Laporan Sosialisasi Uu Dikdok

18
PLAN OF ACTION BIDANG KAJIAN STRATEGIS Sosialisasi Undang-Undang Pendidikan Dokter Disusun Oleh : Mohammad hasvian Ahda Rowiyatun Linda Ayu Mustikasari BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

description

rugas

Transcript of Laporan Sosialisasi Uu Dikdok

PLAN OF ACTION BIDANG KAJIAN STRATEGISSosialisasi Undang-Undang Pendidikan Dokter

Disusun Oleh :Mohammad hasvian AhdaRowiyatunLinda Ayu Mustikasari

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

A. LATAR BELAKANGDisahkannya UU Nomer 20 Tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran pada tanggal 11 Juli 2013 mendatangkan berbagai tanggapan dari banyak praktisi kesehatan, mahasiswa kesehatan, maupun kalangan yang bergerak dibidang kesehatan yang lain. Mahasiswa kesehatan sebagai subjek pendidikan kedokteran dan fakultas kedokteran sebagai penyelenggara pendidikan kedokteran menjadi subjek utama yang diregulasi dalam undang-undang ini. Sangat menjadi ironis bila undang-undang ini pada kenyataannya belum tersosialisasi sepenuhnya terutama dikalangan mahasiswa kedokteran. Berdasarkan hal tersebut, kami bersama ISMKI wilayah III mengadakan kegiatan sosialisasi tentang undang-undang pendidikan kedokteran di fakultas-fakultas kedokteran yang ada di wilayah III, dalam hal ini adalah Fakultas Kedokteran Universitas muhammadiyah semarang.

B. TUJUANMemberikan penjelasan serta membuka wawasan kepada mahasiswa kedokteran khususnya di Universitas muhammadiyah semarang mengenai UU nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran.

C. BENTUK KEGIATANPresentasi Sosialisasi UU Pendidikan Dokter 2013 kepada, generasi Fluctuantes 2011, generasi Astrocytus 2012 dan generasi Medulla Oblongata 2013 Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.D. PELAKSANAAN1. Pengambilan sampel kuesionerHari, tanggal : Senin, 7 Oktober 2013Pukul: 13.00-13.10 WIB Tempat: Gedung A FK UNIMUS Lantai 2 ruang pembekalanPeserta: 100 Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2011: 10 0rangAngkatan 2012: 30 orangAngkatan 2013; 60 orang

