laporan tahunan 2004-new -...

91
1 Laporan Tahunan 2004 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Transcript of laporan tahunan 2004-new -...

Page 1: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

1

Laporan Tahunan 2004

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Page 2: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

2

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Strategi pembangunan pertanian dalam dua dasawarsa yang lalu lebih

banyak diarahkan pada usaha meningkatkan produksi pertanian. Upaya

peningkatan produktivitas dan produksi pertanian belum menunjukkan

keberhasilan pembangunan pertanian seutuhnya, terutama dalam

peningkatan kualitas hidup petani. Peningkatan produktivitas belum menjamin

terjadinya peningkatan kesejahteraan petani, selama petani hanya mampu

menjual hasil panennya dalam bentuk bahan mentah. Pemasaran hasil dalam

bentuk bahan mentah, memiliki beberapa kelemahan diantaranya: nilai

tambahnya rendah, mudah rusak, daya simpan terbatas, dan konsistensi mutu

sulit dijamin. Selain itu, penanganan hasil panen juga masih lemah dengan

tingginya tingkat kehilangan hasil panen. Sebagai gambaran, tingkat

kehilangan hasil panen padi selama tahun 1997-2002 rata-rata mencapai

24,61% per tahun (Ditjen BP2HP, 2003).

Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan

sistem pertanian secara keseluruhan, yang dimulai dari aspek produksi bahan

mentah sampai pemasaran produk akhir. Peran kegiatan pascapanen menjadi

sangat penting, karena merupakan salah satu sub-sistem agribisnis yang

mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk

agribisnis. Sebagai gambaran, nilai PDB yang dihasilkan industri pengolahan

berbahan baku komoditas primer perkebunan adalah sebesar Rp. 1.666,6 triliun

atau lebih dari empat puluh kali lipat nilai PDB komoditas primer perkebunan

yang besarnya Rp. 37,6 triliun (Saragih, 2003).

Dibanding dengan produk segar, produk olahan mampu memberikan nilai

tambah yang sangat besar. Harga kelapa di tingkat petani sangat rendah Rp.

250–500 per butir, bila diolah menjadi minyak kelapa murni (Virgin Coconut

Oil/VCO) harganya Rp. 80.000–250.000 per kg (rendemen VCO = 1 kg/12-15

butir), belum termasuk nilai tambah dari produk sampingnya seperti: isotonic

Page 3: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

3

drink air kelapa, nata de coco, tempurung dan sabut kelapa. Harga vanili

mentah di tingkat petani sangat rendah berkisar Rp. 10.000–50.000 per kg

polong segar, sedangkan harga vanili kering berkisar Rp. 400.000–3.000.000 per

kg (rendemen = 1/6 kg polong segar). Hasil pertanian, terutama yang bersifat

musiman seperti: cabai, mangga, tomat dan jeruk; biasanya merosot tajam

pada saat musim panen, dan harga tersebut naik seiring dengan berkurangnya

pasokan dari petani, sedangkan harga produk olahannya stabil dan tidak

pernah turun.

Walaupun Indonesia merupakan salah satu produsen utama produk

pertanian dunia, tetapi daya saing komoditas Indonesia di pasar internasional

masih lemah. Beberapa komoditas ekspor unggulan seperti sawit, karet, kakao,

kelapa, lada dan minyak atsiri, belum mampu menguasai pangsa pasar

maupun menjadi acuan harga internasional. Hal ini terjadi, karena selama ini

hanya mengandalkan keunggulan komparatif dengan kelimpahan

sumberdaya alam dan tenaga kerja tak terdidik (factor–driven), sehingga

produk yang dihasilkan didominasi oleh produk primer atau bersifat natural

resources-based dan unskilled-labor intensive (Saragih, 2003). Mutu produk

pertanian yang tidak konsisten dan tingginya cemaran (seperti aflatoxin dan

bakteri salmonella, kotoran dan hama gudang) merupakan salah satu

penyebab rendahnya daya saing produk pertanian Indonesia.

Untuk kepentingan kebutuhan pasar di dalam negeri, Indonesia

mengimpor cukup besar produk maupun komponen bahan industri, bahan

pangan, dan pakan yang bahan bakunya tersedia cukup besar di Indonesia

seperti pati dan produk turunan, konsentrat pakan, parfum, aneka produk

makanan, produk oleo-chemical, bahan kosmetika, dan farmasi. Dilihat dari

data impor, maka pada kurun waktu (tahun 1997-2000) rata-rata impor produk

olahan mencapai US$ 1.894,7 juta dan produk segar mencapai US$ 1.358,9 juta

(BPS, 2001). Besarnya nilai impor ini menunjukkan bahwa produksi pertanian dan

industri pengolahan khususnya yang bahan bakunya tersedia di dalam negeri

harus dipacu perkembangannya. Pengolahan lebih lanjut dan pengembangan

Page 4: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

4

produk baru diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk dan

memaksimalkan nilai ekonomi komoditas pertanian, yang akan berdampak

pada peningkatan pendapatan petani.

Tingkat pendapatan pelaku agribisnis, khususnya petani dan pengolah

skala kecil-menengah masih tergolong pada tingkat ekonomi lemah.

Penguasaan teknologi maupun level teknologinya sebagian besar masih

tergolong tradisional. Lemahnya adopsi teknologi baru, selain terbatasnya

teknologi yang tersedia, juga disebabkan rendahnya kemampuan petani

mengakses teknologi baru. Pengolahan lebih lanjut dan pengembangan

produk baru diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk dan

memaksimalkan nilai ekonomi komoditas pertanian, yang akan berdampak

pada peningkatan pendapatan petani.

Pengembangan agribisnis dan agroindustri yang berdaya saing dalam

menyongsong perdagangan bebas memberi konsekuensi pengembangan

agroindustri harus berbasis inovasi teknologi. Dengan memperhatikan issu dan

tantangan dalam sistem dan usaha agribisnis, maka perakitan dan

pengembangan inovasi teknologi pascapanen membutuhkan pendekatan

serta strategi penelitian dan pengembangan yang lebih komprehensif.

B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB-

Pascapanen) merupakan institusi baru di lingkup Badan Litbang Pertanian yang

diawali dengan terbentuknya Balai Penelitian Pascapanen Pertanian. Berdirinya

Balai Penelitian Pascapanen Pertanian (Balitpasca) berdasarkan Kepmen No.

76/Kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29 Januari 2002, sebagai institusi penelitian

setingkat eselon IIIA, mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan

penelitian bidang pascapanen pertanian. Berdasarkan SK Menteri Pertanian

No. 623/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30 Desember 2003, organisasi Balai

Penelitian Pascapanen Pertanian ditingkatkan eselonnya menjadi Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (eselon IIB), dengan

Page 5: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

5

tugas pokok melaksanakan dan merumuskan program penelitian dan

pengembangan teknologi pascapanen pertanian. Dalam melaksanakan tugas

pokok tersebut, BB-Pascapanen menyelenggarakan fungsi:

a. Menyusun program dan evaluasi penelitian dan pengembangan

pascapanen;

b. Melaksanakan penelitian identifikasi dan karakterisasi sifat fungsional dan

mutu hasil pertanian;

c. Melaksanakan penelitian pengolahan hasil, perbaikan mutu, pemanfaatan

limbah, dan pengembangan produk baru;

d. Melaksanakan penelitian teknologi proses fisik, kimia, dan biologi hasil

pertanian;

e. Melaksanakan penelitian sistem mutu dan keamanan pangan hasil

pertanian;

f. Melaksanakan pengembangan sistem informasi teknologi pascapanen

pertanian;

g. Melaksanakan pengembangan komponen teknologi sistem dan usaha

agribisnis bidang pascapanen pertanian;

h. Melaksanakan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian pascapanen

pertanian.

Page 6: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

6

PROGRAM PENELITIAN

A. VISI DAN MISI

Sebagai institusi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam

penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen pertanian, BB-

Pascapanen menetapkan visinya sejalan dengan visi pembangunan pertanian

dan visi Badan Litbang Pertanian. Visi BB-Pascapanen dirumuskan berdasarkan

kajian orientasi masa depan (future oriented), perubahan paradigma

pembangunan pertanian, serta kebutuhan institusi yang profesional. Visi BB-

Pascapanen dirumuskan sebagai berikut:

Menjadi institusi utama dan andalan nasional dalam penelitian dan

pengembangan inovasi teknologi pascapanen pertanian.

Visi tersebut merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan

bagaimana meletakkan BB-Pascapanen pada landasan SDM yang kuat,

disertai kebijakan penelitian dan pengembangan yang jelas dan terarah agar

BB-Pascapanen memiliki posisi strategis bagi peningkatan daya saing sistem

dan usaha agrabisnis yang berbasis inovasi teknologi. BB-Pascapanen harus

mampu menjadi institusi yang memiliki kompetensi di bidang penelitian dan

pengembangan pascapanen untuk mendukung dinamika dan nilai-nilai

pembangunan pertanian. Harapan tersebut merupakan suatu kondisi yang

menantang di masa depan baik cita, citra yang ingin diwujudkan mengingat

situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini.

Untuk mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi sebagai

suatu kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai visi. Dalam merumuskan

misi ada 2 (dua) kepentingan yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu: (1)

kepentingan internal (competence quality dan commitment growth) dan, (2)

kepentingan eksternal (masyarakat/ stakeholders). Misi yang dirumuskan

berkaitan erat dengan lembaga, karena keberhasilan organisasi akan diukur

Page 7: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

7

dari keberhasilan misinya. Adapun rumusan Misi BB-Pascapanen adalah

sebagai berikut:

1. Menciptakan inovasi teknologi pascapanen pertanian dalam rangka

peningkatan nilai tambah hasil pertanian;

2. Melakukan pengembangan dan penyebarluasan inovasi teknologi dan

rekomendasi kebijakan pascapanen pertanian sesuai dinamika kebutuhan

pengguna;

3. Membangun jaringan kerjasama nasional dan internasional untuk

meningkatkan citra BB-Pascapanen;

4. Mengembangkan sistem kelembagaan dan kompetensi sumberdaya untuk

meningkatkan kinerja institusi agar mampu memberikan pelayanan prima.

B. PENDEKATAN STRATEGIS

Tahun 2004 merupakan tahun transisi perubahan Balai Penelitian

Pascapanen Pertanian (Balitpasca) menjadi Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB-Pascapanen), serta periode transisi

berakhirnya RIPP Balitpasca 2002–2004, yang akan dilanjutkan dengan Renstra

BB-Pascapanen 2005–2009. Program yang dilaksanakan oleh BB-Pascapanen

pada TA. 2004 merupakan pelaksanaan Tupoksi Balitpasca, karena kegiatan TA

2004 disusun pada tahun 2002.

BB-Pascapanen sebagai salah satu institusi penelitian, dalam penyusunan

program-program penelitian tidak terlepas dari perkembangan kebijakan Iptek

Nasional. Adanya UU No. 18/2002 mengenai Sistem Nasional Penelitian,

Pengembangan dan Penerapan Iptek, menimbulkan paradigma baru sebagai

berikut: (a) kerjasama penelitian dan pengembangan antara lembaga tingkat

pusat dan daerah lebih digalakkan; (b) kerjasama penelitian dan

pengembangan antara lembaga publik dan swasta lebih dirangsang; (c)

kerjasama penelitian dan pengembangan antara lembaga nasional dan

internasional memperoleh peluang lebih besar.

Page 8: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

8

Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan

sistem pertanian secara keseluruhan, yang dimulai dari aspek produksi bahan

mentah hingga pemasaran produk akhir. Sejalan dengan hal itu, keberadaan

BB-Pascapanen dalam melaksanakan tupoksinya sangat terkait dengan

mandat unit kerja lainnya dibawah Badan Litbang Pertanian, seperti dengan

Balai Penelitian Komoditas dalam mengembangkan hasil pertanian yang

berkualitas, dengan Pusat Litbang Sosial Ekonomi Pertanian dalam aspek

pemasaran, dan dengan Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian

dalam aspek penggunaan alat-alat pengolahan.

Pada tahun-tahun awal pelaksanaan program penelitian pascapanen

(2002–2004), prioritas kegiatan penelitian diarahkan kepada perakitan

komponen dan scale up teknologi yang sudah tersedia untuk menghasilkan

model agroindustri yang mempunyai daya saing tinggi melalui konsep

pengolahan terpadu, sehingga dalam waktu yang relatif singkat teknologi yang

dihasilkan dapat diimplementasikan di lapangan. Untuk mempertajam

pencapaian sasaran penelitian, maka kegiatan penelitian yang dilaksanakan

dalam periode tersebut ditentukan berdasarkan kriteria :

a. Hasil penelitian akan memberi nilai tambah yang tinggi.

b. Adanya permintaan yang tinggi terhadap produk baik di dalam negeri

maupun untuk kebutuhan ekspor.

c. Ketersediaan mitra dalam pengembangan atau adopsi teknologi yang

dihasilkan serta menunjang program pengembangan kawasan ekonomi

terpadu, baik dari Direktorat Teknis maupun Pemerintah Daerah.

d. Ketersediaan bahan baku atau sifat strategis dari komoditas dan luas

pertanamannya.

e. Peluang keberhasilan penelitian dipandang dari ketersediaan tenaga

peneliti, keahlian, dan fasilitas yang diperlukan.

Page 9: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

9

C. PROGRAM PENELITIAN 2002 - 2004

Selama periode tahun 2002-2004, telah ditetapkan Program Utama

Penelitian Pascapanen jangka menengah sebagai berikut:

1. Program penelitian menyediakan teknologi pangan alternatif

Tujuan program penelitian adalah dapat memenuhi kebutuhan

pangan melalui diversifikasi produk, khususnya berbahan baku non-beras.

Sasaran produk diarahkan pada penyiapan bahan pangan untuk

masyarakat kurang gizi, balita, kecukupan gizi dan pangan untuk keadaan

darurat (instan). Penelitian juga diarahkan untuk mengangkat bahan

pangan tradisional menjadi bahan pangan yang bermutu dengan citra

tinggi.

2. Program penelitian peningkatan pemanfaatan hasil dan limbah pertanian

Program penelitian ini bertujuan untuk menampung berbagai

penelitian yang bersifat visioner dan eksploratif dalam usaha peningkatan

nilai tambah komoditas pertanian, baik dari produk yang sudah ada,

maupun penanganan bahan baku dan limbah pertanian, sehingga dapat

lebih bermanfaat bagi industri pangan, kosmetik dan farmasi. Kegiatan

penelitian ini dapat dilakukan melalui pendekatan teknologi kimia, biofisika

dan bioproses.

3. Program penelitian peningkatan daya saing produk segar dan olahan hasil

pertanian

Proram penelitian ini bertujuan meningkatkan daya saing produk

melalui perbaikan mutu, efisiensi proses, penciptaan model agroindustri

terpadu, perakitan dan peningkatan skala komponen teknologi

pascapanen. Kegiatan penelitian menyangkut pengamatan terhadap

aspek tekno-sosio-ekonomis bagi kelayakan operasi dan panduan

komponen teknologi pascapanen yang telah dihasilkan.

Page 10: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

10

4. Program penelitian mendukung pengembangan sistem mutu dan keamanan

pangan

Penelitian ini bertujuan mengembangkan sistem manajemen mutu

yang sesuai bagi agroindustri berbasis komoditas unggulan Indonesia untuk

dapat bersaing sehubungan dengan masuknya produk impor. Penelitian

diarahkan pada pengembangan sistem mutu dan pengawasan terhadap

keamanan pangan yang dapat diterapkan pada model agroindustri,

khususnya skala UKM.

5. Program diseminasi hasil penelitian untuk percepatan pengembangan

agroindusri

Program ini merupakan upaya penyampaian inovasi teknologi

pascapanen yang dihasilkan kepada pengguna, seperti petani, pengusaha

dan pemerintah yang dilakukan melalui berbagai medium dan cara.

Kerjasama internal unit penelitian lingkup Badan Litbang Pertanian dan

instansi terkait di daerah akan dilakukan untuk mendapatkan umpan balik

bagi teknologi yang diintroduksi.

Page 11: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

11

HASIL KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. PROGRAM PENYEDIAAN TEKNOLOGI PANGAN ALTERNATIF

1. Penelitian Pengembangan Teknologi Pangan Berbasis Sagu, Sukun dan Labu

Kuning

Sagu

Sagu dinilai sebagai salah satu pangan pokok di Kawasan Timur

Indonesia. Namun tidak dapat dipungkiri, sebagai pangan pokok, sagu

masih menempati posisi di bawah beras atau terigu. Oleh karena itu produk

olahan sagu perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

keinginan masyarakat. Saat ini konsumen cenderung menginginkan produk

yang sifatnya fleksibel, mudah dikonsumsi atau disajikan tanpa menimbulkan

kesan inferior. Pada penelitian ini dilakukan perbaikan teknologi pembuatan

mi sagu dan teknologi pembuatan sagu bakar.

Pada penelitian tahun 2004, telah diperoleh karakteristik pati sagu dari

Palopo Sulawesi Selatan yang diolah menjadi mi dan sagu lempeng. Pati

sagu mempunyai kandungan air 12,47 %, kadar abu 0,29 %, lemak 0,53 %,

protein 0,26 % dan amilosa 35,03 %.

Mi sagu

Produk pangan olahan dalam bentuk mi merupakan salah satu

produk yang dapat memenuhi selera konsumen. Pembuatan mi dari bahan

baku pati sagu (Metroxylon Sp) agak berbeda dengan pembuatan mi dari

bahan terigu. Berbeda dengan terigu, pati sagu tidak memiliki gluten dan

hal ini mengakibatkan adonan agak sulit ditangani. Pembuatan mi sagu

diawali dengan pembuatan binder yaitu berupa pati tergelatinasi.

Selanjutnya pati kering, ditambahkan ke dalamnya sambil diaduk hingga

terbentuk adonan licin. Adonan dicetak, direbus, direndam dan ditiriskan

serta dilumuri dengan minyak sayur agar tidak lengket. Penelitian untuk

Page 12: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

12

memperbaiki mutu mi sagu dilakukan antara lain dengan perbaikan

teknologi pengolahan dan mengurangi penggunaan aditif, sehingga

menghasilkan mi sagu yang disukai konsumen dan produknya tidak berbau.

Pada penelitian ini, mi yang dihasilkan dalam keadaan kering.

Sebelum dikeringkan, mi diperam terlebih dahulu selama sekitar 24 jam di

ruangan yang berbeda kondisinya. Ruang pemeraman adalah “Freezer”,

“Cool Room” dan “Refrigerator”. Mi yang tidak diperam digunakan sebagai

kontrol. Perlakuan pemeraman mengakibatkan perbedaan beberapa sifat

fisik mi pati sagu terutama warna, lama waktu perebusan dan tekstur mi

setelah direhidrasi. Sedangkan komposisi kimia mi sagu tidak dipengaruhi

oleh perlakuan pemeraman. Warna mi lebih cerah diperoleh pada kondisi

pemeraman di dalam freezer, sedangkan pemeraman di dalam cool room

atau refrigerator menghaslkan mi yang warnanya sebanding dengan

perlakuan kontrol (tanpa pemeraman). Waktu perebusan paling singkat

(sekitar 7 menit) diperoleh pada mi sagu yang selama proses mengalami

pemeraman di cool room.

Perbedaan perlakuan pemeraman tidak mengakibatkan perbedaan

cooking losses dan kapasitas pengembangan produk. Cooking losses dan

kapasitas pengembangan mi sagu adalah 0,66-0,89% dan 238-257%. Mi

yang tidak diperam dan yang diperam dalam cool room bersifat lebih tidak

mudah patah dibanding mi yang diperan di dalam freezer maupun di

dalam refrigerator. Perlakuan pemeraman mengakibatkan tekstur mi setelah

rehidrasi menjadi relatif lebih mudah patah dibandingkan mi yang tidak

menerima perlakuan pemeraman. Meskipun secara obyektif terdapat

perbedaan warna mi dan tekstur mi (setelah rehidrasi), namun perbedaan

tersebut tidak terdeteksi oleh panelis. Kadar RS (resistant starch) tidak banyak

dipengaruhi oleh perlakuan pemeraman. Secara keseluruhan kadar RS di

dalam mi sagu lebih besar (4-5 kali) dibanding mi instan (terigu). Pemeraman

di dalam cool room dianggap paling baik karena menghasilkan mi yang

cukup kuat serta membutuhkan waktu perebusan paling singkat.

Page 13: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

13

Sebagai pangan pokok, mi sagu dikonsumsi bersamaan dengan

bahan pangan lainnya agar diperoleh zat gizi yang memadai. Beberapa

resep olahan mi sagu dikembangkan dan enam diantaranya

dikembangkan lebih lanjut karena terbukti diminati oleh panelis. Resep yang

dikembangkan kemudian dihitung nilai gizinya dengan bantuan Daftar

Komposisi Bahan Makanan.

1. Mi sagu saus daging mempunyai kandungan kalori 160,4 kal dan

protein 6,07 g;

2. Martabak mi sagu mempunyai kandungan kalori 159,2 kal dan

protein 7,5 g;

3. Mi sagu sop asam pedas mempunyai kandungan kalori 147,7 kal

dan protein 5,8 g;

4. Mi silet mempunyai kandungan kalori 214,9 kal dan protein 7,0 g;

5. Skutel mi sagu mempunyai kandungan kalori 221,5 kal dan

protein 11,8 g;

6. Mi sagu bumbu kacang mempunyai kandungan kalori 338,6 kal

dan protein 5,6 g.

Mi sagu yang diperkenalkan di Masamba dan Makassar diterima oleh

lebih dari 70% responden anak-anak, orang dewasa dan rumah tangga. Mi

sagu yang diperkenalkan dapat memberikan kontribusi sekitar 7 % terhadap

kebutuhan kalori anak usia sekolah. Mi memberikan kontribusi kalori 3 %

berdasarkan angka kecukupan kalori rata-rata yaitu 2500 kalori.

