basah mempunyai dampak yang berbeda
untuk setiap kabupaten. Faktor yang sangat menentukan luas terkena kekeringan
dan banjir adalah durasinya. Baik di Provinsi Lampung maupun Sulawesi Selatan,
tanaman terkena banjir mulai pada durasi 4-5 bulan. Untuk kekeringan
intensitasnya adalah -0.5 sampai -1.5 ,sedangkan untuk banjir adalah 0.5 sampai 1
(Gambar 39).
Gambar 39. Diagram pencar antara intensitas dan tingkat keparahan periode
kering dengan luas padi terkena kekeringan di Provinsi Sulawesi
Selatan
Halaman60 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
III. HASIL PENELITIAN UNGGULAN
Pada tahun anggaran 2015, terdapat 2 RPTP kegiatan penelitian termasuk dalam
kategori penelitian unggulanyang dibiayai DIPA Balitklimat tahun anggaran
2015.
3.1. Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi
Dampak Perubahan Iklim
Indonesia merupakan negara tropis kepulauan yang posisinya diapit oleh dua
benua dan dua samudera. Hal ini menyebabkan iklim Indonesia sangat dinamis
dan sulit untuk diprediksi. Kondisi ini semakin kompleks dengan terjadinya
perubahan iklim yang tidak saja berdampak terhadap pola dan perilaku iklim yang
menyimpang dari kondisi normalnya, tetapi juga ke segala sektor termasuk sektor
Pertanian. Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat multi-
dimensional, mulai dari sumberdaya, infrastruktur pertanian, dan sistim produksi
pertanian,hingga aspek ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan
petani dan masyarakat pada umumnya. Dampak perubahan iklim perlu
diidentifikasi sehingga bisa disusun teknologi adaptasi yang spesifik wilayah.
Penelitian Key Area diharapkan dapat membantu mengetahui sebaran wilayah
kunci perubahan iklim di Indonesia. Penelitian tentang Key Area merupakan
penelitian yang baru dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Key area adalah
wilayah yang bisa dijadikan indikator adanya anomali iklim di Indonesia.
Tujuan utama dari penelitian ini menentukan wilayah kunci (Key Area)
yang bisa digunakan sebagai indikator keragaman iklim di Indonesia. Data yang
digunakan adalah data bulanan curah hujan seluruh Indonesia serta data 12
indikator global, yaitu : NINO1+2, NINO3, NINO4, NINO3.4, Southern
Oscillation Index (SOI), Out Going Longwave Radiatian (OLR), Dipole Mode
Index (DMI), Japan Meteorological Agency (JMA) SST, Multivariate ENSO Index
(MEI), Trans Niño Index (TNI), ENSO Modoki Index (EMI) dan Ocean Niño
Index (ONI). Analisis yang dilakukan adalah mencari hubungan signifikansi (nilai
p≤ 0.1) antara curah hujan dengan indikator global pada lag time 1, 2, 3 dan 4
bulan untuk setiap musim Desember-Januari-Februari (DJF), Maret-April-Mei
(MAM), Juni-Juli-Agustus (JJA), September-Oktober-November (SON).
Halaman61 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1) data dan peta sebaran
stasiun hujan dengan periode curah hujan bulanan lebih dari 20 tahun pada 923
stasiun hujan di seluruh Indonesia, 2) struktur data input, 3) data bulanan indikator
global (DMI, EMI, JMASST, MEI, NINO12, NINO 3, NINO 3.4, NINO 4, OLR,
ONI, SOI dan TNI) periode 1955-2014, 4) program otomatisasi analisis regresi
antara anomali curah hujan dengan indikator global dengan Minitab, 5) program
aplikasi untuk mendeteksi struktur keluaran regresi minitab, dan 6) peta sebaran
signifikansi antara anomali curah hujan dengan indikator global pada 4 periode 3
bulanan (DJF, MAMA, JJA DAN SON) pada lag 1 sampai dengan 4.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil sebaran stasiun
hujan, masih terdapat wilayah-wilayah yang minim stasiun hujan seperti di Aceh,
Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah,
Maluku dan Papua. Dari sebaran jumlah stasiun hujan yang signifikan, diperoleh
hasil bahwa pada periode DJF, MAM dan JJA lag yang paling banyak sebaran
jumlah stasiunnya adalah lag 4, sedangkan pada SON didominasi lag 2. Dari 12
indikator yang dihubungkan dengan curah hujan, indikator Nino 3.4 merupakan
indikator yang dominan signifikan terhadap curah hujan di Indonesia dimana pada
lag 4 dominan terjadi pada periode DJF, MAM dan JJA, sedangkan pada SON
dominan signifikan di lag 3 (Gambar 40).
Gambar 40. Sebaran signifikansi anomali curah hujan dengan ENSO pada lag 1,
2, 3 dan 4
Halaman62 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Untuk menyederhanakan informasi dari 12 indikator global, maka
dilakukan pengelompokkan menjadi 3 yaitu ENSO, DMI dan OLR. ENSO
mencakup sepuluh indikator yang terkait antara lain : EMI, JMASST, MEI,
NINO12, NINO 3, NINO 3.4, NINO 4, ONI, SOI dan TNI. Persentase jumlah
stasiun hujan yang signifikan terhadap ENSO, DMI dan OLR pada setiap provinsi
memperlihatkan hasil yang beragam. Untuk indikator ENSO, provinsi yang
memiliki stasiun signifikan terhadap ENSO adalah : Riau, Bengkulu, Lampung,
Jawa Barat, Banten, DIY, Jawa Timur, NTB, NTT, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan
Papua Barat. Sebaran ini hampir sama pada periode MAM, JJA dan SON (Tabel
4). Dari 15 provinsi tersebut, hampir setengahnya menunjukkan konsisten
dipengaruhi ENSO baik pada DJF, MAM, JJA maupun SON, yaitu Provinsi :
Riau, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, NTB, NTT, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Pengaruh DMI
terhadap anomali curah hujan lebih sedikit dibandingkan dengan ENSO. Hal ini
terlihat dari sedikitnya stasiun hujan yang menghasilkan nilai signifikan dan
hanya pada periode tertentu, yaitu DJF dan SON. Provinsi yang terlihat signifikan
pada DJF yaitu : Jawa Timur dan Kalimantan Timur, sedangkan provinsi yang
signifikan pada SON adalah : Jawa Barat, NTB dan NTT. Untuk pengaruh OLR
terhadap anomali curah hujan relatif lebih banyak sebarannya dibandingkan DMI.
Provinsi yang menghasilkan nilai signifikan adalah : Lampung, Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan (Tabel 11).
Halaman63 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Tabel 11. Persentase jumlah stasiun yang signifikan antara anomali curah hujan
dengan ENSO, DMI dan OLR di setiap Provinsi
Dari 3 kelompok ini, ENSO merupakan indikator yang paling kuat
signifikansinya dengan curah hujan di wilayah Indonesia dibandingkan DMI dan
OLR. Berdasarkan signifikansi hubungan antara curah hujan dengan ENSO
sebagai indikator yang paling kuat, diperoleh wilayah kunci pada DJF adalah :
Riau, Bengkulu, Lampung, Jabar, Banten, DIY, Jatim, NTB, NTT, Kalteng,
Kalsel, Kaltim, Sulbar, Sulsel, Papua Barat. Pada MAM : Riau, Lampung, Jabar,
Banten, Jateng, DIY, Jatim, NTB, NTT, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulsel. Pada JJA
: Riau, Lampung, Jabar, Banten, DIY, Jatim, NTB, NTT, Kalteng, Kalsel, Kaltim,
Sulsel. Pada SON : Riau, Bengkulu, Jabar, Banten, Jateng, Jatim, NTB, NTT,
Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulbar, Sulsel, Gorontalo (Gambar 41).
DJF MAM JJA SON DJF MAM JJA SON DJF MAM JJA SON
1 NAD - - - - 1 NAD - - - - 1 NAD - - - -
2 Sumut - - - - 2 Sumut - - - - 2 Sumut - - - -
3 Sumbar - - - - 3 Sumbar - - - - 3 Sumbar - - - -
4 Riau 1 2 2 2 4 Riau - - - - 4 Riau - - - -
5 Kepri - - - - 5 Kepri - - - - 5 Kepri - - - -
6 Jambi - - - - 6 Jambi - - - - 6 Jambi - - - -
7 Sumsel - - - - 7 Sumsel - - - - 7 Sumsel - - - -
8 Babel - - - - 8 Babel - - - - 8 Babel - - - -
9 Bengkulu 1 - - 6 9 Bengkulu - - - - 9 Bengkulu - - - -
10 Lampung 3 7 7 - 10 Lampung - - - - 10 Lampung - - - 3
11 DKI - - - - 11 DKI - - - - 11 DKI - - - -
12 Jabar 20 5 5 8 12 Jabar - - - 25 12 Jabar 22 - - 44
13 Banten 2 5 2 8 13 Banten - - - - 13 Banten 4 - - -
14 Jateng - 5 - 12 14 Jateng - - - - 14 Jateng 4 - - 6
15 DIY 1 5 14 - 15 DIY - - - - 15 DIY - - - -
16 Jatim 59 33 33 29 16 Jatim 75 - - - 16 Jatim 48 - 38 24
17 Bali - - - - 17 Bali - - - - 17 Bali - - - -
18 NTB 2 2 2 2 18 NTB - - - 25 18 NTB - - 13 3
19 NTT 2 2 2 8 19 NTT - - - 50 19 NTT 13 - 50 -
20 Kalbar - - - - 20 Kalbar - - - - 20 Kalbar - - - -
21 Kalteng 1 2 2 2 21 Kalteng - - - - 21 Kalteng - - - -
22 Kalsel 2 12 12 2 22 Kalsel - - - - 22 Kalsel 4 - - 3
23 Kaltim 2 7 7 10 23 Kaltim 25 - - - 23 Kaltim 4 100 - 12
24 Kaltara - - - - 24 Kaltara - - - - 24 Kaltara - - - -
25 Sulut - - - - 25 Sulut - - - - 25 Sulut - - - -
26 Sulbar 2 - - 6 26 Sulbar - - - - 26 Sulbar - - - 3
27 Sulteng - - - - 27 Sulteng - - - - 27 Sulteng - - - -
28 Sultra - - - - 28 Sultra - - - - 28 Sultra - - - -
29 Sulsel 2 12 12 6 29 Sulsel - - - - 29 Sulsel - - - 3
30 Gorontalo - - - 2 30 Gorontalo - - - - 30 Gorontalo - - - -
31 Maluku - - - - 31 Maluku - - - - 31 Maluku - - - -
32 Maluku Utara - - - - 32 Maluku Utara - - - - 32 Maluku Utara - - - -
33 Papua Barat 1 - - - 33 Papua Barat - - - - 33 Papua Barat - - - -
34 Papua - - - - 34 Papua - - - - 34 Papua - - - -
Total persen 100 100 100 100 Total persen 100 - - 100 Total persen 100 100 100 100
NO PROVINSI
OLR
NO PROVINSI
ENSO
NO PROVINSI
DMI
Halaman64 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 41. Sebaran signifikansi ENSO dengan curah hujan pada setiap musim di
Indonesia
Pada beberapa wilayah Key Area selanjutnya dilakukan kajian untuk
mengetahui hubungan ketersediaan air melalui debit sungai dengan kejadian
kekeringan. Hasilnya menunjukkan bahwa koefisien determinasi antara beberapa
debit sungai bulan Mei-Juni di kabupaten Sumedang, Indramayu, Bone dan
Jeneponto dengan luas padi terkena kekeringan Mei-Oktober yang berkisar antara
0.47-0.68 mengindikasikan bahwa debit dapat menggambarkan sekitar 50%
keragaman luas padi terkena kekeringan pada sawah irigasi. Daerah dengan nilai
kritis yang lebih tinggi menunjukkan faktor curah hujan sangat menentukan luas
tanaman padi yang terkena kekeringan. Daerah tersebut bisa saja merupakan
daerah irigasi, tapi irigasinya tidak terjamin terutama pada pertanaman MK yang
ditanam setelah bulan April. Sebaliknya pada daerah dengan nilai batas kritis yang
lebih rendah, merupakan daerah dengan sistim irigasi yang berfungsi dengan baik.
Batas kritis curah hujan memberi gambaran waktu kritis dan prakiraan jumlah
curah hujan yang berpotensi menyebabkan tanaman padi terkena kekeringan.
penggunaan parameter curah hujan cukup relevan digunakan sebagai indikator
kekeringan agronomis pada sawah irigasi. Sistim informasi Key Area dibuat
untuk memudahkan pengguna dalam mengakses informasi terutama tentang
hubungan curah hujan dan indikator global. Sistim informasi Key Area dipasang
Halaman65 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
di server katam yang telah berjalan dengan baik. dan dapat diakses di
http://katam.litbang.pertanian.go.id/key_area/main.aspx.
3.2. Pengembangan Pompa Air Tenaga Surya untuk Irigasi dalam Upaya
Mendukung Peningkatan Produksi di Lahan Kering
Masalah utama pengembangan pertanian di lahan kering adalah keterbatasan
ketersediaan air terutama di musim kemarau. Salah satu upaya untuk
meningkatkan produktivitas lahan adalah dengan menyediakan air untuk
digunakan sebagai irigasi suplementer dengan memanfaatkan potensi sumberdaya
air yang ada di wilayah tersebut. Sehubungan dengan kendala keterbatasan air di
lahan kering, maka perlu memanfaatkan beragam teknologi yang mampu
mengangkat dan mengalirkan air dari sumbernya ke lahan-lahan pertanian.
Penggunaan pompa air yang digerakkan dengan tenaga listrik menjadi pilihan
utama saat ini. Namun jika dilihat dari sisi pembiayaan, baik dalam tahap
pengembangan (pembangunan) maupun pengelolaan (pemeliharaan), teknologi
irigasi tersebut memunculkan persoalan di tingkat lapangan, khususnya bagi
petani dan kelompoknya yaitu ketidakmampuan petani dalam
mengoperasionalkan dan memelihara sarana dan prasarana irigasi yang dimiliki.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu teknologi irigasi yang menggunakan
pompa air yang lebih tepat guna, efisien, dan ekonomis sehingga dalam
pengelolaannya tidak tergantung pada tenaga listrik atau bahan bakar lainnya,
membutuhkan biaya operasi dan pemeliharaan (OP) yang lebih sedikit, dan
bahkan tidak membebani petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Untuk
itu telah dikembangkan pompa air tenaga surya/energi matahari. Penggunaan
energi matahari tidak memerlukan listrik, ekstra hemat energi, dan ramah
lingkungan. Selain itu penggunaannya mudah, efisiensi tinggi, kinerja stabil dan
dapat digunakan dalam jangka waktu lama. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
merancang prototipe pompa air tenaga surya untuk irigasi pertanian dan (2)
mengembangkan model pertanian hemat energi berbasis energi terbarukan
menggunakan pompa air tenaga surya.
Halaman66 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Metode yang dilakukan adalah sebagai berikut: (a). Melakukan Identifikasi
Potensi Sumber Daya Air dengan memanfaatkan potensi sumber daya air yang
ada, (b) Mendesain pompa air tenaga surya berdasarkan informasi ketersediaan
dan kebutuhan air, beda tinggi antara sumber air dengan lahan (head), dan potensi
radiasi matahari yang akan ditangkap oleh panel surya telah dirancang pompa air
tenaga surya, (c) Mengalikasikan Pompa Air Tenaga Surya untuk Irigasi Tanaman
berupa Percobaan Lapang berupa Skenario Irigasi pada Tanaman Bawang Merah.
Lokasi yang dipilih adalah Dusun Kedungmiri, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan di Kebun Percobaan (KP)
Muneng di Desa Muneng Kidul, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo.
Sumber air di Imogiri adalah dari sungai Oyo yang mengalir sepanjang tahun
sehingga sangat potensial untuk dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman.
Petani umumnya mengalirkan air ke lahan dengan menggunakan pompa hidran
berkekuatan 5,5 hp dengan debit rata rata 0,2 l/dt. Adapun di Muneng sumber air
dari sumur dangkal yang disalurkan ke lahan dengan menggunakan pompa
sentrifugal berkekuatan 24 pk (debit rata rata 10 l/dt) melalui saluran tertutup.
Luas Lahan yang dipergunakan adalah 407 m2, dengan komoditas bawang merah
varitas Bima dengan total 8 plot masing-masing ukuran 4 m x 3 m, varietas lokal
dengan total 8 plot masing-masing ukuran 4 m x 3 m. Dengan 4 plot petani
dengan varietas Bima dan 4 plot petani dengan varietas lokal. Perlakuannya
adalah jarak tanam dan verietas, jarak tanam terdiri dari 4 yaitu: 15 cm x 15 cm,
15 cm x 20 cm, 20 cm x 20 cm, 20 cm x 25 cm, adapun varietasnya ada 2 yaitu
Bima dan lokal. Waktu tanam tanggal 25 Oktober 2015. Masing-masing
perlakuan 2 ulangan. Pemberian air menggunakan impact sprinkler masing
masing dengan dosis 100 %; 85%, 70% dan 55% sesuai kebutuhan tanaman
berdasarkan perhitungan FAO (Doorembos and Pruitt 1977) (Gambar 42).
