LAPORAN SUPERVISI

22
MANAJEMEN PENDIDIKAN PEKANBARU 1 2 3

description

laporan ini diperuntukkan sebagai laporan supervisi sekolah

Transcript of LAPORAN SUPERVISI

LAPORAN SUPERVISI KLINIS

LAPORAN SUPERVISI KLINISDI SEKOLAH INDONESIA KUALA LUMPURKegiatan ini adalah salah satu tugas dari mata kuliah Manajemen Supervisi dan Evaluasi Pendidikan, yang mana kegiatan ini dilakukan di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK) yang bertepatan pada tanggal 27 Januari 2015. Hasil yang dicapai dari kegiatan ini adalah berupa pengalaman yang mampu mendorong pemahaman tentang Supervisi Klinis.DOSEN PENGAMPU:DR. SYAKDANUR NAS, MS., DRS. ZULKIFLI, M.PD KELAS A (KELOMPOK SD KELAS IV)M. ZAID S.YASRIRINA FARBRIANISRI HANDAYANINATTA RIVIANAHELEN NOVITA SANDYSUHERI2015UNIVERSITAS NEGERI RIAUMANAJEMEN PENDIDIKAN PEKANBARU2/8/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan supervisi klinis ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam tugas supervisi klinis.Harapan kami semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Laporan ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Pekanbaru, Februari 2015

Penyusun

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUANA. Latar belakang1B. Fokus Masalah2C. Tujuan dan Sasaran Pengawasan2D. Ruang Lingkup Pengawasan3

BAB II PEMBAHASANA. Kajian Teoritis5B. Pelaksanaan Kegiatan10C. Refleksi Pelaksanaan Kegiatan10

BAB III PENUTUPA. Saran11B. Kesimpulan11

LAMPIRAN

i

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah ditetapkannya delapan (8) Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Salah satu dari Standar Nasional Pendidikan adalah Standar Pendidik dan tenaga kependidikan.Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah juga mengamanatkan tentang tugas pokok kepala sekolah pada semua jenjang mencakup tiga bidang, yaitu: (a) tugas manajerial, (b) supervisi dan (c) kewirausahaan Tugas pokok tersebut dalam implementasinya perlu dikawal oleh pemangku kepentingan untuk mengetahui keterlaksanaannya.Permendiknas no.41 tahun 2007 tentang standar proses mengamanatkan bahwa setiap guru wajib melaksanakan: perencanakan pembelajaran , melaksanakan pembelajaran ,melakukan penilaian dan adanya pengawasan oleh kepala sekolah dan pengawas satuan pendidikan .Guru merupakan salah satu variable yang sangat menentukan mutu pendidikan di sekolah.Untuk itu pelaksanaan standar prosesi harus dikawal oleh pemangku kepentingan yaitu pengawas sekolah .Karena hal ini merupakan teknis pendidikan yang mendasar. Kinerja guru dan kepala sekolah mewarnai kualitas pendidikan dan berujung pada mutu pendidikan di sekolah .Untuk itu peraturan peratuturan yang telah ada wajib dikawal akan implementasi di sekolah . Salah satu unsur tenaga kependidikan yang dinilai penting dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah pengawas satuan pendidikan. Pengawas satuan pendididkan bertugas melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial di sekolah yang ditunjuk melalui kegiatan pemantauan, penilaian, dan pembinaan serta pelaporan dan tindak lanjut. Tanggung jawab pengawas satuan pendidikan adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Disamping itu pengawas satuan pendidikan juga berfungsi sebagai penjamin mutu pendidikan pada sekolah binaannya.Dalam Rangka menjamin perluasan dan pemerataan akses peningkatan mutu dan inovasi, serta tata kelola pendidikan yang baik dan akutantabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu dan profesionalisme pengawas. Dalam kegiatan ini, supervisor melakukan di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur. Sejarah berdirinya Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK) dimulai sejak dibukanya kembali Kantor Penghubung Republik Indonesia untuk Malaysia. Kantor itu kemudian berkembang menjadi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Pada saat itu, para pegawai KBRI merasakan betapa perlunya untuk menyekolahkan putra-putrinya. Keinginan itu kemudian mendapatkan tanggapan secara positif dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan, yang pada saat itu dijabat oleh Bapak Drs. Bambang Sumadio.SIK didirikan pada tanggal 10 Juli 1969, dengan satu upacara peresmian yang ditandai dengan pengguntingan pita oleh Ibu Nurdjanah Thalib, istri Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Malaysia. Upacara peresmian itu juga memperoleh kehormatan dengan kata sambutan peresmian dari Yang Mulia Dato Haji Abdul Rachman Yakob, Menteri Pelajaran Malaysia pada saat itu. Acara peresmian itu kemudian ditutup dengan pembacaan doa oleh Bapak R.S. Sofyan, yang menjadi guru Agama di SIK.Secara resmi pendirian SIK telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 05/1971 tanggal 7 Januari 1971.