Sagu bakar

Secara tradisional, sagu bakar/sagu lempeng dibuat dengan cara

memanaskan adonan secara langsung di dalam cetakan yang dibuat dari

tanah liat. Cara ini seringkali kurang praktis. Dalam penelitian ini proses

pembuatan sagu bakar dimodifikasi dengan cara memanaskan adonan

secara tidak langsung di dalam cetakan kemudian dipanggang di dalam

oven.

Page 14: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

14

Pembakaran tidak langsung di dalam oven pada suhu 200 oC selama

5 menit menghasilkan sagu lempeng yang kompak dan matang.

Pengembangan formula sagu lempeng dengan menambahkan bahan-

bahan lain yaitu susu skim dan madu (Formula I), susu skim dan gula pasir

(Formula II), pisang dan gula (Formula III), pure labu kuning dan garam

(Formula IV) serta pasta kacang hijau (Formula V) berpengaruh sangat

nyata terhadap sifat fisik dan komposisi kimianya. Formula dapat

menambah pilihan/alternatif sagu lempeng dengan beberapa cita rasa.

Sagu lempeng yang diperkaya dengan bahan-bahan lain (Formula I, II, III, IV

dan V) memiliki warna lebih cerah dibanding sagu lempeng tanpa

penambahan bahan lain (Formula Standar).

Sagu lempeng Formula I, II dan III memiliki tekstur lebih lunak dan

daya serap air lebih kecil (kurang dari 0,6 g/g) dibanding sagu lempeng

Formula standar atau Formula IV dan V. Nilai aw sagu lempeng Formula I, II

dan III juga kecil (kurang dari 0,60), sehingga dapat disimpan lebih lama

dibanding Formula Standar maupun Formula IV dan V. Kadar protein di

dalam sagu lempeng yang mengandung susu skim (Formula I dan II) atau

kacang hijau (Formula V) mengandung protein masing-masing sekitar 4%

dan 7%. Kadar protein dalam formula lainnya kurang dari 1%. Sagu lempeng

yang mengandung kacang hijau memiliki rasa yang paling disukai oleh

panelis, namun karena nilai aw cukup tinggi maka formula ini tidak tahan

simpan.

Gambar 1. Contoh Produk mi sagu yang disajikan dengan sop asam pedas untuk

meningkatkan rasa dan kandungan gizinya

Page 15: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

15

Sukun

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik sifat fisiko-kimia

bahan mentah dan tepung sukun dari berbagai varietas di Indonesia, dan

mengembangkan produk olahan dari bahan tepung sukun, serta

mengidentifikasi potensi lokasi untuk penerapan model agroindustri tepung

sukun. Rendemen tepung sukun yang diperoleh sebesar 21–23%. Buah sukun

yang sudah dalam bentuk tepung mempunyai daya simpan yang lebih

lama, lebih mudah dalam pengemasan dan penyimpanan, serta lebih

mudah untuk diolah menjadi berbagai produk olahan lain.

Hasil analisis terhadap sifat amilografi tepung sukun menunjukkan

viskositas puncaknya lebih dari 1.000 BU. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

tepung sukun mempunyai daya mengembang lebih baik dari terigu. Tepung

sukun dapat dimanfaatkan untuk mensubstitusi tepung terigu sampai 40%

dalam formulasi mi.

Dalam proses pembuatan tepung sukun masih diperlukan perbaikan

teknologi sebelum diaplikasikan di lapangan. Hal ini mengingat sifat sukun

segar mudah terjadi pencoklatan setelah proses pengupasan yang akan

mempengaruhi mutu tepung sukun. Diperlukan langkah optimal untuk

mencegah pencoklatan selain diperlukan proses yang cepat untuk

pengupasan. Pengupasan dilakukan dengan alat pengupas sukun,

kemudian langsung direndam air menghindari proses oksidasi. Perlu juga

proses pengepresan untuk mengurangi air dan enzim poliphenolase, serta

untuk mempercepat dalam pengeringan. Pada penelitian ini, telah

dirancang teknologi proses pengeringan untuk mencapai kadar air kurang

dari 14%. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah lama

pengeringan (39, 45, dan 51 menit) dan lama spin (5, 10 dan 15 menit).

Perlakuan tersebut memberikan pengaruh terhadap sifat kimiawi, fisik dan

amilografi tepung sukun. Dengan perlakuan lama spin 10-15 menit dan lama

pengeringan 39-51 menit pada suhu 650C menghasilkan rendemen, derajat

patah, kehalusan dan viskositas tepung sukun paling baik.

Page 16: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

16

Pengembangan produk berbasis sukun

Produk kue kering, untuk pembuatan kue kering dari bahan tepung

sukun sampai 20% masih diterima konsumen, namun di atas 20%, kue kurang

disukai konsumen. Hasil uji organoliptik menunjukkan bahwa warna,

penampakan dan kesukaan produk sampai subtitusi tepung kasava 20%

masih disukai panelis, sedangkan masih adanya rasa pahit, aroma sukun

menyebabkan kurang disukai panelis.

Produk Roti, dari bahan substitusi tepung sukun pada terigu masih

disukai panelis. Perbandingan terigu dengan tepung sukun menunjukkan

formula 90:10. Hasil organoleptik roti sukun dengan bahan baku substitusi

tepung pada terigu sampai 10% masih disukai panelis. Parameter yang

mempengaruhi tingkat kesukaan panelis pada produk roti terutama karena

semakin banyak substitusi tepung sukun produk roti kurang mekar dan

aroma senyawa pada sukun semakin tajam dan tidak disukai panelis.

Produk ekstrudat, produk ekstrusi tepung sukun dibuat dengan

menggunakan alat ekstruder berulir tunggal. Ekstruder ini bekerja secara

termodinamik dimana alat ini menghasilkan panas sendiri melalui konversi

energi mekanik selama proses pengaliran bahan. Pemanasan awal

dilakukan pada sekitar lubang "die". Kadar air awal bahan 18-20%, suhu

selama proses 150-178oC, melalui corong pemasukan bahan akan

tercampur oleh ulir yang bergerak ke arah depan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa formula campuran tepung jagung dibanding tepung

sukun dengan perbandingan 75:25 menghasilkan produk ekstrudat seperti

pellet yang disukai oleh panelis.

Uji preferensi konsumen dan pemasaran terhadap produk tepung

sukun dan produk olahannya dilakukan melalui survey di Kabupaten Kediri.

Untuk menarik konsumen, dilakukan uji klinis yang menghasilkan informasi

tentang khasiat tepung sukun untuk menurunkan asam urat

Dari hasil uji klinis menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah sukun

dosis sedang (1,08 g/ 200 g berat badan tikus) dapat menurunkan kadar

Page 17: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

17

asam urat darah sampai 0,925 mg/dl, selanjutnya untuk dosis rendah (0,54 g/

200 g berat badan tikus) menurunkan asam urat sampai 0,66 mg/dl dan

dosis tinggi (2,16 g/ 200 g berat badan tikus) dapat menurunkan asam urat

sampai 0,3 mg/dl. Bila dibandingkan dengan pembanding (kontrol positif)

yaitu allopurinol dengan dosis 5,4 mg/ 200 berat badan tikus dapat

menurunkan asam urat sampai 2 mg/dl, berarti kemampuan ekstrak buah

sukun untuk menanggulangi masalah asam urat lebih kecil dibanding

dengan obat sintetis yang mengandung senyawa aktif allopurinol.

Pengembangan sistem kelembagaan agroindustri sukun

Pada proses produksi bahan baku buah sukun dilakukan oleh petani

sukun, sedangkan proses produksi tepung sukun dilakukan oleh Kelompok

Tani "Laju Makmur". Kelompok wanita tani memproduksi hasil olahan pangan

dari bahan baku tepung tersebut dan memasarkannya melalui tempat

pemasaran yang khusus dibuat oleh kelompok tani. Instansi pemerintah

sebagai fasilitator membantu dalam pembinaan pelaksanaan usaha

agroindustri tepung sukun tersebut.

Pembangunan industri pengolahan tepung sukun skala menengah

diawali dengan membangun kelembagaan antar stakeholder. Dilakukan

kesepakatan antara BB-Pascapanen dengan Dinas Pertanian Tanaman

Pangan (Pemda Kabupaten Kediri) untuk menciptakan pasar produk-produk

olahan dari bahan baku sukun sebagai "produk untuk oleh-oleh" khas

Kabupaten Kediri. Jenis produk olahan sukun yang diproduksi antara lain kue

kering (kue gabus, kue keju, kue gapit dan kue kering rasa coklat), kripik dan

stik sukun.

Labu Kuning

Hasil penelitian terhadap analisis sifat fisik labu kuning untuk

mengetahui pengaruh tingkat kematangan terhadap karakteristik fisik labu

kuning. Perubahan fisik yang umum terjadi selama proses pematangan

adalah perubahan warna kulit dan daging buah. Perubahan ini terjadi

Page 18: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

18

karena perombakan pigmen klorofil. Hilangnya warna hijau pada kulit

menjadi kuning disebabkan oleh struktur pigmen klorofil terdegradasi yang

kemudian diikuti dengan pembentukan atau munculnya pigmen berwarna

kuning sampai merah. Struktur sel kulit labu selama pematangan juga

mengalami perubahan semakin keras, karena adanya sekumpulan sel-sel

sklerenkim yang mengalami penebalan. Selain itu juga terbentuk lapisan lilin

yang semakin tebal karena terjadi polimerisasi asam-asam hidrokarboksilat

dengan beberapa kelompok senyawa yang dapat diesterkan.

Hasil analisis skrining fitokimia labu kuning segar menunjukkan bahwa

bahan aktif yang ada pada bagian buah, kulit dan biji labu kuning adalah

alkaloid dan saponin. Hasil analisa secara kualitatif dengan reaksi warna

menunjukkan bahwa kandungan bahan aktif pada bagian buah lebih tinggi

dibandingkan pada kulit dan biji. Hal ini ditunjukkan dengan kepekatan

warna yang dihasilkan pada saat reaksi warna berdasarkan asumsi warna

yang lebih pekat berarti mengandung kadar bahan aktif yang lebih tinggi.

Hasil analisis kandungan gizi labu kuning menunjukkan kandungan

protein labu kuning cenderung mengalami penurunan selama proses

pematangan buah (1,27-0,81%), sedangkan kadar lemak dan serat kasar

mengalami peningkatan (0,20-0,43%) dan kadar pati selama proses

pematangan cenderung mengalami penurunan (21,63-10,56%), hal ini

disebabkan karena terjadi peningkatan aktivitas enzim α-amilase yang

menghidrolisis pati menjadi bentuk lebih sederhana. Kadar pektin selama

proses pematangan ternyata tidak mengalami perubahan yang berarti (+

6,90%). Hasil analisis terhadap kandungan vitamin A menunjukkan bahwa

kadar vitamin A selama proses pematangan mengalami peningkatan (435-

992 IU/100 g).

Penelitian pembuatan produk setengah jadi bertujuan untuk

mempersiapkan labu kuning sebagai bahan baku produk olahan,

penyimpanan bahan baku yang relatif lebih lama, serta lebih praktis pada

saat membuat produk. Produk intermediate labu kuning dikembangkan

Page 19: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

19

dalam bentuk puree dan tepung labu kuning. Penelitian pengolahan puree

labu kuning dititikberatkan pada daya simpan produk. Untuk

memperpanjang daya simpan digunakan pengawet yang terdiri atas tiga

jenis yaitu bisulfit, benzoat dan potassium sorbat dengan konsentrasi 0,05%;

0,10% dan 0,15% dengan suhu penyimpanan yang berbeda yaitu suhu

lemari es (5oC) dan suhu kamar (27-280C). Metode pembuatan puree labu

kuning yang digunakan, yaitu (1) pengawet yang dicampur setelah labu

kuning dihaluskan, dan (2) pengawet yang digunakan sebagai cairan

perendam labu sebelum diblansir. Berdasarkan hasil uji fisik menunjukkan

bahwa puree dengan metode kedua memiliki ciri fisik yang lebih baik

dibandingkan metode 1, yaitu pada penyimpanan minggu kelima warna

orange puree yang disimpan pada suhu dingin lebih cerah, cairan yang

terpisah dari padatan puree labu hanya sedikit demikian pula halnya

dengan pembentukan gas. Perubahan kadar air mengalami peningkatan

selama penyimpanan 5 minggu, sedangkan kadar air pada penyimpanan

di suhu dingin relatif tetap. Peningkatan kadar lemak pada puree yang

disimpan di suhu dingin lebih rendah dibandingkan kadar lemak puree labu

yang disimpan di suhu kamar. Sementara itu kadar abu dan kadar protein

relatif tetap. Tingkat kecerahan warna puree labu setelah 5 minggu baik

pada penyimpanan suhu dingin maupun suhu ruang tampak menurun,

namun penurunan tingkat kecerahan warna puree pada suhu dingin tidak

sebesar pada suhu ruang. Pada derajat kemerahan warna puree,

beberapa perlakuan menunjukkan adanya perubahan warna dari kuning

kemerahan menuju warna kuning keputih-putihan.

Berdasarkan uji hedonik terhadap warna, tampak bahwa pada

pengamatan minggu ke-0 pada suhu dingin maupun suhu ruang panelis

menyukai warna puree labu pada taraf kesukaan 3,4 dengan penggunaan

pengawet benzoat 0,05% dan bisulfit 0,15% dan tidak menyukai puree (1,8)

pada penggunaan pengawet bisulfit 0,05%. Sedangkan kesukaan panelis

terhadap aroma puree pada suhu dingin maupun suhu ruang adalah 3,2

Page 20: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

20

pada penggunaan bisulfit 0,05% dan terendah (2,4) pada penggunaan

sorbat 0,15%.

Pengamatan uji kesukaan warna puree pada minggu kelima,

menunjukan panelis menyukai (3,8) dengan penggunaan sorbat 0,15% dan

benzoat 0,10% pada penyimpanan suhu dingin dengan intensitas warna 2,7;

panelis tidak menyukai warna puree (1,5) dengan penggunaan pengawet

bisulfit 0,05%. Pada suhu ruang, warna puree disukai (3,9) pada penggunaan

sorbat 0,15% dengan intensitas warna 2,7; dan panelis tidak menyukai warna

puree (1,80 pada penggunaan sorbat 0,05% dan 0,10%.

Kesukaan terhadap aroma puree pada pengamatan minggu kelima

adalah disukai (2,9) dengan penggunaan pengawet bisulfit 0,15% pada

penyimpanan di suhu dingin dengan intensitas aroma 2,1; panelis tidak

menyukai puree (2,0) pada penggunaan benzoat 0,05%. Sedangkan pada

suhu ruang aroma puree disukai (2,8) dengan penggunaan benzoat 0,10%

dan intensitas 2,1; panelis tidak menyukai aroma puree (1,5) pada

penggunaan bisulfit 0,05% dengan intensitas 1,5.

Penelitian pembuatan tepung labu kuning dilakukan dengan 3

perlakuan yaitu buah labu kuning yang dikuliti dan tidak dikuliti,

menggunakan kapur dengan konsentrasi 0,15% dan 0,20% dengan lama

perendaman 1 dan 2 jam. Rendemen tepung labu kuning yang tidak dikuliti

berkisar antara 8,95% sampai 10,05%, lebih tinggi dibandingkan dengan

tepung tanpa kulit yaitu 6,27% sampai 6,58%. Lama perendaman

mempengaruhi kadar air tepung. Perendaman 2 jam memberikan kadar air

lebih kecil dibandingkan dengan perendaman 1 jam. Lama perendaman

akan meningkatkan kekerasan bahan karena akan terjadi ikatan antara

kalsium dengan pektin dalam buah sehingga terbentuk kalsium pektat yang

keras dan mudah dikeringkan. Air kapur adalah sumber ion kalsium yang

secara kimia akan berikatan dengan pektin dalam labu kuning membentuk

kalsium pektat sehingga produk menjadi renyah. Kalsium pektat ditemukan

pada semua buah dan sayuran serta merupakan sifat fitokimia yang penting

Page 21: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

21

dan bertanggung jawab terhadap sifat kerenyahan, sehingga menimbulkan

rasa yang enak dari buah dan sayuran. Menurut hasil penelitian oleh USDA,

kalsium pektat dalam pencernaan akan mengikat asam empedu sehingga

menginduksi pengurangan sejumlah asam yang terbentuk dari kolesterol.

Tubuh selanjutnya akan mengeluarkan kolesterol dari darah untuk membuat

lebih banyak asam empedu untuk pencernaan.

Labu kuning yang berasal dari daerah yang berbeda menghasilkan

nilai analisis proksimat yang berbeda. Labu kuning dari gunung Sindoro Jawa

Tengah mempunyai kandungan protein, lemak dan serat kasar yang lebih

tinggi dibandingan labu kuning dari Cimande Bogor dan Barru Sulawesi

Selatan. Perbedaan ini dapat digunakan sebagai petunjuk dalam

pembuatan berbagai jenis produk olahan yang diinginkan. Produk diet yang

membutuhkan kadar serat kasar tinggi akan lebih baik bila menggunakan

labu kuning asal gunung Sindoro. Labu yang berasal dari Barru mempunyai

karakter kandungan gula yang lebih tinggi, sehingga mempunyai rasa yang

lebih manis dibandingkan labu kuning lainnya

Penelitian pengembangan produk olahan labu kuning mencakup

dua kegiatan yaitu produk olahan berbasis puree labu kuning dan berbasis

tepung labu kuning. Produk olahan berbasis puree labu kuning yang

dikembangkan adalah agar/jelly labu kuning dan es krim sedangkan produk

yang dikembangkan berbasis tepung labu kuning adalah serbuk instan labu

kuning.

Penelitian pembuatan agar labu kuning dititikberatkan pada

banyaknya puree labu kuning yang digunakan, yaitu 12,5%, 25% dan 37,5%

serta jenis pengental (karagenan dan agar). Penggunaan puree sampai

dengan 37,5% hasilnya menunjukkan bahwa produk belum memiliki karakter

khas labu kuning (aroma, rasa), sehingga dicoba penambahan puree

sampai 45%. Pembuatan jelly dengan menggunakan kombinasi karagenan

dan agar masing-masing F1: 2% & 0%, F2: 2% & 2%, F3: 2% & 1% dan F4: 1% &

2% menunjukkan bahwa dari segi kekenyalan dan kepadatan produk F1

Page 22: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

22

lebih lembek (masih cair) dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan F2

adalah jelly yang sangat keras. Hasil uji oleh panelis menunjukkan F4 memiliki

tingkat kekenyalan dan kepadatan yang lebih disukai. Berdasarkan rasa,

jelly F1 masih terdeteksi rasa pahit dan getir dari getah labu kuning,

sedangkan jelly F4 lebih disukai dibandingkan F1, F2, dan F3. Tampaknya

pada formula yang lebih banyak mengandung karagenan, jelly

menunjukkan rasa pahit dan agak getir.

Penelitian es krim terdiri atas dua perlakuan yaitu konsentrasi puree

(50%, 60% dan 75%) dan jenis pati (pati jagung dan pati sagu). Hasil uji

organoleptik terhadap sampel dengan konsentrasi pengental pati jagung

dan arorut masing-masing 0,3; 0,4 dan 0,5% dengan konsentrasi labu kuning

50% menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai es krim dengan konsentrasi

bahan pengental 0,4%. Hal ini disebabkan karena pengental pati jagung

memiliki tekstur yang halus.

Penambahan pati bertujuan untuk bahan pengental, amilosa yang

merupakan salah satu komponen pati berperan dalam proses gelatinisasi.

Lemak susu (krim) dalam pembuatan es krim berfungsi untuk memberi tekstur

yang baik dan memberi ketahanan terhadap pelelehan es. Sifat lemak susu

yang lunak juga dapat menghalang-halangi terbentuknya kristal-kristal es

yang besar selama proses pembekuan. Bagian lain berupa bahan padatan

susu tanpa lemak (skim) dalam pembuatan es krim berfungsi untuk

menambah rasa, menurunkan titik beku dan meningkatkan kekentalan.

Dalam jumlah yang lebih banyak dapat menyebabkan es krim menjadi lebih

lambat meleleh. Laktosa di dalamnya selain memberi rasa manis juga dapat

menurunkan titik beku, sedangkan proteinnya berfungsi menambah nilai gizi,

memperbaiki cita rasa, membentuk pembuihan, pengikatan air dan tekstur

menjadi lembut.

Hasil analisis terhadap serbuk instan labu kuning yang dibuat

menggunakan alat pengering mollen dryer menunjukkan bahwa perlakuan

kombinasi suhu dan kecepatan putar mollen dryer tidak mempengaruhi

Page 23: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

seluruh parameter yang diamati serta tidak saling berinteraksi. Secara

tunggal perlakuan suhu berpengaruh terhadap nilai kelarutan, perlakuan

kecepatan putar berpengaruh terhadap total gula, serta perbedaan

kelompok mempengaruhi nilai densitas kamba serbuk instan labu kuning.

Tampak bahwa nilai kelarutan instan labu kuning yang dibuat

menggunakan suhu pengeringan 60oC lebih tinggi dibandingkan instan

dengan suhu 70oC. Kecepatan putar mollen dryer 17 rpm mempunyai total

gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan 12 rpm. Sedangkan labu

kuning dari kelompok II memiliki densitas kamba lebih tinggi dibandingkan

serbuk instan dari kelompok labu I.

d c

b a

Gambar 2. Produk olahan labu kuning: a. Bahan labu, b. Puree labu kuning, c. Agar

labu kuning, d. Tepung instan labu kuning.

Page 24: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

24

B. PROGRAM PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK SEGAR DAN OLAHAN HASIL

PERTANIAN

1. Penelitian Pengembangan Produk Bunga Kering dan Ekstraksi Minyak Bunga

Bunga Kering

Alam tropika menyediakan berjenis-jenis tanaman berbunga dan

berdaun indah yang sangat menarik untuk dijadikan ornamen maupun

penghias lingkungan kantor, rumah tinggal maupun hotel. Kelemahannya

bunga dan daun potong segar tidak tahan lama, sehingga hanya dapat

dinikmati keindahannya dalam waktu yang singkat. Untuk mempertahankan

keindahannya agar dapat dinikmati lebih lama, perlu diupayakan melalui

pengawetan antara lain dengan pengeringan. Ada beberapa metode

untuk mengawetkan bunga dengan pengeringan yaitu: pengeringan

sederhana, pengeringan dengan media pengering, dan pengeringan yang

didahului dengan pemberian formula pengisi. Setiap metode memberikan

keindahan tersendiri.

