Laporan ta september

44
LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER A.N. ADE SUERANI TERDIRI DARI : 1. DRAF REKOMENDASI DPRD ATAS LKPJ GUBERNUR SELAKU KEPALA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009; 2. PENDAPAT AKHIR FRAKSI BANGUN SULTRA ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD TAHUN ANGGARAN 2009; 3. TELAAH ATAS RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, DAN PAJAK DAERAH; 4. RISALAH RAPAT BALEGDA TERKAIT USULAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH TAHUN 2010; dan 5. PENYUSUNAN RANCANGAN PROGRAM, KEGIATAN DAN KEBUTUHAN ANGGARAN BADAN LEGISLASI DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011. Kendari, Oktober 2010

Transcript of Laporan ta september

Page 1: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER

A.N. ADE SUERANI

TERDIRI DARI :

1. DRAF REKOMENDASI DPRD ATAS LKPJ GUBERNUR SELAKU

KEPALA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009; 2. PENDAPAT AKHIR FRAKSI BANGUN SULTRA ATAS RANCANGAN

PERATURAN DAERAH PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD TAHUN ANGGARAN 2009;

3. TELAAH ATAS RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, DAN PAJAK DAERAH;

4. RISALAH RAPAT BALEGDA TERKAIT USULAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH TAHUN 2010; dan

5. PENYUSUNAN RANCANGAN PROGRAM, KEGIATAN DAN KEBUTUHAN ANGGARAN BADAN LEGISLASI DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011.

Kendari, Oktober 2010

Page 2: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 1

Kendari, 4 Oktober 2010

Kepada Lampiran : 1 (satu) Dokumen Laporan Yth. Sekretaris DPRD Sultra Perihal : Laporan Kegiatan Tenaga Ahli Di-

Bulan September 2010 K e n d a r i

Dengan hormat,

Bersama ini disampaikan laporan kegiatan tenaga ahli Badan

Legislasi Daerah a.n. Ade Suerani pada bulan Sepetmber antara

lain:

1. Menyusun Draf Rekomendasi DPRD atas LKPJ Gubernur

Sulawesi Tenggara Selaku Kepala Daerah Tahun Anggaran 2009;

• Penyusunan draf rekomendasi DPRD atas LKPJ gubernur

selaku kepala daerah tahun anggaran 2009 dilakukan atas

inisiatif pribadi, dan hasilnya diberikan kepada Bapak Drs. H.

Ryha Madi, bapak Abd. Hasid Pedansa, dan sebagian filenya

dicopykan ke Robert Piter Raru, SH., M.Si. Kasubag. PUU -

Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Sultra.

• Draf Rekomendasi DPRD atas LKPJ Gubernur Tahun 2009

yang disusun, lebih dari 80 persen materinya diambil menjadi

materi final rekomendasi DPRD sebagaimana tertuang dalam

lampiran Keputusan DPRD Sultra No. 15 Tahun 2010.

• Materi yang mengalami banyak perbaikan pada bagian

“Pengelolaan keuangan Daerah. Materi pembuka dari draf ini

diambil seluruhnya tanpa penambahan dan pengurangan,

materi “Arah Kebijakan Umum Pemerintahan Daerah” diambil

seluruhnya tanpa penambahan dan pengurangan, materi

“Penyelenggaraan Urusan Desentralisasi” mengalami

penambahan 3 paragraf 119 kata, materi “Penyelenggaraan

Tugas Pembantuan” diambil seluruhnya tanpa pengurangan

dan penambahan, materi “Tugas Umum Pemerintahan”

Page 3: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 2

diambil seluruhnya, dan ditambahkan 2 poin tentang

pembinaan batas wilayah dan penyelenggaraan ketentraman

dan ketertiban masing-masing sebanyak 36 kata dan 29 kata.

Selanjutnya, ada penambahan khusus sebanyak 7 poin

sebanyak 193 kata.

• Materi final dari draf ini telah dibacakan pada tanggal 15

September 2010.

2. Menyusun Pendapat Akhir Fraksi Bangun Sultra atas Raperda

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA 2009. Penyusunan

“Pendapat Akhir Fraksi Bangun Sultra” dilakukan atas

permintaan Ketua Fraksi Bangun Sultra, Bapak Abd. Hasid

Pedansa. Seluruh materi “Pendapat Akhir Fraksi Bangun Sultra”

yang tertuang dalam laporan ini adalah materi final yang telah

dibacakan pada tanggal 15 September 2010.

3. Merumuskan Telaah atas Retribusi Pemakaian Kekayaan

Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, dan

Pajak Daerah sebagai bahan masukan rapat DPRD dengan

Pemda (Balegda dengan Biro Hukum) terkait Usul Program

Legislasi Daerah 2010. Perumusan ini dilakukan atas

permintaan Wakil Ketua Badan Legislasi Daerah, Bapak Abd.

Hasid Pedansa. Hasil telaah tersebut hanya digunakan sebagai

bahan referensi anggota Balegda yang menghadiri rapat, namun

anggota belum menggunakan dalam hal mengkaji substansi

raperda.

4. Membuat Risalah Rapat Koordinasi DPRD (Badan legislasi

Daerah) dengan eksekutif (Biro Hukum dan Dispenda) terkait

Usul Program Legislasi Daerah Tahun 2010. Risalah ini

dilakukan atas inisiatif pribadi dan hasilnya menjadi arsip

Sekretariat Badan Legislasi Daerah.

Page 4: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 3

5. Menyusun Rancangan Program, Kegiatan, dan Kebutuhan

Anggaran Badan Legislasi Daerah Tahun Anggaran 2011

bersama Bapak Bambang Suprapto, S.Sos, Koordinator Staf

Sekretariat Badan Legislasi Daerah. Konsep rancangannya telah

diterima Wakil Ketua Balegda, yang penetapannya akan

dilakukan setelah diadakannya rapat internal bersama anggota

Balegda lainnya, dibulan Oktober pasca Reses Masa Sidang

Ketiga.

Demikian uraian kegiatan yang dapat saya laporkan sebagai

bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas. Seluruh

materi laporan ini insya Allah dapat dipertanggungjawabkan. Terima

kasih.

Yang Membuat,

ADE SUERANI Tenaga Ahli Badan Legislasi Daerah

Tembusan Yth.: 1. Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari; dan 2. Ketua Badan Legislasi Daerah DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari

Page 5: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 4

DRAF REKOMENDASI DPRD ATAS

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN GUBERNUR SELAKU KEPALA DAERAH TAHUN 2009

Sebagaimana diamanahkan dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, dan DPRD,

bahwa DPRD memiliki tugas dan wewenang untuk meminta laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. LKPJ akhir tahun anggaran yang merupakan laporan berupa informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah selama tahun 2009, semestinya disampaikan kepada DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Namun, karena satu dan lain hal, LKPJ gubernur baru dapat disampaikan dalam rapat paripurna dewan pada tanggal 23 Agustus 2010, yang berarti telah mengalami keterlambatan selama 5 (lima) bulan. Untuk itu, dewan

berharap agar hal ini tidak terjadi lagi ditahun-tahun yang akan datang. Menyikapi LKPJ tersebut, DPRD oleh PP No. 3 Tahun 2007 diamanatkan

untuk melakukan pembahasan internal sesuai tata tertib DPRD, dan pada tanggal 2 September 2010, dewan telah membentuk Panita Khusus yang diberikan mandat penuh guna melakukan pendalaman atas LKPJ dan merumuskan keputusan DPRD berupa rekomendasi dalam rangka perbaikan penyelenggaraan pemerintahan daerah ke depan.

Rekomendasi dimaksud adalah berupa saran, masukan dan atau koreksi terhadap laporan keterangan pertanggungjawaban gubernur terhadap penyelenggaraan urusan desentralisasi, penyelenggaraan tugas pembantuan dan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan, sebagaimana diisyaratkan dalam Penjelasan Pasal 23 ayat (5) PP No. 3 tahun 2007.

Standar pemberian rekomendasi adalah kesesuaian dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan baik dalam hal muatan materi yang ketentuannya diatur dalam PP No. 3 tahun 2007 maupun substansi materi yang

diatur dengan peraturan perundangan teknis lainnya seperti Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan serta Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2008 tentang Urusan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, dan lain sebagainya.

A. Arah Kebijakan Umum Pemerintahan Daerah

Menurut Pasal 19 ayat (1) PP No. 3 tahun 2007, dikatakan bahwa arah kebijakan umum pemerintahan daerah memuat visi, misi, strategi, kebijakan dan prioritas daerah.

Dalam Peraturan Daerah No. 7 tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), telah dijelaskan secara komprehensif visi, misi, strategi, dan kebijakan, bahkan prioritas pembangunan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.

Mencermati arah kebijakan umum pemerintahan daerah yang disampaikan dalam LKPJ halaman II-4 huruf B dan halaman II-6 huruf C, materi “kebijakan”

Page 6: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 5

dan “prioritas” pembangunan daerah tidak sesuai dengan apa yang dijelaskan

dalam RPJMD. Dalam LKPJ, dikatakan bahwa “Strategi dan Arah Kebijakan Daerah”

meliputi 4 (empat) strategi pembangunan : pembangunan yang bertumpu pada manusia, pembangunan yang bertumpu pada pusat-pusat pertumbuhan, pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, dan pengarus-utamaan gender.

Sedangkan “Prioritas Daerah” meliputi, pengembangan kualitas sumber daya manusia, revitalisasi pemerintahan daerah, pembangunan ekonomi,

pembangunan kebudayaan dan mempercepat pembangunan infrastruktur. Namun dalam RPJMD, materi “Strategi” dan “Arah Kebijakan” dijelaskan

secara terpisah. Materi “Strategi” yang dimaksud meliputi : pembangunan yang bertumpu pada manusia, pembangunan yang bertumpu pada pusat-pusat pertumbuhan, pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, dan pengarus-utamaan gender.