Kemudian sebagai pembanding terdapat perlakuan pengairan petani, dimana
pemberian irigasi sesuai kebiasaan petani dengan di leb dengan disiram sampai
tergenang. Dengan data input air tersedia yang dihitung berdasarkan hasil analisis
sampel fisika tanah. Perhitungan kadar air tanah telah dilakukan pada percobaan
aplikasi irigasi pada tanaman bawang merah yang diukur pada setiap fase
Halaman67 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
pertumbuhan tanaman pada saat sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan irigasi
serta pada hari tidak diirigasi (Gambar 43).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan informasi ketersediaan
dan kebutuhan air, beda tinggi antara sumber air dengan lahan (head), dan potensi
radiasi matahari yang ditangkap oleh panel surya telah dirancang pompa air
tenaga surya. Komponen pompa air tenaga surya dibagi menjadi menjadi 5 yaitu:
(1) panel surya, (2) solar charge controller, (3) battery kering (accu), (4) inverter,
dan (5) pompa air. Spesifikasi pompa air tenaga surya (PRS) yang di pasang di
Imogiri dan Muneng disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Spesifikasi instalasi listrik panel surya pada pompa air tenaga surya
No Nama Imogiri, Bantul Muneng, Probolinggo
Spesifikasi instalasi listrik panel surya
1 Panel surya (wp/unit) 100/18 100/32
2 Solar charge control (Amp/unit) 20/5 20/8
3 MCB (Amp/unit) 20-30/2 20-50/9
4 Batery kering (Amp/volt DC/unit) 100/12/10 100/12/15
5 Inverter sinusoidal (vA/volt AC/unit) 6000/220/1 10.000/230/1
6 Pembagi listrik (unit) 1 yaitu 220 VAC 1 Phase
20 A
2 yaitu 220 VAC 1 Phase 20 A
dan 230 VAC 3 Phase 35 A
Kebutuhan Daya Listrik
1 Daya listrik terpasang (watt jam/Ah) 12.000/1.000 18.000/1.500
2 Kemampuan tenaga pembangkit unt
menghidupkan pompa (jam)
5 6
3 Water torn terisi penuh (jam) 1,5 Langsung
4 Lampu penerangan (watt) 5 5
5 Potensi luas target irigasi (ha) 1-2 5-6
Untuk PRS Imogiri, kemampuan tenaga pembangkit PRS yang terpasang
untuk Hasil desain pompa air tenaga surya di Imogiri, Bantul, Yogya
menunjukkan bahwa dengan kemampuan tenaga pembangkit yang terpasang
untuk menghidupkan pompa selama 5 jam dapat mengisi 6 kali tandon air dengan
volume 2.100 liter, sehingga volume air yang dapat di angkat oleh pompa air di
lokasi terpasang (potensi air) adalah 12.600 liter per hari yang rata-rata dapat
digunakjan untuk mengairi 4-5 ha lahan pertanian (Gambar 44). Adapun di
Halaman68 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Muneng, Probolinggo, Jatim dengan total head pompa 25 meter, suction 4 meter,
pipa hisap 2,5 inchi, pipa dorong 2 inchi, maka debit yang dihasilkan 14,6
liter/detik atau volume air yang dapat di angkat oleh pompa air di lokasi terpasang
(potensi air) adalah 52.560 liter/hari yang dapat digunakan untuk mengairi lahan
6-8 ha (Gambar 45).
Gambar 42. Pemanfaatan pompa radiasi surya Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Gambar 43. Desain irigasi impact sprinkler memanfatkan air dari
pompa air tenaga surya di Imogiri
Halaman69 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 44. Pompa air tenaga surya di
Imogiri
Gambar 45. Pompa air tenaga surya
di Muneng
Hasil analisis dosis dan interval irigasi menunjukkan bahwa total
kebutuhan irigasi di lahan sebesar total 123,8 mm, total kebutuhan air diaplikasi
untuk mengairi tanaman bawang merah dengan teknik irigasi impact sprinkler
sebesar dalam interval irigasi masing-masing dua harian dengan rata-rata
pemberian 2,2-3,7 mm. Kadar air untuk perlakukan irigasi impact sprinkler relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan irigasi perlakuan petani.Tingginya kadar air
setelah irigasi mengindikasikan bahwa teknik irigasi impact sprinkler lebih efektif
dalam mendisitribusikan air baik secara horizontal (sekeliling pertanaman) dan
vertikal (ke bawah pertanaman). 7 Pertumbuhan tanaman bawang merah yang
direpresentasikan melalui tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan varietas
lokal dan Bima mempunyai rata-rata tinggi tanaman bawang merah lebih tinggi
dari perlakuan irigasi pola petani. Tinggi tanaman bawang merah pada teknik
irigasi impact sprinkler dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm, 15 cm x 20 cm, 20 cm
x 20 cm, 20 cm x 25 cm lebih tinggi dibandingkan dengan pola petani. Tinggi
tanaman tertinggi sebesar 38,5 cm dicapai pada perlakuan varietas Bima dengan
jarak tanam 15 cm x 15 cm, sedangkan yang terpendek varietas lokal pola petani .
Jumlah umbi bawang merah rata-rata pada masing-masing jarak tanam untuk
varietas lokal dan Bima rata-rata berkisar 5-7 biji, tetapi untuk varietas Bima
terdapat tanaman yang mempunyai jumlah umbi 8 biji. Bobot bawang merah total
pada varietas Bima lebih banyak dibandingkan varietas lokal, bobot per plot
terbanyak pada varietas lokal adalah pada perlakuan jarak tanam 15 cm x 15 cm,
Halaman70 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
kemudian diikuti masing-masing pada jarak tanam 15 cm x 20 cm, 20 cm x 25
cm, dan 20 cm x 20 cm, sedangkan bobot per plot tertinggi pada varietas Bima
adalah pada perlakuan jarak tanam 15 cm x 15 cm, kemudian diikuti masing-
masing pada jarak tanam 20 cm x 25 cm, 15 cm x 20 cm, dan 20 cm x 20 cm.
Bila dibandingkan dengan pola petani, maka bobot bawang merah varietas Bima
dan lokal pada keempat jarak tanam masih lebih berat (Gambar 39-42).
Perhitungan efisiensi pompa menunjukkan bahwa dengan menggunakan pompa
radiasi surya dapat menghemat konsumsi BBM dari 140 liter menjadi 58 liter dan
biaya pembelian BBM dari Rp. 1.036.000,- menjadi Rp. 425.500, sehingga
terjadi penghematan 243%.
Adapun perhitungan emisi GRK yang dikeluarkan oleh petani/kelompok tani
untuk menghidupkan mesin pompa berbahan bakar bensin selama musim tanam
bawang merah di Imogiri sebesar 0,352 ton CO2.
(a) (b)
Gambar 46. Kadar air tanah pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman bawang
merah varietas lokal (b)
(a)
(b)
Gambar 47. Kadar air tanah pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman bawang
merah varietas Bima
Halaman71 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
(a) (b)
Gambar 48. Bobot panen pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman bawang
merah varietas lokal
(a)
(b)
Gambar 49. Bobot panen pada fase vegetatif (a) dan generatif (b) tanaman bawang
merah varietas Bima
Halaman72 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
IV. DISEMINASI HASIL PENELITIAN
Pada tahun anggaran 2015, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi memiliki
RDHP Diseminasi Teknologi Penelitian Agroklimat dan Hidrologi yang terdiri
atas 3 kegiatan yakni: a). Diseminasi Teknologi Agroklimat dan Hidrologi; b).
Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air; dan c). Identifikasi Calon
Lokasi, Koordinasi, Bimbingan, dan Dukungan Teknologi UPSUS PJK, TSP,
TTP Komoditas Unggulan Kementan.
Diseminasi dan penyebaran hasil-hasil penelitian, Balitklimat dikemas
dalam berbagai bentuk penerbitan publikasi ilmiah semi popular seperti: Buletin
hasil penelitian agroklimat dan hidrologi, info agroklimat dan hidrologi, petunjuk
teknis, laporan tahunan Balai, leaflet, brosur, poster dan dokumentasi berupa CD
audio, informasi melalui website. Publikasi tercetak berupa tulisan ilmiah, ilmiah
populer atau laporan hasil penelitian merupakan media yang baik dan efektif
dalam penyebarluasan informasi hasil penelitian dan dimuat dalam website,
karena sifatnya dapat menjangkau pengguna yang tersebar luas di seluruh
Indonesia dan dunia internasional.
4.1. Diseminasi Teknologi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Kegiatan diseminasi dan penyebaran hasil-hasil penelitian lingkup Balitklimat,
dikemas dalam berbagai bentuk penerbitan publikasi ilmiah semi popular seperti:
(Buletin hasil penelitian agroklimat dan hidrologi, laporan berkala info agroklimat
dan hidrologi, petunjuk teknis, laporan tahunan Balai, leaflet, brosur, poster dan
dokumentasi berupa CD audio, informasi melalui website. Publikasi tercetak
berupa tulisan ilmiah, ilmiah populer atau laporan hasil penelitian merupakan
media yang baik dan efektif dalam penyebarluasan informasi hasil penelitian dan
dimuat dalam website, karena sifatnya dapat menjangkau pengguna yang tersebar
luas di seluruh Indonesia dan dunia internasional. Balitklimat dituntut untuk
senantiasa mengembangkan cara penyajian dan teknik penulisan, seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan pengguna. Data dan
informasi agroklimat dan hidrologi serta teknologi pengelolaannya yang disajikan
dalam berbagai bentuk perlu didokumentasikan secara baik. Dokumentasi tersebut
Halaman73 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
nanti menjadi sumber atau bahan referensi yang penting bagi pengguna. Hasil
penelitian perlu dikomunikasikan kepada para pengguna, dilakukan secara
langsung melalui seminar, lokakarya, dialog, pameran, ekspose. Selain itu juga
dapat dilakukan secara tidak langsung melalui penyebaran publikasi tercetak,
laporan, media elektronik (internet, radio, video, dll). Komunikasi digital melalui
internet dan promosi hasil penelitian melalui websiteyang dapat menjangkau
wilayah yang lebih luas dalam waktu yang singkat. Oleh sebab itu, pada tahun
anggaran 2015 Balitklimat terus melaksanakan dan melanjutkan editing dan
updating informasi terbaru website serta mengembangkannya dalam bentuk
online.
Tujuan jangka pendek adalah mempublikasikan hasil-hasil penelitian
agroklimat dan hidrologi agar dapat digunakan sebaik-baiknya oleh pengguna.
Melakukan komunikasi dan pelayanan prima hasil penelitian agroklimat dan
hidrologi kepada pengguna, meningkatkan komunikasi dan publikasi hasil
penelitian dengan berbagai stakeholder, dengan meningkatkan pelayanan
perpustakaan digital, sedangkan dalam Jangka panjangadalah meningkatkan
efisiensi dan efektivitas hasil penelitian, membangun jaringan dengan instansi
diluar Kementan, yang pada akhirnya dapat mempercepat adopsi dan penerapan
oleh pengguna.
Prakiraan dan dampak adalah terpublikasikan dalam bentuk publikasi
tercetak, terdiseminasikan dan terkomunikasikan melalui media pameran,
seminar, siaran radio dan website kepada pengguna, dan terdokumentasikan
dengan baik, diharapkan tersebar luasnya informasi hasil-hasil penelitian
agroklimat dan hidrologi, sehingga termanfaatkannya teknologi hasil penelitian
dan diperolehnya umpan balik dari pengguna. Dengan menyebarnya
teknologi/informasi hasil penelitian ke berbgai kalangan sehingga dapat
mempercepat proses alih teknologi. Informasi dan teknologi di bidang pertanian
dapat dikembangkan di lembaga-lembaga penelitian dan pendidikan, dan diacu
oleh para pengguna untuk mengambil keputusan strategis di pusat dan daerah.
4.1.1. Penerbitan Laporan Tahunan
Pada tahun anggaran 2015, diterbitkan laporan tahunan Balai yang merupakan
laporan pelaksanaan kegiatan Balitklimat tahun anggaran sebelumnya (TA. 2014).
Halaman74 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Pada tahun anggaran 2014 Satker
Balitklimat melakukan kegiatan yang
direalisasikan dalam 5 RPTP,5 RKTM, dan 4
RDHP yang dibiayai melalui DIPA TA 2014
dandidukung oleh 1 kegiatan penelitian kerjasama
dengan Badan Penelitian dan Pengeembangan
Pertanian Kementerian Pertanian dan 2 kegiatan
penelitian kerjasama dengan luar negeri terkait
dengan pengelolaan sumber daya iklim
dan air.
Kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi meliputi 4
kegiatan, yaitu: (1). Diseminasi Teknologi Penelitian Agroklimat dan Hidrologi,
(2) Pengembangan Website dan Perpustakaan Digital Agroklimat, (3) Visitor Plot
Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air, dan (4) Model Diseminasi Katam Terpadu
dan Teknologi Pengelolaan Air. Khusus kegiatan Diseminasi Teknologi Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi meliputi 2 sub kegiatan, yaitu Komunikasi dan
Publikasi Hasil Penelitian serta Pelayanan Jasa Penelitian.
Buletin dan Info hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berdasarkan SK Ka
Balitklimat Tahun 2015
1. Info Agroklimat bulan Februari 2015; adalah Penggunaan Perunut Hidrologis Untuk
Karakterisasi Sumber Air di Daerah Aliran Sungai (oleh Dr. Nani Heryani).
2. Info Agroklimat bulan April 2015 : berjudul Dam Parit Bertingkat (Channel
Reservoir In Cascade) Untuk Antisipasi Kekeringan Oleh Dr. Nani Heryani
3.Info Agroklimat bulan Juni 2015 berjudul Penelitian dan Pengembangan Pompa
Air Tenaga Surya untuk Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Air (Studi
lapang Purabaya, Imogiri dan Playen)
4.Info Agroklimat bulan Agustus 2015 ; berjudul Monitoring cepat (Quick
Assessment) menggunakan HandPhone berbasis Android oleh Haryono.
SP.,MM dan Fadhlullah Ramadani S.Kom., M.Sc
5.Info Agroklimat Bulan Oktober 2015 ; berjudul Instalasi Irigasi pada HPS ke-35
di Gelar Teknologi Pertanian, Jakabaring Palembang, Sumatera Selatan
Gambar 50. Buku laporan tahunan 2014
Halaman75 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 51. Info agroklimat dan hidrologi
Pemasyarakatan Hasil Penelitian
Kegiatan pemasyarakatan hasil pertanian dilakukan oleh Balai sendiri atau
oleh Instansi lain, sebagai narasumber, antara lain Balai Diklat Pelatihan Pertanian
atau pelatihan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Seminar Rutin
Selama tahun 2015, Seminar rutin yang diadakan oleh Peneliti maupun
Mahasiswa yang magang.
Seminar mahasiswa PKL dari Universitas Andalas, Padang (06 Februari
2015)
Pada Tahun 2015 Satker Balitklimat menerima Mahasiswa PKL (Praktek
kerja lapang), dari Universitas Andalas Padang Sumatera Barat, sebanyak 7
mahasiswa, berdasarkan surat permintaan dari Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Unand no 790/UN.I6.11/TEP/2014, tanggal 8
Desember 2014
Halaman76 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 52. Mahasiswa dari Univ Andalas sedang PKL di Balitklimat
Seminar mahasiswa PKL dari Institut Pertanian Bogor 10 April 2015
Seminar rutin Balitklimat kali ini berlangsung pada hari jum’at 10 April
2015, dimulai pukul 09:00 bertempat di Ruang Rapat Balitklimat lantai 2. Sebagai
akhir dari PKL Mahasiswa IPB yang telah dilaksanakan selama 2 bulan.
Gambar 53. Suasana Seminar Mahasiswa PKL dari IPB di Balitklimat
Seminar PKL Mahasiswa Universitas Brawijaya, 4 Desember 2015
Gambar 54. Mahasiswa UB sedang presentasi di Balitklimat
Halaman77 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Partisipasi Kegiatan Pameran
Sampai dengan akhir tahun 2015, partisipasi kegiatan pameran yang telah
diikuti oleh Balitklimat adalah, sebagai berikut:
"5th Indonesia Climate Change; Education Forum and Expo”, 14-17 Mei 2015
Gambar 55. Pameran Perubahan Iklim di Jakarta
Kickoff Program Nasional Pengembangan 100 Taman Sains dan Teknologi
di Bandung Techno Park”, 7 Mei 2015
Pada Kamis 7 Mei 2015, telah dilaksanakan Kickoff Program Nasional
Pengembangan 100 Taman Sains dan teknologi, yang bertempat di Bandung
Techno Park, Jl Telekomunikasi Bandung, di hadiri dari berbagai Kementerian
antara lain Kementerin Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, BATAN,
LIPI, BPPT, Kemeneterian Industri, Pemerintah Kabupaten Kota dan Perguruan
Tinggi.
Gambar 56. Beberapa Pejabat Balitbangtan berfoto didepan katam dan AWS
Halaman78 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Teknologi Irigasi Hadir di HPS ke 35, 17-22 Oktober 2015
Gambar 57. Spanduk Selamat Datang di HPS Palembang
Kunjungan Tamu ke Balai Penelitian Agroklimat dan hidrologi
Selama Tahun 2015, kunjungan ke Balitklimat baik studi Banding maupun
magang, adalah sebagai berikut :
Gambar 58. Grafik Kunjungan Tamu ke Balitklimat TA 2015
Halaman79 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Menteri Pertanian Meninjau Ruang Operasional Katam Terpadu. Bogor, 7
April 2015
Gambar 59. Suasana Kunjungan dadakan Menteri Pertanian di Ruang Katam
Kunjungan Delegasi Land Development Department (LDD) Thailand, 26 Mei
2015
Gambar 60. Suasana saat kunjungan tamu dari LDD Thailand
Field Trip Forum Komunikasi Kelitbangan Kementan ke Balitklimat, 4 Juni 2015
Gambar 61. Suasana Diskusi peserta FKK Kehumasan Kementan di RO Katam
Halaman80 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Kunjungan MAFC Tanzania ke Balitklimat, 24 Juni 2015
Gambar 62. Peserta dari Tanzania di RO Katam dan depan Poster
Kunjungan Mahasiswa Program Studi Budidaya Tanaman Pangan,
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH SUMATERA
BARATKe Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Bogor, 12 November
2015
Gambar 63. Rombongan mahasiswa Politeknik berfoto di RO Katam
Update Website
Update Website selama tahun 2015 sudah dilakukan 12 kali, materi yang di update
adalah sbb ; (Lengkapnya ada di Website Balitklimat)
Halaman81 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 64. Penampilan Website Balitklimat tahun 2015
HKI (Hak Kekayaan Inteletual)
Selamat tahun 2015, proses HKI atau Hak Kekayaan Intelektual yang sudah
dilaksanakan adalah Hak Paten atas Alat AWS telemetri sudah diterima
sertifikatnya dengan Inventor Bapak Dr. Astu Unadi, Dr. Aris Pramudia dan Dipl.