Formula yang akan digunakan sebagai bahan pengisi adalah formula

pengawet (formula I) dari Balai Penelitian Tanaman Hias. Formula tersebut

telah mampu memberikan penampakkan bunga kering tetap segar, tetapi

kelemahannya bunga kering tersebut menyerap air bila disimpan di ruang

yang memiliki kelembaban di atas 70 %, sehingga kelopak bunga menjadi

lembek dan lemas. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan formula yang

dapat memperbaiki tekstur bunga kering.

Formula I ditambah pengencer dari satu bagian sampai enam bagian

kemudian ditambah gula dengan dosis: 0%, 1%, 2% dan 3%. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa mawar kering dengan penambahan satu bagian

formula I ditambah gula 1-3% memberikan penambahan yang terbaik.

Selain itu semakin sedikit penambahan pengencer kelopak bunga terasa

makin tebal. Bunga anyelir kering dengan perlakuan yang sama dengan

bunga mawar hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan satu bagian formula

I ditambah 3–6 bagian pelarut ditambah gula 1–3%, menghasilkan warna

Page 25: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

25

yang kuat. Untuk perlakuan satu bagian formula I ditambah 1–2 bagian

pelarut ditambah gula 1–3% menghasilkan warna yang pudar.

Pengeringan dengan silica gel terhadap beberapa jenis-jenis bunga

hasilnya bunga yang berbentuk terompet seperti kamboja Jepang

(Adenium), kembang sepatu, anggrek Dendrobium dan lain-lain bentuknya

dapat dipertahankan, demikian juga dengan mawar hibrida seperti first red,

kiss, papilon dan baby rose. Anyelir dari stadium kuncup sampai mekar

penuh bentuknya dapat dipertahankan. Bunga dengan warna kuat seperti

merah dan ungu tua jika dikeringkan dengan gel silika lebih tahan lama

terhadap sinar langsung dibandingkan dengan bunga berwarna lembut.

Pengeringan bunga anyelir dengan gel silika pada suhu ruang selama 7 hari

dan suhu 500C selama 23 jam memberikan penampakan warna yang

menarik tidak terlalu berbeda dengan warna segarnya, susut ukuran relatif

kecil (11,95–30,57%). Sedangkan pengeringan dengan microwave

menghasilkan warna ke arah coklat. Walaupun bentuknya dapat

dipertahankan, warnanya sangat tidak menarik. Pengeringan bunga mawar

dengan gel silika di suhu ruang selama 7 hari, suhu 500C selama 23 jam,

maupun microwave selama 8 menit, warna kuat dan susut ukuran tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata. Namun untuk warna yang lembut

pengeringan dengan microwave menghasilkan warna yang berkesan kotor.

Warnanya menjadi coklat kotor seperti bunga menjelang busuk.

Pengeringan bunga krisan dengan gel silika terhadap beberapa jenis

krisan hasilnya menunjukkan bahwa bunga krisan dengan susunan petal

selapis bentuknya lebih dapat dipertahankan dibandingkan bunga krisan

dengan susunan petal berlapis-lapis yang menghasilkan bentuk yang tidak

kompak. Warna dapat dipertahankan, untuk krisan puma kering susut ukuran

berkisar 16,66–33,33%; bentuk tetap kompak dan warna dapat

dipertahankan.

Page 26: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

26

Ekstraksi Minyak Bunga

Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan minyak bunga

alamiah dari bunga khas Indonesia, antara lain melati, mawar dan sedap

malam. Ekstraksi minyak bunga melati dan mawar dapat meningkatkan nilai

tambahnya, karena berpeluang untuk mengisi kebutuhan industri parfum

dan kosmetik. Tujuan penelitian untuk memperoleh rangkaian taknologi

ekstraksi yang sesuai untuk produksi minyak bunga melati dan mawar, dan

dapat dikembangkan untuk mendukung agroindustri skala UKM. Tahapan

proses ekstraksi minyak bunga terdiri atas ekstraksi, leaching dan evaporasi.

Kegiatan penelitian meliputi efisiensi penggunaan pelarut, ekstraksi minyak

bunga skala pilot, analisis tekno-ekonomi dan ekstraksi minyak bunga

mawar.

Percobaan ekstraksi minyak bunga mawar

Penelitian ekstraksi minyak bunga mawar menggunakan leaching

apparatus kapasitas 3.000 g. Pelarut hasil leaching dievaporasi

menggunakan alat evaporator kapasitas 20 liter sampai 75% pelarut

teruapkan, kemudian dilanjutkan penguapannya menggunakan evaporator

vakum sampai berbentuk concrete dan absolut. Bunga mawar yang

digunakan mawar merah dan mawar putih asal Bandungan Semarang

(Jawa Tengah), dan mawar pink asal Boyolali.

Bunga mawar putih asal Bandungan Semarang (Jawa Tengah) setelah

diekstrak menghasilkan rendemen concrete lebih tinggi dibandingkan

mawar merah yang berasal dari Bandungan dan mawar pink asal Boyolali.

Rendemen concrete bunga mawar berkisar antara 0,18% - 0,28% dari 3000 g

bunga yang digunakan. Untuk ekstraksi satu kali bunga mawar pink

dihasilkan concrete 0,22%, sedangkan bunga mawar merah asal

Bandungan menghasilkan concrete 0,18%. Untuk perlakuan ekstraksi dua

kali, ke dua jenis bunga mawar tersebut menghasilkan rendemen concrete

Page 27: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

27

relatif sama, mawar merah (5,28 g/3.000 g bunga) dan mawar putih (5,25

g/3.000 g bunga).

Jumlah kehilangan pelarut heksan pada proses ekstraksi dua kali lebih

besar dibandingkan ekstraksi satu kali (21,97%-26,54%). Hasil recovery pelarut

pada perlakuan ekstraksi dua kali lebih kecil dibandingkan ekstrkasi satu kali

(73,44%-78,03%). Kehilangan pelarut yang besar akan memperbesar biaya

produksi minyak mawar. Heksan hasil recovery dapat digunakan kembali

untuk proses ekstraksi.

Perbaikan teknologi ekstraksi minyak bunga melati

Penelitian ekstraksi minyak bunga melati dimulai sejak tahun 2002–2004.

Inovasi teknologi ekstraksi minyak melati dikembangkan bekerjasama

dengan pihak swasta. Dalam hal ini BB-Pascapanen hanya berperan

menyediakan teknologi, sedangkan produksi dan pemasaran dilakukan oleh

pihak swasta. Pihak petani dan kelompok tani tidak terlibat secara langsung,

hanya dampaknya bagi petani bila teknologi ini berkembang, dapat

menyerap produksi bunga melati yang selama ini sangat tergantung pada

satu pihak yaitu pabrik teh melati.

Teknologi ekstraksi yang dikembangkan dapat menekan kehilangan

produk dan pelarut, sehingga dapat diperoleh rendemen dan mutu minyak

yang tinggi. Dengan waktu ekstraksi 20 menit (satu kali ekstraksi), rendemen

concrete mencapai 0,383%. Pencucian ampas yang diikuti ekstraksi lanjutan

mampu meningkatkan rendemen hingga 0,408%.

Kehilangan pelarut heksan selama proses ekstraksi berkisar antara

10,31% - 19,18%, dengan jumlah recovery pelarut berkisar antara 80,82% -

89,69%. Dari total kehilangan pelarut selama proses, jumlah kehilangan

pelarut terbesar adalah pada saat proses leaching (10%-15%), sedangkan

kehilangan pelarut pada saat proses evaporasi berkisar antara 2,83%-7,10%.

Hal ini disebabkan karena pemisahan pelarut dari ampas bunga masih

Page 28: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

dilakukan secara manual, sehingga hasilnya belum optimal. Pemerasan

dilakukan dengan memasukkan ampas bunga kedalam.

Leaching apparatus dapat berfungsi dengan baik. Jumlah pelarut yang

hilang selama proses leaching dapat ditekan, sehingga jumlah pelarut untuk

diproses lebih lanjut menjadi minyak bunga melati lebih banyak. Jumlah

heksan yang hilang selama proses leaching berkisar antara 7%-10%. Dengan

diperbaiki sistem pendingin, kehilangan pelarut selama proses dapat ditekan

yaitu turun menjadi 4, 5-6%. Kehilangan pelarut yang besar dapat

menyebabkan biaya operasional bertambah besar, karena heksan yang

hilang selama proses merupakan salah satu komponen biaya produksi pada

pembuatan minyak bunga melati.

Perbandingan bunga dan pelarut 1 : 2,5 dapat meningkatkan

rendemen concrete melati yang dihasilkan. Kombinasi perbandingan bunga

dan pelarut 1 : 2,5 dan lama leaching 20 menit menghasilkan rendemen

concrete tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya (0,33%) dan terendah

diperoleh pada perlakuan lama leaching 40 menit dan perbandingan

Gambar 3. Alat leaching yang dikembangkan pada proses ekstraksi minyak bunga

melati

Page 29: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

bunga dan pelarut 1 : 2 (0,13%). Semakin lama waktu leaching, jumlah

pelarut yang hilang semakin besar. Kehilangan pelarut selama leaching

berkisar antara 1250 cc – 1900 cc atau 5,81% - 9,53% untuk sekali proses.

Waktu leaching 20 menit menghasilkan kehilangan pelarut paling sedikit

(1250 cc dan 1350cc atau 5,05% dan 5,81%) dibandingkan waktu leaching

30 menit dan 40 menit. Walaupun kehilangan pelarut paling kecil, namun

waktu leaching 20 menit menghasilkan rendemen concrete paling tinggi.

Selain hasil concrete yang lebih tinggi, waktu yang lebih singkat dapat

menekan biaya proses pada pembuatan minyak melati. Penambahan

waktu proses berarti penambahan biaya pada pemakaian listrik. Waktu

leaching 30 menit dan 40 menit menghasilkan kehilangan pelarut yang tidak

begitu banyak perbedannya. Kehilangan pelarut berkisar antara 1660 cc –

2050 cc (6,21% -9,53%).

Hasil uji proses bunga sebanyak 50 kg dengan 2-3 tahapan proses

leaching (15 kg, 15 - 20 kg, 20 - 30 kg) dengan lama leaching masing-

masing 20 menit diperoleh hasil, jumlah kehilangan pelarut selama proses

leaching sebanyak 9,14%. Proses evaporasi pelarut sampai menjadi

concrete dibutuhkan waktu 13 jam dengan kecepatan evaporasi rata-rata

Gambar 4. Evaporator vakum kapasitas 10 liter yang dikembangkan pada proses

ekstraksi minyak bunga melati

Page 30: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

30

8-9,6 liter per jam. Proses lebih lanjut menjadi absolut diperoleh dari 50 kg

bunga melati yang diproses dihasilkan absolut sebanyak 52,99 gram atau

0,105% dari berat bunga yang digunakan atau 30,28% dari total berat

concrete yang diporses. Kehilangan pelarut selama evaporasi selama 13

jam sebanyak 3,19% dan concrete yang dihasilkan sebanyak 0,32-0,35% dari

berat bunga yang digunakan.

Teknoekonomi

Analisis teknoekonomi dilakukan untuk mengetahui biaya produksi

minyak melati menggunakan ekstraksi dengan pelarut menguap heksan.

Biaya dihitung berdasarkan biaya produksi 1000 kg/ton per bulan, harga

bunga melati Rp.10.000/kg, dengan hasil concrete sebanyak 3500 gr dan

absolut 1100 gr. Proses dilakukan menggunakan alat leaching dan

evaporator vakum skala pilot. Dengan asumsi, proses leaching dilakukan

tiga hari sekali, jumlah bunga yang diproses sebanyak 100 kg/hari, waktu

proses leaching 4-5 jam. Penguapan pelarut menggunakan evaportor

vakum kapasitas 10 liter dilakukan setiap hari selama 13 jam, dengan jumlah

recovery pelarut sebanyak 100 liter/hari. Dalam setahun produksi hanya 5

bulan. Dari perhitungan teknoekonomi diperoleh B/C concrete 1,11 dan B/C

absolut 1,02.

2. Penelitian Produksi Sayuran Instan Melalui Teknologi Far Infra Red (FIR) (2003-

2004)

Komoditas sayuran merupakan produk yang mudah rusak. Dalam

penanganan pascapanen sayuran diperlukan teknologi pengeringan

dengan akumulasi proses yang mampu mempertahankan atau

meminimalkan perubahan kandungan nutrisi, vitamin, aroma, rasa dan sifat

rehidrasinya. Teknologi pengeringan dengan memanfaatkan radiasi dengan

panjang gelombang lebih besar dari infrared dan lebih kecil dari

microwave, yaitu radiasi Far Infrared (FIR) panjang gelombang 25-1000µm

Page 31: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

31

(Hashimoto, 1992), merupakan terobosan teknologi pengeringan dengan

perubahan karakteristik fisik dan kimia secara minimal.

Penelitian produksi sayuran kering melalui teknologi Far Infrared (FIR)

tahun 2004 sebagai kelanjutan tahun 2003 dan bertujuan untuk : (1)

Mengoptimalkan model awal teknologi proses FIR; (2) Mempelajari

karakteristik lanjutan fisikokimia dan fungsional sayuran segar dan kering; (3)

Studi orientasi dan analisis kelayakan ekonomi untuk penerapan teknologi

FIR skala ekonomi.

Optimasi unit proses dalam kegiatan penelitian tahun 2004 telah

menghasilkan teridentifikasinya kondisi operasional terbaik. Percobaan

pengeringan teknologi FIR pada tahun 2003 suhu dapat memperbesar

selang pengering dari kisaran 950-1500C menjadi 500C hingga 1500C (Tabel

1). Kisaran suhu yang rendah diperoleh dengan mengganti radiator FIR dari

tipe WS 1201 dengan kapasitas termal 3900 Kkal/jam menjadi radiator tipe

WS 601 dengan kapasitas termal 2000 Kkal/jam. Suhu operasional pengering

dapat dikendalikan dengan penggunaan thermostat (50-1500C) untuk

mencegah terjadinya kegosongan (over heating), sehingga kualitas hasil

pengeringan dapat ditingkatkan. Hasil penelitian model optimal

penggunaan alat pengering FIR-KR2 menunjukkan bahwa suhu rata-rata

600C dicapai dengan mengatur suplai bahan bakar gas secara sentral.

Penggunaan suhu 600C menghasilkan produk hasil pengeringan tanpa ada

yang gosong. Pengendalian suhu pengering telah menghemat konsumsi

bahan bakar LPG yang digunakan pada alat model FIR-KR1 dari 0,5 kg/jam

menjadi 0,25 kg/jam setelah dilakukan optimasi pada alat yang baru.

Pengaturan suhu dilakukan tergantung jenis dan karakteristik bahan yang

akan dikeringkan, tetapi secara umum suhu yang diperlukan untuk

pengeringan sayuran berkisar 50-600C. Optimasi unit proses dengan

melakukan pengaturan kecepatan konveyor yang menggunakan puly statis

diubah menjadi dinamis dengan menggunakan speed regulator.

Page 32: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

32

Penggunaan regulator tersebut dapat mengubah kecepatan konveyor

dengan kisaran kecepatan 0,01 m/s sampai 0,17 m/s.

Tabel 1. Komponen dan spesifikasi teknologi FIR model KR1 dan KR2 yang

dikembangkan BB-Pascapanen

No Komponen Spesifikasi Model

Awal KR1

Spesifikasi Model

Optimasi KR2

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Nama Alat

Kapasitas (kg input/jam)

Bahan bakar

Konsumsi bahan bakar

- Dimensi body (P x L x T)

- Panjang lintasan

- Lebar lintasan Model lintasan

Tenaga penggerak

Sistem transmisi

Jumlah radiator/model

Kapasitas energi tiap radiator

Kiasran temperatur (0C)

FIR-KR1

1 kg/jam

LPG

0,5 kg/jam

300 x 40 x 75 cm

3 m

40 cm Lurus

1 hp

Vanbelt dan rantai

2 buah/WS-1201

3900 Kkal/jam

95-1500C

FIR-KR2

5 kg/jam

LPG

0,17 kg/jam

300 x 250 x 75 cm

12 m

40 cm Oval (kontinyu)

1 hp

Vanbelt dan rantai

8 buah/WS-601

2000 Kkal/jam

50-1500C

Pengeringan sayuran bawang putih, bayam, seledri, cabe merah dan

jamur merang melalui teknologi FIR ditempuh dalam waktu yang relatif

singkat dan bervariasi yaitu antara 12 sampai 100 menit. Rendemen bahan

sayuran kering terhadap bahan segar diperoleh dengan kisaran antara 8,9%

sampai 24,4%. Bayam dan seledri memerlukan waktu pengeringan masing-

masing 12 dan 20 menit. Pengeringan bawang putih, jamur merang dan

cabe merah memerlukan waktu masing-masing 56, 60 dan 100 menit.

Adanya perbedaan waktu pengeringan ini diantaranya karena faktor kadar

air awal, ketebalan irisan dan bentuk strukturnya dari komoditas tersebut

tidak sama.

Kapasitas penyerapan air sayuran kering (rehidrasi) ditentukan dengan

perendaman dalam air pada suhu 75-80oC dengan lama waktu ditentukan

berdasar penambahan volume bahan kering (swelling). Rehidrasi sayuran

kering bervariasi dan dapat mencapai 60-90% dari keadaan normalnya

dengan waktu proses berkisar 3,5 hingga 6,51 menit. Bayam dan seledri

Page 33: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

33

masing-masing memerlukan waktu 3,56 menit dan 4,52 menit. Sedangkan

bawang putih, Jamur merang, dan cabe merah memerlukan waktu rehidrasi

hampir sama yaitu sekitar 6-7 menit. Sifat rehidrasi tiap komoditas berbeda

karena waktu dan kapasitas penyerapan air partikel, porositas dan tingkat

kadar air keseimbangan untuk tiap komoditas tidak sama.

Proses pengeringan dapat mempengaruhi kualitas bahan yang

dikeringkan, seperti klorofil a dan b merupakan pigmen yang dominan

terdapat pada sayuran hijau. Pigmen ini rentan terhadap perubahan fisik

dan kimia selama pengolahan sayuran (Chen & Chen, 1993). Kadar klorofil

pada sayuran kering akan mengalami penurunan setelah dikeringkan (Tabel

2). Perubahan yang terjadi pada seledri relatif kecil dibandingkan dengan

yang lain. Sedangkan bayam sangat peka terhadap pemanasan sehingga

terlihat penurunan yang cukup signifikan, walaupun secara visual relatif

stabil. Hal ini terjadi seperti yang dinyatakan Schwartz & Lorenzo (1991)

bahwa jumlah klorofil yang tertinggal selama pengolahan sayuran

tergantung pada suhu dan lamanya pemanasan.

Volatile Reducing Substance (VRS) merupakan zat-zat yang mudah

menguap dalam suatu bahan atau produk yang mudah direduksi yaitu

senyawa sulfur seperti profil sulfur dan profenil sulfur dan aldehid seperti

asetadelhid dan propanoldehid. Semakin tinggi kadar VRS pada suatu

bahan menunjukkan mutu yang semakin baik. Dengan perlakuan

pengeringan, biasanya kadar VRS suatu bahan akan mengalami

penurunan.

Hasil pengeringan dengan FIR pada suhu 60OC, telah menurunkan

kadar VRS. Kadar VRS seledri dan bayam kering tidak terjadi penurunan

yang signifikan dibandingkan dengan bawang putih, jamur merang dan

cabai merah yang penurunannya mencapai lebih dari 50%. Walaupun

terdapat penurunan, tingkat kehilangannya masih menunjukkan aroma

representatif secara visual (Tabel 2). Hal ini diduga lama pengeringan

mempengaruhi kadar VRS pada sayuran kering tersebut.Proses pengeringan

Page 34: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

34

dapat mempengaruhi penampakan dan aroma yang disebabkan oleh

kehilangan volatil atau pembentukan volatil baru sebagai akibat dari reaksi

oksidasi ataupun reaksi esterifikasi (Diaz-Maroto, et.al., 2002). Selain itu

perendaman dalam larutan natrium bisulfit juga diduga ikut berperan dalam

penurunan kadar VRS.

Tabel 2. Hasil analisa mutu pada sayuran dalam keadaan segar

dan kering yang dikeringkan dengan teknologi FIR

Sayuran Segar

Komponen Mutu

Klorofil

(mg/g)

Vitamin C

(mg/100g)

VRS

(ppm)

1 Seledri 15,00 14,47 89,02

2 Jamur 1,25 6,58 12,61

3 Cabe merah 3,92 72,18 114,29

4 Bayam 25,07 82,42 13,94

5 Bawang putih 0,05 18,53 17,89

Sayuran Kering

1. Seledri 11,14 3,5 55,83

2. Jamur 1,52 x 10-6 - 5,1 x 10-3

3. Cabe merah - 51,3 62

4. Bayam 6,45 43 11,58

5. Bawang Putih 0,03 1,8 5,86

Warna merupakan komponen penting dalam menentukan mutu

sayuran kering. Tingkat kecerahan warna (L) pada bayam dan seledri kering

mengalami kenaikan dari bahan segarnya. Hal ini diduga proses

pengeringan menyebabkan terjadinya degradasi senyawa klorofil,

pergeseran pigmen warna hijau pada bayam dan seledri tersebut

memberikan resultante/akumulasi penampilan warna pudar sehingga pada

kromameter terukur sebagai warna yang lebih terang/cerah (L). Hal ini

terjadi karena degradasi zat hijau daun (klorofil) pada bayam dan

terbentuknya turunan-turunan klorofil (Von Elbec et,al., 1986). Warna

kecoklatan pada jamur merang dan bawang putih kering memberikan

indikasi terjadinya browning, proses pengeringan akan menghasilkan

perubahan pigmen putih menjadi lebih pudar ke arah kuning yaitu nilai b

Page 35: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

35

yang semakin besar. Khusus untuk cabe merah walaupun terdapat

perubahan, secara visual masih terlihat cerah.