B. Fokus MasalahYang menjadi focus masalah dalam laporan kepengawasan ini adalah, bagaimana Kepala Sekolah dalam mengelola sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan serta Guru dalam mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

C. Tujuan dan Sasaran PengawasanProgram kerja pepengawasan sekolah yang mengacu pada enam dimensi kompetensi kepengawasan dan delapan standar nasional penndidikan disamping berfungsi untuk mengefektifkan pembinaan dan penilaian terhadap teknis dan administrasi pendidikan di sejumlah sekolah binaan, juga mencerminkan aktifitas pengawas sekolah dalam melaksanakan tanggung jawabnya, dan sekaligus mempunyai beberapa tujuan antara lain:1. Sebagai pedoman mengembangkan sikap positif dalam mencermati setiap keadaan (kondisi sekolah) binaannya.2. Sebagai acuan dalam menyamakan persepsi semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan pendidikan agar dapat menjalankan tugasnya melalui alur yang konstuktif.3. Sebagai pendukung dan penunjang dalam menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung jawab pengawas sekolah.4. Sebagai pedoman dalam membantu kepala sekolah, para guru, staf tata usaha, komponen lainnya (stake holder) dalam mengemban visi, misi dan tujuan sekolah.5. Sebagai rambu-rambu (target) umum yang dapat mengarah semua pihak yang terkait dalam pengelolaan pendidikan, agar melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan benar.6. Sebagai acuan dalam pemantauan dan penilaian penyelenggaraan pendidikan di sekolah, serta sebagai bahan petimbangan dalam pembinaan selanjutnya.

Ragam kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kinerja kepala sekolah yang akan disupervisi oleh Pengawas Sekolah sekurang-kurangnya memuat upaya:1. Pencapaian pembelajaran yang efektif dan inovatif berdasarkan standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, dan standar penilaian diantaranya adalah peningkatan kompetensi dalam metode dan strategi pembelajaran, peningkatan sistem administrasi pembelajaran, dan peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan bahan ajar dan penilaian proses dan hasil belajar siswa.2. Pengembangan bahan ajar untuk setiap kelas / mata pelajaran.3. Pengembangan prestasi akademik dan non akademik.4. Pengembangan sarana dan jaringan teknologi informasi dan komunikasi untuk kegiatan pembelajaran, administrasi sekolah dan komunikasi internal/ eksternal.5. Penciptaan suasana belajar yang kondusif.