E. MATERI INTI SOSIALISASI1. Urgensi UU Pendidikan DokterUntuk menghadapi tantangan dan tuntutan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan globalisasi perlu dilakukan pembaruan Pendidikan Kedokteran secara terencana, terarah, dan berkesinambungan agar mampu menghasilkan Dokter, Dokter Gigi, dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialis-subspesialis yang bermutu, kompeten, profesional, bertanggung jawab, memiliki etika dan moral dengan memadukan pendekatan humanistik terhadap pasien, dan berjiwa sosial tinggi. Pembaruan Pendidikan Kedokteran ini dilakukan secara terarah, terukur, dan terkoordinasi. Untuk itu diperlukan rencana strategis dan penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran yang meliputi pembentukan, penyelenggaraan, dan pengembangan program studi kedokteran atau program studi kedokteran gigi, pengaturan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi, penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran di Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran, Pendidikan Akademik dan Pendidikan Profesi, sumber daya manusia, Standar Nasional Pendidikan Kedokteran, Kurikulum, Mahasiwa, beasiswa dan bantuan biaya pendidikan, uji kompetensi, kerjasama Fakultas Kedokteran/Fakultas Kedokteran Gigi dengan Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran, penelitian, dan penjaminan mutu yang diselenggarakan secara komprehensif. Dalam praktiknya, berbagai Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan Sistem Pendidikan Nasional belum mengatur secara spesifik dan komprehensif mengenai penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran. Berdasarkan pertimbangan tersebut diperlukan suatu Undang-Undang yang secara khusus dan komprehensif mengatur mengenai Pendidikan Kedokteran. Dengan adanya UU Pendidikan kedokteran ini diharapkan lembaga pendidikan kedokteran tidak hanya berperan sebagai penyelenggara pendidikan namun juga dapat mengembangan dirinya sebagai pusat penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran pada khususnya dan ilmu kesehatan pada umumnya. Sehingga perkembangan penyelenggaraan pendidikan kedokteran bisa sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran atau ilmu kesehatan. 2. Dokter Layanan PrimerDalam UU SJSN dan PJS yang mengacu pada penanangan primer dan perseorangan maka,di butuhkanlah dokter layanan primer pada dasar piramida kedokteran pada era SJSN kelak. Dokter layanan primer adalah dokter umum yang mengeyam pendidikan lagi, dan di setarakan dengan dokter spesialis. Dia bertugas sebagai dokter keluarga, bekerja secara perseorangan, dan menangani semua kasus dengan langkah primer, yang dimana jika pada dokter umum biasanya menekankan aspek kuratif, sedangkan pada dokter layanan primer ini di harapkan dapat melakukan upaya promotif dan preventif, serta melakukan deteksi dini pada pasien, pencegahan cacat lebih lanjut dan pemulihan, serta konsultasi secara rujukan.3. Kurikulum Pendidikan DokterKurikulum yang dalam hal ini adalah kurikulum pendidikan kedokteran Indonesia sesuai dengan UU no. 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran dijalankan oleh FK atau FKG penyelenggara pendidikan kedokteran.Sesuai dengan pasal 25 :(1) Kurikulum dikembangkan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.(2) Pengembangan Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diarahkan untuk menghasilkan Dokter dan Dokter Gigi dalam rangka:a. pemenuhan kompetensi lulusan untuk melakukan pelayanan kesehatan di tingkat pertama/primer;b. pemenuhan kompetensi khusus sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah tertentu; danc. pemenuhan kebutuhan Dokter dan Dokter Gigi sebagai pendidik, peneliti, dan pengembang ilmu.(3) Pengembangan Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan kemajuan ilmu kedokteran dan ilmu kedokteran gigi, muatan lokal, dan potensi daerah untuk memenuhi kebutuhan Dokter dan Dokter Gigi.Dengan kata lain bentuk teknis pelaksanaan kurikulum di tiap institusi boleh disesuaikan dengan kebutuhan institusi tersebut asal tetap berdasar pada standar nasional pendidikan kedokteran sesuai bunyi pasal 26, yaitu Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi wajib melaksanakan Kurikulum berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.Lalu apa itu standar nasional pendidikan kedokteran? Yaitu suatu standar pendidikan yang didasarkan pada standar nasional pendidikan tinggi yang disusun bersama oleh yang berwenang seperti yang tercantum pada pasal 24 sebagai berikut :(1) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi disusun secara bersama oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, asosasi rumah sakit pendidikan, dan Organisasi Profesi.(2) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.(3) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengatur standar untuk:a. Pendidikan Akademik; danb. Pendidikan Profesi.(4) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri atas:a. program Sarjana Kedokteran dan program Sarjana Kedokteran Gigi;b. program magister; dand. program doktor.(5) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b terdiri atas:a. program profesi dokter dan dokter gigi; danb. program dokter layanan primer, program dokter spesialis-subspesialis, dan program dokter gigi spesialis-subspesialis.(6) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a paling sedikit memuat:a. standar kompetensi lulusan, standar isi, proses, Rumah Sakit Pendidikan, Wahana Pendidikan Kedokteran, Dosen, Tenaga Kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian;b. standar penelitian;c. standar pengabdian kepada masyarakat;d. penilaian program pendidikan dokter dan dokter gigi yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala;e. standar kontrak kerja sama Rumah Sakit Pendidikan dan/atau Wahana Pendidikan Kedokteran dengan perguruan tinggi penyelenggara Pendidikan Kedokteran; danf. standar pemantauan dan pelaporan pencapaian program profesi dokter dan dokter gigi dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.