Laporan Sperma

6

Click here to load reader

Transcript of Laporan Sperma

Page 1: Laporan Sperma

1. Spermatogenesis abnormal dan fertilisasi pria

Epitel tubulus seminiferus dapat dihancurkan oleh sejumlah penyakit. Sebagai

contoh, orkitis bilateral yang disebabkan oleh Mumps menyebabkan sterilitas dalam

persentase yang besar pada banyak pria yang terkena. Juga, banyak bayi pria lahir

dengan epitel tubulus yang berdegenerasi sebagai akibat striktur dalam duktus genitalia

atau sebagai akibat abnormalitas genetik. Akhirnya, penyebab sterilitas, yang biasanya

temporer, adalah suhu yang berlebihan pada testis, sebagai berikut (Guyton & Hall) :

a. Pengaruh suhu pada spermatogenesis

Peningkatan suhu pada testis dapat mencegah spermatogenesis dengan

menyebabkan degenerasi sebagian besar sel-sel tubulus seminiferus di samping

spermatogonia. Hal ini sering dikatakan bahwa alasan testis terletak di dalam

kantung skrotum adalah untuk mempertahankan suhu kelenjar ini di bawah suhu

tubuh, walaupun biasanya hanya kira-kira 2oC di bawah suhu bagian dalam tubuh.

Pada hari yang dingin, refleks skrotum menyebabkan otot-otot skrotum

berkontraksi, menarik testis dekat tubuh, sementara di hari yang hangat otot-otot

testis menjadi hampi relaksasi total sehingga testis tergantung agak jauh dari

tubuh. Jadi, skrotum secara teoritis bekerja sebagai suatu mekanisme pendingin

bagi testis (tetapi sebagai suatu pengatur pendingin), yang tanpanya

spermatogenesis dikatakan menjadi berkurang selama cuaca panas (Guyton &

Hall).

b. Pengaruh jumlah sperma terhadap sterilitas

Jumlah semen yang biasanya diejakulasikan pada setiap koitus rata-rata

adalah 3,5 mL dan setiap mL semen mengandung rata-rata 120 juta sperma,

walaupun bahkan pada orang ”normal” jumlah ini dapat bervariasi dari 35 sampai

200 juta. Hal ini berarti bahwa rata-rata total dari 400 juta sperma biasanya

terdapat dalam setiap ejakulasi. Ketika jumlah sperma dalam setiap mL turun kira-

kira di bawah 20 juta, orang tersebut sepertinya hampir mengalami infertilitas.

Sehingga, walaupun hanya satu sperma yang diperlukan untuk membuahi ovum,

dengan alasan yang belum dimengerti benar ejakulasi biasanya harus

Page 2: Laporan Sperma

mengandung jumah sperma yang amat banyak untuk paling tidak satu di

antaranya membuahi ovum (Guyton & Hall).

c. Pengaruh morfologi dan motilitas sperma terhadap fertilitas

Kadang-kadang orang memiliki jumlah sperma yang normal tetapi tetap

infertil. Bila hal ini terjadi, sering ditemui hampir separuh dari jumlah spermanya

memiliki kelainan fisik, seperti memiliki dua kepala, bentuk kepala yang tidak

normal, atau ekor yang tidak normal. Disaat yang lain, sperma terlihat normal

secara struktual, tetapi dengan alasan yang tidak dimengerti, sperma tersebut

seluruhnya tidak motil atau relatif tidak motil. Bilamana sebagian besar sperma

secara morfologis mengalami kelainan atau ditemukan tidak motil, maka orang

tersebut hampir infertil, walaupun sisa sperma lainnya terlihat normal (Guyton &

Hall).

2. Spermatozoon Kepala

Spermatozoon matang mempunyai kepala yang terdiri dari nukleus terkondensasi,

yang mengandung semua trait genetik yang dapat diberikan seorang bapak pada

keturunannya dan ekor yang memberikan motilitas perlu transport sperma ke daerah

fertilisasi dan meyakinkan bahwa kepala untuk penetrasi lapisan ovum. Ukuran dan

bentuk kepala sperma bervariasi pada spesies mamalia berbeda. Pada manusia, kepala

sperma berbentuk ovoid pada pandangan frontal dan piriformis bila terlihat dari tepi,

menebal dekat basal dan kebagian ujungnya meruncing. Panjang 4-5µm dan lebar 2,5-

3,5 µm. Nukleus membentuk bagian kepala yang lebih besar. Terbungkus pada dua

pertiga anterior oleh akrosom yaitu suatu organel yang menyerupai cap terbatas

membran yang mengandung enzim yang memperpendek jalur melalui zona pelusida

ovum selama penetrasi sperma. Enzim yang telah diidentifikasi pada akrosom meliputi

hialuronidase, neuraminidase, aril sulfatase dan protease yang disebut dengan akrosin

yang hampir terkait dengan tripsin (Bloom).

Leher

Page 3: Laporan Sperma

Daerah ini merupakan bagian yang genting dan mengndung sentriol depan dan bagian

depan filament poros.

Badan

Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol

belakang berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat

sperma karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan

transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.

Ekor

Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor ini

mengandung banyak sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit mengandung

sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril yang seperti cilia

tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer.

Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor sperma.

Berikut adalah penjelasan mengenai jalur sperma yang telah matang : Dari testis kiri

dan kanan, sperma bergerak ke dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan yang

terletak di puncak testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam

epididimis sampai saat terjadinya ejakulasi .Jadi epididimis ini agar sperma menjadi matang /

mature sehingga siap bergerak ke vas deferens .Dari epididimis, sperma bergerak ke vas

deferens dan duktus ejakulatorius. Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh

vesikula seminalis , kelenjar prostata dan bulbo uretra ditambahkan pada sperma sehinngga

sperma dinamai dengan semen ( benih), yang kemudian mengalir menuju ke uretra dan

dikeluarkanketikaejakulasi.

Page 4: Laporan Sperma

Kriteria morfologi sperma disebut normal bila

Kepala : berbentuk oval, akrosom menutupi 1/3nya, panjang 3-5 mikron,

lebar ½ s/d 2/3 panjangnya.

Midpiece : langsing (< ½ lebar kepala), panjang 2x panjang kepala, dan

berada dalam satu garis lengan sumbu panjang kepala.

Ekor : batas tegas, berupa garis panjang 9 x panjang kepala.

Adapun faktor yang mempengaruhi daripada perubahan morfologi adalah :

Fungsi testis, makin banyak kepala normal berarti fungsi tesis baik.

Gangguan pada epididymis, misalnya : radang, varikokel, dll akan terlihat

banyak sel-sel immature.

Abstinentia seksualisnya kurang lama atau sering ejakulasi.