LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah...

97
BAB I. PENDAHULUAN I-0 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO TAHUN 2008 KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO 2009

Transcript of LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah...

Page 1: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB I. PENDAHULUAN

I-0

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP

KOTA MOJOKERTO TAHUN 2008

KANTOR LINGKUNGAN HIDUP

KOTA MOJOKERTO 2009

Page 2: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB I. PENDAHULUAN

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Telah banyak program dan kegiatan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh

pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, namun upaya yang telah

dilakukan selama ini terkesan seolah-olah kurang optimal, karena skala kegiatan yang

belum “critical momentum " sehingga tenggelam dalam laju atau percepatan yang

sedemikian besar dari kerusakan lingkungan.

Dengan melihat percepatan perusakan lingkungan yang terjadi saat ini, maka

tidak ada jalan lain bagi kita semua untuk : a). Mengerahkan segala daya upaya yang ada pada

kita untuk bertindak secara bersama-sama mencegah dan memulihkan kerusakan

lingkungan, b). Mendorong pengembangan kemitraan kepada semua pihak untuk

bersama-sama mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui pengarusutamaan

aspek lingkungan dalam tiap bentuk pembangunan, c). Revitalisasi kearifan tradisional

sebagai "gerakan moral dan estetika lingkungan" dalam perubahan perilaku dan

perubahan sikap, melalui pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara terstruktur dan

terintegrasi untuk menumbuhkan kesadaran, kemandirian dan keberdayaan yang merupakan

wujud kesadaran kolektif menuju lingkungan yang baik dan sehat.

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah suatu konsep

pembangunan yang memadukan aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup dalam

upaya mensejahterakan masyarakat. Hal itu mengacu pada pertumbuhan dengan

memperhatikan keterbatasan sumberdaya alam dan kemampuan institusi masyarakat di

dalam melaksanakan pembangunan, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang merupakan

dasar di dalam menyusun program-program pembangunan. Disamping itu pembangunan

berkelanjutan tidak akan tercapai tanpa memasukkan unsur konservasi lingkungan ke dalam

kerangka proses pembangunan.

Untuk itu diperlukan keterpaduan, yaitu tuntutan adanya kerjasama lintas sektoral melalui

pertukaran informasi dan penyesuaian pasaritas sektoral. Proses pertukaran informasi di dalam

pengambilan keputusan merupakan suatu sistem, yang menyangkut penataan penggunaan

sumberdaya alam, buatan dan sumberdaya manusia di dalam suatu ruang/wilayah. Kenyataan

ini menggarisbawahi pentingnya laporan pengelolaan lingkungan hidup disusun, baik pada

tingkat Iokal/daerah, regional maupun nasional, karena hal tersebut diperlukan dalam penyajian

informasi segala aspek lingkungan dalam rangka melaksanakan pembangunan berkelanjutan.

Berbagai bencana yang terjadi saat ini terkadang sulit dikategorikan sebagai

bencana alam murni, hal ini disebabkan karena masih terjadinya eksploitasi sumberdaya alam yang

tidak memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, sehingga

mengakibatkan berbagai musibah yang merugikan masyarakat, tidak hanya harta benda

tetapi yang terpenting hilangnya nyawa manusia.

Page 3: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB I. PENDAHULUAN

I-2

Pembangunan yang merusak lingkungan bukanlah kegiatan pembangunan,

melainkan bencana yang tertunda. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan hidup

menjadi sangat rentan terjadinya perubahan yang disebabkan karena aktivitas alam

maupun manusia. Aktivitas manusia inilah yang justru lebih banyak menimbulkan

kerentanan bagi lingkungan, sehingga perlu dicarikan solusi yang tepat untuk

mengeliminasi terjadinya bencana dalam menekan terjadinya degradasi lingkungan di

masa yang akan datang, sehingga lingkungan dapat memberikan dukungan bagi

keberlanjutan kehidupan di planet bumi.

Dua hal penting yang perlu segera mendapatkan perhatian kita semua,

setelah banyaknya terjadi bencana lingkungan, yaitu komitmen tinggi untuk

menghentikan kerusakan lingkungan yang kini sedang berlangsung, rehabilitasi dan

pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana

lingkungan selama ini dalam kontek pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan,

maka sangat diperlukan informasi, analisis dan data base lingkungan yang merupakan

sebagai sarana untuk menyusun perencanaan pembangunan yang lebih komprehensip.

Informasi, analisis dan data base lingkungan tersebut dijadikan dalam bentuk laporan,

yang mana laporan tersebut adalah Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (State of The

Environment Report).

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Kota

Mojokerto adalah:

1) Menyediakan data, informasi, dan dokumentasi untuk meningkatkan kualitas

pengambilan keputusan pada semua tingkat dengan memperhatikan aspek dan

daya dukung serta daya tampung lingkungan hidup.

2) Meningkatkan mutu informasi tentang lingkungan hidup sebagai bagian dari sistem

pelaporan publik serta sebagai bentuk dari akuntabilitas publik.

3) Menyediakan sumber informasi utama bagi Rencana Pembangunan Tahunan

Daerah (Repetada), Program Pembangunan Daerah (Propeda), dan kepentingan

penanam modal (investor).

4) Menyediakan informasi lingkungan hidup sebagai sarana publik untuk melakukan

pengawasan dan penilaian pelaksanaan Tata Praja Lingkungan (Good

Environmental Governance) serta sebagai landasan publik untuk berperan dalam

menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersama-sama dengan

pemerintah.

1.3. Isu - Isu Utama Lingkungan Hidup Di Kota Mojokerto

1. Masih rendahnya skor Kota Mojokerto dalam Penilaian Adipura tahun 2007-2008,

yaitu 61 pada Tingkat Nasional dan 33 di Jawa, atau kota terkotor kedua adalah

merupakan tantangan tersediri bagi Kantor Lingkungan Hidup yang menjadi

Page 4: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB I. PENDAHULUAN

I-3

Leading-Sektor Tim Adipura Kota Mojokerto. Meskipun hasil Pantau I telah

menunjukkan adanya peningkatan nilai namun karena adanya peningkatan passing

grade, maka hal itu belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan grade Kota Mojokerto. Namun pada tahun 2009 akhirnya Kota

Mojokerto berhasil meraih adipura (Lampiran......).

2. Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka pembenahan kelembagaan

Lingkungan Hidup di Daerah juga menjadi hal yang mendesak untuk segera disikapi.

3. Perkembangan yang cepat dalam pertumbuhan kota, membawa dampak yang tidak

baik bagi sanitasi lingkungan. Hal ini terlihat dari semakin tingginya tingkat

pencemaran lingkungan, akibat tidak terkontrolnya pembuangan limbah, baik limbah

domestik rumah tangga maupun limbah akibat kegiatan industri kecil dan

menengah, ataupun masih sedikitnya kegiatan usaha yang memiliki Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang berfungsi optimal.

4. Pembangunan yang cepat juga membawa akibat samping berupa turunnya kualitas

lingkungan hidup karena polusi air, udara dan tanah dan hilangnya keanekaragaman

hayati. Persoalan pengelolaan sampah dan pemantauan kualitas lingkungan tetap

akan mendapatkan perhatian lebih dalam tahun 2009.

5. Penyusunan Produk Hukum Daerah (Peraturan Daerah) tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup

6. Peningkatan kepedulian masyarakat dan khususnya pelaku dunia usaha terhadap

upaya pelestarian lingkungan

7. Peningkatan kompetensi dan kualitas Sumber Daya aparatur Kantor LIngkungan

Hidup

8. Penyusunan Konsep Tata Ruang Wilayah yang berwawasan Lingkungan

9. Penyusunan Data Base Industri Kota Mojokerto.

1.4. Kebijakan Pengelolaan Dan Pendanaan Lingkungan Hidup Kota Mojokerto

1.4.1. Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Mojokerto

Pengelolaan lingkungan hidup tidaklah secara otomatis atau langsung

menampakkan hasil yang dapat dilihat secara nyata, tetapi memerlukan waktu

yang panjang. Untuk itu maka perkembangan pelaksanaan kebijaksanaan

pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan apa yang selama ini ada

serta tantangan, kendala dan peluang yang diperkirakan akan dihadapi dalam

kurun waktu 25 tahun mendatang.

Selanjutnya disebutkan pula bahwa misi dari pengelolaan lingkungan

hidup dalam kurun waktu 25 tahun mendatang adalah tercapainya keselarasan,

Page 5: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB I. PENDAHULUAN

I-4

keserasian dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup,

terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan,

tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan terkendalinya pemanfaatan

sumberdaya secara bijaksana. Disebutkan pula bahwa kebijaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup seyogyanya mengacu pada:

Pendayagunaan sumberdaya alam sebagai pokok-pokok kemakmuran

rakyat yang dilaksanakan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan

kemampuan daya dukung alam serta mengutamakan sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat, kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup.

Tata ruang nasional yang berwawasan lingkungan yang merupakan

suatu pedoman bagi perencanaan pembangunan daerah.

Pembangunan ekonomi dan ekologi berimbang dalam pengelolaan kekayaan

alam Indonesia sehingga dapat menjamin manfaatnya pada masa kini

juga kehidupan di masa yang akan datang.

Pengelolaan sumberdaya alam yang dapat diperbarui dengan prinsip

kelestarian hasil alam, sehingga fungsinya harus dapat selalu terpelihara sepanjang

masa.

b) Surat Keputusan Walikota Mojokerto tentang Lingkungan Hidup

Selama Tahun 2002 - 2008 Pemerintah Kota Mojokerto telah menetapkan

peraturan mengenai lingkungan hidup diantaranya adalah

a. SK Walikota Mojokerto No. 188.45/433/417.104/2002 Tanggal 2

September 2002 tentang Pembentukan Komisi Penilai dan Tim

Teknis AMDAL dan Komisi Pengarah UKL/UPL

b. SK Walikota Mojokerto No. 24 Tahun 2003 Tanggal 30 Juni 2003

tentang Pengambilan Contoh Air/Udara dan Uji Limbah Cair dan Padat

c. SK Walikota Mojokerto No. 188.45/410/417.104/2005 Tanggal 14 Juli

Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Lingkungan Hidup.

d. Peraturan Walikota Mojokerto Nomor 37 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas

Pokok dan Fungsi Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto.

1.4.2. Kebijakan Pendanaan Lingkungan dalam Rangka Melaksanakan

Pembangunan yang Berkelanjutan di Kota Mojokerto a. Kkan

Anggaran pembangunan pada dasarnya merupakan cerminan kebijakan

pemerintah dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan berdasarkan

perencanaan yang telah ditetapkan. Anggaran pembangunan juga dapat memberikan

gambaran lembaga pemerintah yang mana bertanggung jawab melaksanakan tugas

dan fungsi tertentu maupun menggambarkan amanat/kebijakan yang telah ditetapkan.

Aspek pembiayaan Rencana Kerja Kantor Lingkungan Hidup Kota

Mojokerto sepenuhnya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Page 6: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB I. PENDAHULUAN

I-5

Kota Mojokerto maupun Dana Alokasi Khusus bidang Lingkungan Hidup dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Sejak awal Pemerintah Kota Mojokerto melalui Kantor Lingkungan

Hidup memiliki komitmen yang kuat berupaya memperhatikan aspek lingkungan

pada setiap sisi kegiatan pembangunan. Berbagai upaya selama ini telah

dilakukan untuk melindungi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, antara lain

dengan menyusun Peraturan Daerah, Keputusan Walikota dan Perijinan

Lingkungan serta meletakkan landasan yang kuat berupa peraturan perundang-

undangan yang menyangkut pengelolaan lingkungan hidup, RTH, persampahan,

konservasi maupun tata ruang.

1.5. Agenda Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Mojokerto

Sesuai dengan agenda pokok pembangunan di kota Mojokerto sebagaimana

tercantum dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah)

Kota Mojokerto, prioritas pembangunan tahun 2009 yaitu menciptakan Kota Mojokerto

yang aman dan damai, menciptakan Kota Mojokerto yang adil dan demokratis serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Mojokerto; maka penyusunan program-

program pembangunan pada pelaksanaan RPJMD tahun ke–2 juga ditujukan kepada

pencapaian ketiga agenda tersebut.

Agenda kebijakan ini dirumuskan dalam program - program prioritas

pembangunan untuk mendukung ketiga agenda tersebut dalam setiap urusan

Pembangunan. Adapun program-program prioritas untuk Kantor Lingkungan Hidup

yang ditetapkan dalam RPJMD Kota Mojokerto adalah :

1. Program Peningkatan Sumber Daya Alam untuk Kepentingan Masyarakat

a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup,

b. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup.

c. Program Peningkatan Pengendalian Polusi

2. Program Penataan dan Pengembangan Kawasan Pembangunan.

a. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

Pada tahun 2010, terdapat 7 (tujuh) Prioritas Program yang akan dilaksanakan, yaitu:

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

2. Program Peningkatan sarana dan Prasarana Aparatur

3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

4. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

5. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup

6. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

7. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Page 7: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB I. PENDAHULUAN

I-6

Page 8: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB II. GAMBARAN UMUM

II-7

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1. Visi dan Misi Pembangunan Kota Mojokerto

Dengan nilai-nilai strategis dan segala potensi yang dimiliki oleh Kota Mojokerto

serta memperhatikan peluang dan tantangan yang ada pada saat ini dan akan

datang, ditetapkanlah visi dan misi Kota Mojokerto.

Visi Kota Mojokerto adalah :

"Terwujudnya Kota Mojokerto Yang Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral"

Untuk mewujudkan visi pemerintah Kota Mojokerto, maka telah di tetapkan misi yang

akan dicapai selama kurun waktu Tahun 2009 - 2014 sebagai berikut

1. Mewujudkan clean and good governance

2. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam proses pembangunan

3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

4. Meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia

5. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi

6. Meningkatkan upaya pengentasan kemiskinan

7. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif, profesional dan berdaya saing tinggi

8. Meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan dan tata ruang

9. Meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan kesalehan sosial

10. Menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, transparansi, akuntabilitas dan kesetaraan

gender

11. Memantapkan stabilitas keamanan, politik, dan pemerintahan

2.2. Kondisi Geografis, Demografis, Geologi, Tata Ruang, Kependudukan dan

Kesehatan Masyarakat

1. Geografis

Kota Mojokerto terletak di tengah-tengah Kabupaten Mojokerto,

terbentang pada 70 27' 0.16’’ - 7

0 29' 37.11’’ Lintang Selatan dan 112

0 24' 23’’ -

1120 28' 12’’ Bujur Timur. Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan

ketinggian rata - rata 22 m diatas permukaan laut dengan kondisi permukaan tanah

yang agak miring ke Timur dan Utara antara 0-3%. Dengan lokasi geografis

tersebut, Kota Mojokerto mempunyai iklim tropis, dipengaruhi oleh angin

muson yang selalu berhembus berganti arah laut ke Tenggara dan sebaliknya. Batas-

batas Kota Mojokerto adalah

Sebelah Utara : Sungai Brantas

Sebelah Timur : Kecamatan Mojoanyar

Page 9: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB II. GAMBARAN UMUM

II-8

Sebelah Selatan : Kecamatan Sooko dan Puri

Sebelah Barat : Kecamatan Sooko

Secara administratif Kota Mojokerto dibagi menjadi 2 Kecamatan, 18 Kelurahan, 655

Rukun Tetangga (RT), 176 Rukun Warga (RW) dan 70 Dusun/Lingkungan yaitu::

1. Kecamatan Magersari

Mempunyai luas wilayah ± 870.27 Ha, meliputi 10 Kelurahan, 37

lingkungan, 106 Rukun Warga dan 375 Rukun Tetangga.

2. Kecamatan Prajuritkulon

Mempunyai luas wilayah ± 776.27 Ha, meliputi 8 Kelurahan, 33 Lingkungan, 70

Rukun Warga dan 280 Rukun Tetangga.

Luas wilayah total Kota Mojokerto adalah ± 1.646,54 hektar, merupakan

satuan luas dan satuan wilayah kota terkecil di Jawa Timur maupun di Indanesia

saat ini. Luasan kota tersebut terdiri dari ± 633,82 hektar tanah sawah (± 40.81 %) dan

± 156,27 hektar tanah kering (± 9,49%), ± 774,23 hektar bangunan (± 45,24%)

dan ± 81,57 hektar penggunaan lain - lain.

2. Demografis

Kota Mojokerto mempunyai penduduk sebanyak 116.355 jiwa yang tersebar

di 2 (dua) kecamatan dan 18 (delapan belas) kelurahan. Penduduk Laki-laki

sebanyak 57.243 jiwa atau sebesar 49,2 persen; dan Penduduk yang berjenis kelamin

Perempuan adalah sebanyak 59.112 atau sebesar 50,8 persen. Dari komposisi

penduduk laki-laki dan perempuan itu bisa dilihat bahwa Rasio Jenis Kelamin (Sex

Ratio) Kota Mojokerto adalah sebesar 96,84 persen; artinya di setiap 100 penduduk

wanita terdapat 96 penduduk laki-laki.

Besarnya jumlah penduduk di Kota Mojokerto dengan luas wilayah yang

sangat kecil akan menyebabkan kepadatan Kota Mojokerto menjadi sangat tinggi,

yaitu 7.018 penduduk per kilometer persegi (km2) di tahun 2007 dan sebesar 7.069

penduduk per kilometer persegi di tahun 2008. Pada tahun 2008 wilayah yang

mempunyai tingkat kepadatan tertinggi adalah Kelurahan Mentikan, yaitu sebesar

23.674 jiwa per km2; disusul oleh Kelurahan Sentanan sebesar 21.507; selanjutnya

Kelurahan Kauman sebesar 21.179 jiwa per km2.

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, perkembangan penduduk

Kota Mojokerto memiliki pertumbuhan yang fluktuatif. Namun pada tahun 2008

pertumbuhan penduduk Kota Mojokerto mengalami penurunan yang sangat

siginifikan hingga sebesar 0,72 persen dibanding dengan tahun sebelumnya.

Penurunan laju pertumbuhan penduduk ini disinyalir terkait dengan perpindahan

penduduk ke luar Kota Mojokerto yang meningkat, menurunnya angka kelahiran

serta meningkatnya angka kematian.

Page 10: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB II. GAMBARAN UMUM

II-9

Dari jumlah penduduk di atas apabila dilihat secara kelompok umur, maka

struktur umur penduduk Kota Mojokerto adalah struktur umur muda yang artinya

jumlah penduduk usia muda yang terdiri dari usia remaja dan usia produktiflah

yang dominan, sedangkan untuk usia tua masih relatif sedikit. Struktur penduduk

menurut kelompok umur ini apabila digambarkan akan berbentuk piramida.

Namun yang terjadi di Kota Mojokerto justru tidak sepenuhnya menganut

teori demografi, dimana semakin tua usia penduduk jumlahnya akan semakin

berkurang. Dalam kondisi begitu bentuk piramida akan bisa terlihat semakin

mengerucut ke atas, yang menggambarkan usia tua semakin kecil jumlahnya. Di

Kota Mojokerto penduduk usia 0–14 tahun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan

dengan jumlah penduduk yang berusia 15–34 tahun. Usia 0–14 tahun hanya

sebanyak 29.237 jiwa. Sedangkan penduduk usia 15-34 tahun berjumlah 44.815

jiwa. Penduduk usia 35-64 tahun apabila diklasifikasikan menurut kelompok 5

tahunan jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok umur

sebelumnya (Tabel 2.1). Tetapi yang istimewa adalah penduduk usia 65 ke atas,

ternyata jumlahnya melebihi kelompok umur 60-64 tahun. Hal ini bisa dijadikan

sebagai indikator bahwa usia harapan hidup penduduk Kota Mojokerto sudah di

atas 65 tahun.

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk (Jiwa) Kota Mojokerto Tahun 2008

NO KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

I

1 0 - 4 4 940 4 690 9 630

2 5 - 9 4 965 4 700 9 665

3 10 - 14 5 026 4 916 9 942

4 15 - 19 6 463 6 445 12 908

5 20 - 24 5 422 5 493 10 915

6 25 - 29 5 404 5 455 10 859

7 30 - 34 4 855 5 278 10 133

8 35 - 39 4 509 4 900 9 409

9 40 - 44 4 292 4 338 8 630

10 45 - 49 3 525 3 197 6 722

11 50 - 54 2 205 2 324 4 529

12 55 - 59 1 859 1 932 3 791

13 60 - 64 1 387 1 883 3 270

14 65 - 69 997 1 463 2 460

15 70 - 74 800 1 035 1 835

16 >75 594 1 063 1 657

JUMLAH 57 243 59 112 116 355

Sumber : BPS Kota Mojokerto

Page 11: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB II. GAMBARAN UMUM

II-10

3. Topografi dan Geologi

Wilayah Kota Mojokerto merupakan dataran rendah dengan ketinggian

rata-rata ± 22 meter diatas permukaan laut dengan kondisi permukaan

tanah yang agak miring ke Timur dan Utara antara 0 - 3%. Tanahnya terdiri

dari 2 jenis, yaitu tanah jenis Alluvial seluas ± 1.033,05 Ha (±62,74%) dan

jenis Gromosol seluas ± 613,49 ha (± 37,26%), dengan karakteristik daya

tahan air cukup baik. Permeabilitas tanah umumnya lambat, kepekaan tanah

terhadap erosi sedang dan produktivitas tanah rendah sampai sedang, dengan

kedalaman efektifnya ± 60 - 90 cm.

Secara geografis wilayah Kota Mojokerto juga memiliki kekayaan alam

berupa sungai-sungai yang cukup besar. Beberapa sungai yang melintasi

wilayah Kota Mojokerto antara lain:

Sungai Brantas dengan panjang ± 3,5 Km di sebelah utara

Sungai Sadar yang mempunyai panjang ± 2 Km berada di Sebelah

Selatan

Sungai Brangkal sepanjang ± 2,25 Km serta Sungai Gedeg sepanjang ±

2 Km berada di Sebelah Barat

4. Kebijakan Tata Ruang Kota Mojokerto

Pertumbuhan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan

utamanya di perkotaan menyebabkan terjadinya pergeseran pola penggunaan

tanah/lahan. Sering dijumpai penggunaan lahan tidak sesuai dengan kaidah

penataan ruang wilayah, seperti pengembangan permukiman yang tidak diikuti

dengan sistem penataan jalan dan drainase yang baik, sehingga timbul berbagai

masalah seperti banjir, pencemaran tanah dan hilangnya ruang terbuka hijau.

Pemerintah Kota Mojokerto dalam melaksanakan pembangunan telah

berpedoman pada Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 yaitu mengenai

Penataan Ruang serta Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang

Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk Tata Cara Peran serta

Masyarakat dalam Penataan Ruang dan Permendagri No.2 Tahun 1987 tentang

Penyusunan Rencana Kota. Secara umum rencana pengembangan tata ruang

wilayah kota Mojokerto tercermin pada penetapan berbagai aspek seperti tersebut

dibawah ini:

1. Pemanfaatan lahan

2. Penggunaan lahan (rencana struktur), misal kawasan lindung dan kawasan

budidaya

3. Pengalokasian unit perencanaan, untuk penyebaran dan pengaturan

Page 12: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB II. GAMBARAN UMUM

II-11

besaran/jumlah penduduk pada suatu wilayah tertentu

4. Pengaturan kawasan dan pembagian wilayah pengembangan kota

5. Pengaturan sistem transportasi

6. Penetapan kebutuhan utilitas, dan lain-lain

Pemanfaatan ruang diharapkan berdaya guna dan berhasil guna serta

bertujuan untuk terpeliharanya kelestarian kemampuan lingkungan hidup. Dalam

pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ini perlu

diperhatikan kelestarian, keselarasan dan keseimbangan pemanfaatan ruang

dengan memperhatikan kondisi manusia (seperti latar belakang sosial,

ekonomi dan budayanya), daya dukung lingkungan (seperti struktur tanah,

siklus hidrologi, siklus udara), fungsi lingkungan (seperti resapan air, konservasi

flora dan fauna), estetika lingkungan (seperti bentang alam, pertamanan dan

arsitek bangunan; lokasi seperti jarak yang sesuai dari suatu tempat ke tempat

lain), dan struktur kawasan (seperti pusat lingkungan dalam perumahan dan

pusat kegiatan dalam kawasan perdagangan).

5. Kesehatan Masyarakat

Perkembangan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.

Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka akan meningkatkan

kesejahteraan rakyat secara langsung. Selain itu pembangunan kesehatan juga

memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan fasilitas kesehatan yang didukung oleh sumberdaya yang

memadai seperti rumah sakit, puskesmas dan tenaga kesehatan serta ketersediaan

obat. Upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

(Yankes) seperti rumah sakit, puskesmas dan puskesmas pembantu terus

mengalami peningkatan.

Page 13: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB II. GAMBARAN UMUM

II-12

Tabel 2.2 Jenis Pelayanan Kesehatan dan Paramedis di Kota Mojokerto Tahun 2006 dan 2007

NO Jenis Pelayanan Kesehatan dan Paramedis Jumlah

2007 2008

1 1

Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta 7 7

3 Puskesmas 4 5

4 Puskesmas Pembantu 14 14

5 Klinik KB - -

6 Tempat Praktek Dokter 83 86

7 Apotek 28 34

8 Laboratorium Medis 5 12

9 Dokter Spesialis 38 69

10 Dokter Umum 83 86

11 Dokter Gigi 24 29

12 Sarjana Farmasi 25 36

13 Penilik Kesehatan 6 11

14 Analis Medis dan Anestesi 18 18

15 Ahli Gizi 14 25

16 Asisten Apoteker 38 66

17 Sanitarian 4 5

18 Fisioterapi 4 5

19 Bidan 88 97

20 Perawat 243 272

21 Perawat gigi 12 12

22 Penata Rontgen 2 3

Sumber : Dinkes Kota Mojokerto

Jumlah rumah sakit yang ada di Kota Mojokerto tahun 2008 adalah

sebanyak 7 Rumah Sakit Umum milik pemerintah maupun swasta, 5 puskesmas

dan 14 puskesmas pembantu. Jumlah puskesmas meningkat bila dibandingkan

pada tahun 2007.

Dokter merupakan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam

dunia kesehatan. Dengan bantuan dokter maka banyak kemungkinan penyakit

dapat disembuhkan. Menurut data yang tersedia di Dinas Kesehatan Kota

Mojokerto, jumlah dokter pada tahun 2008 bertambah dibandingkan tahun 2007

menjadi 86 orang, sedangkan tahun 2007 sebanyak 83 orang. Dari sini terlihat

bahwa kesehatan penduduk di Kota Mojokerto sudah menjadi perhatian. Jumlah

apotek juga sudah cukup tersedia, terbukti selama tahun 2008 ada sebanyak 34

apotek di wilayah Kota Mojokerto.