(7) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b paling sedikit memuat:a. standar kompetensi lulusan, standar isi, proses, Rumah Sakit Pendidikan, Dosen, Tenaga Kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian;b. penilaian program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialis-subspesialis yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala;c. standar penelitian;d. standar pengabdian kepada masyarakat;e. standar kontrak kerja sama Rumah Sakit Pendidikan dan/atau Wahana Pendidikan Kedokteran dengan perguruan tinggi penyelenggara Pendidikan Kedokteran; danf. standar pola pemberian insentif untuk Mahasiswa program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialis-subspesialis atas kinerjanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan.(8) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau dan dievaluasi secara berkala.(9) Peninjauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan dunia.Tentu sebagai mahasiswa kedokteran kita haruslah tahu mengenai pengaturan ini agar tidak ada lagi pertanyaan apabila menemukan perbedaan sistem pengajaran dari tiap institusi penyelenggara pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi. Sekaligus juga dapat menjadi dasar untuk bahan evaluasi apakah kurikulum di tempat kita belajar kedokteran sudah sesuai dan mengacu pada kriteria yang ada di standar nasional pendidikan kedokteran diatas.4. Rumah Sakit PendidikanUntuk memperbaiki mutu pendidikan, maka fakultas kedokteran kini diwajibkan untuk memiliki rumah sakit pendidikannya sendiri. Selama ini beberapa fakultas kedokteran yang bekerjasama dengan Rumah Sakit milik pemerintah tertentu , mengalami kendala standar rumah sakit yang terlalu ketat sehingga para dokter muda hanya menjadi observer. Dengan adanya Rumah Sakit Pendidikan diharapkan para lulusan dokter akan memiliki kemampuan dan kompetensi yang mumpuni yang akan diterapkan dalam praktiknya sehari-hari. Berdasarkan UU no.20 tahun 2013 pasal 41 ayat 2 tersebut , setiap Fakultas Kedokteran diwajibkan memiliki satu rumah sakit pendidikan utama, dimana rumah sakit pendidikan utama adalah rumah sakit umum.Nah untuk turut menunjang percepatan peningkatan mutu pendidikan kedokteran juga, sebuah Fakultas Kedokteran selain memiliki Rumah sakit pendidikan utama juga diperbolehkan memiliki rumah sakit pendidikan satelit sebagai pelengkap.Karena Undang undang ini baru disahkan tahun 2013 kemarin , maka ada waktu peralihan dimana setiap fakultas kedokteran di Indonesia diberi masa pralihan untuk dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang baru ini yaitu sekitar 5 tahun.5. InternsipProgram internsip ini bertujuan untuk meningkatkan kesempatan dokter baru lulus program studi, dokter untuk mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh selama pendidikan dalam rangka pelayanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga kepada pasien, dalam rangka penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan dalam kemahiran melayani pasien secara profesional, serta sebagai cara untuk pemenuhan kebutuhan dokter di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Berdasarkan pasal 38 ayat 1 dan 2 yang berbunyi : (1) Mahasiswa yang telah lulus dan telah mengangkat sumpah sebagai Dokter atau Dokter Gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) harus mengikuti program internsip. (2) Penempatan wajib sementara pada program internsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperhitungkan sebagai masa kerja. Mahasiswa yang sudah menyelesaikan pendidikan kedokteran dan sudah disumpah wajib mengikuti internsip. Undang-undang ini memberikan dasar hukum yang lebih kuat terhadap program internsip yang sebelumnya diatur melalui Permenkes nomor 229/MENKES/PER/II/2010. Perubahan lain yang terjadi terkai internsip adalah program Internsip akan dihitung sebagai masa kerja.Kekhawatiran yang terjadi saat ini antara lain mengenai bantuan hidup yang tidak layak dan tidak adanya tunjangan kesehatan bagi dokter yang sedang melaksanakan internsip, masa bakti yang dirasakan terlalu lama, belum terstandarisasinya silabus, hak cuti dokter internsip, hubungan kerja antara dokter internsip dengan petugas kesehatan lain dan dengan pusat pelayanan kesehatan, batasan wewenang, hak dan kewajiban dokter, deskripsi peran dokter internsip, penyesuaian bantuan hidup, dan pusat informasi bagi dokter untuk terus menggali ilmu dan menjalankan haknya sebagai long life learner.6. UKDI atau Exit ExamSetelah selesai tahap profesi dokter (ko-ass), baik profesi dokter atau dokter gigi, mahasiswa akan mengikuti ujian kompetensi yang sifatnya nasional, sekarang kita kenal dengan UKDI. Ujian kompetensi dilaksanakan oleh pihak fakultas dan bekerja sama dengan asosiasi institusi pendidikan dan berkoordinasi dengan organisasi profesi. Mahasiswa yang lulus ujian kompetensi akan mendapatkan sertifikat profesi yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi. Ketentuan lebih lanjut diatur dalam peraturan menteri. Setelah mahasiswa lulus ujian nasional kemudian mengangkat sumpah dokter, tersematlah gelar dr.. Pada pasal 38 UU No. 20 tahun 2013, dikatakan bahwa mahasiswa yang telah lulus dan telah mengangkat sumpah sebagai dokter wajib mengikuti program internsip yang merupakan bagian dari penempatan wajib sementara. Internship sendiri saat ini masih dalam tahap pengembangan, berupa penempatan dokter-dokter baru ke daerah-daerah dalam jangka waktu 1 tahun, dan dengan gaji kurang lebih sekitar 2.5 juta per bulannya. Masa internship ini diperhitungkan sebagai masa kerja.Setelah selesai internship dan mengurus segala keperluan (STR, SIP, dll) lengkap sudahlah gelar dokter umum disandang. Disini muncul kembali beberapa pilihan seperti praktik mandiri, swasta, menjadi pegawai negeri, melanjutkan studi, spesialis, spesialis-subspesialis dan program dokter layanan primer.Setelah memilih dan menjalani salah satu program pendidikan tersebut, pada tahap akhir pendidikan spesialis, spesialis-subspesialis dan program dokter layanan primer, mahasiswa harus menempuh uji kompetensi yang bersifat nasional; seperti yang disebutkan pada pasal 39 UU No. 20 tahun 2013. Hal ini bertujuan dalam rangka memberi pengakuan pencapaian kompetensi. Uji kompetensi ini diatur oleh pihak fakultas, bekerjasama dengan asosiasi institusi pendidikan kedokteran dan berkoordinasi dengan Organisasi Profesi.