Sayuran kering hasil pengeringan dengan teknologi FIR pada kondisi

optimal dijadikan bahan untuk penelitian daya simpan. Penelitian daya

simpan sayuran yang telah diketahui karakteristik fisikokimianya dilakukan

dalam tiga kemasan (alumunium foil, polyethilene 0,1 mm dan 0,3 mm) dan

ditempatkan pada ruang dengan AC (suhu 20-21oC; RH 63-85%) dan suhu

ruang kamar (suhu 24-28oC; RH 79-92%). Penyimpanan dilakukan selama 8

minggu dengan tiga kali pengamatan mutu pada awal penyimpanan,

serta setelah 4 dan 8 minggu.

Hasil akhir setelah penyimpanan 8 minggu menunjukkan bahwa pada

semua perlakuan seledri kering semakin hijau. Hal ini tidak dapat diartikan

sebagai peningkatan kadar klorofil, tetapi kemungkinannya adalah adanya

proses oksidasi atau reaksi non enzimatis pada komponen zat warna seledri

kering yang menyebabkan warna seledri kering menjadi lebih gelap. Warna

bayam kering cenderung menurun. Perubahan warna tersebut

kemungkinan terjadi karena adanya pencoklatan non enzimatis dan proses

oksidasi (Saravagos, 1993). Sedangkan tingkat warna kuning pada jamur

kering cenderung meningkat. Demikian juga kecerahan cabe merah kering

cenderung menurun. Secara umum terjadinya transfer uap air dan migrasi

komponen bahan kemasan turut mempengaruhi warna bayam kering

selama penyimpanan. Dari tiga kemasan yang dipergunakan, aluminium

foil menunjukkan hasil yang terbaik.

Hasil analisis karakteristik fisik dan kimia sayuran kering menunjukkan

bahwa teknologi FIR yang telah diaplikasikan pada bawang putih, seledri,

bayam, cabe dan jamur dapat menurunkan kadar air dalam jangka waktu

singkat tetapi dapat menekan kehilangan komponen mutu sayuran seperti

kadar klorofil, vitamin C dan kandungan senyawa volatil (VRS). Inovasi

teknologi FIR ini telah terdaftar HAKI-nya dengan nomor permohonan paten

S00200400184. Penggunaan teknologi FIR sangat prospektif dan mulai

Page 36: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

diminati untuk pengeringan bahan-bahan yang mengandung komponen

aktif yang berkhasiat untuk kesehatan.

Hasil analisis ekonomi pengeringan sayuran dengan Teknologi FIR telah

dilakukan dengan beberapa asumsi yaitu harga alat, harga produk, umur

teknis alat, harga jual produk, bunga bank, upah tenaga kerja, dan jumlah

hari operasional dalam satu tahun. Keuntungan yang diperoleh untuk jamur

kering sebesar Rp. 31.040.000,- dan berada diurutan ketiga setelah bawang

putih dan cabe yang memberikan keuntungan dengan nilai Rp. 58.040.000,-

dan Rp. 53.540.000,-. Keuntungan pada bawang putih yang besar

dikarenakan nilai jual bawang putih kering yang cukup tinggi karena dapat

digunakan di industri farmasi. Sedangkan nilai keuntungan jamur yang relatif

kecil disebabkan rendemennya yang sangat rendah yaitu sekitar 10%.

Keuntungan yang diperoleh produk seledri kering sebesar Rp.26.540.000,-

dan berada diurutan terakhir dalam memberikan keuntungan usaha

a. Pengering teknologi FIR dengan konveyor berjalan lurus

b. Pengering teknologi FIR dengan model oval

Gambar 5. Dua model alat pengering teknologi FIR, a. Tipe konveyor lurus, b.

Tipe konveyor oval

Page 37: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

37

dibandingkan 4 komoditas sayuran lainnya. Sedangkan keuntungan usaha

bayam yaitu sebesar Rp. 22.040.000,- B/C rasio dan produksi dari bawang

putih dan cabe merah adalah 1,75 dan 1,78 sedangkan B/C rasio usaha

jamur, seledri dan bayam yaitu masing-masing sebesar 1,4; 1,39 dan 1,37.

Dengan demikian usaha pengeringan sayuran dengan teknologi FIR ini

relatif layak untuk dikembangkan sebagai bidang usaha bagi kelompok

usaha kecil menengah.

3. Penelitian Teknologi Pengolahan Puree Mangga dan Sirsak Skala Komersial

Puree merupakan produk antara dari pengolahan buah-buahan, dan

merupakan bahan baku industri jus, sirup serta industri pangan lainnya.

Produk berbentuk puree akan memudahkan dalam transportasi, mutu

produk lebih konsisten, dan daya simpan lebih lama, sehingga kontinuitas

bahan baku untuk industri lanjutan dapat terjamin. Penelitian ini dimulai sejak

tahun 2002 hingga 2004. Kegiatan penelitian pada tahun 2004 bertujuan

menyempurnakan teknologi proses puree mangga dan sirsak, dan menguji

model agroindustri pengolahan puree yang telah terelokasi di lapang baik

dari aspek teknis maupun ekonomis. Rangkaian proses produksi yang

dikembangkan yaitu: pemeraman, pencucian, sortasi, pengupasan dan

perajangan, pulping, penyaringan, mixing, pasteurisasi dan packaging.

Standar produk puree mangga sebagai berikut: TSS 40oBrix, kalium

sorbat 0,1%, pH 3,7 dan vitamin C 0,2%. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 80

oC selama 14,45 menit. Produk puree mangga harus disimpan pada suhu

sejuk (<26 oC). Puree mangga (20 oBrix) yang dipasteurisasi pada suhu 65 oC

selama 15 menit dan disimpan pada suhu 7oC, memiliki daya simpan hingga

14,3 bulan. Rekomendasi proses untuk puree buah sirsak adalah

penambahan gula sampai dengan 40oBrix, kalium sorbat 0,1%, pH 3,7, dan

vitamin C 0,2% dengan penurunan kualitas warna sangat kecil.

Model agroindustri tersebut dibangun di sentra produksi mangga di

Kabupaten Cirebon, dengan kapasitas 500 kg buah mangga per jam

Page 38: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

dengan rendemen puree 50 %. Inovasi teknologi pada model agroindustri

puree mangga ini merupakan teknologi pengolahan puree mangga skala

kecil-menengah yang sesuai untuk dikembangkan di pedesaan (Gambar 6).

Selain aspek teknologi, juga dilakukan pembinaan manajemen usaha

agroindustri, sehingga diharapkan petani tidak hanya memperoleh

pendapatan dari usahataninya (on farm) tetapi juga dari usaha

pengolahan puree-nya. Pengembangan model agroindustri puree mangga

ini berkerjasama dengan Pemda Kabupaten Cirebon dan CV. Promindo

Utama, yang akan mendukung pendanaan pembangunan pabrik mini

(Gambar 7). Pihak Kementerian Negara Riset dan Teknologi juga telah

menyediakan dana ventura (melalui program Start-Up Capital) untuk

mendukung pengembangan model agroindustri puree mangga tersebut.

Dampak dari kerjasama pengembangan agroindustri puree mangga

yang diharapkan adalah meningkatnya pendapatan petani dengan

No Pendaftaran Merek di Dirjen

HKI: D002005-002189

Gambar 6. Unit pengolahan puree mangga skala 500 kg/jam yang

dikembangkan BB-Pascapanen

Page 39: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

terjadinya peningkatan harga mangga di petani, dan pembagian

keuntungan dari pemilik saham di unit pengolahan. Puree dapat dipasarkan

dengan harga Rp. 20.000/kg, jauh di atas biaya produksi Rp. 15.000/kg.

Diluar musim mangga, model agroindustri ini dapat dimanfaatkan untuk

pengolahan puree sirsak, jambu biji dan strawbery. Produk puree dari model

agroindustri tersebut telah mulai dipasarkan dengan merk PURESSO.

Model agroindustri puree dengan merk dagang PURESSO telah

mendaftarkan dengan nomor merk dagang D002005-002189 P-IRI serta

mendapatkan sertifikasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon dengan

nomor P-IRT 213320903813. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian juga telah mendaftarkan mesin pulper untuk

mendapakan paten dengan nomor pendaftaran S0020040004. Beberapa

pengusaha seperti PT B, PT SF dan importir dari Jepang pada saat ini sedang

dalam proses evaluasi pasar untuk menampung produk puree. Kemitraan

lainnya yang sedang dalam penjajakan adalah permintaan dari sebuah

LSM di Bali dan BPTP Jawa Tengah. Sedangkan Dinas Perindustrian dan Agro

Bogor pada saat ini berencana menerapkan model agroindustri puree

untuk dikembangkan dengan komoditas jambu biji pada areal 80 ha di

wilayah Cilebut dan Citayam serta Tanah Sareal.

BB - PASCAPANEN

MODEL AGROINDUSTRI

PUREE

MANGGATERPADU

KEMENTERIAN

RISTEK

PASAR

PEMDA

PETANI

MITRA USAHACV. Promindo Utama

-Kelembagaan

-Dana

Saham

Sah

am

Produk-Sarana

-Pengelola

Saham

Tek

nolo

gi P

rose

s

Man

ajem

en U

sah

a

Bahan baku

income

incom

e

Pembinaan

Pengalihan Saham Pemerintah

Start up Capital

Gambar 7. Pola kerjasama pengembangan model agroindustri puree mangga

Page 40: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

40

4. Penelitian Model Agroindustri Pengolahan Mete Terpadu

Saat ini mutu kacang mete hasil olahan petani masih rendah, baik dari

aspek penampakan (warna kusam, kotor dan keriput) maupun dari tingkat

keutuhannya (hanya mampu menghasilkan 55-60% kacang utuh). Hasil

penelitian sebelumnya (skala bangsal) menunjukkan bahwa penerapan

teknologi pengolahan kacang mete melalui proses pengukusan dan

penggunaan alat pengupas (kacip) tipe MM-99 mampu meningkatkan

kadar kacang utuh hingga 85-90%, yang disertai perbaikan penampakan

dan higienitas produk. Melalui teknologi ini petani mete dapat memperoleh

nilai tambah sebesar 27% per kg gelondong mete. Disamping itu, kulit mete

yang merupakan limbah hasil pengupasan kacang mete umumnya belum

dimanfaatkan oleh petani. Padahal dari kulit mete tersebut dapat dihasilkan

minyak yang disebut Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) dan produk turunannya

yang bernilai ekonomi.

Untuk meningkatkan nilai tambah dari pengolahan gelondong mete,

penelitian ini pada dasarnya terbagi dua, yaitu pengembangan teknologi

pengolahan kacang mete dan pengepresan CNSL di lapangan, serta

penelitian pengolahan CNSL dan produk turunannya pada skala

laboratorium. Dalam hal ini, untuk kegiatan penelitian pengembangan (di

lapangan) dilakukan bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa

Timur.

Penelitian Pengembangan Teknologi pengolahan kacang mete dan

pengepresan CNSL di Lapangan

Sebagai persiapan proses produksi dalam rangka pengembangan

model agroindustri mete terpadu, telah dilakukan penelitian (sosialisasi

teknologi) pengolahan kacang mete dan uji coba pengepresan kulit mete

terhadap kelompok petani pengolah mete yang berasal dari Desa

Ketapang Laok dan Banyusokah, Kecamatan Ketapang, Kabupaten

Sampang, Madura. Di Sampang terdapat delapan kelompok petani

Page 41: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

41

pengolah mete yang tersebar di Desa Ketapang Laok dan Banyusokah,

masing-masing beranggotakan rata-rata 50 orang yang sebagian besar

wanita.

Mengingat belum tersedianya ruang khusus pengoperasian unit

pengolah, pelatihan pengolahan kacang mete dilakukan di Kantor Dinas

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sampang. Persiapan dan pelatihan

dilakukan selama tiga hari, yaitu dari tanggal 30 Agustus sampai dengan 1

September 2004 dan diikuti oleh 25 orang peserta (Gambar 8). Secara teknis

peserta mudah dan dapat beradaptasi dengan teknologi yang

disosialisasikan. Peserta tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan

kacip MM-99 dan persentase kacang mete utuh yang dihasilkan cukup

tinggi, yaitu ±80%. Angka tersebut masih dapat ditingkatkan mengingat

bahan (gelondong mete) yang dikupas tidak pada kondisi optimum.

Menurut prosedur standar yang direkomendasikan, gelondong mete yang

digunakan seharusnya telah dikeringkan (dijemur) selama tiga hari.

Kenyataannya bahan yang digunakan peserta adalah gelondong kering

panen satu hari penjemuran. Akibatnya, proses pengupasan sesudah

pengukusan tidak optimal, karena kulit gelondong masih mengandung air

yang cukup tinggi (kekerasan kulit yang diinginkan agar lebih mudah

dikupas tidak tercapai).

Gambar 8. Kegiatan pelatihan pengupasan gelondong mete kerjasama

pengembangan agroindustri mete dengan Pemda Jatim

Walaupun sebagian besar tahapan pengolahan kacang mete

dilakukan secara mekanis (hal baru bagi para petani), secara umum

Page 42: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

42

peserta pelatihan tidak mengalami kesulitan dalam pengoperasian alat-alat

tersebut. Pada proses pengukusan, dengan sumber uap berasal dari boiler

(tekanan 1,3 atm selama 10 menit) tidak terdapat kendala yang timbul,

demikian pula pada proses pengeringan kacang mete menggunakan

pengering tipe rak. Pada proses pengupasan kulit ari juga tidak dijumpai

permasalahan karena peserta sudah terbiasa melakukan kegiatan tersebut

sebagaimana cara pengolahan tradisional. Hal baru lainnya yang dilakukan

pada pelatihan ini yaitu pembersihan kernel (kacang ose) dengan

menggunakan kuas sehingga diperoleh produk yang bersih dan mulus.

Selanjutnya dipraktekkan cara pengemasan kacang ose dengan

menggunakan vaccum sealer. Pada tahap ini pun peserta sudah dapat

melakukannya dengan baik.

Uji coba pengepresan kulit mete untuk mendapatkan CNSL dilakukan di

Desa Banyusokah dengan menggunakan alat press tipe screw, yang

berkapasitas 700-1000 kg kulit mete per hari (Gambar 9). Pada uji coba ini

masih ditemukan kendala, yaitu terjadinya penyumbatan pada saringan

sehingga minyak tidak keluar secara sempurna. Setelah kemudian di

perbaiki diperoleh peningkatan hasil namun masih belum optimal.

Berdasarkan uji coba yang berulang kali, disimpulkan bahwa saringan perlu

diganti dengan mengurangi satu lapisan rangkapnya, sehingga yang akan

digunakan untuk produksi adalah saringan rangkap dua (mesh 70).

Gambar 9. Uji coba pengepresan kulit mete dengan alat tipe screw bagian

dari kerjasama pengembangan agroindustri mete terpadu dengan

Pemda Jatim

Page 43: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

43

Penelitian pengolahan CNSL dan produk turunannya pada skala

laboratorium

Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk mendukung

pengembangan teknologi pengepresan kulit mete (CNSL) yang dilakukan di

lapangan. Penelitian ini terbagi ke dalam empat kegiatan, yaitu (i) optimasi

kondisi ekstraksi CNSL dari kulit mete, (ii) pemanfaatan CNSL sebagai bahan

baku cat, (iii) pembuatan vernis dengan bahan baku resin dari kardanol,

dan (iv) pemanfaatan CNSL sebagai bahan aktif dalam obat nyamuk

bakar.

1. Optimasi kondisi ekstraksi CNSL dari kulit mete

Pada penelitian ini bahan baku (kulit mete) yang digunakan berasal

dari empat daerah sentra mete, yaitu Wonogiri (Jawa Tengah), Bima (NTB),

Sampang (Madura, Jawa Timur), dan Pangkep (Sulawesi Selatan). Secara

umum, pengepresan tiga kali pada setiap contoh akan menaikkan

rendemen CNSL secara nyata. Namun lonjakan peningkatan rendemen

CNSL terjadi pada dua kali pengepresan yaitu 4,55-6,38%. Selanjutnya pada

pengepresan tiga kali peningkatan jumlah cairan yang diperoleh semakin

kecil. Pada uji coba dengan empat kali pengepresan cairan minyak yang

keluar sudah tidak efektif, bahkan terjadi kemacetan pada alat

pengepresan.

Rendemen CNSL yang diperoleh dari kulit mete berbagai daerah (tiga

kali pengepresan) berkisar 18,43 – 21,60%. Rendemen tertinggi diperoleh dari

kulit mete yang berasal dari daerah Wonogiri dan terendah berasal dari

Pangkep (Sulsel). Sifat-sifat fisiko-kimia dari keempat contoh bahan tersebut

menunjukkan bahwa bobot jenis untuk bahan asal Wonogiri (1,0159 g/ml),

Bima (1,0167g/ml) dan Sampang (1,0169 g/ml) hampir tidak berbeda,

sedangkan yang berasal dari Pangkep (1,0670 g/ml) menunjukkan nilai yang

lebih besar. Bilangan asam terendah berasal dari contoh Pangkep (93,95)

dan diikuti oleh Bima (101,48), sedangkan contoh yang berasal dari Wonogiri

Page 44: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

44

(107,71) dan Sampang (106,63) hampir tidak berbeda. Untuk bilangan iod

nilai terendah berasal dari contoh Pangkep (181,54) dan tertinggi Wonogiri

(186,71). Sementera itu, bilangan iod CNSL dari Sampang dan Bima, masing-

masing yaitu 183,83 dan 185,82. Bilangan iod pada CNSL berhubungan

dengan kandungan senyawa tidak jenuh, bila nilai ini semakin tinggi maka

semakin tinggi pula kandungan senyawa tidak jenuhnya. Perbedaan yang

terjadi baik pada rendemen CNSL yang diperoleh maupun sifat-sifat fisiko-

kimia antara lain disebabkan perbedaan varitas maupun agroklimat dimana

tanaman tumbuh.

Pemanfaatan CNSL sebagai bahan baku cat

Komponen utama penyusun CNSL terdiri atas asam anakardat,

kardanol dan kardol. Komponen-komponen ini merupakan senyawa fenolik

yang mempunyai ikatan rangkap pada rantai sampingnya. Senyawa

kardanol mempunyai struktur kimia yang mirip dengan fenol, sehingga

berpeluang dimanfaatkan untuk mensubstitusi senyawa fenol, diantaranya

dalam produk resin fenolik sebagai bahan baku cat. Senyawa kardanol

memiliki rantai samping tak jenuh (C15) pada posisi meta dari inti fenolnya,

yang merupakan pembedanya dari senyawa fenol. Komposisi kimia CNSL

tersebut dipengaruhi oleh komponen asam anakardat yang bersifat

termolabil, dan akan terdekomposisi menjadi kardanol dan karbon dioksida

akibat pengaruh pemanasan.

Penelitian pemanfaatan CNSL sebagai bahan baku cat dilakukan

dalam dua percobaan yaitu: (1) pembuatan cat dengan bahan baku CNSL

yang telah terdekarboksilasi dan (2) pembuatan cat dengan bahan baku

kardanol dari CNSL.

Formulasi cat yang diperoleh dari CNSL dekarboksilasi menunjukkan

bahwa pada hasil pengujian daya lentur menunjukkan bahwa semua

sampel memiliki cat yang lentur. Daya lekat cat terbaik diperoleh dari

sampel (suhu formulasi resin 800C, dan perbandingan mol formaldehida

Page 45: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

45

terhadap total fenolik 1,2 : 1), dengan daya lekat yang diperoleh termasuk

ke dalam kategori 3 B (5–15% mengelupas). Pengujian kekerasan

menunjukkan bahwa cat yang dihasilkan memiliki kekerasan yang kurang

baik. Cat yang diperoleh memiliki karakteristik sebagai berikut: bobot jenis

(28oC) 1,0734, kadar padatan 62,46 % dan bahan menguap 37,54 % ; nilai

tersebut sesuai dengan SNI 06-05-03-1989. Viskositas cat yang dihasilkan

masih berada di atas SNI 70 – 85 KU, mengakibatkan aplikasi cat pada

permukaan menjadi sulit, tetapi dapat diatasi dengan penambahan

pelarut.

Untuk pembuatan cat berbahan baku kardanol, terlebih dahulu

dilakukan pemisahan kardanol dari CNSL. Kardanol dipisahkan dengan

metode distilasi vakum. Tahap pertama CNSL dipanaskan pada suhu 140oC

selama 1 jam, sehingga asam anakardat berubah menjadi kardanol,

kemudian kardanol dipisahkan dengan metode destilasi vakum pada suhu

280oC dengan tekanan vakum (4-8 mmHg). Hasil yang diperoleh 74 % distilat

(kardanol) dan 26 % sisa destilasi berupa cairan kental berwarna hitam

dikenal dengan nama residol.

Formulasi cat dari kardanol yang terbaik memiliki berat jenis 0,96 g/ml

yang lebih rendah dari SNI 06-05-03-1989 (minimum 1,1 g/ml) namun lebih

tinggi dari cat komersial (0,95 g/ml). Kadar padatan total bahan menguap

cat berturut-turut 57,41 % dan 42,60 % yang memenuhi SNI (minimum 20 %)

dan lebih tinggi dibandingkan cat komersial. Waktu mengering sentuh cat

5,25 jam dan mengering keras 24 jam yang belum memenuhi SNI (maksimum

3 jam dan 8 jam). Waktu kering sentuh cat komersial 3 jam, lebih cepat

dibandingkan cat yang dihasilkan, sedangkan waktu kering kerasnya sama.

Daya kilap cat 96,2 % yang jauh lebih tinggi dari cat komesial (75%).

Ketahanan gores dan ketahanan pelarut lebih baik dibandingkan cat

komersial. Namun daya lekat dan lentur cat masih kurang baik. Cat yang

dihasilkan sebaiknya digunakan sebagai cat akhir (top coat)

Page 46: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

46

Hasil evaluasi dari kedua jenis bahan baku cat (CNSL dekarboksilasi

dan kardanol), terlihat formulasi cat dengan bahan baku kardanol mutunya

lebih baik dibandingkan formulasi cat dengan bahan bahan baku CNSL

dekarboksilasi. Mutu cat yang dihasilkan dari percobaan ini masih perlu

ditingkatkan.