Ing. E. Bayu Budiman, dengan nomor paten adalah IDP 00035180 tertanggal 19
Desember 2013, karena berbagai permasalahan baik teknis maupun non teknis
baru diterima pada tahun 2015, dan pada akhir tahun 2015, juga Royalti AWS
untuk Peneliti sudah diterima dengan nilai uang sebanayak Rp 16.800.000,- yang
diserahkan langsung oleh Bapak Ka Badan Litbang Dr. M Syakir di Sekretariat
Badan Litbang Jakarta. HKI Hak Cipta, pada tahun 2015, telah menerima
sertifikat sebanyak 17 HKI yang diusulkan untuk Atlas Kalender tanam, dan
dalam proses pengusulan HKI, yaitu Aplikasi Web Kalender tanam Terpadu Versi
1.0. dan Desain Pengelolan Air di 21 KP yaitu; KP Aripan; KP Asembagus; KP
Bajeng; KP Cukurgondang; KP Kraton; KP Laing; KP Manoko; KP Margahayu;
KP Maros; KP Pakuwon; KP Sandubaya; KP Subang; KP Sumani; KP Taman
Bogo; KP Tlekung; KP Banjarbaru; KP Cimanggu; KP Kima Atas; KP Pandean;
KP Pandu dan KP Segunung.
Halaman82 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 65. HKI Hak Cipta Web Katam dan Cover Desain Pengelolaan Air KP
4.2. Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air
Dalam peningkatan produksi tanaman hortikultura, aspek cuaca dan iklim
memegang peranan yang cukup penting karena hampir semua aspek pertanian,
mulai dari pemilihan jenis tanaman, pola tanam, teknik budi daya dan
perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit dipengaruhi oleh iklim dan
cuaca. Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan kondisi
iklim mikro yang sesuai dalam budi daya tanaman adalah pertanian rumah kaca
(greenhouse farming) atau pertanian rumah kasa (screenhouse farming). Rumah
kasa dapat memfasilitasi dan mengontrol kondisi lingkungan yang dibutuhkan
oleh tanaman, melindungi tanaman dari curah hujan yang tinggi dan kelebihan
intensitas cahaya. Budi daya tanaman dalam rumah kasa adalah salah satu teknik
budi daya dengan cara memodifikasi iklim mikro untuk mendorong pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Teknologi ini dapat menghasilkan produksi yang
berkualitas, karena iklim mikro dapat dimodifikasi dan pemberian hara dapat
diatur sesuai kebutuhan tanaman. Data iklim dan hidrologi dimanfaatkan sebagai
dasar untuk pengelolaan air dan modifikasi iklim mikro tanaman hortikultura.
Pengelolaan air dilakukan untuk peningkatan akurasi pemberian irigasi tanaman
sehingga pemanfaatan air lebih efesien.
Dalam pengembangan dan pelaksanaan kegiatan dilakukan tahapan
sebagai berikut: 1). tahapan kegiatan dalam otomatisasi irigasi dan iklim mikro
terkendali dan 2). perancangan dan pengembangan model KRPL, dalam
kegiatannya merupakan implementasi sistim irigasi otomatik pada tanaman
Halaman83 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
KRPL. Pada tahun 2015 ini Kegiatan Visitor Plot lebih di titik beratkan pada
pelengkapan instrumentasi irigasi otomatik dan inovasi penggunaan tenaga surya
untuk kepentingan energi terbarukan, dikarenakan pelaksanaan renovasi bangunan
kantor BALITKLIMAT.
Direncanakan pada tahun 2016, Visitor Plot juga akan mengembangkan
Datta Logger sebagai intrumentasi kontrol kondisi lingkungan iklim mikro dan
hidrologi untuk aplikasi irigasi otomatik.
Otomatisasi Irigasi
Penggunaan sensor kelembaban tanah, sistem waktu dan kontroler untuk
mengontrol dan mejalankan sistem irigasi otomatik di BALITKLIMAT. Kontroler
yang digunakan untuk membaca keluaran sensor kelembaban tanah adalah
kontroler MT4W keluaran Autonics juga di gunakan dan dicoba keluaran dari
National Control Device (NCD). Tipe kontroler MT4W diseting langsung di
lokasi. Informasi kadar air tanah digunakan sebagai parameter dalam pemberian
irigasi.
Air yang diberikan kepada tanaman dikendalikan secara terukur dan pasti.
Dalam implentasi sistim irigasi untuk tanaman KRPL dalam kegiatan visitor plot
tahun 2015 menggunakan model sistim irigasi waktu dan model sistim irigasi
sensor. Dalam pengembangan kombinasi model sistim irigasi waktu dan sensor di
buat sistim irigasi yang keluarannya menjadi model sistim irigasi dosis, yaitu air
yang diberikan sudah dalam volume air yang dibutuhkan oleh tanaman
berdasarkan kebutuhan air tanaman dan debit nosel irigasi yang digunakan.
Pelengkapan instrumen irigasi dosis air dilakukan pada tahun 2015 dan
aplikasinyan tahun 2016.
a) Sistem pemberian air berdasarkan waktu
KRPL di BALITKLIMAT, penyiraman tanaman dalam pot dilakukan dengan
menggunakan sistem berdasarkan waktu. Pada sistem waktu, air irigasi untuk
penyiraman diberikan berdasarkan penyetingan jadwal waktu pemberian air.
Jadwal penyiraman untuk tanaman KRPL BALITKLIMAT dilaksanakan tiga kali
dalam sehari yaitu pada jam 08.00, Jam 12.00 dan jam 16.00 dengan lama
penyiraman masing-masing 5, 7 dan 5 menit.
Halaman84 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
b) Sistem pemberian air berdasarkan sensor
Pada sistem kedua adalah sistem pemberian irigasi untuk menyiram
tanaman dengan penggunaan sensor kebasahan tanah atau kelembaban tanah.
Sistem ini dikembangkan untuk pemberian air agar lebih efisien.Sistem
merupakan pengembangan dari teknik pemberian air irigasi dengan sistem waktu
ke sistem sensor.Kontroler dapat di atur berdasarkan nilai kapasitas lapang air.
Dalam sistem ini, air untuk menyiram tanaman telah menggunakan campuran
nutrisi untuk tanaman dengan kandungan nutrisi 2%. Pemberian air irigasi dengan
sistem sensor memiliki keunggulan yaitu air tidak akan diberikan jika kondisi
tanah masih basah dan masih cukup air untuk aktivitas tanaman. Penyetingan nilai
kontroler untuk pemberian irigasi dilakukan dengan mengetahui kapasitas lapang
air (Field Capacity) dari media tanaman atau tanah yang digunakan.Kontroler
berfungsi membaca sensor kelembaban tanah kemudian mengatur nilai
kelembabanya. Nilai kelembaban angka di layar monitor kontroler dibaca dalam
satuan nilai kering. Kontroler dapat diseting nilai tertinggi dan terendah untuk
dapat menyalakan dan mematikan keran elektrik (solenoid). Dengan nilai seting
tertinggi dan terendah maka air dapat diatur berdasarkan kebutuhan tanaman.
Gambar 66. Controller, probe sensor dan aplikasi sensor dalam pot
Halaman85 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 67. Sistem irigasi berdasarkan sensor kelembaban tanah
c) Sistem pemberian air berdasarkan Dosis Irigasi
Sistem pemberian air irigasi berdasarkan sensor dibuat dan di
implementasikan di KRPL BALITKLIMAT yakni sistem pemberian air irigasi
berdasarkan dosis.Sistem pemberian air berdasarkan dosis ini adalah kombinasi
pemakaian kontroler yang menggunakan sensor dan waktu. Pemberian
berdasarkan dosis sangat efisien dibandingkan dengan jenis lainnya.Dosis
pemberian berdasarkan indikator kebasahan tanah dan kebutuhan sesuai tanaman
yang ditanam.
Dosis irigasi dapat diberikan sekali pemberian penyiraman untuk 2-3 hari.
Dengan bantuan sistem panel surya digunakan sebagai tenaga listrik untuk
mejalankan istrumentasi irigasinya. Mulai tahun 2016 akan dikembangkan sistem
pemberian dosis irigasi berdasarkan indikator kebasahan tanah dan kuat cahaya
atau PAR (Photosyntethically Active Radiation). Sistem-sistem ini dapat di
implementasikan di KRPL, Rumah Kaca dan kebun.
Halaman86 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 68. Panel surya sebagai tenaga listrik untuk irigasi
Gambar 69. Sistim irigasi otomatik dengan keluaran dosis pemberian air
Jenis-jenis output nosel air untuk irigasi
Air dialirkan melalui pipa-pipa tersier agar dapat mencapai pot-pot atau lahan
yang berisi tanaman digunakan nosel-nosel irigasi. Nosel ini berfungsi sebagai
pengeluaran air untuk penyiraman agar seragam dalam pemberian dosisnya.Irigasi
dalam kegiatan visitor plot yang dikembangkan dan digunakan di Balitklimat
untuk penyiraman tanaman dalam pot atau lahan diantaranya, sebagai
berikut:Regulating stick, Singel piece jet (spray jet), Shrubbler, PC emitter,
Stream line, Sprinkler, dll.
Nosel tersebut sangat ideal digunakan dilihat dari segi praktis, dosis air
dan harga yang terjangkau. Penggunaan nosel-nosel untuk menyiram tanaman
Halaman87 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
dalam pot sangat penting dipertimbangkan dalam merancang sistim irigasi
otomatik.
Jaringan pipa irigasi
Jaringan pipa irigasi di sekitar gedung BALITKLIMAT akanditata kembali pada
kegiatan tahun 2016. Mengotomatisasi jaringan irigasi diperlukan peralatan
diantaranya pompa air, pipa pvc, fiting pvc, selang LDPE, nosel-nosel irigasi,
keran elektrik dan kontroler sebagai pengatur. Kontroler berfungsi sebagai kendali
dalam mengatur membuka dan menutup keran elektrik. Kontroler bisa
menggunakan sistem waktu atau menggunakan sistem sensor suhu tanah,
kelembaban tanah dan sebagainya. Dalam kontroler sistem waktu untuk setiap
blok dipasang satu keran elektrik untuk mengontrol aliran air saat penyimanan
dalam satu jaringan irigasi. Dipasaran paling banyak hanya tersedia 6-8 blok
sistem keran eletrik untuk membuka dan menutup keran elektrik dengan satu
master keran elektrik untuk mengatur aliran air utama menuju ke setiap blok.
Jaringan irigasi yang ideal untuk lingkungan KRPL adanya sumber air,
tangki air (water torn), pompa hisap, pompa tekan, jaringan pipa atau selang
LDPE (Low Density Propyl Etylene) dan sistim kontroler otomatik. Jaringan
untuk mengantarkan air penyiraman menuju setiap pot tanaman menggunakan
pipa pvc dan LDPE ini kemudian dalam pembagiannya dipasang keran elektrik
untuk setiap blok tanaman yang akan disiram. Keran elektrik diatur membuka dan
menutupnya menggunakan kontroler sistem waktu atau sistem sensor. Balitklimat
mengembangan sistem sensor kelembaban tanah dengan penggunaan gypsum
sebagai media sensornya.
Media Tanam
Media tanam yang digunakan dalam pot visitor plot berupapupuk kandang (sapid
an kambing), sekam padi dan tanah dengan perbandingan 3:2:1. Pemberian pupuk
buatan NPK majemuk dengan kandungan NPK 15:15:15 sesuai dengan komoditas
yang ditanam. Pupuk kandang diberi EM4 untuk mempercepat dekomposisi
(diperam selama 20 hari). Media kemudian di disterilkan dari jamur dengan cara
memasak atau menggunakan uap air panas mendidih dalam tabung dan diberi
tekanan melalui kompresor dan uap panas dialirkan melalui pipa anti panas yang
Halaman88 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
telah diberi lubang, atau media dimasukan drum kemudian di panaskan. Pipa
berlubang yang mengalirkan uap panas tersebut di benam dengan media tanam
dan media kemudian di tutup terpal plastik. Media dibiarkan sampai menjadi
panas karena uap air.
Media campuran hasil pemasakan tersebut kemudian dimasukan dalam pot
atau polibag dan lima hari kemudian segera ditanam bibit yang sebelumnya sudah
disediakan.
Jenis Tanaman
Komoditas tanaman yang ditanam dikawasan KRPL perkantoran Balitklimat dan
Rumah kasa Balitklimat umumnya tanaman hortikultura, 18 jenis sayuran ditanam
di KRPL BALITKLIMAT. Jenis sayuran adalah sebagai berikut:
Sawi, Pakcoy, bayam, kangkung darat, tomat, terong ungu, terong putih, terong
bulat, cabai rawit, cabai merah, pepaya, bengkuang dan juga ditanam melon dan
cabai paprika di rumah kasa.
Kebutuhan Air Tanaman
Untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, diperlukan penyiraman secara periodik
dan terukur sehingga tanaman menjadi sehat dan dapat berprodroduksi
menghasilkan produk yang baik. Data yang diperlukan adalah data koefisien
tanaman yang ditanam dan data evapotranspirasi total (ETo) dari perhitungan
parameter iklim. Data iklim didapat dari stasiun iklim AWS (Automatic Weather
Station) Cimanggu.
Untuk menentukan kebutuhan air tanaman secara efektif, efisien dan
ekonomis di hitung terlebih dahulu kebutuhan air untuk tanaman yang di tanam.
Kebutuhan air tanaman dihitung dari koefisien tanaman (Kc), epavotransvirasi
total (Eto) dan luasan lahan yang ditanami tanaman sehingga kebutuhan air yang
digunakan terukur. Sebagai contoh kebutuhan air tanaman cabai berdasarkan
perhitungan koefisien tanaman dan ETP dari parameter-parameter data iklim
(Gambar 63).Perhitungan kebutuhan air tanaman merujuk pada FAO Irrigation
and Drainage Paper No 56, Crop Evapotrasnpiration - Guidelines for computing
crop water requirements.
Halaman89 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Tabel 13. Kebutuhan air per hari untuk setiap fase pertumbuhan tanaman cabai pada
dua perlakuan pemberian air 60% dan 80% kebutuhan tanaman
Fase Pertumbuhan
Panjang Fase
Pertumbuhan
Tanaman (Hari)
ETo
(mm/hari
)
Kc ETc
(mm/hari) Etc-80% Etc-60%
Fase Vegetatif I
(Inisiasi) 10 5.8 0.5 2.9 2.3 1.7
Fase Vegetatif II 25 5.8 0.8 4.6 3.7 2.8
Pembungaan 10 5.8 1.1 6.4 5.1 3.8
Pembentukan Biji 10 5.8 0.9 4.9 3.9 3.0
Pemasakan Biji 10 5.8 0.6 3.5 2.8 2.1
Jumlah hari 210
Jumlah Minggu 30
Gambar 70. Contoh kebutuhan air tanaman cabai untuk setiap fase di KRPL
BALITKLIMAT berdasarkan perhitungan koefisien tanaman dan
ETP
Data Iklim
Data iklim sangat diperlukan untuk kegiatan KRPL di BALITKLIMAT sebagai
acuan untuk menghitung kebutuhan air tanaman. Data iklim diperoleh dari stasiun
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Fase Vegetatif I (Inisiasi/Initial)
Fase Perkembangan (Development)
Fase Pertengahan (Mid Season)
Fase lambat (Late)
100%
80%
60%
40%
25%
mm
Air
Halaman90 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
iklim cimanggu, parameter data iklim yang diperoleh adalah curah hujan,
kelembaban udara, suhu udara, radiasi matahari, kecepatan angin dan arah angin.
Data dibutuhkan untuk menghitung evapotranspirasi. Data iklim rata-rata bulanan
stasiun data iklim Cimanggu disajikan pada tabel di bawah ini.
Gambar 71. Pola curah hujan dan ETP stasiun iklim Cimanggu rerata 2000-2007
dan tahun 2015
Tabel 14. Data iklim Stasiun Cimanggu rata-rata dari tahun 2000-2007
Bulan Suhu udara (
oC) Kelembaban udara (%)
Curah
hujan
Kec.
Angin
Radiasi
surya Etp
Min. Maks. Rerata Min. Maks. Rerata mm m/detik MJ/m2 mm
Januari 19.6 27.6 23.6 51 83 72 399 0.7 12.31 3.0
Februari 19.5 26.9 23.2 55 85 75 346 0.6 11.55 2.7
Maret 19.8 28.2 24.0 49 84 71 342 0.7 13.80 3.2
April 20.7 29.9 25.3 49 88 74 434 0.7 14.38 3.3
Mei 22.8 32.7 27.7 53 96 80 354 0.9 15.69 3.6
Juni 22.2 32.2 27.2 51 94 77 323 0.9 14.98 3.4
Juli 22.1 32.3 27.2 48 93 75 213 1.0 15.75 3.6
Agustus 21.1 31.8 26.5 41 87 68 142 1.1 16.95 4.0
September 22.1 33.4 27.8 38 87 71 235 1.0 17.91 4.2
Oktober 22.6 33.5 28.0 45 92 74 390 1.2 17.33 4.4
Nopember 22.7 32.6 27.7 53 95 79 438 1.1 15.70 3.9
Desember 23.3 30.6 26.9 55 94 80 369 0.9 14.64 3.6
Jumlah 3985 10.8 180.96 42.9
Rerata 21.6 31.0 26.3 49 90 75 332 0.9 15.08 3.6
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
0
100
200
300
400
500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
CH-2000-2007 CH 2015 ETP 2000-2007 ETP 2015
Halaman91 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Tabel 15. Data bulanan iklim Stasiun Cimanggu tahun 2015
Bulan Suhu udara (
oC) Kelembaban udara (%)
Curah
hujan
Kec.
Angin
Radiasi
surya Etp
Min. Maks. Rerata Min. Maks. Rerata mm m/detik MJ/m2 mm
Januari 22.1 30.3 25.0 61 100 86 283 0.3 12.19 3.2
Februari 22.0 29.8 24.9 63 101 87 397 0.4 11.22 3.0
Maret 22.2 31.7 25.7 53 99 82 357 0.4 13.63 3.6
April 22.7 31.9 26.0 55 101 84 298 0.4 12.91 3.4
Mei 22.5 32.9 26.6 47 99 78 268 0.4 13.83 3.7
Juni 22.5 33.1 26.8 45 95 74 59 0.3 13.26 3.5
Juli 21.9 33.5 26.7 38 92 69 97 0.5 14.34 3.8
Agustus 22.1 33.4 26.8 39 90 69 38 0.6 15.26 4.0
September 21.8 34.3 26.9 33 89 65 93 0.6 16.15 4.3
Oktober 22.4 34.7 27.3 33 90 67 255 0.4 15.97 4.2
Nopember 22.6 33.5 26.4 47 99 81 74 0.2 14.93 4.0
Desember
Jumlah 2219 153.68 40.8
Rerata 22.3 32.6 26.3 47 96 77 202 0.4 13.97 3.7
Pendampingan Teknologi
Selain melaksanakan diseminasi pada visitor plot di BALITKLIMAT, dilakukan
pendampingan untuk menginstalasi mikro irigasi di lokasi hari pangan sedunia
yang dilaksanakan di Jaka Baring-Palembang, Sumatera Selatan pada bulan Juli
2015.