Dalam RPJMD juga dijelaskan, materi “Arah Kebijakan” adalah pembangunan kualitas sumber daya manusia, revitalisasi pemerintahan daerah,

pembangunan ekonomi, pembangunan kebudayaan, dan mempercepat pembangunan infrastruktur.

Begitupula yang materi “Prioritas Daerah” adalah telah diuraikan dalam Bab V Arah Kebijakan Umum, Lampiran Perda No. 7 tahun 2008 tentang RPJMD.

Dengan demikian, DPRD berpendapat bahwa muatan materi dari Arah Kebijakan Umum Pemerintahan Daerah tidak dijelaskan sepenuhnya, khususnya bagian “kebijakan” dan “prioritas daerah”.

Atas hal ini, DPRD merekomendasikan:

1. Agar apa yang telah menjadi komitmen bersama DPRD sebagaimana tertuang dalam Perda RPJMD tidak dijelaskan secara sepotong-sepotong atau terpisah, khususnya dalam penyampaian LKPJ ditahun-tahun yang akan datang, melainkan konsisten sebagaimana tertuang dalam RPJMD.

2. Khusus yang menjadi “prioritas daerah” sebagaimana diuraikan dalam BAB V Lampiran Perda RPJMD dapat dilakukan secara bertahap dan terukur, dalam

arti dapat dijelaskan prosentase pencapaiannya.

B. Pengelolaan Keuangan Daerah I. Pendapatan Target Rp. 1.264.926.577.780,- bersumber dari: Pendapatan Asli Daerah Rp. 472.992.247.780,- Dana Perimbangan Rp. 728.362.930.000,- Lain-Lain Pendapatan yang sah Rp. 63.571.400.000,- Realisasi Rp. 1.030.720.130.652,09 atau 81,48 persen

II. Belanja Rencana Rp. 1.360.537.188.570,-

Realisasi Rp. 1.119.970.384.224,15 atau 82,30 persen

Page 7: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 6

III. Pembiayaan 1. Penerimaan

Target Rp. 107.910.610.790,- Realisasi Rp. 124.465.203.285,05 atau 115,34 persen

2. Pengeluaran Rencana Rp. 12.300.000.000,-

Realisasi Rp. 4.205.897.509,- atau 34,19 persen

Secara umum, pendapat DPRD atas pengelolaan keuangan daerah permasalahannya lebih kepada ketersedian sumber daya manusia (SDM) dalam mengelola keuangan daerah, dalam hal ini ketidaksiapan aparatur secara materi dan penempatan SDM yang mengesampingkan standar kompetensi maupun kompetensi bidang.

Selain itu, belum adanya perangkat lunak berupa peraturan daerah dalam rangka peningkatan PAD khususnya yang berasal dari sumbangan pihak ketiga.

Untuk itu, DPRD merekomendasikan : 1. Agar peningkatan SDM pengelola keuangan daerah betul-betul dilaksanakan

sesuai dengan kebutuhan. DPRD menemukan, penggunaan belanja untuk peningkatan SDM di Dinas Pendapatan Daerah, sebanyak 15 orang

diperuntukan untuk training ESQ, yang menurut hemat DPRD tidak menjawab permasalahan SDM di Dinas Pendapatan Daerah untuk peningkatakan pendapatan daerah.

2. Agar penempatan aparatur pengelola keuangan daerah kiranya memperhatikan standar kompetensi maupun kompetensi bidang, untuk menghindari dan meminimalisir kekeliruan penyusunan anggaran, penggunaan anggaran dan pembuatan laporan keuangan.

3. Agar dalam rangka memberi landasan hukum untuk melakukan penarikan/pemungutan dari pihak ketiga berupa sumbangan pihak ketiga dilakukan dengan membentuk peraturan daerah tentang Sumbangan Pihak Ketiga dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam.

C. Penyelenggaraan Urusan Desentralisasi Terhadap penyelenggaraan urusan desentralisasi, DPRD menemukan

muatan materi LKPJ bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan 22 urusan wajib yang diurus oleh 32 SKPD dan 7 urusan pilihan yang diurus 7 SKPD. Atas hal ini DPRD berpendapat bahwa hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 2 tahun 2008 yang merupakan penjabaran dari UU No. 32 tahun 2004 dan PP No. 38 tahun 2007, dimana dikatakan bahwa ada 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan.

DPRD melihat bahwa dalam LKPJ gubernur, yang menjadi tolok ukur penyelenggaraan urusan desentralisasi adalah SKPD yang menyelenggarakannya. Sedang pendapat DPRD, mestinya yang menjadi tolok ukur penyelenggaraan desentralisasasi adalah urusannya. Suatu urusan dapat dikatakan berhasil atau

Page 8: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 7

memiliki kemajuan, jika urusan tersebut diurus/ditangani hingga mencapai

prosentase pencapaian sesuai atau mendekati target. Dalam LKPJ juga tidak dijelaskan kegiatan, output, permasalahan dan

solusi dari urusan pertanahan, urusan kependudukan dan catatan sipil, urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera, dan urusan statistik, padahal urusan-urusan tersebut merupakan urusan wajib dan telah diselenggarakan pemerintahan daerah. Demikian pula urusan ketransmigrasian yang merupakan urusan pilihan, tidak dijelaskan dalam LKPJ, padahal urusan tersebut diselenggarakan pemerintahan daerah.

Untuk itu DPRD merekomendasikan, agar penyusunan LKPJ bagian penyelenggaraan urusan desentralisasi kiranya memperhatikan ketentuan Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Daerah No. 2 tahun 2008. Boleh jadi, satu urusan ditangani oleh dua atau lebih SKPD, demikian pula, satu SKPD boleh jadi mengurus dua atau lebih urusan. Namun, yang menjadi tolok ukur adalah urusannya, bukan SKPDnya.

Substansi materi lainnya adalah penyelenggaraan urusan desentralisasi yang disampaikan dalam LKPJ memuat program dan kegiatan yang bukan merupakan kewenangan pemerintahan daerah provinsi. Seperti urusan pendidikan, dengan program pendidikan anak usia dini dan kegiatannya Rintisan Pembangunan Kelembagaan PAUD; Pengadaan Alat Bermain TK, ataupun kegiatan-kegiatan lainnya seperti rehabilitasi SD, SMP, SMU dan pengadaan buku-buku pelajaran, semestinya merupakan urusan pemerintahan daerah kabupaten/kota.

DPRD berpendapat, tidak semua pendanaan yang berasal dari APBD yang

dialokasikan pada setiap SKPD membiayai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi sebagaimana tertuang dalam LKPJ, melainkan juga membiayai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota, sebagaimana pembiayaan urusan pendidikan diatas.

Untuk itu, DPRD merekomendasikan agar SKPD-SKPD perlu memahami dan mengimplementasikan urusan-urusan yang menjadi kewenangannya sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2008. Catatan-catatan lainnya sebagai rekomendasi dalam penyelenggaraan urusan desentralisasi, DPRD dapat sampaikan sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan kepegawaian daerah kiranya senantiasa memperhatikan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti pengadaan pegawai dan penempatan dalam jabatan struktural. Dalam hal pengadaan pegawai, kiranya memperhatikan betul-betul atas dasar kebutuhan, baik dalam arti jumlah dan mutu pegawai maupun kompetensi jabatan yang diperlukan. Demikian halnya dengan penempatan PNSD dalam jabatan struktural, senantiasa memperhatikan standar kompetensi jabatan dalam hal ini kompetensi dasar dan kompetensi bidang. Hal ini DPRD ketengahkan, karena pegawai daerah merupakan bagian paling strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Ujung tombak

Page 9: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 8

pelayanan publik ada di pegawai daerah. Semakin terpenuhinya pengadaan

pegawai dan penempatanan pegawai dalam jabatan struktural terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, semakin kecil peluang gagalnya penyelenggaraan pemerintahan daerah.

2. Dalam hal kelembagaan, DPRD merekomendasikan agar perlunya peninjauan kembali terhadap eksistensi Bagian Perlengkapan di Biro Umum Sekretariat Daerah dengan Dinas Pendapatan dan Aset Daerah. Bagian Perlengkapan kiranya dikembalikan setara eselon IIB yang mengelola dan mengurus segala

barang daerah termasuk asset daerah. Sedangkan Dinas Pendapatan dan Aset Daerah, dikembalikan menjadi Dinas Pendapatan.

3. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah, dalam rangka penyelenggaraan urusan desentralisasi, DPRD merekomendasikan agar setiap urusan yang dikelola/diurus wajib atasnya perangkat lunak sebagai landasan operasionalnya baik berupa peraturan daerah ataupun peraturan gubernur. Prinsip otonomi daerah sesungguhnya adalah menjabarkan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi menjadi peraturan daerah/peraturan gubernur untuk menjadi dasar pelaksanaan urusan-urusan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah/desentralisasi. Untuk itu, adalah kewajiban pimpinan SKPD untuk merumuskan atau menyiapkan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup dan bidang tugasnya dalam rangka penyelenggaraan urusan desentralisasi sebagaimana diamanatkan Pasal 8 Peraturan Daerah Nomor 2 tahuhn 2008.

D. Penyelenggaraan Tugas Pembantuan

Terhadap penyelenggaraan tugas pembantuan, muatan materi yang disampaikan dalam LKPJ hanya “program” saja, tidak disebutkan dan dijelaskan “kegiatan dan pelaksanaannya”, atas program tugas pembantuan yang diterima. Bagian “kegiatan” dan “pelaksanaannya” menjadi perlu untuk disampaikan, agar urusan pemerintah yang ditugaspembantuaankan yang diterima gubernur, dapat sinkron dengan urusan pemerintahan daerah sebagaimana amanat Pasal 21 ayat (3) PP No. 3 Tahun 2007 jo Pasal 42 ayat (1) dan (3) PP No. 7 Tahun 2008.