Pembuatan vernis dengan bahan baku resin dari kardanol

Pada penelitian ini kardanol (komponen utama CNSL) dimanfaatkan

untuk mensubstitusi fenol dalam resin fenolik, yang akan digunakan sebagai

bahan baku vernis. Karakteristik resin kardanol formaldehida (viskositas dan

kadar padatan) dipengaruhi baik oleh nisbah molar kardanol dengan

formaldehida (F/P) maupun pH reaksi. Viskositas resin semakin meningkat

dengan semakin tingginya nisbah molar. Hal yang sama juga terjadi pada

kadar padatan resin.

Viskositas resin yang dihasilkan dari pH reaksi 2 memiliki nilai yang jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan pH 3 dan pH 4. Viskositas resin yang terlalu

tinggi tidak dikehendaki karena kelarutan resin menjadi berkurang dan

mempersulit pemrosesan selanjutnya. Tingginya viskositas resin yang

dihasilkan dari pH 2, diduga disebabkan oleh adanya reaksi samping

selama proses resinifikasi, yaitu polimerisasi melalui ikatan rangkap pada

rantai samping kardanol.

Seluruh resin yang dihasilkan diformulasi menjadi vernis dengan

menambahkan bahan aditif, antara lain bahan pengering dan pelarut.

Pengujian film vernis terdiri atas pengujian kuantitatif (waktu kering dan

daya kilap) dan kualitatif (daya lentur, kekerasan, dan daya lekat). Hasil

analisis statistik terhadap pengujian kuantitatif menunjukkan bahwa waktu

kering dipengaruhi baik oleh nisbah molar F/P (Formalin/Phenol) dan pH

reaksi. Terhadap daya kilap film perlakuan tidak menunjukkan pengaruh

yang nyata.

Page 47: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

47

Vernis yang dihasilkan dari nisbah molar F/P 0,9 cenderung memiliki sifat

film vernis yang lebih baik. Lapisan film vernis dari nisbah molar tinggi (F/P 0,9)

lebih cepat mengering dibandingkan dengan nisbah molar F/P 0,7 dan 0,8.

Terdapat kecenderungan peningkatan kekerasan lapisan film vernis sejalan

dengan semakin tingginya nisbah molar F/P, namun sebaliknya daya lentur

film mengalami penurunan. Daya kilap dan daya lekat film relatif sama

untuk seluruh perlakuan nisbah molar F/P. Formulasi vernis terbaik diperoleh

dari resin yang dihasilkan dari nisbah molar formaldehida terhadap kardanol

0,9 : 1 (F/P 0,9).

Formula vernis tersebut sangat prospektif sebagai vernis kayu tipe

interior karena memiliki kekerasan, kilap, dan daya lekat film yang cukup

baik. Hasil pengujian film vernis menunjukkan bahwa waktu kering film vernis

dapat memenuhi standar mutu vernis SNI No. 06-1009-1989. Sampel dengan

nisbah molar F/P 0,9 dan pH 3 sangat prospektif digunakan sebagai vernis

kayu tipe interior karena memiliki kekerasan, kilap, dan daya lekat film yang

cukup baik.

Pemanfaatan CNSL sebagai bahan aktif dalam obat nyamuk bakar

Formulasi obat nyamuk yang menggunakan bahan aktif CNSL yang

belum mengalami pemanasan (kandungan asam anakardat tinggi) lebih

baik dibandingkan CNSL yang telah didekarboksilasi atau dihidrogenasi.

Penambahan allethrin juga sangat berpengaruh terhadap efektifitas obat

nyamuk, dimana semakin rendah konsentrasi allethrin yang ditambahkan,

maka efektifitasnya akan semakin rendah. Untuk uji efektifitas terhadap

formula obat nyamuk menunjukkan bahwa campuran kandungan allethrin

dan CNSL sangat berpengaruh terhadap LD50.

Page 48: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

5. Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni

Komoditas kelapa selama ini sebagian besar dimanfaatkan untuk

kelapa sayur dan minyak goreng. Di beberapa tempat telah dikembangkan

berbagai produk olahan dari kelapa dan pemanfaatan hasil samping

diantaranya seperti desicated coconut, nata de coco, serat sabut dan

arang tempurung. Minyak kelapa murni (virgin coconut oil) merupakan

produk olahan dari kelapa yang memiliki nilai tambah tinggi tetapi belum

banyak dikembangkan di Indonesia. Minyak kelapa murni merupakan

minyak kelapa yang diperoleh melalui proses dengan penggunaan panas

minimal dan tanpa proses pemurnian kimiawi. Minyak kelapa murni memiliki

kandungan asam laurat yang sangat tinggi (45-50%). Penggunaan produk

minyak kelapa murni lebih diutamakan untuk kesehatan dan kosmetika,

sedangkan minyak kelapa biasa digunakan untuk minyak goreng.

Teknologi pengolahan minyak kelapa murni dimplementasikan di

lapangan dalam bentuk model agroindustri minyak kelapa murni terpadu di

Desa Agrabinta, Cianjur Selatan. Unit pengolahan minyak kelapa murni yang

dibangun memiliki kapasitas produksi 250 kg/jam kelapa parut (Gambar 11).

Pengembangan model agroindustri ini bekerjasama dengan BPTP Jawa

Barat, Dinas Perdagangan dan Industri Kab. Cianjur, dan Koperasi Mutiara

Gambar 10. Vernis yang dihasilkan pada nisbah molar F/P 0.9 dengan pH reaksi 3

dalam media kayu

Page 49: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

49

Baru (Gambar12). Keunggulan teknologi proses yang dikembangkan waktu

proses produksi minyak ± 3 jam (tradisional 24 jam), kebutuhan air relatif

sedikit (ekstraksi kering), dan hemat energi. Produk minyak kelapa murni

yang dihasilkan dilapangan mengandung kadar asam lemak bebas (FFA)

0,01 % (standar CODEX maksimum 0,04%) dan kadar asam laurat 48%

(komponen terpenting dalam minyak kelapa murni).

Dampak dari kerjasama pengembangan agroindustri kelapa secara

terpadu yang diharapkan adalah meningkatnya pendapatan petani

dengan terjadinya peningkatan harga buah kelapa di petani, dan

meningkatnya pendapatan masyarakat terutama anggota Koperasi

Mutiara Baru. Unit produksi pengolahan minyak kelapa murni yang

dikembangkan di Kabupaten Cianjur statusnya saat ini berada pada fase

menuju komersialisasi. Produk minyak kelapa murni dipasarkan dengan

nama Laurica dengan harga Rp. 80.000 per kg. Saat ini sedangan dilakukan

pengembangan teknologi pengolahan isotonic drink dari air kelapa.

Gambar 11. Unit pengolahan minyak kelapa murni dengan sistem mekanis dengan

yang dikembangkan BB-Pascapanen

No Pendaftaran

MerekD002005-002190

Page 50: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

C. PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN

1. Penelitian Perilaku Kontaminan pada Komoditas Sayuran

Sayuran merupakan komoditas yang mempunyai potensi sebagai

sumber zat gizi bagi masyarakat dan juga sebagai sumber pendapatan

maupun devisa. Sebagai bagian pangan utama, keamanan pangan

komoditas sayuran perlu diperhatikan, terutama terkait dengan kebiasaan

makan sebagian masyarakat Indonesia yang menyukai konsumsi sayuran

dalam keadaan segar (mentah). Masalah utama keamanan pangan

komoditas sayuran segar terletak pada tingginya tingkat kontaminasi baik

oleh mikrobia, logam berat, maupun residu pestisida. Tujuan penelitian ini

adalah untuk: mengidentifikasi jenis dan tingkat kontaminan mikrobia, logam

berat dan residu pestisida pada komoditas sayuran segar; menghimpun

berbagai data kontaminan dan keamanan pangan hasil pertanian,

khususnya sayuran, sebagai data dasar (database) keamanan pangan.

Sampel sayuran segar diambil dari dua lokasi sentra produksi sayuran

segar yaitu Cipanas, Jawa Barat dan Malang, Jawa Timur. Cakupan sayuran

yang diamati adalah kubis, tomat dan wortel. Survai dilakukan dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden. Responden adalah

petani dan pedagang sayuran di wilayah setempat. Dari setiap responden

BADAN LITBANG

PERTANIAN

MODEL AGROINDUSTRI

MINYAK KELAPA MURNI

TERPADU

BB-PASCAPANEN

DAN BPTP

INDUSTRI HILIR

PASAR

PEMDA

PETANI

KELAPA

MITRA USAHA

(Koperasi/UKM)

-Kelembagaan-Dana

Saham

Saham

Royal

ti

Produk Intermediet

Produk Produk-Sarana

-Pengelola

Saham

Tek

n.T

epatG

una

Manaje

men

Usa

ha

Teknologi Tinggi:

-Produksi monolaurin dari minyak kelapamurni

- Produksi galaktomannan dari ampas kelapa

- Karbon aktif

Kelapa

income

incom

e inco

me

Pembinaan

Pengalihan saham pemerintah

Gambar 12. Pola kerjasama pengembangan model agroindustri minyak kelapa murni

terpadu

Page 51: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

51

diambil sejumlah sampel untuk diamati tingkat kontaminasi mikroba, logam

berat dan residu pestisida di laboratorium. Data yang dihasilkan akan

disusun ke dalam bentuk database. Kegiatan penjajakan potensi

kontaminan pada sayuran juga dilakukan di propinsi DKI Jakarta.

Kontaminan yang dianalisis terdiri dari tiga kelompok kontaminan,

yaitu logam berat, residu pestisida dan mikroba. Cemaran logam berat

yang melebihi BMR yang direkomendasikan oleh Codex Alimentarius

Commision (CAC), diantaranya cemaran Fe yang kadarnya mencapai lebih

dari 40 mg/kg (ppm) atau diatas BMR yang direkomendasikan CAC sebesar

1,0 mg/kg (ppm). Demikian pula tingkat cemaran logam berat Pb masih

diatas BMR yang direkomendasikan oleh CAC walaupun tidak terlalu jauh.

Tingkat cemaran Pb yang terjadi pada sayuran kubis yang berasal dari

Jawa Barat dan Jawa Timur berkisar 0,1-0,3 ppm. Nilai ini masih diatas BMR

(0,1 ppm). Sedangkan tingkat kontaminan logam berat Zn, Cd dan As masih

di bawah BMR.

Cemaran logam berat Zn, Cd dan As pada tomat masih di bawah

BMR. Sedangkan untuk cemaran logan berat Fe dan Pb pada tomat dari

beberapa sampel masih di atas BMR yang direkomendasikan oleh CAC.

Cemaran Fe pada tomat berkisar antara 37-49 ppm, masih di atas BMR

yang direkomendasikan dari CAC sebesar 1,0 ppm. Demikian pula untuk

tingkat cemaran Pb dari tomat yang dianalisis menunjukkan kadarnya masih

diatas 0,1 ppm, lebih besar dari BMR (0,1 ppm).

Tingkat cemaran logam berat pada wortel bervariasi antara 73-77 ppm.

Tingkat BMR cemaran logam berat Fe yang direkomendasikan oleh CAC

adalah sebesar 1,0 ppm. Dengan demikian cemaran Fe pada wortel jauh

melebihi BMR yang direkomendasikan oleh CAC. Tingkat cemaran Pb pada

wortel bervariasi antara 0,1-0,21 ppm. Cemaran logam berat Pb pada

wortel masih diatas BMR yang direkomendasikan oleh CAC, kecuali

cemaran Pb pada wortel yang diperoleh dari swalayan dari Jawa Barat

kadarnya 0,1 ppm. Tingkat cemaran Fe dan Pb pada tomat perlu

penanganan yang baik agar tingkat cemaran dapat dikurangi sampai

Page 52: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

52

batas aman seperti yang direkomendasikan oleh CAC. Untuk cemaran

logam berat yang lain (Zn, Cd, dan As) masih pada tingkat yang aman

yaitu di bawah BMR.

Sayuran yang diamati sebagian besar tidak tercemar oleh

penggunaan pestisida. Deteksi terhadap keberadaan residu dari kelompok

Organoklorin, Organofosfat maupun kelompok Karbamat hanya mampu

menangkap adanya senyawa Endosulfan, Metidation dan Klorpirofos pada

komoditas kubis. Sementara itu pada tomat ditemukan adanya senyawa

Metidation, Profenofos dan Karbofuran, sedangkan dalam wortel terdeteksi

adanya Endosulfan dan Klorpirofos. Meskipun secara kualitatif, beberapa

senyawa di atas dapat terdeteksi, namun secara kuantitatif kandungan

senyawa tersebut masih berada di bawah ambang batas.

Cemaran mikroba pada sayuran segar umumnya masih sangat tinggi,

yaitu berkisar dari 3,3x104 yang ditemukan pada sayuran pada suatu

swalayan (super market) hingga kebanyakan mengandung 106-107 sel per g

sampel pada penanganan tingkat petani dan pasar tradisional.

Kandungan ini jauh di atas ketentuan yang dipersyaratkan, yaitu 103 sel per

g sampel. Populasi mikroba total yang tinggi pada sayur segar

mengindikasikan adanya kontaminan mikroba yang merugikan. Teknologi

optimal untuk budidaya dan penanganan sayuran segar yang dilakukan

oleh pelaku usaha sayuran (petani, pedagang tradisional, dan pedagang

swalayan) mampu menekan tingkat kontaminan logam berat, pestisida dan

mikroba. Dari hasil tersebut dapat direkomendasikan perlunya penanganan

sayuran segar secara komprehensif dari sejak proses produksi di lahan

pertanaman hingga siap di konsumsi. Konsep “safe from farm to table”

perlu diterapkan melalui pendekatan GAP dan GMP pada model Packing

House Operation.

Dari analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan tingkat

kontaminan sampel sayuran yang diambil dari pelaku usaha sayuran

diketahui tingkat kontaminan sayuran dari Jawa Timur lebih rendah

Page 53: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

53

dibandingkan dengan sampel sayuran dari Jawa Barat. Penanganan

sayuran yang dilakukan oleh pelaku usaha sayuran terhadap jenis sayuran

tertentu akan menghasilkan sayuran dengan tingkat cemaran tertentu.

Pelaku usaha petani sayuran yang terbaik dalam menghasilkan sayuran

segar adalah: kubis dihasilkan oleh petani Sumber Brantas, tomat dihasilkan

oleh petani Karang Ploso, dan wortel dihasilkan oleh petani Sumber Brantas.

Pelaku usaha pedagang pasar tradisional yang terbaik dalam menangani

sayuran segar adalah: sayuran kubis ditangani oleh pedagang Pasar

Karang Ploso, tomat ditangani oleh pedanga Pasar Batu, dan wortel

ditangani oleh pedagang Pasar Mantung. Beberapa swalayan juga

melakukan penanganan sayuran dengan baik dan beberapa lainnya

melakukan penanganan sayuran secara lebih baik.

Strategi penanggulangan kontaminan dapat disusun dengan

memperhatikan terlebih dahulu teknologi yang dikuasai pelaku usaha

sayuran saat ini. Teknologi budidaya yang mengacu pada program

pengendalian hama-penyakit terpadu (PHT) selayaknya dapat diteruskan,

karena penggunaan agrokimia dalam program ini terbukti tidak

memberikan dampak negatif. Namun demikian pemilihan lokasi budidaya

sebaiknya dipertimbangkan mengingat adanya kontaminasi logam berat,

yang diduga berasal dari sistem lahan (tanah, air, dan udara) yang

tercemar, baik secara alami maupun artifisial (misalnya dari dari limbah

industri).

2. Penelitian Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan Susu di Tingkat Peternak

dan Koperasi Susu

Susu sebagai salah satu produk hasil ternak mempunyai kandungan gizi

yang lengkap, hal tersebut memberikan peluang yang baik bagi

petumbuhan mikroba seperti bakteri, kapang dan khamir. Hal ini

mengakibatkan mudahnya susu mengalami penurunan mutu dan

kerusakan, ditandai perubahan rasa, aroma, warna dan penampakan.

Page 54: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

54

Keadaan demikian seringkali terjadi pada susu asal peternakan rakyat,

dimana jumlah bakteri dapat mencapai puluhan juta sel/ml yang jauh dari

standar yang disyaratkan oleh SNI dan Industri Pengolahan Susu (IPS). Selain

hal di atas, penolakan susu oleh IPS disebabkan pula oleh rendahnya kadar

lemak dan protein (kurang dari 3%), BKTL dan TS. Tujuan penelitian ini adalah

untuk memperbaiki teknologi penanganan susu ditingkat peternak dan

koperasi susu.

Dari beberapa wilayah yang diidentifikasi, terpilih dua koperasi sebagai

kooperator, yaitu KSU Sarwa Mukti yang berlokasi di Lembang-Jawa Barat

dan KSU Tandang Sari yang berlokasi di Tanjung Sari, Sumedang. Susu yang

dikelola kedua koperasi tersebut berasal dari para pengumpul dan kolektor

susu dari peternak, sehingga secara keseluruhan akan mempengaruhi mutu

susu pada tingkat koperasi susu. Hasil analisis susu menunjukkan bahwa

mutu susu telah memenuhi syarat SNI 2000 (kecuali TPC), yaitu dengan

kriteria : uji alkohol negatif, rata-rata nilai pH 6,71; BJ 1,028; kadar lemak

3,03%; kadar protein 2,6%, BKTL 8,78%. Nilai TPC susu mencapai 8,8 x 107

sel/mL, melampaui batas maksimum SNI 2000 yaitu 1 x 106 sel/mL, dengan

cemaran mikroba jenis bakteri patogen E. coli dan S. agalactiae. Cemaran

aflatoksin M1 mencapai 0,2275 ppb, masih dibawah batas maksimum yang

disyaratkan SNI 2000, yaitu 0,001 ppm. Pestisida, antibiotika dan logam berat

Pb juga masih berada di bawah batas maksimal residu SNI 2000, sedangkan

tingkat cemaran logam berat Zn melebihi batas BMR yang disyaratkan SNI

2000 (3,3972 ppm), dengan tingkat cemaran mencapai 5,15 ppm. Selama

penanganan dalam jalur distribusi terjadi penurunan proksimat susu kecuali

BKTL, aflatoksin M1, penisilin, oksitetrasiklin, tetrasiklin, lindane, heptaklor, dan

klopirifos, namun Bj, PH, Pb, Zn, klortetrasiklin dan TPC mengalami

peningkatan.

Di tingkat peternak, pengumpul dan koperasi ternyata mutu susu

dengan nilai uji alkohol, pH, BJ, kadar lemak, kadar protein minimum dan

BKTL telah memenuhi persyaratan standar mutu susu SNI 01-6366-2000,

Page 55: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

55

namun masih tercemar oleh bakteri patogen E.coli, dan S. Agalactiae, TPC

masih diatas standar SNI. Di tingkat peternak, pengumpul dan koperasi telah

terdeteksi cemaran aflatoksin M1, antibiotika (penisilin, tetrasiklin dan

chlortetrasiklin dan oksitetrasiklin), pestisida (lindan, heptaklor, klorpirifos,

endosulfan dan Dieldrin) namun berada dibawah BMR yang dipersyaratkan

SNI 2000. Tingkat cemaran logam berat Cd (cadmium) mencapai 0,0122

ppm namun belum disyaratkan SNI 2000. Tingkat cemaran logam Pb

(Plumbum) berada pada standar SNI 1998, adapun Zn (seng) berada di atas

standar SNI 2000.

Faktor yang sangat berperan terhadap mutu susu dan keamanannya

adalah manajemen perternakan (pakan ternak, perkandangan) dan

manajemen penanganan susu yang berada di tingkat peternakan.

Sedangkan di tingkat pengumpul dan koperasi yang berperan adalah

penanganan susu karena tempat terakumulasinya seluruh susu dari

peternak. Kondisi tempat penampungan sangat memprihatinkan, tanpa

adanya fasilitas pendingin dan pengujian mutu susu dilakukan dengan

fasilitas minimum.

D. DISEMINASI HASIL PENELITIAN

Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis

(UPT) lingkup Badan Litbang Pertanian diharapkan menghasilkan luaran yang

berkualitas dan bermanfaat, baik dalam kaitannya dengan nilai tambah ilmiah

maupun nilai tambah agribisnis. Untuk itu proses penelitian dan

pengembangan, mulai dari perencanaan hingga pelaporan, termasuk proses

diseminasi, promosi dan komersialisasi kepada para pengguna (beneficiaries

dan stakeholders) harus didukung oleh manajemen yang profesional.

Sejalan dengan perubahan paradigma Badan Litbang Pertanian, maka

setiap penelitian dan pengembangan pertanian harus selalu berorientasi pada

nilai tambah ilmiah dan nilai tambah agribisnis. Nilai tambah ilmiah

dimaksudkan bahwa setiap penelitian harus bermuatan ilmiah, baik dalam

Page 56: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

56

pelaksanaan (pendekatan, metodologi dan analisis) maupun hasilnya

(informasi dan publikasi ilmiah, HKI dan hak paten). Nilai tambah agribisnis

diartikan bahwa setiap penelitian dan pengembangan harus bermanfaat,

memiliki nilai ekonomi atau bersifat komersial.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB-

Pascapanen) sebagai UPT Badan Litbang Pertanian di bidang penelitian dan

pengembangan pascapanen pertanian telah menghasilkan berbagai

teknologi untuk dapat segera dimanfaatkan oleh masyarakat dan dunia usaha.

Oleh karena itu berbagai kegiatan diseminasi yang dilaksanakan berupaya

mendekatkan penghasil teknologi dan penggunanya serta mempercepat

proses penyebaran informasi. Untuk itu, diperlukan pengembangan media

informasi yang belum dapat dilaksanakan pada tahun 2003, seperti penerbitan

Jurnal Ilmiah, buku teknologi, dan komunikasi lainnya. Belum dimilikinya jurnal

ilmiah merupakan masalah yang harus segera diatasi, antara lain dengan

menggali materi melalui seminar rutin dan segera menyusun Dewan Redaksi.