Gambar 72. Instalasi irigasi otomatik pada lokasi HPS ke 35 diJaka Baring
Palembang, Sumatera Selatan
Halaman92 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
4.3. Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan, dan Dukungan
Teknologi UPSUS PJK, TSP, TTP Komoditas Unggulan Kementan
Menindaklanjuti arahan Presiden RI pada sidang Kabinet Paripurna tanggal 3
November 2014, ditegaskan bahwa agar pencapaian swasembada padi, jagung,
dan kedelai dapat dicapai dalam waktu sesegera mungkin. Dalam upaya
pencapaian swasembada padi, jagung, dan kedelai maka, Kementerian Pertanian
menindaklanjuti denganmelaksanakan program upaya khusus (UPSUS) sebagai
berikut: (1) Optimasi lahan melalui bantuan sarana produksi (benih, pupuk, dan
alat mesin pertanian) pada akhir tahun 2014, (2) Perbaikan jaringan irigasi serta
bantuan sarana produksi melalui Refocussing APBN TA. 2015, dan (3) Perbaikan
jaringan irigasi dan kegiatan pendukung melalui APBN-Perubahan Tahun 2015.
Untuk mendukung upaya tersebut perlu melakukan identifikasi calon lokasi,
koordinasi, bimbingan, dan dukungan teknologi upaya khusus agar tercapai
peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai minimal 10% dari capaian
produksi tahun sebelumnya.
Taman Teknologi Pertanian (TTP) merupakan suatu kawasan untuk
menerapkan berbagai teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan
pengolahan hasil (pasca panen) yang telah dikaji oleh berbagai LPNK, universitas
pemerintah/ swasta, untuk diterapkan dalam skala ekonomi, yang juga berfungsi
sebagai tempat pelatihan dan pusat transfer teknologi ke masyarakat luas. Fungsi
TTP adalah sebagai pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan,
perikanan, dan pengolahan hasil (pasca panen) yang telah dikaji oleh lembaga
penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi dan
tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi
bisnis ke masyarakat luas. Sedangkan Taman Sains Pertanian (TSP) berfungsi
sebagai: (1) penyedia pengetahuan terkini oleh dosen universitas setempat,
peneliti dari lembaga litbang pemerintah, dan pakar teknologi yang siap
diterapkan untuk kegiatan ekonomi; (2) penyedia solusi-solusi teknologi yang
tidak terselesaikan di Techno Park; dan (3) sebagai pusat pengembangan aplikasi
teknologi lanjut bagi perekonomian lokal.
Guna mendukung TTP dan TSP perlu melakukan identifikasi calon lokasi,
koordinasi, bimbingan, dan dukungan teknologi di lokasi TTP dan TSP.
Halaman93 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Koordinasi, bimbingan, dan dukungan teknologi yang dilakukan melalui kegiatan
yang difokuskan antara lain pada: (1) pemetaan keragaan jaringan irigasi melalui
Refocusing APBN TA. 2015 dan kegiatan identifikasi potensi dan distribusi
curah hujan, (2) pemetaan potensi masa tanam, (3) pemetaan sentra produk padi,
jagung, dan kedelai, (4) monitoring ketersediaan air di daerah irigasi, waduk, dan
bendung, pemetaan wilayah layanan irigasi, (5) survei, investigasi, dan desain
irigasi tersier melalui APBN-Perubahan Tahun 2015, dan (6) pendampingan
dalam pengembangan inovasi teknologi pengelolaan iklim dan air pada kawasan
TSP dan TTP.
Adapun lokasi UPSUS adalah di Sumatera Utara, Sumatera Seltan, Jawa
Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara
Timur, dan Maluku Utara. Sedangkan lokasi TSP adalah di Jawa Barat, Jawa
Tengah, Kalimantan Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.
Sedangkan lokasi TTP adalah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku.
Pada tahun 2015, kegiatan ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi calon
lokasi di lokasi UPSUS, TTP dan TSP; (2) Melakukan koordinasi, bimbingan, dan
dukungan teknologi di lokasi UPSUS, TTP dan TSP.
Kegiatan ini mengkombinasikan kegiatan identifikasi, koordinasi,
bimbingan, dan dukungan teknologi. Kegiatan dilaksanakan melalui identifikasi,
koordinasi, dan dukungan teknologi untuk pelaksanaan: (1) pemetaan keragaan
jaringan irigasi melalui Refocussing APBN TA. 2015 dan kegiatan identifikasi
potensi dan distribusi curah hujan, (2) pemetaan potensi masa tanam, (3)
pemetaan sentra produksi padi, jagung, dan kedelai, (4) monitoring ketersediaan
air di daerah irigasi, waduk, dan bendung, pemetaan wilayah layanan irigasi, (5)
survei, investigasi, dan desain irigasi tersier melalui APBN-Perubahan Tahun
2015, dan (6) pendampingan dalam pengembangan inovasi teknologi pengelolaan
iklim dan air pada kawasan TSP dan TTP.
Kegiatan pendampingan dan pengawalan ini dilaksanakan pada tahun 2015
melalui beberapa tahapan, yaitu: persiapan, identifikasi, pembimbingan dan
dukungan teknologi.
Halaman94 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Survey pemetaan keragaan jaringan irigasi dan desain irigasi tersier
dilakukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Survey bertujuan untuk
menentukan calon lokasi implementasi infrastruktur sumber air irigasi
suplementer mengatasi daerah endemik kekeringan.
Survey lokasi calon implementasi embung/long storage di Kabupaten
Indramayu dilakukanoleh Tim terpadu yang terdiri dari Dinas Pertanian Kab.
Indramayu, Kodim 0616 Indramayu, Ditjen PSP dan Balitbangtan. Tim telah
mengidentifikasi 9 lokasi potensial di 6 Kecamatan di Kabupaten Indramayu
yaitu: Indramayu, Sindang, Losarang, Gabus Wetan, Trisi dan Kroya.
Lokasi yang direkomendasikan untuk tindak lanjut implementasi
pengembangan infrastruktur sumber irigasi suplementer adalah: Dam Parit di
desa (Temiyang, Kec. Kroya; Puntang, Kec. Losarang; Rambatan Wetan Kec.
Sindang; Rancahan Kec. Gabus Wetan.
Hasil survei menunjukkan bahwa, di Kab Cirebon terdapat 21 embung
yang memiliki sumber air utama dari curah hujan, dan saat ini sebagian besar
embung dalam kondisi kering karena sudah berhari-hari tidak mendapat suplai air.
Selanjutnya survey dilakukan pada 2 calon lokasi long storage yang terletak di
bagian utara Kabupaten Cirebon yakni long storage di desa Surakarta Kec.
Suranenggala dan desa Suranenggala Lor dan Suranenggala Kidul, Kec.
Suranenggala.
Telah dilakukan pendampingan dan pengawalan pelaksanaan kegiatan
melalui dukungan teknologi pengelolaan iklim dan air di kawasan TSP dan
TTPmelalui : (1) pemetaan keragaan jaringan irigasi melalui Refocussing APBN
TA. 2015 dan kegiatan identifikasi potensi dan distribusi curah hujan, (2)
pemetaan potensi masa tanam, (3) pemetaan sentra produk padi, jagung, dan
kedelai, (4) monitoring ketersediaan air di daerah irigasi, waduk, dan bendung,
pemetaan wilayah layanan irigasi, (5) survei, investigasi, dan desain irigasi tersier
melalui APBN-Perubahan Tahun 2015, dan (6) pendampingan dalam
pengembangan inovasi teknologi pengelolaan iklim dan air pada kawasan TSP
dan TTP.
Hasil survei pemetaan keragaan jaringan irigasi dan desain irigasi tersier
yang dilakukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon telah menghasilkan calon
Halaman95 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
lokasi implementasi infrastruktur sumber air irigasi suplementer untuk mengatasi
daerah endemik kekeringan. Selain itu telah dihasilkan calon lokasi implementasi
embung/long storage di Kabupaten Indramayu melalui survei yang dilakukan oleh
Tim terpadu yang terdiri dari Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Kodim 0616
Indramayu, Ditjen PSP dan Badan Litbang Pertanian. Tim telah mengidentifikasi
9 lokasi potensial di 6 Kecamatan di Kabupaten Indramayu yaitu: Indramayu,
Sindang, Losarang, Gabus Wetan, Trisi dan Kroya.
Telah dihasilkan titik-titik potensi air tanah dalam sebagai alternatif
sumber air irigasi di TTP Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, TTP
Banyubang, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, TTP Cikajang , Kabupaten
Garut, Jawa Barat.
Dukungan teknologi di lokasi TTP dan TSP untuk pengelolaan iklim dan
air telah dilakukan dengan menyusun desain pengelolaan air (eksploitasi air,
distribusi air, dan teknik irigasi) untuk pengembangan pertanian di lokasi TTP dan
TSP, menetapkan potensi waktu tanam dan kebutuhan air komoditas yang
dikembangkan, menjadi narasumber pada Temu Teknis dalam rangka evaluasi
kegiatan dan penyusunan desain pengembangan teknologi yang dilakukan di
masing-masing lokasi TSP dan TTP yaitu di: TTP Teurerubeh, Kecamatan Kota
Jantho, Kabupaten Aceh Besar, Nangroe Aceh Darusalam, TTP Batilai,
Kecamatan Takisung dan Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut,
Kalimantan Selatan, TTP Terpadu Mandiri Telang, Kabupaten Banyuasin,
Sumatera Selatan, TTP Buyu Maranindi Lestari Desa Sulewana, Kabupaten Poso,
Sulawesi Tengah, TSP Windu Jaya, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, TSP Balai
Penelitian Serealia, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, TSP di Kebun Percobaan
Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah
Pendampingan UPSUS di Kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten
Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara untuk mengidentifikasikondisi jaringan
irigasi, bendung dan luas, area tanaman padi dalam rangka memberikan
rekomendasi optimalisasi pengelolaan iklim dan air mendukung swasembada
Padi, Jagung dan Kedelai.
Halaman96 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
V. KEGIATAN PENUNJANG PENELITIAN
5.1. Pengelolaan Tata Usaha Perkantoran
Untuk meningkatkan kinerja institusi dalam rangka mendukung pelaksanaan
reformasi birokrasi dan transparansi pelaporan keuangan, perlu dukungan
akuntabilitas pelaporan dan pelaksanaan administrasi kepegawaian serta keuangan
yang akurat, cepat, efisien, dan efektif pada TA 2015 Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi, telah melakukan peningkatan sistem kinerja melalui kegiatan
Pengelolaan Tata Usaha dan Perkantoran.
Kegiatan Pengelolaan Tata Usaha Perkantoran terdiri dari 2 sub kegiatan
yaitu: 1). Pengelolaan Administrasi Keuangan, SAI dan BMN; 2). Pengelolaan
Administrasi Kepegawaian dan Sistem Manajemen Mutu. ISO 9001:2008.
5.1.1. Pengelolaan Administrasi Keuangan, SAI, dan SABMN
Pengelolaan Sistem Akuntansi Instansi
Sistim Akuntansi Keuangan Pengguna Anggaran (SAKPA) adalah kegiatan
penyelenggaraan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana,
termasuk transaksi pendapatan dan belanja yang berada dalam tanggung jawab
suatu instansi Pemerintah dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
baik pelaksanaan anggaran maupun yang meliputi perencanaan penggunaan
anggaran dan perencanaan penerimaan negara bukan pajak. Setiap Instansi
pemerintah yang mendapatkan dana dari APBN maupun Pinjaman, wajib
menyusun dan menyampaikan laporan Sistem Akuntansi Instansi baik akuntansi
keuangan maupun akuntansi barang milik negara sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada publik.
Tujuan: 1) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang
kondisi anggaran dan kegiatan keuangan satuan kerja/instansi atau pemerintah
pusat, 2) Menyediakan informasi keuangan yang bisa dipercaya tentang posisi
keuangan instansi/satker atau pemerintah pusat, 3) menyediakan informasi
keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian
Halaman97 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
kegiatan dan keuangan instansi/satker atau pemerintah pusat secara efektif dan
efisien.
Keluaran: 1) Keluaran dari Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
(UAKPA); a. Laporan Realisasi Anggaran; b. Laporan Realisasi Belanja beserta
Laporan Realisasi Pengembalian Belanja baik yang melalui KPPN, BUN maupun
KPPN & BUN; c. Laporan Realisasi Pendapatan beserta Laporan Realisasi
Pengembalian Pendapatan baik yang melalui KPPN, BUN maupun KPPN &
BUN; d. Neraca dan Neraca Percobaan; e. Catatan atas Laporan Keuangan. 2)
Keluaran dari Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB); a. Buku
Inventaris (BI) Intrakomptabel dan Ekstrakomptabel; b. Kartu Inventaris Barang
(KIB) Tanah, Gedung, dan Alat Angkutan Bermotor; c. Daftar Inventaris Lainnya
(DIL); d. Daftar Inventaris Ruangan (DIR); e. Laporan BMN Semesteran dan
Tahunan; f. Laporan Kondisi Barang (LKB).
Hasil dari kegiatan pengelolaan administrasi keuangan dan pelaksanaan
anggaran TA 2015 adalah: Laporan realisasi anggaran 8 (delapan) output dengan
nilai input sebesar Rp. 16.096.599.000 yang terbagi dari 2 sumber dana yaitu:
APBN sebesar Rp. 15.524.072.000 dan Hibah sebesar Rp. 572.527.000 dan terdiri
dari: 1). Laporan Pengelolaan Satker dengan nilai input sebesar Rp.
654.699.000dan realisasi sebesar Rp. 652.121.100 atau 99.61%; 2). Layanan
Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium dengan nilai input sebesar Rp.
172.800.000,00 dan Realisasi sebesar Rp. 172.323.850 atau 99.72%.; 3). Laporan
Diseminasi Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan Pertanian dengan nilai
input sebesar Rp. 1.213.970.000,00 dan realisasi sebesar Rp. 1.212.579.670 atau
99.78%.; 4). Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dengan nilai input
sebesar Rp. 3.427.980.000,00 dan realisasi sebesar Rp. 3.415.586.275 atau
99.64%. 5). Layanan Perkantoran dengan nilai input sebesar Rp.
6.259.768.000dan realisasi sebesar 6.004.776.631 atau 96.03%.; 6). Pengadaan
perangkat pengolah data dan informasidengan nilai input sebesar Rp.
222.000.000. dan realisasi sebesar 218.456.000 atau 98.40%. 7). Pengadaan
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran dengan nilai input sebesar Rp.
150.000.000,00.dan realisasi sebesar Rp. 149.702.500 atau 99.80%.; dan 8).
Halaman98 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Rehabilitasi Gedung dan Bangunan Kantor dengan nilai input sebesar Rp
3.392.863.000,00 dan realisasi sebesar Rp. 3.373.574.300 atau 99.43%.
Laporan Realisasi Anggaran untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2015 dan
2014 (SAIBA)
Tabel 16. Tabel anggaran dan realisasi
Uraian 2015 % thd
Anggaran
2014
Anggaran Realisasi Realisasi
Pendapatan Negara dan Hibah
Penerimaan Negara Bukan Pajak 46.900.000 34.033.147 72.57 177.549.556
Jumlah Pendapatan Negara dan
Hibah 46.900.000 34.033.147 72.57 177.549.556
Belanja Negara
Rupiah Murni 15.524.072.000 15.204.935.526 97.94 11.632.286.913
Belanja Pegawai 4.499.311.000 4.258.710.118 94.65 3.700.316.893
Belanja Barang 6.842398.000 6.787.839.408 99.20 4.202.814.120
Belanja Modal 4.182.363.000 4.158.386.000 99.43 3.729.155.900
Hibah 572.527.000 572.526.175 100.00 0
Belanja Pegawai 0 0 0 0
Belanja Barang 398.963.000 398.962.575 100.00 0
Belanja Modal 173.564.000 173.563.600 100.00 0
Jumlah Belanja Negara 16.096.599.000 15.777.461.701 98.02 11.632.286.913
Pengelolaan Administrasi Kepegawaian
Pengelolaan data kepegawaian pada Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
dilakukan dengan menggunakan program Sistem Informasi Manajemen Aparatur
Sipil Negara (SIMASN) baik yang statis maupun berbasis Web yang telah dimulai
tahun 2014. Tujuan kegiatan ini adalah: untuk mendapatkan data-data
kepegawaian yang sudah dikelompokkan seperti: (1) Daftar Nominatif Pegawai,
(2) Daftar Urut Kepangkatan (DUK), (3) Daftar Nominatif Pegawai, (4) Daftar
Pegawai Menurut Golongan, (5) Daftar Pegawai Menurut Pendidikan, (6) Daftar
Peneliti, (7) Daftar Pegawai Petugas Belajar, (8) Daftar Pegawai Menurut Jenis
Kelamin, (9) Daftar Pegawai Yang Telah mengikuti kursus penjenjangan, (10)
Daftar Pegawai Yang belum mengikuti Pra Jabatan, dll.
Halaman99 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Hasil komputerisasi data kepegawaian dengan menggunakan SimPeg versi
2010 menghasilkan keluaran-keluaran antara lain: (1) Daftar Nominatif, (2) Daftar
Urut Kepangkatan (DUK), (3) Daftar Pegawai, (4) Daftar Pejabat, (5) Daftar SKP,
(6) Laporan, dan (7) Rekapitulasi-rekapitulasi.