Persoalan subtansi lainnya, DPRD menemui dasar hukum penyelenggaraan tugas pembantuan yang dijelaskan dalam LKPJ yakni Pasal 20 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004, bukanlah merupakan dasar hukum penyelenggaraan tugas pembantuan yang diterima. Dasar hukum yang dimaksud haruslah peraturan menteri terkait dalam hal ini Peraturan Menteri Sosial, Peraturan Menteri Pertanian, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, Peraturan Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya, serta Peraturan Menteri Kesehatan, sebagaimana diatur dalam Pasal 39 ayat (5) PP No. 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Selain itu, harus disertakan pula Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Peraturan Gubernur yang menjadi landasan penyelenggaraan tugas pembantuan tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 42 ayat (2) PP No. 7 Tahun 2008.

Atas hal ini, DPRD merekomendasikan : agar LKPJ ditahun-tahun berikutnya, muatan materi dan substansi materi penyelenggaraan tugas pembantuan betul-betul memperhatikan ketentuan Pasal 21 ayat (3) PP No. 3

Page 10: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 9

Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada

Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat, dan pasal 39 ayat (5) Pasal 42 ayat (1), (2) dan (3) PP No. 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. E. Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan

Terhadap muatan dan sistematika LKPJ bagian penyelenggaraan tugas umum pemerintahan, DPRD memberikan apresiasi dan penghargaan atas

kesesuaian dan kepatuhan terhadap PP No. 3 tahun 2007.

Namun secara substansi materi, DPRD merekomendasikan : 1. Kerjasama antar daerah baru sebatas wacana dan kesepakatan kerjasama

belum pada tataran implementatif. Permasalahannya sebagaimana tertuang dalam LKPJ, belum adanya lembaga teknis yang menangani kesepakatan kerjasama. Untuk itu gubernur menawarkan solusi dengan membentuk lembaga teknis yang menangani pelaksanaan kerjasama antar daerah. Atas tawaran solusi ini, DPRD berpendapat agar SKPD-SKPD yang relevan dengan bidang-bidang yang menjadi objek kerjasama dapat ditingkatkan koordinasinya dengan membentuk tim khusus, yang beranggotakan SKPD-SPKD terkait untuk menindaklanjuti bentuk-bentuk kerjasama yang telah dibangun gubernur. Hal lainnya yang menjadi bagian kerjasama antar daerah khususnya yang

membebani masyarakat dan daerah kiranya dikomunikasikan juga dengan DPRD, karena salah satu tugas dan wewenang DPRD adalah memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

2. Kerjasama dengan pihak ketiga, baik masih dalam bentuk perencanaan, pelaksanaan maupun pasca pelaksanaannya kiranya dikomunikasikan juga dengan DPRD khususnya yang membebani masyarakat dan daerah, karena salah satu tugas dan wewenang DPRD memberikan persetujuan terhadap

rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah. DPRD juga menghimbau agar kerjasama dengan pihak ketiga kiranya betul-betul dapat memberikan manfaat secara langsung terhadap masyarakat dan daerah.

3. Koordinasi dengan Instansi Vertikal di daerah, satu hal yang menjadi perhatian

DPRD adalah sengketa lahan TNI AU dengan warga Kec. Konda, Kec. Ranometo dan Kec. Ranometo Barat Kab. Konawe Selatan kiranya dapat diselesaikan sebagaimana yang menjadi kesepakatan Komisi I DPRD dengan Biro Hukum dengan membentuk Tim Terpadu, untuk segera ditindaklanjuti. Terhadap instansi-instansi vertikal lainnya, kiranya lebih ditingkatkan kembali komunikasinya melalui rapat-rapat koordinasi, dan DPRD merekomendasikan agar rapat koordinasi dengan instansi vertikal perlu diagendakan secara rutin minimal sebulan sekali.

Page 11: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 10

4. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana, DPRD berpendapat agar pencegahan dan penanggulangan bencana bukan saja dilakukan pada bencana alam sebagaimana dilaporkan dalam LKPJ, tetapi juga bencana non alam seperti kebakaran hutan, kecelakaan transportasi, dan bencana lain akibat ulah manusia seperti bencana social seperti kerusuhan atau konflik di masyarakat sebagaimana pernah disampaikan gubernur pada rapat paripurna dewan tanggal 2 Maret 2009 saat Penjelasan Gubernur terkait raperda pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Demikian catatan-catatan sebagai masukan dan rekomendasi DPRD untuk

perbaikan dan penyempurnaan penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi Sulawesi Tenggara ditahun-tahun yang akan datang. Akhirnya, lebih dan kurangnya mohon dimaafkan, dan terima kasih atas perhatiannya.

Kendari, 15 September 2010

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PIMPINAN,

Wakil Ketua, Wakil Ketua, Wakil Ketua, Muh. Endang, SA., S.Sos Drs. Sabaruddin Labamba, M.Si La Pili, S.Pd.

Page 12: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 11

PENDAPAT AKHIR FRAKSI BANGUN SULTRA ATAS

RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

TAHUN ANGGARAN 2009 Yth. Saudara Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Yth. Saudara-Saudara Wakil Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Yth. Saudari Ketua Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara Yth. Saudara-Saudara Pejabat Tinggi TNI dan POLRI Yth. Saudara Rektor Universitas Haluoleo Yth. Saudara Saudari Pimpinan SKPD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara Yth. Rekan–Rekan Anggota Dewan, Insans Pers, Hadirin yang berbahagia. Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat Pagi, Salam Sejahtera buat kita semua

Sebagai wujud syukur atas limpahan rahmat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Esa, patut kiranya jika pada kesempatan ini kita memuji dan memuja-Nya karena telah mengizinkan dan memberikan kesempatan lahir dan batin, sehingga pada hari ini kita masih dapat berkumpul dalam suasana idul fitri dalam rapat paripurna dewan dengan agenda pokok pengambilan keputusan atas Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009.

Perkenankanlah kami, segenap pimpinan dan anggota Fraksi Bangun Sultra yang berasal dari Partai Persatuan Pembangunan, PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bintang Reformasi mengucapkan Selamat Idul Fitri 1431 H, mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita semua yang hadir disini, dan keluarga yang berada dirumah dan dimana saja, dapat kembali fitri untuk kembali mengemban amanah sebagai umat dan hamba-Nya. Amin Mendahului agenda pokok tersebut diatas, Rapat Dewan yang terhormat ini terlebih dahulu memberi kesempatan kepada fraksi-fraksi Dewan untuk menyampaikan pendapat akhirnya setelah diawali laporan panitia khusus, untuk selanjutnya menjadi bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan atas Rancangan Peraturan Daerah dimaksud. Untuk itu, kepada pimpinan rapat, atas nama Fraksi Bangun Sultra, kami menyampaikan terima kasih atas kesempatannya.

Saudara Gubernur, Rapat Dewan yang Terhormat….

Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun 2009 oleh Gubernur, dan pembahasannya bersama DPRD, sebagaimana diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan baik itu UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah serta Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, pada dasarnya selain merupakan tugas dan kewajiban

Page 13: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 12

konstitusional juga merupakan aktualisasi prinsip kemitraan, antara Pemerintah

Daerah dan DPRD sebagai sesama unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah. Oleh karenanya, kemitraan yang sejajar antara Pemerintah Daerah dan DPRD tersebut ini perlu dibina secara optimal dalam koridor saling asah dan saling isi dengan menjunjung nilai-nilai kebersamaan sesuai dengan fungsi, tugas dan peran kita masing masing dengan menyadari bahwa Pemerintah Daerah tanpa membina kemitraan dengan DPRD, maka dia sama dengan mayat berjalan, sebaliknya DPRD tanpa dukungan kemitraan dari Pemerintah Daerah, maka dia

akan menjadi bangkai bernyawa. Dengan kerangka pemikiran tersebut ini, kita tiba pada suatu kesimpulan

bahwa, keberhasilan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan, Pembangunan dan Pelayanan kepada masyarakat di daerah ini adalah juga merupakan bagian dari keberhasilan Dewan dan sebaliknya kegagalan DPRD dalam mengemban fungsi, tugas dan wewenangnya juga merupakan kegagalan Pemerintah Daerah.

Kita semua memahami bahwa Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD yang disampikan Gubernur kepada Dewan, memuat laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan arus kas. Dan yang cukup substansial lagi, dewan telah menerima laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah dari BPK secara lengkap, yang hal ini dapat menjadi materi sandingan dengan realisasi penggunaan anggaran.

Terhadap seluruh materi tersebut diatas, dewan telah pula malakukan

pembahasan baik itu berlangsung di internal Dewan maupun bersama dengan pihak Pemerintah Daerah melalui rapat gabungan komisi yang berlangsung tanggal 4 dan 5 September 2010 lalu.

Dan dalam pembahasan dengan pihak Pemerintah Daerah tersebut diatas, beragam pertanyaan kritis yang disampaikan anggota Dewan kepada Pemerintah Daerah utamanya terhadap kinerja Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah yang telah kita sepakati dalam Perda Perubahan APBD 2009 yang tidak terealisasi serta laporan hasil pemeriksan Badan Pemeriksa Keuangan yang dalam pembahasannya tidak jarang muncul perbedaan dan perdebatan, namun kesemuanya ini masih dalam koridor demokrasi dan semangat kebersamaan.

Kita juga memahami bahwa, konteks pembahasan Rancangan Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2009 ini tidak untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap muatan materinya, namun dalam rangka evaluasi antara rencana dan realisasi dan laporan dengan kenyataan sesuai dengan norma-norma yang ada.

Untuk itu, Fraksi Bangun Sultra akan menyampaikan beberapa evaluasi terhadap Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2009 sebagai berikut : I. Umum

Secara normatif Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2009 ini, sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan, sudah harus disampaikan kepada Dewan paling lambat bulan Juni tahun 2010, namun pada kenyataannya baru disampaikan kepada Dewan pada minggu ketiga Bulan Agustus 2010 yang berarti telah mengalami keterlambatan ± 2 (dua) bulan.