Page 14: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB II. GAMBARAN UMUM

II-13

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, persentase 18

(delapan belas) penyakit yang diderita oleh penduduk wilayah Kota Mojokerto adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.3. Daftar 18 (Delapan belas) Penyakit Menurut Persentase di Kota Mojokerto Tahun

2006 dan 2007

NO. JENIS PENYAKIT 2007 2008

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1. Infeksi Akut lain Pada Saluran Pernafasan Atas

33 727 35.75 9 889 12.51

2. Penyakit Tekanan Darah Tinggi

12 613 13.37 21 973 27.79

3. Penyakit Kulit Infeksi 1 050 1.11 843 1.07

4. Penyakit Kulit Alergi 1 827 1.94 1 827 2.31

5. Penyakit Kulit Karena Jamur

614 0.65 614 0.78

6. Infeksi Usus yang Lain - - - -

7. Diare (termasuk tersangka kolera)

4 694 4.98 4 694 5.94

8. Gingivitis dan Penyakit Periodental

6 069 6.43 6 069 7.68

9. Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal

1 363 1.44 758 0.96

10. Penyakit Rongga Mulut,Kelenjar Ludah,Rahang

1 329 1.41 1 329 1.68

11. Gangguan Neurotik 1 443 1.53 1 443 1.83

12. Asthma 1 598 1.69 1 598 2.02

13. Pusing 2 785 2.95 2 785 3.52

14. Gastritis 7 832 8.30 7 832 9.91

15. Pharingitis 8 083 8.57 8 083 10.22

16. Artritis tidak Spesifik 3 900 4.13 3 900 4.93

17. Rheumatoid Arthritis Lain

5 417 5.74 5 417 6.85

18. Selain Penyakit tersebut di atas

- - - -

Sumber : Dinkes Kota Mojokerto

Data tersebut diperoleh berdasarkan pemantauan kasus di puskesmas sekitar

wilayah Kota Mojokerto. Jumlah pasien yang terdeteksi penyakit mengalami penurunan

dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2007 terdapat 94.344 pasien sedangkan pada

tahun 2008 sebanyak 79.054 pasien. Sedangkan jenis penyakit terbanyak yang

menyerang penduduk di Kota Mojokerto untuk tahun 2008 ini adalah Tekanan Darah

Tinggi sebanyak 27,79 persen. Berbeda dari tahun 2007 penyakit terbanyak yang

diderita penduduk Kota Mojokerto yaitu ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)

sebanyak 35,75 persen, namun keluhan penyakit ini menurun tahun 2008 menjadi

hanya 12,51 persen.

Page 15: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB II. GAMBARAN UMUM

II-14

Beberapa penyebab yang mendukung meningkatnya penyakit tersebut

antara lain : mobilitas penduduk yang sangat tinggi, banyaknya

industri/perusahaan yang berdiri di wilayah kota sehingga meningkatkan polusi

udara, padatnya lalu lintas kendaraan serta rendahnya kualitas lingkungan.

Page 16: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 15

BAB III

KUALITAS AIR

Segala bentuk kehidupan di bumi ini bermula dari air. Air menopang kehidupan manusia,

termasuk kehidupan dan kesinambungan rantai pangan mahluk hidup di bumi. Oleh karena itu air

merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan

perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal

dasar dan faktor utama pembangunan. Disamping itu air merupakan komponen lingkungan hidup yang

penting bagi kelangsungan hidup dan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam

menunjang kehidupannya manusia melakukan usaha dan atau kegiatan yang memerlukan air dengan

kualitas yang baik sesuai dengan peruntukannya, akan tetapi di lain pihak kegiatan dan atau usaha

tersebut berpotensi menimbulkan dampak negatif, antara lain berupa pencemaran yang dapat

mengancam ketersediaan air, daya guna, daya dukung, daya tampung, dan produktivitasnya.

Air sebagai sumber kehidupan makhluk hidup berpotensi mengalami pencemaran dan

bahkan sumber air secara fisik dapat mengalami kerusakan. Limbah yang berasal dari

kegiatan industri, pertanian, dan rumah tangga mempunyai pengaruh besar terhadap

perubahan kuantitas dan kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah serta sumber air

lainnya.

Melihat fakta tersebut, penyelamatan sumber daya air di Indonesia pada umumnya dan Kota

Mojokerto pada khususnya, perlu dilakukan secara terpadu, sistematis dan terarah. Dalam rangka

melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta

keseimbangan ekologis, guna menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 5 Tahun 2000 tentang

Pengendalian Pencemaran Air di Propinsi Jawa Timur, pemerintah Kota Mojokerto melalui Kantor

Lingkungan Hidup Kota Mojokerto melakukan perlindungan, penanggulangan dan permulihan

mutu air pada sumber-sumber air, pencegahan pencemaran air pada sumber pencemaran,

penetapan perizinan pembuangan limbah cair dan pengawasan. Adapun kegiatan pengendalian

pencemaran air di Kota Mojokerto antara lain adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi

sumber-sumber air dan sumber pencemaran, pemantauan kualitas pada sumber-sumber air,

penetapan perizinan pembuangan limbah cair dan pengawasan.

3.1. Status

Potensi sumber air di Kota Mojokerto terdiri dari sumber air permukaan, air tanah dan air

hujan. Potensi sumber air permukaan umumnya berasal dari sungai, sedangkan untuk air

tanah berasal dari sumur artesis dan sumur air tanah dangkal. Pada saat ini kondisi sumber air di

Kota Mojokerto belum mengalami defisit air, namun demikian apabila pemanfaatan

Page 17: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 16

sumberdaya air di berbagai tempat di Kota Mojokerto dilakukan secara berlebihan, tidak

mustahil pada suatu saat akan mengalami defisit air, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sumber

air tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pertanian, industri, rumah tangga, dan

lain-lain.

3.1.1. Potensi Air Permukaan

Air permukaan merupakan salah satu ekosistem air yang memiliki fungsi penting

bagi kehidupan. Air permukaan yang terdapat di Kota Mojokerto adalah sungai, dimana

sungai ini memiliki multifungsi baik sebagai penyimpan air dan pencegah banjir, maupun

sebagai kesatuan ekologi dan sumber bahan pangan. Potensi sumber air yang berasal dari sungai

perlu dikelola dengan baik dan berkelanjutan.

Air sungai memiliki peranan penting terhadap aktivitas masyarakat Kota Mojokerto. Kota

Mojokerto dilalui oleh 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) utama yaitu DAS Kali Brantas, DAS Kali

Brangkal dan DAS Kali Sadar. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan sumberdaya air yang

dapat digunakan sebagai penyedia air bagi cadangan air tanah, untuk perikanan dan pertanian,

oleh sebab itu pengelolaan DAS perlu dilakukan mulai hulu sampai hilir. Berikut data mengenai

panjang sungai utama yang terdapat di Kota Mojokerto.

Tabel 3.1. Daftar Nama dan Panjang Sungai Utama di Kota Mojokerto, 2008

No Nama Sungai Panjang (Km)

1 2 3

DAS Kali Brantas DAS Kali Brangkal DAS Kali Sadar

3,5 2,25 2

Sumber: Kota Mojokerto dalam Angka, 2008

Merujuk pada Peraturan Pemerintah RI no.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sungai utama di Kota Mojokerto dapat diklasifikasikan

sebagai badan air kelas III. Dimana badan air tersebut adalah sebagai air yang peruntukannya

dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan

tersebut. Sebagai salah satu upaya untuk melindungi sumber air di Kota Mojokerto, dilakukan

pemantauan secara periodik terhadap kualitas air sungai utama. Data kualitas air sungai

diperoleh guna mengoptimalkan kemampuan Pemerintah Kota Mojokerto dalam memantau

kualitas air sungai, maka sejak Tahun 2002 Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto telah

melakukan sampling rutin terhadap kualitas air sungai yang ada di Kota Mojokerto, terutama pada

DAS Kali Brantas, DAS Kali Brangkal dan DAS Kali Sadar serta anak sungainya.

Page 18: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 17

Pemilihan badan air atau sungai yang dipantau sesuai dengan prioritas masing-masing

yang rawan atau berpotensi menimbulkan dampak lingkungan, seperti sungai yang berada

di sekitar daerah industri, industri rumah tangga, dan pemukiman penduduk. Selain itu juga

dipilih sungai yang melintasi batas kabupaten/kota atau sungai lintas propinsi tanpa

mengabaikan sungai/saluran yang ada di pusat kota.

Aliran air permukaan yang dipantau oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto

dalam kurun waktu 2007 dan 2008 adalah DAS Kali Brantas, DAS Kali Sadar, DAS Kali

Brangkal, Saluran Jembatan R. Wijaya, Saluran Sinoman, Saluran Depan Pasar Hewan,

Saluran Benteng Pancasila, Kali Cemporat, Saluran Brawijaya, Saluran Prajurit Kulon, Saluran

Jalan Pemuda, Saluran Jalan Majapahit dan Kali Ngrayung Meri. Adapun hasil pemantauan

kualitas air dari badan air tersebut disajikan pada bagian berikut ini.

Pada DAS Kali Brantas dilakukan pemantauan pada dua titik, dengan lokasi

pengambilan sampel di Jembatan Padangan dan di Jembatan Tol Surabaya-Mojokerto.

Pemantauan kualitas DAS Kali Brantas dilakukan terhadap paramater fisik, kimia dan biologi.

Secara kualitas fisik dapat digambarkan melalui parameter TSS (Total Suspended Solid), adapun

hasil pemantauan terhadap TSS disajikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Diagram Hasil Pemantauan TSS di DAS Kali Brantas Tahun 2007-2008

Berdasarkan Gambar 3.1. tampak bahwa menurut parameter TSS kualitas DAS Kali

0

5

10

15

20

25

30

35

Tanggal Pengambilan Sampel

TS

S (

mg

/L)

Jembatan Padangan 14 16 20 21

Jembatan Surabaya-

Mojokerto

18 6 21.4 30.5

10 Desember '07 14 Desember '07 12 Juni '08 8 Juli '08

Page 19: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 18

Brantas sangat baik karena jauh di bawah baku mutu air Kelas III (lebih kecil dari 400 mg/L),

sehingga dapat diperoleh gambaran bahwa kualitas fisik DAS Kali Brantas masih memenuhi

baku mutu air Kelas III.

Kualitas kimia DAS Kali Brantas dapat diperoleh secara umum melalui pemantauan

terhadap parameter BOD, COD, dan DO, dimana hasilnya juga menunjukkan hasil di bawah

baku mutu air Kelas III (BOD < 6 mg/L; COD < 50 mg/L; DO > 3 mg/L). Data hasil pemantauan

BOD, COD dan DO disajikan pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3.

Gambar 3.2. Diagram Hasil Pemantauan BOD, COD dan DO di hulu Sungai Brantas

(Jembatan Padangan) Tahun 2007-2008

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Tanggal Pengambilan Sampel

mg

/L

BOD 3.2 1.6 2.4 4.8

COD 10.9 6.8 6.8 14.8

DO 6.2 6.3 8.7 6

10 Desember '07 14 Desember '07 12 Juni '08 8 Juli '08

0

2

4

6

8

10

12

Tanggal Pengambilan Sampel

mg

/L

BOD 2.1 1.7 5.2 1.7

COD 11 8.1 9.8 6.8

DO 6.6 6.5 8.6 5.9

10 Desember '07 14 Desember '07 12 Juni '08 8 Juli '08

Page 20: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 19

Gambar 3.3. Diagram Hasil Pemantauan BOD, COD dan DO di hilir Sungai Brantas (Jembatan Surabaya-Mojokerto) Tahun 2007-2008

Berdasarkan data pada Gambar 3.2 dan 3.3, menunjukkan bahwa secara umum tidak

terjadi pencemaran secara kimia. Namun berdasarkan parameter kimia yang lain yaitu parameter

nitrit dan phenol kualitas DAS Kali Brantas telah melampaui baku mutu air Kelas III (nitrit < 0,06

mg/L, phenol < 1 µg/L). Data untuk parameter nitrit ditampilkan pada Gambar 3.4, dan phenol

pada Gambar 3.5.

Gambar 3.4. Diagram Hasil Pemantauan Nitrit di DAS Kali Brantas Tahun 2007-2008

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

Tanggal Pengambilan Sampel

Nit

rit

(m

g/L

)

Jembata Padangan 0.054 0.223 0.061 0.056

Jembatan Surabaya-Mojokerto 0.058 0.246 0.154 0.063

10 Desember '07 14 Desember '07 12 Juni '08 8 Juli '08

Catatan : Baku mutu air Kelas III, nitrit < 0.06 mg/L

0

10

20

30

40

50

60

70

Tanggal Pengambilan Sampel

Ph

en

ol

(ug

/L)

Jembata Padangan 44 42 32 32

Jembatan Surabaya-

Mojokerto

49 42 58 26

10 Desember '07 14 Desember '07 12 Juni '08 8 Juli '08

Catatan : Baku mutu air Kelas III, phenol < 1 ug/L

Page 21: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 20

Gambar 3.5. Diagram Hasil Pemantauan Phenol di DAS Kali Brantas Tahun 2007-2008

Gambaran mengenai kualitas mikrobiologi pada DAS Kali Brantas diperoleh melalui

pemantauan terhadap parameter fecal coli dan total koliform. Berdasarkan hasil pemantauan,

fecal coli dan total koliform DAS Kali Brantas menunjukkan hasil jauh di bawah baku mutu air

Kelas III (Fecal Coli < 2000 MPN/100ml; Total Koliform < 10.000 MPN/100 ml), adapun data

secara lengkap disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Hasil Pemantauan Kualitas Mikrobiologi DAS Kali Brantas Tahun 2007-2008

Tanggal Pengambilan Sampel

Lokasi sampling

Jembatan Padangan Jembatan Surabaya-Mojokerto

Fecal Coli (MPN/100ml)

Total Koliform (MPN/100ml)

Fecal Coli (MPN/100ml)

Total Koliform (MPN/100ml)

10 Desember ’07 2 2 1300 7000

14 Desember ’07 2 200 2 2

12 Juni ’08 20 40 20 40

8 Juli ’08 20 110 40 800

Selain melakukan pemantauan terhadap DAS Kali Brantas, juga dilakukan pemantauan

kualitas air pada badan air lainnya. Pada tahun 2007 selain pada DAS Kali Brantas juga

dilakukan pemantauan kualitas air pada 5 badan air di Kota Mojokerto, yaitu DAS Kali Sadar,

DAS Kali Brangkal, Saluran Sinoman, Saluran Jembatan R. Wijaya dan Saluran Depan Pasar

Hewan. Sedangkan pada tahun 2008 disamping DAS Kali Brantas dilakukan pula pemantauan

kualitas air pada 10 badan air di Kota Mojokerto, yaitu DAS Kali Sadar, DAS Kali Brangkal,

Saluran Depan Pasar Hewan, Saluran Benteng Pancasila, Kali Cemporat – Jl. R. Wijaya, Saluran

Brawijaya, Saluran Prajurit Kulon – Jl. Tribuana Tungga Dewi, Saluran Jalan Pemuda, Saluran Jl.

Majapahit (Samping RS. Rekso Waluyo), dan Kali Ngrayung Meri,.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Tanggal Pengambilan Sampel

BO

D (m

g/L)

S.Sadar 8.9 6 16.5 7.7 5.2

S. Brangkal 4.9 2.4 1.6 5.9 3

Sal. Jembatan R. Wijaya 71.8 33.3 42.8

Sal Sinoman 2.8 2.7 1.6

Sal. Depan Pasar Hewan 6.8 16.5 8.1 4.3 2.2

Sal. Benteng Pancasila 7.9 4.4

Kali Cemporat 15.2 15.1

Sal. Brawijaya 4.6 2.1

Sal. Prajurit Kulon 8.2 3.6

Sal Jl. Pemuda 15.2 12.9

Sal. Jl. Majapahit 4.6 3.9

Kali Ngayung Meri 2.3 2.7

Baku Mutu BOD 6 6 6 6 6

31 Juli 2007 28 Agustus 2007 18 September 2007 12 Juni 2008 8 Juli 2008

Page 22: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 21

Gambar 3.6. Diagram Hasil Pemantauan BOD Badan Air di Kota Mojokerto Tahun 2007-

2008

Hasil pemantauan BOD terhadap badan air yang disajikan pada Gambar 3.6 tampak

bahwa terdapat badan air yang melampaui baku mutu BOD untuk badan air Kelas III (> 6 mg/L),

antara lain adalah DAS Sadar, Saluran Jembatan R. Wijaya, Saluran Depan Pasar Hewan,

Saluran Benteng Pancasila, Kali Cemporat, Saluran Prajurit Kulon dan Saluran Jl. Pemuda.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Tanggal Pengambilan Sampel

CO

D (

mg

/L)

S. sadar 25.8 17.9 24.8 19.7 15.2

S. Brangkal 16.7 13.6 9.6 12.7 7.7

Jembatan R. Wijaya 148.9 58.9 164.1

Sal. Sinoman Hulu 12.5 9.3 8.5

Sal. Depan Pasar Hew an 14.5 43.6 12.3 11.9 10.2

Sal Benteng Pancasila 22.7 12.7

Kali Cemporat 45.5 32.9

Sal. Jl.Braw ijaya 9.1 7.2

Sal. Jl.Prajurit Kulon 32.8 11.7

Sal. Jl Pemuda 46.6 22.9

Sal. Jl Majapahit 13.2 14.1

Kali Ngrayung Meri 6.8 9.7

COD standar 50 50 50 50 50

31 Juli 2007 28 Agustus 2007 18 September 2007 12 Juni 2008 8 Juli 2008

Page 23: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 22

Gambar 3.7. Diagram Hasil Pemantauan COD Badan Air di Kota Mojokerto Tahun 2007-2008

Hasil pemantauan COD terhadap badan air disajikan ada Gambar 3.7, dimana terdapat 1

badan air yang melampaui baku mutu COD untuk badan air Kelas III (> 50 mg/L), yaitu Saluran

Jembatan R. Wijaya. Sedangkan badan air lainnya masih di bawah baku mutu COD untuk badan

air kelas III.

Page 24: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 23

Gambar 3.8. Diagram Hasil Pemantauan DO Badan Air di Kota Mojokerto Tahun 2007-2008

Hasil pemantauan DO terhadap badan air disajikan ada Gambar 3.8, secara umum DO

badan air ada di Kota Mojokerto berada di atas baku mutu DO untuk badan air Kelas III (DO > 3

mg/L). Hanya saja yang perlu mendapat perhatian adalah DAS. Sadar, Saluran Jl. Benteng

Pancasila dan Saluran Jl. Pemuda karena nilai DOnya kurang dari 3 mg/L.

0

2

4

6

8

10

Tanggal Pengambilan Sampel

DO

(m

g/L

)

S. sadar 4.6 4.2 5.3 5.9 2.5

S. Brangkal 7.7 6.9 6.5 9.1 6.3

Jembatan R. Wijaya 3.7 3.3 3.1

Sal. Sinoman Hulu 9.1 6.8 4.2

Sal. Depan Pasar Hew an 5.9 3.1 5 8.6 4.5

Sal Benteng Pancasila 2.4 2.7

Kali Cemporat 3.9 2.4

Sal. Jl.Braw ijaya 7.5 6.5

Sal. Jl.Prajurit Kulon 7.7 6

Sal. Jl Pemuda 1.4 1.5

Sal. Jl Majapahit 9.1 5.3

Kali Ngrayung Meri 8.9 4

DO standar 3 3 3 3 3

31 Juli 2007 28 Agustus 200718 September

200712 Juni 2008 8 Juli 2008

Page 25: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 24

Gambar 3.9. Diagram Hasil Pemantauan TSS Badan Air di Kota Mojokerto Tahun 2007-2008

Hasil pemantauan TSS terhadap badan air disajikan ada Gambar 3.9. Nilai TSS badan

air ada di Kota Mojokerto berada di bawah baku mutu TSS untuk badan air Kelas III (TSS < 400

mg/L).

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Tanggal Pengambilan Sampel

TS

S (

mg

/L)

S. sadar 25.5 20 22 15.7 21

S. Brangkal 18 10 18 14.3 16

Jembatan R. Wijaya 62 28 32

Sal. Sinoman Hulu 20 16 34

Sal. Depan Pasar Hewan 28 52 26 41.8 37

Sal Benteng Pancasila 42.9 22

Kali Cemporat 50 61

Sal. Jl.Brawijaya 44.3 40

Sal. Jl.Prajurit Kulon 157.1 24

Sal. Jl Pemuda 28.6 14

Sal. Jl Majapahit 24.3 27

Kali Ngrayung Meri 18.6 27.5

31 Juli 200728 Agustus

2007

18 September

200712 Juni 2008 8 Juli 2008

Page 26: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 25

Gambar 3.10. Diagram Hasil Pemantauan Fecal Coli Badan Air di Kota Mojokerto Tahun 2007-2008

Hasil pemantauan Fecal Coli terhadap badan air disajikan ada Gambar 3.10. Pada

sebagian besar badan air hasil pengukuran Fecal Coli berada di bawah baku mutu Fecal Coli

untuk badan air Kelas III (< 2000 mg/L). Namun terdapat beberapa badan air yang memiliki hasil

pengukuran Fecal Coli yang cukup tinggi yaitu Saluran Jembatan Raden Wijaya, DAS. Sadar,

Saluran Depan Pasar Hewan, Saluran Jl Benteng Pancasila, Kali Cemporat. Kondisi ini perlu

diwaspadai karena hal ini menunjukkan adanya potensi pencemaran akibat pembuangan tinja

manusia.

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

Tanggal Pengambilan Sampel

Fecal

Co

li (

MP

N/1

00m

l)

S. sadar 1900 50000 600 5000 16000

S. Brangkal 200 200 2 20 40

Jembatan R. Wijaya 24000 42000 17000

Sal. Sinoman Hulu 2 400 2

Sal. Depan Pasar Hewan 2 22000 2600 330 9000

Sal Benteng Pancasila 23000 3000

Kali Cemporat 30000 11000

Sal. Jl.Brawijaya 40 40

Sal. Jl.Prajurit Kulon 2800 170

Sal. Jl Pemuda 3000 1900

Sal. Jl Majapahit 200 300

Kali Ngrayung Meri 20 80

Fecal Coli standar 2000 2000 2000 2000 2000

31 Juli 2007 28 Agustus 200718 September

200712 Juni 2008 8 Juli 2008

Page 27: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 26

Gambar 3.11. Diagram Hasil Pemantauan Total Koliform Badan Air di Kota Mojokerto Tahun 2007-2008

Hasil pemantauan Total Koliform terhadap badan air disajikan pada Gambar 3.11. Pada

sebagian besar badan air hasil pengukuran Total Koliform berada di bawah baku mutu Total

Koliform untuk badan air Kelas III (< 10000 mg/L). Namun terdapat beberapa badan air yang

memiliki hasil pengukuran Total Koliform yang cukup tinggi yaitu Saluran Jembatan Raden

Wijaya, DAS. Sadar, Saluran Sinoman Hulu, Saluran Depan Pasar Hewan, Saluran Jl Benteng

Pancasila, Kali Cemporat, Saluran Jl. Prajurit Kulon, dan Saluran Jl.Pemuda.

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

Tanggal Pengambilan Sampel

To

tal

Ko

lifo

rm (

MP

N/1

00

ml)

S. sadar 17000 160000 900 22000 16000

S. Brangkal 400 400 2 80 110

Jembatan R. Wijaya 160000 160000 50000

Sal. Sinoman Hulu 200 17000 200

Sal. Depan Pasar Hewan 5 160000 30000 1700 16000

Sal Benteng Pancasila 170000 16000

Kali Cemporat 170000 50000

Sal. Jl.Brawijaya 170 70

Sal. Jl.Prajurit Kulon 16000 500

Sal. Jl Pemuda 17000 1900

Sal. Jl Majapahit 2400 500

Kali Ngrayung Meri 130 80

Total Koliform standar 10000 10000 10000 10000 10000

31 Juli 2007 28 Agustus 200718 September

200712 Juni 2008 8 Juli 2008

Page 28: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 27

Secara umum hampir sebagian besar kualitas air sungai telah tercemar limbah

industri maupun limbah domestik. Hal ini secara tak langsung disebabkan oleh semakin

berkembangnya industri dan bertambahnya penduduk.

3.1.2. Potensi Air tanah

Berdasarkan siklus hidrologi, tanah adalah tempat menyimpan cadangan air pada musim

hujan, maka penggunaan lahan sesuai dengan fungsinya merupakan langkah penting untuk

tetap menjaga tersedianya air secara berkesinambungan. Kondisi hidrogeologi suatu daerah

sangat menentukan potensi jumlah maupun mutu air tanah, sehingga batas aman jumlah air

tanah yang bisa diambil sangat berbeda dari suatu daerah ke daerah yang lain. Karena itu,

perlu ada pembatasan pengambilan air tanah. Kenyataannya, sektor industri dan jasa masih

terus mengandalkan air tanah untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga pengambilan air

tanah menjadi berlebihan. Belum lagi adanya penggunaan air tanah yang dimanfaatkan

penduduk sebagai sumber air bersih dengan membuat sumur gali, sumur bor, dan sumur

pompa tangan. Penggunaan air tanah dan jumlah sumur bor yang terus meningkat dari tahun

ke tahun. Pemakaian air tanah yang terus meningkat akan menyebabkan penurunan muka

air tanah.

Potensi kuantitas air tanah di Kota Mojokerto telah dilakukan dalam studi Potensi Air

Bawah Tanah atau dalam Neraca Air Tanah, jumlah air tanah yang masuk meliputi presipitasi

dan kembalian penggunaan air sebesar ± 359.865.971,892 m3/tahun sedangkan jumlah air

tanah yang hilang meliputi evapotranspirasi, aliran sungai, penggunaan air tanah domestik

dan non domestik sebesar ± 290.431.808.830 m3/tahun sehingga terdapat cadangan air tanah

yang tersimpan sebesar ± 69.434.163.061 m3/tahun. Studi Neraca Air Tanah ini tidak dilakukan

tiap tahun namun dilakukan tiap 5 tahun sekali. Perhitungan kesetimbangan air yang pernah

dilakukan ada 3 sistem, yaitu Climatic System, Surface Water System dan Ground Water

System diperoleh seperti Tabel 3.3. Tabel. 3.3. Kesetimbangan Air di Kota Mojokerto

No Uraian Jumlah Kesetimbangan Air

(m3)

1 Presipitasi 350.836.474.048

2 Evapotranspirasi 279.868.260.047,166

3 Limpasan Permukaan 227.975,23

4 Imbuhan Air Bawah Tanah 70.967.986.025,223

5 Penggunaan Air (Domestik dan Non Domestik) 10.563.320.808

Cadangan Air yang Tersimpan 69.434.163.061

Sumber: Laporan Data Base Potensi Air Bawah Tanah Kota Mojokerto 2006

Page 29: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 28

3.1.3. Curah Air Hujan

Curah hujan yang turun di Kota Mojokerto sedikit banyak mempengaruhi kondisi

air di Kota Mojokerto. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan

iklim, keadaan perputaran atau pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah

hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Curah hujan pada bulan

Desember 2007 merupakan curah hujan tertinggi yang terjadi dalam kurun waktu 2007 -

2008 yaitu mencapai 452 mm. Jumlah bulan hujan pada tahun 2008 lebih sedikit

dibandingkan pada tahun 2007. Data tentang hari hujan dan rata-rata curah hujan tahun

2007-2008 disajikan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-rata Bulanan Kota Mojokerto Tahun 2007-

2008

Bulan Curah Hujan Rata-rata (mm) Hari Hujan Rata-rata (hari)

2007 2008 2007 2008

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

225 99 262 193 23 67 -

14 -

12 -

452

245 250 387 19 18 - - - -

71 110 356

7 8 11 8 2 6 - 1 - 5 -

18

16 17 18 4 1 - - - - 2 9 10

Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka tahun 2009 .