D. Ruang Lingkup PengawasanYang menjadi ruang lingkup kepengawasan adalah Kepala Sekolah meliputi Perencana Sekolah, Implementasi Manajemen Sekolah Dan Ruang Lingkup MBS, Manajerial Kepemimpinan, Supervise Pengawasan Kepala Sekolah,Administrasi Sekolah Serta Administrasi Kurikulum Dan Pembelajaran dan Guru meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Ketrampilan melaksakan hubungan pribadi serta aktivitas siswa dan pembelajaran.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Kajian Teoritis1. Pengertian SupervisiPendapat-pendapat tentang supervisi dapat disampaikan sebagai berikut: Daryanto (2005: 84) mengatakan bahwa supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto (1988: 57), arti supervisi adalah mengamati, mengawasi, atau membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan orang lain dengan maksud untuk perbaikan. Mantja (2005: 1) mengatakan bahwa supervisi mulai dikenalkan di Indonesia pada saat berlakunya Kurikulum 1975. Supervisi sama dengan kepengawasan dalam tujuan-tujuan memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru, berfungsi sebagai monitoring, kegiatannya memiliki fungsi manajemen serta berorientasi pada tujuan pendidikan. Perbedaannya adalah kepengawasan lebih berkaitan dengan sejauhmana rencana yang telah ditetapkan tercapai. Supervisi lebih peduli pada upaya-upaya membantu guru untuk perbaikan dan peningkatan kemampuan. Muhammad Azhar (1996: 43) mengatakan bahwa supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk meningkatkan kemampuan untuk menjalankan tugas dan bertujuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Sindu Mulianto, Eko Ruddy Cahyadi, Muhamamd Karabet Widjajakusuma (2006: 3) menulis bahwa supervisi berasal dari Bahasa Inggris super dan vision. Super berarti sifat lebih hebat, istimewa dan vision adalah visi atau seni melihat sesuatu atau juga melihat tingkah, ulah dan kerja orang lain. Langkah-langkah supervisi yang bisa dilakukan antara lain: pengorganisasian, manajemen, presentasi, instruksi kerja, disiplin kerja, produktivitas kerja, pendidikan dan pelatihan untuk bawahan, teknik konseling, team work, penilaian kinerja.Dengan pengertian-pengertian di atas jelaslah bahwa supervisi merupakan kegiatan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah termasuk kepala sekolah dalam membantu meningkatkan kemampuan mereka yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan.

2. Supervisi Pengajaran.Supervisor pengajaran, tentu memiliki peran berbeda dengan pengawas. Supervisor, lebih berperan sebagai gurunya guru yang siapmembantu kesulitan guru dalam mengajar. Supervisorpengajaran bukanlah seorang pengawas yang hanya mencari-cari kesalahan guru.Oliva (1984) mengemukakan peran supervisor yang utama, ada empat hal, yaitu: (a) sebagai koordinator, berperan mengkoordinasikan program-program dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran dan harus membuat laporan mengenai pelaksanaan programnya; (b) sebagai konsultan, supervisor harus memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam masalah kurikulum, metodologi pembelajaran, dan pengembangan staf, sehingga supervisor dapat membantu guru baik secara individual maupun kelompok; (c) sebagai pemimpin kelompok (group leader), supervisor harus memiliki kemampuan me-mimpin, memahami dinamika kelompok, dan menciptakan berbagai ben-tuk kegiatan kelompok; dan (d) sebagai evaluator, supervisor harus dapat memberikan bantuan pada guru untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus mampu membantu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru, membantu melakukan penelitian dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya.Sementara itu, menurut Wiles dan Bondi (1986: 17-23) peranan supervisor mencakup delapan bidang kompetensi, yaitu:a)supervisors are developers of people;b)supervisors are curriculum developers;c)supervisors are instructional specialist;d)supervisors are human relation worker;e)supervisors are staff developers;f)supervisors are adminis-trators;g)supervisors are managers of change; danh)supervisors are evaluators