Metode lain dalam mengenalkan teknologi perlu ditempuh selain pameran,

misalnya open house untuk memberi kesempatan masyarakat mengenal dari

dekat peragaan teknologi.

Diseminasi pada tahap perkenalan organisasi yang telah berlangsung

untuk mempromosikan Tupoksi Balai perlu ditindaklanjuti dengan promosi hasil-

hasil kegiatan penelitian baik dari aspek program penelitian dan

pengembangan maupun dalam upaya menjaring mitra kerjasama guna

meningkatkan keterpakaian teknologi oleh pengguna. Komunikasi hasil

kegiatan BB-Pascapanen perlu dilaksanakan dalam berbagai kegiatan seperti

publikasi hasil penelitian, seminar, gelar teknologi, open house, maupun

pameran dengan jadwal yang disusun secara terencana.

Melalui kegiatan diseminasi dan komunikasi maka informasi dan teknologi

pascapanen hasil penelitian BB-Pascapanen dapat sampai dan digunakan

oleh masyarakat tani, dunia usaha, dan pengguna lainnya, dan pada

gilirannya dapat meningkatkan nilai tambah bagi penggunanya. Publikasi

Page 57: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

57

ilmiah dapat menjadi media komunikasi ilmiah antar peneliti bidang

pascapanen baik yang berasal dari lingkup Badan Litbang pertanian maupun

perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya. Upaya menghimpun

masukan dari stakesholders dapat memberikan arah kebutuhan teknologi yang

kemudian dipecahkan melalui penelitian yang disusun dalam program

pascapanen dalam Renstra lima tahun mendatang.

1. Diseminasi dan Komunikasi Hasil Penelitian

1.1. Temu Konsultasi dengan Pihak Swasta dan Lembaga Pemerintah

Acara Temu Konsultasi diselenggarakan pada tanggal 26 Januari 2004

bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta. Acara tersebut dihadiri oleh lebih

kurang 100 peserta baik dari Departemen Pertanian, Pemda, Swasta dan Para

Peneliti. Temu konsultasi ini diselenggarakan dalam rangka: (1) mendapatkan

informasi tentang arah dan kecenderungan (trend) pengembangan teknologi

pascapanen dan pengolahan hasil di masa datang sebagai masukan untuk

program dan kebijakan penelitian teknologi pascapanen 2005 – 2009; (2)

mempromosikan hasil-hasil penelitian yang telah dicapai untuk mempercepat

transfer teknologi ke dunia usaha dan stakeholder; (3) menggali kerjasama dan

kemitraan dengan dunia usaha, instansi teknis dan masyarakat pengguna

lainnya, baik dalam bentuk kerjasama penelitian maupun dalam bentuk

komersialisasi hasil penelitian (komersialisasi paten, lisensi teknologi); dan (4)

merumuskan arah dan kebijakan program litbang teknologi pascapanen yang

dapat mendorong partisipasi swasta dan stakeholder dalam pengembangan

usaha agroindustri berbasis teknologi.

1.2. Seminar Rutin Pascapanen Pertanian

Seminar rutin diadakan setiap bulan dan pada tahun 2004 dimulai pada

bulan Maret 2004 sampai dengan bulan Desember 2004. Seminar rutin

dimaksudkan sebagai wahana untuk menyaring naskah-naskah yang akan

dimuat dalam Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian, penyampaian metode

Page 58: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

58

baru untuk penelitian, dan tukar menukar informasi iptek lainnya. Judul-judul

makalah yang disampaikan pada seminar rutin tersebut adalah:

• Rice quality management through better drying, milling and storage

pratices : A case study in West Java and Central Java, Indonesia (Dr.

Ridwan Rachmat).

• Fisiologi kemasan dalam modifikasi atmosfir terhadap kesegaran etiologi

bunga potong mawar (Ir. Sunarmani, MS).

• Sintesis isoeugenol dari minyak daun cengkeh (Ir. Djajeng Sumangat,

MSc).

• Kajian pemisahan kardanol dari minyak kulit biji mete dengan metoda

distilasi vakum (Ir. Risfaheri, MSi)

• Perubahan sifat fisikokimia dan fungsional tepung beras akibat proses

modifikasi ikat silang (Dr. S.Joni Munarso)

• Pengaruh stater kombinasi berbagai jenis bakteri dan khamir terhadap

sifat fisikokimia dan sensori kefir (Sri Usmiati, SPt, MSi)

• Analisa perencanaan model pengembangan agroindustri minyak daun

cengkeh (Ir. Agus Supriatna)

• Efek androgenik ekstrak purwoceng terhadap anak ayam umur 3 hari

(Dra. Sri Yuliani, Apt.)

• Effect of MCP on the senescences of Srevilleasylia Inflorescences (Dr.

Setyadjit, MAppSc)

• Pengeringan gabah dengan bahan bakar sekam (Ir. Syafarudin Lubis )

• Kajian kelayakan proses tepung dan pati dari umbi-umbian ditinjau dari

sifat fisikokimia (Ir. Nur Richana, MS)

• Sosialisasi Website BB- Pascapanen (Ir. Agus Supriatna).

• Pengembangan kemitraan teknologi agroindustri minyak nilam (Ir.Pandji

Laksamanaharja)

• Pengembangan kemitraan teknologi agroindustri tepung kasava (Ir.

Suismono,MS).

Page 59: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

59

• Pengembangan kemitraan teknologi agroindustri kulit- bulu dan daging

kelinci (Dr. Yono C. Raharjo)

• Pengembangan kemitraan teknologi agroindutri padi (Ir. Sudaryono).

• Uji toksisitas ekstrak rimpang lempuyang gajah terhadap larva udang

(Dra. Hernani,MSc)

• Effektifitas lilin ekstrak limbah nilam terhadap lalat rumah tangga (Dra.Sri

Yuliani, Apt).

• Kinetika inaktivasi enzim polifenol oksidase pada pengolahan teh hijau

(Andi Nur Alamsyah ,STP, MT)

• Edible coating sosis itik (Mulyana Hadipernata, STP).

• Kemajuan penelitian pengembangan teknologi pengolahan pasta cabai

dan tomat skala agroindustri mendukung agribisnis sayuran (Dr. Imam

Muhadjir)

• Kinetika reaksi oksidasi enzimatik polifenol pada pengolahan teh hitam

(Andi Nur Alamsyah, STP,MT)

• Model dinamika ketersediaan sagu sebagai sumber ketahanan pangan

(Ir. Agus Supriatna).

• Pengembangan agroindustri minyak nilam di Majalengka (Ir. Christina

Wienarti, MA)

• Development of thermophilic bacteria capable of producing ethanol (Ir.

Pujo Yuwono, MAppSc)

1.3. Penerbitan Media Ilmiah Jurnal Pascapanen

Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (J. Pascapanen) Volume I Nomor

1, 2004, telah terbit pada bulan Desember 2004, dengan Nomor ISSN: 0216-1192.

Peluncuran Jurnal tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 2004 di

Kantor BB-Pascapanen, Bogor. Selanjutnya, J. Pascapanen didistribusikan

kepada Peneliti, Penyuluh, Perguruan Tinggi, P2JP Departemen Pertanian, PDII

LIPI, PUSTAKA dan seluruh Eselon II lingkup Badan Litbang Pertanian, BPTP, dan

lembaga terkait lainnya.

Page 60: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

60

1.4. Pendaftaran Paten Teknologi dan Merek Produk

Pendaftaran paten yang telah dilakukan oleh Balai Besar Litbang

Pascapanen Pertanian pada tahun 2004 adalah paten sederhana. Paten

teknologi BB-Pascapanen yang sudah terdaftar adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Paten Teknologi BB-Pascapanen yang didaftar dalam kurun waktu

Desember 2003-2004

1. Mesin Pembubur Buah dengan Sistem Konveyor Ulir

Dr. Setyadjit, MAppSc S00200400181 14 Desember 2003

2. Perekat Kayu Lapis Berbasis

Kardanol

Ir. Risfaheri, MS S00200400181

14 Maret 2004.

3. Mesin Pembuat Sayuran

Kering dengan Teknologi Far

Infrared

Dr. Ridwan Rahmat,

et.al.

S00200400184

1 Desember 2004

1.5. Penyebaran Informasi dan Teknologi Pascapanen Melalui Media Cetak

dan Elektronik

Beberapa topik hasil penelitian dan informasi kegiatan telah dilakukan

diseminasi melalui media cetak. Dua naskah, yaitu: (1). “Seberapa organikkah

pangan organik ?” yang ditulis oleh Dr. Joni Munarso, dan (2). “Radiasi Far Infra

Red mempercepat pembuatan sayuran kering instan” oleh Dr. Ridwan

Rachmat, telah diterbitkan dalam media internal Badan Litbang Pertanian yaitu

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Pemuatan berbagai teknologi dan aktivitas BB-Pascapanen bekerjasama

dengan Tabloid Sinar Tani telah direalisasikan dengan mengangkat topik

“Menjalin kerjasama kemitraan untuk mempercepat komersialisasi teknologi”.

Pada penerbitan ini mengetengahkan teknologi unggulan seperti pengolahan

puree mangga yang telah dikembangkan bersama mitra CV. Promindo Utama

dan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon di Cirebon, teknologi pengolahan

padi terpadu, teknologi pengolahan daging dan bulu kelinci, dan teknologi

ekstraksi minyak daun nilam dengan model yang telah dikembangkan bersama

mitra Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Majalengka di Desa

Cikondang, Majalengka.

Page 61: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

61

Promosi lainnya melalui Koran NTB-Post dan Lombok Post pada saat

berlangsungnya Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional yang menampilkan

teknologi pengolahan minyak kelapa murni dan kegiatan lainnya.

Penyebarluasan teknologi melalui media televisi belum banyak dilakukan

dan perlu ditingkatkan pada tahun mendatang, mengingat media ini demikian

luas dan cepat penyebarannya. Media radio sudah mulai dicoba bekerjasama

dengan Radio Pertanian Ciawi guna mempromosikan kegiatan open house BB-

Pascapanen pada bulan Agustus 2004. Kedepan, media radio ini akan

digunakan untuk menyebarluaskan teknologi tepat guna bagi petani.

Web milik BB-Pasacapanen yang telah dibuat embrionya sejak tahun 2004

telah diperbaiki penampilan/formatnya dan sebagian fitur-fitur yang tersedia

telah diperbaharui (up-date) antara lain fitur teknologi, berita, profil, kerjasama,

publikasi. Nama Web adalah Postharvestech dengan alamat situs:

http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/. Situs ini dihosting di situs Badan

Litbang Pertanian (http://litbang.deptan.go.id/. Direncanakan situs tersebut

akan dihosting juga di situs milik Pustaka.(www.pustaka-deptan.go.id). Hal

mendesak yang harus dilakukan adalah melakukan up-dating secara kontinyu

terhadap fitur-fitur yang telah ada.

2. Ekspose Nasional Teknologi Pascapanen

2.1. Seminar dan Ekspose Nasional Teknologi Pascapanen

Seminar dan Ekspose Nasional tersebut mencakup 4 kegiatan, yaitu : (1).

Seminar Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional, (2). Open House Teknologi

Pengolahan Hasil Pertanian, (3). Lomba Produk Olahan Jajanan Anak dengan

Bahan Baku Aneka Tepung dan (4). Pameran pada Pekan Inovasi Teknologi

Pertanian. Seluruh kegiatan tersebut berada di Kampus Penelitian Pertanian

Cimanggu yang berpadu dalam Pekan Inovasi teknologi Pertanian dalam

rangka peringatan 30 tahun Badan Litbang Pertanian.

Seminar Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional diselenggarakan pada

tanggal 6 Agustus 2004. Seminar bertema Cinta Pangan Nusantara ini bertujuan

Page 62: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

: (1) menghimpun gagasan pemikiran serta merumuskannya untuk menunjang

kebijakan pengembangan pangan tradisional berdaya saing, (2) menghimpun

dan menyebarkan (inventarisasi, diseminasi dan sosialisasi) komponen IPTEK

inovatif hasil penelitian dan pengembangan pangan tradisional, (3)

menghimpum dan menyebarkan karya teknologi tradisional berpotensi milik

masyarakat Indonesia di bidang pengolahan pangan, (4) membangun dan

mengembangkan jaringan kerjasama antara lembaga penelitian, pergururan

tinggi, praktisi pengusaha dan pengambil kebijakan dalam mengembangkan

industri pangan tradisional berdaya saing.

Seminar diikuti oleh 160 peserta, terdiri dari pejabat struktural baik dari

Direktorat teknis maupun lingkup Badan Litbang Pertanian, peneliti, penyuluh,

staf pengajar perguruan tinggi, pengusaha dan mahasiswa.

Makalah utama yang dibahas pada Sidang Panel :

1. Strategi dan kebijakan pangan tradisional dalam rangka ketahanan

pangan, (Dr. Ir. Kaman Nainggolan, Badan Bimas Ketahanan Pangan,

Departemen Pertanian)

2. Potensi, peluang dan kendala bisnis pangan tradisional (Ir. Thomas

Darmawan, GAPMMI)

Gambar 13. Pelaksanaan Seminar Peningkatan Daya Saing Pangan

Tradisional, Bogor, 6 Agustus 2004

Page 63: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

63

3. Dukungan IPTEK dalam pengembangan pangan tradisional (Dr. Dahrul

Syah, Pusat Kajian Pangan dan Gizi, IPB)

4. Program penelitian dan pengembangan pangan tradisional (Dr. Ridwan

Thahir, Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Badan Litbang

Pertanian, Departemen Pertanian)

5. Pengalaman empiris perusahaan dodol Garut Picnic dalam

pengembangan pangan tradisional (H. Ato Hermanto dan Ir Ayek Cahya

P, PT Herlinah Cipta Pratama, pengusaha industri dodol Garut Picnic )

Open House Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian telah dilaksanakan

mulai tanggal 3 sampai 7 Agustus 2004. Dari jumlah undangan yang disebar ke

berbagai SMA dan sederajat yang berada di daerah Bogor dan sekitarnya,

Perguruan Tinggi dan Perusahaan Swasta yang terkait, maka hampir sebagian

besar undangan yang disebar direspon dengan datang mengunjungi open

house. Rata rata pengunjung open house per hari sekitar 500 orang dengan

jumlah mencapai sekitar 2.650 orang. Minat yang tinggi ditunjukkan oleh

pengunjung terhadap teknologi yang ditampilkan, terutama yang berkaitan

dengan teknologi pengolahan yang dioperasikan, seperti pengolahan tahu,

susu kedele, minyak atsiri, pengolahan jambu mete, pengeringan sayur

ataupun penggoreng vakum.

Lomba Produk Olahan Jajanan Anak dengan Bahan Baku Aneka Tepung

diikuti oleh 54 peserta utusan dari PKK, Darma Wanita, karyawati, mahasiswa,

dan masyarakat umum yang berasal dari Jakarta dan Bogor. Tiap peserta

terdiri dari dua orang. Peserta berasal dari PKK di lima wilayah Jakarta (Jakarta

Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Jakarta Timur), Darma

Wanita lingkup Departemen Pertanian Jakarta, Bogor, Sukamandi dan

Lembang, peserta umum dan Karyawati lingkup Departemen Pertanian dari

Jakarta dan Bogor. Dewan Juri terdiri dari 1 orang ahli gizi dan 2 orang ahli tata

boga.

Page 64: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

64

Pameran Pekan Inovasi Teknologi Pertanian berlangsung di halaman BB-

Biogen Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, mulai tanggal 3-8 Agustus 2004

dan dibuka oleh Menteri Pertanian. Stand BB-Pascapanen menempati area

seluas 3x3x4 m2, atau sebanyak 3 stand dari sekitar 60 stand yang disediakan

oleh panitia. Materi yang dipamerkan merupakan hasil-hasil penelitian yang

dilakukan oleh BB Pascapanen selama 3 tahun terakhir.

2.2. Ekspose dan Gelar Teknologi Pascapanen Berkoordinasi dengan Badan

Litbang Pertanian

2.2.1. Forum Komersialisasi Hasil Riset Teknologi Industri

Pameran dan Temu Bisnis Forum Komersialisasi Hasil Riset Teknologi

Industri diselenggarakan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan

bekerjasama dengan Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan,

Departemen Kelautan Perikanan, Departemen Pendidikan Nasional serta

Kementrian Riset dan Teknologi. Acara ini direncanakan menjadi agenda tetap

Deperindag yang direncanakan dua kali setahun didalam mengkomersialkan

hasil-hasil riset lembaga-lembaga penelitian yang ada. Pada pelaksanaan

penyelenggaraan Forum Komersialisasi Hasil Riset Teknologi Industri, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian bergabung menjadi satu stand besar

mewakili Departemen Pertanian.

Gambar 14. Suasana Stand BB-Pascapanen dalam Pekan Inovasi

Teknologi Pertanian, Bogor 3-8 Agustus 2004

Page 65: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

Pameran dan temu bisnis pada Forum Komersialisasi Hasil Riset Teknologi

Industri bertempat di Semanggi Expo, Kawasan Niaga Terpadu pada

tanggal 3–5 Maret 2004. Pada acara pembukaan dilangsungkan acara

penandatanganan naskah kerjasama antara pemilik teknologi dan mitra yang

akan mengaplikasikan teknologi tersebut secara komersial. Dari Badan Litbang

Pertanian, Kepala Badan Litbang telah menunjuk Teknologi ekstraksi bunga

melati yang akan bermitra dengan PT Rezki Fortuna Andama, Yogyakarta untuk

disyahkan kerjasamanya pada acara tersebut. Teknologi tersebut dipilih dari

tiga teknologi yang diusulkan.

Pada komersialisasi hasil riset dan teknologi industri, dilaksanakan seminar

untuk membahas hasil riset yang mempunyai prospek untuk dimplementasikan

secara nasional. Ada 40 materi yang didiskusikan dan 2 diantaranya dari BB

Pascapanen yaitu Model agroindustri pengolahan puree mangga oleh Dr.

Setyadjit, MAppSc. dan Teknologi prosessing daging, kulit-bulu kelinci oleh Dr.

Yono Rahardjo.

Gambar 15. Penandatanganan Naskah Kerjasama Teknologi Ekstraksi Minyak

Bunga, pada acara Pameran dan Temu Bisnis. Forum Komersialisasi

Hasil Riset Teknologi Industri, Jakarta 3-5 Maret 2004

Page 66: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

66

2.2.2. Agro and Food Expo

Kegiatan pameran dilaksanakan di Semanggi Expo, Jakarta pada

tanggal 29 April-3 Mei 2004. Peserta Pameran Agro and Food Expo adalah unit

kerja lingkup Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian dan

Perdagangan, Perusahaan Swasta yang bergerak di bidang pangan, dan

Pemda dari berbagai daerah di tanah air. Stand Badan Litbang Pertanian diisi

oleh unit kerja lingkup Badan Litbang seperti: PUSTAKA, Puslitbangnak,

Puslitbangtan, Puslitbang Horti, BBP Mekanisasi Pertanian, BB Pascapanen, BB

Biogen, dan Lembaga Riset Perkebunan Indonesia serta KP KIAT.

Materi yang disajikan BB Pascapanen mewakili hasil-hasil penelitian yang

telah dilakukan dan layak untuk dipromosikan. Adapun materi yang

dipamerkan adalah sebagai berikut :

1. Pemanfaatan Karbohidrat Lokal sebagai pangan alternatif

2. Agro Industri Pengolahan Puree Mangga

3. Agro Industri Padi Terpadu

4. Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni

5. Pewarnaan Bunga Sedap Malam

6. Pembuatan Bunga Kering

7. Pengolahan Daging, Kulit Bulu Kelinci

8. Pemanfaatan Minyak Nilam

2.2.3. Ekspose/Pameran Lainnya

BB-Pascapanen berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan

ekspose/pameran baik yang diselenggarakan oleh swasta dan instansi lain.

Adapun beberapa kegiatan yang telah diikuti antara lain:

• Kegiatan PENAS diadakan pada tanggal 5-10 Juni 2004 bertempat di

Kabupaten Tondano, Sulawesi Utara

• Pameran pada Pekan Padi Nasional II

• Gelar Teknologi Tepat Guna TTG Nasional VI di Lapangan Sarangkeang,

Mataram, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 22-28 Agustus 2004

Page 67: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

• Sosialisasi Teknologi, Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Lembaga Riset

Perkebunan Indonesia dan diselenggarakan di Hotel Lombok pada

tanggal 22 Agustus 2004

• Ritech Expo, dilaksanakan di Semanggi Expo, Jakarta pada tanggal 27-

29 Agustus 2004

• Pameran Alat dan Mesin Pertanian, diselenggarakan oleh Bina Sarana

Pertanian bekerjasama dengan BB Mekanisasi Pertanian dan Fakultas

Teknologi Pertanian-UGM pada tanggal 7-12 September 2004 di

Yogyakarta

• Pameran Pangan pada Hari Pangan Sedunia, diselenggarakan dalam

rangka memperingati Hari Pangan Sedunia pada tanggal 7-10 Oktober

2004, bertempat di Semanggi Expo, Jakarta

• Ekspose Hortikultura Indonesia 2004, dilaksanakan di Balai Penelitian

Tanaman Buah, Solok, Sumatera Barat pada tanggal 8-11 Desember 2004

Gambar 16. Kegiatan Ekspose BB-Pascapanen dalam Tahun 2004

Page 68: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

68

3. KERJASAMA PENELITIAN

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian telah

melakukan serangkaian kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah,

swasta maupun lembaga internasional. Beberapa kegiatan kemitraan yang

telah dibina dan dikembangkan oleh BB-Pascapanen dalam tahun 2004

meliputi:

3.1. Pengembangan Kemitraan Teknologi Ekstraksi Minyak Nilam

Kegiatan ini merupakan kegiatan kemitraan bekerjasama dengan Dinas

Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Majalengka yang naskah

perjanjian kerjasamanya ditandatangani tanggal 23 Mei 2003. Mitra pelaksana

kegiatan selain BB-Pascapanen adalah Dishutbun Kabupaten Majalengka dan

Kelompok Tani Nilam Mekar di Desa Cikondang, Kecamatan Cingambul,

Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sebagai pengguna teknologi. Tujuan akhir

dari kegiatan adalah teradopsinya teknologi ekstraksi/penyulingan minyak

nilam secara maksimal oleh pengguna sebagai komponen dalam usaha

agroindustri minyak nilam. Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah :

a. Pelatihan Agroindustri Nilam

Dilaksanakan bekerjasama dengan Dishutbun Majalengka di Balai Latihan

Kejuruan Kehutanan (BLKK) Kadipaten, Majalengka, tanggal 14-16 Desember

2004 dengan peserta 35 orang 1 peserta dari BPTP Jabar dan 34 peserta

petani dari Desa Cikondang). Tujuan kegiatan adalah mensosialisasikan

teknik-teknik budidaya dan pengolahan nilam serta manajemen usaha

agroindustrinya kepada para petani di lokasi kemitraan. Metodologi

pelatihan meliputi (a) penyampaian materi pelatihan di kelas, (b) praktek

lapang. Materi pelatihan di kelas terdiri atas (a) Budi daya nilam, (b)

Pengolahan minyak nilam, (c) Manajemen usaha dan mutu, (d) Pemasaran.