3.2. Tekanan Pada bagian ini akan diuraikan tentang faktor penekan terhadap status kualitas dan

kuantitas air. Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Mojokerto sebesar 0,72% dengan jumlah

penduduk sebesar 116.355 jiwa pada akhir tahun 2008 (Kota Mojokerto Dalam Angka, 2009)

secara tak langsung menyebabkan tekanan terhadap sumber daya air. Sumber daya air di

Kota Mojokerto dimanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber air bersih baik digunakan oleh

penduduk untuk memenuhi kebutuhan domestik sehari-hari dan juga oleh sektor industri. Selain

itu dimanfaatkan pula sebagai air irigasi pertanian. Di lain pihak sumber daya air juga

dimanfaatkan sebagai badan air penerima limbah dari kegiatan industri ataupun kegiatan

domestik yang berpotensi menurunkan kualitas dari badan air tersebut.

Penurunan kualitas air dapat disebabkan antara lain oleh :

a). Pertumbuhan dan kegiatan penduduk

Page 30: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 29

Peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan penduduk, akan menyebabkan terjadinya

peningkatan kebutuhan air bersih dan meningkatnya volume limbah domestik.

b). Perubahan tata ruang

Pembangunan yang tidak mengindahkan pola tata ruang kota dan lingkungan akan

mengakibatkan terganggunya sumberdaya alam khususnya air.

c). Pertumbuhan industri, usaha jasa terutama di pusat kota Kegiatan perubahan lahan dijadikan industri/kegiatan maupun pemukiman dengan cara

pemanfaatan/penggunaan lahan juga menjadi salah satu penyebab terganggunya lingkungan dan sumberdaya alam khususnya air.

d). Alih fungsi hutan kota dan lahan Kerusakan hutan kota ataupun ruang terbuka hijau menyebabkan terjadinya kerusakan

cadangan air serta menyebabkan terjadinya banjir. Sedimentasi sungai akan menyebabkan menyebabkan daya tampung sungai menjadi berkurang sehingga potensi air yang ditampung juga terbatas.

e). Penyediaan air Semua jenis kegiatan aktivitas manusia maupun kegiatan lainnya serta pertambahan

penduduk akan berkorelasi dengan kebutuhan air dan meningkatnya kebutuhan akan air bersih.

f). Pencemaran Air Keberadaan industri, baik industri besar, menengah maupun kecil dan kegiatan pertanian

(yang menggunakan pupuk dan pestisida), TPA sampah (yang menghasilkan lindi), bengkel, service kendaraan, kegiatan cuci mobil dan pembuangan oli bekas yang ada di pusat kota di Kota Mojokerto memungkinkan terjadinya pencemaran air.

3.2.1. . Penyediaan Air Bersih

Penyediaan air bersih bagi kegiatan sehari-hari penduduk Kota Mojokerto dalam skala

rumah tangga maupun industri dikelola oleh PDAM Kota Mojokerto, dengan memanfaatkan

sumber air dari sumur dalam berkapasitas 200 liter/detik. Menurut data dari Kantor PDAM Kota

Mojokerto, konsumsi air yang telah disalurkan pada tahun 2007 adalah sebesar 665.549 m3

untuk memenuhi kebutuhan 4.688 pelanggan, sedangkan untuk tahun 2008 adalah sebesar

781.496 m3 untuk memenuhi kebutuhan 4.254 pelanggan. Ditilik dari jumlah pelanggannya

memang terjadi penurunan, namun dari segi kuantitas air yang dikonsumsi tampak adanya

kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini tentunya merupakan suatu tekanan tersendiri bagi

sumberdaya air di Kota Mojokerto karena tentunya dengan adanya peningkatan konsumsi air

bersih akan meningkatkan pula volume air limbah yang dibuang ke lingkungan.

Selain disuplai oleh PDAM Kota Mojokerto, penduduk Kota Mojokerto memenuhi

kebutuhan air bersihnya dengan memanfaatkan sumber daya air tanah dengan

menggunakan sumur pompa tangan dan sumur gali.

3.2.2. Potensi Pencemaran Air

Pencemaran air di daratan terjadi pada air permukaan yang meliputi sungai dan

pencemaran air tanah. Sumber pencemaran dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu rumah

Page 31: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 30

tangga (domestik), limbah industri, dan limbah pertanian/perkebunan. Berbagai macam sumber

pencemar menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi, hal ini

disebabkan karena sumber air limbah juga bervariasi sehingga faktor waktu dan metode

pengambilan sampling sangat mempengaruhi besarnya konsentrasi.

3.2.2.1. Air Limbah Domestik

Sumber air limbah domestik adalah seluruh buangan air yang berasal dari seluruh

kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, asrama yang meliputi limbah

buangan kamar mandi, toilet, dapur dan air bekas pencucian pakaian. Perkiraan

persentase kontribusi air limbah domestik menurut sumbernya adalah sebagai berikut dari

toilet ± 30%, air cucian dapur ± 39%, kamar mandi ± 21% dan dari cucian pakaian ± 10%.

Tingginya tingkat pencemaran dari limbah domestik yang terjadi saat ini belum

dilakukan penanganan yang serius, sehingga dikhawatirkan tingkat kualitas lingkungan

akan semakin turun, jika tidak segera ditanggulangi struktur/fungsi lingkungan akan rusak

dan diperlukan waktu pemulihan yang lama dengan biaya yang sangat mahal.

Secara visual kasus pencemaran dari limbah cair domestik dan pembuangan

sampah pada saluran air/sungai, dapat dilihat dari kualitas air sungai/saluran air yang

berwarna hitam atau berbusa, dan berbau busuk. Selain itu kualitas air tanah semakin

menurun dan banyaknya masyarakat yang terserang berbagai penyakit yang diakibatkan

oleh penggunaan air yang berkualitas rendah, seperti diare, kholera, disentri, typus, gatal-gatal

dan lain-lain.

Gambar 3.12. Saluran air yang tercemar akibat kegiatan domestik

United Nation - Habitat (UN Habitat) telah menyerukan kepada semua negara di dunia

termasuk Indonesia, agar negara-negara di dunia mendukung dan melaksanakan program

Page 32: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 31

pencapaian " Millenium Development Goals " (MDGs) 2015. Target pencapaian pengolahan air

limbah di perkotaan baru ± 69% dan pedesaan baru ± 46%.

Jumlah penduduk Kota Mojokerto pada Tahun 2008 adalah sebesar ± 116.355 jiwa

dengan rata-rata kepadatan ± 7.069 jiwa/km2 (Kota Mojokerto dalam Angka, 2009) secara

otomatis akan juga meningkatkan buangan limbah cair domestik, yang nantinya tentu akan

berpengaruh terhadap lingkungan. Limbah cair domestik berpotensi untuk mencemari tanah

permukaan ataupun air tanah. Limbah cair domestik dapat berasal dari pembuangan tinja

yang tidak tepat, misalnya saja pada air sungai ataupun pada saluran air lainnya. Oleh

karena itu kepemilikan jamban keluarga merupakan salah satu hal yang penting untuk dapat

memperkirakan terjadinya pencemaran air akibat limbah domestik yang berasal dari tinja.

Berikut adalah data mengenai jumlah sarana tempat buang air besar (jamban keluarga)

penduduk Kota Mojokerto tahun 2008.

Tabel 3.5. Jumlah Sarana Tempat Buang Air Besar (Jamban Keluarga) Tahun 2008

No Kecamatan/ Kelurahan

Jumlah Rumah

Jumlah Sarana Pembuangan Air Besar (Jamban)

Septic Tank

Cemplung MCK/WC

Umum Sanimas

Kecamatan Magersari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Wates Kedundung Gunung Gedangan Meri Gedongan Magersari Purwotengah Sentanan Jagalan Balongsari

4.748 3.406 1.277 1.695

508 1.726

494 434 743

1.990

4.564 2.239

695 1.405

505 1.056

455 470 723

1.257

43 199

18 37

7 4 4 3 1 6 2

10 9 5

1 1 1

Kecamatan Prajurit Kulon

11 12 13 14 15 16 17 18

Mentikan Kauman Pulorejo Miji Blooto Prajurit Kulon Surodinawan Kranggan

1.737 760

1.289 1.778 1.225 1.159 2.209 2.063

1.013 518 957

1.395 677 649

1.327 1.366

140 190

56 230

56 20 33

128

3 1

14

1 1 1 1

JUMLAH 29.241 21.271 1.150 69 7 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, 2009

Berdasarkan Tabel 3.5. sebagian besar penduduk telah memiliki jamban keluarga

yang dilengkapi dengan septic tank, bahkan Pemerintah Kota Mojokerto telah berpartisipasi

pula dalam program Sanimas yang bertujuan untuk mengurangi beban pencemaran

terhadap badan air oleh limbah domestik. Berdasarkan data tersebut tekanan terhadap

sumber daya air akibat pencemaran tinja telah dapat diminimalkan. Namun perlu diwaspadai

Page 33: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 32

adanya kemungkinan pencemaran tinja yang berasal dari rembesan septic tank yang bocor

atau rusak.

Selain data mengenai sarana buang air besar, diperlukan juga data, mengenai

sarana pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga ini berasal dari

kegiatan air cucian dapur, kamar mandi dan cucian pakaian. Berikut disajikan data

mengenai jumlah sarana pembuangan air limbah rumah tangga tahun 2008.

Tabel 3.6. Jumlah Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) Rumah Tangga Tahun 2008

No Kecamatan/ Kelurahan

Jumlah Rumah

Jumlah SPAL Rumah Tangga

Asal bantuan dari Sektor

Swadaya Masyarakat

Kesehatan Non

Kesehatan Ada

Memenuhi Syarat

Kecamatan Magersari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Wates Kedundung Gunung Gedangan Meri Gedongan Magersari Purwotengah Sentanan Jagalan Balongsari

4.748 3.406 1.277 1.695

508 1.726

494 434 743

1.990

2 8

10 9

2 40

4.635 2.787 1.106 1.596

508 1.926

494 434 743

1.990

4.388 2.787 1.106 1.596

426 1.329

425 345 580

1.573

Kecamatan Prajurit Kulon

11 12 13 14 15 16 17 18

Mentikan Kauman Pulorejo Miji Blooto Prajurit Kulon Surodinawan Kranggan

1.737 760

1.289 1.778 1.225 1.159 2.209 2.063

17

1.058 654

1.192 1.681

894 777

1.657 1.671

634 557 859

1.678 894 777

1.657 1.671

JUMLAH 29.241 29 59 25.803 23.282 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, 2009

Berdasarkan data pada Tabel 3.6, sebagian besar telah memiliki SPAL sehingga

tekanan terhadap sumber daya air telah diminimalkan. Berdasarkan kondisi pencemaran

kualitas air (beban pencemaran yang masuk ke lingkungan per satuan area) dan daya

dukung lingkungan, maka pengelolaan penanganan air limbah perkotaan di Kota Mojokerto

hirarkinya dilaksanakan berdasarkan pada daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang

tinggi. Hal ini disebabkan karena kepadatan penduduk merupakan faktor yang paling

dominan terhadap pencemaran air.

Kepemilikan sarana dan prasarana fasilitas sanitasi kesehatan khususnya jamban dan

tangki septik serta bangunan resapan terutama didaerah pemukiman padat, dan daerah

bantaran sungai di Kota Mojokerto merupakan kebutuhan yang harus dilakukan karena bila

Page 34: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 33

tidak dilakukan menimbulkan dampak terhadap kehidupan biota air, kualitas air tanah,

kesehatan masyarakat dan estetika lingkungan.

3.2.2.2. Air Limbah Industri

Keberadaan industri selain menghasilkan produk yang mempertinggi laju pertumbuhan

ekonomi, juga menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran air apabila tidak

dikelola dengan benar. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Mojokerto

Tahun 2007, terdapat beberapa industri besar dan kecil, adapun jumlah industri menurut

kelompok di Kota Mojokerto disajikan pada Tabel 3.7, dimana tampak adanya kenaikan

jumlah usaha industri yang berada di Kota Mojokerto yang memiliki dampak sampingan

berupa tekanan terhadap sumberdaya air baik dari segi kuantitas ataupun kualitas.

Tabel 3.7. Jumlah industri menurut kelompok industri di Kota Mojokerto tahun 2007-2008

Kelompok Industri Jumlah Usaha (unit)

2007 2008

INDUSTRI BESAR Industri kimia agro dan hasil hutan Industri logam, mesin, elektronika, dan aneka INDUSTRI KECIL Formal Non formal

28 18

582

1.376

28 18

661

1.416

JUMLAH 2.004 2.123 Sumber : Mojokerto dalam Angka, 2009

Terdapat beberapa industri/usaha di Kota Mojokerto yang berpotensi mencemari air

antara lain pencucian mobil, pabrik karet, pabrik kecap, rumah potong hewan, pabrik tahu dan

pabrik plastik. Industri tersebut di samping menghasilkan air limbah dalam jumlah besar juga

membutuhkan air dalam jumlah besar untuk proses produksi. Oleh sebab itu diperlukan upaya

pengelolaan dan penerapan teknologi bersih dalam proses produksi untuk mengurangi volume

limbah.

Pencucian mobil Kwik merupakan salah satu usaha yang berpotensi untuk

mencemari badan air di Kota Mojokerto. Oleh karenanya Tim Kantor Lingkungan Hidup

Kota Mojokerto memantau inlet dan outlet pencucian mobil Kwik. Adapun hasil

pemeriksaan terhadap limbah usaha pencucian mobil Kwik ditampilkan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Hasil Pemantauan terhadap Kualitas Air Limbah Pencucian Mobil Kwik, 2007

No Tanggal pemeriksaan Inlet Outlet

1 30 Juli 2007 pH = 7 pH = 6,9

Page 35: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 34

BOD = 27,6 mg/L COD = 122,6 mg/L TSS = 124 mg/L Orthofosfat = 2,692 mg/L Deterjen = 6,395 mg/L Minyak lemak = 6,5 mg/L

BOD = 21,7 mg/L COD = 106,5 mg/L TSS = 142 mg/L Orthofosfat = 2,749 mg/L Deterjen = 6,745 mg/L Minyak lemak = 5,5 mg/L

2 27 Agustus 2007 pH = 6,9 BOD = 50,4 mg/L COD = 244,2 mg/L TSS = 322 mg/L Orthofosfat = 2,783 mg/L Deterjen = 7,550 mg/L Minyak lemak = 23,0 mg/L

pH = 6,9 BOD = 45,9 mg/L COD = 218,7 mg/L TSS = 270 mg/L Orthofosfat = 13,104 mg/L Deterjen = 8,530 mg/L Minyak lemak = 21,5 mg/L

3 17 September 2007 pH = 7,1 BOD = 261,0 mg/L COD = 1168,0 mg/L TSS = 910 mg/L Orthofosfat = 9,404 mg/L Deterjen = 9,190 mg/L Minyak lemak = 160,0 mg/L

pH = 7,1 BOD = 183,5 mg/L COD = 1063,7 mg/L TSS = 898 mg/L Orthofosfat = 7,494 mg/L Deterjen = 7,800 mg/L Minyak lemak = 135,0 mg/L

Berdasarkan hasil pemantauan terhadap air limbahnya, pencucian mobil Kwik

perlu meningkatkan pengolahan limbahnya karena kualitas air limbah di outletnya masih

berada di atas ambang batas yang ditetapkan oleh Gubernur Jawa Timur melalui Surat

Keputusan Gubernur no. 45 tahun 2002.

Pabrik Kecap Santoso merupakan salah satu usaha yang berpotensi untuk

mencemari badan air di Kota Mojokerto. Oleh karenanya Tim Kantor Lingkungan Hidup

Kota Mojokerto memantau inlet dan outlet Pabrik Kecap Santoso. Adapun hasil

pemeriksaan terhadap limbah Pabrik Kecap Santoso ditampilkan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Hasil Pemantauan terhadap Kualitas Air Limbah Pabrik Kecap Santoso, 2007

No Tanggal pemeriksaan Inlet Outlet

1 30 Juli 2007 pH = 6,6 BOD = 61,4 mg/L COD = 344,8 mg/L TSS = 106,0 mg/L

pH = 6,6 BOD = 56,8 mg/L COD = 117,6 mg/L TSS = 46,5 mg/L

2 27 Agustus 2007 pH = 6,7 BOD = 800,9 mg/L COD = 1261,0 mg/L TSS = 220,0 mg/L

pH = 6,5 BOD = 508,4 mg/L COD = 803,2 mg/L TSS = 90,0 mg/L

3 17 September 2007 pH = 5,7 BOD = 9001 mg/L COD = 24.844,4 mg/L TSS = 1590 mg/L

pH = 5,7 BOD = 2546,0 mg/L COD = 5002,7 mg/L TSS = 307,5 mg/L

Berdasarkan hasil pemantauan terhadap limbahnya, Pabrik Kecap Santoso perlu

meningkatkan pengolahan limbahnya karena kualitas air limbah di outletnya masih berada

di atas ambang batas yang ditetapkan oleh Gubernur Jawa Timur melalui Surat Keputusan

Page 36: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 35

Gubernur no. 45 tahun 2002.

Pabrik Tahu Winarto merupakan salah satu usaha yang berpotensi untuk

mencemari badan air di Kota Mojokerto. Oleh karenanya Tim Kantor Lingkungan Hidup

Kota Mojokerto memantau inlet dan outlet Pabrik Tahu Winarto. Adapun hasil

pemeriksaan terhadap limbah Pabrik Tahu Winarto ditampilkan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Hasil Pemantauan terhadap Kualitas Air Limbah Pabrik Tahu Winarto, 2007

No Tanggal pemeriksaan Inlet Outlet

1 30 Juli 2007 pH = 6,2 BOD = 1463,1 mg/L COD = 1975,3 mg/L TSS = 933,3 mg/L

pH = 6,6 BOD = 56,8 mg/L COD = 117,6 mg/L TSS = 46,5 mg/L

2 27 Agustus 2007 pH = 6,3 BOD = 1340,9 mg/L COD = 2085,6 mg/L TSS = 450,0 mg/L

pH = 6,7 BOD = 513,4 mg/L COD = 897,1 mg/L TSS = 253,3 mg/L

3 17 September 2007 pH = 5,3 BOD = 1751,0 mg/L COD = 3528,8 mg/L TSS = 520 mg/L

pH = 5,3 BOD = 1381,0 mg/L COD = 2196,2 mg/L TSS = 256,7 mg/L

Berdasarkan hasil pemantauan terhadap limbahnya, Pabrik Tahu Winarto perlu

meningkatkan pengolahan limbahnya karena kualitas air limbah di outletnya masih berada

di atas ambang batas yang ditetapkan oleh Gubernur Jawa Timur melalui Surat Keputusan

Gubernur no. 45 tahun 2002.

Kegiatan Rumah Potong Hewan di Kota Mojokerto dipantau limbah cairnya oleh

Tim KLH Kota Mojokerto, karena juga merupakan salah satu kegiatan yang berpotensi

untuk mencemari badan air di Kota Mojokerto. Oleh karenanya Tim Kantor Lingkungan

Hidup Kota Mojokerto memantau inlet dan outlet Rumah Potong Hewan. Adapun hasil

pemeriksaan terhadap limbah Rumah Potong Hewan ditampilkan pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Hasil Pemantauan terhadap Kualitas Air Limbah Rumah Potong Hewan, 2007

No Tanggal pemeriksaan Inlet Outlet

Page 37: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 36

1 30 Juli 2007 pH = 7,2 BOD = 75,6 mg/L COD = 332,8 mg/L TSS = 127,1 mg/L Amonia = 16,340 mg/L Minyak lemak = 5,5 mg/L

pH = 6,7 BOD = 75,4 mg/L COD = 268,7 mg/L TSS = 120,0 mg/L Amonia = 4,328 mg/L Minyak lemak = 2,8 mg/L

2 27 Agustus 2007 pH = 6,9 BOD = 48,9 mg/L COD = 107,1 mg/L TSS = 46,0 mg/L Amonia = 1,318 mg/L Minyak lemak = 16,5 mg/L

pH = 6,9 BOD = 48,9 mg/L COD = 107,1 mg/L TSS = 46,0 mg/L Amonia = 1,318 mg/L Minyak lemak = 13,0 mg/L

3 17 September 2007 pH = 7,1 BOD = 161,0 mg/L COD = 666,6 mg/L TSS = 440,0 mg/L Amonia = 16,090 mg/L Minyak lemak = 44,2 mg/L

pH = 7,1 BOD = 46,5 mg/L COD = 95,0 mg/L TSS = 34,0 mg/L Amonia = 1,560 mg/L Minyak lemak = 7,3 mg/L

Berdasarkan hasil pemantauan terhadap limbahnya, Rumah Potong Hewan perlu

meningkatkan pengolahan limbahnya karena kualitas air limbah di outletnya masih berada

di atas ambang batas yang ditetapkan oleh Gubernur Jawa Timur melalui Surat Keputusan

Gubernur no. 45 tahun 2002.

Pabrik Plastik Jasa Santoso merupakan salah satu usaha yang berpotensi untuk

mencemari badan air di Kota Mojokerto. Oleh karenanya Tim Kantor Lingkungan Hidup

Kota Mojokerto memantau inlet dan outlet Pabrik Plastik Jasa Santoso. Adapun hasil

pemeriksaan terhadap limbah Pabrik Plastik Jasa Santoso ditampilkan pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Hasil Pemantauan terhadap Kualitas Air Limbah Pabrik Plastik Jasa Santoso,

2007

No Tanggal pemeriksaan Inlet Outlet

1 30 Juli 2007 Temperatur = 27,2OC

pH = 6,9 BOD = 97,6 mg/L COD = 381,5mg/L TSS = 419,0 mg/L Barium = 2,3505 mg/L

Temperatur = 28,5OC

pH = 6,7 BOD = 36,1 mg/L COD = 93,3mg/L TSS = 53,0 mg/L Barium = 10,2747 mg/L

2 27 Agustus 2007 Temperatur = 29,5OC

pH = 6,3 BOD = 78,2 mg/L COD = 136,9mg/L TSS = 68,0 mg/L Barium = 0 mg/L

Temperatur = 27,2OC

pH = 6,9 BOD = 36,2 mg/L COD = 60,5mg/L TSS = 28,0 mg/L Barium = 0 mg/L

No Tanggal pemeriksaan Inlet Outlet

3 17 September 2007 Temperatur = 27,0OC Temperatur = 26,5

OC

Page 38: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 37

pH = 6,5 BOD = 91,0 mg/L COD = 168,0mg/L TSS = 263,8 mg/L Barium = 6,0655 mg/L

pH = 6,4 BOD = 2,8 mg/L COD = 28,9mg/L TSS = 4,2 mg/L Barium = 3,6971 mg/L

Berdasarkan hasil pemantauan terhadap limbahnya, Pabrik Plastik Jasa Santoso

telah dapat mengolah air limbahnya dengan cukup baik, namun diperlukan pengolahan

lanjutan untuk dapat memisahkan Barium dari air limbah.

3.2.2.3. Air Irigasi Kegiatan Pertanian

Kegiatan lain yang berpotensi untuk mencemari badan air adalah kegiatan pertanian.

Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida sebagai pengendali hama tanaman yang

digunakan dalam kegiatan pertanian merupakan sumber pencemaran terhadap badan air.

Pestisida yang dapat mencemari air adalah pestisida yang termasuk dalam Persistent

Organic Pollutants (POPs). Senyawa POPs merupakan senyawa yang berbahaya bagi

lingkungan karena selain mempunyai toksisitas tinggi senyawa ini juga bersifat persisten

atau bertahan lama di lingkungan. POPs juga mempunyai sifat bioakumulasi dalam mahluk

hidup dan juga biokonsentrasi melalui rantai makanan. DDT (Dich/oro biphenyl

Trychloroethane) merupakan salah satu bahan kimia yang termasuk POPs dari golongan

organoklorin yang digunakan untuk membunuh serangga hama tumbuhan di pertanian.

Meskipun senyawa DDT sudah lama dilarang digunakan baik untuk pertanian atau

kesehatan, hasil pemantauan lingkungan menunjukkan DDT masih terdeteksi di

lingkungan. Umumnya DDT terdeteksi paling rendah di air sungai dibandingkan dengan

sedimen sungai atau pun di tanah pertanian.

DDT yang terdeteksi di air sungai umumnya berada di bawah baku mutu air, dua

part per billion atau ppb (Peraturan Pemerintah RI no. 82 Tahun 2001). Turunan dari DDT

juga masih terdeteksi di beberapa air sungai dengan konsentrasi rendah, demikian juga untuk

senyawa aldrin dan senyawa organoklorin.

Selain pencemaran pada badan air, air tanah juga berpotensi mengalami pencemaran

akibat kegiatan dari sektor transportasi/bengkel yang disebabkan oleh pembuangan oli bekas

yang tidak ramah lingkungan. Selain dari limbah domestik dan industri, di Kota Mojokerto

pencemaran lingkungan juga dapat berasal dan kegiatan service kendaraan, bengkel

dan cuci mobil, mengingat limbah dari oli bekas dari sektor transportasi/bengkel ini merupakan

salah satu limbah B3 yang harus mendapatkan pengelolaan khusus dan sungguh-sungguh

secara berkelanjutan dari Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto.

3.3. Respon

Untuk melindungi potensi sumberdaya air terutama sungai yang ada di Kota Mojokerto,

maka Pemerintah Kota Mojokerto telah menetapkan Sungai Prokasih, diantaranya adalah

Page 39: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 38

Sungai Brantas, Sungai Sadar dan Sungai Brangkal.