3. Supervisi KlinikIstilah klinik berasal dari bahasa Inggris Clinic yang dalam kamus Websters New American Dictionary artinya Free Treatment of Patients or Performance of Operations in the Presence of Students. Bila dicoba diartikan dalam bahasa Indonesia bahwa klinik merupakan perlakuan bebas atau pengobatan bebas terhadap pasien. Bisa juga diartikan perbuatan/perlakuan oprasi/pertunjukan pengerjaan dihadapan murid-murid (Websters New American Dictionary, halaman 202). Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (halaman 440), kata klinis tidak ada, yang ada adalah kata klinik. Kata klinik berarti pengobatan. Cogan (1973) memilih kata klinik untuk menggambarkan dan memberikan tekanan khusus pada observasi kelas.Shane dan Weaver 1976 (dalam Mantja, 2005) menjelaskan bahwa supervisi klinik adalah sistim penunjang profesional. Sistim itu dapat mendorong perkembangan komponen personal, sosial, akademik dan pola pikir guru untuk memperbaiki serta meningkatkan instruksionalnya dan sekaligus juga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswanya di kelas. Masih dalam Mantja (2005) mengatakan bahwa supervisi tahap supervisi klinik dimulai dengan pertemuan awal, observasi dan pertemuan balikan. Flanders (1976) melihat supervisi klinik dari aspek analisis interaksinya: supervisi klinik adalah kasus khusus pengajaran dimana sekurang-kurangnya ada dua orang yang memiliki kepedulian terhadap perbaikan pengajaran, dan sekurang-kurangnya salah seorang diantaranya adalah guru yang kinerjanya perlu diperhatikan dan dikaji secara cermat.Dari kutipan di atas jelaslah supervisi klinik dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja dan profesionalisme, baik profesionalisme guru maupun profesionalisme kepada sekolah.Ngalim Purwanto (1998) menyatakan bahwa supervisi klinik adalah supervisi yang pelaksanaannya lebih ditekankan pada mencari sebab-sebab atau kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar dan kemudian secara langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang ada.Cogan (1973) mengemukakan delapan tahapan siklus supervisi klinik yaitu: 1) tahap membangun dan memantapkan lembaga-lembaga supervisi guru, 2) tahap perencanaan bersama guru, 3) tahap perencanaan strategi observasi, 4) tahap observasi penampilan pengajaran, 5) tahap analisis, 6) tahap perencanaan strategi pertemuan akhir, 7) tahap pertemuan akhir, 8) tahap penjajagan pertemuan berikutnya. Goldhammer (dalam Thursby, 1981) mengemukakan 5 siklus supervisi klinik yang terdiri dari: 1) pertemuan sebelum observasi, 2) observasi, 3) analisis dan strategi, 4) pertemuan supervisi dan 5) analisis pertemuan akhir supervisi.Dari sejumlah pendapat yang penulis sampaikan di atas jelaslah bahwa supervisi klinik adalah bagian dari supervisi yang khusus tujuannya untuk pengobatan. Langkah-langkah yang dilakukan seperti: memberi bimbingan, melakukan pengamatan, mengawasi, menentukan kondisi, memperbaiki yang belum baik, memonitor, meningkatkan kemampuan, merencanakan, mengorganisasikan, memberi instruksi untuk bekerja, mendidik/melatih bawahan, menilai kinerja dan lain-lain.4. Kompetensi SupervisorUntuk dapat melaksanakan peran-peran di atas, supervisor harus memiliki beberapa kompetensi dan kemampuan pokok, yaitu berkaitandengansubstantive aspects of professional development, meliputi pemahaman dan pemilikan guru terhadap tujuan pengajaran, persepsi guru terhadap peserta didik, pengetahuan guru tentang materi, dan penguasaan guru terhadap teknik mengajar. Kedua berkaitan denganprofessional developmentcompetency areas,yaitu agar para guru mengetahui bagaimana mengerja-kan tugas (know how to do), dapat mengerjakan (can do), mau mengerja-kan (will do) serta mau mengembangkan profesionalnya (will grow) (Ba-fadal, 1992: 10-11).Glatthorn (1990) menyatakan kompetensi yang harus dimiliki su-pervisor meliputi hal-hal yang berkaitan dengan the nature of teaching, the nature of adult development, dan tentu saja juga the characteristics of good and effective school.Berkaitan dengan hakikat pengajaran, supervisor harus memahami keterkaitan berbagai variabel yang berpengaruh.Pertama, adalah faktor-faktor organisasional, terutama budaya organisasi dan keberadaan tenaga profesional lainnya dalam lembaga pendidikan. Kedua, berkaitan dengan pribadi guru, menyangkut pengetahuan guru, kemampuan membuat perencanaan dan mengambil keputusan, motivasi kerja, tahapan perkembangan atau kematangan, dan keterampilan guru. Ketiga, berkaitan dengansupport system dalam pengajaran, yaitu kurikulum, berbagai buku teks, serta ujian-ujian. Terakhir, adalah siswa sendiri yang keberadaannya di dalam kelas sangat bervariasi.Dalam hal adult development, supervisor harus mengetahui tahapan perkembangan dan kematangan kerja seorang guru, tahapan perkembangan moral, tahapan pengembangan profesional, serta berbagai prinsip dan teknik pembelajaran orang dewasa.Ketiga, supervisor harus mengetahui ukuran kemajuan dan keefektifan sebuah sekolah. Hal ini merupakan muara dari kegiatan yang dilakukan bersama para guru dan kepala sekolah. Selain berkaitan dengan pembelajaran di dalam kelas, supervisor juga harus siap membantu kepala sekolah dalam bidang manajerial secara umum.

