Laporan Study Kasus Jaringan Drainase Kel.ujung Lare Kota Parepare
description
Transcript of Laporan Study Kasus Jaringan Drainase Kel.ujung Lare Kota Parepare
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi adalah tempat tumbuh dan berkembang berbagai makhluk hidup
termaksud didalamnya manusia. Alam dan makhluk hidup secara natural membentuk
keseimbangan, sinergi,rantai makanan, tumbuh dari yang kecil hingga yang besar,
dari muda hingga tua, dari kanak-kanak menjadi dewasa. Segala sesuatunya saling
berhubungan di alam dan saling melengkapi satu sama lain. Semuanya telah diatur
sedemikian rupa oleh tuhan dan kita tinggal menikmati dan melestarikannya.
Sistem drainase merupakan salah satu infrastrukur dalam pengembangan wilayah
perkotaan, agar Kota dapat lebih indah, bersih, tertata dan bebas dari genangan banjir.
Sistem jaringan drainase perkotaan yang tidak baik akan merugikan kota dan
masyarakat, karena menggangu lingkungan, menghambat transportasi, mengganggu
kesehatan, dan memberikandampak buruk terhadap social dan ekonomi.
Secaraumumalurjaringandrainase di kota Makassar mengikuti ketinggian
(kontur) dan mengikuti pola jaringan jalan kota yang ada, dimana system
pembuangan air hujan masih menjadi satu dengan system pembuangan air kotor.
Dalam kaitannya dengan pembuangan perumahan maka system
drainaseharusdikoordinasikandenganrencanapengembangan areal
4
pemukimanterutamakaitannyadenganperencanaan system
jaringandengankapasitasdrainasepadapemukimantersebut.
Seiringdenganlajupembangunan yang kiancepatterkadanghal-hal di
atasseringterabaikanolehpengembangdanmasyarakat.sehinggasalurandrainasemenjadi
salahsatupenyebabmasalahgenangan yang masihseringterjadipadadaearahpemukiman
di kota Makassar.
Areal pemukiman , dibeberapa areal kawasan tersebut terdapat genangan –
genangan air yang terlebih lagi pada saat hujan turun berubah menjadi banjir yang
mengakibatkan terganggunya aktifitas masyarakat.
Seiring dengan pertumbuhan kota Makassar yang merupakan daerah terpenting
didaerah Indonesia timur. Masalah system drainase, yang telah menjadi permasalahan
sejak lama telah dilakukan beberapa menjadi perbaikan oleh insansi – instansi terkait
melalui program pemerintah kota Makassar namun, upaya yang telah dilakuan selama
ini belum menuntaskan genangan banjir.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti dalam
yaitu: ”Sejauh mana persepsi dan partisipasi masyarakat Kelurahan Ujung Lare kota
Parepare terhadap sistem Drainase di daerahnya ?”
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian bertujuan untuk
mengetahui Persepsi dan partisipasi masyarakat mengenai perawatan dan kondisi
sistem drainase kelurahan ujung lare kota parepare. Serta menganalisis kesalahan
yang terjadi pada sistem Drainase.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu :
1. Sebagai bahan masukan Pemerintah Kota Parepare.
2. Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya peningkatan penanggulangan
sistem Drainase Oleh Masyarakat dan pemerintah Kelurahan Ujung Lare Kota
Parepare.
3. Dari hasil Penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan masyarakat
serta kepedulian masyarakat dalam memelihara sistem Drainase kelurahan ujung
lare kota Parepare.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan teori
1. Persepsi
Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan
kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka.
Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang
obyektif (Robbins, 2006). Menurut Daviddof, persepsi adalah suatu proses yang
dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang kemudian
diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang diinderanya
itu. Atkinson dan Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita
menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara
pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang
diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian
diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian
dihasilkan persepsi (Anonim, 2009). Menurut Walgito, proses terjadinya persepsi
tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu.
Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi sebagai pemaknaan hasil
pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada
tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan interpretation, begitu juga
berinteraksi dengan closure. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh
7
informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan
yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi
tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna,
sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau
makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh (Anonim, 2009).
2. Partisipasi
Menurut Almond dalam Syamsi (1986:112), partisipasi didefinisikan “sebagai
orang-orang yang orientasinya justru pada penyusunan dan pemrosesan input serta
melibatkan diri dalam artikulasi dari tuntutan-tuntutan kebutuhan dan dalam
pembuatan keputusan”. Jnanabrota Bhattacharyya dalam Ndraha (1990:102)
mengartikan partisipasi sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.