Sumberdaya alam senantiasa harus dikelola secara seimbang untuk menjamin

keberlangsungan pembangunan nasional. Program perlindungan dan konservasi sumberdaya

alam bertujuan untuk melindungi sumberdaya alam dari kerusakan serta untuk menjamin

kualitas ekosistem agar fungsinya sebagai penyangga sistem kehidupan dapat terjaga

dengan balk. Berkaitan dengan persoalan sumberdaya air, pemerintah telah melakukan

berbagai upaya pengelolaan yang merespon persoalan tersebut, diantaranya adalah:

1). Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNK - PA)

Komponen kegiatan GNK-PA meliputi:

a). Konservasi Sumberdaya Air

b). Pendayagunaan Sumberdaya Air

c). Pengendalian Daya Rusak Air

d). Informasi Pengelolaan Sumberdaya Air

e). Peran serta Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Air

2). Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

a. Penetapan Kelas Air

Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, sumber air perlu ditetapkan kelas airnya sesuai

dengan peruntukkannya. Untuk memenuhi mutu air yang sesuai dengan kelas air yang

akan ditetapkan, pemerintah setempat agar menetapkan mutu air, yang dituangkan dalam

peraturan daerah.

b. Program Kali Bersih (Prokasih)

Program Kali Bersih (Prokasih) merupakan salah satu upaya pengelolaan lingkungan

yang dititikberatkan pada peningkatan kualitas perairan sungai. Program ini telah

dicanangkan sejak Tahun 1989, program ini sempat terhenti pada Tahun 1999 dan

dilaksanakan kembali pada Tahun 2003 melalui Program Superkasih (Surat Pernyataan

Kali Bersih) yang merupakan salah satu tahapan di dalam Program Prokasih.

Prokasih bertujuan mendorong percepatan pentaatan industri pada peraturan

perundang-undangan, khususnya tentang Baku Mutu Air Limbah (BMAL). Ruang

lingkup Prokasih adalah seluruh jenis industri, meliputi manufaktur, agroindustri, hotel,

domestik dan rumah sakit yang membuang limbah cair ke sungai

c. Superkasih

Pemerintah Kota Mojokerto juga mendorong perusahaan-perusahaan taat terhadap ketentuan peraturan perundangundangan di bidang lingkungan hidup yang berlaku melalui pendekatan alternatif non penegakan hukum. Langkah ini dilakukan melalui program SUPERKASIH. Dalam SUPERKASIH, penegakan hukum lingkungan tidak dilakukan secara langsung terhadap perusahaan yang belum taat. Perusahaan yang belum taat terlebih dahulu dilakukan pembinaan melalui Surat Pernyataan tertulis.

Kewajiban yang harus ditaati oleh perusahaan dalam Surat Pernyataan ini dibuat dengan

memperhatikan faktor teknis dan administrasi. Penandatanganan Surat Pernyataan

Page 40: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 39

tertulis ini disaksikan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, Gubernur dan Walikota.

Dalam Surat Pernyataan tertulis ini pihak perusahaan diberikan kesempatan untuk

melakukan upaya perbaikan pentaatan dalam batas waktu tertentu sebelum upaya penegakan

hukum selanjutnya dilakukan. d. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER)

PROPER merupakan salah satu bentuk pengawasan yang sekaligus upaya transparansi

dengan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan sebagaimana yang

diamanatkan oleh Undang-undang No. 23 tahun 1997. Melalui PROPER hasil pengawasan

yang telah dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup disampaikan secara terbuka

kepada masyarakat. Disamping UU No. 23 tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah terkait, PP. No.

18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, Jo. PP No. 85 Tahun 1999 tentang

Perubahan atas PP. No. 18 Tahun 1999, PP. No. 82 Tahun 2002 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, PP. No. 41 Tahun 1999

tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Kegiatan Proper dilakukan dengan penyebaran

informasi tingkat kinerja penataan suatu perusahaan kepada publik dan stakeholder.

Peringkat yang diberikan dalam Proper adalah Peringkat Emas, Hijau, Biru, Merah dan

Hitam. Landasan operasional pelaksanaan PROPER adalah Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. 127/MENLH/2002 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja

Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Sebagai bagian dari pengawasan pengelolaan lingkungan hidup di Kota Mojokerto,

maka pelaksanaan PROPER dilakukan untuk semua perusahaan dan dititikberatkan pada:

1. Perusahaan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan

2. Perusahaan yang mempunyai dampak pencemaran atau kerusakan lingkungan sangat

besar

3. Perusahaan yang mencemari dan merusak lingkungan dan atau berpotensi

mencemari dan merusak lingkungan

4. Perusahaan publik yang terdaftar pada pasar modal di dalam dan di luar negeri

5. Perusahaan yang berorientasi ekspor

Dampak PROPER terhadap peningkatan penaatan perusahaan telah mengurangi

pencemaran air, pencemaran udara, dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ke

media lingkungan hidup, pada akhirnya masyarakat di sekitar lokasi dapat merasakan

dampak peningkatan penaatan ini. Hasil peringkat kinerja masing-masing perusahaan

ini telah disampaikan kepada masyarakat secara terbuka melalui berbagai media massa. e. Pengendalian Air Tanah

Untuk mengantisipasi eksploitasi air tanah yang tidak terkendali telah dikeluarkan Surat

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No.

1451.K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di

Page 41: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 40

Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Surat keputusan ini memuat pedoman teknis dan prosedur penyusunan peraturan daerah

dalam pengelolaan air tanah di daerah. Khusus untuk Pulau Jawa dan Madura yang kondisi air tanahnya krisis, Menteri ESDM menetapkan batas horisontal cekungan air tanah menggunakan peta cekungan air tanah skala 1:250.000 melalui SK No 716.x/40/MEM/ 2003. Untuk melengkapi surat keputusan tersebut, pemerintah saat ini sedang menyiapkan pedoman teknis, prosedur, dan kriteria pengelolaan air tanah.

Dalam upaya konservasi air tanah, maka kegiatan Pemerintah Kota Mojokerto adalah: 1. Inventarisasi kuantitas dan kualitas air tanah

2. Penyusunan data base Potensi Air Bawah Tanah

3. Menyusun peta konservasi air tanah

4. Menetapkan Tata Ruang Wilayah untuk penggunaan lahan wilayah kota

5. Mengendalikan pengambilan air tanah dengan cara:

(i) Memperketat pengeluaran izin baru untuk pengambilan air tanah

(ii) Izin pengambilan air tanah meliputi masa berlaku, besarnya debit, dan

kedalaman sumur

(iii) Menetapkan pajak/retribusi

(iv) Memberi rekomendasi dan saran teknis tentang kedalaman pengambilan air tanah.

f. Dokumen Lingkungan (AMDAL dan UKL/UPL)

Adalah suatu kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan

yang direncanakan pada Lingkungan hidup yang diperlukan bagi pengambilan keputusan.

Fungsi dari dokumen lingkungan ini adalah sebagai pedoman dalam pengelolaan dan

pemantauan lingkungan yang wajib dimiliki oleh setiap kegiatan usaha/usaha. Melalui kantor

Lingkungan Hidup Kota Mojokerto bahwa setiap kegiatan usaha/industri wajib menyusun,

memiliki dan menerapkannya, sehingga dampak yang ditimbulkan terutama bila kegiatan

tersebut memiliki potensi untuk mencemari air dapat ditekan semaksimal mungkin.

g. Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)

IPLC adalah izin pembuangan limbah cair yang ditujukan pada orang/badan usaha

yang menggunakan sumber-sumber air sebagai tempat pembuangan limbah cair atas

kegiatan usahanya.

Maksud dan tujuan dan perizinan ini adalah sebagai upaya pencegahan pencemaran

dari sumber pencemar, penanggulangan dan atau pemulihan mutu air pada sumber-

sumber air serta untuk mewujudkan kelestarian fungsi air, agar air yang ada pada

sumber-sumber air dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai peruntukkannya.

Dasar landasan hukum:

Dalam pasal 18 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2002.

" Pemerintah Propinsi melakukan pengendalian pencemaran air pada sumber air

yang lintas Kabupaten atau Kota "

Dalam pasal 40 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2002.

" Setiap usaha dan/atau kegiatan yang membuang air limbah ke air atau sumber air

Page 42: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 41

wajib mendapatkan izin tertulis dari Bupati / Walikota "

Jenis Usaha/ Kegiatan yang wajib Mengajukan / Memperoleh Ijin Pembuangan Limbah

Cair ke sumber-sumber air adalah:

(i) Perindustrian dan Perdagangan

(ii) Hotel / usaha akomodasi

(iii) Pertanian

(iv) Kehutanan dan Perkebunan

(v) Pekerjaan Umum dan Pengolahan Limbah Terpusat

(vi) Rumah Sakit dan Kesehatan

Dengan banyaknya kegiatan/industri yang membuang limbah cairnya ke media air di

Kota Mojokerto serta terdapat adanya beberapa sungai dan anak sungai maka

diwajibkan setiap industri harus mempunyai izin tersebut. Kota Mojokerto Izin

Pembuangan Limbah Cair yang sampai saat ini belum dapat dilakukan, sehingga

perizinan dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Propinsi Jawa Timur.

Diantara ± 93 industri pangan, ± 125 industri sandang/kulit, ± 25 industri kerajinan

umum, ± 66 industri kimia dan bahan bangunan dan ± 26 industri logam dan aneka

usaha lainnya yang mempunyai perijinan IPLC berjumlah hanya 1 industri, yaitu CV

Bumi Indo.

Kegiatan pengelolaan sumberdaya air khususnya air tanah yang dilakukan

Pemerintah Kota Mojokerto melalui Kantor Lingkungan Hidup serta instansi terkait lain,

diantaranya adalah:

a. Inventarisasi dan pemetaan potensi air bawah tanah

b. Pengelolaan dan pengendalian eksplorasi air bawah tanah

c. Sosialisasi tentang bahaya pencemaran lingkungan akibat pemanfaatan air bawah tanah

yang berlebihan

d. Melaksanakan rehabilitasi ekosistem dan habitat yang rusak di kawasan bantaran

sungai

e. Menerapkan perijinan dan meningkatkan pengawasan industri penghasil limbah cair

f. Melakukan pengawasan dan pengendalian sumber-sumber pencemaran kali

g. Mengembangkan teknologi yang berwawasan lingkungan dalam pengelolaan sumberdaya

air dan industri yang ramah lingkungan

h. Menerapkan sanksi hukum kepada semua pihak yang dengan sengaja melakukan

pencemaran lingkungan

i. Peningkatan pusat informasi dan studi lingkungan hidup

j. Mempertimbangkan faktor lingkungan dalam pengembangan teknologi

k. Pengolahan limbah rumah tangga dan industri

Page 43: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB III. KUALITAS AIR

III- 42

l. Menetapkan indeks dan baku mutu lingkungan

m. Memantau kualitas lingkungan secara terpadu dan terus menerus

n. Membangun, merehabilitasi dan memelihara jaringan pembuangan air limbah

o. Melakukan monitoring terhadap pembuangan air limbah

p. Mengharuskan semua pihak industri atau kegiatan lain yang mempunyai kontribusi sebagai

pencemar untuk mengolah limbahnya sebelum dibuang ke media lingkungan

q. Merealisasikan program monitoring limbah secara rutin

r. Perijinan pembuangan limbah cair (IPLC).

Untuk mengatasi permasalahan limbah domestik pada tempat-tempat umum di

berbagai wilayah di Kota Mojokerto telah dibangun fasilitas sanitasi umum, seperti di Alun-

Alun Kota Mojokerto. Upaya yang dilakukan terhadap pengelolaan limbah cair domestik

dan tinja yang mendesak yang telah dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto

sampai saat ini antara lain:

a. Pengawasan terhadap fungsi badan air/sungai sebagai fungsi sungai/drainase bukan

sebagai tempat pembuangan limbah tinja secara langsung;

b. Limbah yang berasal hotel dan restoran wajib mengolah limbahnya sebelum dibuang

ke sungai.

c. Perencanaan sarana dan prasarana IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja),

diharapkan limbah tinja yang berasal dan pemukiman penduduk diolah ke tempat

tersebut sehingga dampak lingkungan diharapkan tidak terjadi.

d. Membangun tangki septik komunal dan resapan untuk limbah yang berasal dan

WC, terutama limbah yang berasal dan fasilitas umum, seperti dari terminal, pasar dan

tempat-tempat umum lainnya.

e. Pengembangan teknologi pengolahan limbah rumah tangga.

Page 44: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-1

BAB IV UDARA

Kualitas udara dibagi menjadi dua, yaitu udara emisi dan udara ambien. Kualitas

udara ambien selalu dipengaruhi oleh jumlah emisi yang di buang ke atmosfer dari

sumbernya. Aktivitas industri, transportasi dan kegiatan rumah tangga adalah beberapa

sumber emisi pencemaran. Pertumbuhan industri dan perkembangan motorisasi yang

cepat, juga terkonsentrasinya kegiatan penduduk pada area tertentu telah menyebabkan

masalah pencemaran udara. Emisi gas buang memberikan kontribusi pencemaran

udara yang paling besar dibandingkan dengan sumber-sumber pencemar lainnya seperti

industri. Pencemaran udara berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri besar dan kecil

akan menyebabkan gangguan kesehatan manusia bahkan merusak organ tubuh serta dapat

mengganggu kestabilan atmosfer.

Udara di perkotaan tak pernah terbebas dari pencemaran asap beracun

yang dimuntahkan oleh ratusan bahkan ribuan knalpot kendaraan bermotor. Salah satu

faktor penyebab meningkatnya pencemaran udara adalah semakin meningkatnya

populasi penduduk di suatu tempat, terutama di kota-kota besar/pusat kota. Kegiatan

transportasi, industri dan aktivitas penduduk juga menjadi sumber pencemaran udara.

Tingkat pencemaran gas buang secara pasti akan terus naik dengan bertam bahnya

jumlah kendaraan bermotor yang memadati jalan-jalan, yang hampir 100 % masih

menggunakan bahan bakar fosil. Pembakaran BBM oleh mesin kendaraan akan

menghasilkan gas sisa pembakaran yang umumnya berupa gas-gas Nitrogen (NOx),

Sulfur (SOx), Gas-gas Karbon (CO dan C02) dan Partikel Timbal.

Pemantauan kualitas udara ambien merupakan kegiatan yang penting dilakukan

karena dapat mengetahui tingkat pencemaran udara yang telah terjadi pada suatu wilayah.

Dengan diketahuinya tingkat pencemaran udara, maka pemerintah akan dapat

menentukan arah kebijakan pembangunan yang berkaitan pengelolaan kualitas udara

dan mengambil tindakan dengan tepat. Pemantauan kualitas udara merupakan hal

penting, karena dapat mencegah terjadinya dampak turunnya kesehatan manusia dan

kerusakan lingkungan.

4.1 Status Kualitas Udara 4.1.1 Kualitas udara ambien

4.1.1.1 Pemantuan kualitas udara ambien dengan Non-Air Quality Monitoring System (Non-

AQMS) di wilayah Kota Mojokerto

a). Udara Ambien di Perempatan JI. Gajah Mada

Umumnya kontribusi pencemaran udara terbesar berasal dari sumber bergerak

(kendaraan bermotor, mobil, bus, truk dan angkutan). Hasil sampling udara ambien

yang dilakukan di perempatan JI. Gajah Mada oleh PT. ENVILAB INDONESIA

menunjukkan semua parameter masih memenuhi Baku Mutu Peraturan Gubernur

Page 45: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-2

Jatim No. 39 Tahun 2008.

Tabel 4.1 Kualitas Udara Ambien di Perempatan JI. Gajah Mada Tahun 2007 dan 2008

No Parameter Satuan Hasil Sampling

Tahun 2007 Hasil Sampling

Tahun 2008

Baku Mutu Peraturan Gub. Jatim No.

39/2008

1. Sulfur Dioksida (SO2) µg/m3 <26.15 <26.15 262

2. Karbon Monoksida (CO) µg/m3 <1000 <1000 22600

3. Nitrogen Dioksida (NO2) µg/m3 <10 <10 92.5

4. Ozon (03) µg/m3 <0.01 <0.01 200

5. Debu µg/m3 26.92 60.58 260

6. Timah Hitam (Pb) µg/m3 <0.2 <0.2 60

7. Hidrogen Sulfida (HZS) µg/m3 42.32 <0.01 42

8. Ammonia (NH3) µg/m3 13.33 65.00 1360

9. Hidrokarbon (CH4) µg/m3 44.16 22.19 160

10. Kebisingan dBA 73 85. 6 -

11. Suhu ºC 34 33.8 -

12. Kelembaban % 50 55.2 -

13. Kecepatan Angin m/s - 0.4-0.8 -

14. Arah Angin - Timur Selatan -

b). Udara Ambien di Depan Terminal Bus Selain menjadi salah satu kota penyangga Kota Surabaya, tentu secara langsung

keberadaannya juga menjadi penyumbang pencemaran udara seperti keberadaan

Terminal Kertajaya Kota Mojokerto adalah salah satu terminal transit bus ke

beberapa daerah/wilayah lain ke wilayah Pasuruan, Malang dan Surabaya, sehingga

kontribusi terhadap perubahan kualitas udara di Kota Mojokerto cukup besar. Adapun hasil

sampling yang telah dilakukan PT. ENVILAB INDONESIA bahwa semua parameter

memenuhi Baku Mutu Peraturan Gubernur Jatim No. 39 Tahun 2008.

Page 46: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-3

Tabel 4.2 Kualitas Udara Ambien di Depan Terminal Bus Tahun 2007 dan 2008

No Parameter Satuan Hasil Sampling

Tahun 2007 Hasil Sampling

Tahun 2008

Baku Mutu Peraturan Gub. Jatim No.

39/2008

1. Sulfur Dioksida (SO2) µg/m3 <26.15 <26.15 262

2. Karbon Monoksida (CO) µg/m3 <1000 <1000 22600

3. Nitrogen Dioksida (NO2) µg/m3 <10 <10 92.5

4. Ozon (03) µg/m3 <0.01 <0.01 200

5. Debu µg/m3 104.32 16.83 260

6. Timah Hitam (Pb) µg/m3 <0.2 <0.2 60

7. Hidrogen Sulfida (HZS) µg/m3 23.54 <0.01 42

8. Ammonia (NH3) µg/m3 <0.01 66.67 1360

9. Hidrokarbon (CH4) µg/m3 49.26 28.14 160

10. Kebisingan dBA 74 85. 6 -

11. Suhu ºC 30 34.6 -

12. Kelembaban % 58 55.1 -

13. Kecepatan Angin m/s - 0.3-0.6 -

14. Arah Angin - Timur Selatan -

C). Udara Ambien di Pertigaan Bayangkara

Hasil sampling laboratorium udara yang dilakukan PT. ENVILAB INDONESIA di

Pertigaan Bayangkara, menunjukkan bahwa semua parameter memenuhi Baku Mutu

Peraturan Gubernur Jatim No. 39 Tahun 2008.

Tabel 4.3 Kualitas Udara Ambien di Pertigaan Bayangkara Tahun 2008

No Parameter Satuan Hasil Sampling Baku Mutu Peraturan

Gub. Jatim No. 39/2008

1. Sulfur Dioksida (SO2) µg/m3 <26.15 262

2. Karbon Monoksida (CO) µg/m3 <1000 22600

3. Oksida Nitrogen (NO2) µg/m3 <10 92.5

4. Ozon (03) µg/m3 <0.01 200

5. Debu µg/m3 47.11 260

6. Timah Hitam (Pb) µg/m3 <0.2 60

7. Hidrogen Sulfida (HZS) µg/m3 <0.01 42

8. Ammonia (NH3) µg/m3 78.33 1360

9. Hidrokarbon (CH4) µg/m3 24.32 160

10. Kebisingan dBA 83. 4 -

11. Suhu ºC 34.2 -

Page 47: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-4

No Parameter Satuan Hasil Sampling Baku Mutu Peraturan

Gub. Jatim No. 39/2008

12. Kelembaban % 54.5 -

13. Kecepatan Angin m/s 0.6-0.9 -

14. Arah Angin - Selatan -

d). Udara Ambien di Perempatan JI. Raden Wijaya

Hasil sampling yang telah dilakukan di Perempatan JI. Raden Wijaya oleh PT.

ENVILAB INDONESIA menunjukkan bahwa semua parameter memenuhi Baku Mutu

Peraturan Gubernur Jatim No. 39 Tahun 2008.

Tabel 4.4 Kuali tas Udara Ambien di Perempatan JI. Raden W ijaya Tahun 2008

No Parameter Satuan Hasil Sampling Baku Mutu Peraturan

Gub. Jatim No. 39/2008

1. Sulfur Dioksida (SO2) µg/m3 <26.15 262

2. Karbon Monoksida (CO) µg/m3 <1000 22600

3. Oksida Nitrogen (NO2) µg/m3 <10 92.5

4. Ozon (03) µg/m3 <0.01 200

5. Debu µg/m3 47.11 260

6. Timah Hitam (Pb) µg/m3 <0.2 60

7. Hidrogen Sulfida (HZS) µg/m3 <0.01 42

8. Ammonia (NH3) µg/m3 58.33 1360

9. Hidrokarbon (CH4) µg/m3 29.16 160

10. Kebisingan dBA 82. 4 -

11. Suhu ºC 34.8 -

12. Kelembaban % 54.9 -

13. Kecepatan Angin m/s 1.0-1.5 -

14. Arah Angin - Selatan -

e). Udara Ambien di Perempatan Depan Swalayan Bentar

Hasil sampling yang telah dilakukan di Perempatan Depan Swalayan Bentar oleh

PT. ENVILAB INDONESIA menunjukkan bahwa semua parameter memenuhi Baku

Mutu Peraturan Gubernur Jatim No. 39 Tahun 2008.

Page 48: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-5

Tabel 4.5 Kuali tas Udara Ambien di Perempatan Depan Swalayan Bentar Tahun 2008

No Parameter Satuan Hasil Sampling Baku Mutu Peraturan

Gub. Jatim No. 39/2008

1. Sulfur Dioksida (SO2) µg/m3 <26.15 262

2. Karbon Monoksida (CO) µg/m3 <1000 22600

3. Oksida Nitrogen (NO2) µg/m3 <10 92.5

4. Ozon (03) µg/m3 <0.01 200

5. Debu µg/m3 40.37 260

6. Timah Hitam (Pb) µg/m3 <0.2 60

7. Hidrogen Sulfida (HZS) µg/m3 <0.01 42

8. Ammonia (NH3) µg/m3 55.83 1360

9. Hidrokarbon (CH4) µg/m3 20.23 160

10. Kebisingan dBA 80. 5 -

11. Suhu ºC 34.8 -

12. Kelembaban % 54.8 -

13. Kecepatan Angin m/s 0.7-1.1 -

14. Arah Angin - Selatan -

f). Udara Ambien di TPA Randegan

Tempat pembuangan akhir sampah merupakan salah satu kontributor dalam

penyumbang pencemaran udara yang cukup signifikan. Sampling pengambilan

kualitas udara ambien di TPA Randegan dilakukan oleh PT. ENVILAB INDONESIA

menunjukkan bahwa semua parameter memenuhi Baku Mutu Peraturan Gubernur

Jatim No. 39 Tahun 2008.

Tabel 4.6 Kualitas Udara Ambien di TPA Randegan Tahun 2007 dan 2008

No Parameter Satuan Hasil Sampling

Tahun 2007 Hasil Sampling

Tahun 2008

Baku Mutu Peraturan Gub. Jatim No.

39/2008

1. Sulfur Dioksida (SO2) µg/m3 <26.15 <26.15 262

2. Karbon Monoksida (CO) µg/m3 <1000 <1000 22600

3. Oksida Nitrogen (NO2) µg/m3 <10 <10 92.5

4. Ozon (03) µg/m3 <0.01 <0.01 200

5. Debu µg/m3 51.15 26.92 260

6. Timah Hitam (Pb) µg/m3 <0.2 <0.2 60

7. Hidrogen Sulfida (HZS) µg/m3 36.45 <0.01 42

8. Ammonia (NH3) µg/m3 13.33 91.67 1360

9. Hidrokarbon (CH4) µg/m3 12.31 25.31 160

Page 49: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-6

No Parameter Satuan Hasil Sampling

Tahun 2007 Hasil Sampling

Tahun 2008

Baku Mutu Peraturan Gub. Jatim No.

39/2008

10. Kebisingan dBA 60 66. 2 -

11. Suhu ºC 33 33.2 -

12. Kelembaban % 50 60.4 -

13. Kecepatan Angin m/s - 0.1-0.4 -

14. Arah Angin - Timur Selatan -

g). Udara Ambien di Incenerator RS. Gatoel

Keberadaan incenerator pada suatu rumah sakit juga merupakan kontributor

dalam pencemar udara dari sumber tidak bergerak. Menurut hasil sampling yang

dilakukan PT. ENVILAB INDONESIA terhadap RS. Gatoel, bahwa hampir semua

parameter memenuhi Baku Mutu Keputusan Kepala Bapedal No.

03/Bapedal/09/1995, hanya parameter Karbon Monoksida (CO) yang melebihi baku

mutu. Hal tersebut dikarenakan pembakaran yang tidak sempurna dan suhu yang

kurang optimal pada Incenerator. Incenerator di RS. Gatoel memiliki suhu <1000 °C

sedangkan suhu yang optimal >1000 °C.

Tabel 4.7 Kualitas Udara Ambien di Incenerator RS. Gatoel Tahun 2008

No Parameter Satuan Hasil Sampling Kep.Ka. Bapedal No. 03 /BAPEDAL/09/1995

1. Debu mg/Nm3 11.43 50

2. Hidrogen Florida (HF) mg/Nm3 <0.01 10

3. Hidrogen Klorida (HCl) mg/Nm3 <0.01 70

4. Oksida Nitrogen (NO2) mg/Nm3 9 300

5. Sulfur Dioksida (SOZ) mg/Nm3 <0.01 250

6. Arsenik (As) mg/Nm3 <0.003 1

7. Cadmium (Cd) mg/Nm3 <0.00002 0.2

8. Mercury (Hg) mg/Nm3 <0.0006 0.2

9. Karbon Monoksida (CO) mg/Nm3 473 100

10. Kromium (Cr) mg/Nm3 <0.005 1

11. Timah Hitam (Pb) mg/Nm3 <0.0002 5

12. Thalium (TI) mg/Nm3 <0.0002 0.2

13. Hidrokarbon (CH4) mg/Nm3 20.5 35

14. Karbon Dioksida (CO2) % 1.1 -

15. Opacity % 2.5 10

Page 50: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-7

h). Udara Ambien di Incenerator RSUD Wahidin Sudiro Husodo

Menurut hasil sampling yang dilakukan PT. ENVILAB INDONESIA terhadap RSUD

Wahidin Sudiro Husodo, bahwa semua parameter memenuhi Baku Mutu

Keputusan Kepala Bapedal No. 03/Bapedal/09/1995.