Tabel 17. Kenaikan Pangkat Pegawai Tahun 2015
No Periode Jumlah Nama Pegawai Keterangan
1 1 April 10 1. Dr. Ir. Woro Estiningtyas, MSi
2. Asda
3. Dhany Hendra Pradana, ST
4. Muhamad Nur Imansyah, S.Kom
5. Husna Alfiani, ST
6. Yulius Argo Baroto, ST
7. Catur Nengsusmoyo, S.Kom
8. Dian Andriani, A.Md
9. Sulistyawati, A.Md
10. Sujihaddin
IIId ke IVa
IIIb ke IIIc
IIIa ke IIIb
IIIa ke IIIb
IIIa ke IIIb
IIIa ke IIIb
IIIa ke IIIb
IId ke IIIa
IIc ke IId
IIb ke IIc
2 1 Oktober 2 11. Aris Dwi Saputra, SE
12. Asep Hidayat
IIIa ke IIIb
IIb ke IIc
Tabel 18. Penetapan aktif kembali dan Kenaikan Jenjang Fungsional Pegawai s/d
Akhir Tahun 2015
No Periode Jumlah Nama Pegawai Keterangan
1. 1 Januari 1 Dr. Ir. Nono Sutrisno, MS Penetapan kembali dalam Jabatan
Peneliti Madya level 2
2. 1 Nopember 1 Fadhlullah Ramadhani,
S.Kom. M.Sc
Kenaikan Jab Fung dari Peneliti
Pertama ke Peneliti Muda
3. 1 Oktober 1 Dr. Elza Surmaini Aktif Kembali Jabatan Fungsional
Peneliti Madya
Tabel 19. Pelatihan Pegawai Tahun 2015
No Periode Jumlah Nama Pegawai Jenis Pelatihan
1 Januari- Juni 1 1. Dr. Popi Rejekiningrum Diplomasi dan Negosiasi
dalam Perundingan
Internasional
2 Juli - Des 1 Dr. Suciantini Regional Training Course on
Nutrient Management
2 Husna Alfiani, ST Keahlian Pengadaan Barang
dan Jasa 3 Yulius Argo Baroto, ST
Halaman100 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
4 Muhammad Nur Imansyah, S.Kom
5 Drs. Ganjar Jayanto Bimtek Disiplin Pegawai
sesuai PP 53 tahun 2010
5.1.2. Pengelolaan Administrasi Kepegawaaian dan Sistem Manajemen
Mutu 9001:2008
Kegiatan penguatan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dilaksanakan untuk
semakin menguatkan penerapan sistem manajemen mutu yang telah dicapai oleh
instansi dengan secara terus menerus melaksanakan perbaikan berkelanjutan.
Kegiatan penguatan ISO Tahun 2015 adalah Audit Surveilance II setelah
dilakukan resertifikasi untuk memastikan apakah ISO 9001-2008 masih
diterapkan secara konsisten oleh balai, pendampingan sebelum dilakukan audit
Surveilance II oleh nara sumber yang berkompeten dan berpengalaman.
Kegiatannya meliputi persiapan audit yang terdiri dari penyusunan pertanyaan
untuk audit internal, perbaikan dan revisi daftar induk Dokumen dan rekaman,
evaluasi pelatihan, penyusunan sasaran mutu, perbaikan pedoman dan prosedur
mutu, audit internal, tinjauan manajemen dan pendampingan pasca audit eksternal
oleh lembaga yang berwenang menerbitkan sertifikat ISO 9001-2008. Sebelum
dilakukan audit eksternal oleh konsultan ISO Mutu Agung Lestari, telah
dilakukan internal audit Balai yang sudah dilaksanakan secara serentak pada
Tanggal 4 - 8 Mei Tahun 2015. Audit internal dilakukan kepada Top Manajemen
dengan agenda Kebijakan mutu, tujuan sasaran mutu, tanggung jawab dan
wewenang, tinjauan manajemen; Wakil manajemen dengan agenda Perencanaan,
kebijakan mutu, tujuan sasaran mutu, wakil manajemen,pengendalian dokumen
dan rekaman, internal audit, tindakan perbaikan,dan pencegahan, tinjauan
manajemen; Seksi Pelayanan Teknik dengan agenda Perencanaan, penyusunan
program, pengendalian dokumen dan rekaman, koordinasi program, evaluasi dan
pemantauan; Seksi Jasa Penelitian dengan agenda pengendalian dokumen dan
rekaman, pemantauan kerjasama, kepuasan pelanggan, pendayagunaan hasil
penelitian(diseminasi, publikasi, seminar), website, dan kepuasan pelanggan. Sub
Bagian Tata Usaha dengan agenda Pengadaan dan peningkatan kompetensi
Halaman101 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
pegawai, pemeliharaan sarana prasarana / lingkungan, pengadaan, inventarisasi,
pendataan, keuangan, tindakan perbaikan dan pencegahan. Kelti Agroklimat
dengan agenda Penyusunan proposal, pelaksanaan kegiatan, pelaporan, tindakan
perbaikan dan pencegahan, kepuasan pelanggan; Kelti Hidrologi dengan agenda
Penyusunan proposal, pelaksanaan kegiatan, pelaporan, tindakan perbaikan dan
pencegahan, kepuasan pelanggan; Perpustakaan dengan agenda Pengadaan buku,
inventarisasi buku, klasifikasi dan penghapusan, pelayanan perpustakaan,
pengendalian dokumen dan rekaman, tindakan perbaikan dan pencegahan,
kepuasan pelanggan; Laboratorium dengan agenda Perencanaan, sumber daya
manusia, sarana prasarana, pemantauan alat ukur, tindakan perbaikan dan
pencegahan, pengendalian dokumen dan rekaman, kepuasan pelanggan.
Kegiatan penguatan ISO dilaksanakan melalui tinjauan dokumen. Tahapan
tinjauan doklumen ini dilaksanakan melalui prosedur kerja dengan cara
Penyesuaian dokumen dengan data terbaru dan Evaluasi dokumen oleh Tim ISO
9001:2008, audit internal, tinjauan manajemen dan Audit Eksternal.
Hasil kegiatan diantaranya adalah: Revisi Pedoman Mutu; Revisi Prosedur
Mutu; Penambahan dan penggabungan SOP dalam prosedur mutu dan tindak
lanjut audit eksternal.
Beberapa saran dari tinjauan manajemen adalah: Sosialisasi ulang visi,misi
dan kebijakan mutu melalui berbagai media, antara lain, ditempel di poster, dan
dimasukkan di halaman antarmuka muka (interface) web sebelum mengakses
internet dan memasukkan password; Perlu adanya peningkatan kompetensi
auditor dan penambahan jumlah auditor, untuk mempertajam proses audit yang
ada.
Rekomendasi dari tinjauan Manajemen adalah: Tahun 2015 dokumen
harus disesuaikan dengan Visi Misi terbaru. Apabila memungkinkan
menggunakan Konsultan. Sekaligus refreshment bagi Auditor Internal.
Audit Surveilance 2 oleh PT Mutu Agung Lestari telah dilakukan tanggal
1 - 2 Desember 2015. Hasil audit ditemukan ketidak sesuaian yang harus
diperbaiki dan ditindaklanjuti rinciannya adalah 3 minor, 1 major dan 4 saran :
Minor 1(perencanaan dan realisasi layanan); Klausul 7.1 ;7.5; 8.4 perihal
pemantauan dan evaluasi temuannya: belum ditemukan cukup bukti rekaman
Halaman102 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
tertulis rencana monev lapangan; belum ditemukan cukup bukti notulensi rapat
terkait evaluasi terhadap penelitian Key area; belum dilakukan analisis data
terhadap pemantauan trend proses pada kegiatan yang dilakukan pada seksi
Yantek. Minor 2 (pengadaan barang dan jasa) Klausul 7.4; 8.4 temuan: belum
ditemukan cukup bukti kejelasan kriteria ketepatan waktu; hasil evaluasi pemasok
belum secara jelas menggambarkan kinerja rekanan; Analisa data terhadap kinerja
rekanan belum dilaksanakan. Minor 3 klausul 8.2.2 (Audit internal) temuan:
beberapa bagian belum mencakup rencana audit dibeberapa aspek kegiatan. Major
(tindakan perbaikan), temuannya beberapa ketidaksesuaian yang teridentifikasi
pada audit sebelumnya belum secara efektif dilakukan perbaikan diantaranya:
belum ditemukan cukup bukti data pemantuan terhadap beberapa target sasaran;
belum dilakukan analisa kompetensi secara konsistenanatar lain: auditor internal,
sekretaris ISO, teknisi litkayasa dll. Evaluasi efektifitas pelatihan belum dilakukan
secara konsisten; pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana belum dilakukan
secara menyeluruh adapun 4 saran adalah: Sangat direkomendasikan agar
pengaturan terhadap rekaman elektronik diatur dalam SOP; realisasi terhadap
target pencapaian pelatihan perlu diperjelas; sangat direkomendasikan untuk
membuat jadwal kalibrasi terhadap alat ukur yang sering digunakan, identifikasi
ketelusuran alat; output tinjauan manajemen diperjelas, sangat direkomendasikan
untuk melakukan evaluasi terhadap pencapaian tindaklanjut atas saran dari tim
monev. Terhadap 3 temuan minor dan 1 major telah ditindaklanjuti dan telah
dinyatakan closed oleh auditor dan direkomendasikan untuk tetap dipertahankan
sertifikat ISO-nya.
5.2. Penyusunan Program, Rencana Kerja, dan Anggaran
Penyusunan program,rencana kerja dan anggaran merupakan kegiatan yang
bersifat administratif dalam rangka memfasilitasi penyusunan program dan
rencanaan kerja sertamenyusun anggaran Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi. Penyusunan program dimaksudkan dalam rangka menjabarkan tugas
dan fungsi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi guna menentukan indikator
kinerja yang terukur. Penyusunan rencana kerja dimaksudkan untuk menjabarkan
Halaman103 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
program kerja kedalam rencana kerja tahunan. Sedangkan penyusunan anggaran
dimaksudkan untuk penentuan alokasi angaran sesuai rencana kerja tahunan.
Penyusunan program kerja berpedoman kepada Rentra Badan Litbang
Pertanian, penyusunan rencana kerja berpedoman pada Permentan Nomor
44/Permentan/OT.140/8/2011 tentang Pedoman Umum Perencanaan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian sedangkan penyusnan anggaran berpedoman pada
Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Dan Pengesahan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.
Tujuan kegiatan penyusunan program, rencana kerja dan angaran adalah:
1) Menyusun program penelitian sesuai tupoksi Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi guna menentukan indiukator kinerja yang terukur; 2) Menyusun
rencana kerja tahunan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2)
Memfasilitasi penyusunan matrik program tahun 2016; 3) Memfasilitasi
penyusunan dan evaluasi proposal RPTP/RDHP/RKTM Tahun 2016;4)
Melakukan updatingi-Prog proposal Tahun 2015 dan Entry I-Prog proposal tahun
2016; 5) Menyusun RKA-KL, DIPA dan POK Tahun Anggaran 2016.
Keluaran kegiatan penyusunan program, rencana kerja dan angaran tahun
2015 adalah sebagai berikut: 1) Update IKU Balitklimat 2015-2019;2) 1 paket
matrik program penelitian, desiminasi dan manajemen tahun 2016; 5 Proposal
RPTP/RDHP/RKTM tahun 2016; 3) 5 Proposal kegiatan Penelitian/RPTP, 1
proposal kegiatan Desiminasi/RDHP dan 7 proposal kegiatan
manajemen/RKTM; 4) Database I-PROG Balitbangtan terupdate data proposal
kegiatan RPTP/RDHP/RKTM tahun 2016; 5) 1 paket dokumen anggaran berupa
RKA-KL, DIPA dan POK Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun 2016.
Pada tahun anggaran 2015, SATKER Balitklimat melaksanakan 7 RPTP
(setiap RPTP dijabarkan menjadi 2 atau lebih kegiatan penelitian), 3 RDHP, dan 6
RKTM. Evaluasi laporan akhir 2015 dilaksanakan pada bulan Desember 2015.
Matriks penelitian Balitklimat tahun 2016 disusun guna mendapatkan gambaran
secara umum tentang program penelitian tahun 2015 terutama yang berkaitan
dengan rambu-rambu: justifikasi penelitian, kontinuitas dan konsistensi pada
program penelitian agroklimat dan hidrologi, serta kesesuaian output/keluaran
Halaman104 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
yang ingin dicapai dari setiap kegiatan penelitian. Pada tahun 2015 Balitklimat
melaksanakan 7 RPTP, 3 RDHP serta 6 RKTM. Alokasi anggaran tahun 2015
dituangkan ke dalam DIPA TA 2015 yang disusun berdasarkan prioritas
penelitian didukung oleh kegiatan admisnistratif berdasarkan pagu definitif.
Berdasarkan hasil perencanaan tersebut di atas, maka pada tahun anggaran
2016 Balai Penelitian Agroklimat akan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan Penelitian/RPTP, sebanyak 5 kegiatan dengan pagu anggaran
sebesar Rp. 2.655.000000,00 dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
a. Penelitian Kalender Tanam Terpadu untuk Mendukung Upsus Pajale
pada Lahan Sawah Irigasi dan Lahan Rawa untuk Adaptasi Perubahan
Iklim;
b. Penelitian dan Pengembangan Analisis Key Area Iklim dan Neraca
Air mendukung Upsus Pajale;
c. Penelitian Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Iklim dan Air Terpadu
pada Berbagai Ekosistem Mendukung Upsus Pajale, Cabai dan
Kakao;
d. Penelitian dan Pengembangan Pompa Radiasi Tenaga Surya untuk
Pengembangan Tanaman Kedele, Cabai, dan Bawang;
e. Penelitioan Penentuan KC Tanaman Kakao untuk Pengembangan
Neraca Air Tanaman dalam Menghadapi Perubahan Iklim.
2. Kegiatan Diseminasi/RDHP, sebanyak 1 kegiatan dengan pagu anggaran
sebesar Rp. 254.600.000,00, yaitu Disemninasi Teknologi Hasil Penelitian
Agroklimat dan hidrologi.
3. Kegiatan Rekomendasi Kebijakan, sebanyak 6 kegiatan dengan pagu
sebesar Rp. 4.000.000,00, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
a. Penyusunan dan Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi
Iklim serta Kebijakan untuk Program Aksi Pertanian Menghadapi
Perubahan Iklim dan Iklim Ekstrim;
b. Analisis dan Pemetaan Tingkat Kerentanan Pangan terhadap Anomali
Iklim (Elnino dan lanina);
Halaman105 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
c. Identifikasi Potensi serta Rancangan Strategi dan Teknik Pengelolaan
(Eksploitasi) Sumberdaya Air Alternatif untuk Menghadapi Anomali
Iklim;
d. Pendalaman Identifikasi Wilayah Potensial Pengembangan IP 300
Berdasarkan Peta Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU
untuk Penyusunan Strategi Optimalisasi Pemanfaatannya;
e. Identifikasi dan Pemetaan Wilayah SDLP Rawabn Kebakaran Akibat
Iklim Ekstrim Penyusun Strategi Antisipasi dan Kebijakannya;
f. Pengembangan Sistem Koordinasi dan Komunikasi Informasi Iklim
dan Air serta Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan
Antisipasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dan Iklim Ekstrim.
4. Kegiatan Manajemen/RKTM, sebanyak 7 kegiatan dengan pagu anggaran
sebesar Rp. 1.990.400.000,00, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
a. Pengelolaan Keuangan dan Perlengkapan;
b. Pengelolaan Kepegawaian dan Rumah Tangga
c. Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisdasi Kelembagaan
d. Pelaksanaan pendampingan dan koordinasi Upsus Pajale
e. Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium serta Kebun Percobaan
f. Perencanaan dan Angaran
g. Monitoring, Evalusi dan SPI
5. Kegiatan Layanan perkantoran, sebanyak 2 kegiatran dengan pagu
anggaran sebesar Rp. 6.725.999.000,00. Dengan rincian kegiatan sebagai
berikut:
a. Pembayaran Gaji dan Tunjangan Pegawai
b. Operasional Satker dan Pemeliharaan Kantor.
Tabel 20. Alokasi Anggaran Menurut Jenis Belanja Balitklimat Tahun 2016
Jenis Belanja Jumlah %
B. Pegawai 4.621.429.000 29,58
B. Barang Operasional 2.104.570.000 13,47
B. Barang Non Operasional 8.900.000.000 56,96
Total 15.625.999.000 100,00
Halaman106 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Tabel 21. Alokasi Anggaran Menurt Output Kegiatan Balitklimat Tahun 2016
Output Anggaran %
Manajemen (RKTM) 1.990.400.000 12,7
Diseminasi (RDHP) 254.600.000 1,6
Penelitian (RPTP) 6.655.000.000 42,6
Layanan Umum (Gaji dan Tunjangan) 6.725.999.000 43,0
Total 15.625.999.000 100,0
Anggaran Menurut Jenis Belanja Anggaran Menurt Output Kegiatan
Gambar 73. Proporsi Alokasi Balitklimat maneurut Jenis Belanja dan Output Jens
Kegiatan TA. 2016
5.3. Sistem Pengendalian Internal, Monitoring dan Evaluasi, dan
Pelaporan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008, Sistem Pengendalian
Internal (SPI) bertujuan untuk meningkatkan kinerja, transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, pengamanan aset negara dan
pelaksanaan kegiatan tupoksi. Pengawasan internal adalah seluruh proses kegiatan
audit, review, pemaantauan dan evaluasiterhadap penyelenggaraan tugas pokok
dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
Halaman107 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan
secara efektif, efisien, dan akuntabel dalam mewujudkan tata kelola
kepemerintahan yang baik.
Selaras dengan tujuan SPI tersebut, maka pelaksanaan SPI di lingkungan
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi bertujuan untuk melakukan
pengendalian pada kegiatan pengelolaan Anggaran Pembangunan dan Belanja
Negara (APBN) dan melakukan penilaian penerapan sistim pengendalian intern di
lingkup Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sehingga guna pencapaian
tujuan organisasi melalui kegiatan yang dilaksanakan secara efektif, efisien,
akuntabel, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Ruang lingkup SPI meliputi 5 (lima) unsur, yaitu: (1) Lingkungan
pengendalian; (2) Penilaian resiko; (3) Kegiatan pengendalian; (4) Informasi dan
komunikasi; serta (5) Pemantauan.
(1) Lingkungan Pengendalian
Menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian adalah melalui upaya:
(a) Penegakan integritas dan nilai etika; (b) Komitmen terhadap kompentensi;
(c) Kepemimpinan yang kondusif; (d) Pembentukan struktur organisasi sesuai
kebutuhan; (e) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; (f)
Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM; (g)
Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; (h)
Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
(2) Penilaian Resiko
Penilaian resiko terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guna menghidari
penyimpangan, dilakukan melalui upaya: (a) Menetapkan tujuan
program/kegiatan; (b) Mengidentifikasi resiko; (c) Melakukan analisis sebab
dan dampak resiko.