Page 14: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 13

Keterlambtan tersebut diatas, sudah barang tentu berimplikasi secara

sistemik terhadap pemenuhan jadwal waktu yang menjadi kewajiban Pemerintah Daerah yang berkitan dengan perencanaan Anggaran Daerah yang diamanatkan Peraturan Perundang Undangan yakni: a. Penyampaian Kebijakan Umum APBD dan PPAS APBD 2011 dan laporan

semester pertama APBD 2010 yang semestinya sudah harus disampaikan kepada Dewan masing masing pada bulan Juni dan Juli 2010.

b. Penyampaian Kebijakan Umum dan PPAS APBD Perubahan 2010 paling lambat bulan Agustus 2010 dan Raperda APBD Perubahan 2010 selambat lambatnya

minggu kedua bulan September 2010. c. Penyampaian Rancangan Perda APBD 2011 beserta dokumen pendukungnya

selambat lambatnya minggu kedua bulan Oktober 2010. Mencermati agenda-agenda tersebut diatas, dapat dipastikan jika

Pemerintah Daerah tidak mungkin lagi tepat waktu untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan yang menjadi kewajibannya untuk disampaikan kepada Dewan khususnya KUA PPAS APBD 2011, laporan semester pertama APBD 2010, Rancangan Perubahan APBD 2010, bahkan mungkin keterlambatan penyampaian Rancangan Perda APBD 2011.

Terhadap hal ini, Fraksi Bangun Sultra mengharapkan agar keterlambatan tersebut tidak lagi terjadi di tahun-tahun mendatang. II. Pendapatan

Pendapatan Daerah yang disepakati dalam Perubahan APBD 2009

seluruhnya berjumlah Rp. 1.264.926.577.788 (Satu Triliyun, Dua Ratus Milyar lebih) dengan realisasinya sebesar Rp. 1.030.720.130.652 (Satu Triliyun, Tiga Puluh Milyar lebih rupiah) atau 81,48 persen.

Hal ini berarti ada 18,52 persen target pendapatan yang tidak terealisasi, yang antara lain bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD dalam APBD Perubahan ditargetkan sebesar Rp. 472.992.247.780 (Empat Ratus Tujuh Puluh Dua Milyar, Sembilan Ratus Sembilan Puluh Dua Juta lebih rupiah) namun realisasinya mencapai Rp. 223.128.480.722 (Dua Ratus Dua Puluh Tiga Milyar, Seratus Dua Puluh Delapan juta lebih rupiah) atau 47.17%.

Adapun komponen-komponen PAD yang tidak mencapai target tersebut diatas berasal dari : a. Pajak daerah tidak terealisasi sebasar Rp. 16.842.955.429 (Enam Belas Milyar

Delapan Ratus Empat Puluh Dua Juta lebih rupiah) b. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan yang semula dianggarkan

sebesar Rp. 10.558.000.417,- (Sepuluh Milyar lebih) namun realisasinya hanya sebesar 4.871.003.000,- (Empat milyar lebih)

c. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang ditargetkan dalam APBD sebesar Rp. 250.596.000.887 (Dua Ratus Lima Puluh Milyar lebih) sedang realisasinya sebesar Rp. 6.602.066.000 (Enam Milyar lebih)

Rapat Dewan yang Terhormat, Hadirin yang Berbahagia….

Mencermati rencana dan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah tersebut diatas, harus diakui jika hal ini baru pertama kali terjadi realisasi Pendapatan Asli Daerah hanya mencapai 47,17 persen. Fraksi Bangun Sultra berpendapat, hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain:

Page 15: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 14

a. Adanya beberapa komponen/objek penerimaan yang bersumber dari PAD yang

tidak rasional yang hal ini tercermin dengan adanya objek penerimaan yang mencapai target dibawah lima belas persen bahkan ada yang nol persen. Dilain pihak terdapat beberapa objek penerimaan yang mencapai target diatas 200% bahkan ada yang mencapai target diatas 400%.

b. Tidak optimalnya pelaksanaan program peningkatan PAD yang melekat pada

Dinas Pendapatan dan Aset Daerah dengan alokasi anggaran sebesar Dua Milyar lebih, yang item kegiatannya meliputi rapat-rapat koordinasi dalam

rangka insentifikasi dan ekstensifikasi objek-objek PAD. Hal ini menunjukan bahwa program kegiatan tersebut tidak mencerminkan prinsip anggaran berbasis kinerja, yang mengandung makna bahwa keluaran dari setiap program kegiatan yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dapat terukur secara kualitas dan kuantitas. Kenyataan ini selain tercermin dari realisasi PAD yang kami ketengahkan tersebut diatas, juga tidak adanya rancangan peraturan daerah yang diajukan pemda kepada DPRD dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi yang dapat memberi kontribusi terhadap penguatan keuangan daerah, juga rancangan perda pembaruan yang berkaitan dengan pajak daerah dan retribusi daerah dalam rangka penyesuaian dengan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Terhadap pendapatan asli daerah yang bersumber dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan yang bersumber dari laba Badan Usaha Milik Daerah yakni Bank Pembangunan Daerah, PT. Utama Sultra dan PD. Percetakan Sultra yang direncanakan sebesar RP. Rp. 16.588.417.000,- (Enam Belas Milyar lebih), namun realisasinya hanya mencapai Rp. 4.871.003.708 (Empat Milyar lebih) diperoleh dari Bank Pembangunan Daerah. Sedangkan dari PT. Utama Sultra dan PD Percetakan Sultra tidak memberikan konstribusi penerimaan.

Hal ini boleh jadi selain tidak optimalnya fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja kedua BUMD tersebut, juga lemahnya kinerja dalam pengelolaannya mengingat kedua BUMD tersebut beberapa tahun terakhir ini memperoleh dukungan dana sebagai penyertaan modal dari APBD.

Terhadap permasalahan tersebut, serta dalam rangka peningkatan pendapatan daerah, Fraksi Bangun Sultra merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: a. Dalam merencanakan penerimaan khususnya pendapatan asli daerah

haruslah didasarkan angka-angka yang terukur secara rasional yang bias dicapai terhadap setiap objek penerimaan yang melekat pada setiap SKPD.

b. Perlu dilakukan evaluasi terhadap perda-perda yang berkaitan dengan retribusi dan pajak daerah untuk disesuaikan dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi serta besarnya pungutan tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Perda tersebut diantaranya Perda Retribusi Kekayaan Daerah yang ditetapkan tahun 1998, Perda yang berkaitan dengan retribusi izin trayek, retribusi atas jasa pelayanan pelabuhan penyebrangan, dan retribusi atas perizinan lainnya yang melekat pada beberapa SKPD.

Page 16: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 15

c. Kecuali itu harus pula diakui jika masih terdapat bagian bagian ususan

Pemerintahan yang melekat pada beberapa SKPD yang sesungguhnya dapat memberikan konstribusi bagi Pendapatan Daerah namun belum ditindaklanjuti dengan peraturan daerah utamanya urusan yang berkaitan dengan perizinan yang melekat pada beberapa Dinas Daerah yang hal itu tentunya diperlukan kreatifitas dari masing-masing SKPD terkait untuk merumuskan/menyiapkan raperda dimaksud.

d. Perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja Badan Usaha Milik Daerah khususnya PT. Utama Sultra dan PD. Percetakan Sultra baik itu dari sisi

Manajemen maupun dari sisi Pemodalan serta political will pemerintah Daerah untuk memberdayakan kedua BUMD dimaksud sehingga ke depan dapat memberikan konstribusi bagi penguatan keuangan daerah.

Gubernur, Rapat Dewan yang Terhormat, Hadirin yang Berbahagia….

Terhadap pendapatan asli daerah yang bersumber dari Hasil Retribusi Daerah yang melampaui target sebesar Rp. 16.690.866.584 (Enam belas milyar lebih) atau 170,8%, Fraksi Bangun Sultra memberikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya terhadap beberapa SKPD yakni a. Rumah Sakit Umum Prov. Sultra dalam APBD Perubahan direncanakan

sekitar 5 milyar 252 juta lebih, dan realisasinya mencapai 22 milyar atau 454%

b. Dinas Kesehatan dalam APBD Perubahan yang direncanakan 236 juta lebih, dan realisasinya 608 juta lebih atau 257.37%

c. Rumah Sakit Jiwa dalam APBD Perubahan direncanakan sekitar 711 juta

lebih, dan realisasinya mencapai 1 milyar lebih atau 150.07 persen d. Dinas Kelautan dan Perikanan dalam APBD Perubahan direncanakan sekitar

197 juta lebih, realisasinya mencapai 328 juta lebih atau 166.84%. III. Belanja

Realisasi belanja daerah provinsi Sulawesi tenggara tahun anggaran 2009 seluruhnya sebesar 1 trilyun 119 milyar 700 juta lebih atau 82,30 persen, dari total anggaran sebesar 1 trilyun 360 milyar 537 juta lebih. Terhadap hal ini, fraksi Bangun Sultra dapat memahami sebagai akibat tidak terealisasinya pendapatan daerah.

Dari angka-angka tersebut diatas, ada beberapa komponen belanja program kegiatan yang perlu Fraksi Bangun Sultra evaluasi sebagai berikut:

1. Belanja tidak langsung berupa bantuan keuangan kepada pemeritnahan daerah kabupaten/kota dan pemerintahan desa yang dianggarkan 201 milyar 255 juta lebih yang dialokasikan bagi pelaksanaan kegiatan bantuan keuangan kepada desa/kelurahan masing-masing 100 juta, realisasinya sebesar 70 milyar 729 juta lebih 35,14 persen. Dan tidak terealisasinya program kegiatan bantuan keuangan tersebut menurut pemerintah daerah pada rapat paripurna tanggal 2 September 2010 lalu, lebih disebabkan ketidakmampuan desa/kelurahan dalam pengelolaannya, utamanya pertanggungjawaban adminsitrasinya, dan ini terjadi pula pada tahun anggaran 2008 yang lalu.