Tabel 4.8 Kualitas Udara Ambien di Incenerator RSUD Wahidin Sudiro Husodo Tahun 2008

No Parameter Satuan Hasil Sampling Kep.Ka. Bapedal No. 03 /BAPEDAL/09/1995

1. Debu mg/Nm3 22.86 50

2. Hidrogen Florida (HF) mg/Nm3 <0.01 10

3. Hidrogen Klorida (HCl) mg/Nm3 <0.01 70

4. Oksida Nitrogen (NO2) mg/Nm3 <0.01 300

5. Sulfur Dioksida (SOZ) mg/Nm3 <0.01 250

6. Arsenik (As) mg/Nm3 <0.003 1

7. Cadmium (Cd) mg/Nm3 <0.00002 0.2

8. Mercury (Hg) mg/Nm3 <0.0006 0.2

9. Karbon Monoksida (CO) mg/Nm3 <10 100

10. Kromium (Cr) mg/Nm3 <0.005 1

11. Timah Hitam (Pb) mg/Nm3 <0.0002 5

12. Thalium (TI) mg/Nm3 <0.0002 0.2

13. Hidrokarbon (CH4) mg/Nm3 18.6 35

14. Karbon Dioksida (CO2) % 0.2 -

15. Opacity % 5.5 10

i). Udara Ambien di Incenerator RS. EMMA

Menurut hasil sampling yang dilakukan PT. ENVILAB INDONESIA terhadap RSUD

Wahidin Sudiro Husodo, bahwa hampir semua parameter memenuhi Baku Mutu

Keputusan Kepala Bapedal No. 03/Bapedal/09/1995, hanya parameter Karbon

Monoksida (CO) yang melebihi baku mutu. Hal tersebut dikarenakan pembakaran yang

tidak sempurna dan suhu yang kurang optimal pada Incenerator. Incenerator di RS.

EMMA memiliki suhu <1000 °C sedangkan suhu yang optimal >1000 °C.

Page 51: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-8

Tabel 4.9 Kualitas Udara Ambien di Incenerator RS. EMMA Tahun 2008

No Parameter Satuan Hasil Sampling Kep.Ka. Bapedal No. 03 /BAPEDAL/09/1995

1. Debu mg/Nm3 20.00 50

2. Hidrogen Florida (HF) mg/Nm3 <0.01 10

3. Hidrogen Klorida (HCl) mg/Nm3 <0.01 70

4. Oksida Nitrogen (NO2) mg/Nm3 4 300

5. Sulfur Dioksida (SOZ) mg/Nm3 <0.01 250

6. Arsenik (As) mg/Nm3 <0.003 1

7. Cadmium (Cd) mg/Nm3 <0.00002 0.2

8. Mercury (Hg) mg/Nm3 <0.0006 0.2

9. Karbon Monoksida (CO) mg/Nm3 309 100

10. Kromium (Cr) mg/Nm3 <0.005 1

11. Timah Hitam (Pb) mg/Nm3 <0.0002 5

12. Thalium (TI) mg/Nm3 <0.0002 0.2

13. Hidrokarbon (CH4) mg/Nm3 22.4 35

14. Karbon Dioksida (CO2) % 3.2 -

15. Opacity % 8.0 10

j). Udara Ambien di Incenerator Dinas Kesehatan Mojokerto

Menurut hasil sampling yang dilakukan PT. ENVILAB INDONESIA terhadap RSUD

Wahidin Sudiro Husodo, bahwa semua parameter memenuhi Baku Mutu

Keputusan Kepala Bapedal No. 03/Bapedal/09/1995.

Tabel 4.10 Kualitas Udara Ambien di Incenerator Dinas Kesehatan Mojokerto Tahun

2008

No Parameter Satuan Hasil Sampling Kep.Ka. Bapedal No. 03 /BAPEDAL/09/1995

1. Debu mg/Nm3 11.43 50

2. Hidrogen Florida (HF) mg/Nm3 <0.01 10

3. Hidrogen Klorida (HCl) mg/Nm3 <0.01 70

4. Oksida Nitrogen (NO2) mg/Nm3 <0.01 300

5. Sulfur Dioksida (SOZ) mg/Nm3 <0.01 250

6. Arsenik (As) mg/Nm3 <0.003 1

7. Cadmium (Cd) mg/Nm3 <0.00002 0.2

8. Mercury (Hg) mg/Nm3 <0.0006 0.2

9. Karbon Monoksida (CO) mg/Nm3 <10 100

10. Kromium (Cr) mg/Nm3 <0.005 1

Page 52: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-9

No Parameter Satuan Hasil Sampling Kep.Ka. Bapedal No.

03 /BAPEDAL/09/1995

11. Timah Hitam (Pb) mg/Nm3 <0.0002 5

12. Thalium (TI) mg/Nm3 <0.0002 0.2

13. Hidrokarbon (CH4) mg/Nm3 18.5 35

14. Karbon Dioksida (CO2) % 0.2 -

15. Opacity % 3.0 10

4.1.2 Atmosfer

Semua bentuk kegiatan makhluk hidup akan menghasilkan gas dan

partikulat yang terlepas ke atmosfer. Di dalam atmosfer kemudian terjadi proses

yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian terhadap manusia dan

lingkungan hidup. Beberapa gangguan dalam atmosfer yang ditimbulkan oleh

kegiatan manusia adalah penipisan lapisan Ozon Stratosferik, terjadinya

pemanasan global dan perubahan iklim serta terjadinya deposisi asam.

4.1.2.1 Emisi dan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK)

Gangguan terhadap atmosfer dapat dibedakan atas gangguan dalam

bentuk pemanasan global/perubahan iklim, gangguan pada lapisan ozon

stratosferik serta gangguan dalam bentuk deposisi asam. Emisi Gas Rumah Kaca

(GRK) mengganggu keseimbangan atmosfer sehingga menimbulkan

pemanasan global dan perubahan iklim. Emisi GRK yang penting adalah Karbon

dioksida (C02), Metana (CH4), Nitrooksida (N20), berbagai gas Hidrofluorokarbon

(HFCs), gas Perfluorokarbon (PFCs) dan gas Sulfur Heksa Klorida (SF6) yang

berasal dan kegiatan yang menggunakan bahan bakar. Setiap Gas Rumah

Kaca berbeda-beda kontribusinya pada pemanasan global. IPCC

(Intergovernmental Panel on Climate Change) menetapkan CH4 memiliki potensi

pemanasan global sebesar 21 artinya untuk tiap 1 ton CH4 memberikan dampak

pada pemanasan global yang setara dengan dampak yang disebabkan oleh 21 ton C02.

Kecenderungan penurunan ozon stratosfer kemungkinan dapat

disebabkan kenaikan bahan perusak ozon yang dapat mencapai stratosfer,

sehingga terjadi reaksi perusakan ozon secara berantai. Hasil pemantauan

menunjukkan terjadi kenaikan ozon stratosfer pada Tahun 1982-1983, 1986-

1987, 1987-1988, 1990-1991, ketika itu bilangan sunspot masih kecil. Kenaikan

ozon stratosfer diperkirakan karena peristiwa ENSO (El Nino Southern

Oscillation). Pada saat terjadi ENSO kondisi atmosfer kering sehingga perusakan

oleh uap air berkurang. Uap air yang dapat mencapai stratosfer merupakan

sumber senyawa OH (Hidrogen Oksida) yang dapat merusak ozon.

Page 53: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-10

4.1.2.2 Variabilitas iklim

Perubahan iklim terjadi akibat pemanasan global yang dipicu oleh emisi

gas rumah kaca ke atmosfer. Perubahan iklim di Indonesia memang belum

dipantau secara khusus. Data pengamatan temperatur permukaan dan kondisi

curah hujan yang dipantau BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) dan Lapan

dalam jangka waktu yang panjang dapat digunakan sebagai indikator.

4.1.2.3 Deposisi asam

Gas-gas polutan dan partikel-partikel akan tinggal beberapa waktu di

udara dan kemudian musnah terdeposisi, baik dalam bentuk deposisi kering

maupun deposisi basah. Selama polutan berada di udara akan menyebabkan

kualitas udara ambien menurun, yang berakibat langsung pada kesehatan

manusia. Polutan seperti oksida sulfur (SOx) dan oksida Nitrogen (NOx) melalui

reaksi oksidasi akan berubah menjadi S03 dan N0 3, selanjutnya berubah

menjadi senyawa sulfat dan senyawa nitrat. Senyawa-senyawa tersebut akan

berpindah dari atmosfer ke permukaan bumi melalui presipitasi dan deposisi

langsung, sehingga dikenal sebagai deposisi basah dan deposisi kering.

4.2. Tekanan

4.2.1. Pembakaran Bergerak 4.2.1.1. Jumlah Kendaraan Bermotor dan Bahan Bakarnya

Pertumbuhan industri dan perkembangan motorisasi yang cepat, juga

terkonsentrasinya kegiatan penduduk pada area tertentu telah menyebabkan

masalah pencemaran udara. Telah cukup banyak penelitian dan kajian maupun

sampling pencemaran udara yang telah dilakukan di Kota Mojokerto. Pada

umumnya studi yang dilaksanakan di wilayah Kota Mojokerto hanya pada titik

sampling yang terbatas, waktu sampling pendek dan tentu tidak

merepresentasikan kondisi kualitas Kota Mojokerto yang sebenarnya atau

mengadopsi data sekunder dari luar yang belum tentu sesuai dengan kondisi

kualitas udara Kota Mojokerto yang sebenarnya.

Sumber pencemar udara bergerak yang terbesar adalah alat

transportasi darat. Tingginya tingkat pencemaran di Kota Mojokerto dapat dilihat

dari volume kepadatan lalu lintas di tiap ruas jalan di Kota Mojokerto. Semakin

tinggi volume kepadatan lalu lintas maka makin tinggi pula emisi gas buang

yang dikeluarkan dan menyebabkan tingginya pencemaran udara. Distribusi

Volume Lalu Lintas per Jenis Kendaraan (kendaraan/jam) di tiap ruas jalan dapat

dilihat pada tabel 4.11.

Page 54: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-11

Gambar 4.1. Pencemar Udara Sumber Bergerak di Kota Mojokerto

Dengan diketahuinya tingkat pencemaran udara, maka pemerintah

akan dapat menentukan arah kebijakan pembangunan yang berkaitan

pengelolaan kualitas udara dan mengambil tindakan dengan tepat. Pemantauan

kualitas udara merupakan hal penting, karena dapat mencegah terjadinya

dampak turunnya kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan.

Tabel 4.11 Volume Lalu Lintas per Jenis Kendaraan Tahun 2008

No. Nama Ruas Jalan

Volume Lalu Lintas per Jenis Kendaraan (kendaraan/jam)

Sepeda Motor

Mobil Bensin

Mobil Diesel

Truk/Bus Bensin

Truk/Bus Diesel

Truk Bus

1 Gajah Mada 3447 341 129 0 77 44 11

2 Pahlawan 3502 423 151 0 88 55 14

3 Raden Wijaya 768 67 36 0 2 19 3

4 Bhayangkara 861 89 40 0 1 23 5

5 Ahmad Yani 347 53 21 0 1 11 5

6 Mojopahit Utara 1759 107 49 0 1 16 5

7 Mojopahit Selatan 787 96 37 0 2 22 7

8 Pemuda 333 52 20 0 1 11 2

9 Brawijaya 1912 156 64 0 30 20 5

10 Empunala 1584 179 73 0 24 23 6

Selama ini kualitas udara yang dipantau hanya udara ambien atau

Page 55: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-12

sumber emisi. Masih sangat sedikit penelitian yang mengukur pencemar udara

yang terhirup langsung oleh manusia. Pengukuran besarnya resiko kesehatan

akibat pencemaran udara ini pada hakikatnya dapat memberikan gambaran

tingkat pencemaran udara menurut aktivitas yang dilakukan. Hasil penelitian

menunjukkan tingginya konsentrasi pencemar udara yang terhirup manusia,

mengingat aktivitasnya hampir setiap hari sering berada di jalan raya, misalnya

untuk pergi pulang ke kantor, sekolah, belanja atau keperluan lainnya. Rata-

rata waktu di jalan raya bagi pengguna jalan adalah 3 jam hingga 4 jam, bagi

polisi lalu lintas sekitar enam jam. Disaat lalu lintas semakin padat dan macet,

konsentrasi Partiku/at Matter dan CO semakin tinggi, ketika berada di

rumah/sekolah/kantor konsentrasi pencemar udara yang terhirup relatif rendah.

Emisi gas buang memberikan kontribusi pencemaran udara yang

paling besar dibandingkan dengan sumber-sumber pencemar lainnya seperti

industri. Semua unsur gas-gas pencemar tersebut memiliki dampak negatif bagi

lingkungan dan kesehatan manusia. Partikel Timbal saja, bila terhirup masuk

dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan,

seperti bronkitis dan asma. Bila masuk ke dalam pembuluh darah, timbal dapat

menyebabkan penyakit hipertensi dan jantung koroner, ketika terakumulasi di otak

partikel timah hitam akan mengakibatkan penurunan kecerdasan.

Partikel Timah Hitam atau Plumbum (Pb) ini bukan murni dari hasil pembakaran

minyak, tapi merupakan bahan yang dicampurkan ke dalam bensin. Penambahan

unsur alkali timbal atau Tetra Ethyl Lead (TEL) itu diperlukan untuk menaikkan

angka oktan atau meningkatkan kecepatan pembakaran bensin hingga dapat

lebih memacu daya kerja mesin. Unsur tersebut selama ini dipilih karena

tergolong paling mudah dan murah dalam menaikkan oktan. Untuk

menggantikan timbal, Pertamina nantinya akan memproduksi High Octane

Mogas Component (HOMC). Dengan demikian gas buang kendaraan bermotor yang

menggunakan bensin akan bebas dari partikel timbal.

4.2.1.2. Jumlah SPBU dan Penjualan Bahan Bakar

Tingkat pencemaran udara dapat dipantau dari jumlah SPBU yang dimiliki

oleh suatu wilayah dan jumlah penjualan bahan bakar tiap tahunnya. Kota

Mojokerto memiliki 4 SPBU yaitu: Jl. Empu Nala, Jl. Gajah Mada, Jl. By Pass

Mojokerto, Jl. Bayangkara yang mampu menyuplai kebutuhan bahan bakar

kendaraan bermotor warga Kota Mojokerto, namun hingga saat ini masih belum

dilakukan rekapitulasi jumlah penjualan bahan bakar di tiap SPBU.

4.2.2. Pembakaran Tak Bergerak

Page 56: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-13

4.2.2.1. Jenis dan Jumlah Industri, Kapasitas Produksi dan Satuannya

Sektor Industri kini menjadi sektor yang mendominasi perekonomian di

Indonesia, tidak terkecuali di Kota Mojokerto. Bahkan sektor inipun telah banyak

menyerap tenaga kerja. Industri di Kota Mojokerto terbagi menjadi Industri

Besar/Sedang, Industri Kecil Formal, dan Industri Kecil Non Formal. Pada tahun

2008, jumlah industri besar/sedang sebanyak 46 unit, industri kecil formal sebanyak

661 unit, dan industri kecil non formal sejumlah 1.416 unit.

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Mojokerto

telah melakukan pendataan kapasitas produksi masing-masing jenis industri di Kota

Mojokerto, namun belum dapat diperoleh gambaran kapasitas produksi total untuk

setiap kelompok industri sejenis.

Jumlah tenaga kerja yang terserap di industri selama tahun 2006 sebanyak

65.722 orang, tahun 2007 jumlah tenaga kerja tetap yaitu sebesar 66.463 orang,

sedangkan tahun 2008 jumlah tenaga kerja di sektor industri mengalami peningkatan

menjadi 67.058 orang. Sedangkan nilai produksi tahun 2008 sebesar 225.067,339 juta

rupiah dan nilai investasi yang terserap dari kegiatan tersebut adalah sebesar

1.142.472,184 juta rupiah. Penyerapan investasi ini harus menjadi perhatian pihak

birokrat, mengingat masuknya investor asing ke Kota Mojokerto menjadi harapan

pemerintah untuk dapat menggenjot pemasukan PAD.

Industri kecil formal yang berjumlah 661 unit ternyata mampu menyerap

tenaga kerja sebanyak 5.643 orang. Sedangkan nilai produksinya sebesar

130.194,31 juta rupiah. Sementara itu jumlah tenaga kerja yang terserap di industri

kecil non formal selama tahun 2008 sebesar 14.324 orang, nilai produksi industri

kecil non formal sebesar 32.739,79 juta rupiah.

Tabel 4.12 Perkembangan Industri Menurut Kelompok Industri Kota Mojokerto Tahun 2008

Kelompok Industri

Jumlah

Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Produksi

(Juta Rp) Investasi (Juta Rp)

Industri Besar

1. Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan (IKAH)

2. Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka (ILMEA)

28

18

2.919

44.172

56.675

5.458,24

10.245

1.108.962

Industri Kecil

1. Formal 2. Non Formal

661 1.416

5.643 14.324

130.194,31 32.739,79

21.310,15 1.955,04

Jumlah 2008 2007 2006

2.123 2.004 1.892

67.058 66.463 65.722

225.067,339 216.177,793 180.938,573

1.142.472,184 1.136.035,982 1.132.740,720

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Mojokerto

4.2.2.2. Jumlah Penggunaan Energi Bagi Rumah Tangga

Page 57: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-14

Sebagian besar kebutuhan listrik di Indonesia dipenuhi oleh PT.

Perusahaan Listrik Negara (Persero). Sementara sebagian lagi masih disuplai oleh

perusahaan-perusahaan non PLN. Sampai dengan tahun 2008, semua wilayah yang

ada di Kota Mojokerto sudah tersentuh oleh jaringan PLN. Secara operasional

produksi listrik PLN yang dikonsumsi oleh penduduk Kota Mojokerto berasal dari

Pembangkit Jawa Bali II, dimana kantor pembangkitnya berlokasi di Surabaya.

Jumlah pelanggan tahun 2007 sebanyak 29.346 pelanggan atau mengalami

penurunan dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 28.071 pelanggan. Dilihat

dari daya terpasangnya, tahun 2007 sebesar 23.400 KVA dan tahun 2008 sebesar

22.546,6 KVA, hal ini berarti telah terjadi penurunan kapasitas. Penurunan jumlah

pelanggan dan daya terpasang diakibatkan oleh faktor kenaikan tarif listrik dan

adanya program hemat energi yang telah ditetapkan pemerintah.

Tabel 4.13 Banyaknya Pelanggan, Daya Terpasang dan Listrik Terjual Menurut

Golongan Tarip Rumah Tangga Kota Mojokerto Tahun 2008

Golongan Tarip

Pelanggan Daya Terpasang

(KVA) Terjual (KWH)

Nilai (000 Rp)

Rumah Tangga

R1 27.847 21.489,70 38.771.437 21.562.447,00

R2 207 866,20 1.382.659 1.098.484,00

R3 17 190,70 284.020 305.623,00

Total 28.071 22.546,6 40.438.116 22.966.554 Sumber: P.T. PLN (Persero) Cabang Mojokerto

4.3. Respon

Kebijakan Lingkungan Hidup Kota Mojokerto

1. Sumber bergerak

Langit Biru adalah salah satu Program Kementrian Lingkungan Hidup yang

bertujuan untuk mewujudkan udara bersih yang memenuhi standart kesehatan.

Dalam program ini KLH mengembangkan sistem penataan pengendalian pencemaran

udara, khususnya dan emisi sumber bergerak. Salah satu upayanya adalah

menghapuskan senyawa timbal dalam bensin yang telah dimulai sejak Tahun 1996.

Pada Tanggal 29 Mei 2005 yang lalu, KLH bersama para pemangku kepentingan

mencanangkan "Tahun Indonesia Bebas Timbal" atau ”The Year Free Leaded

Gasoline 2005". Pencanangan ini dimaksudkan untuk merealisasikan program

penghapusan bensin bertimbal di seluruh Indonesia yang selama ini tertunda.

Salah satu komponen penting dalam Program Langit Biru adalah partisipasi

dalam pengendalian emisi kendaraan bermotor. Masyarakat diharapkan melakukan

pemeriksaan dan perawatan kendaraan bermotornya secara rutin untuk masyarakat

memastikan emisinya memenuhi baku mutu. Sebagai instrument penunjang Program

Langit Biru, Menteri Lingkungan Hidup telah menetapkan Ambang Batas Emisi Gas

Buang Kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi (Current Production) melalui

keputusan Nomor 141 Tahun 2003. Ambang Batas ini mengacu pada standart emisi

Page 58: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-15

kendaraan EURO - II yang mensyaratkan tiadanya kandungan timbal dan sulfur di

bawah 500 ppm pada bensin dan verifikasi emisi baku pada kendaraan tipe baru.

Untuk mendukung program-program tersebut diatas langkah kebijakan yang

diambil oleh Pemerintah Kota Mojokerto dalam pengelolaan kualitas udara dari

sumber bergerak, baik untuk pengelolaan kualitas udara emisi maupun pengelolaan

kualitas udara ambien, diantaranya adalah

a. Pengendalian sumber pencemar langsung dari sumbernya

b. Pelaksanaan uji emisi kendaraan bermotor

c. Penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan

d. Pengembangan teknologi

e. Pemberdayaan masyarakat

f. Pengembangan manajemen transportasi

g. Pengembangan perangkat peraturan

h. Mewujudkan Ruang Terbuka Hijau (RTH), keteduhan dan keasrian kota

i. Peningkatan RTH melalui gerakan penanaman atau penghijauan kota secara

partisipatif

j. Menetapkan indeks dan baku mutu lingkungan

k. Melaksanakan upaya pencegahan, pengendalian dan pemulihan pencemaran

lingkungan secara profesional dan terpadu dengan didukung informasi yang

valid dan reliabel kepada masyarakat

l. Mengembangkan dan memanfaatkan ruang terbuka hijau secara konsisten dan

efektif sesuai dengan fungsinya serta dinamika kehidupan masyarakat

m. Meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat akan pentingnya ruang

terbuka hijau bagi keseimbangan ekosistem

n. Meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan taman-taman kota secara tepat

dan baik

o. Mempertimbangkan faktor lingkungan dalam pengembangan teknologi industri

dan transportasi

p. Terwujudnya penyempurnaan penataan dan pengembangan Ruang Terbuka

Hijau sebagai upaya untuk meningkatkan penghijauan kota

q. Terkendalinya dampak lingkungan akibat pencemaran lingkungan dan

pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya

alam yang berlebihan serta memberi dukungan terhadap kegiatan transportasi

yang ramah lingkungan

Page 59: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-16

Gambar 4. 2. Kegiatan Sampling Udara Ambien

2. Sumber tidak bergerak

Dalam rangka untuk mengendalikan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak

yang dominan dan berpotensi menimbulkan pencemaran udara seperti dari industri skala

besar/menengah dan kecil di Kota Mojokerto dilakukan beberapa upaya kebijakan,

diantaranya adalah

a. Pentaatan peraturan perundang-undangan, dimana industri yang mengeluarkan emisi

gas buang ke udara harus memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Kep-13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak, seperti

industri yang mempunyai potensi besar dalam pencemaran udara, industri dengan

kapasitas produksi yang besar dan industri yang berlokasi di daerah yang sensitif,

seperti dekat daerah permukiman, sekolah, fasilitas umum, dan lain-lainl.

b. Peningkatan peran serta industri untuk mentaati baku mutu emisi

c. Relokasi industri (industri pencemar udara) ke kawasan industri atau zone industri

d. Pengembangan baku mutu industri lainnya

e. Pemenuhan aspek-aspek pendukung (baku mutu emisi beberapa jenis

industri, pemantauan, penyusunan dan penetapan pedoman-pedoman teknis

dan peran serta masyarakat)

f. Program PROPER yang telah dilaksanakan sangat mendukung dalam

rangka pengendalian pencemaran udara untuk itu dalam pelaksanaannya perlu ada

pengawasan terhadap keberlanjutan pelaksanaan program.

Page 60: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-17

g. Pengelolaan sampah dengan sistem ramah lingkungan, seperti dengan

pemilahan jenis sampah, Incenerator, komposting dan lain-lain, serta Perda

mengenai sampah

h. Peningkatan pengawasan dampak lingkungan

3. Kebijakan Perlindungan Atmosfer

a. Kebijakan Perubahan Iklim

Sebagai wujud nyata komitmen Indonesia berkaitan dengan isu

perubahan iklim, Tahun 1994 Indonesia meratifikasi UNFCCC (United Nations

Framework Convention on Climate Change). Indonesia telah merencanakan

meratifikasi Protokol Kyoto awal Tahun 2004 yang lalu. Keuntungan yang bisa

dimanfaatkan Indonesia jika meratifikasi Protokol Kyoto adalah mendapatkan

manfaat dari proyek Clean Development Mechanism (CDM).

CDM adalah salah satu mekanisme kerja sama penurunan emisi yang

tercantum dalam Protokol Kyoto dan CDM merupakan satu-satunya

mekanisme kerja sama penurunan emisi gas rumah kaca yang dapat dilakukan

antara negara maju (Annex l) dan negara berkembang (non Annex 1). Tujuan

utama CDM adalah membantu negara maju (industri) untuk memenuhi sebagian

kewajibannya menurunkan Greenhouse Gases (GHGs) atau Gas Rumah Kaca

(GRK) sebesar ± 5,2% di bawah tingkat emisinya pads tahun 1990 dan untuk

membantu negara berkembang melaksanakan pembangunan berkelanjutan.

Proyek CDM yang dilakukan di Indonesia harus sejalan dan

mendukung strategi pembangunan berkelanjutan untuk kepentingan masyarakat

setempat. Proyek CDM harus konsisten dengan Konvensi Keanekaragaman

Hayati dan konvensi PBB lainnya yang mencakup masalah lingkungan,

pembangunan berkelanjutan, hak asasi manusia, serta perjanjian Organisasi Buruh

Internasional (ILO).

Untuk menunjang pelaksanaan proyek CDM di waktu mendatang,

KLH RI telah selesai membuat Studi Strategi Nasional (National Strategi Study -

NSS), baik dari sektor energi maupun kehutanan. Studi ini menghasilkan suatu

analisis yang bersifat komprehensif tentang strategi dan pilihan yang paling

optimal dalam pelaksanaan penurunan emisi GRK dari kedua sektor tersebut di

atas. Hasil analisis dari NSS tersebut dapat digunakan sebagai bahan masukan

bagi instansi terkait dalam menyusun strategi dan kebijakan untuk mengambil

keputusan yang paling optimal dan bersifat menguntungkan bagi semua pihak

sebagai dampak positif dari proyek CDM.

Pemerintah saat ini perlu menyusun modalitiesnya seperti kelembagaan

yang siap dengan kewenangannya, petunjuk aturan pelaksanaan, hukum-hukum

yang melandasinya, peraturan-peraturan, penyediaan data dasar (baseline data)

baik sektor energi maupun kehutanan, serta kebijakan nasional pemerintah

Page 61: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-18

Indonesia dalam pemberlakuan proyek CDM namun terutama berkaitan dengan

masih adanya peraturan yang tumpang tindih, kewenangan antara pemerintah

pusat dan daerah serta antarsektor terkait hal ini dapat menghambat pelaksanaan

proyek CDM tersebut. Selain itu untuk pelaksanaan CDM perlu adanya kriteria dan

indikator yang ditentukan oleh Indonesia sesuai dengan kepentingan untuk

pencapaian pembangunan berkelanjutan.