(3) Kegiatan Pengendalian
Kebijakan dan prosedur pengendalian harus ditetapkan, dilaksanakan dan
dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan masih
sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan. Kegiatan pengendalian dilakukan
Halaman108 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
melalui upaya: (a) Reviu atas kinerja pelaksana kegiatan; (b) Pembinaan
sumberdaya manusia (SDM); (c) Pengendalian atas pengelolaan sistim
informasi (SI) yang meliputi: (c-1) Pengamanan sistim informasi, (c-2)
Pengendalian atas akses, (c-3) Pengendalian atas pengembangan dan
perubahan perangkat lunak aplikasi, (c-4) Pengendalian atas perangkat lunak
sistim, (c-5) Pemisahan tugas; (c-6) Kontinyuitas pelayanan, (c-7)
Pengendalian otoritas, (c-8) Pengendalian kelengkapan, (c-9) Pengendalian
akurasi, (c-10) Pengendalian terhadap keandalan proses dan file data; (d)
Pengendalian fisik atas aset negara; (e) Penetapan dan reviu atas indikator dan
ukuran kinerja; Pemisahan fungsi; (f) Otorisasi atas transaksi dan kejadian
penting; Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
(g) Pembatasan akses atas sumber daya; (h) Akuntabilitas terhadap sumber
daya; dan (i) Dokumentasi SPI, transaksi dan kejadian penting.
(4) Informasi dan Komunikasi
Informasi yang relevan dan dapat diandalkan, diperlukan dalam mengelola
suatu organissi. Informasi tersbut meliputi informasi intern (laporan keuangan,
aset, hasil kegiatan penelitian, diseminasi dan penelitian) dan infoprmasi
ekstern (kebijakan pemerintah, masukan dari masyarakat, dan pemangku
kepentingan). Untuk mendapatkan informasi tersebut perlu dilakukan
identifikasi, pencatatan, penyimpanan dengan baik, serta dikomunikasikan
tepat waktu dan sasaran. Untuk itu perlu: (a) Melakukan identifikasi hasil
analisis informasi yang diperlukan untuk pengendalian berupa informasi
pengelolaan keuangan, aset dan capaian kinerja; (b) Menciptakan model
pelaporan yang berisi informasi secara lengkap, tepat dan akurat; (c) Menjamin
seluruh pedomam umum, pedoman teknis pelaksanaan, dan peraturan-
peraturan dapat dipahamin oleh seluruh pegawai; (d) menyediakan fasilitas dan
sarana komunikasi yang memadai; (e) Menciptakan mekanisme yang
menjamin seluruh informasi sampai kepada seluruh bagian dan pegawai; (f)
Menjamin adanya mekanisme penyampaian penyempurnaan informasi dari
pegawai; (g) Menyediakan sarana komunikasi yang efektif dengan para
pegawai dan para pemangku kepentingan; (h) Melakukan pemantauan
kelayakan dan keakuratan informasi dan memberi kemudahan untuk
Halaman109 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
mengaksenya; (i) Memberi dukungan terhadap pengembangan teknologi
informasi; (j) Memberikan respon yang baik atas setiap kritik dan saran yang
membangun; (k) Memanfaatkan secara efisien dan efektif berbagai bentuk
sarana komunikasi seperti: rakor, raker, ratek, laporan, seminar, media cetak,
media elektronik, dan lain-lain.
(5)Pemantauan
Pemantauan SPI dilakukan untuk dapat menilai kualitas kerja dari waktu ke
waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat
ditindaklanjuti. Pemantau SPI dilaksanakan melalui: (1) Pemantauan
berkelanjutan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan,
rekonsiliasi, dan tindakan lain terkait pelaksanaan tugas; (2) Evaluasi terpisah
melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas SPI; (3) Tindak
lanjut atas rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya melalui (a) Melakukan
reviu dan evaluasi temuan hasil audit, penilaian dan mengidentifikasi saran dan
rekomendasi perbaikan; (b) Memberikan tanggapan hasil audit dan
rekomendasi pada saat proses audit berlangsung; (c) menetapkan kegiatan yang
terencana untuk menindaklanjuti seluruh temuan dan rekomendasi dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
Pelaksanaan sistim pengendalian intern merupakan satu kesatuan dari
pemantauan, monitoring dan evaluasi yang implementasinya diawali dengan
penyusunan Juknis dan SOP SPI SATKER Balitklimat. Setiap unit kerja dan unit
pelaksana teknis yang memiliki anggaran mandiri wajib melakukan SPI, guna
meningkatkan kinerja, transparansi, akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
dan pengamanan aset negara.
Untuk membiayai seluruh kegiatan pencapaian sasaran, pada tahun
anggaran 2015, Balitklimat memperoleh dana yang dituangkan dalam DIPA
(Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) TA 2015 sebesar Rp. 16.096.599.000,- Dana
tersebut digunakan untuk membiayai 7 proposal RPTP, 3 proposal RDHP, dan 6
proposal RKTM yang merupakan kegiatan pendukung.
Sampai dengan 31 Desember 2015, total realisasi anggaran Balitklimat
sebesar Rp. 15.783.754.079,- (98,06%). Dengan demikian sisa anggaran atau
capaian efisiensi keuangan adalah sebesar Rp. 312.844.921,- atau 1,94%. Dengan
Halaman110 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
efisiensi sejumlah itu, Balitklimat dapat melaksanakan kegiatan dengan
pencapaian sasaran sangat berhasil. Output tahun 2015 selain kegiatan penelitian,
desiminasi, dan manajemen adalah berupa peralatan monitoring katam terpadu,
standing crop, dan renovasi sarana serta prasarana gedung kantor Balitklimat.
Selama pelaksanaan kegiatan TA 2015, beberapa kendala yang dihadapi
antara lain: faktor alam sepertianomali iklim dan keterbatasan jumlah SDM
berkeahlian khusus. Untuk menanggulangi keterbatasan jumlah SDM berkeahlian
khusus, diatasi melalui optimalisasi sarana dan SDM yang ada maupun dengan
cara melakukan outsourcing baik dari perguruan tinggi maupun institusi lain di
luar Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Hasil penilaian dari kelembagaan Satuan Pelaksana Pengendalian
Internaladalah sebagai berikut: (a) Tim Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
(SPI) tahun 2015 dan Tim Monitoring dan Evaluasi yakni SK KPA SATKER
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi No.: 15/Kpts/ KPA/I.8.3/I/2015,
tanggal 02 Januari 2015 merupakan satuan pelaksana PI (Tim SPI)berdasarkan SK
kepala Balai No.: No. 21/Kpts/KPA/I.8.3/1/2015,(b) Kompetensi SDM telah
sesuai dengan Pedum SPI; (c) anggaran kegiatan SPI dialokasikan dalam DIPA
Balitklimat sebesar Rp. 117.220.000.
Adapun struktur organisasi Satlak PI Balitklimat Tahun 2015 seperti
disajikan pada Gambar 74.
Gambar 74. Struktur Organisasi Satlak PI Balitklimat Tahun 2015
Penanggung jawab
(Kepala Balai)
Ketua
Kasie Yantek
Sekretaris
Ka Sub Bag TU
Anggota Anggota Anggota
Halaman111 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
5.4. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan merupakan alat ukur untuk
memantau sejauh mana pelaksanaan kegiatan penelitian. Pemantauan merupakan
kegiatan yang teratur, berkesinambungan dan dilakukan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung. Sedangkan evaluasi lebih ditekankan pada suatu periode
tertentu dalam suatu kurun waktu kegiatan, dan diatur sesuai dengan kebutuhan.
Evaluasi menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan dan atau
perencanaan berikutnya. Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan dapat
membantu para pelaksana dan pengelola kegiatan dalam memantau dan mengukur
tingkat keberhasilan kegiatan yang dikelolanya.
Kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan
penelitian terutama realisisasi fisik dan keuangan (bulanan, triwulan, tengah
tahun, dan akhir tahun), 2) Melakukan evaluasi kinerja lingkup SATKER
Balitklimat berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIN) TA 2015.
Sedangkan keluarannya adalah: 1) 6 paket laporan bulanan realisasi fisik
dan anggaran dari 6 RKTM;2) 1 paket laporan bulanan realisasi fisik dan
keuangan dari 1 RDHP/3 kegiatan); 3). 7 paket laporan bulanan realisasi fisik dan
anggaran kegiatan RPTP; 3). 6 laporan tengah tahun RKTM, 1 RDHP/3 kegiatan
dan 7 kegiatan penelitian RPTP; 4). 1 x presentasi kegiatan penelitian tengah
tahun dan 1 x presentasi kegiatan penelitian akhir tahun; 5). 6 laporan akhir
RKTM, 3 laporan akhir RDHP dan 7 laporan akhir kegiatan penelitian/RPTP; 6).
1 laporan LAKIN SATKER Balitklimat 2015; 7). 1 Laporan penilaian penerapan
Sistim Pengendalian Intern dan 1 laporan hasil monitoring dan pengendalian
pelaksanaan kegiatan dan keuangan APBN, di lingkup Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan dalam tiga tahap, yakni: (1).
Evaluasi pra kegiatan, yang meliputi evaluasi rencana strategis, matrik program
dan proposal penelitian, (2). Monitoring/evaluasi kegiatan yang sedang berjalan
(termasuk evaluasi tengah tahun), (3). Eevaluasi pasca kegiatan, yakni evaluasi
terhadap laporan akhir penelitian. Pedoman monitoring dan evaluasi disusun
Halaman112 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
sebagai salah satu tolok ukur pelaksanaan kegiatan pemantauan dalam memantau
pelaksanaan kegiatan.
Sistim Pengelolaan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
yang bersumber dari APBN dilaksanakan secara: tertib, taat aturan, ekonomis,
efektif, efisien, transparan dan akuntabel guna mendukung pelaksanaan tupoksi
Balitklimat dengan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dan
ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga dapat
meningkatkan kinerja dan produktivitas Balitklimat.
Melalui laporan realisasi penggunaan anggaran dan laporan pelaksanaan
fisik kegiatan bulanan, triwulanan, tengah tahunan dan akhir tahun dari masing-
masing unit kegiatan dapat dipantau kemajuan, kendala yang dihadapi dan upaya
menanggulangi kendala yang dihadapi.
Guna membiayai seluruh kegiatan pencapaian sasaran, pada tahun anggaran
2015, Balitklimat mendapatkan alokasi dana yang dituangkan dalam DIPA TA
2015 sebesar Rp. 16.096.599.000,- Dana tersebut digunakan untuk membiayai 7
proposal Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP), 3 proposal Rencana Diseminasi
Hasil Penelitian (RDHP), dan 6 proposal Rencana Kegiatan Tingkat Manajemen
(RKTM) yang merupakan kegiatan pendukung (dukungan manajemen).
Sampai dengan 31 Desember 2015, realisasi anggaran yang dicapai sebesar
Rp. 15.783.754.079,- (98,06%) dengan realisasi fisik kegiatan mencapai 100%.
Sisa anggaran yang disetor kembali ke Kas Negara adalah sebesar Rp.
312.844.921,- atau 1,94%. Dengan efisiensi sejumlah itu, Balitklimat dapat
melaksanakan kegiatan dengan kategori pencapaian sasaran sangat berhasil.
5.5. Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisasi Kelembagaan
Paradigma baru dalam proses penganggaran di sektor publik adalah penerapan
anggaran berbasis kinerja. Sistem anggaran berbasis kinerja ini memerlukan
perencanaan, pengendalian dan evaluasi kinerja untuk menghindari duplikasi
dalam penggunaan anggaran negara. Oleh sebab itu setiap pengguna anggaran
dituntut untuk dapat mengelola anggaran secara tertib, taat aturan, efektif dan
Halaman113 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
efisien serta dapat dipertanggungjawabkan guna mendukung pelaksanaan tupoksi
satuan kerja yang bersangkutan.
Sebagai wujud dukungan tehadap pelaksanaan anggaran tersebut, maka
pada TA 2015, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi menetapkan satu unit
kegiatan Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisasi Kelembagaan, khusus untuk
menangani pengelolaan anggaran yang bersumber dari APBN.
Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat aturan,
efektif, efisien, transparan dan akuntabel, perlu penanganan khusus dalam suatu
kegitan tersendiri. Sehubungan dengan hal itu, Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi menetapkan satu unit kegiatan penunjang tersendiri yang khusus
menangani pengelolaan keuangan negara dalam kegiatan “Penataan Manajemen
Kelembagaan”.
Tujuan kegiatan ini adalah melaksanakan pengelolaan penggunaan
keuangan negara yang tertuang dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi secara tertib, taat aturan, efektif, efisien,
transparan, akuntabel dan tepat sasaran.
Keluaran yang diharapkan dalam jangka pendek adalah berupa laporan
bulanan, laporan triwulanan, laporan tengah tahunan dan laporan akhir tahunan
dari seluruh kegiatan yang dibiayai dari keuangan negara melalui DIPA SATKER
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Keluaran jangka panjang yang
diharapkan adalah sistem pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat aturan,
efektif, efisien, transparan, akuntabel dan tepat sasaran.
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi tahun 2015 mempunyai Output Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian yang terdiri dari 9 (sembilan)
Output Kegiatan yaitu: (1) Laporan Pengelolaan Satker; (2) Layanan Operasional
dan Pemeliharaan Laboratorium; (3) Laporan Diseminasi Teknologi Pengelolaan
Sumber daya Lahan Pertanian; (4) Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan
Iklim; (5) Layanan Perkantoran; (6) Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi;
(7) Peralatan dan Fasilitas Perkantoran; dan (8) Gedung/Bangunan.
Halaman114 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Sampai dengan 31 Desember 2015 realisasi anggaran sebesar Rp.
15.783.754.079,- atau 98,06% dari total pagu anggaran DIPA tahun 2015 sebesar
Rp. 16.096.599.000,-. Seluruh sasaran fisik tahun 2015 dapat terealisasi dan
dilaksanakan dengan baik dengan rincian sebagai berikut: 1) Realisasi anggaran
Pengelolaan Satker sebesar Rp. 652.121.100,- dari pagu anggaran sebesar Rp.
654.699.000,- atau 99,61%; 2) Realisasi anggaran Layanan Operasional dan
Pemeliharaan Laboratorium sebesar Rp. 178.139.050,- dari pagu anggaran sebesar
Rp. 202.792.000,- atau 87,84%; 3) Realisasi anggaran Diseminasi Teknologi
Pengelolaan Sumber daya Lahan Pertanian sebesar Rp. 1.212.579.670,- dari pagu
anggaran sebesar Rp. 1.213.970.000,- atau 99,89%; 4) Realisasi anggaran bidang
penelitian Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim sebesar Rp.
3.988.112.450,- dari pagu anggaran sebesar Rp. 4.000.507.000,- atau 99,69%; 5)
Realisasi anggaran untuk Layanan Perkantoran sebesar Rp. 6.011.069.009,- dari
pagu anggaran sebesar Rp. 6.259.768.000,- atau 96,03%; 6) Realisasi anggaran
untuk Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi sebesar Rp. 218.456.000,- dari
pagu anggaran sebesar Rp. 222.000.000,- atau 98,40%; 7) Realisasi anggaran
untuk Peralatan dan Fasilitas Perkantoran sebesar Rp. 149.702.500,- dari pagu
anggaran sebesar Rp. 150.000.000,- atau 99,80%; 8) Realisasi anggaran untuk
Gedung/Bangunan sebesar Rp. 3.373.574.300,- dari pagu anggaran sebesar Rp.
3.392.863.000,- atau 99,43%.
5.6. Layanan Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium
Salah satu sarana pendukung untuk pelaksanaan kegiatan penelitian di Balitklimat
adalah Laboratorium Agrohidromet. Laboratorium Agrohidromet digunakan
untuk membantu institusi dalam memecahkan permasalahan instrumentasi dan
data terkait kegiatan penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Laboratorium
Agrohidromet juga melayani dari luar institusi. Peneliti dan teknisi merupakan
anggota laboratorium yang terbagi ke dalam empat divisi, yaitu: Pemantauan dan
Pengamatan Iklim dan Hidrologi Pertanian, Identifikasi Sumberdaya Iklim dan
Air, Pengembangan Sistem Informasi Agroklimat dan Hidrologi dan Modifikasi
Iklim Mikro dan Teknik Irigasi.
Halaman115 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Aset penting laboratorium adalah database dan instrumentasi untuk
mendukung pengukuran terkait pelaksanaan kegiatan Agroklimat dan Hidrologi,
seperti; AWS, AWLR, serta intrumentasi lainnya (Tabel 22). Pengadaan peralatan
laboratorium dilakukan secara bertahap sesuai dengan tuntutan kebutuhan.
Namun, pemanfaatannya belum sepenuhnya optimal, terkendala oleh minimnya
kemampuan SDM dalam pengoperasian dan pemanfaatan prasarana tersebut.
Tabel 22. Jenis instrumentasi dan pendukungnya di Laboratorium Agrohidromet
No. Nama Alat
1. Total Station Leica TS 02
2. Kompas Suunto
3. GPS Garmin 76 csx
4. GPS Navigasi Garmin tipe 2610
5. GPS Geodetic Leica SR 20
6. Dynamax Flowmeter
7. Sap Flowmeter
8. Theodolit Sokkia DT 500
9. Currentmeter tipe Electromagnetic Valeport 802 OTT C2
10. Currentmeter tipe C2
11. Counter Current Meter
12. Cable Suspended Currentmeter
13. River Surveyor
14. Geoscanner
15. Resistivitymeter ABEM SAS 1000
16. Earth Resistivitymeter Naniura
17. Contact Gauge
18. AWS Portable Met One USA
19. Digital Luxmeter Luxtron
20. Whirling Hygrometer Elcometer
21. Tube Solarimeter
22. Hydrothermograph
Halaman116 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
23. Tensiometer IMKO
24. Moisture Temperaturemeter
25. Soil Moisturemeter Irrometer
26. Sensor Water Quality YSI 6600+650 MDS
27. Water Level Data Logger
28. Porometer Licor
29. LAImeter Licor
30. Digital Planimeter Placom
31. Planimeter Manual
32. Alat Pengukur Sedimen OTT Kempten tipe US-GH 74
33. Portable Sonar Norcross Hawkeye DF 2000PX
34. Sprinter Leica
35. Helicopter Aeromodelling RC dengan perlengkapan aerial survey
36. Mini Copter Kecil
37. Balon Aerial Photograph MA-01-07 DS 1
38. Sparepart Logger AWS CIMEL
39. Logger AWS TELEMETRI
40. Baterai AWS
41. Catridge (kaset) AWS CIMEL
42. Sensor-sensor AWS CIMEL
43. Sensor-sensor AWS TELEMETRI
44. Digitizer
45. Plotter
46. Server
47. Data Logger
48. Kamera Digital Sony
49. Kamera SLR Canon EOS 7D kit 1
50. Kamera Nikon
51. Slide Projector
52. Laptop
53. Handy Talky Motorola GP2000
Halaman117 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
54. Bor Tanah
55. Bor Lisrik
56. Alat Lab Pengatur Cuaca buatan ASABI (Rumah kassa)
57. Peralatan Lapang Pendukung Pengukuran Aliran Sungai
Tujuan pelaksanaan laboratorium adalah: 1) meningkatkan database hasil
pemantauan dan pengamatan stasiun iklim dan hidrologi pertanian nasional, 2)
meningkatkan kapasitas analisis dan prediksi iklim dan hidrologi, 3)
meningkatkan kemampuan identifikasi dan teknologi pengelolaan sumberdaya
iklim dan air dan 4) mengembangkan teknologi modifikasi iklim mikro dan
teknologi irigasi.