5. Teknik-teknik SupervisiDengan bekal kompetensi di atas, supervisor diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam pelaksanaan supervisi terdapat berbagai teknik dan pendekatan yang dapat diterapkan oleh supervisor.Teknik supervisi, dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Neagley, Ross, Evans dan Dean (1980) mengidentifikasi berbagai teknik supervisi individual meliputi kegiatan di dalam dan di luar kelas. Aktivitas supervisi individual yang dilakukan di dalam ruang kelas, anta-ra lain: (a) kunjungan dan observasi kelas, (b) supervisi dengan tujuan un-tuk mengetahui kompetensi, (c) supervisi klinis, dan (d) perbincangan supervisor dengan guru.Secara individual, program supervisi di luar ruang kelas dalam arti pengembangan profesional guru secara umum, antara lain berupa: (a) mengambil matakuliah di perguruan tinggi, (b) keterlibatan dalam evaluasi, (c) konferensi dan kegiatan profesi lainnya, (d) pemilihan buku teks dan bahan-bahan pembelajaran lainnya, (e) membaca jurnal/bacaan profesi, (f) menulis artikel mengenai profesi, (g) pemilihan guru/staf profesional, (h) pertemuan informal supervisor dengan guru, dan (i) berbagai bentuk pengalaman lain yang memungkinkan peningkatan profesional guru.Berbagai kegiatan supervisi yang dilakukan secara kelompok, antara lain (a) orientasi bagi guru baru, (b) ujicoba di kelas atau penelitian tindakan kelas, (c) pelatihan sensitivitas, (d) pertemuan guru yang efektif, (e) melakukan teknik Delphi untuk mengambil keputusan mengenai perbaikan pengajaran/sekolah, (f) mengunjungi guru lain yang profesional, (g) pengembangan instrument ujian secara bersama, dan (h) pusat kegiatan guru.Dalam kegiatan supervisi kelompok tersebut, tentu saja peran supervisor yang menonjol adalah sebagai koordinator dan group leader. Sementara itu dalam kegiatan supervisi individual, supervisor lebih berperan sebagai konsultan. Berbagai bentuk kegiatan atau taknik supervisi tersebut tentunya sangat tergantung pada inisiatif supervisor.

B. Pelaksanaan KegiatanTempat Pelaksanaan: Sekolah KBRI Kuala Lumpur MalaysiaHari / Tanggal: Selasa / 27 Januari 2015Pelaksana : Supervisor : Suheri Guru: Helen Novita Sandhy Kepala Sekolah: Natta Riviana Dokumentasi: M.Zaid.S Observer I: Rina Farbriani Observer II: Sri Handayani Observer III: Yasri

C. Refleksi Pelaksanaan KegiatanDari kegiatan yang dilakukan, dapat simpulkan anak sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Untuk selengkapnya dapat dilihat di video.

BAB IIIPENUTUP

C. SaranBerdasarkan supervisi klinis yang dilaksanakan, maka disampaikan beberapa saran sebagai berikut:1. Bagi Kepala SekolahTingkatkan efektifitas perencanaan sehingga dapat dijadikan pedoman pelaksanaan supervisi klinis dengan memperhatikan aspek tujuan, sasaran, langkah-langkah serta waktu supervise klinis terhadap guru.2. Bagi Guru Tingkatkan efektifitas perencanaan dalam pembelajaran disekolah dalam hal media yang akan digunakan.3. SupervisorLebih memperhatikan lagi dalam memberikan dorongan kepada guru yang akan disupervisi

D. KesimpulanDemikianlah uraian mengenai supervisi pengajaran, antara konsep teoritik dan kenyataannya. Pelaksanaan supervisi pengajaran di lapangan, kenyataannya masih jauh dari konsep teoritik yang dikembangkan di jurusan/program manajemen pendidikan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, diperlukan sosialisasi dan tekanan dari pihak-pihak yang komit terhadap kualitas pendidikan kepada para pengambil kebijakan dan pengelola pendidikan. Hal ini secara bersama-sama harus dilakukan dengan pengembangan budaya mutu dalam pendidikan, yang intinya terletak pada kualitas proses pembelajaran di dalam kelas.

FOTO BERSAMA DENGAN SISWA SEKOLAH INDONESIA KUALA LUMPUR