Indonesia telah membentuk Komisi Nasional Perubahan Iklim. Komnas

tersebut merupakan revitalisasi dari Komite Nasional Iklim dan Lingkungan yang

telah dibentuk pada tahun 1992. Komnas ini bertugas membantu dan

bertanggung jawab kepada presiden dalam mempersiapkan dan menyusun

strategi dan kebijakan nasional mengenai perubahan iklim.

b. Kebijakan Terhadap Deposisi Asam

Walaupun telah terjadi indikasi hujan asam pada beberapa lokasi

pemantauan penanganan masalah deposisi asam di Indonesia, saat ini belum

menjadi prioritas. Kegiatan yang dilakukan adalah pemantauan, tukar menukar

informasi dalam jaringan pemantauan di tingkat nasional dan regional, dan

melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat. Pemantauan dilakukan

dengan peralatan yang ada dan masih belum memenuhi standar untuk pemantauan

deposisi asam.

Untuk melakukan pemantauan yang efisien dan efektif pemerintah

membentuk jaringan pemantauan deposisi asam, yang anggotanya terdiri

lembaga Kantor Kementrian lingkungan Hidup dan instansi/lembaga penelitian

yang berkaitan dengan lingkungan hidup lainnya.

Deposisi asam yang diakibatkan oleh emisi industri maupun transportasi,

merupakan ancaman bagi keanekaragaman hayati, keindahan bangunan,

kerusakan ekosistem tanaman pangan, tanah, sungai serta danau. Untuk

mengatasi persoalan yang terjadi maka perlu dibentuk suatu kerjasama yang

baik di antara instansi pemerintah, serta peran serta masyarakat dalam mencegah

makin memburuknya kualitas lingkungan.

c. Kebijakan Perlindungan Lapisan Ozon di Indonesia

Pada tahun 1992 Pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan untuk

berpartisipasi dalam program perlindungan lapisan ozon dengan meratifikasi

Konvensi Wina, Protokol Montreal dan Amandemen London melalui Keppres

No. 23 Tahun 1992. Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi dan

protokol perlindungan lapisan ozon, Indonesia mempunyai kewajiban

mengembangkan program perlindungan lapisan ozon di tingkat nasional serta

melaksanakan upaya penghapusan BPO (Bahan Perusak Ozon) secara bertahap

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pelaksanaan Kepres No. 23 Tahun 1992 kemudian ditindaklanjuti dengan

dikeluarkannya beberapa keputusan departemen teknis terkait seperti Menteri

Page 62: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB IV. UDARA

IV-19

Perindustrian dan Perdagangan dan Menteri Pertanian. Sejalan dengan

perkembangan yang terjadi di tingkat Internasional, dengan dikeluarkannya

Amandemen Kopenhagen pada tahun 1992 mengenai pengaturan Methyl

Bromida, Pemerintah Indonesia kemudian menetapkan Keputusan Presiden No. 92

Tahun 1998 untuk meratifikasi amandemen tersebut.

Program Perlindungan Lapisan Ozon di Indonesia dilaksanakan

berdasarkan strategi umum sebagai berikut:

Peningkatan kesadaran seluruh pihak terkait mengenai bahan perusak ozon

Peningkatan kemampuan institusi balk pusat maupun daerah tentang

pemahaman bahan-bahan perusak ozon, serta peningkatan kapasitas SDM

Transfer teknologi dan penguasaan teknologi baru yang terkait dengan

penggantian bahan-bahan perusak ozon

Pengembangan sistem insentif bagi perusahaan yang dengan sukarela

melakukan penggantian bahan - bahan yang merusak lapisan ozon, serta

disinsentif bagi industri yang masih menggunakan BPO pada proses

produksinya.

Penghapusan BPO di Indonesia dilaksanakan secara bertahap dengan

mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan serta menjaga agar

tahapan penghapusan BPO tidak memberikan implikasi negatif terhadap

pengembangan industri nasional. Pelaksanaan program tersebut mendapat

dukungan hibah Multi Lateral Fund (MLF) Protokol Montreal karena Indonesia

dikategorikan sebagai negara Artikel 5 dengan tingkat konsumsi BPO lebih

kecil dan 0.3 kg/perkapita/tahun yang layak untuk memperoleh bantuan.

Page 63: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB V. LAHAN DAN HUTAN

V - 20

BAB V LAHAN DAN HUTAN

5.1. Status Lahan dan Hutan Kota

Pertambahan penduduk dalam suatu wilayah perkotaan terjadi sebagai akibat dari laju

urbanisasi dan industrialisasi. Dimana pada gilirannya akan mengakibatkan pertumbuhan kota

yang akan selalu diikuti oleh peningkatan kebutuhan ruang bagi kegiatan penduduk. Persediaan

lahan yang semakin terbatas menyebabkan kenaikan harga lahan tidak terhidarkan lagi dan

lahan telah menjadi suatu komoditi yang nilainya ditentukan oleh kekuatan pasar.

Kota sebagai perwujudan geografis akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke

waktu. Dalam perkembangan suatu kota akan dipengaruhi oleh banyak faktor, yang antara lain

faktor penduduk (demografis) dan aspek-aspek lainnya. Kebutuhan akan ruang di daerah

perkotaan tidak akan lepas dari suatu sistem utama sebagai pembentuk keruangan kota.

Kota Mojokerto merupakan kota kecil dengan luas wilayah ± 16 46,7 Ha yang hanya

terdiri dari 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Prajurit Kulon seluas 776,3 Ha dan

Kecamatan Magersari seluas 870,4 Ha, dimana Kecamatan Prajurit Kulon terdiri dari 8

Kelurahan, 33 Dusun, 70 Rukun Warga dan 280 Rukun Tetangga sedangkan Kecamatan

Magersari terdiri dari 10 Kelurahan, 37 Dusun, 106 Rukun Warga dan 375 Rukun Tetangga.

Pemanfataan lahan di Kota Mojokerto dibagi beberapa penggunaan lahan, diantaranya

adalah sawah, tegalan atau tanah kering, bangunan dan lainnya disajikan pada Tabel 5 .1.

Tabel 5.1. Luas wilayah menurut penggunaan lahan per Kecamatan/Kelurahan 2007-2008.

Kecamatan/

Kelurahan

Tanah Sawah (ha)

Tanah Kering (ha)

Bangunan (ha)

Lainnya (ha)

Jumlah (ha)

2007 2008 2007 2008 2007 2008 2007 2008 2007 2008 Prajurit Kulon Surodinawan Kranggan Miji Prajurit Kulon Blooto Mentikan Kauman Pulorejo Magersari Meri Gunung Gedangan Kedundung Balongsari Jagalan Sentanan Purwotengah Gedongan Magersari Wates

250,95 42,00

5,00 0,00

40,00 97,95

0,00 0,00

66,00

382,87 103,78

97,79 116,00

55,30 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

10,00

250,95 42,00

5,00 0,00

40,00 97,95

0,00 0,00

66,00

382,87 103,78

97,79 116,00

55,30 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

10,00

156,07 58,89

0,00 0,00

12,65 41,18

0,00 0,00

43,35

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

156,07 58,89

0,00 0,00

12,65 41,18

0,00 0,00

43,35

0,20 0,00 0,00 0,15 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

328,42 37,05 79,78 35,85 46,06 57,75 16,04 16,42 39,49

444,96

56,74 68,49 96,68 27,06 12,28 12,57 13,37 12,22 30,28

115,37

329,32 37,05 79,78 35,83 46,96 57,75 16,04 16,42 39,49

444,91

56,74 68,49 96,68 27,01 12,28 12,57 13,27 12,22 30,28

115,37

39,38 4,72 8,98 3,77 3,30 3,29 2,86 2,21

10,25

42,49 4,32 3,98

16,09 0,55 4,27 1,28 0,20 2,46 4,61 6,73

39,28 4,69 8,98 3,77 3,27 3,29 2,86 2,21

10,21

42,49 4,32 3,98

15,94 0,50 4,27 1,28 0,20 2,46 2,61 6,73

774,82 142,66

93,76 39,60

102,01 200,17

18,90 18,63

159,09

870,32 164,84 170,26 228,77

82,91 16,55 13,85 13,47 14,68 32,89

132,10

775,62 142,63

93,76 39,60

102,88 200,17

18,90 18,63

159,05

870,27 164,84 170,26 228,77

82,86 16,55 13,85 13,47 14,68 32,89

132,10

Total 633,82 633,82 156,07 156,27 773,38 774,23 81,87 81,57 1.645,14 1.645,89

Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2009

Page 64: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB V. LAHAN DAN HUTAN

V - 21

Berdasarkan data pada Tabel 5.1. terdapat penambahan luas wilayah yang digunakan

sebagai lahan terbangun yaitu seluas 0,85 ha dengan penambahan yang nyata pada Kelurahan

Prajurit Kulon. Hal ini sesuai dengan perencanaan kota dalam dokumen Rencana Teknik Ruang

Kota Mojokerto tahun 2002-2012 dimana lahan tersebut direncanakan untuk fungsi perumahan,

perdagangan, industri kecil skala rumah tangga, fasilitas pendidikan dan fasilitas umum.

Kelurahan yang paling luas di Kota Mojokerto adalah Kedundung (228,77 Ha) dan yang paling

kecil adalah Purwotengah (13,47 Ha). Lahan pertanian sawah yang paling luas di Kelurahan

Kedundung (116 Ha). Berdasarkan data BPS dalam Laporan Eksekutif Potensi Desa Kota

Mojokerto tahun 2008 dinyatakan bahwa dibanding tahun 2003 luas lahan sawah di Kota

Mojokerto saat ini menyusut sekitar 158,1 Ha atau berkurang 31,62 Ha tiap tahun, yang

diakibatkan oleh konversi lahan pertanian menjadi perumahan dan industri. Data mengenai

luasan lahan terutama masih digunakan untuk tujuan memberikan informasi tingkat kerawanan

pangan dan penggunaan lahan untuk kesejahteraan rakyat, data mengenai luasan lahan kritis

belum tersedia.

Gambar 5.1. Hutan Kota & Taman Bermain Kota Mojokerto

Page 65: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB V. LAHAN DAN HUTAN

V - 22

Pemerintah Kota Mojokerto telah mengupayakan adanya Hutan Kota sebagai

pengembangan kawasan hijau kota yang dikelola oleh Dinas Pertanian Kota Mojokerto. Selain

berfungsi sebagai pengembangan kawasan hijau area ini juga difungsikan sebagai arena

bermain anak-anak. Namun data mengenai luasan lahan berhutan belum tersedia.

5.2 Tekanan

Peran strategis Kota Mojokerto sebagai penyangga pertumbuhan Industri Kota

Surabaya menarik minat para migran untuk bertempat tinggal di Kota Mojokerto. Posisi Kota

Mojokerto yang tidak terlalu jauh dari Kota Surabaya memungkinkan para pekerja ulang-alik.

Sehingga kota Mojokerto berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan perumahan.

Sesuai dengan perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Mojokerto dalam

dokumen Rencana Teknik Ruang Kota Mojokerto tahun 2002-2012, wilayah yang akan

dikembangkan meliputi 3 wilayah kelurahan, yaitu wilayah Kelurahan Surodinawan, sebagian

wilayah Kelurahan Blooto, dan sebagian wilayah Kelurahan Prajurit Kulon. Ketiga wilayah ini

akan dikembangkan sebagai kawasan pengembangan perumahan, fasilitas umum, perkantoran

dan ruang terbuka hijau. Bila ditilik dari kondisi kawasan hijaunya, masih menunjukkan adanya

ketidakselarasan dengan kondisi lainnya. Pada kawasan pengembangan ini ada hal yang perlu

diperhatikan karena adanya area yang memiliki kawasan sempadan sungai dan rel kereta api.

Dalam dokumen Rencana Teknik Ruang Kota Mojokerto BWK B Unit Lingkungan B3,

area sepanjang DAS kali Brangkal telah dipenuhi dengan fungsi peruntukan perumahan.

Dengan demikian maka fungsi ruang terbuka hijau terganggu dengan aktivitas permukiman.

5.3 Respon

Upaya untuk mewujudkan kawasan hijau, Pemerintah Kota Mojokerto melakukan upaya

yang terintegrasi dengan melibatkan beberapa dinas di lingkungan Pemerintah Kota Mojokerto.

Pemerintah Kota Mojokerto melalui Dinas Pertanian melakukan beberapa kegiatan yang

bertujuan untuk menghijaukan Kota Mojokerto pada kurun waktu 2004-2007, antara lain adalah :

a. Penghijauan Kota dan Pemeliharaan Hutan Kota tahun 2004 dengan melibatkan 18

kelompok tani di setiap kelurahan untuk menanam bibit pohon trembesi, mahoni, glodokan,

sawo, mangga dan melinjo.

b. Pengkayaan Hutan Rakyat dan Pemeliharaan Hutan Kota pada tahun 2005 dengan

melibatkan 11 kelompok tani di Kelurahan Meri, Gunung Gedangan, Kedundung, Magersari,

Pulorejo, Kauman, Surodinawan, Prajurit Kulon, Blooto, Miji, dan Kranggan untuk menanam

bibit pohon mahoni, glodokan, jati dan rambutan.

c. Pemeliharaan Penghijauan Kota tahun 2006 dengan melibatkan 18 kelompok tani di setiap

kelurahan untuk menanam bibit pohon mahoni, trembesi, melinjo dan mangga. Selain itu

juga terdapat kegiatan Penghijauan Lingkungan dengan melibatkan organisasi masyarakat

Page 66: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB V. LAHAN DAN HUTAN

V - 23

NU Muslimat untuk menanam bibit pohon glodokan dan rambutan.

d. Penghijauan Lingkungan tahun 2007 dengan melibatkan 5 sekolah dan 1 kwarcab Pramuka

Kota Mojokerto untuk menaman bibit pohon mangga dan rambutan.

Dalam hal perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Mojokerto dalam

dokumen Rencana Teknik Ruang BWK B Unit Lingkungan B3 tahun 2002-2012 telah

diantisipasi dengan perencanaan untuk menjaga kawasan konservasi yaitu sepanjang sungai,

sepanjang rel kereta api dan sempadan jalan. Pengelompokan kawasan hijau yang akan

dikembangkan, diatur sebagai berikut:

- kawasan hijau sebagai tempat olah raga dan rekreasi

- kawasan hijau sebagai kawasan konservasi lahan kritis yang tidak boleh dibangun

- kawasan hijau sebagai taman kota

- kawasan hijau sebagai kawasan cadangan

Berdasarkan rencana pengembangan Unit Lingkungan B3 Kota Mojokerto maka kawasan yang

perlu dikembangkan adalah:

- ruang terbuka hijau sekeliling perumahan Surodinawan Estate dengan fungsi sebagai

pemersatu tingkat kepadatan yang berbeda antara lingkungan perumahan (kepadatan

tinggi) dan lingkungan kampung (kepadatan rendah).

- ruang terbuka hijau sempadan sungai dan jalur jalan sebagai jalur inspeksi dan

perawatan sungai.

- ruang terbuka hijau sempadan jalan kereta api.

Selain itu Pemerintah Kota Mojokerto juga bersikap tegas dengan jalan membebaskan kawasan

perumahan yang berada di sempadan sungai dan jalan kereta api tersebut secara bertahap,

yaitu digunakan konsep insentif dan disinsentif. Konsep insentif artinya memberikan banyak

fasilitas dan kemudahan jika masyarakat mau dengan suka rela pindah ke lokasi lain. Akan

tetapi justru memberikan berbagai sanksi dan hambatan (disinsentif) kepada warga yang tetap

bersikeras di lokasi konservasi.

Selain itu untuk menjaga kelestarian sungai maka ditetapkan konsep bahwa sungai

bukan merupakan daerah belakang, sehingga fasade bangunan dimungkinkan menghadap ke

arah sungai. Dengan demikian maka antara kelompok bangunan permukiman dengan badan

sungai dapat dibuat jalan inspeksi untuk menjaga eksistensi sungai Brangkal dari gangguan

akibat adanya aktivitas permukiman kampung di sekitarnya.

Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto juga melakukan kegiatan penghijauan kota

dengan menanam ± 9.600 bibit pohon pada tahun 2006, ± 2.400 bibit pohon pada tahun 2007,

dan ± 500 bibit pohon pada tahun 2008.

Pemerintah Kota Mojokerto mengikutsertakan masyarakat dalam usaha meningkatkan

kawasan hijau dengan melibatkan sekolah hal ini sejalan dengan program pemerintah yang

dicanangkan yaitu Program Adiwiyata. Pada tahun 2005 Kementerian Negara Lingkungan Hidup

Page 67: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB V. LAHAN DAN HUTAN

V - 24

(KNLH) bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional menelurkan suatu program yang

bermaksud membentuk masyarakat sekolah yang pro lingkungan. Program tersebut dinamakan

Adiwiyata, dimana arti harafiahnya adalah “tempat yang baik dan ideal untuk memperoleh

berbagai ilmu pengetahuan, norma, dan etika, yang dapat menjadi dasar manusia menuju

terciptanya kesejahteraan hidup manusia dan cita-cita pembangunan berkelanjutan”. Untuk

pertama kalinya KNLH memiliki program dan kegiatan pendidikan lingkungan dengan

penerapannya langsung di lembaga pendidikan formal mencakup sekolah dasar hingga

menengah atas. Prinsip-prinsip dasar dalam Program Adiwiyata adalah partisipatif dan

berkelanjutan. Partisipatif dalam arti, komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah

meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai tanggung jawab

dan perannya. Sementara berkelanjutan berarti seluruh kegiatan harus dilakukan secara

terencana, komprehensif, dan terus menerus.

Gambar 5.2. Penghijauan di lingkungan sekolah di Kota Mojokerto

Pengelolaan sumber daya alam harus selalu dikelola secara berkesinambungan untuk

menjamin keberlangsungan pembangunan nasional. Program konservasi sumber daya alam

salah satu tujuannya bertujuan untuk menjamin kualitas ekosistem agar fungsinya sebagai

penyangga sistem kehidupan dapat terjaga dengan baik. Program pemerintah yang berkaitan

dengan permasalahan tersebut diantaranya adalah Program Menuju Indonesia Hijau. Pada

peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia pada tanggal 12 Juni 2006 Kementerian Lingkungan

Hidup mencanangkan Program Menuju Indonesia Hijau (MIH) yang bertujuan untuk

melaksanakan pengawasan kinerja pemerintah kabupaten dalam penaatan peraturan

perundang-undangan di bidang konservasi sumber daya alam dan pengendalian kerusakan

lingkungan. Melalui Program MIH pemerintah kabupaten didorong untuk meningkatkan

konservasi lingkungan dan mengendalikan kerusakan lingkungan melalui sistem insentif dan

Page 68: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB V. LAHAN DAN HUTAN

V - 25

disinsentif dan membuka peran masyarakat dalam pelestarian lingkungan.

Indikator dari program ini adalah tersedianya pedoman pengendalian kerusakan

lingkungan, pengawasan, sistem penilaian dan kriteria, pedoman pemantauan dan evaluasi,

database dan citra satelit. Indikator lain dari kegiatan ini adalah terselanggaranya pemantauan

dan verifikasi lapangan untuk pemetaan kondisi permasalahan lingkungan dan pembinaan

dalam perumusan kebijakan/program sesuai kebutuhan setempat. Indikator yang tidak kalah

penting bagi kegiatan ini adalah penilaian kinerja dalam pelaksanaan konservasi,

penanggulangan dan pemilihan kerusakan lingkungan.

Untuk merealisasikan program ini, berbagai upaya yang mengarah terwujudnya

Indonesia Hijau telah dilakukan, di antaranya adalah: (i) meningkatkan kapasitas sumber daya

manusia dan kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan secara terpadu, baik di tingkat pusat

maupun di daerah, (ii) mengembangluaskan penerapan pengelolaan lingkungan melalui

pengembangan lokasi dan bantuan teknis bagi penerapan program di daerah, bertumpu pada

komitmen dan kerja sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, (iii) mendorong

diterapkannya secara konsisten prinsip, metodologi dan prosedur pengelolaan lingkungan

secara terpadu dan ketataprajaan lingkungan yang baik (good environmental governance)

dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya serta pembangunan berkelanjutan dengan

memperhatikan keseimbangan antara pencapaian tujuan ekologis, ekonomis dan sosial, dan (iv)

mengembangkan dan mendorong pelaksanaan program aksi di tingkat nasional dan daerah di

bidang konservasi sumber daya alam dan pengendalian kerusakan lingkungan.

Adapun cakupan program Menuju Indonesia Hijau meliputi: pengendalian kerusakan

hutan dan lahan, pengelolaan kualitas dan kuantitas sumber daya air, pengendalian kerusakan

pesisir dan laut, pengelolaan keanekaragaman hayati, pengendalian sumber penyebab

kerusakan atmosfer, dan konservasi energi dan penggunaan energi alternatif. Di dalam

pelaksanaan program, strategi yang diterapkan adalah: (i) pemantauan, disertai dengan upaya

memfasilitasi dan memperkuat data dasar, (ii) pengawasan dan evaluasi melalui penilaian

kinerja pemerintah kabupaten/kota dalam konservasi sumber dan pengendalian kerusakan

lingkungan, (iii) publikasi hasil kinerja pemerintah kabupaten/kota, (iv) pemberian insentif dan

disinsentif sesuai dengan kinerjanya, (v) review dalam rangka penyelarasan kebijakan, dan (vi)

mendorong peningkatan pendapatan alternatif masyarakat dikaitkan dengan konservasi sumber

daya alam dan pengendalian kerusakan lingkungan.

Page 69: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VI. KEANEKARAGAMAN HAYATI

VI-1

BAB VI KEANEKARAGAMAN HAYATI

“BIODIVERSITAS” atau Keanekaragaman Hayati, adalah keanekaragaman di antara

makhluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik

lain serta kompleks-kompleks ekologis yang merupakan bagian dari keanekaragamannya;

mencakup keanekaragaman di dalam spesies, di antara spesies, dan ekosistem”.

Keanekaragaman hidup di bumi, mencakup jutaan spesies tumbuhan, hewan, dan

mikroorganisme; materi genetik yang dikandungnya; serta ekosistem yang dibangun sehingga

menjadi sebuah lingkungan hidup”.

6.1. Status

6.1.1. Keanekaragaman ekosistem

Potensi sumberdaya hayati di wilayah Kota Mojokerto yang letak wilayahnya hanya 2

(dua) kecamatan saat ini dipastikan memiliki keanekaragaman hayati yang tidak sedikit dan

sudah dimanfaatkan masyarakat Kota Mojokerto. Dengan luas wilayah ± 16,46 km2,

tentunya akan memberikan pengaruh terhadap ketersediaan keragaman jenis flora dan fauna.

Adanya potensi keragaman hayati yang dimiliki Kota Mojokerto merupakan sumberdaya

penting untuk dijadikan modal dasar dalam pengembangan berbagai keperluan, terutama

sebagai sumber plasma nutfah serta sebagai suatu komponen dari sistem penyangga

kehidupan, selain itu juga dapat dijadikan sebagai sumber yang mempunyai nilai ekonomi.

Menurut sumber data dari Dinas Pertanian Kota Mojokerto tentang potensi

keanekaragaman hayati, terdapat beberapa species tumbuhan, diantaranya algae, jamur,

bunga dan tanaman merambat, serta species fauna diantaranya jenis burung, amphibi, reptil, mamalia, kupu-

kupu dan jenis ikan air tawar.

Gambar 6.1. Potensi Sumberdaya Hayati

Kecenderungan semakin berkurangnya keragaman hayati sebenarnya mulai nampak

Page 70: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VI. KEANEKARAGAMAN HAYATI

VI-2

dengan indikator bahwa jenis tertentu yang dahulu merupakan jenis fauna dan flora yang

dikenal dan dijumpai oleh masyarakat sudah mulai jarang ditemui di Kota Mojokerto, begitu

pula lunturnya buah dan tanaman lokal akibat impor jenis flora dan fauna dari luar wilayah/luar

negeri, seperti buah impor maupun jenis hewan yang merupakan identitas Kota Mojokerto. Tetapi

dengan adanya budaya kecintaan masyarakat setempat akan buah lokal yang merupakan

identitas Kota Mojokerto, Buah Sawo Kecik tetap menjadi produk buah lokal ataupun jenis

buah identitas Kota Mojokerto, sedangkan tanaman identitas berupa Tanaman Sawo Kecik

dan Mojo serta identitas Kota Mojokerto adalah Ayam Bekisar dan Burung Kenari

6.1.2. Keanekaragaman spesies dan genetik

6.1.2.1. Daratan

Keanekaragaman hayati yang terdapat di daratan terdiri dari bermacam-macam

tumbuhan dan satwa. Semakin beranekaragam jenis tumbuhan dan satwa maka potensi sumber

daya alam di wilayah tersebut semakin tinggi.dan dapat memberikan keuntungan bagi manusia

untuk mencukupi segala kebutuhannya.

6.1.2.1.1. Tumbuhan

Jenis tanaman buah-buahan yang terdapat di Kota Mojokerto sangat bervariasi dan

apabila dilihat dari jumlahnya sebagian besar selalu meningkat setiap tahunnya. Jumlah tanaman

buah-buahan yang terbanyak pada tahun 2008 adalah Mangga sebanyak 17.410 pohon, Sawo

sebanyak 11.022 pohon, dan pisang sebanyak 10.660 pohon. Sampai saat ini di Kota Mojokerto

tidak dijumpai jenis tanaman buah duku dan manggis. Hal tersebut dikarenakan jenis tanah yang

kurang sesuai sehingga tanaman buah tersebut sulit untuk dapat tumbuh dengan baik. Distribusi

Jenis dan jumlah tanaman buah di Kota Mojokerto dapat dijumpai pada tabel 6.1.

Page 71: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VI. KEANEKARAGAMAN HAYATI

VI-3

Tabel 6.1 Banyaknya Tanaman Buah-buahan Menurut Jenisnya di Kota Mojokerto Tahun 2006, 2007, dan 2008

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Mojokerto

6.1.2.1.2. Satwa

Populasi ternak besar maupun kecil di Kota Mojokerto yang terdiri dari sapi potong, sapi

perah, kerbau, kambing, domba, itik, ayam ras dan ayam buras pada tahun 2007 berturut-turut

sebesar 175, 25, 42, 908, 995, 3.430, 4.450 dan sebesar 16.555 ekor. Dibandingkan dengan

tahun sebelumnya produksi telur mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 25,14

persen, menjadi sebesar 24.958 kg. Sedangkan tahun 2006 produksi telur ayam dan itik adalah

19.943 kg (Tabel 6.2). Melihat jumlah pemotongan ternak, pada tahun 2007 jumlah ternak sapi

dan babi yang dipotong mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, begitu pula

pemotongan kambing dan domba juga meningkat. Pemotongan sapi sebanyak 7.970 ekor;

pemotongan kambing 3.594 ekor; domba sebesar 3.605 ekor dan babi 1.815 ekor.