Divisi Pemantauan dan Pengamatan Iklim dan Hidrologi Pertanian
Pemantauan dan pengamatan iklim dibagi menjadi dua bagian, di lokasi
Jawa Barat dan lokasi luar Jawa Barat. Untuk lokasi Jawa Barat ada beberapa
stasiun; Cimanggu, Muara, Pacet, Pakuwon, Sukamandi, Kuningan, dan
Pusakanagara. Pengambilan data lingkup Jawa Barat selain Sukamandi,
Kuningan, dan Pusakanagara dilaksanakan secara bergilir. Pengumpulan data
Stasiun Sukamandi, Kuningan, dan Pusakanagara dilaksanakan oleh BBPADI.
Untuk luar Jawa Barat, data diambil oleh instansi setempat. Dari 76 stasiun iklim
yang terbagi dalam AWS Cimel dan AWS Telemetri lingkup Badan Litbang
Kementan tidak seluruh AWS tersebut dapat menyuplai data secara lengkap,
bahkan di beberapa AWS terdapat sensor yang rusak.
Kegiatan perawatan dan pengambilan kaset berisi data iklim stasiun Cimel
di lingkup Bogor – Sukabumi dan Cianjur dilakukan setiap bulan yang dilakukan
oleh teknisi dan peneliti Balitklimat. Sensor yang rusak untuk lingkup Jawa Barat
telah diperbaiki dan diganti baterai (Tabel 23). Perbaikan sensor AWS dan AWLR
dilakukan di laboratorium untuk kemudian digunakan kembali untuk mengganti
sensor-sensor yang rusak. Pada tahun anggaran 2015, dilakukan pembelian sensor
suhu dan kelembaban udara serta catridge dan baterai dari Cimel untuk mengganti
sensor yang telah rusak. Untuk stasiun yang menjadi tanggung jawab Balitklimat,
perawatan stasiun dilakukan sejalan dengan penggantian kaset/catridge untuk
Halaman118 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
AWS/AWLR dari Cimel. Perawatan dimaksudkan untuk membersihkan sensor,
misalnya kondisi penakar curah hujan tersumbat dedaunan sehingga air tergenang
mengakibatkan data sensor curah hujan tidak terbaca, kemudian box logger
dipenuhi sarang semut sehingga perlu sering dibersihkan. Koordinasi dengan
penjaga stasiun AWS/AWLR untuk melakukan pemeliharaan lingkungan dan
stasiun ditingkatkan menjadi lebih sering. Untuk sensor yang tidak atau belum
terpasang, akan dilakukan pemasangan seiring dengan ketersediaan sensor yang
dimiliki laboratorium. Sementara itu, untuk skala nasional dilakukan identifikasi
kebutuhan sensor maupun logger AWS/AWLRuntuk instansi yang mengirim
informasi kerusakan AWS/AWLR di lingkungannya.
Tabel 23. Kerusakan sensor AWS lingkup Jawa Barat
No. AWS/AWLR Jenis Kerusakan
1. Pakuwon Sensor arah angin dan radiasi matahari
2. Cimanggu Sensor arah angin pembacaan data abs (abstain)
sehingga diperlukan perbaikan/penggantian
sensor
3. KP Muara Sensor arah angin pembacaan data abs (abstain)
sehingga diperlukan perbaikan/penggantian
sensor
Pada tahun 2015, kegiatan perawatan/monitoringdan penggantian spare part
AWS untuk stasiun di luar Jawa Barat dilaksanakan di KP. Monterado,
Kalimantan Barat. Lokasi AWS terletak di Desa Gerantung, Kecamatan
Monterado, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Pemeliharaan
dan pengambilan data AWS dilakukan oleh BPTP Kalimantan Barat. Kondisi
terakhir logger dalam keadaan tidak berfungsi. Hal ini disebabkan oleh kondisi
baterai yang sudah melemah sehingga harus dilakukan penggantian spare part.
Penggantian baterai dilakukan menggunakan baterai baru dengan kode BS 06 (B
6375). Kondisi cuaca di KP Monterado setiap hari mendung dan hujan sehingga
pengisian baterai melalui solar cell kurang maksimal. Selain dilakukan
penggantian baterai dilakukan pula perawatan box shelter logger dan sensor-
sensornya (Gambar 75). Kalibrasi alat dilakukan dalam dua cara, yaitu kalibrasi
yang dilakukan sendiri dan kalibrasi yang dilakukan oleh pabrik/lembaga terkait.
Hinggabulan Desember tahun 2015, database iklim nasional telah
menyimpan data dari 4174 stasiun curah hujan. Kegiatan analisis rutin yang
Halaman119 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
dilakukan adalah melakukan prediksi curah hujan bulanan. Contoh hasil analisis
prediksi hujan bulanan dengan menggunakan data AWS secara periodik disajikan
sebagai berikut (Gambar 76).
Gambar 75. Penggantian baterai dan perawatan box shelter logger dan sensor-
sensor
Gambar 76. Data dari basisdata digunakan untuk memprediksi kejadian hujan
beberapa bulan ke depan di Stasiun Naibonat NTT
Halaman120 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Divisi Identifikasi Sumberdaya Iklim dan Air
DivisiIdentifikasiSumberdaya Iklim dan Air bertanggungjawab pada
pemeliharaan dan operasional peralatan sumberdaya iklim dan air. Pemeliharaan
peralatan survey telah dilakukan dengan melakukan kalibrasi beberapa jenis
peralatan antara lain : Total Stasion, GPS Geodetik, dan Theodolit, serta
perbaikan alat total stasion dan theodolit. Seluruh peralatan yang digunakan untuk
kegiatan survey dan analisis dicatat. Berdasarkan rekapitulasi frekuensi
penggunaan alat untuk kegiatan penelitian dari bulan Januari hingga Desember
2015 diketahui bahwa alat yang paling sering digunakan adalah current meter,
GPS, total stasion, sprinter, dan theodolit (Tabel 24).
Tabel 24. Rekapitulasi Frekuensi Penggunaan dan kondisi peralatan Laboratorium
Agrohidromet
No. Nama Alat Frekuensi Penggunaan
Kondisi Alat Kali Hari
1. Bor tanah 2 28 Baik
2. Contact gauge 3 23 Baik
3. Current Meter 16 204 Baik
4. Geoscanner 1 10 Baik
5. GPS 15 111 Baik
6. Handycam 1 5 Baik
7. Handy Talky 12 116 Baik
8. Naniura 3 24 Baik
9. Kamera 1 3 Baik
10. Kompas 6 76 Baik
11. Porometer 1 19 Baik
12. Sonar 4 95 Baik
13. Sprinter 5 72 Baik
14. Theodolit 4 52 Baik
15. Total Station 6 45 Rusak dan
sudah
diperbaiki
16. Tube Solarimeter 1 90 Baik
Halaman121 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
17. Water Quality 1 19 Baik
Divisi Pengembangan Sistem Informasi Agroklimat dan Hidrologi
Divisi penelitian yang dilakukan di Balitklimat meliputi pengamatan, inventarisasi
data, analisis dan pemodelan, aplikasi teknologi/spasialisasi hasil analisis, serta
penyebaran informasi dan pemanfaatan oleh pengguna. Sementara itu fungsi
utama dari Laboratorium Agrohidromet difokuskan pada pengamatan dan
inventarisasi sumberdaya iklim dan air, kegiatan analisis selanjutnya dilakukan
pada penelitian. Bagian ini bertugas sebagai pendukung jalannya alur kegiatan
penelitian yang ada di Balitklimat. Sejalan dengan peningkatan Sistem Informasi
Kalender Tanam Terpadu, bagian ini memberikan dukungan yang sangat baik
untuk penyebaran sistem informasi dan sekaligus monitoringnya.
Gambar 77. Contoh tampilan data dari basisdata
Divisi Modifikasi Iklim Mikro dan Teknik Irigasi
Pada divisi Modifikasi Iklim Mikro dan Teknik Irigasi, dilakukan perawatan
tanaman di rumah kassa. Rumah kassa Balitklimat berukuran panjang 20 meter,
lebar 8 meter, dan ketinggiannya 3,25 meter. Letak rumah kassa Balitklimat
semula berdampingan dengan bangunan utama Balitklimat, dengan orientasi
Halaman122 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Barat-Timur. Desain rumah kassa telah disesuaikan dengan desain rumah kassa
untuk daerah tropis namun tidak dilengkapi dengan ventilasi otomatis dan tidak
tertutup sempurna. Fungsi ventilasi diperoleh dari dinding rumah kassa yang
terbuat dari screen yang memungkinkan aliran udara.Sejalan dengan pengaturan
ruang di Balitklimat, rumah kassa tersebut dipindahkan ke halaman belakang
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
(BBSDLP). Tampilan rumah kassa serta saluran irigasinya disajikan pada
Gambar 71.
Gambar 78. Rumah kassa Balitklimat di BBSDLP
Halaman123 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
VI. PROFIL BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
6.1. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi, dan Tatakerja Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
sampai saat ini masih ditetapkan berdasarkan Permentan No.
22/Permentan/OT.140/3/2013 Tanggal 11 Maret 2013 dan belum mengalami
perubahan, yang mencakup tugas pokok, fungsi, rincian tata hubungan kerja dan
pelaksanaan organisasi seperti gambar berikut:
STRUKTUR ORGANISASI
BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
Gambar 79. Struktur Organisasi Balitklimat
6.2. Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia memegang peran yang sangat penting dan strategis dalam
mendukung Reformasi birokrasi dan kinerja institusi khusunya Balitklimat
menuju institusi yang akuntabel, transparan, efisien dan efektif. Perencanaan,
pembinaan dan pengembangan SDM di Balitklimat yang berkualitas dan kegiatan
pendukungnya dapat memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap
perbaikan potensi, kinerja dan dorongan untuk terus berprestasi dan
mengembangkan diri. Pelaksanaan reformasi birokrasi dilingkup Kementerian
KEPALA
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SEKSI
PELAYANAN TEKNIK
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
SEKSI
JASA PENELITIAN
Halaman124 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Pertanian sejak tahun 2009 dengan berpedoman pada Perpres Nomor 81 Tahun
2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025 dan Permenpan
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010 – 2014, telah
memberikan dampak yang sangat jelas bagi pegawai dilingkungan Kementerian
Pertanian, sebagai reward-nya seluruh pegawai dilingkungan Kementan, yang
telah melaksanakan sebagian program dan kegiatan Reformasi Birokrasi diberikan
tunjangan kinerja berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 134 Tahun 2015. Untuk
lebih meningkatkan kinerja dan efektivitas pemberian tunjangan kinerja bagi
pegawai di lingkupKementan, telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 06 Tahun 2016 tentang Pedoman Pemberian Tunjangan Kinerja Bagi
Pegawai di Lingkungan Kementerian Pertanian.
Dalam melaksanakan mandatnya Balitklimat pada tahun 2015, didukung
oleh 61 orang pegawai organik (PNS) dan 24 orang tenaga non organik (out
sourcing/pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja). Tabel 25 dan 26 Jumlah
Pegawai BALITKLIMAT berdasarkan jabatan fungsional, Pendidikan Akhir dan
Gol per 31 Desember 2015.
SDM Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berdasarkan pendidikan
dapat dilihat pada tabel 28. Untuk meningkatkan kapasitas pegawai,
pengembangan SDM dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan baik
jangka panjang maupun pendek diantaranya pendidikan bergelar, dari D3 sampai
S3, melalui program beasiswa maupun ijin belajar dengan biaya sendiri, serta
pelatihan tabel 27 SDM yang sedang melaksanakan tugas belajar. Selama kurun
waktu tahun 2015 Balitklimat mendapatkan tambahan pegawai karena mutasi dari
UPT lain dan pengurangan karena ada yang meninggal dunia. Untuk memenuhi
kondisi yang ideal agar jumlah peneliti dan teknisi seimbang dengan jumlah
RPTP yang dilaksanakan oleh Balitklimat dan menggantikan pegawai yang
memasuki usia pensiun maka pemenuhan penambahan pegawai melalui usulan
kepada Biro Organisasi dan Kepegawaian Kementan dengan jumlah formasi
sesuai pegawai yang pensiun walaupun pada kenyataannya selalu tidak terpenuhi.
Tetapi apabila UU ASN dan RPP-nya sudah disetujui oleh DPR maka
untuk memenuhi kekurangan tenaga peneliti dan teknisi serta tenaga penunjang
yang akan memasuki pensiun dapat dipenuhi dari P3K(Pegawai Pemerintah
Halaman125 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
dengan Perjanjian Kerja) yang hak-haknya sama dengan PNS namun tidak
mendapatkan pensiun. Berkurangnya tenaga PNS yang ada, sementara rekruitmen
setiap tahun antara yang diusulkan dengan pemenuhan tidak sebanding. Terutama
SDM administrasi dan keuangan yang sama dengan SDM peneliti, terutama SDM
yang memiliki keahlian di bidang pengelolaan keuangan dan manajemen. Padahal,
SDM di bidang pengelolaan keuangan dan manajemen memiliki peran penting
dalam menangani proses-proses administrasi berdasarkan peraturan perundangan
yang semakin kompleks dan berbasis aplikasi.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, serta untuk mewujudkan hasil
yang ingin dicapai pada akhir Renstra 2019, maka Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi memerlukan pegawai sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengetahui
kebutuhan sumberdaya manusia bisa dihitung berdasarkan Analisis Beban Kerja
(ABK) dan Analisis Jabatan (Anjab). Hasil perhitungan kebutuhan SDM
berdasarkan Anjab dan ABK.
Untuk Jabatan Administrasi pada Sub. Bagian Tata Usaha yang belum
terpenuhi adalah: verifikator keuangan, Petugas SAKPA dan pembuat Daftar Gaji,
pengadministrasi keuangan, sekretaris pimpinan masing-masing dibutuhkan1
orang, untuk Seksi Pelayanan Teknik adalah: Penyusun Laporan, Penyusun
Rencana Kerja dan Anggaran serta Penghimpun/pengolah data masing-masing
dibutuhkan 1 orang; Seksi Jasa Penelitian adalah: Pramu pameran dan Peraga,
Petugas Pendayagunaan hasil Penelitian dan pada Kelompok Fungsional yang
belum terpenuhi adalah: Peneliti Pertama 10 orang, Peneliti Muda 6 orang, dan
Teknisi Litkayasa 9 orang.
Tabel 25. Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan FungsionalNon Peneliti s/d
Desember 2015
NO JABATAN FUNGSIONAL JUMLAH
1. Teknisi Litkayasa Penyelia 5
2. Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjut 1
3. Teknisi Litkayasa Pelaksana 1
4. Teknisi Litkayasa Pelaksana Pemula -
5. Teknisi Litkayasa Non Klas -
Halaman126 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
6. Arsiparis Muda 1
7. Arsiparis Pertama 1
8. Pustakawan Pelaksana 1
9. Calon Pranata Komputer Pertama 3
JUMLAH 13
Tabel 26 . Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional Peneliti
NO JABATAN FUNGSIONAL PENELITI JUMLAH
1. Peneliti Utama -
2. Peneliti Madya 7
3. Peneliti Muda 11
4. Peneliti Pertama 2
5. Calon Peneliti Pertama 4
5. Peneliti Non Klasifikasi 3
J U M L A H 27
Tabel 27. Jumlah Pegawai yang sedang melaksanakan pendidikan Tahun 2015
NO Jenjang Pendidikan JUMLAH
1. S3 3
2. S2 1
J U M L A H 4
Tabel 28. Jumlah pegawai berdasarkan Golongan dan pendidikan Tahun 2015
No Gol/Ruang S3 S2 S1 SM D3 D1 SLTA Jumlah
1 I 0 0 0 0 0 0 0 0
2 II 0 0 0 0 1 0 12 13
3 III 1 7 16 1 3 0 5 33
4 IV 10 5 0 0 0 0 0 14
Jumlah 11 12 16 1 4 0 17 61
Halaman127 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Tabel 29. Jumlah Pegawai Organik (PNS) BALITKLIMAT berdasarkan
kelompok umur dan Pendidikan Akhir per 31 Desember 2015
No Usia(Thn) S3 S2 S1 SM D3 SLTA Jumlah
1 26-30 0 0 2 0 0 0 2
2 31-35 0 0 6 0 1 1 8
3 36-40 0 3 1 0 0 2 6
4 41-45 0 3 0 0 1 4 8
5 46-50 6 0 2 0 1 4 13
6 51-55 3 3 1 1 1 2 11
7 56-60 2 3 4 0 0 4 13
8 >60 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 11 12 16 1 4 17 61
6.3. Sarana dan Prasarana Penelitian
Dalam rangka pelaksanaan operasional kegiatan, Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi memerlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai , baik
barang-barang bergerak maupun tidak bergerak. Barang tidak bergerak meliputi
antara lain tanah dan bangunan gedung kantor, sedangkan barang bergerak
meliputi kendaraan, peralatan laboratorium, peralatan penelitian, pengolah data,
peralatan kantor dan lain-lain. Sarana dan prasarana Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi sumber perolehannya melalui transfer masuk dari Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian dan pengadaan melalui DIPA Balai Penelitian
Agaroklimat dan Hidrologi.