Sedangkan Mubyarto dalam Ndraha (1990:102) mendefinisikannya sebagai
kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap
orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Sementara Davis dalam Syamsi (1986:114) mendefinisikan partisipasi sebagai
berikut “participation is defined as mental and emotional involvement of persons in
group situations that encourage them to contribute to group goals and share
responsibility for them”. Dari pengertian tersebut, partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa adalah keterlibatan individu-individu anggota masyarakat untuk
bertanggung jawab baik mental maupun emosi terhadap tujuan pembangunan desa.
Dalam keterlibatannya, masyarakat harus memberikan dukungan semangat berupa
8
bentuk dan jenis partisipasi yang kesemuanya disesuaikan dengan kebutuhan dan fase
pembangunan desa (perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pengawasan serta
penilaian).
Partisipasi warga menurut Sj Sumarto (2004:17) adalah “proses ketika warga,
sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut
mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-
kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka”. Keterlibatan aktif atau
partisipasi masyarakat menurut Tjokroamidjojo (1983:207) dapat berarti keterlibatan
dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang
dilakukan pemerintah.
Berdasar beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam
memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar
mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas
keterlibatannya.
Bentuk partisipasi yang nyata yaitu :
Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi
pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan
Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,
biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas
9
Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga
untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program
Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang
dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya
Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam
suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan
program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program.
Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan. Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh
dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
a. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah
ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih
mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari
kelompok usia lainnya.
b. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam
banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah
10
tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser
dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.
c. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan
dianggap dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu
sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
d. Pekerjaan dan penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan
menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan
yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan
perekonomian.
e. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang.
Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap
lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap
kegiatan lingkungan tersebut.
11
3. Sistem Drainase
Sistem jaringan drainase merupakan bagian dari infrastruktur pada suatu
kawasan, drainase masuk pada kelompok infrastruktur air pada pengelompokan
infrastruktur wilayah, selain itu ada kelompok jalan, kelompok sarana transportasi,
kelompok pengelolaan limbah, kelompok bangunan kota, kelompok energi dan
kelompok telekomunikasi (Grigg 1988, dalam Suripin, 2004).
Air hujan yang jatuh di suatu kawasan perlu dialirkan atau dibuang, caranya
dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan yang mengalir di
permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke sistem yang
lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan dengan saluran rumah tangga
dan sistem saluran bangunan infrastruktur lainnya, sehingga apabila cukup banyak
limbah cair yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). Seluruh
proses tersebut di atas yang disebut dengan sistem drainase (Kodoatie, 2003).
Secara umum drainase dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang usaha mengalirkan air yang berlebihan pada suatu kawasan. Bagian
infrastruktur (sistem drainase) dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air
yang berfungsi untuk mengurangi dan membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Di urut dari hulunya,
bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interseptor drain), saluran
pengumpul (colector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main
drain) dan badan air penerima (receiving waters). Disepanjang sistem sering dijumpai
12
bangunan lainnya, seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah,
pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando dan stasiun pompa. Pada sistem
drainase yang lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima air diolah dahulu pada
instalasi pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air
yang telah memliki baku mutu tertentu yang dimasukkan ke dalam badan air
penerima, biasanya sungai, sehingga tidak merusak lingkungan (Suripin, 2004)
Istilah drainase ditujukan untuk proses pemindahan kelebihan air untuk
mencegah hal yang tidak menyenangkan bagi publik, properti dan kehidupan. Di
dalam areal yang belum berkembang, drainase berkembang secara alami sebagai
bagian dari siklus hidrologi. Secara alamiah drainase tidak statis tetapi dapat berubah
sesuai dengan lingkungan dan kondisi fisik. Sistem drainase dapat di kategorikan
dalam beberapa kategori yaitu: 1. Sistem drainase irigasi, 2. Sistem drainase jalan, 3.
Sistem drainase lapangan udara, 4. Sistem drainase perkotaan.
Di wilayah perkotaan, kontribusi curah hujan dapat meliputi 1) akibat air
permukaan setelah hujan yaitu dari atap, lapangan/halaman, jalan dan laian-lain, 2)
air limbah dari bangunan rumah tangga, bangunan komersial dan industri.
Pembuangan seluruh air hujan perlu dialirkan atau dibuang agar tidak terjadi
genangan atau banjir. Caranya yaitu dengan pembuatan saluran yang menampung air
hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran diatas selanjutnya
dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan
dengan saluran rumah tangga, sistem infra struktur lainya.