Jenis Tanaman Buah

Tahun

2006 2007 2008

01. Alpukat/ Avocado 82 82 67

02. Belimbing/ Starfruits 7 370 7 450 8610

03. Duku/ Duku - - -

04. Durian/ Durian 600 700 700

05. Jambu Air/ Rose Apple 1 570 1 538 1503

06. Jambu Biji/ Guava 2 102 2 067 2012

07. Jeruk/ Orange 275 275 267

08. Mangga/ Mango 5 259 17 414 17410

09. Manggis/ Mangosteen - - -

10. Nangka/ Jackfruit 400 410 410

11. Nanas/ Pineapple 10 10 -

12. Pepaya/ Papaya 181 1 819 1654

13. Pisang/ Banana 10 965 10 688 10660

14. Rambutan/ Rambutan 710 783 833

15. Salak/ Salacia palm 35 25 25

16. Sawo/ Chiku 11 522 11 222 11022

17. Sirsak/ Soursop 115 125 120

18. Sukun/ bread tree 16 16 16

19. Melinjo/ Belinjo 1 796 1 066 916

20. Petai/ Petai - - -

Page 72: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VI. KEANEKARAGAMAN HAYATI

VI-4

Tabel 6.2 Banyaknya Ternak dan Unggas Menurut Jenisnya di Kota Mojokerto Tahun 2006, 2007, dan 2008

Jenis Ternak dan Unggas Tahun

2006 2007 2008

01. Sapi/ Cow 141 175 197

02. Sapi Perah/ Dairy Cow 27 25 23

03. Kerbau/ Buffalo 44 42 38

04. Kambing/ Goat 977 908 1441

05. Domba/ Sheep 1 192 995 735

06. Babi/ Pig - - -

07. Itik/ Duck 3 830 3 430 3425

08. Ayam Ras/ Hen 2 550 4450 2300

09. Ayam Buras/ Domestic Hen 18 880 16 555 14654 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Mojokerto

6.1.2.2. Perairan

6.1.2.2.1. Tumbuhan

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, hingga saat ini belum

dilakukan pendataan mengenai potensi sumber daya alam untuk jenis tumbuhan air, hal tersebut

dikarenakan jumlah dan jenis tumbuhan air di Kota Mojokerto sangat langka.

6.1.2.2.2. Satwa

Data jumlah produksi ikan yang ada di wilayah Kota Mojokerto diperoleh dari Dinas

Pertanian Tanaman Pangan. Pada tahun 2008 produksi ikan darat mengalami peningkatan

dibandingkan dari tahun 2006 dan 2007, yaitu dari 26.600 kg (tahun 2006) menjadi 33.900 kg

(tahun 2007) dan 35.134 kg.

Tabel 6.3 Banyaknya Ikan Menurut Jenisnya di Kota Mojokerto Tahun 2006, 2007, dan 2008

Jenis Ikan Tahun

2006 2007 2008

01. Ikan Mas/ Gold Fish - - -

02. Ikan Tawes 1 800 3 200 3330

03. Ikan Mujair 850 1 300 1740

04. Ikan Nila 1 150 2 600 2903

05. Ikan Lele 18 500 19 000 19000

06. Ikan Gurami 3 150 3 300 3793

07. Lainnya/ Others 1 150 4 500 4368 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Mojokerto

6.2. Tekanan

Persoalan pelestarian satwa liar yang dilindungi di Indonesia umumnya cukup kompleks,

sedangkan di Kota Mojokerto perdagangan satwa belum terjadi, perdagangan satwa bukan saja

karena habitat asal mereka semakin menyempit dan rusak, tetapi juga karena bentuk-bentuk

kejahatan eksploitasi, seperti kepemilikan, perdagangan dan penyelundupan satwa yang terus

Page 73: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VI. KEANEKARAGAMAN HAYATI

VI-5

berkembang. Hal ini mudah dilihat dalam pemberitaan mengenai berbagai kejahatan kepemilikan,

perdagangan dan penyelundupan satwa dilindungi. Kepentingan ekonomi selalu menjadi alasan untuk

mengeksploitasi satwa liar, walaupun sejauh ini belum ada dampak nyata bagi kesejahteraan rakyat.

Satwa-satwa itu semakin berkurang jumlahnya karena diperdagangkan, dipelihara, dikonsumsi dan

diburu. Strategi komprehensif diharapkan dapat dilaksanakan secara bertahap untuk menyelesaikan

permasalahan perdagangan satwa ini.

Penurunan biodiversitas dari suatu ekosistem meningkatkan kerentanannya terhadap

penyakit, dan stress lingkungan, menurunkan daya lentingnya (resilience) terhadap gangguan, dan

menurunkan produktivitas ekosistem. Pertumbuhan penduduk, pemanfaatan berlebih (Over-

hunting), pencemaran, pemanasan global dan perubahan iklim dapat mempercepat hilangnya

spesies dan ekosistem

Berbagai penyebab penurunan/tekanan terhadap keanekaragaman hayati di berbagai

ekosistem di Kota Mojokerto antara lain konversi lahan, pencemaran, eksploitasi yang berlebihan,

praktek teknologi yang merusak dan perubahan iklim. Berikut ilustrasi kerusakan keanekaragaman

hayati pada tingkat ekosistem, jenis/spesies dan genetik:

1. Kerusakan Ekosistem

2. Kepunahan Spesies

3. Penyusutan Keragaman Sumberdaya Genetik

6.3. Respon

Upaya Pengendalian

Pemerintah Kota Mojokerto sejak lama telah melakukan beberapa upaya

pengendalian dan penanggulangan kerusakan lingkungan yang dapat menyebabkan

penyusutan keanekaragaman hayati. Beberapa kebijakan telah dicanangkan terutama terkait

dengan upaya pelestarian/konservasi, seperti Mascot Identitas Flora Tumbuhan/Tanaman Kota Mojokerto

yaitu Tanaman SAWO KECIK & TANAMAN MOJO. Selain itu diupayakan pula suatu kebijakan

pemanfaatan yang mengindahkan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan serta

pembagian keuntungan/kesejahteraan yang adil dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati.

Gambar 6.2. Sawo Kecik

Page 74: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VI. KEANEKARAGAMAN HAYATI

VI-6

Sejak Tahun 1990 telah diterbitkan UU no. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang mana undang-undang ini

mengatur konservasi keanekaragaman ekosistem dan spesies, terutama di kawasan

lindung. Namun pengelolaan kawasan lindung sampai saat ini, khususnya dalam

menjamin partisipasi masyarakat, penegakan hukum dan alokasi pendanaan kurang

memadai, sehingga beberapa kawasan lindung terancam oleh kegiatan perburuan,

penangkapan ikan, penebangan dan pemungutan sumberdaya hutan illegal serta adanya konflik

dengan masyarakat lokal.

Mengingat kondisi hutan kota di Kota Mojokerto di beberapa wilayah mengalami

penurunan, hendaknya semua lembaga/instansi pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas sumberdaya hutan kota yang ada, melalui pengambilan kebijakan yang tegas untuk

tidak mengizinkan lagi adanya kegiatan konversi lahan.

Prinsip pelestarian keanekaragaman hayati yang dilakukan Pemerintah Kota Mojokerto

demi kelangsungan semua agen hayati yaitu:

1. Setiap bentuk kehidupan adalah unik dan memerlukan penghargaan dari manusia

2. Pelestarian keanekaragaman hayati adalah investasi yang menghasilkan keuntungan

penting, baik secara lokal, nasional dan global

3. Biaya dan keuntungan keanekaragaman hayati harus dibagi secara lebih adil kepada

semua penduduk

4. Sebagai bagian dari upaya yang lebih besar untuk mencapai pembangunan

berkelanjutan, pelestarian keanekaragaman hayati menuntut perubahan mendasar dalam

pola dan praktek pembangunan ekonomi

5. Peningkatan pendanaan untuk pelestarian keanekaragaman hayati perlu diimbangi

dengan pembaharuan kebijakan dan lembaga

6. Prioritas-prioritas untuk pelestarian keanekaragaman hayati berbeda-beda bila ditinjau dari

sudut pandang lokal, nasional dan global

7. Pelestarian keanekaragaman hayati hanya dapat dipertahankan jika kesadaran dan

perhatian masyarakat dan para pengambil kebijakan cukup besar

8. Tindakan untuk melestarikan keanekaragaman hayati haruslah direncanakan dan

diimplementasikan pada suatu skala yang ditetapkan berdasarkan kriteria ekologis dan

sosial

9. Keanekaragaman budaya sangat berkaitan dengan keanekaragaman hayati,

pengelolaan keanekaragaman hayati harus bertumpu pada keragaman budaya,

sebaliknya melestarikan keanekaragaman hayati seringkali membantu memperkokoh

integrasi dan nilai-nilai budaya

10. Meningkatkan partisipasi masyarakat, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia.

Semakin balk tingkat pendidikan dan informasi dalam masyarakat serta makin

Page 75: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VI. KEANEKARAGAMAN HAYATI

VI-7

besarnya tanggung jawab lembaga merupakan unsur-unsur hakiki dari pelestarian

keanekaragaman hayati.

Kebijakan nasional pengelolaan keanekaragaman hayati diarahkan pada pemanfaatan

sumberdaya hayati untuk kesejahteraan masyarakat dengan penekanan pada upaya

pelestarian untuk mendukung pemanfaatannya. Oleh karena itu pengelolaan

keanekaragaman hayati merupakan suatu peluang untuk memanfaatkan sumberdaya hayati

tersebut disamping mencegah kehilangannya yang terus berlanjut.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah menyusun suatu strategi

pengelolaan keanekaragaman hayati dan sekaligus rencana aksi yang harus

diimplementasikan secara efektif, termasuk perlindungan pengetahuan tradisional dan kearifan

masyarakat yang sejak dahulu telah memanfaatkan sumberdaya hayati. Tahun 2003

dicatat sebagai salah satu milestone perkembangan kebijakan keanekaragaman hayati di

Indonesia yaitu dengan diterbitkannya Dokumen Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati

Nasional yang lebih dikenal dengan Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP).

IBSAP merupakan acuan pelaksanaan program-program keanekaragaman hayati

nasional sampai Tahun 2020. IBSAP yang penyusunannya dikoordinasikan oleh Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), merupakan hasil kerja sama seluruh

instansi dan lembaga pemerintah terkait dan berbagai organisasi di seluruh pelosok Indonesia.

Sayangnya dokumen IBSAP tidak mengikat secara hukum agar program-programnya bisa

dilaksanakan. Demikian pula kemitraan atau partnership yang menjadi salah satu keluaran dari

pertemuan KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg, September 2002, merupakan

modal utama dalam pelaksanaan program-program yang berkaitan dengan keanekaragaman

hayati.

Pelaksanaan berbagai kegiatan pengelolaan keanekaragaman hayati perlu

melibatkan semua pemangku kepentingan terutama pemangku kepentingan yang berada di

daerah, sejalan dengan semangat UU No. 21/2004 Tentang Pengesahan Cartagena Protocol

On Biosafety To The Convention On Biological Diversity, yang memberikan kewenangan dan

tanggung jawab pada pemerintah daerah untuk mengelola lingkungan hidup, termasuk

sumberdaya alam, kecuali yang bersifat sumberdaya strategis.

1. Konservasi In-situ

Konservasi in-situ adalah upaya melindungi ekosistem atau habitat alami untuk konservasi

kekayaan keanekaragaman hayati. Penggolongan kawasan konservasi in-situ adalah

cagar alam (nature reserves), suaka margasatwa (wildlife reserves), taman nasional

(national parks), taman wisata alam (nature recreation park), taman hutan raya (grand forest

parks) dan taman buru (games reserves).

Page 76: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VI. KEANEKARAGAMAN HAYATI

VI-8

2. Konservasi Eks-situ

Konservasi sumber daya alam eks-situ (ex-situ) adalah konservasi sumberdaya alam di luar

kawasan yang pembangunannya diupayakan sesuai dengan aslinya, sehingga

memungkinkan dilakukan pengembangan dan pembinaan sumberdaya alam beserta

ekosistemnya untuk berbagai tujuan. Upaya konservasi eks-situ meliputi antara lain

kegiatan pengelolaan kebun raya, kebun binatang, taman safari, penangkaran dan

pembudidayaan. Pelestarian keragaman sumberdaya genetik, terutama untuk tanaman

pertanian dan ternak dilakukan melalui koleksi plasma nutfah yang sebagian besar

merupakan koleksi hidup. Penyusutan sumberdaya genetik atau plasma nutfah secara

kuantitatif sulit diketahui secara pasti, hal ini antara lain karena belum ada sistem

pengelolaan plasma nutfah nasional dan peraturan perundangan yang mengatur

sumberdaya genetik ini.

3. Pemanfaatan Sumberdaya Genetik, Bioteknologi dan Keamanan Hayati Pemanfatan

sumberdaya genetik sesungguhnya telah dilakukan sejak lama. Sumberdaya hayati ini

merupakan sumberdaya strategis yang pelestarian dan pemanfaatannya belum dilakukan

secara optimal walaupun program pemuliaan dan program bioteknologi modern telah

dilaksanakan di Indonesia. Ada indikasi bahwa banyak sumberdaya genetik Indonesia

yang dibawa ke luar negeri untuk dikembangkan (misalnya untuk industri makanan, obat-

obatan dan kosmetik). Lemahnya pemantauan dan belum adanya pengaturan tentang

pengelolaan sumberdaya genetik ini telah mendorong pemerintah bekerja sama dengan

beberapa organisasi non pemerintah, termasuk wakil masyarakat adat, menyusun

peraturan perundangan tentang pengelolaan sumberdaya genetik maupun peraturan lain

yang terkait. Peraturan mengenai sumberdaya genetik tetap menekankan perlunya

pengaturan pembagian keuntungan dari pemanfaatan sumberdaya genetik kepada pihak

penyedia dan pengguna dan masyarakat adat maupun masyarakat lokal yang

mempunyai pengetahuan tradisional pemanfaatan sumberdaya ini. Di samping

keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan bioteknologi modem, disadari rekayasa

genetik masih mempunyai dampak samping yang dapat mengancam upaya konservasi

dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati dan juga bagi kesehatan manusia.

Page 77: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-1

BAB VII LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Pembangunan permukiman harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan

permukiman masyarakat di perkotaan yang sehat, aman, nyaman, terjangkau serta

terpenuhinya kebutuhan prasarana dan sarana penunjang seperti transportasi, kebutuhan

air bersih, pasar, sarana ibadah, dan fasilitas umum lainnya dengan tetap mempertahankan

kondisi daya dukung lahan yang tersedia.

7.1. Status Lingkungan Permukiman

7.1.1. Pertumbuhan permukiman

a. Pola pertumbuhan dan penyebaran permukiman di wilayah perkotaan

Wilayah perencanaan berada pada kawasan pusat kota, yang sebagian besar

wilayahnya merupakan daerah pertanian. Secara umum, pola penggunaan lahan di

wilayah perencanaan terbentuk dengan pola penyebaran yang tidak merata dan

mengelompok pada area-area tertentu. Penggunaan lahan terbangun di wilayah

perencanaan masih di dominasi oleh fungsi perumahan, perdagangan, industri kecil

skala rumah tangga, fasilitas pendidikan dan fasilitas umum, sedangkan pada

kawasan daerah belum terbangun adalah dalam bentuk lahan pertanian dan tegalan

produktif. Penggunaan lahan perumahan pada wilayah perencanaan pada saat ini

berkembang secara linier (mengikuti jaringan jalan yang sudah ada), sehingga pada

daerah-daerah tertentu banyak lahan yang sebetulnya sangat potensial untuk

perumahan akan tetapi tidak dimanfaatkan serta tidak teraturnya letak daripada

perumahan itu sendiri.

b. Banyaknya rumah tangga bertempat tinggal di bantaran/ tepi sungai

Bantaran sungai adalah lahan/tanah yang berada di dekat tepi sungai, berjarak

sekitar 5-10 meter dai tepi sungai. Rumah di bantaran sungai terdapat di 7 kelurahan

di Kecamatan Prajurit Kulon dan 4 kelurahan di Kecamatan Magersari. Di Prajurit

Kulon jumlah keluarga yang mendiami rumah di bantaran sungai sebanyak 1009

keluarga, sedangkan di Magersari sebanyak 219 keluarga. Keluarga di bantaran

sungai perlu mendapat perhatian lebih saat air sungai meluap (rawan banjir).

c. Banyak Desa yang Tinggal di bawah Jaringan Listrik Tegangan Tinggi dan

Permukiman Kumuh

Jaringan listrik tegangan tinggi adalah jaringan listrik dengan tegangan lebih

dari 500 KV. Keluarga dan bangunan yang dimaksud adalah keluarga dan bangunan

yang berada di bawah jaringan dengan radius kurang dari 20 meter dari jaringan

tersebut (Permentamben No. 1. P/47/MTE/1992). Rumah di bawah jaringan listrik

tegangan tinggi terdapat di 2 kelurahan di Magersari, yaitu Kelurahan Meri dan

Gunung Gedangan. Jumlah keluarga yang tinggal di daerah suthet tersebut sebanyak

66 keluarga.

Page 78: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-2

Pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang ditandai oleh : rumah tidak

layak huni (gubuk, rumah dari bahan bekas), banyak saluran pembuangan limbah

macet, penduduk/bangunan sangat padat, buang air besar tidak di jamban dan

berada di area marjinal (tepi sungai, pingir rel kereta, dan sebagainya). Pemukiman

kumuh masih terdapat di Kecamatan Prajurit Kulon Kelurahan Mentikan, tepatnya

lingkungan Cakarayam Pemukiman tersebut dihuni oleh keluarga tuna wisma dan

tuna susila. Jumlah keluarga yang tinggal di pemukiman tersebut sebanyak 60

keluarga.

Tabel 7.1 Ketidakteraturan Perumahan di Kota Mojokerto Tahun 2008

Kecamatan Rumah di Bantaran Sungai

Rumah di Bawah Listrik Tegangan Tinggi

Rumah Kumuh

Prajurit Kulon 925 - 40

Magersari 219 62 -

Kota Mojokerto 1144 62 40 Sumber: BPS Kota Mojokerto

7.1.2. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang-ruang dalam kota dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area) memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan dan dalam pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman (Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota).

Tujuan dari penyelenggaraan hutan kota dari peraturan pemerintah tersebut

adalah antara lain:

a. Menekan/mengurangi peningkatan suhu udara di perkotaan

b. Menekan/mengurangi pencemaran udara (kadar karbon monoksida dan

debu)

c. Mencegah terjadinya penurunan air tanah dan permukaan tanah

d. Mencegah terjadinya banjir atau genangan dan kekeringan

Sesuai dengan tujuan penyelenggaraan hutan kota, maka penyelenggaraan

hutan kota lebih ditekankan kepada fungsinya yaitu antara lain sebagai penyerap karbon

dioksida dan penghasil oksigen, sebagai penyerap polutan (logam berat, debu dan

belerang), peredam kebisingan, pelestarian plasma nutfah, mendukung keanekaragaman

flora dan fauna, keseimbangan ekosistem, penahan angin dan peningkatan keindahan.

Masalah Klasik yang terus mengancam pembangunan kota berkelanjutan

adalah menghargai sebidang lahan hijau terbuka. Sebagai komponen utama Ruang

Terbuka Hijau (RTH) kota terhadap tekanan ekonomi dan tingginya spekulasi nilai

tanah. Sebagian besar luas total tanah/lahan di Kota Mojokerto (± 84,83% lebih) merupakan

lingkungan terbangun, sisanya merupakan kawasan belum terbangun. Kawasan lain yang

termasuk RTH adalah taman kota, hutan kota, jalur hijau, halaman rumah,

perkantoran, pusat bisnis serta makam. Adapun Luas RTH (Ruang Terbuka Hijau) di

Kota Mojokerto terdiri dari Taman Kota seluas ± 18.120 m2 dan Hutan Kota seluas ±

3.000 m2.

Page 79: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-3

Perwujudan ruang terbuka hijau di Kota Mojokerto adalah taman, taman

monumen, taman bermain anak, lapangan olahraga dan makam. Dad segi

pemanfaatannya, ruang terbuka hijau di Kota Mojokerto selain sebagai penyejuk dan

elemen estetika lingkungan jugs sebagian dimanfaatkan untuk sarana rekreasi dan

olah raga baik pada skala lingkungan maupun kota (misalnya, taman-taman

lingkungan di kawasan perumahan, taman perumahan, lapangan olah raga dll). Jalur

hijau di sepanjang Kali Brantas dimanfaatkan pula untuk Ruang Terbuka Hijau dan Jogging

Track

Tabel 7.2 Jumlah, luas, dan lokasi Median dan Pulau-pulau Jalan Kota Mojokerto

NO NAMA TAMAN/MONUMEN LOKASI LUAS (m2)

1 Taman Jalur Pemisah JI. Benteng Pancasila 100

2 Perempatan Bhayangkara JI. Bhayangkara 10 3 Perempatan Sekar Putih JI. By Pass 15 4 Perempatan Sekar Sari JI. Empunala 40

5 Taman Jalur Pemisah JI. Gajah Mada 600 6 Taman Monumen Adipura JI. Gajah Mada 20

7 Taman PKK JI. Gajah Mada 50 8 Monumen Trophy Matematika JI. Jawa 40 9 Taman Air Tumpah Penarip JI. Mojopahit 55

10 Taman Air Tumpah Perempatan Miji JI. Mojopahit 25 11 Taman R. Wiyono JI. Mojopahit 125 12 Taman Jalur Pemisah JI. Pahlawan 500

Sumber: BPS Kota Mojokerto

Page 80: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-4

Tabel 7.3 Jumlah, luas, dan lokasi Taman Kota di Kota Mojokerto

NO NAMA TAMAN/MONUMEN LOKASI LUAS (m2) KET

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Monumen Proklamasi Taman Kota (Alun-alun) Taman Gapura Pintu Masuk Kota Taman Tabanas Taman Jalur Pemisah Taman Sudut Pom Bensin Taman Kelurahan Miji Taman Swadesi Taman Pot Sekarsari Taman Kerp. Empunala Kirab Remaja Pot Space Wan Taman Jalur Pemisah Taman Monumen Adipura Taman PKK Taman Sudut KBN Taman Masjid Jamik Al - Fatttah Monumen Pancasila Monumen Pancasila Taman 8 Jalur Pemerataan Taman Jogging Track Taman Selamat Datang ( PMI ) Monumen Trophy matematika Taman Jalan jawa Gapura Pintu masuk Kota Monumen AMD Monumen Pancasila Taman Air Tumpah Penarip Taman Air Tumpah Perempatan Miji Taman Kerp. Taman R. Wiyono Taman Kerp. Monumen Koperasi Pot Space Wan Taman Jalur Pemisah Taman Surya Mojopahit Taman Tebek Taman TMP Taman Sudut Pemuda Taman Kerp. R. Wijaya

Alun-alun Alun-alun By Pass JI. A. Yani JI. Benteng Pancasila JI. Bhayangkara JI. Brawijaya JI. Brawijaya JI. Empunala Sepanjang JI. Empunala JI. Gajah Mada JI. Gajah Mada JI. Gajah Mada JI. Gajah Mada JI. Gajah Mada JI. Gajah Mada JI. Hasyim Asyari JI. Hayam Wuruk JI. Hayam Wuruk JI. Hayam Wuruk JI. Hayam Wuruk JI. Hayam Wuruk JI. Jawa JI. Jawa JI. Mojopahit JI. Mojopahit JI. Mojopahit JI. Mojopahit JI. Mojopahit JI. Mojopahit JI. Mojopahit JI. Mojopahit Selatan JI. Mojopahit Utara J1. Pahlawan JI. Pahlawan JI. Pahlawan JI. Pahlawan JI. Pahlawan J1. Pemuda JI. R. Wijaya

200 10.000 25 150 100 80 50 45 50 2.390 30 - 600 20 50 65 300 15 15 50 1.050 200 40 100 25 20 15 55 25 100 125 100 50 - 500 50 50 400 100 600

36 unit 34 unit

Sumber: BPS Kota Mojokerto

Page 81: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-5

7.1.3. Sanitasi lingkungan

a. Banyaknya rumah tangga tanpa septic tank

Sarana pembuangan air besar (jamban) yang terdapat di Kota

Mojokerto berbagai macam jenisnya, yaitu: Septic Tank, Cemplung, MCK/WC

Umum dan Sanimas (Sanitasi Masyarakat). Jumlah rumah tangga Penduduk

Kota Mojokerto pada Tahun 2008 yang mempunyai Septic Tank sebanyak 21.271

rumah tangga, masing-masing di Kecamatan Magersari sebanyak 13.369 rumah

tangga dan Kecamatan Prajurit Kulon sebanyak 7.902 rumah tangga. Rumah yang

berada di wilayah pinggiran kota memanfaatkan WC umum maupun sungai

sebagai jamban.

Gambar 7.1 Kondisi Kepemilikan Sarana Sanitasi

Page 82: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-6

Tabel 7.4 Jumlah Sarana Tempat Buang Air Besar (Jamban Keluarga) Tahun 2008

NO KELURAHAN JUMLAH RUMAH

JUMLAH SARANA PEMBAUNGAN AIR BESAR (JAMBAN)

Septic Tank Cemplung MCK/WC Umum

Sanimas

KECAMATAN MAGERSARI

1 Wates 4748 4564 43 7 -

2 Kedundung 3406 2239 199 4 -

3 Gunung Gedangan 1277 695 18 4 -

4 Meri 1695 1405 37 3 -

5 Gedongan 508 505 - 1 -

6 Magersari 1726 1056 - 6 -

7 Purwotengah 494 455 - 2 -

8 Sentanan 434 470 - 10 1

9 Jagalan 743 723 - 9 1

10 Balongsari 1990 1257 - 5 1

Jumlah 17.021 13.369 297 51 3

KECAMATAN PRAJRIT KULON

1 Mentikan 1701 1013 140 - -

2 Kauman 761 518 190 - -

3 Pulorejo 1289 957 56 - -

4 Miji 1778 1395 230 - -

5 Blooto 1225 677 56 - 1

6 Prajurit Kulon 1159 649 20 3 1

7 Surodinawan 2209 1327 33 1 1

8 Kranggan 2063 1366 128 14 1

Jumlah 12.185 7.902 853 18 4

Total 29.206 21.271 1150 69 7

Sumber: Dinkes Kota Mojokerto

b. Banyaknya penderita penyakit yang berhubungan dengan sanitasi

Penyakit yang diderita oleh penduduk Kota Mojokerto hingga saat ini belum

diidentifikasi faktor penyebabnya yang terkait dengan sanitasi. Namun beberapa

penelitian terkait dengan sanitasi sebagai salah satu fakor penyebab penyakit sudah

mulai dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, dimana hasilnya

diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mendiagnosis suatu penyakit.