Praktek lapang terdiri atas (a) Praktek budidaya tanaman nilam, (b) Praktek

pengolahan minyak nilam dan pemeliharaan peralatan, (c) Studi banding

ke unit penyulingan minyak nilam di Kecamatan Argapura, Majalengka.

Hasil pelatihan menunjukkan bahwa respon petani cukup baik dalam

Page 69: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

memahami materi pelatihan dan telah membantu membangun antusiasme

petani untuk ikut mengembangkan budidaya dan pengolahan nilam.

b. Optimalisasi teknik penyulingan minyak nilam dengan alat penyuling SBCS-

1000. Diperoleh hasil bahwa lama penyulingan 7 jam dengan bobot bahan

90 kg merupakan yang terbaik dibandingkan lama penyulingan 8 jam.

c. Penyiapan dan penataan kelembagaan unit usaha di antara unsur-unsur

kelembagaan yang telah ada yaitu Kelompok Tani Nilam Mekar, unit usaha

pengolahan, pemerintahan desa Cikondang, pembina teknis serta

kelembagaan pemasaran. Telah dibentuk koperasi Mekar Mulya sebagai

wadah kelembagaan usaha, namun belum beroperasi maksimal karena

kendala keterbatasan modal.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pemasyarakatan dan

pengembangan agroindustri minyak nilam adalah sebagai berikut : (1) Tidak

tercapainya target perluasan pertanaman nilam untuk bahan baku. Hal ini

disebabkan penyediaan bibit dari Dinas Hutbun Majalengka kurang tepat

waktu selain faktor kualitas bibitnya yang menyebabkan tingginya tingkat

Alat suling

sistem boiler

penuh

B A

Gambar 17. Kegiatan Pengembangan Kemitraan Teknologi Ekstraksi Minyak

Nilam di Majalengka (A), dan Pengembangan alat sling minyak nilam

dengan sistem boiler (B).

Page 70: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

70

kematian bibit di lapang, selain juga faktor kekeringan. Kurang berhasilnya

kelompok tani dalam mengembangkan tanaman bantuan Dinas ini juga

menyebabkan agak terganggunya hubungan petani dengan Dinas Hutbun

Majalengka ; (2) Sebagian petani belum sepenuhnya tertarik dalam budidaya

nilam disebabkan secara tradisional masih mengandalkan tanaman lain (padi,

ubi kayu, bawang, sayuran) sebagai sumber penghasilannya. Dilain pihak

tingkat pengetahuan dan ketrampilan petani yang telah mulai

membudidayakan nilam masih rendah; (3) Walaupun mutu minyak nilam yang

dihasilkan memenuhi syarat mutu dan dinilai lebih baik oleh

pembeli/pedagang, tetapi harga yang diterima masih harga standar dan

belum diberikan bonus harga sesuai dengan mutu minyaknya; (4)

Kelembagaan kelompok tani dan koperasi Nilam Mekar serta pengelolaannya

masih baru dan memerlukan pembinaan dan fasilitas bantuan termasuk

pendanaan dari Pemda Kabupaten Majalengka.

Agar kendala dan masalah tersebut di atas dapat diatasi secara bertahap,

diperlukan usaha-usaha sebagai berikut: (a) Dilanjutkannya kegiatan perluasan

areal pertanaman nilam di lokasi yang telah dilaksanakan pada tahun 2004

dengan mendapat bantuan dana dan teknis dari Pemda Kabupaten

Majalengka ; (b) Ditingkatkannya pembinaan oleh instansi terkait (BB-

Pascapanen, Balittro dan Dishutbun Kabupaten Majalengka yang berkaitan

dengan aspek teknis budidaya, pengolahan hasil, pemasaran dan

kelembagaan maupun aspek sosial budaya. Dalam hal kelembagaan,

pembinaan ketrampilan manajemen terhadap wadah kelompok tani dan

koperasi yang telah dibentuk perlu terus ditingkatkan disamping bantuan akses

permodalan serta pembentukan dan pembinaan kemitraan dengan swasta

dalam kerjasama produksi dan pemasaran.

Page 71: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

71

3.2. Pengembangan Kemitraan Teknologi Pengolahan Kulit- Bulu dan Daging

Kelinci Eksotis.

Kegiatan pada tahun 2004 ini lebih menitik beratkan pada sosialisasi/gelar

teknologi, yang diselenggarakan di Lembang, Jawa Barat dan Manado,

Sulawesi Utara. Sebelumnya dilaksanakan survey lokasi kegiatan, untuk dapat

menentukan lokasi yang diperkirakan sesuai untuk kegiatan pengembangan.

Daerah yang disurvai pada tahun 2004 adalah Manado, Lembang dan Dieng-

Banjarnegara. Berdasarkan pertimbangan potensi dan peluang

pengembangannya, terpilih lokasi Lembang dan Manado. Untuk lokasi Dieng,

produk kulit bulu dari PT Dirra masih berlanjut, namun jumlah ternak relatif sedikit

sehingga membangun unit penyamakan yang menguntungkan di lokasi belum

memungkinkan. Upaya peningkatan populasi kelinci melalui kerjasama dengan

masyarakat setempat kurang berhasil karena tingkat mortalitas tinggi.

Lembang secara historis merupakan sentra produksi kelinci yang terbesar

di Jawa Barat namun dengan tujuan pemeliharaan untuk menghasilkan kelinci

hias (pet rabbit). Namun mengingat sebagai daerah wisata, potensi bisnis

daging kelinci untuk restoran cukup besar, terbukti dengan kurangnya supply

sehingga harus dipasok dari Ciwidey, Pangalengan dan Garut.

Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Produk Kelinci (Daging dan Kulit

Bulu) di Lembang dilaksanakan tanggal 14-15 September 2004, dengan peserta

40 orang yang mayoritas adalah peternak dan pengolah produk kelinci. Acara

ini dihadiri pula oleh Pembina Hipkindo (Himpunan Pengusaha, Peternak dan

Penggemar Kelinci Indonesia). Untuk pengolahan daging, yang disampaikan

adalah teori dan praktek pengolahan sosis, nugget, burger dan bakso,

sedangkan materi pada pengolahan kulit bulu adalah pemotongan,

pengulitan dan penyamakan kulit bulu. Respon peserta cukup antusias, antar

lain ditunjukkan oleh dikonsumsinya seluruh produk olahan daging kelinci yang

dibuat oleh peserta dan tidak terkendala dengan masalah preferensi daging,

sehingga peserta mempunyai keyakinan untuk dapat menjual sendiri

produknya.

Page 72: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

72

Pada introduksi teknologi penyamakan kulit bulu, disampaikan teknik

pemotongan dan pengulitan, pengawetan dan penyimpanan serta

penyamakan. Walaupun pesertanya sebagian adalah pedagang pengumpul,

penyamak serta penjual kulit, namun ternyata belum mengetahui teknik

pengolahan kulit bulu yang benar sehingga gelar teknologi tersebut sangat

bermanfaat. Secara umum respon peserta cukup positif. Tindak lanjutnya

adalah menunggu permintaan dan koordinasi dari peternak, pengolah dengan

Dinas terkait. Diharapkan dengan introduksi teknologi tersebut dapat

ditumbuhkan usaha pengolahan produk kelinci yang menghasilkan kulit bulu

yang meningkat mutunya, diikuti dengan perbaikan harga serta diversifikasi

produk olahan daging kelinci yang lebih memasyarakat.

Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Produk Kelinci di Manado

diselenggarakan selama 2 hari (26-27 Desember 2004) bekerjasama dengan

BPTP Sulawesi Utara di Kalasey, Manado. Diikuti oleh 63 orang peserta

(kelompok peternak, pengusaha, staf Dinas Peternakan, Kantor Ketahanan

Pangan Daerah Manado dan teknisi serta peneliti BPTP Sulawesi Utara).

Kegiatan gelar teknologi dilakukan di Manado didasarkan pertimbangan dan

kajian tahun sebelumnya Hasil survey tahun 2003 menunjukkan bahwa dengan

mempertimbangkan struktur agroekosistem dan sosial ekonomi masyarakatnya,

masyarakat Sulawesi Utara khususnya Manado memiliki potensi

pengembangan agribisnis dan pasar untuk produk daging dan kulit bulu kelinci

eksotis. Berdasarkan kajian tersebut, pihak swasta dan KTNA sangat berminat

menjadi mitra dalam penelitian pengembangan produk kelinci. Untuk tahap

awal, pada tahun 2004 pihak swasta telah membangun kandang kelinci

berkapasitas 320 kandang untuk 80 ekor induk dan 640 anak di daerah

Modoinding (1300 m dpl) yang merupakan sentra produk sayuran dataran

tinggi.

Respon peserta pelatihan di Manado sangat positif, terbukti dengan

adanya permintaan pelatihan serupa dari KTNA Sulut dan juga dari Kantor

Ketahanan Pangan Manado pada tahun 2005. Untuk menindak lanjuti

Page 73: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

73

pengembangan teknologi pengolahan kulit bulu kelinci tersebut, BPTP Sulawesi

Utara telah dihimbau untuk dapat berperan lebih aktif dalam

memasyarakatkan dan mengembangkannya di Sulawesi Utara bersama

dengan instansi/dinas terkait. BB-Pascapanen menyediakan bantuan supervisi

teknologinya.

Kelompok Tani Toto Raharjo di Dieng yang menjadi mitra kerjasama

mengalami hambatan dalam pengembangan ternak kelinci, sehingga

teknologi pengolahan kulit bulu dan pengolahan daging kelinci di lokasi

tersebut tidak dapat dilanjutkan, dan dipertimbangkan untuk pengalihan ke

lokasi desa lain yang lebih prospektif. Desa Garung Kabupaten Wonosobo

memiliki peternak yang berpeluang untuk kegiatan pembesaran ternak kelinci,

sementara di desa lainnya berpotensi untuk pengolahan kulit bulu kelinci dan

kambing.

Kendala dan masalah yang dihadapi dalam pemasyarakatan dan

pengembangan agroindustri kulit bulu Kelinci di beberapa lokasi dapat

dirumuskan sebagai berikut: (1) Kurangnya populasi ternak kelinci di lokasi

Dieng, Jawa Tengah. PT Dirra Farm dan kelompok peternak Toto Raharjo

sebagai mitra belum berhasil meningkatkan populasi ternak kelinci karena

tingkat mortalitas ternak tinggi yang disebabkan keterbatasan ruang dan

tenaga pemeliharaan. Mortalitas juga diduga karena pemberian sisa sayuran

yang masih mengandung residu. Hal-hal tersebut menyebabkan terhentinya

usaha pengolahan produk kelinci ; (2) Usaha pengembangan pengolahan

produk daging kelinci di Lembang, kabupaten Bandung masih terbatas

konsumsinya walaupun berpotensi karena secara tradisional sudah lama ada

warung/restoran yang menjual makanan daging kelinci. Untuk pengembangan

pengolahan kulit bulu, memerlukan usaha pemasyarakatan teknologi yang

tepat dan didukung oleh penyediaan bahan baku ternaknya. Setelah

dilakukan gelar teknologi di Lembang, diperlukan langkah lanjutan dari instansi-

instansi terkait di Kabupaten Bandung agar permintaan untuk pelatihan dan

magang dapat dari kelompok peternak dan pengusaha dapat diwujudkan.

Page 74: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

74

3.3. Pengembangan Kemitraan Agroindustri Tepung Kasava.

Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2004 adalah:

a. Pengembangan produk olahan tepung kasava yang diperlukan pasar,

meliputi kegiatan: (a) pemilihan produk olahan yang layak, (b) uji preferensi

konsumen/pengguna produk tepung kasava, (c) perbaikan teknik penyajian

dan pengemasan.

b. Pembinaan sumber daya manusia terhadap pelaku agroindustri tepung

kasava yang meliputi kegiatan:

1. Pelatihan penerapan sistem manajemen mutu (ISO 19-9001-2001)

terutama pada persyaratan teknis karena pelatihan persayaratan

manajemennya telah dilaksanakan pada tahun 2003. Pelatihan diikuti

kelompok tani dan operator unit pengolahan tepung kasava di lokasi

mitra binaan Kelompok Tani Setia Harapan, Desa Tambah Subur,

Kecamatan Probolinggo Utara, Kabupaten Lampung Timur.

2. Gelar teknologi/promosi/pameran.

Gelar teknologi, diselenggarakan pada tanggal 7 September 2004

bertempat di Auditorium BPTP Lampung, bekerjasama dengan BPTP

Lampung dan Pemda Propinsi Lampung. Tujuan kegiatan gelar

teknologi adalah dalam rangka promosi pemasaran tepung kasava

dan menjalin kerjasama antar stakeholder dalam agroindustri ubi kayu

di Lampung. Acara dalam gelar teknologi adalah seminar, pameran

dan demonstrasi teknologi pengolahan makanan dari bahan tepung

kasava. Dalam acara seminar telah disampaikan makalah Peluang

Pengembangan Agroindustri Tepung Kasava Lampung oleh Ir.

Suismono, MS. Peserta gelar teknologi adalah petani/kelompok tani,

pengusaha, dinas-dinas lingkup pemerintah daerah propinsi Lampung,

anggota DPRD Propinsi Lampung, Dharma Wanita Pemda Propinsi

Lampung, dosen perguruan tinggi dan peneliti. Promosi pemasaran

juga dilakukan dengan membantu memasarkan tepung kasava

Page 75: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

75

sebanyak 3.115 kg ke PT Pachira Distrinusa – Tangerang. Tepung kasava

dari Kelompok Tani Setia Harapan, Lampung tersebut setelah diuji di

laboratorium PT Pachira Distrinusa, ternyata telah memenuhi

persyaratan mutu walaupun dikategorikan mutu II.

Beberapa kendala dan masalah yang dapat dirumuskan dalam

pemasyarakatan dan pengembangan agroindustri tepung kasava di Lampung

adalah sebagai berikut:

1. Pemasaran produk masih terbatas jumlahnya. Hal ini disebabkan

kurangnya informasi pemasaran tepung kasava ; hasil survey pemasaran

menunjukkan bahwa ada peluang pemasaran ke beberapa perusahaan

makanan antara lain di Jawa Barat dan juga pemasaran untuk bahan

baku industri lokal serta bahan untuk ekspor.

2. Kapasitas produksi di mitra binaan dianggap masih rendah (1-2 ton/hari)

dibandingkan dengan kapasitas produksi ubi kayu.

3. Ragam pemanfaatan tepung kasava masih terbatas untuk produk

makanan.

Usaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut antara lain; (a)

meningkatkan kapasitas produksi tepung, (b) meningkatkan promosi

pemasaran, (c) meningkatkan tingkat mutu tepung, (d) menciptakan ragam

produk olahan dari tepung kasava, tidak hanya untuk produk makanan tapi

juga produk non-pangan.

3.4. Pengembangan Kemitraan Agroindustri Padi

Tujuan dari kegiatan adalah: (1) Menyempurnakan inhouse model

agroindustri padi yang sudah ada di Laboratorium Pascapanen Karawang, (2)

Menerapkan paket industri padi berdaya saing yang menerapkan sistem

manajemen mutu di penggilingan padi (PP) Gapoktan (Gabungan Kelompok

Tani) Pancasari, desa Jatireja, kecamatan Compreng, Kabupaten Subang,

Jawa Barat. Hasil – hasil kegiatan pada tahun 2004 adalah sebagai berikut:

Page 76: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

76

1. Penyempurnaan dan penerapan in-house model teknologi agroindustri padi

di Laboratorium Pascapanen Karawang.

Dilakukan bekerjasama dengan Koperasi Pascapanen Karawang.

Yang ingin dicapai adalah mampu memproduksi hasil utama (beras), hasil

samping dan limbah yang berkualitas dengan menerapkan sistem

manajemen mutu. Telah dilakukan koordinasi dengan Koperasi Pascapanen

Karawang untuk: (a) Menyamakan persepsi tentang sistem manajemen

mutu, (b) Sosialisasi Good Agricultural Practices (GAP) dan Good

Manufacturing Practices (GMP), (c) Penyusunan petunjuk teknis GAP dan

GMP, (d) Pembinaan teknik operasional agroindustri padi.

Untuk mendapatkan gabah berkualitas baik, koperasi Pascapanen

Karawang bekerjasama dengan kelompok tani Tirta Bakti, Kecamatan

Majalaya, Kabupaten Karawang dengan luas lahan 27 ha. Pembinaan cara

bercocok tanam yang baik dilakukan oleh Petugas Penyuluh Pertanian

Lapanagn sesuai paket rekomendasi Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kabupaten Karawang.

Pembinaan teknik operasional model agroindustri padi di

penggilingan padi Laboratorium Pascapanen Karawang diarahkan untuk

meningkatkan efisiensi aliran bahan dari satu unit proses ke unit proses

lainnya dalam rangkaian proses penggilingan. Sebagai hasilnya,

penggilingan padi ini telah mampu menghasilkan produk utama (beras)

yang berkualitas berupa beras slip, beras kepala dan beras kristal. Mutu

beras giling yang dihasilkan selama tahun 2004 secara konsisten memenuhi

persyaratan mutu beras SNI No. 01-6128-1999 dan masuk kelas mutu III

dengan rendemen giling yang relatif tinggi yaitu rata-rata 65%. Dalam

rangka mendapat jaminan pasar yang baik, telah dilakukan kerjasama

antara Koperasi Pascapanen Karawang dengan PT Agrisindo selain

kerjasama dengan kelompok tani Tirta Bakti untuk mendapatkan pasokan

gabah yang bermutu. Kerjasama ini diharpkan akan menguntungkan baik

bagi petani, Koperasi maupun PT Agrisindo. Produk samping (beras pecah

Page 77: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

77

dan beras menir) telah dapat diolah menjadi tepung beras dan kerupuk

legendar yang nilai jualnya lebih tinggi. Produk limbah (sekam) telah dapat

dimanfaatkan menjadi arang/briket arang sekam. Arang sekam yang

dihasilkan telah diminati dan diuji oleh PT Joro Horticulture Supplier di

Lembang sebagai media tumbuh tanaman hidroponik dan mutunya

dianggap terbaik dibandingkan arang sekam dari pabrik penggilingan lain.

Kebutuhan arang sekam PT Joro 15 ton/tahun. Arang sekam juga telah

digunakan sebagai bahan bakar mesin pengering bahan bakar sekam

(BBS) di Laboratorium Karawang untuk pengeringan gabah. Hasilnya

menunjukkan layak secara teknis maupun ekonomis terutama pada saat

musim hujan.

2. Penerapan paket industri padi berdaya saing melalui penerapan sistem

manajemen mutu di Penggilingan Padi Gapoktan Pancasari, Compreng,

Subang.

Gapoktan terdiri dari 5 kelompok tani dengan areal sawah 500 ha di

wilayah Peningkatan Mutu Intensifikasi (PMI) dengan binaan Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Kabupaten Subang sehingga gabah kering panennya

(GKP) terjamin mutunya dengan diterapkannya GAP.

Dengan pembinaan BB-Pascapanen, PP Gapoktan Pancasari yang

mulai operasional Oktober 2003 telah mampu menerapkan sistem

manajemen mutu beras yang telah dapat memberi jaminan mutu beras

bagi konsumennya. Kegiatannya meliputi penerapan petunjuk teknis

budidaya (GAP) padi yang baik bersama Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Kabupaten Subang dan penerapan petunjuk teknis

pengolahan/penggilingan (GMP) padi. Penerapannya terbukti dengan

telah tercapainya konsistensi produksi beras 10 ton/hari dan konsistensi mutu

berasnya. Dari bulan Januari sampai Oktober 2004 telah digiling 1.102 ton

gabah kering giling berkualitas. Pemasaran berasnya telah mencakup

Page 78: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

78

wilayah Jakarta dan Jawa Barat dengan menggunakan kemasan merek

GPS. Dengan penerapan GAP, petani telah mampu memberi jaminan mutu

gabahnya bagi penggilingan padi, sebaliknya penggilingan padi memberi

jaminan gabah dibeli dengan harga layak bila memenuhi persyaratan mutu.

Penggilingan memberi jaminan mutu berasnya bagi para pedagang beras

dan dibeli dengan harga yang layak.

Pendaftaran label SNI beras milik Gapoktan Pancasari dengan merek

NYI POHACI telah disampaikan ke Departemen Kehakiman dan HAM dan

sedang dalam proses.

Beberapa kendala dan masalah yang dihadapi dalam

pemasyarakatan dan pengembangan kemitraan agroindustri padi adalah

sebagai berikut:

1. Dalam pengembangan in-house model Laboratorium Karawang,

kendala yang dihadapi antara lain pemasaran hasil olahan produk

samping berupa tepung beras. Pada tahun 2004, umumnya produk

samping (menir dan dedak) masih dipasarkan tanpa diolah lebih lanjut.

2. Walaupun sudah ada swasta (PT Joro, Lembang) yang membeli arang

sekam, namun keuntungan yang diperoleh belum optimum, tidak

sebanding dengan resiko yang terjadi dalam transportasi ke Lembang.