Page 17: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 16

Di lain sisi, untuk optimalnya pelaksanaan progam kegiatan bantuan

keuangan kepada desa/kelurahan dimaksud, pemerintah daerah telah pula menerbitkan buku pedoman pelaksanaan dan buku petunjuk teknis, pemberian bimbingan teknis kepada para kepala desa/kelurahan bahkan pemberian pendampingan, hingga alokasi anggaran mencapai 2 milyar lebih, sehingga patut disayangkan jika pemerintahan desa belum juga mampu mengelola dana bantuan tersebut.

2. Masih terkait belanja block grant yang merupakan salah satu pilar dari tiga pilar progam Bahteramas, selain pengobatan gratis dan pendidikan gratis, Fraksi Bangun Sultra cukup prihatin dengan realisasi anggaran yang tidak signifikan. Dana untuk belanja block grant yang terserap hanya 26,38 persen, sedang pengobatan gratis 40 persen, namun yang cukup menggembirakan bantuan operasional pendidikan terserap 99 persen lebih. Kenyataan ini cukup mengejutkan Fraksi Bangun Sultra, karena masih ada dalam catatan kami, bahwa komitmen gubernur terhadap tiga pilar Bahteramas tersebut secara mantap pernah disampaikan dalam rapat paripurna dewan pada tanggal 7 September 2009 dalam agenda Jawaban Gubernur Atas Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi Dewan terhadap Perubahan APBD 2009. Bahwa gubernur melalui wakil gubernur menyampaikan, hasil evaluasi pelaksanaan program Bahteramas tahun 2008 menunjukan bahwa sekitar 60 persen desa/kelurahan telah melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk

teknis (juknis) bantuan keuangan kepada desa dan kelurahan secara baik. Dan juga masih ada sekitar 40 persen yang tidak mengikuti juklak dan juknis. Fraksi Bangun Sultra melihat ada mis informasi dalam pengelolaan tiga pilar Bahteramas, karena bukan saja dananya yang tidak terserap secara maksimal, tetapi pernyataan gubernur sebagaimana disampaikan pada 2 September 2010 lalu, yaitu ketidaksiapan desa dalam mengelola dana bantuan, sungguh berbanding terbalik dengan pernyataan yang disampaikan dalam rapat paripurna tanggal 7 September 2009 terkait raperda APBD Perubahan 2009. Terhadap permasalahan ini, Fraksi Bangun Sultra menyarankan untuk dilakukan evaluasi mengenai sistem pengelolaan bantuan dimaksud dengan mempedomani Pasal 31 jo Pasal 47 ayat (1) dan (2) Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengolahan Keuangan Daerah sebagaimana telah diadopsi dalam peraturan daerah No. 8 tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan keuangan Daerah.

3. Belanja program peningkatan sumber daya aparatur yang melekat pada setiap SPKD yang antara lain peruntukannya untuk diklat penjenjangan maupun diklat teknis, yang setiap tahun anggarannya dialokasikan dengan besaran yang cukup fantastis, namun dilain pihak, pemerintah daerah menjadikan persoalan keterbatasan sumber daya aparatur sebagai permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Page 18: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 17

Fraksi Bangung Sultra menilai, program kegiatan peningkatan sumber daya

aparatur tersebut tidak berdasarkan analisis kebutuhan masing-masing SKPD, karena outputnya hampir tidak tersalurkan. Adanya penempatan sumber daya aparatur yang diduga mengabaikan standar kompetensi, baik itu kompetensi dasar maupun kompetensi bidang, tentu saja ikut memengaruhi stagnannya penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang juga berdampak pada hilangnya gairah kerja pegawai dan dinamika organisasi. Untuk itu, Fraksi Bangun Sultra menyarankan agar hal ini perlu menjadi perhatian serius pemerintah daerah, dengan menyiapkan dan merumuskan

kebijakan teknis berupa peraturan gubernur terkait standar kompetensi jabatan tersebut.

4. Keprihatinan fraksi kami juga terhadap Belanja di Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah, terhadap beberapa program kegiatan peningkatan infrastruktur jalan yang realisasinya nol persen. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan misi pemerintahan daerah yang tertuang dalam Perda RPJMD tahun 2008 – 2013 yakni mempercepat pembangunan infrastruktur dasar.

Untuk itu perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah utamanya perbaikan jalan-jalan provinsi yang mengalami kerusakan agar mendapat prioritas dalam tahun anggaran 2011 yang akan datang. Dan untuk mendukung perencanaan pembangunan jalan provinsi tersebut perlu dipersiapkan data/informasi jalan provinsi untuk disampaikan kepada

dewan yang menyangkut nama ruas jalan, panjang/volume, fungsi jalan dan kondisi jalan.

5. Menanggapi disclaimer opinion BPK atas Laporan keuangan pemerintah

daerah, yang telah dua tahun berturut-turut, harus diakui jika hal ini menunjukan bentuk ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait tata kelola keuangan daerah sebagaimana disepakati dalam Peraturan Daerah No. 8 tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, dan ini bukan saja merupakan kegagalan pemerintah daerah namun juga kegagalan DPRD dalam mengemban fungsi-fungsinya.

Untuk itu perlu komitmen bersama DPRD dan pemerintah daerah untuk secara sungguh-sungguh melakukan langkah-langkah perbaikan agar tidak terjadi lagi pada tahun-tahun yang akan datang

Saudara Gubernur, Rapat Dewan yang Mulia....

Bertolak dari hal-hal yang telah kami uraiakan diatas, serta mencermati tahapan-tahapan pembicaraan termasuk yang saat ini sedang berlangsung laporan panitia khusus raperda pertanggungjawaban pelaksanaan APBD 2009, Fraksi Bangun Sultra dengan ucapan Bismillahir Rahmanir rahiim… menerima dan menyetujui Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2009 menjadi Peraturan Daerah. Disertai harapan agar rekomendasi dalam Pendapat Akhir kami ini, dapat menjadi masukan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang kita cintai ini ke depannya.

Page 19: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 18

Demikian pendapat akhir Fraksi Bangun Sultra yang dapat kami

sampaikan, lebih dan kurangnya mohon dimaafkan. Terima kasih atas segala perhatiannya.

Billahi Taufik Walhidayah Wassalamu’Alaikum Wr. Wb.

Kendari, 15 Sepetmber 2010

FRAKSI BANGUN SULTRA DPRD PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Ketua, Sekretaris, ABD. HASID PEDANSA IR. MUH. IRFANI THALIB

Juru Bicara,

ABD. HASID PEDANSA

Page 20: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 19

TELAAH ATAS

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH A. DASAR HUKUM

1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 2. UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 3. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

B. ANALISIS 1. Definisi

Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

2. Objek dan Golongan Retribusi

• Objek Retribusi adalah: a. Jasa Umum, yaitu pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah

Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan, seperti 1) Retribusi Pelayanan Kesehatan; 2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan; 3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil; 4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; 5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; 6) Retribusi Pelayanan Pasar; g.

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; 7) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; 8) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; 9) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; 10) Retribusi Pengolahan Limbah Cair; 11) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; 12) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan 13) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

b. Jasa Usaha, yaitu pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi: pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau . pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta, seperti 1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; 2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; 3) Retribusi Tempat Pelelangan; 4) Retribusi Terminal; 5) Retribusi Tempat Khusus Parkir; 6) Retribusi Tempat

Penginapan/Pesanggrahan/Villa; 7) Retribusi Rumah Potong Hewan; 8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; 9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; 10) Retribusi Penyeberangan di Air; dan 11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

c. Perizinan Tertentu, yaitu pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah

Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,

Page 21: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 20

penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas

tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan, seperti 1). Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; 2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; 3) Retribusi Izin Gangguan; 4) Retribusi Izin Trayek; dan 5) Retribusi Izin Usaha Perikanan.

3. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

• Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian kekayaan daerah antara lain, penyewaan tanah dan bangunan, laboratorium, ruangan, dan kendaraan bermotor.

• Khusus penggunaan/penyewaan tanah, dikecualikan penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah, antara lain, pemancangan tiang listrik/telepon atau penanaman/pembentangan kabel listrik/telepon di tepi jalan umum.

4. Tata Cara Penghitungan Retribusi

• Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan jasa dengan tariff Retribusi.

• Tingkat penggunaan jasa adalah jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya yang dipikul Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan

jasa yang bersangkutan.

• Apabila tingkat penggunaan jasa, sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa

dapat ditaksir berdasarkan rumus yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.

• Rumus yang dimaksud harus mencerminkan beban yang dipikul oleh Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan jasa tersebut.

• Tarif Retribusi adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya Retribusi yang terutang.

• Tarif Retribusi dapat ditentukan seragam atau bervariasi menurut golongan sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan tariff Retribusi.

5. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi

• Retribusi Jasa Umum a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum ditetapkan

dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,

kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

b. Biaya yang dimaksud meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

c. Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.

d. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta hanya memperhitungkan biaya pencetakan

dan pengadministrasian.

• Retribusi Jasa Usaha a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha

didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

Page 22: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 21

b. Keuntungan yang layak adalah keuntungan yang diperoleh apabila

pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

• Retribusi Perizinan Tertentu a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Perizinan Tertentu

didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

b. Biaya penyelenggaraan pemberian izin yang dimaksud meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum,

penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut.

• Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.

• Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.

• Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

6. Penetapan dan Muatan yang Diatur

• Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

• Peraturan Daerah tentang Retribusi tidak dapat berlaku surut.