Barang Tidak Bergerak
Barang tidak bergerak berupa tanah dan bangunan gedung kantor. Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi berada di satu lingkup Kampus Penelitian Pertanian
Cimanggu, Jalan Tentara Pelajar Nomor 1ª, Kelurahan Menteng, Kecamatan
Bogor Barat, Kota Bogor 16111. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
belum memiliki aset tetap berupa tanah. Tanah tempat Gedung dan Bangunan
berdiri serta halaman yang digunakan masih berstatus pinjam pakai dari Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Aromatika, tanah persil yang dipinjam oleh
Balitklimat seluas 8.800 m2. Barang inventaris tidak bergerak, yaitu bangunan
Halaman128 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
perkantoran berasal dari eks Puslitbangbun seluas 500 m2, transfer masuk dari
Badan Litbang Pertanian berupa gedung perkantoran 2 lantai seluas 1.400
m2,bangunan laboratorium pengatur cuaca seluas 160 m
2 dan penambahan hasil
renovasi TA 2013 lantai 2 diatas Mess Balitklimat seluas 312,65 m2, sedangkan
garasi mobil seluas 80 m2 dan garasi motor seluas 24 m
2. Pada tahun 2014 dan
2015, Balitklimat melakukan renovasi dan perluasan bangunan laboratorium
menjadi gedung Multi Purpose (Laboratorium, Perpustakaan, Arsip, dan
Diseminasi) yang dibangun 2 lantai dengan masing-masing lantai seluas 411,6 m2
dan sudah selesai 100% serta sudah difungsikan. Daftar Nilai aset tetap sampai
dengan akhir Tahun 2015 (Tabel 30).
Tabel 30. Daftar Nilai Aset Tetap per 31 Desember 2015
Nama Aset Tetap Saldo Awal Mutasi
Saldo Akhir Tambah Kurang
1 2 3 4 5
Tanah 0 0 0 0
Peralatan dan Mesin 15.939.829.604 1.083.007.800 0 17.022.837.404
Gedung dan
Bangunan 11.539.044.575 3.111.559.300 0 14.650.603.875
Jalan, Irigasi, dan
Jaringan 50.402.000 137.382.500 0 187.784.500
Aset Tetap Lainnya 348.902.500 0 0 348.902.500
Aset Tak berwujud 116.950.000 5.625.000 0 122.575.000
Akumulasi
Penyusutan (15.563.828.154) (2.063.912.591) 0 (17.627.740.745)
Jumlah 12.431.300.525 2.273.662.009 0 14.704.962.534
Mutasi tambah aset tetap terdiri atas:
Penambahan : Pembelian dan transfer masuk TA 2015 : Rp. 4.337.574.600,-
Pengurangan : Penyusutan (SIMAK BMN) TA 2015 : Rp. 2.063.912.591,-
Fasilitas
Setiap tahun secara berangsur melalui DIPA SATKER Balitklimat juga
mengadakan penambahan aset belanja modal berwujud peralatan laboratrium atau
Halaman129 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
penunjangnya, peralatan kantor dan penambahan nilai gedung berupa renovasi
gedung utama dan gedung mess dan Gedung Lab
Pada tahun 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi melaksanakan
Rehabilitasi dan perluasan bangunan berupa: penyelesaian renovasi gedung
Laboratorium secara vertikal menjadi Gedung Multipurpose 2 Lantai (Lab,
Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi, serta Diseminasi) dan selesai 100%.
Tabel 31. Renovasi Gedung dan bangunan serta rumah kasa yang telah dikerjakan
sejak tahun 2008 - 2015
No Jenis/
Fungsi
Satuan
luas
Tahun
2008
Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
1. Bangunan gedung
kantor permanen M2
420 411,6 411,6
2.
Rumah Kasa/
Modifikasi cuaca
buatan tipe lorong
M2
3. Mes tamu M2
4. Garasi Mobil Dinas M2
5. Garasi kendaran
bermotor roda dua M2
112
6. Gudang M2
7. Pos Satpam M2 30,25
8. Gazebo M2 37.5
Fasilitas transportasiberupa kendaraan roda 2, 3, dan 4 yang telah dimiliki
Balitklimat adalah seperti pada Tabel 32.
Tabel 32.Alat Transportasi
No. Nama alat Baik Total
1 Mini bus (penumpang 14 orang ke bawah) 6 6
2 Sepeda motor roda 2 6 6
3 Sepeda motor roda 3 1 1
3 Pick Up double cabin 2 2
Untuk mendukung pengelolaan database Agroklimat dan Hidrologi yang
merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi Balai Penelitian Agroklimat dan
Halaman130 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Hidrologi. dilengkapi peralatan pendukung penelitian yaitu stasiun pencatatan
iklim otomatis (AWS) yang dikelola oleh Badan Litbang Pertanian (Balitklimat)
berjumlah 75 unit dan AWS Telemetri yang pengadaannya oleh Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian berjumlah 21 unit yang dipasang pada
daerah sentra produksi pangan maupun yang dititipkan pada kebun percobaan
Lingkup Balitbangtan. Untuk mendukung Sistem Informasi Kalender Tanam
Terpadu telah dilaksankan pengadaan Alat CCTV berjumlah 54 dan telah
dipasang di 7 Propinsi masing-masing adalah: Lampung, Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur dan Bali ditempat-tempat yang mempunyai
hamparan luasan sawah minimal 100 Ha,selain itu juga kelengkapan monitor di
ruang operasional KATAM TERPADU berjumlah 16 monitor.
6.4. Anggaran dan PNBP
6.4.1. Anggaran Penelitian (DIPA, Kerjasama Penelitian)
Sistem penganggaran berbasis kinerja (unified budget) yang tertuang dalam
Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga, Anggaran SATKER Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi pada tahun 2015 berasal dari Program
Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing dalam kegiatan
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian yang dituangkan
melalui DIPA Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun anggaran
2015 dan didukung oleh anggaran kerjasama penelitian dengan mitra kerjasama
dalam dan luar negeri. Dalam Pagu, alokasi anggaran DIPA dan kerjasama yang
diterima Balitklimat TA 2015 adalah sebesar Rp. 16.096.599.000,- dengan
perincian: 1) belanja pegawai dengan jumlah anggaran sebesar Rp.
4.499.311.000,-; 2) Belanja barang dengan jumlah anggaran sebesar Rp
7.241.361.000,-; dan 3) Belanja modal dengan jumlah anggaran sebesar Rp.
4.355.927.000,-.
Halaman131 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Gambar 80. Presentase Alokasi Anggaran DIPA dan Kerjasama Balitklimat TA
2015
Dana Mitra kerjasama penelitian luar negeri merupakan sisa dana tahun
sebelumnya yang sudah digunakan tetapi belum disahkan dan sisa dana tahun
2014 yang dibelanjakan tahun 2015 dan belum disahkan yakni: 1) CIRAD,
Perancis (Integrated and Participatory Management Water Recources
Management Toward Effective Agricukltural System in Kali Pusur Watershed
(No. Reg. 72689501) dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 516.000.000,-; dan 2)
RDA Avacy Korea (Production and Services of Agro-Meteorological Information
for the Adaptation to Climate in Indonesia (No. Reg. 73409501) dengan alokasi
anggaran sebesar Rp. 88.482.000,- atau total dana kerjasama penelitian sebesar
Rp. 604.458.000,-. Sampai bulan Desember 2015, realisasi keuangan kerjasama
penelitian mencapai: 1) Cirad, Perancis (Integrated and Participatory
Management Water Recources Management Toward Effective Agricultural
System in Kali Pusur Watershed, realisasi mencapai Rp. 515.975.175,- atau
sebesar 99.99 %; dan 2) RDA Avacy Korea (Production and Services of Agro-
Meteorological Information for the Adaptation to Climate in Indonesia, realisasi
mencapai Rp. 88.481.654,- atau sebesar 99.99 %; atautermasuk kategori sangat
berhasil.
Alokasi dan realisasi penggunaan anggaran pada SATKER Balitklimat TA
2015 disajikan pada Tabel 33.
28.98 %
46.85%
28.06% Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Halaman132 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Tabel 33. Alokasi dan realisasi penggunaan anggaran Balitklimat per 31
Desember 2015
Sumber anggaran Pagu Realisasi
A. SATKER Balitklimat Rp. %
1. Belanja Pegawai 4.499.311.000 4.265.002.499 94,79
2. Belanja Barang 7.241.361.000 7.186.801.983 99,21
3. Belanja Modal 4.355.927.000 4.331.949.600 99,43
J u m l a h 16.096.599.000 15.783.754.079 98,06
Efisiensi 312.845.267 1,46
B. Kerjasama Penelitian
1. Kerjasama CIRAD, Perancis 516.000.000 515.975.175 99,99
2. Kerjasama RDA Avacy,
Korea 88.482.000 88.481.654 99,99
J u m l a h 604.482.000 604.456.829 99,99
realisasi belanja pegawai mencapai Rp 3.701.862.487,- atau 89,09%; realisasi
belanja barang mencapai Rp. 4.191.994.120,- atau 98,20%; dan realisasi belanja
modal mencapai Rp. 3.729.155.900,- atau 99,00%. Secara keseluruhan total DIPA
Balitklimat TA 2015, realisasi mencapai Rp. 15.783.754.079,- atau 98,06%
tergolong kategori sangat berhasil (Gambar 74). Ini berarti dapat dicapai efisiensi
biaya sebesar Rp. 312.844.921,- atau 1,94%.
6.4.2. Indikator Kinerja
Analisis akuntabilitas kinerja merupakan salah satu proses untuk menilai
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan perencanaan
kinerja. Dengan demikian perlu diuraikan fokus dari setiap kegiatan penelitian
yang berisi penjelasan singkat mengenai keberhasilan, permasalahan, hambatan
dan kegagalan, serta inisiatif tindak lanjut yang telah dilakukan. Uraian berikut
merupakan rekapitulasi dari analisis akuntabilitas kinerja kegiatan penelitian
agroklimat dan hidrologi yang dilaksanakan selama tahun anggaran 2015.
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja lingkup Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi, yang tercermin dari hasil evaluasi rencana kinerja tahunan (RKT)
Halaman133 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
sebagaimana ditunjukkan oleh pengukuran kinerja kegiatan (PKK), sehingga
dapat disusun suatu pelaporan akuntabilitas kinerja yang menyajikan
data/informasi: keberhasilan/kegagalan, hambatan/kendala, permasalahan dan
inisiatif tindak lanjut dalam upaya pencapaian kinerja kegiatan unggulan. Analisis
tersebut meliputi uraian mengenai keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan dan
program kebijakan guna mewujudkan sasaran, tujuan dan visi serta misi
sebagaimana telah ditetapkan dalam Renstra. Faktor penentu keberhasilan
dilakukan dengan mengidentifikasi indikator yang dapat menunjukkan tingkat
pencapaian tujuan/sasaran yang telah ditetapkan. Penetapan indikator evaluasi
kinerja kegiatan unggulan lingkup Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
tahun anggaran 2015antara lain meliputi: input, output, dan outcome untuk
memperoleh nilai capaian kegiatan yang merupakan indikator tingkat keberhasilan
pencapaian kegiatan, menggunakan skala pengukuran ordinal dengan kisaran
sebagai berikut: 1) < 55: tidak berhasil; 2) 55-70:cukup ber-hasil; 3) 70-85:
berhasil; dan 4) 85-100: sangat berhasil.
Secara keseluruhan pada tahun anggaran 2015, kinerja SATKER Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi termasuk kategori sangat berhasil dengan
realisasi keuangan sampai dengan 31 Desember 2015mencapai
98,06%.Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan
kegiatan melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat,
mulai dari tahap perencanaan hingga tahap akhir kegiatan. Keberhasilan
pencapaian sasaran tersebut juga didorong oleh komitmen dari para peneliti
(SDM) dan dukungan manajemen penelitian, baik aspek pelayanan keuangan,
analisis dan pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian.
Total anggaran DIPA Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun
2015 sebesar Rp. 16.096.599.000,-. Sampai dengan 31 Desember 2015,
akuntabilitas keuangan per kualifikasi belanja adalah: Realisasi fisik mencapai
100% dengan realisasi belanja pegawai mencapai Rp 3.701.862.487,- atau
89,09%; realisasi belanja barang mencapai Rp. 4.191.994.120,- atau 98,20%; dan
realisasi belanja modal mencapai Rp. 3.729.155.900,- atau 99,00%. Secara
keseluruhan total DIPA Balitklimat TA 2015, realisasi mencapai Rp.
Halaman134 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
15.783.754.079,- atau 98,06% tergolong kategori sangat berhasil (Gambar 74). Ini
berarti dapat dicapai efisiensi biaya sebesar Rp. 312.844.921,- atau 1,94%.
Keberhasilan pencapaian sasaran disebabkan oleh faktor pengawalan
kegiatan melalui monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian yang cukup ketat,
mulai dari tahap perencanaan sampai tahap akhir kegiatan. Keberhasilan
pencapaian sasaran tersebut juga didorong oleh komitmen para peneliti (SDM)
dan dukungan manajemen penelitian, baik aspek pelayanan keuangan, pengolahan
data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian.
Kendala yang dihadapi oleh para peneliti untuk menghasilkan output
indikator kinerja secara umum antara lain: Kurangnya akurasi dalam informasi
kalender tanam, Kurangnya akurasi dalam menentukan waktu tanam dalam
informasi kalender tanam. Kurangnya akurasi dalam penentuan wilayah kunci
karena terbatasnya data secara spasial dan temporal. Jumlah stasiun hidrologi
terbatas menyebabkan tingkat akurasi informasi spasial dan temporal kurang
memadai, survei topografi membutuhkan waktu lama sehingga menyebabkan
informasi topografi menjadi terbatas. Perlu data dan informasi sumberdaya air
yang akurat dan terekam dalam format sistem informasi berbasis DAS.
Keterbatasan SDM berkualitas dan berkeahlian khusus dalam penelitian
nano teknologi, minimnya ketersediaan data primer dan sekunder, kerusakan pada
sensor pengamat iklim dan hidrologi, format/jenis data serta metode yang berbeda
dan ketersediaan data pendukung yang terbatas. Kurangnya informasi tentang
metode sintesis partikel nano dari tenaga ahlimenyebabkan Keterlambatan
pencapaian output sesuai jadwal yang sudah direncanakan. Kendala cuaca lainnya
yaitu intensitas matahari yang selalu berubah menyebabkan efisiensi kerja pompa
air tenaga surya menjadi rendah sehingga air irigasi yang dihasilkan kurang
optimal. Keterbatasan SDM berkualitas dan berkeahlian khusus juga menjadi
kendala bagi Satker dalam mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian, analisis
laboratorium dan pengolahan data.
Guna mengatasi tingkat akurasi data, maka dilakukan koordinasi dengan
pihak penyedia data sekunder dan kegiatan verifikasi serta validasi terus
ditingkatkan bekerjasama dengan BBP2TP. Kurangnya ketersediaan data potensi
sumber daya air dan efektivitas adopsi teknologi oleh petani perlu dilakukan
Halaman135 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
aplikasi model hidrologi berbasis spasial dan temporal serta mengadakan demplot
gelar teknologi melalui implementasi Food Smart Village. Untuk mengatasi
kurangnya tenaga ahli di bidang nano teknologi, maka dilakukan kerjasama
dengan instansi lain (lingkup Kemtan, LIPI BPPT, dan Perguruan Tinggi).
Kendala intensitas matahari yang selalu berubah disiasati dengan menngunakan
pompa air tenaga surya yang dilengkapi dengan baterai/aki.
Gambar 81. Persentasi RealisasiAnggaran DIPA Satker Balitklimat TA 2015
6.4.3. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Selama tahun 2015, jumlah penerimaan negara sebagai pendapatan negara bukan
pajak (PNBP) di Balitklimat adalah sebesar Rp.34.033.147,- yang terdiri atas:
penerimaan umum sebesar Rp.17.093.147,- (50.22 %) dan penerimaan fungsional
sebesar Rp.16.940.000,- (49.78 %). Secara total, PNBP Balitklimat pada tahun
2015 ini mengalami penurunan, sehingga penerimaan umum PNBP juga turun.
Akan tetapi untuk penerimaan fungsional mengalami kenaikan yang signifikan
(Tabel 34).
Tabel 34. Gambaran PNBP Balitklimat tahun 2010 –2015
(Rp. 000)
Jenis
Penerimaan
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Umum 9.802 30.640 28.236 23.942 174.823 17.093
Fungsional 31.075 29.085 52.197 5.352 2.727 16.940
89,09
98,20
99,00
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal
Halaman136 LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Jumlah 40.877 59.725 85.933 29.294 177.551 34.033
PNBP merupakan sumber pembiayaan tambahan untuk kegiatan yang
belum terdanai dari DIPA maupun kerjasama. Pemanfaatan PNBP di Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi adalah untuk membiayai perbaikan peralatan
laboratorium, dan keperluan pengelolaan Mess. Penetapan target PNBP dilakukan
berdasarkan kecenderungan dari realisasi penerimaan tahun sebelumnya. Pada
awal berdiri Balitklimat, belum banyak sumber-sumber pendapatan yang bisa
digali sehingga target yang ditetapkan cenderung tidak tercapai. Dengan makin
berkembangnya sarana dan fasilitas balai maka,sejak tahun 2010 terlihat sangat
jelas perkembangan penerimaan PNBP. Perbandingan PNBP selama 6 tahun
(2010-2015) disajikan pada Tabel 35.
Tabel 35. Perbandingan PNBP Fungsional yang disetorkan ke Kas Negara tahun
2010 s/d 2015
(Rp. 000)
Jenis Penerimaan
Fungsional
T a h u n
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Penjualan
peta/Inform/Film 4.975 1.515 12.852 300 2 0
Sewa gedung,
bangunan 11.450 12.895 25.590 14.230 0 0
Sewa benda-benda
bergerak 14.650 14.675 19.255 2.205 0 0
Penjualan hasil
pertanian 0 0 0 0 827 390
Pendapatan jasa
pelatihan, dll 0 0 0 0 0 15
Pendapatan jasa
lainny 0 0 0 0 0 2.000
Jumlah 31.075.000 29.085.000 57.697.000 16.735.000 2.727.000 16.940.000