13
Sistem drainase perkotaan dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam sistem, yaitu:
1. Sitem drainase utama (Mayor Urban Drainage System) adalah sistem saluran yang
menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment
area). Bisanya sistem aliran ini menampung saluran dengan skala besar dan luas
seperti saluran drainase primer, kanal atau sungai-sungai. Sistem drainase mayor ini
disebut juga sebagai sistem saluran pembuang (main drain) utama. Sistem mayor
biasanya meliputi saluran drainase primer (saluran yang menerima air dari saluran
sekunder dan mengalirkannya ke badan penerima air) dan saluran drainase sekunder
(saluran yang menerima air dari saluran tersier dan menyalurkannya ke saluran
primer). Pada umumnya drainase mayor direncanakan untuk hujan dengan masa
ulang 5 sampai 10 tahun sedang untuk pengendalian banjir untuk sungai-sungai besar
dipakai periode ulang 25 sampai 50 tahun.
2. Sistem drainase local (minor urban drainage sistem) adalah sistem saluran dan
bangun pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah
tangkapan hujan dimana sebahagian besar di dalam wilayah kota. Pada umumnya
drainase minor direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2 dan 5 tahun
tergantung pada tata guna tanah yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan
pemukiman cenderung sebagai sistem drainase minor. Sistem minor biasanya
meliputi saluran drainase tersier (saluran yang menerima air dari sistem drainase
kwarter dan megalirkannya ke saluran sekunder) dan saluran drainase kuarter (saluran
kolektor jaringan drainase local).
14
Dari segi konstruksinya sistem saluran drainase minor dapat dibedakan atas 2
bagian yaitu: sistem saluran tertutup dan sistem saluran terbuka (gambar 2.1),
(kodoatie dan sjarif,2005).
Gambar 2.1
a) Struktur saluran drainase perkotaan
Secara hirarki drainase perkotaan mulai dari yang paling kecil adalah
saluran kwarter, saluran tersier, saluran sekunder dan saluran primer.
Gambar 2.3 struktur saluran drainase perkotaan
Keterangan gambar:
15
a. Saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran
sekunder dan mengalirkannya ke badan penerima air.
b. Saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran
tersier dan menyalurkannya ke saluran primer.
c. Saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari sistem drainase
kwarter dan megalirkannya ke saluran sekunder.
d. Saluran kwarter adalah saluran kolektor jaringan drainase local.
b) Kerangka sistem drainase perkotaan
kerangka jaringan sistem pembuangan yang meliputi pembagian zona,dalam
lingkaran sistem (Gupta, 1989) seperti ditunjukan dalam Gambar 2.4a, 2,4b, 2,4c.
Komponen saluran pembuangan mengalirkan debit dan cabang bagian saluran
penerima memperhitungkan debit dari satu atau banyak cabang-cabang salurang
penrima. Saluran pembuang utama akan menerima air limpasan dan kondisi air yang
luar biasa akan melimpah pada aliaran air yang mengalir ke muara.
16
Gambar 2.4a kerangka saluran pembuang bentuk tegak (Gupta, 2989)
Gambar 2.4b kerangka saluran pembuang bentuk kipas
P=stasiun pompa:TP=tempat pengolahan (Gupta, 1989)
17
Gambar 2.4c kerangka saluran pembuang menurut area atau zona (Gupta, 1989)
Pada kerangka mendatar (penampang memanjang) saluran pembuang
mengalir sepanjang sisi jalan atau bagunan utilitas. Pada denah dibuat saluran
pembuang utama meninggalkan wilayah ke arah daerah rendah dan cabang-cabang
saluran sisi (alam) mengitari wilayah. Pada cabang-cabang wilayah setiap saluran
pembuang digambarkan dari garis ketinggian daerah.
Pada kerangka vertical, mempengaruhi kondisi profil tanah permukaan. Pada
kedalam galian minimum, saluran pembuang dibuat sejajar dengan muka tanah.
Bagaimanapun ini tidak dapat dilaksanakan pada kondisi muka tanah yang tidak rata.
Untuk sanitasi saluran pembuang kemiringan dasar saluran kecepatan minimum
adalah 2 ft/s (0,6 m/det). Pada tanah dataran semua saluran dikumpulkan pada satu
titik pertemuan dan selanjutnya dilakukan pemompaan. Pada sistem saluran terpisah
dibangun di lokasi yang lebih tinggi dari elevasi areal.
Manholes (lubang impeksi) untuk pemeliharaan saluran pembuang, dibangun
dilokasi 1) pada tempat-tempat pertemuan saluran, 2) perubahan-perubahan
kemiringan saluran, 3) perubahan dimensi saluran, 4) perubahan arah saluran, 5)
bangunan-bangunan terjun, dan 6) sepanjang jalur saluran setiap jarak 90 s/d 150 m,
jarak 150 m s/d 300 m pada saluran berdiameter besar.