• Peraturan Daerah tentang Retribusi paling sedikit mengatur ketentuan mengenai: a. nama, objek, dan Subjek Retribusi; b. golongan Retribusi; c. cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang d. bersangkutan; e. prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan f. besarnya tarif Retribusi; g. struktur dan besarnya tarif Retribusi; h. wilayah pemungutan; i. penentuan pembayaran, tempat pembayaran, j. angsuran, dan penundaan pembayaran; k. sanksi administratif; l. penagihan; m. penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa; dan n. tanggal mulai berlakunya.

• Peraturan Daerah tentang Retribusi dapat juga mengatur ketentuan mengenai: a. Masa Retribusi; a. pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan dalam hal-hal

tertentu atas pokok Retribusi dan/atau sanksinya; dan/atau b. tata cara penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa.

• Pengurangan dan keringanan yang dimaksud diberikan dengan melihat kemampuan Wajib Retribusi.

• Pembebasan Retribusi yang dimaksud diberikan dengan melihat fungsi objek Retribusi.

Page 23: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 22

• Peraturan Daerah untuk jenis Retribusi yang tergolong dalam Retribusi Perizinan Tertentu harus terlebih dahulu disosialisasikan dengan masyarakat sebelum ditetapkan.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan mekanisme pelaksanaan penyebarluasan Peraturan Daerah diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

*****

Page 24: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 23

TELAAH ATAS

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH A. DASAR HUKUM

4. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 5. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 6. UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional. 7. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

8. PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

B. ANALISIS 1. Tentang Rencana Pembangunan Daerah

• Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan

pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.

• Perencanaan pembangunan daerah provinsi disusun oleh pemerintahan daerah provinsi sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Perencanaan pembangunan daerah, disusun secara berjangka meliputi: a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka

waktu 20 (dua puluh) tahun memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPJP nasional;

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJPD dengan memperhatikan RPJM nasional.

• Perencanaan pembangunanan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Data dan informasi dimaksud mencakup: a. penyelenggaraan pemerintahan daerah; b. organisasi dan tata laksana pemerintahan daerah; c. kepala daerah, DPRD, perangkat daerah, dan PNS daerah; d. keuangan daerah; e. potensi sumber daya daerah; f. produk hukum daerah; g. kependudukan; h. informasi dasar kewilayahan; dan i. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

• Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, untuk tercapainya daya guna dan hasil guna, pemanfaatan data dan informasi tersebut diatas dikelola dalam sistem informasi daerah yang terintegrasi secara nasional.

Page 25: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 24

• Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan

masing-masing.

• Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.

• Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan.

• Rencana pembangunan daerah meliputi: a. RPJPD; b. RPJMD; dan c. RKPD.

• Rencana Pembangunan Daerah, disusun dengan tahapan: a. penyusunan rancangan awal; b. pelaksanaan Musrenbang; c. perumusan rancangan akhir; dan

d. penetapan rencana. 2. Penyusunan Rancangan Awal

• Bappeda menyusun rancangan awal RPJPD. RPJPD provinsi memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah dengan mengacu pada RPJP Nasional.

• RPJPD kabupaten/kota memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD provinsi.

• Dalam menyusun rancangan awal RPJPD, Bappeda meminta masukan dari SKPD dan pemangku kepentingan.

3. Pelaksanaan Musrenbang

• Musrenbang dilaksanakan untuk membahas rancangan awal RPJPD.

• Musrembang dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya periode RPJPD yang sedang berjalan. (Pasal 11 UU No. 25/2004)

• Musrenbang dilaksanakan oleh Bappeda dengan mengikutsertakan pemangku kepentingan.

Page 26: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 25

• Musrenbang dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan penyampaian, pembahasan dan penyepakatan rancangan awal RPJPD.

• Pelaksanaan Musrenbang ditetapkan oleh kepala daerah. 4. Perumusan Rancangan Akhir

• Rancangan akhir RPJPD dirumuskan berdasarkan hasil Musrenbang. Rancangan akhir RPJPD dirumuskan paling lama 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya RPJPD yang sedang berjalan.

• Rancangan akhir RPJPD disampaikan ke DPRD dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD paling lama 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya RPJPD yang sedang berjalan.

5. Penetapan

• DPRD bersama kepala daerah membahas Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD. RPJPD ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah berkonsultasi dengan Menteri.

• Gubernur menyampaikan Peraturan Daerah tentang RPJPD Provinsi paling lama 1 (satu) bulan kepada Menteri. Bupati/walikota menyampaikan Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten/Kota paling lama 1 (satu)

bulan kepada gubernur dengan tembusan kepada Menteri.

• Gubernur menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJPD Provinsi kepada masyarakat. Bupati/walikota menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten/Kota kepada masyarakat.

*****

TELAAH ATAS PAJAK DAERAH

Page 27: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 26

A. DASAR HUKUM 1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 2. UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 3. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

4. PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

B. ANALISIS

1. Definisi • Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

kepada Daerah yang terutang oleh orang ribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

• Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.

• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.

• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor.

• Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.

• Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah.

2. Jenis Pajak Provinsi Jenis Pajak provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan e. Pajak Rokok.

3. Pajak Kendaraan Bermotor

• Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor.

• Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotora dalah kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).

• Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor adalah: a. Kereta api;

Page 28: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 27

b. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan

pertahanan dan keamanan negara; c. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan,

konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah; dan

d. objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah. • Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor.

• Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan Bermotor.

• Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa Badan tersebut.

• Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 (dua) unsur pokok: a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan b. bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan

dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.

• Khusus untuk Kendaraan Bermotor yang digunakan di luar jalan umum, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar serta kendaraan di air, dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor.

• Bobot yang dimaksud dinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 (satu) atau lebih besar dari 1 (satu), dengan pengertian sebagai berikut: a. koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan oleh penggunaan Kendaraan Bermotor tersebut dianggap masih dalam batas toleransi; dan

b. koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaan Kendaraan Bermotor tersebut dianggap melewati batas toleransi.

• Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditentukan berdasarkan Harga Pasaran Umum atas suatu Kendaraan Bermotor.

• Harga Pasaran Umum sebagaimana dimaksud adalah harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat.

• Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditetapkan berdasarkan Harga Pasaran

Umum pada minggu pertama bulan Desember Tahun Pajak sebelumnya.

• Dalam hal Harga Pasaran Umum suatu Kendaraan Bermotor tidak diketahui, Nilai Jual Kendaraan Bermotor dapat ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruh faktor-faktor: a. harga Kendaraan Bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan tenaga yang sama;

b. penggunaan Kendaraan Bermotor untuk umum atau pribadi; c. harga Kendaraan Bermotor dengan merek Kendaraan Bermotor yang sama;

d. harga Kendaraan Bermotor dengan tahun pembuatan Kendaraan Bermotor yang sama;

e. harga Kendaraan Bermotor dengan pembuat Kendaraan Bermotor; f. harga Kendaraan Bermotor dengan Kendaraan Bermotor sejenis; dan

Page 29: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 28

g. harga Kendaraan Bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan

Impor Barang (PIB).

• Bobot dihitung berdasarkan faktor-faktor: a. tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda, dan berat Kendaraan Bermotor;

b. jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang dibedakan menurut solar, bensin, gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya; dan

c. jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin Kendaraan Bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi silinder.

• Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dinyatakan dalam suatu tabel yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan. [Pasal 5 ayat (9) UU PDRB]

• Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor ditinjau kembali setiap tahun.

• Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut: a. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah

sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen); b. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif

dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua

persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

• Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas nama dan/atau

alamat yang sama.

• Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).

• Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).

• Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

• Besaran pokok Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.

• Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Kendaraan Bermotor terdaftar.

• Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan bersamaan dengan penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.

• Pemungutan pajak tahun berikutnya dilakukan di kas daerah atau bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

• Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk Masa Pajak 12 (dua belas) bulan berturut-turut terhitung mulai saat pendaftaran Kendaraan Bermotor.

• Pajak Kendaraan Bermotor dibayar sekaligus di muka.

• Untuk Pajak Kendaraan Bermotor yang karena keadaan kahar (force majeure) Masa Pajaknya tidak sampai 12 (dua belas) bulan, dapat

Page 30: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 29

dilakukan restitusi atas pajak yang sudah dibayar untuk porsi Masa

Pajak yang belum dilalui.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan restitusi diatur

dengan Peraturan Gubernur.

• Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit 10% (sepuluh persen), termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum.

4. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

• Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah penyerahan kepemilikan Kendaraan Bermotor.

• Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor adalah kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).

• Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor adalah: a. kereta api; b. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan

pertahanan dan keamanan negara; c. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan,

konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan

lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah; dan

d. objek pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah. • Penguasaan Kendaraan Bermotor melebihi 12 (dua belas) bulan dapat dianggap sebagai penyerahan.

• Penguasaan Kendaraan Bermotor tidak termasuk penguasaan Kendaraan Bermotor karena perjanjian sewa beli.

• Termasuk penyerahan Kendaraan Bermotor adalah pemasukan Kendaraan Bermotor dari luar negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia, kecuali: a. untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan; b. untuk diperdagangkan; c. untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia; dan d. digunakan untuk pameran, penelitian, contoh, dan kegiatan olahraga

bertaraf internasional.

• Pengecualian sebagaimana dimaksud tidak berlaku apabila selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia.

• Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang dapat menerima penyerahan Kendaraan Bermotor.

• Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang menerima penyerahan Kendaraan Bermotor.

• Dasar pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual

Kendaraan Bermotor.

Page 31: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 30

• Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut: a. penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen); dan

b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen). • Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut: a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima

persen); dan b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol

tujuh puluh lima persen).

• Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

• Besaran Pokok Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.

• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Kendaraan Bermotor terdaftar.

• Pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dilakukan pada saat pendaftaran.

• Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor wajib mendaftarkan penyerahan Kendaraan Bermotor dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak saat penyerahan.