Page 83: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-7

7.1.4. Akses terhadap infrastruktur permukiman

a. Distribusi air bersih PDAM menurut jenis pelanggan

Air bersih di kota Mojokerto dikelola oleh PDAM Kota Mojokerto, dengan

memanfaatkan sumber air dari sumur dalam berkapasitas 200 liter/detik. Menurut data

dari Kantor PDAM Kota Mojokerto, konsumsi air yang telah disalurkan pada

tahun 2008 mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun sebelumnya yaitu

sebesar 781.496 m3 untuk memenuhi kebutuhan 4.254 pelanggan. Adapun distribusi

air bersih menurut jenis pelanggan disajikan pada Tabel 7.4.

Tabel. 7.5 Distribusi Air Bersih PDAM Kota Mojokerto Menurut Jenis Pelanggan Tahun

2007-2008

Jenis Pelanggan Jumlah pelanggan Jumlah konsumsi air (m

3)

2007 2008 2007 2008

Sosial umum Sosial khusus Rumah tangga A Rumah tangga B Instansi pemerintah Niaga kecil Niaga besar Industri kecil Industri besar Tangki dan lain sebagainya

5 12

4.419 103

33 102

13 - 1 -

3 11

3.971 123 33 95 16

- 1 1

2.049 19.103

596.700 18.033 11.803 14.512 2.835

- 480

4

1.201 18.900

708.377 21.387 10.842 14.829 4.854

- 480 626

Total 4.688 4.254 665.549 781.496 Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka, 2009

Selain disuplai oleh PDAM Kota Mojokerto, penduduk Kota Mojokerto

memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan memanfaatkan daya air tanah

dengan menggunakan sumur pompa tangan dan sumur gali.

b. Jumlah Rumah Tangga Pelanggan Listrik

Jumlah pelanggan tahun 2007 sebanyak 29.346 pelanggan atau mengalami

penurunan dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 28.071 pelanggan. Dilihat dari

daya terpasangnya, tahun 2007 sebesar 23.400 KVA dan tahun 2008 sebesar

22.546,6 KVA, hal ini berarti telah terjadi penurunan kapasitas. Penurunan jumlah

pelanggan dan daya terpasang diakibatkan oleh faktor kenaikan tarif listrik dan adanya

program hemat energi yang telah ditetapkan pemerintah.

Tabel 7.6 Banyaknya Pelanggan, Daya Terpasang dan Listrik Terjual Menurut Golongan

Tarip Rumah Tangga Kota Mojokerto Tahun 2008

Golongan Tarip

Pelanggan Daya Terpasang (KVA)

Terjual (KWH)

Nilai (000 Rp)

Rumah Tangga

R1 27.847 21.489,70 38.771.437 21.562.447,00

R2 207 866,20 1.382.659 1.098.484,00

R3 17 190,70 284.020 305.623,00

Total 28.071 22.546,6 40.438.116 22.966.554 Sumber: P.T. PLN (Persero) Cabang Mojokerto

Page 84: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-8

7.1.5. Timbulan sampah

a. Data Pengelolaan Sampah (jenis dan sistem pengelolaan)

Lokasi TPA sampah di Kota Mojokerto berada di Kelurahan Kedundung Kecamatan

Magersari dengan luas area ± 3,5 hektar dengan menggunakan kombinasi

pengolahan sampah sistem Open Dumping dan Controlled Landfil l. Selain itu di

lokasi TPA Sampah juga dilengkapi dengan 2 (dua) buah alat pencacah/penghancur

sampah yang fungsinya agar pengelolaan sampah lebih mudah serta kegiatan

pengkomposan yang dilakukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Mojokerto.

Gambar 7.2 Kondisi TPA Sampah Randegan

b. Data rata-rata timbunan Sampah

a). Kondisi Timbulan Sampah

Berdasarkan komposisi dan karakteristik sampah, persentase jenis sampah

terbanyak adalah sampah organik (± 70 persen), kemudian kertas dan plastik.

Persentase ini menunjukkan besarnya potensi dalam pengolahan sampah organik

menjadi kompos serta daur ulang kertas dan plastik. Berdasarkan hasil pemantauan

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Mojokerto, volume sampah pada tahun

2007 dan 2008 mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan ada beberapa wilayah di

beberapa kelurahan yang telah memanfaatkan sampah rumah tangga menjadi

produk daur ulang / produk baru yang dapat dimanfaatkan kembali, selain itu Dinas

Kebersihan dan Pertamanan juga telah menyediakan bebrapa komposter yang dapat

digunakan untuk mengolah sampah organik menjadi kompos.

Prosentase volume sampah terangkut meningkat pada tahun 2007 dan 2008,

hal tersebut dikarenakan adanya penambahan Depo sampah dan TPS di masing-

masing kelurahan serta penambahan jumlah armada pengangkut sampah dari TPS

dan depo untuk dibawa ke TPA randegan.

Tabel 7.7 Perkembangan Jumlah Volume Sampah 2003 – 2008

Page 85: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-9

NO TAHUN VOLUME SAMPAH (m

3/HARI)

VOLUME SAMPAH TERANGKUT

(m3/HARI)

PROSENTASE VOLUME SAMPAH

TERANGKUT (%)

1. 2003 352.30 267.00 75.79

2. 2004 367.31 288.00 78.41

3. 2005 377.00 338.55 89.80

4. 2006 394.01 361.50 91.75

5. 2007 374 349,5 93,45

6. 2008 352 339,5 96,49

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Mojokerto

Tabel 7.8 Kapasitas dan Prosentase Sampah di Kota Mojokerto Tahun 2008

NO KECAMATAN / KELURAHAN

TIMBULAN SAMPAH (m

3/hari)

SAMPAH YANG TERANGKUT

(m3/hari)

PROSENTASE YANG TERTANGGULANGI

(%)

PRAJURIT KULON

1 Dipo Prapanca 30 29,5 98

2 TPS Surodinawan 5 4,5 90

3 TPS Perum Gatoel 9 8 88,89

4 TPS Les Padangan 15 14,5 96,67

5 TPS Prajurit Kulon 9 8,5 94,44

6 TPS Kranggan 12 12 100

7 TPS Blooto 6 6 100

MAGERSARI

1 Dipo Wates 40 39,5 98,75

2 Dipo A Yani 40 39,5 98,75

3 Dipo Tropodo 46 45 97,83

4 TPS Kandang Babi 33 32,5 98,48

5 Dipo Pasar Tanjung 62 61 98.39

6 TPS Terminal 10 10 100

7 TPS Kedundung 10 9,5 95

8 TPS Gunung Gedangan 6 6 100

9 TPS Rumah Dinas Walikota

3 3 100

Sampah Lain-lain 12 12 100

Sampah Saluran 4 4 100

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Mojokerto

c. Data-data persoalan sanitasi

Page 86: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-10

Persoalan sampah terjadi akibat belum ada kebijakan yang bersifat

menyeluruh dan konsisten dalam pengelolaan sampah perkotaan. Penanganan

masalah sampah masih bersifat sementara. Belum banyak kota-kota di Indonesia

yang membuat master plan sistem pengelolaan sampah kota yang secara konsisten

serta permasalahan sampah bukan merupakan prioritas utama dari sekian banyak

permasalahan kota yang harus ditangani.

Angka anggaran sampah per kapita rata-rata ini dapat dijadikan acuan

untuk menyusun perencanaan anggaran. Dengan demikian, kota dengan anggaran

sampah per kapita yang jauh melebihi angka rata-rata dapat dikatakan kurang

optimal dalam mengelola sampahnya sehingga perlu melakukan pembenahan

manajemen. Bagi Kota Mojokerto yang mempunyai anggaran sampah per kapita

lebih kecil, anggaran tersebut masih perlu ditingkatkan untuk mencapai kondisi

kebersihan kota yang lebih baik. Selain masalah timbulan sampah yang besar dan

anggaran yang kurang memadai, kondisi TPA sampah yang dimiliki Kota Mojokerto

juga menjadi masalah yang cukup pelik.

Umumnya permasalahan dalam pengelolaan TPA disebabkan oleh biaya

operasional yang sangat tinggi untuk pengumpulan, pengangkutan, dan

pengolahan lebih lanjut. Anggaran yang terbatas menyebabkan pemerintah daerah

tidak dapat membangun TPA yang memperhatikan aspek sanitasi dan lingkungan

(sanitary landfill sehingga sampah dibuang masih berpotensi mencemari lingkungan.

Berdasarkan pemantauan, kondisi TPA Sampah di Kota Mojokerto adalah

sebagai berikut:

Pengolahan belum berfungsi dengan baik

Drainase cukup memadai

Penanganan gas tidak ada/aliran gas keluar sehingga berpotensi

menimbulkan ledakan

Pengaturan lahan atau zonasi/cell tidak ada

Jarang dilakukan sampling di Sumur Monitoring, namun pada tahun 2008 telah

diagendakan sampling secara berkala

Pencatatan rutin volume sampah yang masuk ke TPA belum dilakukan

Penutupan lahan belum maksimal

Kolam Lindi sudah ada sejak tahun 2006

7.1.6. Limbah B3 Perkotaan

Industri maupun home industri di Kota Mojokerto tersebar di beberapa wilayah

kelurahan. Di Kota Mojokerto pertumbuhan industri terutama terkonsentrasi di pusat kota

dan sekitarnya. Setelah diberlakukan peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah B3,

perubahan yang paling terasa adalah meningkatnya kesadaran penghasil limbah B3 akan

kewajibannya untuk mengelola limbah B3 dengan benar.

Page 87: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-11

Kota Mojokerto yang hanya memiliki 2 kecamatan dengan luas ± 16,46 Km2

terdapat 7 Rumah Sakit Umum milik pemerintah maupun swasta, 5 puskesmas dan 14

puskesmas pembantu serta ditambah laboratorium serta kegiatan fasilitas kesehatan

lainnya yang menghasilkan limbah B3.

Gambar 7. 3. Kondisi Penyimpanan Sementara Sampah Medis Rumah Sakit di Kota Mojokerto Tabel 7.9 Industri/Kegiatan Penghasil Limbah B3 di Kota Mojokerto Tahun 2008

No. Nama Kegiatan/Industri Jenis Industri Jenis Limbah B3

Pengelolaan Limbah B3

1. RSUD Dr. Wahidin S Rumah Sakit Limbah Medis Incenerator

2. RS Hadiono Singgih Rumah Sakit Limbah Medis Incenerator

3. RS Hasanah Rumah Sakit Limbah Medis Incenerator

4. RS Gatoel Rumah Sakit Limbah Medis Incenerator

5. RSK Rekso Waluyo Rumah Sakit Limbah Medis Bekerja sama dgn RS Gatoel

6. RS Emma Rumah Sakit Limbah Medis Bekerja sama dgn Puskesmas

Gedongan

7. Rahardjo Motor Bengkel/Service Sepeda Motor

Oli Bekas Diterima Pengepul

Dari Luar Kota

8. Bengkel Sumber Lancar Service Mobil Oli Bekas Diterima Pengepul

Dari Luar Kota

9. Bengkel Suzuki, Toyota Service Mobil Oli Bekas Diterima Pengepul

Dari Luar Kota

10. Bengkel Honda Service Mobil Oli Bekas Diterima Pengepul

Dari Luar Kota

11. Bengkel Daihatsu Service Mobil Oli Bekas Diterima Pengepul

Dari Luar Kota Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Mojokerto

7.2. Tekanan

a. Jumlah dan kepadatan penduduk

Jumlah penduduk Kota Mojokerto pada Tahun 2008 adalah berjumlah ±

Page 88: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-12

116.355 jiwa yang mana setiap jiwa pasti menimbulkan sampah. Laju

pertumbuhan penduduk pada Tahun 2008 ini mengalami penurunan sebesar 0,72

% dibandingkan tahun sebelumnya, penurunan ini disebabkan oleh adanya arus

perpindahan penduduk keluar Kota Mojokerto untuk mencari pengalaman di luar

kota.

Selaras dengan perkembangan penduduk tersebut timbulan sampah rata-

rata dari ± 377 m3/hari pada Tahun 2005 menjadi sekitar ± 394 m

3/hari pada

Tahun 2006. Sedangkan pada Tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan

sebesar ± 374 m3/hari (tahun 2007) dan ± 352 m

3/hari (tahun 2008).

b. Kebutuhan lahan untuk pengembangan permukiman

Secara geografis wilayah perencanaan berada di sebelah barat Kota

Mojokerto, dengan luas wilayah adalah 242,31 Ha yang meliputi 3 wilayah, yaitu

wilayah Surodinawan, sebagian wilayah Kelurahan Blooto, dan sebagian wilayah

Kelurahan Prajurit Kulon. Secara geografis letak wilayah perencanaan ini cukup

strategis untuk perluasan Kota Mojokerto, karena terletak tidak jauh dari pusat kota

dan dilewati jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder. Untuk lebih jelasnya

orientasi geografis wilayah perencanaan terhadap Kota Mojokerto dapat dilihat pada

lampiran 6.

7.3. Respon

7.3.1. Upaya Pengelolaan Tata Guna Lahan dan RTH

Kebijakan Pemerintah Kota Mojokerto dalam pemanfaatan ruang merupakan

pengaturan bagi wilayah atau kawasan yang akan dimanfaatkan sesuai dengan

fungsinya, meliputi:

a. Pelaksanan pemanfaatan ruang melalui pelaksanan program pemanfaatan

ruang beserta pembiayaannya yang didasarkan rencana tata ruang dan

secara bertahap sesuai jangka waktu yang ditetapkan rencana tata ruang

b. Penanaman penghijauan di area Ruang Terbuka Hijau

c. Pola yang dikembangkan dalam pemanfaatan ruang adalah pola tata guna

tanah, air, udara, sumber daya alam lainnya, sesuai asas-asas penataan

ruang dan perangkat insentif dengan tetap menghormati hak penduduk

sebagai warga negara

d. Prioritas program pemanfaatan ruang kawasan-kawasan guna pembentukan

struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah kota

Page 89: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-13

Gambar 7. 4. Upaya Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

Dalam rangka pengelolaan RTH selama Tahun 2006 Pemerintah Kota Mojokerto

melalui Kantor Lingkungan Hidup melakukan penghijauan kota dengan penanaman

pohon ± 1.395 pohon, seperti Tanaman Glodokan Pecut sebanyak ± 2.100 bibit,

Palem Putri sebanyak ± 3.650 bibit, dan Cemara Laut ± 1.395 bibit yang tersebar

di beberapa kelurahan di Kota Mojokerto sedangkan pada Tahun 2007 kegiatan

penanaman dilakukan sebanyak ± 2.400 bibit dan ± 500 bibit pohon pada tahun

2008.

7.3.2. Kebijakan Pengelolaan Sampah

Untuk dapat mewujudkan lingkungan yang bersih dan bebas sampah di

wilayah Kota Mojokerto diperlukan perubahan pola pikir atau cara pandang

terhadap sampah. Adapun secara teknologi di Kota Mojokerto limbah

padat/sampah akan diolah dengan dijadikan kompos ataupun dengan dilapisi dengan

tanah penutup. Daur Ulang Kompos hingga saat ini hanya bisa dilakukan sebanyak

± 6 m3 /hari. Untuk pengelolaan sampah hendaknya meminimalkan dari sumbernya

ataupun dengan sistem pembakaran/incenerator yang dilakukan di masing-masing

TPS/Transfer Depo sehingga beban volume sampah yang masuk ke TPA lebih

sedikit dan secara otomatis pengolahan sampah di TPA semakin mudah.

Page 90: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-14

Gambar 7.5. Pengomposan dan Pencacahan Sampah

Konsep pengelolaan sampah di perkotaan harus diperbaiki agar

terintegrasi dengan sektor lain sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan

dengan baik. Beberapa tahapan pengelolaan sampah dengan menggunakan

prinsip 4R yang merupakan usaha untuk mencapai zero waste adalah

a. Mengurangi sampah dari sumbernya

b. Pemilahan dan pemisahan jenis sampah organik dan anorganik sehingga

mempermudah pengelolaan sampah pada tahap berikutnya

c. Mengupayakan pengambilan kembali bahan-bahan yang berguna

d. Daur ulang sampah anorganik menjadi berbagai produk baru

e. Waste to energy, yaitu pemanfaatan sampah organik sebagai sumber energi

(biogas)

f. Lahan urug saniter (sanitary landfill).

7.3.3. Kebijakan Pengelolaan Limbah B3

Sebagai penjabaran UU Nomor 23 Tahun 1997, diterbitkanlah Peraturan

Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya

dan Beracun yang kemudian disempumakan dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 85 Tahun 1999. Selanjutnya peraturan itu menjadi dasar bagi penataan

peraturan dan program program pengelolaan limbah B3 di Indonesia.

Untuk mendorong industri supaya memenuhi ketentuan mengenai

pengelolaan limbah B3, KLH RI meluncurkan Program Penilaian Peringkat Kinerja

Perusahaan (Proper). Proper merupakan program alternatif yang bertujuan

mendorong industri secara sukarela dan dengan kesadaran sendiri memenuhi

ketentuan pengelolaan lingkungan yang baik berdasarkan peraturan yang berlaku.

Selain Proper, untuk mendorong perusahaan mau mengelola limbah

B3 yang dihasilkannya KLH membuat Program Kendali B3 (Kemitraan dalam

Page 91: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-15

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun). Dalam tahap awal

program ini, KLH menyertakan perusahaan prioritas sebagai mitra ikut memantau

pengelolaan limbah B3. Diharapkan melalui dua program ini pemerintah pusat,

daerah, pengusaha, dan masyarakat luas dapat memahami dan melaksanakan

peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah B3.

Selain pemantauan melalui Program Kendali B3, KLH juga melakukan

pemantauan pengelolaan limbah B3 melalui perizinan. Sesuai dengan PP No. 85

Tahun 1999 tentang perubahan atas PP No. 18 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah B3, semua kegiatan pengelolaan limbah B3 yang meliputi

penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemanfaatan,

penimbunan limbah B3, penerbitan persetujuan uji coba untuk mengevaluasi

kelayakan teknis pengelolaan limbah B3, proses permintaan izin pembuangan

limbah B3 memerlukan izin atau rekomendasi dari Kementrian Lingkungan Hidup

RI.

Saat ini pengelolaan limbah medis atau limbah B3 yang dilakukan oleh

rumah sakit adalah menggunakan Incenerator seperti di RS Dr. Wahidin, RS

Gatoel, RS Emma, dan RS Hasanah, sedangkan rumah sakit yang tidak

mempunyai incenerator bekerjasama dengan rumah sakit yang mempunyai

incenerator.

Gambar 7.6. Pengelolaan/Pembakaran Sampah Medis di RS di Kota Mojokerto

Mengingat pengelolaan dan pengolahan Limbah B3 membutuhan

teknologi yang tepat dan biaya yang sangat mahal, maka kebijakan pengolahan

Limbah B3 sampai saat ini adalah wewenang KLH, sehingga upaya-upaya

yang perlu dan harus dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup dan seluruh

dinas/kantor/lembaga di Kota Mojokerto diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Inventarisasi kegiatan/industri penghasil Limbah B3

Page 92: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

VII-16

b. Inventarisasi dan pemantauan Jenis Limbah B3 yang dihasilkan oleh

industri/kegiatan

c. Pemantauan penyimpanan limbah B3

d. Pemantauan pengelolaan limbah B3

e. Perumusan perencanaan kebijaksanaan dan pengendalian perijinan di bidang

pengendalian dan pengelolaan dampak lingkungan

f. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi, analisis dan evaluasi, pemantauan dan

pemulihan kualitas lingkungan

g. Terwujudnya peningkatan kualitas lingkungan hidup dalam upaya

mencegah pengrusakan dan atau pencemaran lingkungan seperti sungai

dan tanah dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat kegiatan industri

Page 93: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VIII. AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

VIII-17

BAB VIII AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Rencana Kerja (Renja) Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto Tahun 2009 dan

2010 adalah merupakan dokumen perencanaan pembangunan tahun 2009 dan 2010

sebagai acuan bagi Kantor Lingkungan Hidup dalam melaksanakan tugas-tugas dan

fungsinya. Pelaksanaan Rencana Kerja diupayakan dilakukan secara efektif, efisien, dan

sinergis dengan pelaksanaan kegiatan Satuan Kerja yang lain untuk mendukung perwujudan

visi misi Kota Mojokerto.

Keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan akan dilaksanakan dengan memanfaatkan

forum perencanaan, rapat koordinasi maupun penjaringan aspirasi masyarakat, dengan

tetap menerapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, partisipasi, monitoring dan evaluasi.

Untuk itu, keterlibatan masyarakat luas dalam mengawasi pelaksanaan kebijakan maupun

pelaksanaan program-program kegiatan menjadi faktor yang cukup penting bagi

terwujudnya pembangunan yang berkesinambungan.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan sangat ditentukan oleh sikap, mental, tekad,

semangat, etos kerja, ketaatan, kejujuran, disiplin dan transparansi dari para aparatur

pelaksana kegiatan, sehingga diharapkan akan mampu menjawab dan mengurai

permasalahan yang muncul serta memberikan solusi terbaik dari setiap permasalahan yang

ada.

Gambaran tentang program/kegiatan, sasaran, dan tujuan pengelolaan lingkungan

hidup yang direncanakan akan dilaksanakan oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto,

secara lengkap dapat diamati pada tabel berikut.

Page 94: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VIII. AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

VIII-18

AGENDA PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO TAHUN 2009 dan 2010

No. Program Kegiatan Sasaran Program/ Kegiatan Tujuan Program/Kegiatan Tahun

1. Program Pengendalian

Pencemaran dan

Perusakan Lingkungan

Hidup

Koordinasi Penilaian Kota Sehat /

Adipura Meningkatnya peringkat

Kota Mojokerto dalam

penilaian

Adipura

Penurunan tingkat

pencemaran air badan

sungai di kota Mojokerto

Dokumen Perda

Pengendalian Pencemaran

Laporan Hasil Analisis

Sample Air Avour

Terselesaikannya

pembangunan gedung

laboratorium

Meningkatnya kesiapan

dalam menghadapi

penilaian Adipura tahun

2009

Terpantaunya tingkat

pencemaran pada sungai

dan anak sungai di kota

Mojokerto

Sosialisasi Produk Bersih

bagi Kegiatan Usaha

2009

Koordinasi Pengelolaan

Prokasih/Superkasih

Pengembangan Produksi Ramah

Lingkungan

Penyusunan Kebijakan

Pengendalian Pencemaran dean

Perusakan Lingkungan Hidup

Peningkatan Peran Serta

Masyarakat dalam Pengendalian

Lingkungan hidup

2. Program Peningkatan

Kualitas dan Akses

Informasi Sumber Daya

Alam dan Lingkungan

Peningkatan Edukasi dan

Komunikasi Masyarakat Bidang

Lingkungan Hidup

Buku SLHD dan Buku Laporan

Kualitas Air tersusun

Sosialisasi masalah

Lingkungan Hidup dalam

rangka ADI WIYATA 2009

Pengembangan data dan informasi

Lingkungan

Tersusunnya dokumen SLHD

Kota Mojokerto

Page 95: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VIII. AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

VIII-19

No. Program Kegiatan Sasaran Program/ Kegiatan Tujuan Program/Kegiatan Tahun

3. Program Peningkatan

Pengendalian Polusi

Monitoring, Evaluasi dan

Pelaporan Laporan Hasil Analisis

Sampel Udara

Laporan Hasil Analisis

Sampel Limbah Cair

industri

Terukurnya kualitas udara di

kawasan industri dan

kawasan padat lalu lintas

2009

Pengujian emisi/polusi udara

akibat aktivitas industri dan

ambient

Pengujian kadar polusi limbah

padat dan limbah cair

Minimalisasi dampak

kegiatan industri terhadap

lingkungan

4. Program Pengelolaan

Ruang Terbuka Hijau

Peningkatan Peran Serta

Masyarakat dalam Pengelolaan

RTH

Penanaman Bibit Tanaman Pengadaan dan Pembagian

Bibit Tanaman 2009

5. Program Perencanaan

Pembangunan Daerah

Penyusunan Renstra SKPD Dokumen Renstra Tersusunnya Dokumen

Renstra 2010

6. Program Pelayanan

Administrasi Perkantoran

Penyediaan Jasa Surat Menyurat Uang lembur PNS yang tersedia

2010

Penyediaan Jasa Komunikasi,

sumber daya air dan listrik

Tagihan listrik dan telepon

yang terbayar selama 12 bulan

Penyediaan jasa pemeliharaan dan

perijinan kendaraan dinas /

operasional

Terlaksana pemeliharaan rutin 2

mobil dan 2 sepeda motor dinas

setahun

Penyediaan jasa administrasi

keuangan

Tersedia jasa adm keuangan

bagi 6 pejabat keuangan SKPD

Penyediaan jasa perbaikan

peralatan kerja

Terlaksana perbaikan AC dan

PC setahun

Penyediaan alat tulis kantor Tersedianya kebutuhan kertas,

materai untuk 12 bulan

Penyediaan barang cetakan dan

penggandaan

Tersedianya barang cetakan dan

copy dokumen selama 12 bulan

Page 96: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VIII. AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

VIII-20

Sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto

No. Program Kegiatan Sasaran Program/ Kegiatan Tujuan Program Tahun

Penyediaan komponen instalasi

listrik/penerangan bangunan

kantor

Tersedianya komponen listrik

kantor selama 1 tahun

Penyediaan bahan bacaan dan

peraturan perundang-undangan

Terpenuhinya biaya langganan

surat kabar selama 1 tahun

Penyediaan bahan logistik kantor Tersedia bahan2 kebersihan

untuk gedung kantor setahun

Penyediaan makanan dan

minuman

Tersedianya makanan dan

minuman untuk tamu dan rapat

selama 1 tahun

Rapat-rapat koordinasi dan

konsultasi dalam daerah

Tersedianya biaya perjalanan

dinas dalam daerah selama

1tahun

Rapat-rapat koordinasi dan

konsultasi luar daerah

Tersedianya biaya perjalanan

dinas luar daerah selama

1tahun

7. Program Peningkatan

Sarana dan Prasarana

Aparatur

Pengadaan Peralatan Gedung

Kantor

Terlaksana pengadaan

peralatan kantor

2010 Pemeliharaan Rutin / Berkala

Gedung Kantor

Terlaksananya pemeliharaan

gedung kantor selama 1 tahun

Pengadaan Perlengkapan Gedung

Kantor

Terlaksana pengadaan

perlengkapan gedung kantor

8. Program Peningkatan

Kapasitas Sumber Daya

aparatur

Pendidikan dan Pelatihan Formal Jumlah PNS yang dikirim

Diklat Lingkungan

2010

Page 97: LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO … · pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana ... grade, maka hal itu belum memberikan

BAB VIII. AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

VIII-21