Ketinggian dasar manhole (lubang inpeksi) satu dengan lainnya tidak selalu
sama pada satu elevasi. Bangunan manhole terjunan (gambar 2.5) dalam
18
perhitungannya disesuaikan dengan kemiringan tanpa harus meninggikan kedalam.
Pada saluran pembuang dengan radius pendek atau ada belokan yang merubah arah
saluran, perlu diperhatikan energi kehilangan tekanan. Pada kecepatan biasa, ada
penurunan hingga 30 mm di inver (elevasi dasar) manhole. Pada setiap panjang
saluran pembuang, pada potongan melintang digambarkan dan ditunjukan 1) muka
tanah asli, 2) lokasih boring, 3) lapisan batuan, 4) bangunan bawa tanah (utilitas), 5)
elevasih pondasi dan bangunan bawah tanah, 6) pelintasan jalan, 7) lokasih dan
jumlah manholes, 8) elevasi dasar saluran pembuangan pada setiap manhole dan, 9)
kemiringan dan dimensi salurang pembuang. Penampang seperti diilustrasikan pada
(gambar 2.5). penampang membantu dalam perencanaan, estimasi biaya, dan
konstruksi dari saluran pembuang.
19
Gambar 2.5 Profil dari saluran pembuang (steel and McGhee, 1979, Grupta,1989)
c) drainase perkotaan serta hubungannya dengan banjir
Genangan air / banjir pada umumnya terjadi akibat adanya hujan lebat dengan
durasi lama sehingga meningkatkan volume air dan mempercepat akumulasi aliran
permukaan (run-off) pada permukaan tanah (haryono, 1999). Pengaliran air di dalam
drainase perkotaan disebabkan terutama oleh limbah rumah tangga dan hujan, tetapi
yang paling dominan yang mengakibatkan banjir adalah air hujan.
Kajian masalah banjir harus terlebih dahulu menganalisa penyebab utamanya
sebelum menyusun strategi mengantisipasinya. Secara teoritis terjadinya banjir
dengan intensitas yang cenderung meningkat merupakan akibat dari masukan sistem
yang berlebihan, dalam hal ini curah hujan yang melebihi normal dan pengaruh
kondisi saluran yang bermasalah.
4. Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih
abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar
entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling
20
tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan
sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan
yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi
sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata
pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu,
masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat
agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar
menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat
yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional. Masyarakat dapat pula
diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan
besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.
B. Kerangka Pikir
Saluran Drainase yang baik sangat dibutuhkan untuk dapat penunjang
kegiatan keseharian masyarakat kota Parepare. Dalam konteks yang sederhana,
Drainase yakni suatu saluran pembuangan limbah, serta sekaligus saluran
pembuangan air hujan, agar tidak mengganggu stabilitas pengguna jalan dalam
konteks tata ruang kota. bentuk kegiatan yang dilakukan atau diambil dalam
melakukan suatu pembangunan semestinya mempertimbangkan aspek lingkungan
21
sekitar sebelum melakukan suatu kegiatan, baik pada dampak positif maupun negatif
yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan khususnya daerah Kelurahan Ujung Lare
Kota Pareoare. Guna mengetahui Persepsi serta tingkat kepedulian/partisipasi
masyarakat terhadap perawatan dan kondisi sistem drainase.
C. Hipotesis/Asumsi
Sebagai indikator dari latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan
di atas, maka hipotesis/Asumsi yang dapat di ajukan sebagai jawaban sementara
dalam Kegiatan ini adalah : Persepsi dan partisipasi Masyarakat mengenai perawatan
dan kondisi Drainase Kelurahan Ujung Lare Kota Parepare kurang Antusias karena
alasan ketidak pahaman mengenai Drainase itu sendiri serta karena masyarakat
bergantung pada pemerintah kota untuk menanggulangi permasalahan terhadap
Sistim Drainase tersebut.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang Persepsi dan Partisipasi masyarakat mengenai
perawatan dan kondisi sistem Drainase Kelurahan Ujung Lare Kota Parepare.
B. Variabel dan Defenisi Operasional.
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini hanya memiliki satu variabel yaitu Persepsi maupun partisipasi
Masyarakat mengenai Perawatan dan kondisi saluran Drainase Kelurahan Ujung Lare
Kota Parepare.