• Orang pribadi atau Badan yang menyerahkan Kendaraan Bermotor melaporkan secara tertulis penyerahan tersebut kepada gubernur atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak saat penyerahan.

• Laporan tertulis dimaksud, paling sedikit berisi: a. nama dan alamat orang pribadi atau Badan yang menerima

penyerahan; b. tanggal, bulan, dan tahun penyerahan; c. nomor polisi kendaraan bermotor; d. lampiran fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor; dan e. khusus untuk kendaraan di air ditambahkan pas dan nomor pas

kapal.

5. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor • Objek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di air.

• Subjek Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah konsumen Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

• Wajib Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

• Pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dilakukan oleh penyedia Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Page 32: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 31

• Penyedia Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah produsen dan/atau importir Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, baik untuk dijual maupun untuk digunakan sendiri.

• Dasar pengenaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebelum dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

• Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

• Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi.

• Pemerintah dapat mengubah tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah dengan Peraturan Presiden.

• Kewenangan Pemerintah untuk mengubah tarif Pajak

• Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dilakukan dalam hal: a. terjadi kenaikan harga minyak dunia melebihi 130% (seratus tiga

puluh persen) dari asumsi harga minyak dunia yang ditetapkan dalam Undang-Undang tentang` Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun berjalan; atau

b. diperlukan stabilisasi harga bahan bakar minyak untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak ditetapkannya Undang-Undang ini.

• Dalam hal harga minyak dunia sudah normal kembali, Peraturan Presiden dimaksud dicabut dalam jangka waktu paling lama 2 (dua)

bulan.

• Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

• Besaran pokok Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak.

6. Pajak Air Permukaan

• Objek Pajak Air Permukaan adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan.

• Dikecualikan dari objek Pajak Air Permukaan adalah: a. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan untuk keperluan

dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan peraturan perundang-undangan; dan

b. pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

• Subjek Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang dapat melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan.

• Wajib Pajak Air Permukaan adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Permukaan.

Page 33: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 32

• Dasar pengenaan Pajak Air Permukaan adalah Nilai Perolehan Air Permukaan.

• Nilai Perolehan Air Permukaan sebagaimana dimaksud dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau

seluruh factor-faktor berikut: a. jenis sumber air; b. lokasi sumber air; c. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air; d. volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan; e. kualitas air; f. luas areal tempat pengambilan dan/atau pemanfaatan air; dan g. tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan

dan/atau pemanfaatan air.

• Penggunaan faktor-faktor sebagaimana dimaksud disesuaikan dengan kondisi masing-masing Daerah.

• Besarnya Nilai Perolehan Air Permukaan sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

• Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

• Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

• Besaran pokok Pajak Air Permukaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan dengan dasar pengenaan pajak.

• Pajak Air Permukaan yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat air berada.

7. Pajak Rokok

• Objek Pajak Rokok adalah konsumsi rokok.

• Rokok sebagaimana dimaksud meliputi sigaret, cerutu, dan rokok daun.

• Dikecualikan dari objek Pajak Rokok adalah rokok yang tidak dikenai cukai berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang cukai.

• Subjek Pajak Rokok adalah konsumen rokok.

• Wajib Pajak Rokok adalah pengusaha pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai.

• Pajak Rokok dipungut oleh instansi Pemerintah yang berwenang memungut cukai bersamaan dengan pemungutan cukai rokok.

• Pajak Rokok yang dipungut oleh instansi Pemerintah disetor ke rekening kas umum daerah provinsi secara proporsional

• berdasarkan jumlah penduduk.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan dan penyetoran Pajak Rokok diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

• Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah terhadap rokok.

• Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok.

• Besaran pokok Pajak Rokok yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28.

Page 34: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 33

• Penerimaan Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan

hukum oleh aparat yang berwenang.

8. Bagi Hasil Pajak Provinsi

• Hasil penerimaan Pajak provinsi sebagian diperuntukkan bagi kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai berikut: a. hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor diserahkan kepada kabupaten/kota sebesar 30% (tiga puluh persen);

b. hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor diserahkan kepada kabupaten/kota sebesar 70% (tujuh puluh persen);

c. hasil penerimaan Pajak Rokok diserahkan kepada kabupaten/kota sebesar 70% (tujuh puluh persen); dan

d. hasil penerimaan Pajak Air Permukaan diserahkan kepada

kabupaten/kota sebesar 50% (lima puluh persen).

• Khusus untuk penerimaan Pajak Air Permukaan dari sumber air yang berada hanya pada 1 (satu) wilayah kabupaten/kota, hasil penerimaan Pajak Air Permukaan dimaksud diserahkan kepada kabupaten/kota yang bersangkutan sebesar 80% (delapan puluh persen).

• Bagian kabupaten/kota sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan memperhatikan aspek pemerataan dan/atau potensi antarkabupaten/kota.

• Ketentuan lebih lanjut mengenai bagi hasil penerimaan Pajak provinsi yang diperuntukkan bagi kabupaten/kota sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi.

9. Muatan Yang Diatur tentang Pajak

• Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

• Peraturan Daerah tentang Pajak tidak berlaku surut.

• Peraturan Daerah tentang Pajak paling sedikit mengatur ketentuan mengenai: a. nama, objek, dan Subjek Pajak; b. dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan pajak; c. wilayah pemungutan; d. Masa Pajak; e. penetapan; f. tata cara pembayaran dan penagihan; g. kedaluwarsa; h. sanksi administratif; dan i. tanggal mulai berlakunya.

• Peraturan Daerah tentang Pajak dapat juga mengatur ketentuan mengenai:

Page 35: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 34

a. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam hal-hal

tertentu atas pokok pajak dan/atau sanksinya; b. tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa; dan/atau c. asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan, keringanan, dan

pembebasan pajak kepada kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing sesuai dengan kelaziman internasional.

10. Ketentuan Penutup • Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

a. Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah mengenai jenis Pajak provinsi

dan jenis Pajak kabupaten/kota masih tetap berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum diberlakukannya Peraturan Daerah yang baru berdasarkan Undang-Undang ini;

b. Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah mengenai jenis Retribusi Jasa Umum, jenis Retribusi Jasa Usaha dan jenis Retribusi Perizinan Tertentu, masih tetap berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum diberlakukannya Peraturan Daerah yang baru berdasarkan Undang-Undang ini;

c. Peraturan Daerah Provinsi tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan tetap berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak diberlakukannya Undang-Undang ini, sepanjang Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang Pajak Air Tanah belum diberlakukan berdasarkan Undang-Undang ini;

d. Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah selain sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, dan angka 3 dinyatakan masih tetap berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak

diberlakukannya Undang-Undang ini; e. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 62,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569) yang terkait dengan peraturan pelaksanaan mengenai Perdesaan dan Perkotaan masih tetap berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2013, sepanjang belum ada Peraturan Daerah tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang terkait dengan Perdesaan dan Perkotaan; dan

f. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3688) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3988) tetap berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak diberlakukannya Undang-Undang ini.

Page 36: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 35

• Ketentuan mengenai Pajak Rokok sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

9. Penjelasan di Ketentuan Penutup

• Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah mengenai jenis Pajak provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan jenis Pajak kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) masih tetap berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum diberlakukannya Peraturan Daerah yang baru berdasarkan Undang-Undang ini; (Pasal 180 angka 1)

• Peraturan Daerah Provinsi tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan tetap berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak diberlakukannya Undang-Undang ini, sepanjang Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang Pajak Air Tanah belum diberlakukan berdasarkan Undang-Undang ini; (Pasal 180 angka 3)

• Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah selain sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, dan angka 3 dinyatakan masih tetap berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak diberlakukannya

Undang-Undang ini; (Pasal 180 angka 4)

• Peraturan pelaksanaan atas UU PDRB ditetapkan paling lambat 1 (satu)

tahun sejak UU tersebut diundangkan. (Pasal 184)

• UU PDRB mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010. (Pasal 185)

*****

Page 37: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 36

RISALAH RAPAT BADAN LEGISLASI DAERAH 24 SEPTEMBER 2010

Pukul : 13.00 – 14.30 WITA I. Dasar 1. Surat Gubernur No. 188.34/3328.a tanggal 30 Agustus 2010, perihal Usul

Program Legislasi Daerah Prov. Sultra

2. Surat Pimpinan DPRD No. 005/139.DPRD tanggal 22 September 2010 perihal Undangan Rapat

II. Peserta : A. DPRD 1. Abd. Hasid Pendansa (Wakil Ketua Balegda) 2. Drs. La Nika, M.Si (Anggota Balegda) 3. H. Ruslimin Mahdi, SH (Anggota Balegda)

4. Drs. H. Ryha Madi (Anggota Balegda) 5. Ir. H. Achmad Sunarko (Anggota Balegda) 6. H. Abdurrahman Shaleh SH (Anggota Balegda) 7. Ir. Mardamin, M.Pd (Anggota Balegda)

B. Eksekutif 1. Sulastri, Kabag PUU Biro Hukum 2. Anita Jalal, Kabid Aset Dipenda dan Aset 3. Jawer Jundi, Kabid PLL Dipenda dan Aset 4. Para Pejabat Eselon IV dan Staf Biro Hukum : Rezku Olivia, Arman Aburaera, Muh. Hasan, Andi Nurdian, dan Yusran

II. Pelaksanaan rapat :

Rapat dibuka Wakil Ketua Balegda, Abd. Hasid Pedansa.

Hasid : Dari surat gubernur ini, ada 11 usulan yang diajukan untuk ditetapkan menjadi program legislasi daerah 2010. 4 (Empat) diantaranya sudah ditetapkan. Namun, kami melihat ada 2 raperda yang mestinya masuk menjadi usulan prolegda juga yakni, APBD Perubahan 2010 dan APBD 2011. Apa keseluruhan usulan ini konsepnya sudah siap?