Walaupun demikian mengingat arang sekamnya bermutu baik dan PT

Joro membutuhkannya (15 ton/tahun), dapat dirundingkan kemungkinan

harga jual yang lebih tinggi dari Rp. 3.750,-/karung (15 kg).

3. Proses pendaftaran sertifikasi SNI dan labelnya masih perlu menunggu

dalam waktu lama karena di Indonesia belum ada lembaga sertifikasi

produk yang mempunyai ruang lingkup untuk gabah dan beras.

Page 79: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

79

4. Kendala yang dihadapi PP Gapoktan untuk berproduksi secara kontinyu

pada tahun 2004 adalah tidak adanya fasilitas pengering yang

memadai. Fasilitas mesin pengering yang ada hanya 3 ton GKP, dibawah

kapasitas mesin giling padinya sebesar 14 ton GKP/hari. Pada saat panen

raya musim hujan, PP Gapoktan kesulitan mengeringkan gabahnya

karena sulit mendapatkan lantai jemur yang dapat disewa. Pada musim

kemarau, PP Gapoktan tidak kesulitan menyewa lantai jemur meskipun

harus keluar tambahan biaya untuk ongkos transportasi.

Untuk mengatasi kendala tersebut di atas, dapat diusulkan hal-hal sebagai

berikut: (1) Membuat promosi pemasaran untuk produk hasil samping (tepung

beras menir dan dedak awet) dengan kemasan yang menarik, (2)

Merundingkan kembali harga jual yang lebih tinggi untuk arang sekam dengan

PT Joro, Lembang atau mencari pembeli baru yang lebih menguntungkan, (3)

Jika memungkinkan meningkatkan kapasitas mesin pengering antara lain

dengan menambah unitnya.

Beberapa kegiatan kerjasama lainnya yang telah dikembangkan dalam tahun

2004 adalah seperti dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 80: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

80

Tabel 4. Judul Kegiatan Kerjasama Pascapanen dengan Mitra Kerjasama

No Judul Kegiatan Nama Mitra Ruang Lingkup Kerjasama

1 Teknologi

Pengolahan Minyak

Kelapa Secara Terpadu

Dinas Perindustrian dan

Perdagangan

kabupaten Cianjur, Koperasi Mutiara baru

• Identifikasi dan

karakterisasi bahan baku

dan produk • Pengujian kualitas

minyak kelapa murni

• Scale up proses minyak

kelapa murni

• Pembinaan kemitraan

usaha

2 Teknologi

Pengolahan Puree

Mangga Skala UKM

Dinas Pertanian

Kabupaten Cirebon, PT

Promindo Utama

• Penyedianan paket

teknologi pengolahan

mangga menjadi puree

• Pengembangan puree

skala UKM

3 Pengembangan

Aplikasi Teknologi

Far Infrared (FIR)

dalam Pembuatan

Minuman

Kesehatan Berbasis

Asparagus

(Asparagus

Officinalis)

Pusat Penelitian

Bioteknologi LIPI,

PT Asparagus Japonica

International

• Memanfaatkan

teknologi Far Infrared

(FIR) untuk pengolahan

minuman kesehatan

berbasis Asparagus

• Menyebarluaskan hasil

penelitian,

meningkatkan

pengetahuan dan

ketrampilan masyarakat

4 Teknologi Lada Food and Agricultural

Organization (FAO)

• Pengembangan

Teknologi pascapanen

Lada di Kalimantan Timur

5 Penelitian

Penanganan

Pascapanen Padi

International Rice

Research Institute

• Penyimpanan Hermetik

Gabah

• Mutu gabah

Page 81: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

81

KELEMBAGAAN BB-PASCAPANEN

A. Dukungan Kelembagaan

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB

Pascapanen) merupakan pengembangan organisasi dari Balai Penelitian

Pascapanen Pertanian (Balitpasca). Seiring dengan peningkatan status

organisasi tersebut, maka struktur organisasinya juga mengalami perubahan.

Sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 632/Kpts/OT.140/12/-2003 tanggal 30

Desember 2003, B.B Pascapanen mempunyai 3 Bagian/Bidang dan 7 Sub

Bagian/Seksi serta Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok fungsional yang

mendukung kegiatan penelitian pascapanen di BB-Pascapanen terdiri dari 4

kelompok, yaitu Kelompok Peneliti (Kelti) Proses Kimia, Kelti Proses Fisik, Kelti

Proses Biologi, dan Kelti Pengelolaan Sistem Mutu.

Gambar 18. Struktur organisasi BB-Pascapanen

Dengan berubahnya status organisasi dari Balitpasca (eselon IIIA) menjadi

BB-Pascapanen (eselon IIB), maka diperlukan kelembagaan yang mapan dan

sumber daya yang kuat serta handal dalam menjalankan fungsi penelitian dan

pengembangan pascapanen. Semakin luasnya jangkauan penelitian dan

pengembangan, makin besar pula kebutuhan sumber daya, dana, sarana dan

Page 82: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

82

prasarana yang perlu dikembangkan. Oleh karena itu, BB-Pascapanen dalam

kurun waktu 2005-2009 akan meningkatkan sumber daya yang dimiliki untuk

dapat menghasilkan teknologi yang bermutu guna memberi keuntungan dan

manfaat bagi petani dan pelaku agribisnis.

B. Perencanaan

Kegiatan Perencanaan dan Penyusunan Program Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian merupakan salah satu kegiatan

Manajemen Perencanaan Penelitian BB-Pascapanen TA 2004, yang disusun

berdasar kepada kebijakan Departemen Pertanian, Program Badan Litbang

Pertanian, Renstra Badan Litbang Pertanian, dan Renstra BB-Pascapanen.

Pada TA 2004, pelaksanaan kegiatan Perencanaan dan Penyusunan

Program Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, bertujuan

untuk 1) mengevaluasi matrik dan proposal penelitian 2005, 2) menyusun

rencana kegiatan penelitian dan anggaran dalam bentuk LK DIP dengan

software RKKAL berdasarkan satuan 3, 3) mengkoordinasikan Penyusunan dan

Evaluasi Renstra BB-Pascapanen 2005 – 2009, 4) penyusunan LAKIP dan Kinerja

BB-Pascapanen 2004, 5) menyusun bahan Rapim BB-Pascapanen 2004, 6)

melaksanakan validasi dan updating SIMPROG dan SIMKEU 2004, 7)

penyusunan laporan keuangan Sistem Akuntansi Pemerintahan 2004, dan 8)

memadukan kegiatan litkaji pascapanen antara BB-Pascapanen dan BPTP.

C. Sumberdaya Manusia

Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, BB-Pascapanen didukung

oleh Sumber Daya Manusia (SDM) sebayak 145 tenaga yang terdiri dari 68

orang tenaga peneliti; 21 orang tenaga teknisi dan 56 orang tenaga

administrasi. Berdasarkan strata pendidikan terdiri atas 8 orang S3; 20 orang S2;

38 orang S1; 10 orang S0 dan 68 orang setingkat SLA. Sebanyak 4 orang tenaga

penelitinya masih menyelesaikan program S2 dan S3 di dalam dan di luar

negeri. Status SDM BB-Pascapanen pada tahun 2004 ditunjukkan pada Tabel 5.

Page 83: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

83

Tabel 5. Suber Daya Manusia BB-Pascapanen per 31 Desember 2004

Pendidikan Jumlah,

(orang)

Usia s/d 50 tahun,

(orang)

Usia 51 s/d 60 tahun,

(orang)

Fungsional

• S3 8 4 4

• S2 18 14 4

• S1 34 30 4

• S0 8 5 3 • SLA 21 15 6

Struktural/Proyek

• S3 0 0 0

• S2 2 1 1

• S1 4 3 1

• S0 3 3 0

• SLTA 40 36 4 • SLTP 3 3 -

• SD 4 4 -

Jumlah 145 118 27

SDM merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu organisasi. Tujuan

suatu organisasi tidak dapat tercapai tanpa memiliki SDM yang handal.

Masalah yang dihadapi dalam pengembangan SDM adalah berkurangnya

tenaga peneliti, teknisi, analis dan administrasi pada lima tahun mendatang

karena banyak yang akan menjalani masa pensiun. Oleh karena itu program

rekruitmen serta rasionalisasi antara tenaga S3, S2, S1, teknisi dan administrasi

akan menjadi perhatian BB-Pascapanen. Selain tiu, BB-Pascapanen berupaya

untuk dapat selalu meningkatkan kemampuan dan profesionalisme SDM yang

dimilikinya. Upaya peningkatan kemampuan SDM dilakukan melalui training

jangka pendek, training jangka panjang, tugas belajar, magang, dan seminar.

D. Pembiayaan

Dana yang diperlukan BB-Pascapanen untuk melaksanakan tupoksinya

berasal dari APBN, Loan dan kerjasama dengan instansi pemerintah dan

swasta. Biaya kegiatan penelitian dan non penelitian TA. 2004 disajikan pada

Tabel 2.

Pembiayaan kegiatan BB-Pascapanen untuk melaksanakan tupoksinya

pada tahun 2004 berasal dari dana DIP dan DIK. Dana Proyek Teknologi

Page 84: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

84

Pascapanen berasal dari The Participatory Development of Agricultural

Technology Project/PAATP yang bersumber dari APBN dan Loan.

Tabel 6. Alokasi dana penelitian dan non penelitian pada BB-Pascapanen

TA. 2004

Alokasi dana Anggaran

(Rp.) Realisasi (Rp.)

A. DIP + DIK BB-Pascapanen

1. Dana kegiatan penelitian dan pengembangan serta

diseminasi

• Penelitian dan Pengembangan

1. Penelitian Pengolahan Puree Mangga & Sirsak

2. Penelitian Model Agroindustri Pengolahan Mente

Terpadu

3. Pengembangan Pengolahan Minyak Kelapa Murni

Terpadu

4. Penelitian Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan

Susu di tingkat Peternak dan Koperasi Susu

5. Penelitian Pengembangan Produk Bunga Kering

dan Ekstraksi Minyak Bunga

6. Penelitian Produk Sayuran Instan melalui Teknologi

FIR (Far Infra Red)

7. Penelitian Pengembangan Tek. Pengolahan

Pangan Non Beras Berbasis Sagu, Sukun dan Labu

Kuning

8. Penelitian Perilaku kontaminan pada Komoditas

Sayuran

• Diseminasi

2. Dana kegiatan non penelitian

• Penyusunan program

• Pengadaan sarana (gedung dan barang modal)

• Administrasi umum

B. DIP Proyek PAATP

Kegiatan Pengembangan Teknologi Pengolahan Pasta

Cabai dan Tomat Skala Agroindustri Mendukung Agribisnis

Sayuran

C. DIP Proyek Poor Farmer

Kegiatan Penelitian dan Pengkajian Pengembangan

Model Pengolahan Padi

D. DIP Proyek Pengembangan Laboratorium

Pembangunan Gedung Kantor

142.368.000

225.000.000

228.028.000

221.749.000

399.499.000

200.400.000

614.993.000

199.449.000

1.087.623.000

574.278.000

310.987.000

2.085.784.000

80.000.000

89.150.000

1.200.000.000

140.536.681

218.867.476

222.427.658

215.596.713

397.007.045

197.727.624

604.789.266

192.700.468

1.078.289.000

571.458.000

300.610.000

2.845.427.000

80.000.000

71.320.000

1.136.375.000

Jumlah 7.742.252.000 8.354.849.000

Keterangan :

Anggaran minus Rp. 612.597.000,- hal ini disebabkan :

- Gaji beberapa PNS pindahan dari instansi lain dibebankan pada BB-Pascapanen, sementara anggaran yang tersedia tidak berubah

Page 85: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

85

1. Fasilitas Penelitian

BB-Pascapanen memiliki fasilitas laboratorium dan bangsal pengolahan

yang cukup memadai di tiga lokasi yaitu Bogor, Jakarta, dan Karawang.

Laboratorium Pasarminggu, Jakarta memiliki kompetensi di bidang pengujian

mutu dan keamanan pangan, serta pengolahan produk aneka minuman,

candy, dan baking. Laboratorium Karawang memiliki kompetensi di bidang

pengujian mutu fisik dan pengolahan aneka tepung. Laboratorium Bogor

merupakan laboratorium induk dengan akurasi tinggi yang memiliki kompetensi

di bidang analisis kimia dan biokimia, dan dilengkapi dengan fasilitas

pengolahan bidang teknologi kimia dan bioproses. Sejalan dengan

ditingkatkannya fasilitas laboratorium dan bangsal di Bogor mulai akhir tahun

2004, laboratorium di Jakarta akan dipindahkan ke Bogor.

2. Sarana pendukung

Sarana pendukung yang dimiliki berupa kendaraan bermotor roda

empat 7 unit yang terdiri 1 unit L300 (tahun 1982); 1 unit Jeep CJ7 (tahun 1983);

Jeep Toyota Hard Top (tahun 1982), 2 unit minibus Toyota Kijang (tahun 2003); 1

unit Toyota Kijang bak terbuka (tahun 2003); 1 unit minibus Mitsubishi Kuda

(tahun 2003); Sepeda motor 2 unit terdiri 1 unit Suzuki A100 (tahun 2002) dan 1

unit Honda GL Pro (tahun 2002) yang berada di Pasarminggu dan Karawang.

3. Pengembangan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BB-Pascapanen secara

bertahap dilengkapi untuk mendukung kelancaran tugas yang dimandatkan

ke BB-Pascapanen. Pada TA 2004 BB-Pascapanen mendapatkan alokasi

anggaran dari Proyek Pengembangan Laboratorium untuk pembangunan

gedung administrasi dan aula.

Buku/Jurnal ilmiah mengenai pascapanen yang tersedia masih sangat

terbatas. Agar tidak tertinggal dalam mendapatkan informasi yang up-to-date

mengenai ilmu pengetahun baik yang secara langsung maupun tidak langsung

terkait dengan program pascapanen, maka BB-Pascapanen secara terus

Page 86: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

86

menerus akan melengkapi perpustakaannya dengan buku/jurnal ilmiah.

Diharapkan dengan adanya buku/jurnal ilmiah dapat memberi informasi bagi

yang membutuhkan dan menambah referensi serta menimbulkan gagasan-

gagasan baru bagi para peneliti untuk dapat menghasilkan inovasi teknologi

pascapanen yang bermutu.

Untuk mendukung kegiatan program penelitian masih sangat diperlukan

tambahan peralatan laboratorium. Kegiatan analisis maupun proses penelitian

memerlukan peralatan laboratorium yang dapat mendukung kecepatan dan

ketepatan analisis sehingga akurasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan

pascapanen dapat dipertanggungjawabkan. Peralatan laboratorium yang

dimiliki oleh BB-Pascapanen banyak yang sudah tua dan rusak. Oleh karena itu,

BB-Pascapanen akan berupaya mendapatkan peralatan laboratorium untuk

melengkapi kekurangan peralatan dan penggantian yang sudah rusak. Selain

mengganti peralatan, untuk meningkatkan akurasi analisis dan mendapatkan

kepercayaan serta pengakuan masyarakat luas, telah pula dimulai persiapan

menuju akreditasi laboratorium pengujian.

Page 87: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

87

PENUTUP

Perubahan lingkungan strategis yang terjadi di tingkat nasional terutama

kebijakan pembangunan pertanian mewarnai arah dan program penelitian di

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian diharapkan dapat

memberi kontribusi yang besar dalam melahirkan inovasi teknologi pascapanen

yang dapat diimplementasikan oleh petani maupun pelaku agribisnis, sehingga

dapat meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dan daya saing baik di pasar

domestik maupun internasional. Era otonomi daerah dan berlakunya Undang-

undang No. 18/2002 mengenai Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan

Penerapan IPTEK, juga turut mempengaruhi strategi penerapan IPTEK di

lapangan.

Besarnya tuntutan pemerintahan yang baik terhadap penyelenggaraan

lembaga pemerintah dengan tiga ciri utama, yaitu kredibilitas, akuntabilitas,

dan transparansi, selalu menjadi acuan dalam pelaksanaan tupoksi Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Dengan segala

kekurangan yang ada, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Pertanian telah berupaya untuk berperan nyata dalam pembangunan

pertanian. Keberadaan dan hasil inovasi teknologi Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian tetap diharapkan dapat bermanfaat

bagi petani dan pelaku agribisnis.

Semoga di masa mendatang Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen Pertanian lebih banyak lagi menghasilkan karya nyata yang

inovatif, teknologi yang membumi sesuai sumber daya yang melimpah, dan

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Page 88: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

88

Lampiran 1a. Matrik Judul RPTP pada BB-Pascapanen TA. 2004

No Judul RPTP Status

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Penelitian pengembangan teknologi pangan berbasis sagu,

sukun dan labu kuning

Penelitian pengembangan produk bunga kering dan

ekstraksi minyak bunga

Penelitian sayuran instan melalui teknologi FIR

Penelitian pengolahan puree mangga dan sirsak skala

komersial

Penelitian model agroindustri pengolahan mete terpadu

Pengembangan pengolahan minyak kelapa murni terpadu

Penelitian perilaku kontaminan pada komoditas sayuran

Penelitian perbaikan mutu dan keamanan susu di tingkat

peternak dan koperasi susu

Diseminasi dan komunikasi program dan hasil penelitian

pascapanen

Lanjutan

Lanjutan

Lanjutan

Lanjutan

Lanjutan

Lanjutan

Baru

Baru

Lanjutan

Page 89: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

89

Lampiran 1b. Matrik Judul RPTP pada BB-Pascapanen TA. 2005

No Judul RPTP Status

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan sagu

sebagai pangan pokok di kawasan timur Indonesia

Penelitian dan pengembangan produk hilir pati kasava

Pengembangan teknologi penanganan dan pengolahan

jeruk

Penelitian dan pengembangan teknologi pengolahan

jagung terpadu

Pengembangan teknologi penanganan dan pengolahan

cabe dan tomat

Pengembangan teknologi pengolahan minyak kelapa

murni dan produk terunannya

Penekanan kehilangan hasil pascapanen padi dan

penerapan Good ManufacturePracties

Indentifikasi kontaminan dan perbaikan mutu produk

sayuran (kubis, tomat, wortel)

Penelitian perbaikan mutu dan keamanan pangan susu di

tingkat peternak dan koperasi susu

Teknologi pemanfaatan tanaman untuk bahan baku industri

biofarmaka

Pengembangan teknologi pengolahan mete terpadu

Lanjutan

Baru

Baru

Baru

Lanjutan

Lanjutan

Baru

Lanjutan

Lanjutan

Baru

Lanjutan

Page 90: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

89

Lampiran 2a. Rekapitulasi Realisasi Anggaran Rutin dan Pembangunan pada BB-Pascapanen Tahun 2004

No

Jenis Anggaran

Gaji/Upah

Biaya Modal

Non Pegawai

Total

Pagu

(Rp.000)

Realisasi

(Rp.000)

Pagu

(Rp.000)

Realisasi

(Rp.000)

Pagu

(Rp.000)

Realisasi

(Rp.000)

Pagu

(Rp.000)

Realisasi

(Rp.000)

A

DIP TA. 2004

1

Penyusu

na

n R

enca

na

Teknis

56.7

60

56640

- -

517.5

18

514.8

18

574.2

78

571.4

58

2

Peng

ad

aa

n S

ara

na

-

- 310.9

87

300.6

10

- -

310.9

87

300.6

10

3

Penelit

ian d

an

Disem

ina

si

386.7

60

379.0

80

- -

3.0

15.2

93

2.9

70.5

92

3.4

02.0

53

3.3

49.6

72

4

Pem

anta

ua

n d

an

Eva

lua

si

12.0

00

10.9

80

- -

135.2

87

134.5

09

147.2

87

145.4

89

Total DIP

455.520

446.700

310.987

300.610 3.668.098 3.619.919 4.434.605 4.367.229

B DIK TA. 2004

A

dm

inistra

si U

mum

1.6

40.7

85

2.4

04.8

37

- -

297.7

12

295.1

01

1.9

38.4

97

2.6

99.9

38

Total DIK

1.640.785 2.404.837

- -

297.712

295.101 1.938.497 2.699.938

Total DIP + DIK TA. 2004

2.096.305 2.851.537

310.987

300.610 3.965.810 3.915.020 6.373.102 7.067.167

Page 91: laporan tahunan 2004-new - …pascapanen.litbang.pertanian.go.id/ppid/assets/file_ppid/LT_2004.pdf · Strategi pembangunan pertanian dalam dua ... Kegiatan pascapanen merupakan bagian

90

Lampiran 2b. Rekapitulasi Realisasi Anggaran Pembangunan dan Rutin pada BB-Pascapanen Tahun 2005

(Realisasi kumulatif per 31 Agustus 2005)

No

Jenis Anggaran

Gaji/Upah

Biaya Modal

Non Pegawai

Total

Pagu

(Rp.000)

Realisasi

(Rp.000)

Pagu

(Rp.000)

Realisasi

(Rp.000)

Pagu

(Rp.000)

Realisasi

(Rp.000)

Pagu

(Rp.000)

Realisasi

(Rp.000)

DIP TA. 2005

1

Penyusu

na

n P

rog

ram

41.5

00

14.8

00

- -

316.5

20

111.6

12

358.0

20

126.4

12

2

Penelit

ian d

an

Disem

ina

si

364.7

00

128.8

40

- -

2.2

92.9

44

779.5

82

2.6

57.6

44

908.4

22

3

Peng

ad

aa

n B

ara

ng

da

n

Ba

ng

una

n

- -

2.0

61.5

30

196.7

09

- -

2.0

61.5

30

196.7

09

4

Penyele

ng

ga

raa

n P

NBP

- -

- -

7.0

00

- 7.0

00

-

5

Ad

min

istra

si U

mum

1.3

11.5

70

1.7

80.4

44

401.2

24

16.3

90

1.1

77.3

13

723.7

47

2.8

90.1

07

2.5

20.5

81

Total DIPA 2005

1.717.770 1.924.084 2.462.754

213.099 3.793.777 1.614.941 7.974.301 3.752.124