2. Defenisi Operasional
Untuk menyamakan pendapat mengenai variable yang dikaji dalam laporan ini,
maka perlu defenisi operasional terhadap variable yang dikaji.
Kuesioner Persepsi dan partisipasi masyarakat mengenai perawatan dan kondisi
system Drainase merupakan upaya mengetahui tingkat pemahaman dan Antusias
masyarakat dalam merawat system Drainase yang ada di kelurahan Ujung Lare kota
Parepare.
C. Populasi dan Sampel
23
1. Populasi
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan guna menjawab permasalahan yang
diajukan dalam penelitian ini, maka ditetapkan populasi sebagai sasaran penelitian.
Sugiyono (2004), mengemukakan bahwa Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pengertian populasi di atas, maka populasi penelitian ini adalah
Pihak terkait yang menaungi permasalahan Lingkungan yang ada di kota Parepare
dalam hal ini adalah masyarakat setempat kelurahan ujung lare kota parepare.
2. Sampel
Adapun distribusi jumlah Sumber Informasi yaitu 24 Orang yang terdiri dari
masyarakat setempat di kelurahan ujung lare kota parepare.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan teknik Observasi dan
pengisian Kuesioner. guna memperoleh informasi serta Data-Data terkait mengenai
persepsi dan partisipasi masyarakat mengenai perawatan dan kondisi sistem Drainase
di kelurahan ujung lare kota parepare.
E. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpul dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan
deskriptif Komparasi dengan memperbandingkan antara Data yang dihasilkan kondisi
24
nyata yang ada dilapangan Sehingga dengan demikian dapat diketahui letak
perbedaan ataupun kekeliruan yang terjadi pada Masalah Tersebut.
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil jika :
1. Hasil observasi :
Data ini digunakan untuk menganalisis tingkat antusias masyarakat dalam
Berpartisipasi mengenai perawatan system Drainase dengan ketentuan sebagai berikut :
Skor Kategori
10,00 – 17,50 Tidak Antusias
17,50 – 25,00 Kurang Antusias
25,00 – 32,50 Antusias
32,50 – 40,00 Sangat Antusias
Sumber : Indana, 1998
Tabel 1. penilaian Hasil Observasi
2. Kuesioner :
Kuesioner digunakan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap
permasalahan saluran drainase, penulis memberikan kuesioner kepada masyarakat.
Kuesioner berisi pernyataan yang berkaitan dengan variabel yang diteliti. Butir setiap
pernyataan diukur menurut skala Linkert. Dalam skala ini terdapat rentangan skala
25
persetujuan dengan empat pilihan yaitu, setuju, kurang setuju, sertatidak setuju.
Setiap skala persetujuan diberi skor, yaitu 3, 2, dan 1.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Data lokasi
Kelurahan Ujung Lare adalah salah satu dari bagian administrative
Kecamatan Soreang, Kota Parepare. Kelurahan Ujung Lare memiliki luas 20.535
ha/m2, Kelurahan Ujung Lare terletak antara 4° 0'16.76" LS - 4° 0'29.27"LS dan
119°37'47.84"BT - 119°37'40.21"BT, dengan batas wilayah:
26
Batas Desa/Kelurahan Kecamatan
Sebelah Utara Bukit Harapan Soreang
Sebelah Selatan Ujung Baru Soreang
Sebelah Timur Lapadde Ujung
Sebelah Barat Lakessi Soreang
Penetapan Batas Wilayah ini disahkan berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi
Selatan Nomor 442/1996. Bedasarkan data sensus penduduk 2010, jumlah penduduk
Kecamatan Ujung Lare yaitu 4666 jiwa dan sebanyak 960 KK dengan tingkat
kepadatan 3.86/km. Berdasarkan Topografinya Kelurahan Ujung Lare dapat
dikategorikan sebagai daerah dataran rendah. Kondisi Iklim dan cuaca Kelurahan
Ujung Lare dengan temperature rata-rata 28,5°C suhu minimum 25,7ºC dan suhu
maksimum 31,6ºC temperatur minimum terjadi pada bulan Januari, Maret, Juni, dan
Agustus sedang curah hujan berkisar 0 – 398 mm dengan curah hujan tertinggi pada
bulan Desember dan curah hujan terendah pada bulan Agustus dengan jumlah hari
hujan berkisar antara 0 – 20 hari.
2. Kondisi stabilitas lokasi.
3. Data hasil Observasi/kuesioner.
27
Tabel perhitungan kuesioner
28
4. Sitem drainase yang selayaknya digunakan berdasarkan ukuran dan
kondisi lokasi tinggi tanah. Yang ditawarkan pada masyarakat.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
30