Sulastri : Kami tidak mencantumkan APBD-P dan APBD 2011 dalam usulan prolegda karena, kami melihat otomatis kedua rancangan itu harus masuk. Pada umumnya seluruh materi sudah siap kecuali tentang “pemakaian kekayaan daerah” dan “pengelolaan pertambangan mineral dan batubara”.

Hasid Yang paling prioritas APBD-P 2010 dan APBD 2011. APBD-P 2010 kalau bisa September ini sudah harus masuk. Jadi Oktober kita sudah bisa bahas APBD 2011. Ryha Madi:

Page 38: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 37

Tidak bisa September APBD-P, karena hari Senin sudah tanggal 27 September,

berarti tinggal 3 hari. Jadi paling Oktober, Cuma kapan tidak jelas. Yang kita tidak mengerti sikap eksekutif, konsepnya selalu molor, trus DPRD selalu dipaksakan cepat selesai, akhirnya kita tidak maksimal. Tentang usulan prolegda saya kira yang paling mudah dilakukan dengan waktu yang tinggal tiga bulan ini adalah dua raperda pencabutan, karena salah satu penyumbang disclaimer opinion BPK adalah kedua perda ini. Terusnya juga, harapannya APBD 2011 kalau bisa evaluasi Mendagri bisa ditindaklanjuti di tahun ini, jangan 2011. Pengalaman APBD 2010 kemarin,

buru-buru dibahas, hasil evaluasi tidak dilakukan DPRD. La Nika Dalam satu bulan ini kalau bisa diefektifkan perda APBD Perubahan dan perda APBD 2011. Achmad Sunarko: Saya singkat saja, hanya pertegas apa yang sudah disampaikan pak Nika dan Pak Ryha, kami harapkan pemda jangan hanya siap konsep tapi tidak jelas kapan masuk. Jadi kalau bisa materinya segera masuk, agar pembahasan juga bisa maksimal. Abdurrahman Shaleh: Efektifikan ???? (notulis tidak jelas mendengar)

Hasid: Inti pertemuan kali ini adalah adanya kesepakatan prolegda 2010, kami menawarkan : 1. KUA PPAS 2011 2. Perubahan APBD 2010 3. APBD 2011, dan 4. Perda pencabutan

Sulastri: Terkait APBD-P dan APBD 2011, akan kami sampaikan ke TAPD. Tapi kalau bisa perda pajak dan perda perubahan juga diakomodir. Kalau RPJPD mungkin waktunya tidak memungkinkan, tapi bisalah masuk usulan 2011 nanti. Bahkan revisi perda RTRW juga kami sudah siap, hanya kayaknya waktunya tidak memungkinkan di bahas tahun ini. Hasid : Bagaimana teman-teman, kita akomodir juga lainnya selain perda anggaran? Ryha: Yang penting pemda siap, dan kita tidak dibuat buru-buru.

Hasid: Baik, kita sepakati yang masuk prolegda 2010, al: 1. KUA PPAS 2011 2. APBD-P 2010 3. APBD 2011

Page 39: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 38

4. Raperda Pajak Daerah 5. Raperda Pencabutan Perda Nomor 13 Tahun 2001 tentang Perizinan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi 6. Raperda Pencabutan Perda Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pengesahan Akta Pendirian Perubahan dan Pembubaran Koperasi 7. Raperda tentang Perubahan Kedua Atas Perda Nomor 5 Tahun 2003 tentang Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara Sulastri:

Ya, nanti usulan ini akan ditetapkan menjadi keputusan gubernur. Jadi kalau bisa secepatnya DPRD melaporkan hasil rapat kali ini. Dan kalau bisa awal tahun depan kita sudah bisa bahas lagi usulan prolegda 2011. Hasid : Ok, secepatnya, paling lambat Senin DPRD akan menyampaikan hasil rapat kali ini. Setuju prolegda dibahas awal tahun. DPRD tunggu usulan eksekutif saja.

III. Kesimpulan :

Dari 11 usulan prolegda yang diajukan pemerintah daerah yakni pemakaian kekayaan daerah, pajak daerah, pencabutan perda No. 13 tahun 2001 tentang Perizinan Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi, pencabutan Perda No. 6 tahun 2002 tentang Pengesahan Akta Pendirian Perubahan dan Pembubaran Koperasi, dan Perubahan Kedua atas Perda No. 5 tahun, empat diantaranya sudah

ditetapkan menjadi perda yakni pengelolaan barang milik daerah, pemanfaatan aspal buton, pemberian insentif dan kemudahan penanaman modal, dan izin usaha perikanan.

Dengan demikian, masih tersisa tujuh usulan, namun hanya empat yang disepakati masuk menjadi prolegda 2010 yakni :

1. Raperda Pajak Daerah 2. Raperda Pencabutan Perda Nomor 13 Tahun 2001 tentang Perizinan

Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi 3. Raperda Pencabutan Perda Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pengesahan Akta

Pendirian Perubahan dan Pembubaran Koperasi 4. Raperda tentang Perubahan Kedua Atas Perda Nomor 5 Tahun 2003

tentang Bank Pembangunan daerah Sulawesi Tenggara Ditambah 3 materi tentang anggaran yakni KUA PPAS 2010, APBD-P 2010,

KUAS PPAS 2011 dan APBD 2011.

Kendari, 24 September 2010 Notulis,

Ade Suerani Catatan Tambahan:

Page 40: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 39

Dengan demikian, prolegda 2010 berjumlah 11 rancangan perda, 5 sudah

ditetapkan, selain empat diatas ditambah raperda pertanggungjawbaan pelaksanaan APBD 2009, dan yang akan diselesaikan APBD-P 2010, APBD 2011, 2 raperda pencabutan, 1 raperda BPD, dan 1 raperda tentang pajak daerah.

Page 41: Laporan ta september

PROGRAM KERJA BADAN LEGISLASI DAERAH

DPRD PROVINSI SULAWESI TENGGARA

A. DASAR HUKUM 1 Undang -Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

2 Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD

3 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD

4 Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

5 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

6 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubanan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

tahun 2007 tentang Pedoman PengelolaanKeuangan Daerah

7 Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi

Tenggara dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

B. TABEL PROGRAM KERJA NO PROGRAM KEGIATAN TUJUAN OUTPUT ESTIMASI WAKTU

1

Rapat Koordinasi Penyusunan

Program Legislasi Daerah

ATK, Makan Minum,

Penggandaan dan atau

Penjilidan

Untuk mendapatkan

kesepakatan bersama

bersama eksekutif atas

usulan program legislasi

daerah.

Tersusunnya Program

Legislasi Daerah TA

2011

Bulan Januari

2

Penyusunan Raperda

Prakarsa DPRD

Honorarium Tim, Perjalanan

Dinas Luar Daerah, Perjalanan

Dinas Dalam Daerah, Rapat-

Rapat, dan Penyebarluasan

Rumusan Raperda di Media

Massa

Tujuan raperda2 tersebut Tersusunnya 5 (lima)

Rancangan Perda

Prakarsa DPRD

Bulan Februari, April, Juni,

Agustus, dan Oktober

3

Peningkatan Kapasitas

Anggota Balegda

Perjalanan Dinas Luar Daerah

Anggota Balegda

Untuk meningkatkan

kapasitas anggota Balegda

dalam legislasi daerah

Meningkatnya

Kapasitas Anggota

Balegda

Januari dan Juli

Page 42: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 1

Kendari, Oktober 2010

Wakil Ketua Badan Legislasi Daerah,

Abd. Hasid Pendansa

Page 43: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 2

RANCANGAN PROGRAM KERJA DAN RENCANA KEBUTUHAN ANGGARAN

BADAN LEGISLASI DAERAH DPRD SULTRA TA 2011

NO. PROGRAM DAN KEGIATAN VOL QT BIAYA (Rp.) SUBTOTAL (Rp.)

1

Rapat Koordinasi Penyusunan Program Legislasi Daerah 2011 Kali 8 7,200,000

1 1 ATK Paket 8 200,000 1,600,000

1 2 Makan Minum (11 anggt + 5 orang Pemda) @ 25 ribu Paket 8 400,000 3,200,000

1 3 Penggandaan dan atau Penjilidan Paket 8 300,000 2,400,000

2

Penyusunan Raperda Prakarsa DPRD Paket 3 1,330,200,000

2 2 Honorarium Tim (5 orang)* Paket 3 15,000,000 45,000,000

2 3 Perjalanan Dinas Luar Daerah [ (11 anggt + 5 orang tim) x 2 kali] @10 juta Paket 3 320,000,000 960,000,000

2 4 Perjalanan Dinas Dalam Daerah [(11 anggt + 5 orang tim) x 2 kali] @3 juta Paket 3 96,000,000 288,000,000

2 5 Rapat-Rapat (2 kali rapat per Raperda) Kali 6

2.5.1. ATK Paket 6 200,000 1,200,000

2.5.2. Makan Minum (11 anggt Balegda + 5 orang tim) @ 25ribu Paket 6 400,000 2,400,000

2.5.3 Penggandaan dan atau penjilidan Paket 6 600,000 3,600,000

2 6 Penyebarluasan Rumusan Raperda melalui media massa Paket 3 10,000,000 30,000,000

3

Penguatan Kapasitas Anggota Balegda 330,000,000

3 1 Perjalanan Dinas Luar Daerah (11 orang) @ 15 juta Kali 2 165,000,000 330,000,000

TOTAL Rp. 1,667,400,000

TERBILANG : SATU MILYAR ENAM RATUS ENAM PULUH TUJUH JUTA EMPTA RATUS RIBU

RUPIAH

Page 44: Laporan ta september

LAPORAN KEGIATAN TENAGA AHLI BULAN SEPTEMBER 2010

A.N. ADE SUERANI 3

Kendari, Oktober 2010

Wakil Ketua Badan Legislasi Daerah

Abd. Hasid Pendansa