F. HASIL KUISONER SOSIALISASI

NoPertanyaanPRESENTASE

YATIDAK

1Tahukah anda tentang UU Dikdok yang disahkan tanggal 11 Juli 201323 %77%

2Tahukah anda apa saja isi tentang UU Dikdok11 %89 %

3Setujukah anda dengan adanya UU Dikdok yang telah disahkan35 %65%

4Setujukah anda terhadap pemerataan kurikulum fakultas kedokteran di Indonesia sesuai UU Dikdok 31%69%

5Setujukah anda terhadap program internship yang di lakukan pemerintah sesuai UU Dikdok76%34%

6Setujukah anda terhadap adanya pengkajian ulang UU Dikdok di fakultas kedokteran universitas muhammadiyah semarang77%23%

7Apakah anda tahu adanya dokter layanan primer58%42%

8Setujukah anda adanya dokter layanan primer55%45%

9Setujukah anda hanya beberapa fakultas saja yang bisa mengikuti program dokter layanan primer15%85%

10Dari program dokter layanan primer, adakah diskriminasi oleh fakultas kedokteran dengan akreditasi A terhadap akreditasi dibawahnya60%40%

11Apakah anda tahu tentang adanya program internship setelah lulus co-ass69%31%

12Setujukah anda dengan pelaksanaan internship yang saat ini sedang berjalan65%35%

13Setujukah anda dengan kesejahteraan yang diterima oleh pelaku internship saat ini58%42%

14Setujukah anda dengan program internship 70%30%

15Tahukah Fakultas kedokteran wajib mempunyai rumah sakit pendidikan sendiri75%25%

16Setujukah Fakultas kedokteran yang belum mempunyai rumah sakit pendidikan sendiri selama 5 tahun akan ditutup33%67%

17Apakah anda tahu mahasiswa dapat memperoleh beasiswa dari pemerintah, pemerintah daerah, fakultas kedokteran itu sendiri maupun dari pihak lain69%31%

18Setujukah anda penerima beasiswa memiliki kewajiban dinas ditempat yang ditentukan oleh pemerintah62%38%

19Apakah anda tahu tentang kurikulum kedokteran di Indonesia78%28%

20Setujukah anda terhadap penerapan kurikulum fakultas kedokteran di Indonesia 89%18%

21Tahukah Anda tentang UKDI91%9%

22Tahukah Anda wacana pergantian UKDI menjadi exit exam 32%68%

23Tahukah Anda wacana pelaksanaan UKDI hanya bisa dilakukan sebanyak 3 kali40%60%

24Setujukah anda dengan kebijakan UKDI tersebut apabila terealisasi40%60%

1. Tuliskan testimoni anda tentang sosialisasi UU dikdok secara keseluruhanBeberapa testimoni yang kami ambil :Sosialisasinya bagus, dan dirasa perlu buat nambah motivasi belejar, semangat belajar dan kesadaran diri, terutama yang bagian akreditasi kita jadi terpacu untuk membantu fakultas supaya menjadi lebih baik, ( ovie noviasari_H2A013021)Overal sosialisasinya udah keren kita jadi tau apa isi uu dikdok dan memikirkan apa yang harus dilakukan untuk kemajuan fakultas (damar djati kukuh p_H2A013020)Penyampainnya tegas dan jelas ( erwin kukuh_H2A013010)Masih ada beberapa point yang belum jelas tentang dokter layanan primer ( muhammad adzanta al afghani_H2A013035)Sosialisasinya bagus, kita jadi tau tentang uu dikdok setelah sosialisasi tersebut.(arrafi bagas augatha_H2A013043)

G. DOKUMENTASI KEGIATAN

foto penghitungan kuestioner Foto sosialisasi UU Dikdok

Foto Sosialisasi UU DikdokFoto Peserta Sosialisasi